BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di dalam rongga skrotum. Testis berbentuk ovoid, berat 10-14 gram. Ukuran testis orang dewasa rata-rata rata-r ata 4 x 3 x ,! "m dengan dengan volum volumee 1!-! 1!-! ml. Testis estis mempun mempunya yaii kapsul kapsulaa yang yang terdiri terdiri atas tiga tiga lembar lembar lapisan, dari super#i"ial ke pro#unda, yakni$ % , & , ' , ( 1. Tuni"a Tuni"a vaginalis, vaginalis, merupakan bagian dari peritoneum, peritoneum, terdiri terdiri dari lamina parietalis dan lamina vis"eralis. di bagian dorsal dari testis ter)adi peralihan dari lamina parietalis men)adi lamina vis"eralis. . Tuni"a Tuni"a albuginea, albuginea, dibentuk oleh )aringan ikat, berwarna putih. *ibungkus *ibungkus oleh tuni"a tuni"a vagina vaginalis, lis, ke"ual ke"ualii permuk permukaan aan testis testis yang yang ditemp ditempati ati oleh oleh epidid epididym ymis. is. *i bagian dorsal tuni"a albuginea menebal, membentuk mediastinum testis +Corpus Higmori. Higmori. 3. Tuni" Tuni"aa vas"ul vas"ulosa osa,, dibent dibentuk uk oleh oleh anyama anyaman n pembul pembuluh uh darah darah dan )aringa )aringan n ikat, ikat, berada pada #as"ies pro#unda dari tuni"a albuginea dan mengikuti permukaan septula testis. *ari mediastinum testis terdapat beberapa septula testis kearah tuni"a albuginea, membatasi testis dalam !0 buah rongga-rongga ke"il +tubuli testis. *i dalam setiap rongga terdapat dua buah tubuli semini#eri "ontorti, di mediastinum tubuli tadi saling berhubungan dan berbentuk lurus disebut tubulus semini#eri re"ti. *i dalam mediastinum testis, tubuli semini#eri re"ti mengadakan anastomose membentuk rete testis. *ari rete testis terdapat %-1 buah du"tuli e##erente testis yang mengadakan hubungan dengan epididimis.
&,',(
8
Gambar 1. Testis dan pididymis +*ikutip dari kepustakaan (
Gambar 2. A: agian-bagian testis. B: /askularisasi Testis.
+*ikutip dari kepustakaan (
9
rteri utama yang memperdarahi testis adalah arteri testikularis yang merupakan "abang dari aorta, keluar dari aorta di bawah arteri renalis. Terdapat dua sumber darah lain yang memperdarahi testis, arteri vas de#erens +arteri di#erensial yang merupakan per"abangan dari arteri vesikalis in#erior dan arteri "remaster, yang merupakan "abang dari arteri epigastrik pro#unda. embuluh-pembuluh vena ber)alan ke posterior menu)u ke margo posterior, menembus tuni"a albuginea dan bergabung dengan pleksus pampini#ormis, men)adi vena testiskularis di dekat anulus inguinalis internus. /ena testikularis dextra bermuara ke dalam vena "ava in#erior, dan vena testikularis sinistra bermuara ke dalam vena renalis sinistra.&,',( Testis mempunyai dua #ungsi dasar, memproduksi spermato2oa dan sekresi hormone testosteron yang penting untuk #ungsi reproduksi. ekitar '0 massa testis terdiri dari tubulus semini#erosa yang berkelak-kelok yang di dalamnya berlangsung spermatogenesis.
permatogenesis ter)adi akibat dari rangsangan
gonadotropin hipo#ise anterior, sepan)ang hidup.
oleh hormone
dimulai rata-rata pada usia 13 tahun dan berlan)ut
el-sel endokrin yang mengeluarkan testosteron adalah sel-sel
interstitial (sel leydig), terletak di )aringan ikat +)aringan interstisiurn antara tubulustubulus sernino#erosa. Testosteron adalah suatu hormone steroid yang berasai dari molekul prekursor kolesterol.
el-sel
leydig mengandung en2im-en2im dengan
konsentrasi yang tinggi yang diperlukan untuk mengarahkan kolesterol mengikuti )alur yang menghasilkan testosteron. etelah dihasilkan sebagian testosteron disekresikan ke dalam darah dan terutama terikat dengan protein plasma.
