42
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan. Gigi merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi untuk mengunyah, berbicara dan mempertahankan bentuk muka, sehingga penting untuk menjaga kesehatan gigi sedini mungkin agar dapat bertahan lama dalam rongga mulut. (Tulenan dkk, 2014)
Karies gigi merupakan salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dijumpai di dunia. Prevalensi karies masih cukup tinggi di seluruh dunia, sehingga karies merupakan suatu penyakit infeksi gigi yang menjadi prioritas masalah kesehatan gigi dan mulut. (Ticoalu dkk, 2013)
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang dan menjadi perhatian penting dalam pembangunan kesehatan penduduk Indonesia maupun negara-negara berkembang lainnya. Masalah kesehatan gigi dan mulut terbesar yang umum dihadapi yaitu karies. Karies merupakan penyakit universal yang dapat terjadi pada semua usia, ras, social-ekonomi, dan jenis kelamin. Berdasarkan data World Health Organisation (WHO) tahun 2012, di seluruh dunia 60-90% anak-anak sekolah dan hampir 100% orang dewasa memiliki karies yang sering menimbulkan rasa sakit serta dapat memengaruhi kualitas hidup. (Rattu dkk, 2013)
Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh manusia. (Worotitjan dkk, 2013). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2010 Departemen Kesehatan RI menunjukkan bahwa 63% penduduk Indonesia menderita penyakit gigi dan mulut meliputi karies gigi dan penyakit jaringan penyangga. Kesehatan gigi dan mulut sangat penting, peranannya cukup besar dalam mempersiapkan zat makanan sebelum absorpsi nutrisi pada saluran pencernaan, di samping fungsi estetis dan bicara. Berbagai penyakit maupun kelainan gigi dan mulut dapat menggangu penampilan, fonetik ataupun pengunyahan. (Supit, 2013)
Dikutip dalam jurnal (Tambahani dkk, 2013), karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan.
Dikutip dalam tesis (Nurdeviyanti, 2011), karies gigi adalah suatu penyakit yang tidak kalah pentingnya dengan penyakit lain, karena karies gigi dapat mengganggu aktifitas seseorang dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
Gigi yang telah terkena karies butuh perhatian khusus untuk dirawat agar gigi tetap bertahan di dalam rongga mulut. Bahan restorasi dapat mengembalikan estetik merupakan kebutuhan masyarakat saat ini. Bahan restotasi resin komposit saat ini sudah berkembang sangat pesat dan dapat memberikan hasil restorasi yang baik, yaitu memiliki kriteria estetis yang memadai dan kekuatan serta ketahanannya juga meningkat. Penggunaan bahan resin komposit saat ini sudah semakin meluas. Kerusakan jaringan keras gigi, baik pada gigi-gigi anterior maupun posterior, dapat restorasi menggunakan resin komposit. (Tambahani dkk, 2013)
Dikutip dalam jurnal (Tulenan dkk, 2014), resin komposit merupakan bahan tumpatan gigi yang banyak digunakan untuk menggantikan struktur gigi yang hilang serta memodifikasi warna dan kontur gigi dengan tujuan estetik.
Dikutip dalam jurnal (Abidjulu dkk, 2013), bahan restorasi resin komposit secara umum telah menjadi pilihan para dokter gigi untuk merestorasi lesi karies pada daerah proksimal yang sudah mengenai daerah insisal gigi, sesuai dengan kualitas estetik dan kemampuan bahan tersebut untuk berikatan dengan stuktur gigi. Resin komposit berkembang sebagai bahan restorasi karena kelebihannya, antara lain: sifat estetik yang baik, penghantar panas yang rendah, relatif mudah di manipulasi, tahan lama untuk gigi anterior dan tidak larut dalam cairan mulut.
Kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Klinik Balai Pengobatan Gigi Mandiri Bina Sehat Canina Makassar telah memberikan suatu kualitas pelayanan yang luar biasa dan juga memberikan suatu kepuasan yang tinggi. Oleh karena itu, pasien yang berkunjung berobat di Klinik tersebut merasa pelayanan yang diterima sesuai dengan keinginan dan harapannya.
Belum adanya data tentang gambaran tingkat kepuasan pasien terhadap tumpatan resin komposit di Klinik Balai Pengobatan Gigi Mandiri Bina Sehat Canina Makassar. Maka kami sebagai penulis merupakan suatu hal yang sangat menarik untuk dilakukan penelitian. Terlebih dari itu kami sebagai penulis bisa menjadi tolak ukur karena usia muda dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar khususnya mahasiswa yang menuntut ilmu Keperawatan Gigi.
Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah uraian dalam latar belakang di atas, dapat dirumuskan penelitian : "Bagaimana gambaran tingkat kepuasan pasien terhadap tumpatan resin komposit di Klinik Balai Pengobatan Gigi Mandiri Bina Sehat Canina Makassar".
Tujuan Penelitian
Tujuan umum :
Untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien terhadap tumpatan resin komposit di Klinik Balai Pengobatan Gigi Mandiri Bina Sehat Canina Makassar.
Tujuan khusus :
Untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien berdasarkan kehandalan (reliability).
Untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien berdasarkan ketanggapan (responsiveness)
Untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien berdasarkan jaminan (assurance)
Untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien berdasarkan perhatian (emphaty)
Untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien berdasarkan penampilan (tangible).
Manfaat Penelitian
Bagi Yayasan Amanah Makassar
Dengan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini diharapkan bisa menjadi sebagai sarana dan bahan masukan yang berharga bagi kampus STIKES Amanah Makassar.
Sebagai sarana pembelajaran dan penerapan ilmu pengetahuan.
Bagi institusi
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi institusi dan seluruh masyarakat yang berkunjung berobat ke klinik Balai Pengobatan Gigi Mandiri Bina Sehat Canina Makassar.
Bagi Peneliti
Sebagai sarana pembelajaran dan penerapan ilmu pengetahuan yang telah penulis dapatkan selama proses belajar
Dapat menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman dalam melakukan penelitian.
Sangat bermananfaat untuk menambah wawasan tentang tingkat kepuasan pasien terhadap tumpatan resin komposit di Klinik Balai Pengobatan Gigi Mandiri Bina Sehat Canina Makassar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kepuasan
Pengertian Kepuasan Pasien
Menurut Kotler (2003 dalam Suastuti, 2012) mengungkapkan bahwa kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang.
Menurut teori Pohan (2003 dalam Budiman dkk, 2010) bahwa kepuasan pasien ialah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya. Pasien baru akan merasa puas apabila kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi dari pada yang menjadi harapannya dan sebaliknya, ketidakpuasan akan timbul atau perasaan kecewa pasien akan terjadi apabila kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya itu tidak sesuai harapannya..
Menurut Engel (1990 dalam Nurlinda, 2013) mengungkapkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya, memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan.
Menurut Wilkie (1990 dalam Prihastono, 2012) mengungkapkan bahwa kepuasan sebagai tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk dan jasa.
Parasuraman (1985 dalam Jalimun dkk, 2014) mengungkapkan bahwa kepuasan pasien terhadap pelayanan adalah perbandingan antara persepsinya terhadap pelayanan yang diterima dengan harapannya sebelum pelayanan tersebut. Apabila harapannya terpenuhi, berarti pelayanan tersebut telah memberikan suatu kualitas yang luar biasa dan juga akan menimbulkan kepuasan yang tinggi. Sebaliknya, apabila harapannya tidak tercapai, maka diartikan kualitas pelayanan tersebut tidak memenuhi apa yang diharapkan.
Tingkat Kepuasan
Menurut Purnama (2012 dalam Karima, 2013) berpedoman pada skala pengukuran yang dikembangkan Likert yang dikenal dengan istilah skala Likert, kepuasan pasien dikatagorikan menjadi sangat puas, puas, cukup puas, tidak puas dan sangat tidak puas.
Sangat Puas
Sangat puas merupakan ukuran subjektif hasil-hasil penilaian perasaan pasien yang menggambarkan pelayanan kesehatan sepenuhnya atau sebagian besar sesuai dengan kebutuhan, harapan, atau keinginan pasien, bahkan melebihi harapan atau keinginan pasien yang seluruhnya menggambarkan tingkat kualitas yang paling tinggi.
Puas
Puas merupakan ukuran subjektif hasil penelitian perasaan pasien yang menggambarkan pelayanan kesehatan sepenuhnya atau sebagian besar sesuai kebutuhan, harapan atau keinginan pasien, tetapi tidak melebihi harapan atau keinginan pasien yang seluruhnya menggambarkan tingkat kualitas yang baik.
Cukup Puas
Cukup puas merupakan ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sepenuhnya atau sebagian sesuai kebutuhan atau keinginan yang seluruhnya hal ini menggambarkan tingkat kualitas yang katagori sedang.
Tidak Puas
Tidak puas merupakan ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien yang rendah yang menggambarkan pelayanan kesehatan tidak sesuai kebutuhan , harapan, atau keinginan yang seluruhnya menggambarkan tingkat kualitas yang katagori rendah.
Sangat Tidak Puas
Sangat tidak puas merupakan ukuran subjektif hasil penilaian perasaan pasien yang rendah yang menggambarkan pelayanan kesehatan yang tidak sesuai kebutuhan, harapan, atau keinginan pasien yang seluruhnya menggambarkan tingkat kualitas yang paling buruk yang termasuk dalam kategori paling rendah.
Tabel 2.1 Kriteria interpretasi skor Skala Likert
Skor
Keiteria
5
Sangat Puas
4
Puas
3
Cukup Puas
2
Tidak Puas
1
Sangat Tidak Puas
Tabel 2.2 Kriteria interpretasi skor berdasarkan interval
Skor
Keiteria
80%-100%
Sangat Puas
60%-79,99%
Puas
40%-59,99%
Cukup Puas
20%-39,99%
Tidak Puas
0%-19,99%
Sangat Tidak Puas
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
Menurut Budiastuti (2002 dalam Yudhi, 2014) pasien dalam mengevaluasi kepuasan terhadap jasa pelayanan yang diterima mengacu pada beberapa faktor, antara lain kualitas produk, kualitas pelayanan, faktor emosional, biaya dan harga.
