BAB
4 Analisis pola pemanfaatan lahan yang akan dilakukan dibagi dalam dua bagian yaitu : 1. Analisis pola pemanfaatan pemanfaatan lahan tahun 2006, 2006, dan 2. Analisis kecenderungan kecenderungan pergeseran pemanfaatan pemanfaatan lahan
4.1
ANALISIS POLA PEMANFAATAN LAHAN TAHUN 2006 Analisis pemanfaatan lahan dilakukan untuk melihat pola perkembangan kegiatan dan distribusi pemanfaatan lahan Kota Pekanbaru yang terjadi saat ini.
4.1.1 Kawasan Lindung
A. Kawasan Lindung Kawasan lindung di Kota Pekanbaru pada umumnya berada di bagian Utara Kota terutama di Kecamatan Rumbai dan Kecamatan Rumbai Pesisir. Meskipun ditetapkan sebagai kawasan konservasi, persentase tutupan lahan pada kawasan ini cenderung mengalami penyusutan yang cukup drastis. Bahkan lebih dari 50% lahan yang ada telah beralih fungsi menjadi kegiatan perkebunan dan kegiatan budidaya lainnya. Selain berfungsi sebagai kawasan konservasi, dalam jangka panjang kawasan ini sangat prospektif dikembangkan sebagai pusat penelitian Kawasan lindung di Kota Pekanbaru yang berdasarkan Peraturan Pemerintah antara lain :
telah
ditetapkan
1. Kawasan Taman Hutan Raya SSK II, dan 2. Kawasan Hutan Lindung Okura Sementara kawasan lindung yang keberadaannya diidentifikasi berdasarkan Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung antara lain :
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru Pekanbaru
1. Kawasan sempadan sungai; 2. Kawasan sekitar danau atau waduk; dan 3. Kawasan rawan bencana. Berdasarkan kriteria di atas, maka jenis penggunaan kawasan lindung di Kota Pekanbaru pada saat ini adalah sebagai berikut:
a.
Kawasan resapan air dan kawasan perlindungan bagi kawasan lahan lainnya.
yang
memberikan
1) Kawasan resapan air, didefinisikan sebagai kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer ( akuifer ) yang berguna sebagai sumber air. Kriteria dari kawasan resapan air ini adalah curah hujan tinggi, struktur tanah yang mudah meresapkan air dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar. Secara spesifik, penetapan kawasan resapan air tidak selamanya harus mengacu kepada kriteria di atas. Prinsip dasar suatu kawasan resapan adalah penyediaan ruang terbuka (open space) yang ditunjang oleh porositas tanah yang baik sebagai bidang resapan. Oleh karena itu, intensitas kegiatan terbangun pada kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan resapan air sudah seharusnya diawasi melalui pengendalian pembangunan kawasan. Bila dilihat dari kondisi ruang terbuka Kota Pekanbaru yang ada saat ini, maka sebagian kawasan resapan air berada di wilayah Utara yaitu di Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir.
2) Kawasan hutan lindung, didefinisikan sebagai kawasan hutan yang karena keadaan sifat alamnya diperuntukkan guna pengatur tata air, pencegahan bencana banjir dan erosi serta pemeliharaan kesuburan tanah. Kondisi kawasan hutan lindung di Utara Kota Pekanbaru saat ini telah berada pada kondisi kritis selain akibat proses alih fungsi lahan menjadi kawasan budidaya perkebunan, juga akibat penebangan liar.
b.
Sempadan sungai, sekitar waduk, sekitar mata air, dan kawasan terbuka hijau kota termasuk jalur hijau.
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
2
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru Pekanbaru
1) Sempadan sungai, didefinisikan sebagai kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/ saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Daerah sempadan sungai di Kota Pekanbaru mencakup seluruh daerah aliran sungai baik sungai besar dan anak sungainya.
2) Kawasan sekitar danau/waduk,
didefinisikan sebagai kawasan tertentu di sekeliling danau/waduk yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi danau/waduk. Danau di Kota Pekanbaru yang memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai kawasan konservasi adalah Danau Buatan atau Danau Limbungan yang terletak di Kecamatan Rumbai Pesisir.
3) Kawasan ruang terbuka hijau, didefinisikan ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur, dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka (tanpa bangunan). Dalam ruang terbuka hijau (RTH) pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya. Klasifikasi ruang terbuka hijau (menurut Inmendagri No. 14 tahun 1988 tentang RTH Perkotaan) antara lain:
a)
Kawasan hijau pertamanan kota
b)
Kawasan hijau hutan kota
c)
Kawasan hijau kegiatan olahraga
d)
Kawasan hijau pemakaman
e)
Kawasan hijau pertanian
f)
Kawasan jalur hijau, dan
g)
Kawasan hijau pekarangan
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
3
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru Pekanbaru
TABEL IV – 1 KAWASAN LINDUNG KOTA PEKANBARU TAHUN 2006 No 1
Jenis Kawasan Lindung
Kawasan Perlindungan Kawasan Bawahannya
a.
Kawasan Resapan Air
b.
Kawasan Hutan Lindung
2 a. b. c. 3 a. 4
Lokasi Kecamatan Rumbai Rumbai Pesisir Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir
Kawasan Tertentu Sempadan Sungai Kawasan Sekitar Waduk Kawasan Sekitar Mata Air
Seluruh Kecamatan Kecamatan Rumbai Pesisir -
Kawasan Hutan Raya dan Taman Wisata Taman Hutan Raya
Kecamatan Rumbai
Ruang Terbuka Hijau Kota
Kawasan Hijau Pertamanan Kota
Mesjid Agung Annur Jl. Diponegoro (samping Hotel Aryaduta)
b.
Kawa Kawasa san n Hija Hijau u Huta Hutan n Kot Kota a
Jl. Diponegoro Taman Alam Mayang Kawasan Bandara
c.
Kawasan Hijau Kegiatan Olahraga
Lapangan Caltex Kawasan GOR Rumbai Lap. Golf Kompleks AURI
d.
Kawa Kawasa san n Hijau Hijau Pem Pemak akam aman an
TPU di seluruh kecamatan Taman Makam Pahlawan
Kawa Kawasa san n Hija Hijau u Pert Pertan ania ian n
Tersebar di seluruh kecamatan kecuali kecamatan Pekanbaru Kota, Senapelan, Limapuluh, Sukajadi.
Kawa Kawasa san n Jalu Jalurr Hija Hijau u
Jl. Sudirman Jl. Diponegoro Jl. Arengka Bantaran Sungai
Kawa Kawasa san n Hijau Hijau Peka Pekara rang ngan an
Kantor Gubernur Kawasan Perkantoran Lainnya Mesjid Agung Annur Kawasan Kampus Kawasan Militer
a.
e.
f.
g.
Sumber: Hasil Observasi dan Analisis, 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
4
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Gambar 4.1 Sebaran Kawasan Koservasi Di Kota Pekanbaru tahun 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
5
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
c.
Taman hutan raya dan taman wisata alam lainnya Taman Nasional, Taman Raya dan Taman didefinisikan sebagai kawasan pelestarian alam dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan pengembangan ilmu pengetahuan, pariwisata, pendidikan.
Wisata Alam, yang dikelola untuk tujuan rekreasi dan
Kriteria dari kawasan ini adalah kawasan berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki flora dan fauna yang beraneka ragam, memiliki arsitektur bentang alam yang baik dan memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata. Sebagaimana kawasan lindung, kawasan hutan raya dapat ditetapkan berdasarkan pertimbangan lingkungan setempat, baik untuk tujuan ekologis, penelitian, rekreasi, pendidikan, dan estetika kota/wilayah.
d.