'
3.2 EMBRIOLOGI DAN PENURUNAN TESTIS
ada minggu ke-% umur kehamilan primordial germ cells mengalami migrasi dari yolk sac ke-genital ridge. *engan adanya gen SRY (sex determining region Y), maka akan berkembang men)adi testis pada minggu ke-&. Testis yg berisi prekursor selsel Sertoli besar +yang kelak men)adi tubulus seminiferous dan sel-sel eydig ke"il dengan stimulasi 56 yang dihasilkan pituitary mulai akti# ber#ungsi se)ak minggu ke-' kehamilan
dengan
mengeluarkan
785
(!ullerian
"n#ibiting
$actor),
yang
menyebabkan involusi ipsilateral dari duktus mullerian. 785 )uga meningkatkan reseptor androgen pada membran sel eydig. ada minggu ke-10-11 kehamilan, akibat stimulasi "horioni" gonadotropin yang dihasilkan plasenta dan 96 dari pituitary sel-sel 10
eydig akan mensekresi testosteron yang sangat esensial bagi di#erensiasi duktus :ol#ian men)adi epididimis, vas de#erens, dan vesika seminalis.11,1 enurunan testis dimulai pada sekitar minggu ke-10. :alaupun mekanismenya belum diketahui se"ara pasti, namun para ahli sepakat bahwa terdapat beberapa #aktor yang berperan penting. yakni$ #aktor endokrin, mekanik +anatomik, dan neural. Ter)adi dalam #ase yang dimulai sekitar minggu ke-10 kehamilan segera setelah ter)adi di#erensiasi seksual. 5ase transabdominal dan #ase inguinoscrotal. ;eduanya ter)adi dibawah kontrol hormonal yang berbeda.
&,11
5ase transabdominal ter)adi antara minggu ke-10 dan 1! kehamilan, di mana testis mengalami penurunan dari urogenital ridge ke regio inguinal. 6al ini ter)adi karena adanya r"gresi ligamentum suspensorium cranialis dibawah pengaruh androgen +testosteron, disertai pemendekan gubernaculum +ligamen yang melekatkan bagian in#erior testis ke-segmen bawah skrotum di bawah pengaruh 785. *engan perkembangan yang "epat dari regio abdominopel%ic maka testis akan terbawa turun ke daerah inguinal anterior. ada bulan ke-3 kehamilan terbentuk pro"essus vaginalis yang se"ara bertahap berkembang ke-arah skrotum. elan)utnya #ase ini akan men)adi tidak akti# sampai bulan ke-& kehamilan. %,11,1 5ase inguinoscrotal ter)adi mulai bulan ke-& atau minggu ke-' sampai dengan minggu ke-3! kehamilan. Testis mengalami penurunan dari regio inguinal ke-dalam skrotum dibawah pengaruh hormon androgen. 7ekanismenya belum diketahui se"ara pasti, namun diduga melalui mediasi pengeluaran calcitonin gene-related peptide +<=>. ndrogen akan merangsang nervus genitofemoral untuk mengeluarkan <=> yang menyebabkan kontraksi ritmis dari gubernaculum.5aktor mekanik yang turut berperan pada #ase ini adalah tekanan abdominal yang meningkat yang menyebabkan keluarnya testis dari "avum abdomen, di samping itu tekanan abdomen akan menyebabkan terbentuknya u)ung dari pro"essus vaginalis melalui canalis inguinalis menu)u skrotum. roses penurunan testis ini masih bisa berlangsung sampai bayi usia (1 bulan. %,&,11
11
Gambar 3. $ kema penurunan testis menurut 6utson. ntara minggu ke- '-1!