Kualitas produk
Pelanggan akan puas bila kualitas produk (barang/jasa) yang diberikan relative baik. Kualitas produk ini merupakan dimensi global dan paling tidak memiliki 6 elemen, yaitu penampilan produk (performance), daya tahan (durability), keistimewaan (feature), dapat dipercaya (reliability), konsistensi (consistency) dan model (design). Pelanggan akan merasa puas saat membeli produk yang kualitasnya bagus, tahan lama, modelnya apik, dan memiliki banyak keunggulan...
Kualitas pelayanan
Memegang peranan penting dalam industri jasa. Pelanggan dalam hal ini pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan
Faktor Emosional
Awalnya kajian tentang kepuasan mengarah pada asumsi bahwa para pelanggan menggunakan rasionalitasnya dalam berbelanja. Namun kajian-kajian terkini membuktikan bahwa pelanggan tidak selalu rasional untuk melakukan transaksi, bahkan ada kecenderungan irasional. Sering terjadi
pelanggan mau membayar harga yang teramat tinggi (tidak masuk akal) untuk sebuah barang maupun jasa. Dengan demikian kajian terkini menjadikan faktor emosi sebagai hal yang menjadi penggerak kepuasan pelanggan
Biaya.
Mendapatkan produk atau jasa, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan jasa pelayanan, cenderung puas terhadap jasa pelayanan tersebut.
Harga
Komponen yang satu ini hanya berlaku bagi mereka yang sensitif terhadap masalah value of money. Dengan harga yang murah, mereka yang sensitif akan mendapatkan value of money yang tinggi dan merasa puas karenanya
Metode Pengukuran Kepuasan Pasien
Menurut Nasution (2004 dalam Sudibyo, 2014) metode pengukuran kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya :
Sistem Keluhan dan Saran
Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang bias digunakan meliputi : kotak saran yang diletakkan di tempat-tempat strategis (yang mudah dijangkau atau yang sering dilewati pelanggan), menyediakan kartu komentar (yang biasa diisi langsung ataupun yang dikirim via pos kepada perusahaan), menyediakan saluran telepon khusus (costumer hot-line), dan lain-lainnya.
Survei Kepuasan Pelanggan
Survei kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan menggunakan metode survei, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara langsung.
Ghost Shopping
Metode ini dilakukan dengan cara memperkerjakan beberapa orang (ghost shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan/pembeli potensial produk perusahaan dan pesaing, berdasarkan pengalaman mereka dalam membeli produk-produk tersebut. Selain itu, ghost shopper juga dapat mengamati atau menilai cara perusahaan dan pesaingnya menjawab pertanyaan pelanggan dan menangani setiap keluhan.
Analisis Konsumen yang Beralih
Dalam metode ini, perusahaan menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau telah beralih pemasok. Harapan dari adanya metode ini adalah diperolehnya informasi penyebab terjadinya hal tersebut. Informasi ini sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil kebijakan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Dimensi Kualitas Pelayanan
Setiap pasien yang berkunjung tentu mempunyai keinginan dan harapan terhadap pelayanan yang diberikan. Beberapa dimensi kualitas pelayanan menurut Parasuraman dan Zeithamal (1988 dalam Yudhi, 2014) mengemukakan bahwa kepuasan pasien dapat diukur oleh 5 (lima) dimensi kualitas pelayanan kesehatan, yaitu sebagai berikut :
Reliability (kehandalan) adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kehandalan pelayanan meliputi prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat, prosedur pelayanan yang tidak menyusahkan pasien, pelayanan yang cepat dan tepat waktu, serta petugas memberikan pelayanan yang bebas dari kesalahan.
Responsiveness (ketanggapan) adalah kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa cepat, yang dapat dilihat dari kemampuan petugas untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien dan kemampuan petugas memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti.
Assurance (jaminan) adalah pengetahuan, kesopansantunan dan kemampuan para pegawai perusahaan menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan, meliputi pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki staf, bebas dari bahaya resiko dan keragu-raguan.
Emphaty (perhatian) adalah perhatian pribadi yang diberikan kepada pelanggan, dapat terlihat dari pemberian perhatian secara khusus kepada setiap pasien dan perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarga serta pelayanan terhadap semua pasien tanpa memandang status sosial.
Tangible (penampilan) merupakan penampilan fisik, peralatan serta personil, dapat dilihat dari kebersihan, kerapian dan kenyaman ruangan, penataan eksterior dan interior, kelengkapan, kesiapan dan kebersihan alat yang dipakai, kerapian dan kebersihan penampilan petugas.
Karies Gigi
Pengertian Karies Gigi
Menurut Kidd dan Bechal (1992), mengungkapkan bahwa karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri Namun, mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi, pada stadium yang sangat dini penyakit ini dapat dihentikan
Gambar 1 : Penampakan Karies dengan Potongan Melintang
Karies gigi adalah penyakit jaringan yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure dan daerah interproximal) meluas ke arah pulpa. (Tarigan,1990).
