BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor Intraokular adalah tumor spektrum luas yang terdiri dari lesi jinak dan ganas yang dapat menyebabkan kehilangan penglihatan bahkan kematian. Salah satunya adalah Retinoblastoma yang merupakan keganasan Intraokular tersering pada anak. Retinoblastoma merupakan suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel batang dan sel kerucut) atau sel glia, yang ganas, bersifat congenital dan terjadi pada anak-anak. Retinoblastoma mewakili sekitar 4% dari keseluruhan keganasan pada anak. Diperkirakan 250-350 kasus baru Retinoblastoma terdiagnosa di USA, 5000 kasus ditemukan di seluruh dunia. Lebih dari 95% anak dengan Retinoblastoma di USA dan di beberapa negara maju bertahan atas keganasan ini, dimana sekitar 50% bertahan di seluruh dunia. Sebagian kasus retinoblastoma ditemukan antara usia 3-4 tahun dan jarang sekali ditemukan diatas usia 6 tahun. Tumor ini mungkin sudah ada sejak lahir, tetapi sering diagnosa ditegakkan pada usia 1,5 tahun. Di Indonesia terdapat sekitar 9.000 penderita kanker anak. Retinoblastoma adalah penyakit yang menyerang pada anak sejak usia 0-5 tahun. Penyebab penyakit itu belum diketahui secara pasti. Berdasarkan penelitian dan pengalaman para dokter, pemicunya faktor genetik atau pengaruh lingkungan seperti sinar radioaktif, kondisi sosial ekonomi, serta infeksi virus. Di Indonesia belum ada angka-angka mengenai frekuensi retinoblastoma, tetapi beberapa laporan khusus telah banyak dikemukakan. Harahap dan Siregar melaporkan adanya 10 kasus tiap tahun yang dirawat di unit mata RSCM antara tahun 1968-1978, tetapi pada tahun t ahun 1979 jumlahnya meningkat menjadi 27 penderita.
Di RS Kanker Dharmais sendiri menurut Kepala Bagian di Unit Onkologi Anak RS Dharmais, mengatakan, kasus kanker pada anak paling banyak adalah leukimia (kanker darah) dan retinoblastoma (kanker mata). ”Kebanyakan pasien datang ke rumah sakit sudah dalam stadium lanjut,”. Berdasarkan penelitian RSK Dharmais (2000 – 2008) angka kejadian retinoblastoma adalah 10 – 12 %. Sedangkan di Ruang Anak RSK Dharmais tercatat dari januari – Juli 2012 terdapat 12 kasus kanker anak dengan retinoblastoma. Gejala klinis retinoblastoma beraneka ragam, seperti adanya leukokoria, strabismus, peradangan (iritis), buphtalmos, hifema spontan dan retinal etachment.Hal ini menyebabkan beberapa pemeriksaan khusus sangat diperlukan seperti oftalmoskopi (direct dan indirect), USG, X-Ray, dan CT-Scan, serta pemeriksaan histology. Pengobatan retinoblastoma tergantung dari stadium, gambaran histology dan ada/tidaknya komplikasi.Jenis pengobatan dapat berupa operasi (enukleasi bulbi dan eksenterasi orbita), penyinaran, khemoterapi, fotokoagulasi, dan krioterapi, yang dapat diberikan secara tersendiri atau kombinasi. Prognosis retinoblastoma sangat ditentukan oleh diagnosis dini dan pengobatan yang cepat dan tepat. Retinoblastoma bisa terjadi secara unilateral dan bilateral.Frekuensi retinoblastoma bilateral kira-kira 30% dari seluruh kasus retinoblasma. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu mengetahui tentang kanker pada anak khususnya retinoblastoma 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang konsep dasar penyakit retinoblastoma b. Mahasiswa mampu mengetahui asuhan keperawatan pada anak dengan retinoblastoma.