BAB II TINJAUAN UMUM
2.1. Sejarah Singkat Singkat Berdirinya PT. Semen Bosowa Maros
Secara umum PT. Semen Bosowa Maros merupakan perusahaan cabang dari Bosowa Group, dimana Bosowa Group itu sendiri pada bulan Februari 1973 masih bernama CV. Moneter. Kemudian pada tahun 1978 nama CV. Moneter berubah menjadi KTB atau Karamayudha Tiga Berlian dan akhirnya menjadi Bosowa. Pada tahun 1990 PT. Semen Bosowa Maros mulai mengadakan perintisan dan pembebasan tanah. Lokasi pabrik di Desa Baruga, kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros, yaitu kurang lebih 45 km sebelah Utara kota Makassar. Dengan luas lahan meliputi 1.000 Ha untuk bahan baku, 60 Ha untuk lokasi pabrik dan 40 Ha untuk untuk perumahan karyawan. Setelah penelitian geologi dan izin – izin pendukung dari pemerintah Daerah Kabupaten Maros selesai, Bosowa group memulai pelaksanaan proyek semen pada tanggal 3 April 1995. Kemudian pada tahun 1997 pemasangan mesin teknologi canggih dari Fuller Amerika dan ABB Switzerland. a. Pabrik Semen Bosowa. b. Pengantongan Semen. c. Pelebuhan Khusus Pengangkutan Ekspor, maupun Impor bahan Baku.
2.2. Geografi Wilayah Penelitian 2.2. 1 Lokasi Dan Kesampaian Daerah
Secara administrasi, wilayah pertambangan dan area pabrik PT. Semen Bosowa Maros terletak di Desa Baruga, Kecamatan Bantimurung Kabupaten Maros. Posisi geografis Daerah Maros berada pada koordinat 119 o 34’ 19,9” BT dan 04o 59’ 51,9” LS.
4
Secara umum daerah ini merupakan dataran rendah, perbukitan bergelombang dan perbukitan karst. Kondisi jalan untuk mencapai lokasi tersebut umumnya berlapisan jalan beton dan sedikit beraspal, Sehingga dapat ditempuh dengan ± 1,3 jam perjalanan dari kota Makassar
Sumber : PT. Semen Bosowa Maros, Tahun 2016 Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian (Kotak Hitam)
5
Sumber PT : Semen Bosowa, Tahun 2016 Gambar 2 Peta Topografi Maros 2.2.2. Vegetasi
Pada
lokasi
penambangan
Batugamping
terdapat
jenis
tumbuhan-
tumbuhan tropis mulai dari semak – semak hingga pohon – pohon yang berdiameter cukup besar seperti Bambu, pohon mangga, pohon asam
dan beberapa jenis
tumbuhan lainnya yang tumbuh subur disekitar lokasi penambangan. 2.2.3. Kondisi Geologi
Kondisi Geologi di PT. Semen Bosowa ditunjukan oleh geomorfologi dan startigrafi
6
a.
Geomorfologi Regional Atas dasar bentuk morfologinya Daerah Maros dan Watampone bagian
Barat terdapat dua baris pegunungan dan terpisahkan oleh lembah Sungai Maros. Pegunungan yang tersusun menempati hampir setengah luas daerah, melebar di bagian Selatan (45 km) dan menyempit di bagian Utara (20 km). Puncak ketinggiannya 1650 m, sedangkan ketinggian rata-rata 1500 m. Di lereng Barat dan beberapa tempat di lereng Timur pencerminan adanya batugamping dan napal. Pegunungan yang di Timur relatif lebih sempit dan lebih rendah dengan puncaknya rata-rata setinggi 700 m, yang tertinggi 787 m. b.
Geomorfologi Lokal Geomorfologi daerah ini terdiri dari satuan morfologi dataran rendah dan
satuan morfologi “karst” yaitu :
Satuan Morfologi dataran rendah Satuan morfologi ini terletak di bagian Barat menyebar ke Utara –
Selatan. Morfologi ini dicirikan oleh bentuk tofografi datar, relief rendah dan tekstur topografi halus, batuan dasarnya adalah endapan alluvial dan sebagian tersusun oleh batuan sedimen laut Formasi Camba dan batugamping Formasi Tonasa. Sungai-sungai yang berkembang pada bagian Utara daerah penyelidikan adalah berpola aliran “trellis subdendritik ”. Sedangkan pada bagian Selatan daerah penyelidikan, yaitu pada daerah aliran Sungai Maros, secara umum berkembang pola aliran “parallel subdendritik”. Pada bagian Utara dan Timur daerah penyelidikan proses erosi sangat dominan dan efektif bekerja, terutama pada zona penyebaran batuan napal dan sedimen laut Formasi Camba. Pada bagian Tengah proses erosi yang bekerja relatif seimbang dengan proses sedimentasi. Sedangkan pada bagian Barat didominasi oleh proses sedimentasi membentuk dataran alluvial sungai dan pantai, serta perkembangannya.