Dikutip dalam jurnal (Wala dkk, 2014), karies gigi ialah penyakit infeksi yang bersifat progresif serta akumulatif pada jaringan keras gigi yang ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pit, fisur, dan daerah interproksimal) hingga meluas ke arah pulpa.
Karies gigi merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh demineralisasi email dan dentin yang erat hubungannya dengan konsumsi makanan yang kariogenik. Terjadinya karies gigi akibat peran dari bakteri penyebab karies yang terdapat pada golongan Streptokokus mulut yang secara kolektif disebut Streptokokus mutans. (Worotitjan dkk, 2013)
Karies gigi dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu permukaan gigi atau lebih dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari gigi, misalnya : dari email ke dentin atau ke pulpa. Karies karena berbagai sebab, diantaranya adalah :
Karbohidrat
Mikroorganisme dan air ludah
Permukaan dan bentuk gigi yang tertinggal di dalam mulut dan mikroorganisme, merupakan penyebab dari karies gigi, penyebab karies gigi yang tidak langsung adalah permukaan dan bentuk dari gigi tersebut. (Tarigan, 1990).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi
Menurut Mahda (2012 dalam Prajnaparamita, 2014) mengungkapkan bahwa karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa kurun waktu.
Menurut Suwelo (1992 dalam Prajnaparamita, 2014) mengungkapkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya karies yaitu faktor yang ada di dalam mulut yang langsung berhubungan dengan karies dan terdapat faktor yang tidak langsung yang disebut faktor risiko luar yang merupakan faktor predisposisi dan faktor penghambat terjadinya karies. Faktor luar antara lain adalah usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sosial budaya, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi
Faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies
Menurut Kidd dan Bechal (1992), mengungkapkan bahwa ada beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa, dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak akan menurun sampai di bawah 5 dalam tempo 1-3 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang rentan dan proses karies pun dimulai. Paduan keempat factor penyebab tersebut kadang-kadang digambarkan sebagai empat lingkaran yang saling berpotongan. Karies baru bisa terjadi hanya kalau keempat faktor tersebut di atas ada, seperti pada Gambar di bawah ini.
Mikroorganisme
Tidak Tidak
karies karies
Host &
karies
Substrat
Gigi
tidak Tidak
karies karies
Waktu
Gambar 2 : Empat lingkaran yang menggambarkan paduan faktor penyebab karies. Karies baru akan timbul hanya apabila keempat factor penyebab tersebut bekerja simultan (Kidd dan Bechal, 1992)
Host
Menurut Setiawan (2009 dalam Prajnaparamita, 2014) mengungkapkan bahwa anatomi gigi berpengaruh pada pembentukan karies. Pit atau fisur pada gigi dapat menjadi lokasi perkembangan karies. Karies juga sering terjadi pada tempat retensi sisa makanan.
Dalam keadaan normal, gigi geligi selalu dibasahi oleh saliva. Karena kerentanan gigi terhadap karies banyak bergantung kepada lingkungannya, maka peran saliva sangat besar sekali. Saliva mampu meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali mengandung ion kalsium dan fosfat. Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi meningkat jika ada ion flour. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga mempengaruhi pH nya. Karena itu, jika aliran saliva berkurang atau menghilang, maka karies mungkin akan tidak terkendali (Kidd dan Bechal, 1992).
Keberadaan flour dalam konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan lingkungannya merangsang efek anti karies dalam beberapa cara. Kadar flour yang bergabung dengan email selama proses pertumbuhan gigi bergantung kepada ketersediaan flour tersebut dalam air minum atau makanan lain yang mengandung flour. Email yang mempunyai kadar flour lebih tinggi, tidak dengan sendirinya resisten terhadap serangan asam. Akan tetapi, tersedianya flour di sekitar gigi selama proses pelarutan email akan mempengaruhi proses remineralisasi dan demineralisasi, terutama proses remineralisasi (Kidd dan Bechal, 1992).
Sejak tahun 1901 oleh RIGOLET, telah diketahui bahwa pasien dengan sekresi air ludah yang sedikit atau tidak sama sekali memiliki persentase karies gigi yang semakin meninggi. Misalnya oleh karena : Xerostomia, pasien dalam waktu singkat akan mempunyai prosentase karies yang tinggi. (Tarigan, 1990).
Substrat
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat dibagi menjadi 2:
Isi dari makanan yang menghasilkan energi.
Misalnya : karbohidrat, protein, lemak, vitamin serta mineral-mineral. Unsur-unsur tersebut berpengaruh pada masa pra-erupsi serta pasca-erupsi dari gigi geligi.
Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan.
Makanan-makanan yang bersifat membersihkan gigi, jadi merupakan gosok gigi alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi. Makanan yang bersifat membersihkan ini adalah : apel, jambu air, bengkuang dan lain ssebagainya. Sebaliknya makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi seperti : coklat, biskuit dan lain sebagainya. (Tarigan, 1990).