guberna"ulum += berkembang pada laki-laki, mendekatkan testis +T ke-inguinal. 9igamentum suspensorium "ranialis +<9 mengalami regresi. 7igrasi guberna"ulum ke-skrotum ter)adi pada minggu ke-'-3!. B: eranan guberna"ulum dan <9 pada di#erensiasi seksual rodent. ada )antan <9 mengalami regresi dan guberna"ulum mengalami perkembangan? sebaiiknya pada betina <9 menetap, dan guberna"ulum menipis dan meman)ang. +*ikutip dari kepustakaan &
3.3 EPIDEMIOLOGI
*ari laporan Scorer yang telah banyak dikutip penulis lain, telah diketahui bahwa insiden undesensus testis pada bayi sangat dipengaruhi oleh umur kehamilan bayi dan tingkat kematangan atau umur bayi. ada bayi prematur sekitar 30,3 dan sekitar 3,4 pada bayi "ukup bulan. ayi dengan berat lahir @ (00 gram seluruhnya mengalami undesensus testis, sedangkan dengan berat lahir @ 1'00 gram sekitar %',! undesensus testis. *engan bertambahnya umur men)adi 1 tahun, insidennya menurun men)adi 0,' , angka ini hampir sama dengan populasi dewasa.
,%,13
12
9aporan serupa yang lain menyebutkan dari &!00 bayi baru lahir di 8nggris, terdapat !,0 kasus ini pada saat lahir, dan menurun men)adi 1,& pada umur 3 bulan. etelah umur 3 bulan, bayi-bayi yang lahir dengan berat @000 gram, 000 - 4(( gram, dan AB!00 gram, insiden kasus ini berturut-turut men)adi &,&, ,!, dan 1,41.,!
3.4 KLASIFIKASI
Terdapat 3 tipe U*T &$ 1.U*T sesungguhnya +true undescended $ testis mengalami penurunan parsial melalui )alur yang normal, tetapi terhenti. *ibedakan men)adi teraba + palpable dan tidak teraba +impalpable. .Testis ektopik$ testis mengalami penurunan di luar )alur penurunan yang normal. 3.Testis retra"tile$ testis dapat dirabaCdibawa ke dasar skrotum tetapi akibat re#leks kremaster yang berlebihan dapat kembali segera ke kanalis inguinalis, bukan termasuk U*T yang sebenarnya. embagian lain membedakan true U*T menurut lokasi terhentinya testis, men)adi$ abdominal, inguinal, dan supras"rotal +gambar .4 =liding testis atau sliding testis adalah istilah yang dipakai pada keadaan U*T dimana testis dapat dimanipulasi hingga bagian atas skrotum tetapi segera kembali begitu tarikan dilepaskan. 1,4
Gambar 4. ;emungkinan lokasi testis pada true U*T dan ektopik testis. (Di!"i# $ari : Gi%% B& K'a) S. *r+#"'r,-i$im/*!rr0)" *'),0#". P0$ia"r *%i) N'r"- Am 144 (5: 1211/25
13
3. ETIOLOGI
egala bentuk gangguan pada proses penurunan testis berpotensi menimbulkan undesensus testis. eberapa teori telah men)elaskan penyebab antara lain kelainan gubernakulum, kelainan intrinsik testis, kelainan endokrin, atau kelainan bawaan lainnya. eberapa #aktor penyebab tesebut antara lain $
<
*
3,4,!,14
A)$r'0) $06i,i0),+7b%',a$0 ituitaryCpla"ental gonadotropin de#i"ien"y =onadal dysgenesis ndrogen synthesis de#e"t +rare ndrogen re"eptor de#e"t +rare M0,-a)i,a% a)'ma%i0 rune belly syndrome +bladder blo"k inguinal "anal osterior urethral valves +bladder blo"k inguinal "anal bdominal wall de#e"ts +low abdominal pressureCguberna"ular rupture
anomalies A8!ir0$ a)'ma%i0
blo"k
;riptor"hidism akan disebabkan oleh anomali apa sa)a yang mengganggu penurunan testis normal. 7ekanisme penurunan testis normal merupakan suatu interaksi kompleks antara #a"tor-#aktor hormonal dan mekanis atau anatomis sehingga penyebab undesensus testis merupakan multi#aktorial. 7eskipun penyebab umum undesensus testis tidak diketahui, #ase transabdominal )arang terkena, seperti pada kebanyakan kasus testis telah turun atau melewati kanalis inguinalis. ebaliknya, migrasi akti# dari gubernakulum selama #ase inguinoskrotal lebih rentan terhadap gangguan. Undesensus testis umumnya terletak dekat leher skrotum atau di luar "in"in inguinal eksternal. 14 *e#ek sekresi androgen prenatal diper"aya merupakan penyebab paling umum undesensus testis, baik yang disebabkan oleh de#isiensi stimulasi gonadotropin pituitary