Kawasan rawan gempa dan rawan banjir Kawasan rawan bencana didefinisikan sebagai kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Kriteria kawasan rawan bencana adalah daerah yang diidentifikasikan sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, banjir dan genangan. Lokasi sebaran kawasan rawan bencana dan genangan dapat dilihat pada Tabel IV – 2 dan Gambar 4.2. TABEL IV – 2 KAWASAN RAWAN GEMPA DAN RAWAN BANJIR TAHUN 2006 No
Kawasan Rawan Bencana
Lokasi
1
Jalur Patahan
Melintang diagonal dari arah sekitar Kelurahan Air Hitam (Kec. Payung Sekaki) sampai Kelurahan Simpang Tiga (Kec. Bukit Raya).
2
Kawasan Rawan Banjir dan Genangan
Tersebar pada 18 Lokasi di Kecamatan Tampan, Payung Sekaki, dan Sail.
Sumber: Dinas PU Kota Pekanbaru,,Observasi,dan Analisis, 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
6
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
gambar 4.2 sebaran daerah rawan bencana dan genangan di Kota Pekanbaru tahun 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
7
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
4.1.2 Kawasan Budidaya Kawasan budidaya merupakan kawasan yang berkondisi fisik serta berpotensi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan guna kepentingan produksi, dalam rangka memenuhi kebutuhan manusia (termasuk permukiman) dan pembangunan. Kawasan budidaya ini antara lain berupa : 1. Permukiman Pola penyebaran kawasan permukiman di Kota Pekanbaru mengikuti beberapa trend yaitu :
a.
Membentuk pola kompak atau konsentris pada suatu kawasan dan lebih cenderung bersifat homogen sebagai kawasan permukiman. Kawasan permukiman seperti ini dominan tersebar pada kawasan pusat kota, baik permukiman teratur, permukiman padat, maupun permukiman kumuh. TABEL IV – 3 SEBARAN KAWASAN PERMUKIMAN DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2006 No
1
2
3
Jenis Kawasan Permukiman
Lokasi
Permukiman Teratur
Sebagian besar merupakan perumahan yang dibangun oleh pengembang yang tersebar pada hampir seluruh kecamatan, namun intensitas pengembangan saat ini cenderung mengarah ke Kecamatan Tampan, Marpoyan Damai, dan Payung Sekaki
Permukiman Padat
Terutama berada pada kawasan pusat kota, dan rata-rata merupakan permukiman swadaya.
Permukiman Kumuh
Sebagian besar berada di bantaran Sungai Siak terutama di Kelurahan Kampung Baru, Kampung Bandar, Kampung Dalam, Kelurahan Pesisir dan Kelurahan Meranti Pandak.
Sumber: Hasil Observasi dan Analisis, 2006
b.
Membentuk pola linier mengikuti jaringan jalan. Pola ini dapat dijumpai baik pada jaringan jalan utama yang ada di kawasan pusat kota maupun pada pinggiran kota. Pada pola permukiman seperti ini, umumnya merupakan kawasan campuran antara kawasan permukiman dan kawasan perdagangan.
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
8
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
c.
Membentuk pola sporadis dengan memanfaatkan lahan-lahan kosong yang tersebar pada kawasan pinggiran kota. Motivasi utama munculnya kawasan permukiman seperti ini umumnya sebagai respon terhadap tingginya nilai lahan di kawasan pusat kota, atau dapat juga karena motivasi ekonomi yaitu bertempat tinggal pada kawasan yang memungkinkan untuk bercocok tanam atau usaha lainnya yang memanfaatkan lahan terbuka.
Lihat Tabel IV – 3 dan Gambar 4.3. 2. Perdagangan Salah satu fenomena perkembangan Kota Pekanbaru saat ini adalah tumbuhnya kegiatan perdagangan yang luar biasa pada hampir seluruh bagian wilayah kota, bahkan hingga ruas jalan lingkungan yang diperuntukkan bagi kawasan permukiman. Kondisi ini di satu sisi memberikan indikasi positif adanya peningkatan aktivitas ekonomi yang cukup signifikan, namun di sisi lain juga berpengaruh terhadap wajah kota. Bentuk arsitektur bangunan ruko yang dominan tumbuh cenderung tidak memperhatikan aspek estetika bangunan dan keharmonisan antara fungsi kawasan dan jaringan jalan yang mendukungnya. Akibatnya, kesan spesifik pada beberapa kawasan tidak tertangkap dengan baik karena ciri setiap kawasan cenderung homogen. Kawasan perdagangan yang mampu memberikan ciri spesifik kawasan antara lain : a. Pusat perdagangan sepanjang Jalan Sudirman, karena selain berfungsi sebagai koridor utama jalan kota, juga dipengaruhi oleh vegetasi yang membentuk jalur hijau. b. Pusat perdagangan sepanjang Jalan Tuanku Tambusai, yang memiliki sejarah panjang sebagai kawasan perdagangan dan berinterksi langsung dengan kawasan perdagangan sepanjang Jalan Sudirman. Dilihat dari skala pelayanannya, kegiatan perdagangan di Kota Pekanbaru terbagi atas 4 (empat) kelompok yaitu : a. Kegiatan perdagangan dengan skala pelayanan lokal atau lingkungan permukiman. Kegiatan perdagangan jenis ini hampir dapat ditemui pada setiap sudut kawasan perumahan berupa ruko, warung, atau kios, dengan jenis barang dagangan yang bervariatif namun lebih didominasi oleh barang kebutuhan seharihari.
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
9
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Gambar 4.3. Pola Sebaran Kawasan Permukiman Di Kota Pekanbaru tahun 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
10
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
TABEL IV – 4 SEBARAN KAWASAN PERDAGANGAN DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2006 No
1
2
3
4
Skala Kegiatan Perdagangan
Lokasi
Lokal
Menyebar pada semua Kecamatan, terutama pada pusat-pusat lingkungan permukiman. Kegiatan perdagangan jenis ini biasanya menyediakan barang-barang eceran untuk kebutuhan sehari-hari
Kawasan
Menyebar pada semua Kecamatan, terutama pada pusat-pusat kawasan. Kegiatan perdagangan jenis ini menyediakan barang-barang eceran namun skala usaha yang lebih besar
Kota
Terkonsentrasi di pusat kota, terutama di Jalan Sudirman, Jalan Riau, dan Jalan T. Tambusai.
Regional
Merupakan pusat perbelanjaan modern yang skala pelayanannya mencapai wilayah-wilayah di sekitar Pekanbaru. Pusat perdagangan jenis ini antara lain: Pekanbaru Mall di Jl. Sudirman, SKA Mall di simpang SKA, Ciputra Mall di Jl. Riau, Pasar Senapelan di Jl. Sudirman, dan Citra Plaza di Jl. Pepaya
Sumber: Hasil Observasi dan Analisis, 2006
b. Kegiatan perdagangan dengan skala pelayanan kawasan. Biasanya mampu melayani beberapa kawasan permukiman dengan menyediakan barang kebutuhan sehari-hari. Bila pada kawasan perdagangan dengan skala pelayanan lokal penyebarannya masih bersifat sporadis, maka pada tipe kawasan perdagangan ini, penyebarannya telah terpola dengan mengelompok (namun tidak menerus) terutama pada ruas jalan kolektor sekunder.