Menurut Suwelo (1992 dalam Prajnaparamita, 2014) mengungkapkan bahwa substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh terhadap karies secara lokal di dalam mulut
Di butuhkan waktu minimum tertentu bagi plak dan karbohidrat yang menempel pada gigi untuk membentuk asam dan mampu mengakibatkan demineralisasi email. Karbohidrat ini apabila terdapat dalam jumlah cukup besar, sering dikonsumsi, terutama jenis yang lengket atau melekat pada gigi, maka kemungkinan terjadinya karies juga cukup tinggi (Kidd dan Bechal, 1992).
Menurut Kidd dan Bechal (1992), mengungkapkan bahwa karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri. Makanan dan minuman yang mengandung gula akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan demineralisasi email.
Plak
Plak ini terbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti mucin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dengan sisa-sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula berbentuk cair yang lama kelamaan menjadi cokelat, tempat bertumbuhnya dimana bakteri. (Tarigan, 1990).
Menurut Kidd dan Bechal (1992), mengungkapkan bahwa plak yang mengandung bakteri marupakan awal bagi terbentuknya karies. Oleh karena itu kawasan gigi yang memudahkan perlekatan plak sangat mungkin diserang karies. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies tersebut adalah pit dan fisur pada permukaan oklusal molar dan premolar; pit bukal molar dan pit palatal insisif, pemukaan akar yang terbuka yang merupakan daerah tempat melekatnya plak pada pasien dengan resesi gingiva karena penyakit periodontium, tepi tumpatan terutama yang kurang atau mengemper, permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan gigi tiruan jembatan.
Plak gigi merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produk-produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi. Sifatnya sangat lengket dan mampu membantu melekatkan bakteri-bakteri tertentu pada permukaan gigi (Kidd dan Bechal, 1992)
Bakteri yang mula-mula mendominan adalah streptokokus. Organisme tersebut tumbuh, berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstra sel yang lengket dan akan menjerat berbagai bentuk bakteri yang lain. Dalam beberapa hari plak ini akan bertambah tebal dan terdiri dari berbagai macam mikroorganisme (Kidd dan Bechal, 1992).
Menurut Kidd dan Bechal (1992), mengungkapkan bahwa streptococcus mutans dan laktobasilus merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman-kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya membuat polisakharida ekstra sel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakharida ini menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain. Dan karena plak makin tebal maka hal ini akan menghambat fungsi saliva dalam menetralkan plak tersebut
Waktu
Menurut Kidd dan Bechal (1992), mengungkapkan bahwa adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Dengan demikian sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini
Faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan tidak langsung dengan proses terjadinya karies
Umur
Tarigan (1990), sepanjang hidup dikenal 3 phase umur dilihat dari sudut gigi geligi
Periode gigi campuran, disini molar 1 paling sering terkena karies, karena gigi ini gigi yang paling pertama tumbuh.
Periode pubertas (remaja) umur antara 14-20 tahun. Pada masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut menjadi kurang terjaga. Hal inilah yang menyebabkan presentase karies lebih tinggi.
Umur antara 40-50 tahun. Pada umur ini sudah terjadi retraksi atau menurunya gusi sehingga sisa–sisa makanan sering lebih sukar dibersihkan
Jenis Kelamin
Tarigan (1990), dari pengamatan yang dilakukan oleh MILHAHN-TURKEHEIM pada gigi M1, didapat hasil sebagai berikut.
Jenis Kelamin
Karies
M1 Kanan
M1 Kiri
Laki-Laki
74,5%
77,6%
Perempuan
81,5%
82,3%
Dari hasil ini terlihat bahwa prosentase karies gigi pada wanita adalah lebih tinggi di banding dengan pria. Prosentase karies molar kiri lebih tinggi dibanding dengan molar kanan, karena factor pengunyahan dan pembersihan dari masing-masing gigi
Tingkat Pendidikan
Menurut Kusumawati (2010 dalam Prajnaparamita, 2014) mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang karena semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin tinggi pula tingkat pengetahuan dan kesadaran untuk menjaga kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka prevalensi karies pada penduduk yang tidak tamat sekolah dasar sebesar 78% dan pada penduduk yang tamat sekolah dasar sebesar 67%.
Lingkungan
Menurut Setyohadi dkk (2012 dalam Prajnaparamita, 2014) mengungkapkan bahwa lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat. Lingkungan salah satunya berupa tempat tinggal, dimana masyarakat daerah pegunungan memiliki DMF-T rata-rata yang lebih tinggi dibanding dengan daerah pantai. Hal ini disebabkan karena masyarakat pantai lebih tinggi kadar flour air minumnya dibandingkan di daerah pegunungan.
Tingkat Ekonomi
Menurut Suwelo (1992 dalam Prajnaparamita, 2014) mengungkapkan bahwa latar belakang ekonomi dapat menjadi penyebab tingginya angka kejadian karies gigi pada pada kelompok masyarakat tertentu. Masyarakat dengan pendapatan yang rendah tidak dapat melakukan pemeriksaan ke dokter gigi.
Sikap dan Perilaku
Menurut Setyohadi dkk (2012 dalam Prajnaparamita, 2014) mengungkapkan bahwa Perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut. Frekuensi membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan mempengaruhi baik atau buruknya kebersihan gigi dan mulut, dimana akan mempengaruhi juga angka karies dan penyakit penyangga gigi.