14
atau produksi gonadotropin plasenta yang rendah. *ari hasil penelitian mengusulkan bahwa de#isiensi androgen dapat merupakan mani#estasi dari #isiologi abnormal =5D, yang mana mengganggu migrasi gubernakulum. Terlihat pada bayi yang mengalami undesensus bilateral ternyata memiliki level gonadotropin yang rendah dalam darah dan pada maldesensus dapat diturunkan dengan pengobatan gonadotropin. %,14 Undesensus testis umum ter)adi pada sindrom "ongenital dengan anomali multiple. 7ikrose#ali merupakan salah satunya, yang mana selalu disertai dengan dis#ungsi hipotalamik atau pituitari. nomali mekanis peri#er )uga umum ter)adi dan dapat menyebabkan kompresi ekternal pada regio inguinoskrotal. =angguan urologis spesi#ik seperti, sindrom prune belly dan katup uretra posterior, sering disertai dengan undesensus testis. *e#ek dinding abdomen merupakan predisposisi terhadap undesensus testis. +1! pada gastros"hisis, A30 pada exomphalos. Tidak mekanisme yang diusulkan termasuk tekanan abdominal yang rendah, disrupsi gubernakulum traumatik, atau de#ek pada hipotalamus. *e#ek neural tube )uga memiliki #rekuensi undesensus yang tinggi. 14 ada umumnya undesensus testis disertai hernia inguinalis akibat prosesus vaginalis bagian proksimal tidak ter)adi obliterasi. /as de#erens yang berasal dari duktus mesone#ros tetap berkembang tapi pembuluh darah biasanya pendek sesuai dengan tingkat penurunan testis dan ini yang kadang-kadang menyulitkan penurunan testis ke skrotum. % 3.9 DIAGNOSIS A)am)0i
=e)ala utama ialah tak adanya testis dalam skrotum baik keduanya +bilateral atau salah satunya +unilateral. 7ungkin )uga penderita datang dengan keluhan ada ben)olan di tempat lain? perut, di atas paha dan lain-lain. 7ungkin datang karena ge)alage)ala hernia atau torsio testis.% ada anamnesis harus digali adalah tentang prematuritas penderita +30 bayi prematur mengalami undesensus testis, penggunaan obat-obatan saat ibu hamil +estrogen, riwayat operasi inguinal. 6arus dipastikan )uga apakah sebelumnya testis pernah teraba di skrotum pada saat lahir atau tahun pertama kehidupan +testis retractile akibat re#leks "remaster yang berlebihan sering ter)adi pada umur 4-% tahun. erlu )uga 15
digali riwayat perkembangan mental anak, dan pada anak yang lebih besar bisa ditanyakan ada tidaknya gangguan pen"iuman +biasanya penderita tidak menyadari. >iwayat keluarga tentang undesensus testis, in#ertilitas, kelainan bawaan genitalia, dan kematian neonatal.4,!,1 P0m0riaa) Fii
ada pemeriksaan #isis terlihat skrotum yang kosong, mengkerut +kempes dibandingkan pada yang ada testis. *apat teraba ben)olan di tempat lain. emeriksaan se"ara umum harus dilakukan dengan men"ari adanya tanda-tanda sindrom tertentu, dismor#ik, hipospadia, atau genitalia ambigua. emeriksaan testis sebaiknya dilakukan pada posisi terlentang dengan "frog leg position" dan )ongkok. *engan tangan yang hangat dan akan lebih baik bila menggunakan )elly atau sabun, dimulai dari 8 menyusuri kanalis inguinalis ke-arah medial dan skrotum. ila teraba testis harus di"oba untuk diarahkan ke-skrotum, dengan kombinasi EmenyapuE dan EmenarikE terkadang testis dapat didorong ke-dalam skrotum. *engan mempertahankan posisi testis didalam skrotum seiama 1 menit, otot-otot "remaster diharapkan akan mengalami "fatigue': bila testis dapat bertahan di dalam skrotum, menun)ukkan testis yang retractile sedangkan pada undesensus testis akan segera kembali begitu testis dilepas. Tentukan lokasi, ukuran dan tekstur testis. %,1!,1%,1&
16
Gambar . Teknik pemeriksaan testis A : 7enyusuri kanalis inguinalis dimulai dari
8. B* : ila teraba testis, FmenggiringG testis dengan u)ung-u)ung )ari D: 7emanipulasi ke-dalam skrotum. +*ikutip dari kepustakaan 1&.