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
11
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Gambar 4.4 Pola Sebaran Kawasan Perdagangan di Kota Pekanbaru, Tahun 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
12
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
c. Kegiatan perdagangan dengan skala pelayanan kota. Ciri utamanya adalah berkembang secara menerus pada ruas jalan arteri (primer dan sekunder), maupun pada jalan kolektor primer yang memiliki tingkat aksesibilitas yang cukup baik. Jenis barang yang disediakan lebih didominasi oleh barang kebutuhan sekunder maupun tersier. d. Kegiatan perdagangan dengan skala pelayanan regional. Ditandai dengan beroperasinya 5 Mall yang tersebar pada kawasan pusat kota. Jenis barang yang disediakan cukup variatif mulai dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan tersier. Salah satu ciri utama dari jenis kegiatan perdagangan ini adalah selain menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga dalam berbagai tingkatan harga, jenis kegiatan perdagangan seperti ini pada umumnya mengembangkan konsep ”one stop shopping” dimana konsumen dapat memenuhi kebutuhan berbelanjanya tanpa harus keluar masuk dari satu toko ke toko lainnya. Pola Sebaran kawasan perdagangan di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel IV – 4 dan Gambar 4.4. 3. Industri Kawasan industri didefinisikan sebagai kawasan yang diperuntukkan bagi industri berupa tempat pemusatan kegiatan industri. Hingga saat ini, hanya ada satu kawasan yang secara operasional benar-benar dapat diidentifikasi sebagai kawasan industri, yaitu kawasan industri ply wood yang terletak di Teluk Lembu. Sementara kegiatan industri lainnya (karet, makanan, rotan, furniture) belum menunjukkan identitas sebagai kawasan industri yang kompak dan dilengkapi dengan sarana dan prasarana pendukung layaknya sebuah kawasan industri. Namun demikian, berdasarkan penelusuran terhadap studi pengembangan kawasan industri di Kota Pekanbaru, saat ini, Pemda Kota Pekanbaru sangat concern untuk pengembangan kawasan industri di Kecamatan Tenayan (industri besar) dan Kecamatan Rumbai (Industri Kecil/ Kerajinan), dimana. indikasi ke arah realisasi pengembangan kawasan dapat diidentifikasi berdasarkan alokasi lahan yang telah dicadangkan. Gambar 4.5 dan Tabel IV – 5 yang ditampilkan berikut ini dapat memberikan penjelasan tentang pola penyebaran kegiatan industri baik dalam bentuk kegiatan yang telah berjalan (beroperasi) maupun dalam bentuk commitment plan .
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
13
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Gambar 4.5 Pola Sebaran Kegiatan Industri Di Kota Pekanbaru Tahun 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
14
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
TABEL IV – 5 SEBARAN KAWASAN INDUSTRI DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2006 No
Jenis Industri
Lokasi
1
Pengolahan Karet
Di sekitar Jembatan Siak I /sebelah Utara S. Siak
2
Industri Ply Wood
PT. Sola Gratia di daerah Teluk Lembu Di Jl. Teratak Buluh dekat persimpangan dengan Jl. Arengka
3
Industri Makanan dan Kayu
4
Industri Kerajinan Rotan
Di Jl. Yos Sudarso
6
Industri Tenayan
Di Kecamatan Tenayan Raya
Sumber: Hasil Observasi dan Analisis, 2006
4. Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, Rekreasi dan Olahraga, dan Fasilitas Sosial Lainnya Jenis fasilitas ini pada dasarnya telah tersebar secara merata pada seluruh kecamatan, kecuali kawasan rekreasi, pendidikan tinggi dan kawasan olahraga yang pengembangannya memerlukan lahan yang cukup luas. Oleh karena itu, pembahasan berikut ini lebih difokuskan pada kawasan pendidikan, kawasan rekreasi, dan kawasan olahraga yang secara teknis dapat tergambarkan dalam peta kerja. Hanya ada 5 (lima) kawasan pendidikan tinggi di Kota Pekanbaru yang dikembangkan pada lahan yang relatif luas yaitu, Universitas Riau (UNRI), Universitas Islam Riau (UIR), Universitas Lancang Kuning (UNILAK), Universitas Islam Negeri (UIN), Institut Teknologi Riau (ITR), dan Politeknik Caltex. Dengan memperhatikan polarisasi dari masing-masing kawasan pendidikan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pola pengembangan kawasan pendidikan saat ini mengarah ke luar kawasan pusat kota yaitu di Kecamatan Marpoyan Damai, Kecamatan Tampan dan Kecamatan Rumbai. Sementara itu, penyebaran kawasan olahraga dan rekreasi di Kota Pekanbaru dapat dikatakan masih sangat minim. Ruang publik yang benar-benar dapat dimanfaatkan sebagai tempat berolahraga secara gratis saat ini berada di Kecamatan Rumbai itupun merupakan kontribusi PT. Caltex (Lapangan Caltex). Selebihnya merupakan lahanlahan terbuka yang “disulap” menjadi lapangan olahraga (lapangan sepakbola atau lapangan volli) yang skala pelayanannya terbatas pada lingkungan setempat. Selanjutnya, penyebaran kawasan wisata ditandai dengan adanya Danau Buatan, Taman Alam Mayang, dan Tempat Hiburan Kaca Mayang.
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
15
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
TABEL IV – 6 SEBARAN FASILITAS PENDIDIKAN DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2006 No
1
Tingkat Pendidikan
Dasar dan Menengah
Lokasi Menyebar pada semua Kecamatan dengan pola persebaran sbb : TK dan SD biasanya berada pada pusat permukiman atau pada kawasan campuran yang memiliki akses yang tinggi dengan kawasan permukiman. SMP dan SMU, tersebar pada pusat-pusat kawasan yang memiliki aksesibilitas yang tinggi terhadap beberapa kawasan permukiman.
2
Pendidikan Tinggi
Pendidikan Akademi, tersebar pada beberapa Kecamatan, terutama di pusat kota (Jl. A. Yani, Jl. KH. Achmad Dahlan, Jl. Melur, dan Jl. Pattimura), dan kawasan pinggiran, terutama Jl. Subrantas dan Yos Sudarso. Pendidikan Universitas, tersebar di Kecamatan Tampan (UNRI, UIN), Marpoyan Damai (UIR), Kec. Sail (UNRI, SPN), Sukajadi (UIN, UM), Rumbai (UNILAK, ITR)
Sumber: Hasil Observasi dan Analisis, 2006
Di Kota Pekanbaru terdapat 3 (tiga) kawasan wisata yang menjadi tujuan utama rekreasi masyarakat Kota Pekanbaru yaitu, Danau Buatan, Taman Alam Mayang, dan Kaca Mayang. Dari ketiga kawasan wisata tersebut, hanya Danau Buatan dan Alam Mayang lah yang memiliki lahan yang cukup luas yaitu masing-masing sekitar 400 Ha dan 10 Ha. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Tabel IV – 6, Tabel IV – 7, dan Gambar 4.6.
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
16
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
TABEL IV – 7 SEBARAN KAWASAN WISATA DI KOTA PEKANBARU TAHUN 2006 No
1
2
3
Kawasan Wisata
Lokasi
Kaca Mayang
Terletak di Jalan Sudirman (SPBU), dengan luas sekitar 3000 M2, yang dikembangkan sebagai sarana bermain anakanak.