Klasifikasi Karies Gigi
Karies bisa juga digolongkan berdasarkan keparahan atau kecepatan berkembangnya. Gigi dan permukaan gigi yang terkena bisa berbeda-beda bergantung kepada keparahan karies yang dihadapi. Oleh karena itu karies disebut karies ringan jika yang terkena karies adalah daerah yang memang sangat rentan terhadap karies misalnya permukaan oklusal gigi molar permanen. Dikatakan sedang jika karies meliputi permukaan oklusal dan proksimal gigi posterior, dan dikatakan parah jika karies telah menyerang gigi anterior, suatu daerah yang biasanya bebas karies (Kidd dan Bechal, 1992).
Karies gigi juga dibagi dari berbagai macam bentuk-bentuk karies, yaitu :
Berdasarkan stadium karies (dalamnya karies gigi) terbagi menjadi 3 yaitu:
Karies Superficialis
Di mana karies baru mengenai email saja, sedang dentin belum terkena.
Gambar 3 : Karies Superficial
Karies Media
Dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
Gambar 4 : Karies media
Karies Profunda
Di mana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa. Karies profunda ini dibagi lagi atas :
Karies profunda stadium I :
Karies telah melewati setengah dentin, biasanya radang pulpa belum dijumpai.
Karies profunda stadium II :
Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan pulpa. Biasanya disini telah terjadi radang pulpa.
Karies profunda stadium III :
Pulpa telah terbuka. Dijumpai bermacam-macam radang pulpa. (Tarigan, 1990
Gambar 5 : Karies profunda
Berdasarkan lokalisasi karis menurut G.V.Black, yaitu :
Menurut G.V. Black, karies diklasifikasikan menggunakan lokasi spesifik dari lesi karies yang sering terjadi pada gigi, yaitu:
Klas I Karies yang terdapat pada bagian oklusal ( pits dan fissure ) dari gigi premolar dan molar ( gigi posterior ). Dapat juga terdapat pada gigi anterior di foramen caecum.
Klas II Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi molar atau premolar, yang umumya meluas sampai kebagian oklusal.
Klas III Karies yang tedapat pada bagian apprioximal dari gigi depan, ( tetapi belum mencapai 1/3 incisal gigi ) .
Klas IV Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan dan sudah mencapai margo incisal ( telah mencapai 1/3 incisal gigi )
Klas V Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi-gigi depan maupun gigi belakang pada permukaan labial, lingual, palatal, ataupun bukal dari gigi .
Kelas VI Karies yang terdapat pada daerah incisal edge gigi depan atau pada ujung cups dari gigi belakang (Tarigan, 1990)
Gambar 6 : Klasifikasi karies menurut Dr. G.V. Black
Pencegahan Karies Gigi
Pencegahan karies gigi bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup dengan memperpanjang kegunaan gigi di dalam mulut.
Pencegahan karies dapat dibagi atas 2 bagian, yaitu
pra erupsi
pasca erupsi.
Pra Erupsi
Tindakan ini ditujukan pada kesempurnaan struktur enamel dan dentin atau gigi pada umumnya. Seperti kita ketahui yang mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan gigi kecuali protein untuk pembentukan matriks gigi, juga terutama vitamin dan zat mineral yang mempengaruhi atau menentukan kekuatan dan kekerasan gigi. (Tarigan, 1990).
Tarigan (1990), oleh karena itu ibu-ibu yang hamil, sebelum terjadinya pengapuran pada gigi bayinya dapat diberikan makanan yang mengandung unsur-unsur yang dapat menguatkann enamel dan dentin. Juga air minum yang mengandung fluor sangat penting diberikan pada ibu yang sedang hamil.
Pasca Erupsi
Pada dasarnya hampir sama dengan stadium Pra erupsi, hanya ditambah dengan :
Kebersihan mulut dan gigi yang harus diperhatikan supaya tetap sehat
Pemeriksaan berkala 6 bulan sekali
Makanan yang menguatkan gigi dan gusi
Kebersihan badan (Tarigan, 1990).
Tarigan, (1990) metode-metode yang banyak dan yang paling berhasil digunakan untuk mengurangi aktivitas karies bisa dibuat secara sistematis berdasarkan gangguan terhadap kerja bakteri dalam fermentasi karbohidrat. Dibagi atas 5 golongan kerja :
Pengaturan Diet
Tidak ada diet yang mengandung karbohidrat yang tidak terfermentasi, yang tidak dapat menyebabkan karies pada manusia. Pada dasarnya semua karbohidrat dalam makanan merupakan substrat untuk bakteri, yang melalui proses sintesa akan diubah menjadi asam dan polisakarida. Karbohidrat dengan molekul rendah seperti sakrose, glukosa, fruktosa dan maltosa, akan segera diubah menjadi zat-zat yang merusak jaringan mulut.
Plak Control
Plak kontrol merupakan tindakan-tindakan pencegahan menumpuknya dental plak dan deposit-deposit lainnya pada permukaan gigi dan sekitarnya.