9okasi undesensus testis tersering terdapat pada kanalis inguinalis +&, diikuti supraskrotal +0, dan intra-abdomen +'. ehingga pemeriksaan #isik yang baik akan dapat menentukan lokasi tersebut.
!,%,1&,1'
danya undesensus testis bilateral yang tidak teraba gonadCtestis apalagi disertai hipospadia dan virilisasi, harus dipikirkan kemungkinan intersex, individu dengan kromosom HH yang mengalami female pseudo-hermaphroditism yang berat? atau Anorchia kongenital sebagai akibat torsi testis in utero. edangkan simple undesensus
testis merupakan hal yang seringkali di)umpai terutama pada bayi yang prematur, akan tetapi masih dapat ter)adi penurunan testis dalam tahun pertama kehidupannya. !,1(,0
17
P0m0riaa) Lab'ra"'ri!m
ada anak dengan undesensus testis unilateral tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih lan)ut. edangkan pada undesensus testis bilateral tidak teraba testis dengan disertai hipospadia dan virilisasi, diperlukan pemeriksaan analisis kromosom dan hormonal +yang terpenting adalah 17-hydroxyprogesterone) untuk menyingkirkan kemungkinan intersex.
!,1,1&
etelah menyingkirkan kemungkinan intersex, pada penderita U*T bilateral dengan usia I 3 bulan dan tidak teraba testis pemeriksaan 96, 56, dan testosteron akan dapat membantu menentukan apakah terdapat testis atau tidak. ila umur telah men"apai di atas 3 bulan pemeriksaan hormonal tersebut harus dilakukan dengan melakukan stimulasi test menggunakan h<= (human chorionic gonadotropin hormone). ;etiadaan peningkatan kadar testosteron disertai peningkatan 96C56
setelah dilakukan stimulasi mengindikasikan anorchia.!,1 rinsip stimulasi test dengan h<= atau h<= test adalah mengukur kadar hormon testosteron pada keadaan basal dan 4-4' )am setelah stimulasi. >espon testosteron normal pada h<= test sangat tergantung umur penderita. ada bayi, respon normal setelah h<6= test bervariasi antara -10x bahkan 0x. ada masa kanak-kanak, peningkatannya sekitar ! -10x. edangkan pada masa pubertas, dengan meningkatnya kadar testosteron basal, maka peningkatan setelah stimulasi h<= hanya sekitar -3x.