Alam Mayang
Terletak di Jalan Imam Munandar (Kecamatan Tenayan Raya) seluas + 10 Ha, yang dikembangkan sebagai sarana bermain, olahraga, wisata air, dan perkemahan.
Danau Limbungan
Terletak di Kecamatan Rumbai Pesisir yang dapat di akses melalui Jalan Paus dan Jalan Pramuka. Luas keseluruhan kawasan ini diperkirakan +400 Ha, yang meliputi area genangan danau dan area daratan. Kondisi saat ini masih terlihat alami, meskipun sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pusat rekreasi multi event.
Sumber : Hasil Observasi dan Analisis, 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
17
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Gambar 4.6 Sebaran Kawasan Pendidikan, Kawasan Olahraga dan Kawasan Rekreasi di Kota Pekanbaru Tahun 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
18
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
5. Perkantoran Pemerintahan dan Niaga
Pola penyebaran kawasan pemerintahan di Kota Pekanbaru dapat dikatakan tergolong statis atau tidak mengalami perubahan yang cukup ekstrim. Tata letak yang mengelompok pada sekitar kawasan kantor Gubernur Riau hingga saat ini masih terpola sebagaimana beberapa tahun yang silam. Kalaupun ada perubahan, umumnya hanya berupa renovasi bangunan, baik menyeluruh atau pun sebagian. Namun demikian, beberapa kompleks perkantoran pemerintahan saat ini juga telah tersebar pada beberapa lokasi seperti di Jalan Subrantas (sekitar Simpang Panam), dan Jalan Sudirman (sekitar Hotel Sahid). Sementara itu, kawasan niaga yang dulunya lebih terkonsentrasi di Jalan Sudirman Ujung (sekitar Senapelan), Jalan A. Yani, dan sepanjang Jalan Tambusai, saat ini telah bergeser pada beberapa ruas jalan utama seperti jalan Sudirman (sekitar Taman Labuai), Jalan Arengka I dan Arengka II, Jalan Riau, dan Jalan Subrantas. Pola penyebaran kawasan pemerintahan dan niaga di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel IV – 8 dan Gambar 4.7. TABEL IV – 8 SEBARAN KAWASAN PEMERINTAHAN DAN NIAGA No
1
2
Kawasan Pemerintahan dan Niaga
Lokasi Sebagian besar berada di pusat kota yaitu sekitar Kantor Gubernur (Jl. Sudirman, Jl. Gajah Mada, Jl. A. Yani, Jl. Pepaya), dan sebagian nya lagi menyebar (Jl. DR Sutomo, Jl. KH. A.Dahlan, Jl. Kartini, dan sepanjang Jl. Sudirman antara simpang jl. T. Tambusai dan Simpang Tiga Bandara.
Pemerintahan
Terutama pada ruas jl. Sudirman, jl. T. Tambusai, jl. A. Yani, Jl. Arengka I dan Arengka II, jl. Subrantas, dan jl. Riau.
Niaga
Sumber: Hasil Observasi dan Analisis, 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
19
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Gambar 4.7 Pola Sebaran Kawasan Perkantoran Pemerintahan dan Kawasan Niaga di Kota Pekanbaru Tahun 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
20
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
6. Terminal Terminal di Kota Peknbaru dapat dikelompokkan menjadi :
a. Terminal angkutan darat; b. Terminal angkutan udara; dan c. Terminal angkutan sungai. Terminal angkutan darat terbagi atas terminal AKAP yang merupakan simpul pergerakan ke luar Kota Pekanbaru, terminal Madya merupakan simpul pergerakan antar kawasan di dalam kota, terminal bayangan yang berlokasi di luar terminal sebagian besar melayani pergerakan ke luar Kota Pekanbaru. TABEL IV – 9 SEBARAN SIMPUL TRANSPORTASI No
Jenis Terminal
Lokasi
1
Terminal Angkutan Darat
2
Pelabuhan Udara
3
Pelabuhan Sungai
Terminal Utama (AKAP), di Kecamatan Payung Sekaki. Terminal Utama (Dalam Kota), di Jl. Sudirman (Mayang Terurai). Sub Terminal (Madya), di Pasar Senapelan, Jl. Kayangan, Kulim Atas, dan Tampan (Kampus UNRI) Stasiun Kereta Api (Rencana), di Kecamatan Tampan. Di kawasan simpang tiga, Kecamatan Marpoyan Damai Di Kecamatan Senapelan, untuk angkutan penumpang (Pelita Pantai dan Sungai Duku) dan Angkutan Barang (PT. Pelindo I). Di Kecamatan Limapuluh (Pelabuhan Khusus).
Sumber: Hasil Observasi dan Analisis, 2006
Terminal Angkutan Udara SSK II, terletak di Kawasan Simpang Tiga adalah bandara militer yang dimanfaatkan untuk kepentingan penerbangan komersil, merupakan simpul pergerakan antar wilayah dalam lingkup domestik yang melayani angkutan penumpang dan angkutan barang (cargo).
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
21
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Gambar 4.8 Sebaran Simpul Transportasi di Kota Pekanbaru Tahun 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
22
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Terminal angkutan Sungai terbagi atas pelabuhan penumpang jarak dekat (Pelita Pantai), pelabuhan penumpang jarak jauh (Sungai Duku) dan pelabuhan barang (PT. Pelindo I). Sementara pelabuhan khusus, dikelola oleh PT. Sola Gratia yang merupakan perusahaan Ply Wood yang terletak di Teluk Lembu (Kecamatan Limapuluh). Sebaran simpul-simpul transportasi dapat dilihat pada Tabel IV – 9 dan Gambar 4.8. 7. Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan, Peternakan, dan Perikanan Didefinisikan sebagai kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman tahunan/perkebunan yang menghasilkan baik bahan pangan maupun bahan baku industri. Dalam rangka menjaga konsistensi definisi perkotaan sebagai kawasan non agraris, maka eksistensi aktivitas budidaya pertanian dan perkebunan tetap dianggap sebagai bagian dari kawasan perkotaan, namun terminologinya akan disesuaikan menjadi ruang terbuka hijau produktif. Budidaya tanaman pangan umumnya dikembangkan dalam skala usaha yang terbatas. Artinya, aktivitas budidaya tanaman pangan oleh masyarakat hanya dilakukan dengan memanfaatkan lahan-lahan terlantar yang tidak dikelola oleh pemiliknya. Jenis tanaman pangan umumnya berupa hortikultura dan buah-buahan. Masih luasnya kawasan kota yang belum termanfaatkan sebagai kawasan terbangun telah memberikan peluang berkembangnya kawasan perkebunan secara ekstensif dalam beberapa tahun terakhir ini, baik yang dilakukan oleh masyarakat secara individu dan kelompok, maupun perusahaan perkebunan skala besar. Kawasan perkebunan yang dikelola oleh perusahan besar dominan terlihat di Kecamatan Rumbai, Rumbai Utara dan Kecamatan Tenayan Raya. Sementara kawasan perkebunan yang dikelola oleh masyarakat tersebar pada hampir semua kecamatan di luar kawasan pusat kota. Sementara itu, bila dilihat dari pola sebaran kawasan budidaya perikanan, hanya ada 2 (dua) lokasi yang secara spasial membentuk kesatuan kawasan budidaya perikanan yaitu di Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir. Jenis komoditi yang dibudidaya pun cukup spesifik yaitu penangkaran ikan arwana yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi dan populasinya kini terancam punah. Selebihnya lokasi budidaya perikanan tersebar pada spot-spot yang relatif kecil terutama pada daerah aliran sungai (Sungai Siak dan anak sungainya). Demikian pula halnya dengan kawasan budidaya peternakan, saat ini tidak teridentifikasi adanya kawasan yang secara khusus mengembangkan kawasan peternakan dalam skala besar. Namun
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
23
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
demikian, dapat disimpulkan bahwa, terdapat aktivitas budidaya peternakan di Pekanbaru, namun lokasinya tersebar pada beberapa kecamatan. Hal ini dapat dideteksi dari laporan jumlah populasi ternak, jumlah produksi daging, dan telur sebagaimana terekam dalam data publikasi BPS. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV – 10 dan Gambar 4.9 berikut ini. TABEL IV – 10 SEBARAN KAWASAN PERTANIAN, PERKEBUNAN, PETERNAKAN DAN PERIKANAN No
1
2
Kegiatan
Lokasi Dikembangkan dalam skala kecil dan tersebar di Kecamatan Tampan, Bukit Raya, Marpoyan Damai, Rumbai, Rumbai Pesisir dan Tenayan Raya.