Penggunaan Fluor
Pengunaan Fluor merupakan metode yang paling efektif untuk mencegah timbul dan berkembangnya karies gigi. Fluor selain mempunyai pengaruh pada gigi sebelum erupsi, juga mempengaruhi gigi sesudah erupsi.Fluor dapat menghambat kehidupan bakteri yang ada pada plak.
Anti Enzim
Suatu inhibitor enzim yang non toksis terhadap manusia yang dapat ditambahkan di dalam gula yang mampu mencegah dekalsifikasi adalah Vitamin K sintesis.
Anti Bacterial
Menurut penyelidikan beberapa sarjana bahwa zat-zat anti bacterial antara lain ureum dan penicillin.
Resin Komposit
Pengertian Resin Komposit
Resin komposit merupakan suatu bahan tumpatan sewarna gigi yang biasa dipakai untuk menumpat gigi depan. Bahan ini sangat kuat digunakan pada keadaan yang mendapat tekanan, misalnya permukaan tepi insisal dan permukaan oklusal. Bahan ini mempunyai kekuatan tepi yang baik. (Kidd dan Bechal, 1992).
Resin komposit merupakan salah satu jenis bahan tumpatan yang paling populer karena memiliki keunggulan dalam bidang estetik dan merupakan bahan tumpatan yang sewarna dengan gigi.(Abidjulu dkk, 2013). Resin komposit merupakan bahan tumpatan gigi yang banyak digunakan untuk menggantikan struktur gigi yang hilang serta memodifikasi warna dan kontur gigi dengan tujuan estetik. (Tulenan dkk, 2014)
Gambar 7 : Tumpatan komposit (Tulenan dkk, 2014)
Resin komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinasi antara dua bahan atau lebih yang memiliki sifat berbeda untuk mendapatkan sifat yang lebih baik. Resin komposit merupakan bahan adhesif yang dapat berikatan dengan jaringan keras gigi melalui dua system bonding (ikatan) yaitu ikatan email dan ikatan dentin. (Tulenan dkk, 2014)
Komposisi Resin Komposit
Dikutip dalam jurnal (Tulenan dkk, 2014), kandungan utama resin komposit terdiri atas matriks resin dan bahan pengisi. Dimasukannya partikel bahan pengisi kedalam suatu matriks secara nyata meningkatkan sifat bahan matriks bila partikel pengisi benar-benar berikatan dengan matriks, Coupling Agent merupakan bahan yang di gunakan untuk memberikan ikatan antara partikel bahan pengisi anorganik dengan matriks resin, penghambat polimerisasi merupakan penghambat bagi terjadinya polimeralisasi dini, opasitas ialah warna yang visual dan transluensi yang dapat menyesuaikan dengan warna email dan dentin harus di miliki oleh resin komposit, dan pigmen warna bertujuan agar warna resin komposit menyerupai warna gigi geligi asli.
Indikasi Dan Kontraindikasi Resin Komposit
Dikutip dalam skripsi (Suratman, 2014), bahan resin komposit direkomendasikan untuk kasus-kasus sebagai berikut yaitu :
Karies pada pit dan fisur kelas I dimana restorasi resin preventif konservatif tepat untuk dilakukan
Karies kelas I yang meluas ke dentin
Restorasi kelas II pada gigi susu yang tidak meluas diluar sudut garis proksimal
Restorasi kelas II pada gigi permanen yang meluas kira-kira 1/3 sampai ½ panjang interkuspal bukolingual gigi
Restorasi kelas III, IV, V untuk gigi susu dan gigi permanent 4
Bahan resin komposit bukanlah suatu pilihan restorasi untuk kasus-kasus seperti berikut :
Bila gigi tidak bisa diisolasi untuk kontrol kelembaban
Individu yang membutuhkan restorasi permukaan multipel dan besar pada gigi susu posterior
Pasien resiko tinggi memiliki karies multipel dan/atau gigi demineralisasi dan kebersihan mulut yang buruk.
Kelebihan dan Kekurangan Resin Komposit
Kelebihan yaitu bahannya tidak berbahaya/tidak mengandung merkuri, dapat dipergunakan pada gigi posterior, warna resin komposit yang sewarna dengan gigi, dan sifat mekanik dan fisik cukup baik, dan preparasi dapat dilakukan dalam 1 kali kunjungan.
Kekurangan resin komposit yaitu bahan ini dapat berubah warna saat pemakaian jangka panjang, terjadi pengerutan saat polimeralisasi, biayanya relatif mahal, membutuhkan waktu lebih lama, dan keaus-an permukaan oklusal yang signifikan. (Tulenan dkk, 2014)
Perubahan Warna Resin Komposit
Dikutip dalam skripsi (Suratman 2014), kegagalan estetik merupakan salah satu penyebab penggantian restorasi. Kombinasi yang bagus antara warna gigi dan warna material restorasi sebelum dicuring adalah faktor klinis yang penting untuk mendapatkan hasil yang bagus. Kombinasi ini harus dapat bertahan setelah material dicuring dan selama pemakaian. Jika warna komposit berubah selama pemakaian, kelebihan utamanya yaitu estetik.