!,1&
P0m0riaa) Ra$i'%'i
U= hanya dapat membantu menentukan lokasi testis terutama di daerah inguinal, di mana hal ini akan mudah sekali dilakukan perabaan dengan tangan. ada penelitian terhadap %% kasus ru)ukan dengan undesensus testis tidak teraba testis, U= hanya dapat mendeteksi 3&,! +1 dari 3 testis inguinal? dan sulit mendeteksi testis intra-abdomen. 8 mempunyai ketepatan yang lebih tinggi dibandingkan U= terutama diperuntukkan testis intra-abdomen +tak teraba testis. 7>8 mempunyai sensiti#itas yang lebih baik untuk digunakan pada anak-anak yang lebih besar +belasan tahun. 7>8 )uga dapat mendeteksi ke"urigaan keganasan testis.3,4 18
La#ar''#i
7etode ini sebaiknya dilakukan pada anak yang lebih besar dan setelah pemeriksaan lain tidak dapat mendeteksi adanya testis di inguinal. eberapa hal yang dapat dievaluasi selama laparoskopi adalah$ kondisi "in"in inguinalis interna, processus aginalis (patent atau nonpatent)! testis dan vaskularisasinya serta struktur olfiannya. Tiga hal yang sering di)umpai saat laparoskopi adalah$ #lind-ending pembuluh
darah testis yang mengindikasikan anorchia +44, testis intra-a#domen +3%, dan struktur cord (asa dan as deferens) yang keluar ke-dalam "in"in inguinalis interna.
4,1&
3. DIAGNOSIS BANDING 1&22
1. Testis ektopik $ penurunan testis ter)adi sepan)ang "analis inguinalis dan melewati anulus inguinalis externus, namun testis dapat terletak pada posisis ektopik sehingga tampak super#isial dari oblik eksterna, pangkal penis, perineum atau pada bagian atas dan medial paha. . Testis retraktil $ penurunan testis se"ara normal dan aktivitas "remaster berlebihan menarik
testis
ke
atas
melalui
"analis
inguinalis.
Tarikan
halus
dapat
mengembalikan testis pada skrotum. 3.; KOMPLIKASI &9&23
;omplikasi utama yang dapat ter)adi pada undesensus testis adalah keganasan testis dan in#ertilitas akibat degenerasi testis, torsi testis, dan hernia inguinalis. a >isiko keganasan. >isiko ter)adinya keganasan testis pada anak dengan undesensus testis dilaporkan berkisar 10-0 kali dibandingkan pada anak dengan testis normal. 7akin tinggi lokasinya makin tinggi risiko keganasannya, testis abdominal mempunyai risiko men)adi ganas 4x lebih besar dibanding testis inguinal. b 8n#ertilitas. erbedaan suhu yang leibh tinggi intra abdominal dan intra s"rotal +beda J 1 o < mempengaruhi proses spermatogenesis. enderita undesensus testis bilateral mengalami penurunan #ertilitas yang lebih berat dibandingkan undesensus testis unilateral, dan apalagi dibandingkan dengan populasi normal. enderita undesensus
19
testis bilateral mempunyai risiko in#ertilitas %x lebih besar dibandingkan populasi normal, sedangkan pada undesensus testis unilateral berisiko x lebih besar. " Torsio testis. Testis yang terlalu mobile dalam kantong hernia memudahkan testis terpuntir ter)adilah torsio testis. d 6ernia inguinalis. Ter)adi pada ! pasien. Tak )arang penderita datang dengan hernia inkarserata yang memerlukan tindakan segera yang tentunya kalau mungkin ditanggulangi sekaligus orkidopeksi atau orkidektomi. 3. PENATALAKSANAAN
Tu)uan terapi undesensus testis yang utama dan dianut hingga saat ini adalah memperke"il risiko ter)adinya in#ertilitas dan keganasan dengan melakukan reposisi testis kedalam skrotum baik dengan menggunakan terapi hormonal ataupun dengan "ara pembedahan orkidopeksi (orc#idopexy).4,!,1&,
Gambar 9. logritma penatalaksanaan U*T pada anak. nak yang lebih besar
sebaiknya segera diru)uk saat diagnosis ditegakkan. 96 K luteini2ing hormone? 56K#olli"le-stimulating hormone?78 ? 7ullerian inhibiting substan"e? h<= K human "hroni" gonadotropin. +dikutip dari kepustakaan 1&.