Tanaman Pangan
Kelapa Sawit , secara ekstensif di kembangkan di Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir, Tenayan Raya, Bukit Raya Tampan, dan Payung Sekaki.
Perkebunan
Karet , tersebar di Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir, dan Tenayan Raya
3
4
Perikanan
Tersebar pada Kawasankawasan yang dilalui sungai terutama S. Siak, S. Air Hitam, S. Umban Sari, dan S. Sail. Pada beberapa lokasi di Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir bahkan dijumpai usaha budidaya/ penangkaran Ikan Arwana.
Peternakan
Tersebar di semua kecamatan (kecuali Kec. Pekanbaru Kota, Lima Puluh, Sukajadi, dan Senapelan, dengan skala usaha kecil hingga menengah.
Sumber : Hasil Observasi dan Analisis, 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
24
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Gambar 4.9 Pola Sebaran Kawasan Budidaya Tanaman Pangan, Perkebunan, Perikanan, dan Peternakan di Kota Pekanbaru Tahun 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
25
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
8. Tempat Pembuangan Sampah dan Air Limbah Tempat pembuangan sampah akhir (TPA) Kota Pekanbaru saat ini terpusat di Kelurahan Muara Fajar Kecamatan Rumbai sekitar 20 Km ke arah Minas. Pada lahan TPA sampah, saat ini juga dilengkapi dengan utilitas pengolahan limbah (IPLT), namun sejak di bangun pada petengahan tahun 90 an hingga saat ini belum termanfaatkan sama sekali. Selain TPA Muara Fajar, berdasarkan hasil observasi di Wilayah Kulim, ternyata terdapat lokasi pembuangan sampah akhir (tidak resmi) yang diinisiasi oleh masyarakat dengan tujuan awal untuk menyuburkan lahan pertanian. Sayangnya, sampah yang dibuang tidak melalui proses seleksi sehingga baik sampah organik maupun non organik bercampur menjadi satu sehingga mengurangi kesuburan tanah. Mengenai lokasi TPA dan IPLT dapat dilihat pada Tabel IV - 11 dan Gambar 4.10. TABEL IV – 11 LOKASI TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH AKHIR (TPA) DAN INSTALASI PENGEOLAHAN LIMBAH TINJA (IPLT) No
Jenis
Lokasi
1
TPA
2
TPS
2
IPLT
Berada di Kec. Rumbai (Muara Fajar) Kecamatan Tenayan Raya (temporer) Tersebar pada semua kecamatan dengan total TPS sekitar 47 unit Di Kecamatan Rumbai (Muara Fajar), tepat di Lokasi TPA.
Sumber : Hasil Observasi dan Analisis, 2006
4.1.3 Kawasan Khusus/Tertentu Kawasan khusus adalah kawasan yang intensitas pemanfaatannya dilakukan secara terbatas. Jenis-jenis Kawasan khusus/ tertentu antara lain:
1.
Kawasan bandara
2.
Kawasan kompleks militer
3.
Kawasan pusat latihan tempur (PUSLATPUR)
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
26
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Gambar 4.10 Lokasi tempat pembuangan sampah akhir (tpa) Dan instalasi pengeolahan limbah tinja (iplt) Tahun 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
27
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Yang dimakud dengan kawasan bandara di sini adalah sebagaimana
tertuang dalam KM Perhubungan No. 60 tahun 2004 tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Sekitar Bandar Udara SSK II yaitu, tanah dan/ atau perairan ruang udara di sekitar bandar udara yang dipergunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di sekitar Bandar Udara SSK II meliputi : a. Kawasan pendekatan dan lepas landas; b. Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan; c. Kawasan di bawah permukaan horizontal dalam; d. Kawasan di bawah permukaan horizontal luar; e. Kawasan di bawah permukaan kerucut; f. Kawasan di bawah permukaan transisi; dan g. Kawasan di sekitar penempatan alat bantu navigasi penerbangan. TABEL IV – 12 LOKASI KAWASAN KHUSUS/ TERTENTU No 1
Jenis Kawasan Kawasan Bandara
Lokasi Berada di Kecamatan Marpoyan Damai
2
Kompleks Militer
3
Lapangan Tembak
KOREM 031 Wirabima (jl. Perwira. KODIM Jl. A. Yani Asrama Pancasila Jl. DR Sutomo Batere R Jl. Harapan Raya Batere P. Jl. Subrantas ARAHANUD, Jl. Teratak Buluh dan Arengka Ujung AURI di Simpang Tiga Lapangan Tembak, Jl. Kartama BRIMOB, Jl. KH. Ahmad Dahlan Jl. Kartama Jl. Budi Luhur
Sumber : Hasil Observasi, 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
28
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Gambar 4.11 Sebaran Kawasan Khusus di Kota Pekanbaru Tahun 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
29
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Sementara kawasan militer umumnya merupakan kawasan eksklusif yang pemanfaatan lahannya di tujukan untuk penyediaan sarana dan prasarana militer baik terbangun maupun tidak terbangun. Di Pekanbaru terdapat 2 (dua) jenis kawasan militer yaitu :
a.
Komplek militer yang befungsi sebagai markas kesatuan, kawasan ini terpusat di sekitar kawasan bandara SSK II yang pada dasarnya merupakan bandara militer (AURI). Selain itu, lokasi kompleks militer dapat dijumpai pula di Kecamatan Bukit Raya, Marpoyan Damai, Tampan, dan Kecamatan Sukajadi.
b.
Lahan terbuka yang berfungsi sebagai pusat latihan tempur (lapangan tembak). Lapangan tembak tersebar pada dua lokasi yaitu di Jalan Kartaman Kecamatan Marpoyan Damai dan di Jalan Budi Luhur Kecamatan Tenayan Raya.
Sebaran masing-masing kawasan Tabel IV – 12 dan Gambar 4.11.
4.2
khusus
dapat
dilihat
pada
Analisis Perubahan Pemanfaatan Lahan Analisis pergeseran pemanfaatan lahan dilakukan untuk melihat kecenderungan perubahan lahan yang terjadi selama kurun waktu 1991 – 2006. Adapun vriabel-variabel pembanding yang akan digunakan adalah semua jenis penggunaan lahan yang diklasifikasikan dalam RUTR 1991. Jenis-jenis penggunaan lahan Kota Pekanbaru tahun 1991 adalah sebagai berikut :
1.
Kawasan Lindung; dikontribusi oleh keberadaan Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) SSK II dan Kawasan Lindung Okura.