Pencapaian estetik merupakan kelebihan utama dari resin komposit. Resin komposit memiliki berbagai keuntungan seperti memiliki resistensi yang baik, mempunyai daya absorbsi air yang rendah, melekat dengan mudah pada permukaan gigi,warna yang mudah disesuaikan dan mudah dimanipulasi. Proses pengerasan resin komposit dapat dengan menggunakan alat Visible Light Cure (VLC). (Tulenan dkk, 2014)
Dikutip dalam skripsi (Suratman, 2014), perubahan warna pada resin komposit setelah penumpatan dapat terjadi karena dua faktor. Faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yang dapat mempengaruhi perubahan warna adalah komposisi resin matriks dan ukuran partikel filler. Faktor ekstrinsik yang dapat menyebabkan diskolorasi pewarnaan oleh karena adanya absorbsi zat warna dari minuman, makanan, tembakau, bahan kumur dan pengaruh sinar ultraviolet. Stabilitas warna resin komposit dipengaruhi oleh kontak langsung yang terlalu sering dengan berbagai minuman berwarna seperti kopi, teh, jus, arak, dan minyak wijen. Perubahan warna juga bisa terjadi dengan oksidasi dan akibat dari penggantian air dalam polimer matriks.
Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Terikat
Gambaran Tingkat Kepuasan PasienTumpatan Resin Komposit
Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien
Tumpatan Resin Komposit
Dimensi Kualitas Pelayanan :Reliability (Kehandalan)Responsiveness (Ketanggapan)Assurance (Jaminan)Emphaty (Perhatian)Tangible (Penampilan)
Dimensi Kualitas Pelayanan :
Reliability (Kehandalan)
Responsiveness (Ketanggapan)
Assurance (Jaminan)
Emphaty (Perhatian)
Tangible (Penampilan)
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional studi yaitu melakukan pengambilan data secara langsung.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Balai Pengobatan Gigi Mandiri Bina Sehat Canina Makassar
Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2015
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang berkunjung berobat di Klinik Balai Pengobatan Gigi Mandiri Bina Sehat Canina Makassar.
Sampel
Sampel penelitian adalah seluruh pasien yang dilakukan penumpatan dengan menggunakan resin komposit di Klinik Balai Pengobatan Gigi Mandiri Bina Sehat Canina Makassar.
Kriteria Sampel
Kriteria sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:
Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
Bersedia menjadi responden
Pasien yang dilakukan penumpatan dengan menggunakan resin komposit
Definisi Operasional
Tumpatan resin komposit merupakan suatu material yang terbentuk dari kombinasi antara dua bahan yaitu etching dan bonding serta penambalan sewarna gigi yang pengerasan bahan tambalnya dilakukan dengan menggunakan sinar atau Light Curing (LC) dan tumpatan resin komposit merupakan jenis penambalan terbaik karena dengan penambalan jenis ini sewarna dengan gigi, pasien tidak perlu berlama-lama menunggu pengerasan bahan tambal hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam setelah penambalan dilakukan, maka pasien sudah dapat kembali melakukan aktivas makan seperti biasa
Reliability (kehandalan) adalah kemampuan perawat gigi untuk memberikan suatu pelayanan sesuai dengan keinginan pasien secara akurat dan terpercaya.
Responsiveness (ketanggapan) adalah kemampuan perawat gigi untuk membantu pasien dan memberikan pelayanan secara cepat dan akurat.
Assurance (jaminan) adalah pengetahuan dan kesopanan serta kemampuan perawat gigi untuk memberikan kepercayaan kepada pasien tanpa ada keragu-raguan bahwa ia terbebas dari segala bahaya resiko.
Emphaty (perhatian) adalah perhatian pribadi yang diberikan kepada pasien, dapat terlihat dari pemberian perhatian secara khusus kepada setiap pasien, perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarga serta pelayanan terhadap semua pasien tanpa memandang status sosial.
Tangible (penampilan) merupakan penampilan fisik, sarana dan prasarana yang dapat dilihat dari kerapian perawat gigi dalam berpakaian, kebersihan peralatan yang digunakan, kelengkapan dan kenyamanan ruangan.
Tingkat kepuasan pasien merupakan perasaan senang karena terpenuhinya harapan dan keinginan pasien setelah menerima jasa pelayanan.
Jenis Data
Data primer
Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diberikan kepada responden untuk menilai tingkat kepuasan pasien yang berkunjung berobat di Klinik Balai Pengobatan Gigi Mandiri Bina Sehat Canina Makassar.
Data sekunder
Data sekunder diperoleh berdasarkan hasil laporan dan informasi di Klinik Balai Pengobatan Gigi Mandiri Bina Sehat Canina Makassar
Kriteria penilaian
Tabel 3.1 Kriteria interpretasi skor berdasarkan interval
Skor
Kriteria
80%-100%
Sangat Puas
60%-79,99%
Puas
40%-59,99%
Cukup Puas
20%-39,99%
Tidak Puas
0%-19,99%
Sangat Tidak Puas
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada responden dengan panduan kuesioner.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah lembar kuesioner.
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
Analisis Data
Analisis data dilakukan secara manual.