Morfologi perbukitan
“karst”
Morfologi perbukitan “karst” terletak di bagian Tengah dan Utara, menyebar ke arah Utara Selatan. Morfologi ini dicirikan oleh bentuk topogarafi relief tinggi, kemiringan lereng sangat terjal dan sebagian berupa dataran. Batuan
7
dasarnya tersusun dari napal dan batugamping.
Umumnya batugamping pada
daerah ini keras dan kompak, sehingga batuan ini terdiri dari perbukitan curam dan terjal, sedangkan bagian batugamping yang mengandung bahan rombakan (tallus), menempati perbukitan yang berelief rendah dengan ditumbuhi vegetasi yang agak lebat. c.
Stratigrafi Atas dasar ciri litologinya Rab Sukamto (1982), membagi stratigrafi
daerah penelitian dan sekitarnya menjadi beberapa satuan yaitu Formasi Mallawa, Formasi Tonasa, Batuan Terobosan Trakit dan Endapan Alluvium.
Tabel 1 Kolom Stratigrafi Daerah Penambangan
Umur
Formasi
Lithologi
Deskripsi
Kwarter Tanah penutup kaya humus
Alluvium
Miosen Tengah
Eosen Atas
Batugamping terumbu dan klastik Telah mengalami ubahan (marmeran)
Tonasa
Terobosan trakit (dyke dan sill)
Eosen Tengah
Eosen Bawah
Batupasir
Batulempung Sisipan Batubara
Mallawa
Batugamping bersilang batulempung
Sumber : Rab Sukamto (1982)
8
Formasi Mallawa Formasi Mallawa terdiri dari batu pasir dan batu lempung, mengandung
sisipan batubara dan lempung serta gamping, fosil fornifera dan fosil molluska yang menunjukkan umur Eosen, diendapkan dalam lingkungan transisi.
Formasi Tonasa Formasi Tonasa tersusun dari Batu gamping terumbu dan batu gamping
klastik, sebagian besar sudah mengalami perubahan (Batu marmeran), disebabkan karena proses metamorfisme tingkat rendah sampai tingkat menengah sehingga berbentuk batu pualam (Marmer). Perubahan ini disebabkan karena adanya pengaruh intrusi dari batuan beku trakit. Apabila diteliti secara megaskopis batuan ini terdiri dari mineral karbonat, berwarna kuning gading, putih serta abu-abu terkekarkan dan intensif rendah, kristalin juga dapat dijumpai fosil fornifera dan molluska pada batugamping.
Batuan Terobosan Trakit Batuan terobosan trakit, berwarna abu-abu terang dan bila lapuk berwarna
abu-abu pudar, terkekarkan dengan intensitas rendah serta telah mengalami pelapukan lanjut tersusun dari mineral-mineral ortoklas, plagioklas, biotit dan hornblende. Batuan ini menerobos satuan gamping marmeran.
Endapan Alluvium Endapan alluvium tersusun dari material lepas berukuran lempung hingga
bongkah menyebar di bagian
Barat dengan ketebalan antara (0,5-10) meter.
Struktur geologi daerah penyelidikan berupa sesar dan kekar, yang berarah Utara Selatan hingga Barat Laut Tenggara. 2.2.4. Iklim dan Curah Hujan
Daerah
penelitian beriklim tropis
dengan dua musim, yaitu musim
kemarau dan musim hujan. Berdasarkan perolehan data dari badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah IV Stasiun Klimatologi Kelas I Panakukang Maros, jumlah curah hujan tertinggi pada bulan April 2012 sebesar
972,04 mm.
Sedangkan curah hujan terendah pada Bulan Agustus 2013 sebesar 5,78 mm. (Tabel 2)
9
Tabel 2 Data Curah Hujan Tahun 2016 Bulan
Hari Hujan
curah hujan
maret
13
972.04
April
7
583,29
Sumber PT : Semen Bosowa, Tahun 2016
2.3.