2.
Kawasan Permukiman; mencakup seluruh kawasan permukiman, baik yang mengelompok maupun kawasan permukiman yang tersebar secara sporadis dengan tingkat kerapatan bangunan yang sangat rendah
3.
Kawasan pendidikan, diidentifikasi berdasarkan sebaran kawasan pendidikan yang memiliki lahan yang cukup luas dan terdeteksi secara kasat mata pada skala 1 : 10.000.
4.
Kawasan Perdagangan, mencakup kawasan perdagangan skala kawasan, kota dan regional terutama yang berkembang secara linier pada jalan-jalan utama (arteri dan kolektor).
5.
Kawasan Industri, mencakup kawasan industri yang dikembangkan pada luasan lahan tertentu sehingga terdeteksi secara kasat mata pada skala 1 : 10.000.
6.
Kawasan Perkebunan, merupakan kawasan permukiman skala besar yang dikembangkan oleh koorperasi dan atau lahan perkebunan
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
30
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
masyarakat yang di usahakan secara berkelompok dan membentuk satu kesatuan kawasan perkebunan. TABEL IV – 13 PENGGUNAAN LAHAN KOTA PEKANBARU TAHUN 1991 LUAS LAHAN JENIS PENGGUNAAN (HA)
NO 1.
Kawasan Konservasi (Lindung) : (Hutan, Sempadan Sungai, dan Limitasi)
2.
Kawasan Permukiman : (Kepadatan rendah hingga tinggi)
3.
Kawasan Perdagangan dan Jasa
4.
Kawasan Perkebunan
5.
Kawasan Kebun, Semak Belukar
6.
Kawasan Pendidikan
7.
Kawasan Industri
8.
Fasilitas Umum
6.582,48 348,69 1.456,00 11.726,12 132,70 23,90
- Kuburan
26,27
- TPA
10,00
- Bandara
276,00
- Pelabuhan Sungai
20,00
- Terminal
19,00
• • •
9.
42.596,00
5,00 10,00 4,00
Regional Madya Cabang
Lain-lain
8.84 Jumlah
63.226,00
Sumber : RUTR Kota Pekanbaru, 1991
7.
Semak, belukar, pertanian, dan lahan kosong, merupakan kawasan non produktif dan memiliki kecenderungan untuk dimanfaatkan sebagai lahan garapan pertanian, serta kawasan pertanian yang sudah eksis.
8.
Kawasan Militer, mencakup seluruh kawasan militer yang tersebar di Kota Pekanbaru, terutama komplek militer yang memiliki lahan yang cukup luas.
9.
Kawasan Pemerintahan, mencakup seluruh bangunan pemerintahan terutama yang terpusat di sekitar Kawasan Perkantoran Gubernur.
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
31
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
10. Lain-lain, merupakan lokasi fasilitas umum yang penyebarannya sangat sporadis dan pemanfaatan lahannya relatif sangat kecil, sehingga sulit dipetakan. Sedangkan jenis-jenis penggunaan lahan tahun 2006 diklasifkasikan ke dalam 2 (dua) pemanfaatan utama yaitu pemanfaatan lahan terbangun dan lahan non terbangun. Lahan terbangun terdiri dari :
1.
Kawasan Permukiman ; mencakup seluruh kawasan permukiman, baik yang mengelompok maupun kawasan permukiman yang tersebar secara sporadis dengan tingkat kerapatan bangunan yang sangat rendah.
2.
Kawasan Pemerintahan, mencakup seluruh bangunan pemerintahan terutama yang terpusat di sekitar Kawasan Perkantoran Gubernur, dan beberapa kawasan pemerintahan yang tidak mengelompok di sekitar kawasan Kantor Gubernur.
3.
Kawasan pendidikan, diidentifikasi berdasarkan sebaran kawasan pendidikan terutama pendidikan tinggi (universitas).
4.
Kawasan Perdagangan, mencakup kawasan perdagangan skala kawasan, kota dan regional, termasuk pusat-pusat kawasan perdagangan yang baru tumbuh.
5.
Kawasan Industri, mencakup kawasan industri yang secara eksisting telah beroperasi, baik industri pengolahan maupun industri kerajinan dan rumah tangga (misalnya batu bata dan genteng).
6.
Kawasan Militer, mencakup seluruh kawasan militer yang tersebar di Kota Pekanbaru, terutama komplek militer yang memiliki lahan yang cukup luas.
7.
Kawasan Bandara, mencakup kawasan yang berada di sekitar lokasi bandara.
8.
Lain-lain, merupakan lokasi fasilitas umum yang penyebarannya sangat sporadis dan pemanfaatan lahannya relatif sangat kecil, sehingga sulit dipetakan.
Sedangkan lahan non terbangun terdiri dari :
1.
Kawasan Lindung; mencakup kawasan hutan raya SSK II di Kecamatan Rumbai dan Kawasan Lindung Okura di Kecamatan Rumbai Pesisir.
2.
Kawasan Perkebunan, merupakan kawasan permukiman skala besar yang dikembangkan oleh koorperasi dan atau lahan perkebunan masyarakat yang di usahakan secara berkelompok dan membentuk satu kesatuan kawasan perkebunan.
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
32
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
3.
Semak, belukar, pertanian, dan lahan kosong, merupakan kawasan non produktif dan memiliki kecenderungan untuk dimanfaatkan sebagai lahan garapan pertanian, serta kawasan pertanian yang sudah eksis.
4.
Hutan, merupakan kawasan-kawasan dengan yang realtif masih memiliki tutupan lahan dengan jenis vegetasi spesifik namun berada di luar kawasan lindung. TABEL IV – 14 PENGGUNAAN LAHAN KOTA PEKANBARU TAHUN 2006 NO
JENIS PENGGUNAAN
LUAS LAHAN (HA)
I
LAHAN TERBANGUN
1
Kawasan Permukiman
2
Kawasan Pemerintahan
100,23
3
Kawasan Pendidikan
282,30
4
Kawasan Perdagangan
666,07
5
Kawasan Industri
6
Militer
7
Bandara
8
Lain-Lain
10.914,44
1.794,94 134,93 276 723.07
Jumlah
14.891,98
II
LAHAN NON TERBANGUN
1
Kawasan Lindung
2
Kawasan Perkebunan
18.372,33
3
Kawasan Semak Belukar
24.733,49
4
Hutan
2.605,75
2.622.45 Jumlah
48.334,02
Total
63.226,00
Sumber: Hasil Analisis, 2006
Untuk mengetahui kecenderungan pergeseran pemanfaatan lahan Kota Pekanbaru selama periode 1991 s.d 2006, berikut akan diuraikan tingkat pergeseran pemanfaatan lahan yang didasarkan pada hasil overlay penggunaan lahan pada kedua tahun tersebut.