20
T0ra#i K')0r
Testis dapat turun spontan dalam 3 bulan sampai 1 tahun. ahkan sampai tahun terutama yang prepubik atau pada anulus inguinalis eksternus. 9ebih dari tahun biasanya tidak akan turun lagi.% 6ormon h<= mempunyai ker)a mirip 96 yang dihasilkan pituitary, yang akan merangsang sel eydig menghasilkan androgen. ekomendasi yang sering digunakan adalah dari 8nternational 6ealth 5oundation dan :6L yang merekomendasikan pemberian !0 8U untuk bayi @ 1 bulan, !00 1U untuk umur 1-% tahun, dan 1.000 8U untuk umur A % tahun, masing masing kelompok umur diberikan x seminggu selama ! minggu.ngka keberhasilan terapi h<= berkisar !-!! pada penelitian tanpa kontrol, dan sekitar %-1 pada penelitian buta a"ak. 5aktor yang mempengaruhi keberhasilan terapi adalah$ makin distal lokasi testis makin tinggi keberhasilannya, makin tua usia anak makin respon terhadap terapi hormonal, U*T bilateral lebih responsi# terhadap terapi hormonal daripada unilateral. 4,!,1&,1 T0ra#i P0mb0$a-a)
pabila hormonal telah gagal, terapi standar pembedahan untuk kasus undesensus testis dengan orkidopeksi yaitu meletakkan testis ke dalam skrotum denagan melakukan #iksasi pada kantong sub dartos. 7engingat &! kasus undesensus testis akan mengalami penurunan testis spontan sampai umur 1 tahun, maka pembedahan dapat dilakukan setelah umur 1 tahun +biasanya umur -3 tahun. Lrkidopeksi seharusnya dilakukan oleh ahli urologi yang telah terbiasa menangani prosedur pembedahan tersebut serta mana)emen komplikasinya.1!,1( ;eputusan melakukan orkidopeksi didasarkan oleh pertimbangan berbagai #aktor, antara lain$ 4,1,4 a Untuk meminimalisir resiko in#ertil. b Untuk menurunkan resiko kanker testis. " Untuk menurunkan resiko trauma pada testis. d Untuk men"egah ter)adinya hernia inguinal.
21
e Untuk men"egah torsio testis pada saat rema)a. # e"ara psikologis men"egah rasa rendah diri karena tidak mempunyai testis. Lrkidopeksi inguinal diatas yang dilakukan umumnya menggunakan prosedur yang relati# sederhana, namun adapula prosedur yang lain pada undesensus testis dengan lokasi testis yang rumit. e"ara umum, orkidopeksi pada undesensus testis yang terletak di depan skrotum atau inguinal dan suprainguinal adalah operasi yang tidak terlalu sulit dibandingkan dengan tindakan pada testis intraabdomen.
1&,4
Lperasi dilakukan dengan "ara insisi di atas "analis inguinalis. Testis, #unikulus spermatikus,
pembuluh-pembuluh
darah
dibebaskan
kemudian
pole
"audal
testisCgubernakulum di#iksasi pada dasar bagian dari skrotum. ila perlu )ahitan dapat ditembuskan keluar dari skrotum dan di#iksasi di bagian medial pangkal paha dan dipertahankan -3 minggu. %,1&,4 ila kemudian #unikulus spermatikus yang telah dibebaskan atau arteri spermatikus masih pendek, yang menyebabkan testis belum sampai ke skrotum, maka dapat dilakukan$ %,1&,4 1. embuluh-pembuluh darah testis dibebaskan dari peritoneum. . Testis, vas de#erens dan pembuluh-pembuluh darah dibebaskan dan melalui di bawah dinding ke lubang "analis inguinalis di bawah pembuluh darah epigastrika in#erior keluar melalui anulus inguinalis eksternus untuk memperpendek )arak ke dalam rongga skrotum. 3. Untuk mengetahui adanya pembuluh darah kolateral dari "abang arteri lainnya, arteri spermati"a interna yang pendek dapat diklem, bila testis tetap baikCtidak men)adi biru, dapat dipotong sehingga testis dapat diturunkan. 4. ila usaha sudah dilakukan dan testis belum dapat diturunkan ke dalam skrotum maka dilakukan orkidektomi. ila didapatkan undesensus testis yang bilateral, maka operasi dapat dilakukan dua kali, yaitu testis yang satu dioperasi terlebih dahulu, kemudian dilihat hasilnya apakah testis yang telah dioperasi dapat bertahan. etalah itu dapat dilakukan operasi kedua untuk testis yang satunya. ila ternyata tidak berhasil masih ada testis satunya yang masih memproduksi spermato2oa. %,1&,4