SISTEM PENAMBANGAN BATU GAMPING
Sistem penambangan yang diterapkan adalah tambang terbuka dengan menggunakan metode Quarry yaitu “suatu metode yang memanfaatkan gravitasi bumi untuk mengangkut material tambang dari at as ke bawah untuk memudahkan proses pengangkutan”, secara Dimentional Stone yaitu menambang batuan secara langsung dengan membuat jenjang (bench), yang bertujuan untuk memudahkan alat Excavator untuk menggali dan menambang pada level di bawahnya. Adapun tahap-tahap kegiatan penambangan adalah sebagai berikut : a.
Perintisan Perintisan adalah suatu rangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk
meratakan, membuat jalan untuk dilalui alat mekanis, serta penyediaan lokasi penambangan agar memudahkan pengambilan material – material.Pekerjaan perintisan dilakukan Regu perintisan, Seksi perintisan dan Perencanaan Tambang. b.
Pemboran Adapun jenis mesin bor yang digunakan dalam kegiatan perintisan ini
adalah mesin bor Furukawa. Pemboran ini dilakukan untuk pembuatan lubang tembak. c.
Peledakan Kegiatan peledakan yang dilakukan dalam perintisan berfungsi untuk
menurunkan permukaan kerja, pembukaan lahan baru dan untuk pembuatan jalan tambang. d.
Pendorongan
10
Kegiatan ini dilakukan untuk membersihkan lokasi penambangan dari material hasil peledakan untuk persiapan pemboran selanjutnya dan menimbun kembali lembah guna keperluan jalan penghubung antara bukit yang satu dengan yang lain. Kegiatan pendorongan ini dilakukan dengan Bulldozer. e.
Pembongkaran Pembongkaran adalah serangkaian pekerjaan yang dilakukan untuk
membebaskan
bahan
galian
dari
batuan
induknya.
Untuk
melakukan
pembongkaran diperlukan alat – alat yang sesuai dan tepat dengan daerah yang akan dikerjakan.
Pemilihan alat tersebut tergantung pada faktor teknis dan
ekonomis. Ditinjau dari sifat fisik material maka pembongkaran Batugamping pada PT. Semen Bosowa dilakukan dengan cara peledakan. Adapun kegiatannya sebagai berikut: 1.
Pemboran Pemboran adalah serangkaian pekerjaan yang dilakuakan dengan
permukaan batuan untuk mebuat lubang tembak sebagai dari awal dari pekerjaan pembongkaran batuan. Pemboran tidak dapat dipisahkan dari serangkaian kegiatan dalam peledakan, dimana peledakan terlebih dahulu diawali dengan kegiatan pemboran. 2.
Peledakan ( Blasting ) Peledakan adalah serangkaian
pekerjaan terhadap batuan untuk
membebaskan batuan dari batuan induknya menjadi fragmen – fragmen dengan ukuran yang dikehendaki. Metode yang diterapkan adalah pekerjaan jenjang (bench).Keuntungan dari metode ini adalah memudahkan dalam pengembalian material. 3.
Pendorongan Kegiatan ini dilakukan untuk membersihkan lokasi penambangan dari
material hasil peledakan untuk persiapan pemboran selanjutnya dan menimbun kembali lembah guna keperluan jalan penghubung antara bukit yang satu dengan yang lain. Kegiatan pendorongan ini dilakukan dengan Bulldozer.
11
4.
Pemuatan (loading) Pemuatan adalah serangkaian kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan
untuk memuat
material (Batugamping) hasil ledakan dari front penambangan
ataupun dari stock yard ke atas alat angkut. Dengan menggunakan alat muat Exsavator Komatsu PC 1250. 5.
Pengangkutan Pengangkutan adalah serangkaian kegiatan pada aktivitas penambangan
batugamping yang dilakukan untuk mengangkut material (Batugamping) hasil peledakan dari front penambangan atau material hasil pendorongan pada loading area ke tempat pengolahan lebih lanjut. 6.
Pengecilan Ukuran material (Crusher ) Crushing adalah bagian dari proses pembuatan semen. Di Crusher , bahan
baku
utama (Batugamping dan tanah liat) yang di kelolah atau di crushing ,
sehingga didapatkan produk dengan ukuran
maksimal
15 cm sebagai bahan
material mix. Dengan ini bertujuan untuk mendapatkan pencampuran yang baik serta cukup pada tahapan proses berikutnya ( proses di Raw Mill ) 7.
Bahan Baku Pembuatan Semen Bahan baku utama pembuatan semen pada prinsipnya ada dua yaitu batu
gamping dan tanah liat. Sebab semua senyawa utama semen berasal dari bahan baku tersebut. Bila sampai digunakan bahan baku lain maka bahan tersebut sifatnya hanya sebagai pengoreksi komposisi saja.
12