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
33
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
4.2.1 Kawasan Lindung Kawasan lindung di Kota Pekanbaru sebagaimana telah disinggung di atas dikontribusi oleh keberadaan Kawasan Taman Hutan Raya SSK II dan Kawasan Lindung Okura. Berdasarkan hasil inventarisasi penggunaan lahan tahun 1991 diketahui luas lahan kawasan lindung mencapai 42.596,00 Ha. Selama rentang waktu 15 tahun seiring booming kegiatan perkebunan dan kegiatan budidaya lainnya, luas kawasan ini hingga tahun 2006 telah menyusut menjadi 2.605,75 Ha, atau dengan kata lain rata-rata penyusutan luas lahan kawasan lindung mencapai 2.666,02 Ha per tahun atau sekitar 6,3% per tahun. Berdasarkan hasil overlay peta penggunaan lahan tahun 1991 dengan tahun 2006, dapat diidentifikasi bahwa pergeseran pemanfaatan lahan kawasan lindung yang terjadi terutama menjadi :
1. Kawasan permukiman 2. Kawasan industri batu bata dan genteng 3. Kawasan perkebunan sawit 4. Kawasan semak belukar dan kebun rakyat 5. Tambak 6. Lapangan tembak Sebaran lokasi dan kecenderungan pergeseran fungsi lahan kawasan lindung dapat dilihat pada Tabel IV – 15 dan Gambar 4.12. TABEL IV – 15 KECENDERUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN KAWASAN LINDUNG DARI TAHUN 1991 HINGGA 2006
Kondisi Tahun 1991
Lindung
Kondisi Tahun 2006 Permukiman Industri Perkebunan Sawit Semak Belukar dan Kebun Rakyat Tambak Lapangan Tembak Lain-lain Jumlah
Luas (Ha) 343,17 358,67 11.345,87 8.259,07 68,13 0,98 19.614,36 42.596,00
Sumber : Hasil Analisis, 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
34
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
GAMBAR 4.12 PERGESERAN PEMANFAATAN KAWASAN LINDUNG DARI TAHUN 1991 HINGGA 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
35
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
4.2.2 Kawasan Budidaya A. Permukiman Salah satu jenis kegiatan budidaya yang perkembangannya cukup pesat dalam 15 tahun terakhir ini adalah kawasan permukiman. Bila pada tahun 1991 luas kawasan permukiman yang tersebar di Kota Pekanbaru mencapai 6.582,48 Ha, maka pada tahun 2006 telah meningkat menjadi 10.914,44 Ha (64%). Ini berarti, pertambahan lahan permukiman selama periode tersebut adalah 4.331,96 Ha atau 43.319.600 M2. Bila diasumsikan, rata-rata luas kavling rumah di Pekanbaru adalah 200 M2, maka jumlah unit rumah yang dibangun di Pekanbaru selama 1991 sampai 2006 adalah 216.598 unit rumah. Angka tersebut merupakan asumsi ideal berdasarkan analisis di atas peta. Pada kenyataannya angka ini bisa saja lebih rendah, mengingat deliniasi kawasan permukiman yang dilakukan didasarkan pada homogenitas kawasan, dimana kemungkinan lahan-lahan tidak terbangun masuk dalam unit analisis sangat sulit dihindari. Pertambahan luas kawasan permukiman dan jumlah unit bangunan di wilayah perencanaan selain di inisiasi oleh masyarakat secara perorangan, juga tidak terlepas dari peran developper yang dalam beberapa tahun terakhir ini cukup aktiv membangun kawasan perumahan baru. Berdasarkan data REI dan ASPERINDO Pekanbaru, diketahui bahwa rata-rata luas lahan yang dikembangkan pada satu lokasi oleh anggotanya, berkisar antara 3 sampai 10 Ha. Sementara itu, dari hasil wawancara dan observasi lapangan, dapat diidentifikasi pula bahwa pertumbuhan kawasan permukiman cenderung terarah di Kecamatan Marpoyan Damai, Kecamatan Tampan, Kecamatan Bukit Raya, dan Kecamatan Rumbai. Lahan-lahan yang dimanfaatkan untuk pembangunan kawasan permukiman antara lain:
1. Kawasan hutan lindung (7,92%); 2. Kawasan semak belukar dan kebun rakyat (5,99%); 3. Kawasan perkebunan (86.09%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV – 16 dan Gambar 4.13.
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
36
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
GAMBAR 4.13 SEBARAN DAN KECENDERUNGAN PEMBENTUKAN KAWASAN PERUMAHAN DARI TAHUN 1991 HINGGA 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
37
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
TABEL IV – 16 PERTAMBAHAN LUAS KAWASAN PERMUKIMAN DARI TAHUN 1991 HINGGA 2006
Kondisi Tahun 1991 Hutan Lindung Semak Belukar dan Kebun Rakyat Perkebunan Jumlah
Kondisi Tahun 2006
Luas (Ha) 343,17
Permukiman
259,48 3.729,31 4.331,96
Sumber : Hasil Analisis, 2006
B. Perdagangan Perdagangan merupakan salah satu kegiatan yang tumbuh sangat pesat di Kota Pekanbaru. Kondisi ini terindikasi dari data pertambahan luas lahan perdagangan yang cukup signifikan. Bila pada tahun 1991, luas kawasan perdagangan di Kota Pekanbaru mencapai 348,69 Ha, maka pada tahun 2006 meningkat sebesar 91,02% menjadi 666.07 Ha. Aktivitas perdagangan yang cenderung terkonsentrasi di Kawasan Pusat Kota (Jl. T. Tambusai, Jl. Sudirman – sekitar Senapelan, Jl. A. Yani, dan Jl. Riau, kini telah tersebar pada hampir seluruh ruas jalan utama kota. Munculnya 4 (empat) pusat perdagangan baru selain berpengaruh terhadap pola pergerakan dan arus transportasi, juga telah berdampak pada tumbuhnya kegiatan ekonomi lainnya di sekitar kawasan perdagangan modern tersebut, serta orientasi pemilihan tempat tinggal, yang secara keseluruhan berpengaruh terhadap struktur ruang kota. Ruas jalan dengan tingkat perkembangan kegiatan perdagangannya cukup pesat terutama di jalan Arengka, Jalan H. Imam Munandar, Jl. Subrantas, Jalan Riau, Jl. A. Yani, dan Jl. Sudirman. Pembentukan kawasan perdagangan umumnya berupa alih fungsi lahan dari :
1. Lahan Kebun/ kosong, dan 2. Lahan Permukiman Lokasi dan jenis alih fungsi lahan kawasan menjadi kawasan perdagangan dapat dilihat pada Gambar 4.14 dan Tabel IV – 17
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
38
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Gambar 4.14 SEBARAN DAN KECENDERUNGAN PERKEMBANGAN KAWASAN PERDAGANGAN DARI TAHUN 1991 HINGGA 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
39
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
TABEL IV – 17 KECENDERUNGAN PERKEMBANGAN KAWASAN PERDAGANGAN DARI TAHUN 1991 HINGGA 2006
Kondisi Tahun 1991 Perkebunan Permukiman
Kondisi Tahun 2006 Perdagangan Jumlah
Luas (Ha) 163.95 291.84 4.331,96
Sumber : Hasil Analisis, 2006
C. Industri Meskipun trend perkembangan luas kawasan industri mengalami pertambahan yang sangat berarti, namun pada dasarnya tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan. Ini dikarenakan sebagian besar kawasan industri yang tumbuh hanya merupakan industri rumah tangga yang memproduksi genteng dan batu bata. Dari dua lokasi kegiatan industri sebagaimana tercantum dalam RUTR 1991 yaitu industri karet dan industri plywood hingga saat ini tidak terlihat adanya perluasan kawasan. Dengan demikian, kecenderungan perkembangan kegiatan industri sebagian besar terjadi di Kecamatan Tenayan Raya, yang menjadi salah satu sentra produksi material bahan bangunan berbahan baku tanah liat. TABEL IV – 18 KECENDERUNGAN PERKEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI DARI TAHUN 1991 HINGGA 2006
Kondisi Tahun 1991 Lindung Perkebunan
Kondisi Tahun 2006 Industri Jumlah
Luas (Ha) 358,67 288,07 646,74
Sumber : Hasil Analisis, 2006
Sementara itu, lokasi rencana kawasan industri di Kecamatan Tampan dan Kecamatan Tenayan Raya masih belum terealisasi meskipun kesepakatan lokasi dan luas lahannya telah di tetapkan. Berdasarkan hasil overlay peta pemanfaatan lahan tahun 1991 dan pemanfaatan lahan 2006, dapat diidentifikasi bahwa pembentukan kawasan industri saat ini merupakan hasil alih fungsi lahan :
1. Kawasan lindung (55,46%), dan 2. Kawasan perkebunan (44,54%)
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
40
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Gambar 4.15 SEBARAN DAN KECENDERUNGAN PERKEMBANAN KAWASAN INDUSTRI DARI TAHUN 1991 HINGGA 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
41
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Sebaran dan kecenderungan pembentukan kawasan industri dapat dilihat pada Gambar 4.15.