22
Teknik 5owler-tephens sering digunakan ketika undesensus testis terletak tinggi di atas skrotum atau di dalam abdomen dengan pembuluh darah testis yang pendek. 6al itu dapat dilakukan dalam dua tahap di)adwalkan dalam beberapa bulan. ada tahap pertama. ahli bedah meletakkan testis ke bawah untuk sementara bagian dalam paha. ada tahap kedua, testis akan dipindahkan ke dalam skrotum dan ter)ahit sesuai tempatnya. Tahap ini biasanya dilakukan 3-% bulan setelah prosedur tahap pertama.3,4 Lrkidopeksi
tipe
lainnya
yaitu
auto-transplantasi
testis
+mikrovaskular
transplantasi. hli bedah mengangkal undesensus testis sepenuhnya dari lokasi dan kembali meletakkan dalam skrotum dengan anastomosis mikrovaskular dari testis ke arteri dan vena epigastrik in#erior ipsilateral yang masih dapat digunakan. Teknik ini rnengurangi risiko ter)adinya suplai darah yang tidak adekuat pada testis.
3,4
emeriksaan post operati# +1- minggu setelah orkidopeksi ditu)ukan untuk menilai pertumbuhan luka operasi dan membuka )ahitan. Untuk men"egah keluarnya testis dan skrotum. enggunaan permainan seperti sepeda sebaiknya dilarang selama kurang lebih minggu. ktivitas olahraga )uga sebaiknya dibatasi pada anak yang lebih tua. emeriksaan selan)utnya sebaiknya dilaksanakan % - 1 bulan setelah operasi untuk menilai posisi testis apakah mengalami malposisi sekunder dan menilai ukuran testis apakah mengalami atro#i. 1,4 Lrkidopeksi sebagian besar berhasil pada anak dengan undesensus testis yang letaknya relati# dekat dengan skrotum. Tingkat kegagalan pada orkidopeksi berdasarkan letak testis sekitar ' )ika testis berada tepat diatas skrotum? 10-0 )ika testis ditemukan berada pada kanalis inguinal? serta ! )ika testis ditemukan di abdomen. Tingkat keberhasilan orkidopeksi pada testis +skrotum, inguinal dan suprainguinal sekitar '0-(0 . rosedur 5owler-tephens sekitar &&-(! . Tehnik mikrovaskular transplantasi sekitar '3-(%. Lrkidopeksi sendiri tidak akan mengurangi resiko ter)adinya keganasan, tetapi akan lebih mudah melakukan deteksi dini keganasan pada penderita yang telah dilakukan orkidopeksi. 4,!,4
23
K'm#%iai 3&4&9&21&24
eberapa risiko komplikasi setelah operasi orkidopeksi antara lain $ 1. ;egagalan testis berada dalam skrotum +posisi anatomi abnormal . tro#i testis 3. Lklusi vas de#erens 4. embengkakan pada skrotum akibat perdarahan !. pididymoor"hitis.
3.1> PROGNOSIS 3&4&&9
ebagian besar undesensus testis akan turun ke dalam skrotum se"ara spontan pada 3 bulan pertama setelah lahir, dan pada % bulan pertama insidensnya menurun men)adi 0,'. ada penderita kriptokidisme memiliki risiko kanker testis sekitar 3-! . Lrkidopeksi sendiri tidak akan men"egah risiko ter)adinya keganasan, tetapi akan lebih mudah melakukan deteksi dini keganasan setelah operasi. >isiko karsinoma in situ sekitar 0,4 pada pasien riwayat orkidopeksi. asien dengan undesensus testis memiliki resiko mengalami in#ertilitas. permatogram ditemukan normal pada 0 pasien undesensus bilateral dan &! pasien undesensus unilateral. ekitar % laki-laki in#ertil memiliki riwayat orkidopeksi.
24