D. Pendidikan Jumlah fasilitas pendidikan di Kota Pekanbaru berdasarkan data Pekanbaru Dalam Angka Tahun 2004 adalah 145 unit yang terdiri 106 unit TK, 266 unit SD, 82 unit SMP, dan 63 unit SMU. Sementara jumlah akademi berjumlah 21 unit, sekolah tinggi 13 unit, dan universitas sebanyak 5 unit. Bila dilihat dari total jumlah fasilitas pendidikan yang ada dapat dipastikan bahwa luas lahan yang dibutuhkan juga sangat besar. Namun karena penggambaran lokasi masing-masing lokasi fasilitas pendidikan terkait dengan kedalaman perencanaan dan skala pemetaan, maka lahan pendidikan yang akan diuraikan di sini hanya merupakan kawasan pendidikan tinggi yang memiliki lahan relatif luas dan masih terdeteksi pada kedalaman skala peta 1 : 10.000. Luas kawasan pendidikan dalam analisis ini merupakan akumulasi luas lahan Kawasan UNRI, UIN, UNILAK, UIR dan ITR. Berdasarkan hasil overlay peta penggunaan lahan 1991 dan 2006, menunjukkan bahwa pergeseran fungsi lahan menjadi kawasan pendidikan, sebelumnya merupakan kawasan permukiman dan kawasan perkebunan. Sebaran dan pembentukan kawasan pendidikan dapat dilihat pada Gambar 4.16.
TABEL IV – 19 KECENDERUNGAN PERKEMBANGAN KAWASAN PENDIDIKAN DARI TAHUN 1991 HINGGA 2006
Kondisi Tahun 1991 Permukiman Perkebunan
Kondisi Tahun 2006 Pendidikan Jumlah
Luas (Ha) 19,54 130,06 149,60
Sumber : Hasil Analisis, 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
42
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
GAMBAR 4.16 SEBARAN DAN KECENDERUNGAN PEMBENTUKAN KAWASAN PENDIDIKAN
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
43
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
E. Pemerintahan Perubahan kawasan pemerintahan dapat dikatakan relatif kecil, karena sebagian besar kantor/dinas-dinas yang ada saat ini masih merupakan lokasi yang sama pada saat penyusunan RUTR 1991. Luas lahan kawasan perkantoran berdasarkan hasil analisis adalah sekitar 100,23 dengan pusat kegiatan berada di sekitar Kantor Gubernur Provinsi Riau. Namun demikian, pada beberapa lokasi dapat diidentifikasi bangunan perkantoran pemerintah yang dibangun pada lahan yang sebelumnya merupakan areal kebun dan semak-semak, serta kawasan permukiman. Mengenai sebaran lokasi kawasan pendidikan yang sebelumnya merupakan lahan non perkantoran dapat dilihat pada Tabel IV – 20 dan Gambar 4.17. TABEL IV – 20 KECENDERUNGAN PERKEMBANGAN KAWASAN PERKANTORAN PEMERINTAH DARI TAHUN 1991 HINGGA 2006
Kondisi Tahun 1991 Permukiman Perkebunan
Kondisi Tahun 2006 Perkantoran Jumlah
Luas (Ha) 19,54 130,06 149,60
Sumber : Hasil Analisis, 2006
F.
Perkebunan Perkembangan luas lahan kawasan perkebunan di Kota Perkanbaru tidak terlepas dari adanya peluang pasar yang cukup prospektif dalam jangka panjang. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila dalam 15 tahun terakhir, pertambahan luas lahan perkebunan cukup fantastis. Ini merupakan fenomena umum yang terjadi pada hampir seluruh wilayah di Pulau Sumatera. Bila pada tahun 1991 luas lahan kawasan perkebunan + 1.456 Ha, maka pada tahun telah mencapai 18.327 Ha, atau bertambah sebanyak 16.871 Ha (meningkat lebih dari 1000%). Jenis tanaman perkebunan yang ada di dominasi oleh tanaman kelapa sawit, dan sebagian kecilnya merupakan tanaman karet yang tersebar di Kecamatan Rumbai, Rumbai Pesisir, Tenayan Raya, Payung Sekaki, dan sebagian kecil di Kecamatan Bukit Raya.
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
44
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
GAMBAR 4.17 SEBARAN DAN KECENDERUNGAN PEMBENTUKAN KAWASAN PERKANTORAN PEMERINTAHAN
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
45
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
GAMBAR 4.18 SEBARAN DAN KECENDERUNGAN PEMBENTUKAN KAWASAN PERKEBUNAN DARI TAHUN 1991 HINGGA 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
46
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pekanbaru
Munculnya kawasan perkebunan tidak terlepas dari proses alih fungsi lahan yang sebelumnya merupakan:
1. Kawasan lindung (32,38%), 2. Kawasan hutan (61,92%), dan 3. Kawasan semak belukar (5,7%). Untuk lebih jelas nya dapat dilihat pada Tabel IV – 21 dan Gambar 4.18.
TABEL IV – 21 KECENDERUNGAN PERKEMBANGAN KAWASAN PERKEBUNAN DARI TAHUN 1991 HINGGA 2006
Kondisi Tahun 1991 Lindung Hutan Semak Belukar
Kondisi Tahun 2006 Perkebunan Jumlah
Luas (Ha) 5.935,01 11.346,32 1.045,67 18.327,00
Sumber : Hasil Analisis, 2006
4.2.3 Kawasan Khusus/Tertentu Kawasan khusus/ tertentu cenderung tidak mengalami perubahan sejak tahun 1991. sebagaimana telah disebutkan pada sub bab 4.1.3, bahwa kawasan khusus di Kota Pekanbaru adalah :
1.
Kawasan bandara
2.
Kawasan militer (kompleks militer dan lapangan tembak)
Total luas kawasan ini pada tahun 2006 adalah +410,93 Ha, dan cenderung tetap karena sifatnya yang khusus dan perubahannya harus ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah atau pun Peraturan yang ditetapkan oleh kepala daerah. Sebaran dan pembentukan kawasan militer dapat di lihat pada Tabel IV – 22 dan Gambar 4.19. TABEL IV – 22 KECENDERUNGAN PEMBENTUKAN KAWASAN MILITER DARI TAHUN 1991 HINGGA 2006
Kondisi Tahun 1991 Permukiman Perkebunan
Kondisi Tahun 2006 Militer Jumlah
Luas (Ha) 27,76 3.28 31,04
Sumber : Hasil Analisis, 2006
Analisis Pola Pemanfaatan Lahan
IV
47