BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Transfusi darah adalah proses pemindahan darah atau komponen darah dari donor ke sistem sirkulasi penerima melalui pembuluh darah vena. Berdasarkan
sumber
komponen
darah,
transfusi
darah
dapat
dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu: 2 1. Homologous Homologous atau allogenic transfusion, transfusion, yaitu transfusi menggunakan darah dari orang lain; 2. Autologous transfusion, transfusion, yaitu transfusi dengan menggunakan darah resipien itu sendiri yang diambil sebelum transfusi dila kukan. 2.2 Darah
Darah yang semula dikategorikan sebagai jaringan tubuh, saat ini telah dimasukkan sebagai suatu organ tubuh terbesar yang beredar dalam system kardiovaskular, tersusun dari komponen korpuskuler atau seluler, dan komponen cairan. Komponen korpuskuler yaitu materi biologis yang hidup dan bersifat multiantigenik, terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan keping trombosit, yang dihasilkan dari sel induk dalam sumsum tulang. Ketiga jenis sel darah ini memiliki masa hidup terbatas dan akan mati jika masa hidupnya berakhir. Komponen penting darah terdiri dari darah yang penting yaitu sel darah merah, sel darah putih, trombosit, dan plasma. Komponen cair yang juga disebut plasma, menempati lebih dari 50% volume darah, dengan bagian terbesar dari plasma (90%) adalah air, bagian kecilnya terdiri dari protein plasma dan elektrolit. Protein plasma yang penting diantaranya adalah albumin, berbagai fraksi globulin serta protein untuk factor pembekuan dan dan untuk fibrinolisis. 3,7 Peran penting darah adalah sebagai organ transportasi oksigen (O 2), O 2 dibawa dari paru-paru dan diedarkan ke seluruh tubuh dan kemudian mengangkut sisa pembakaran (CO2) dari jaringan untuk dibuang keluar
2
3
melalui paru-paru. Fungsi pertukaran O 2 dan CO 2 dilakukan oleh hemoglobin, yang terkandung dalam sel darah merah. Protein plasma ikut berfungsi sebagai sarana transportasi dengan mengikat berbagai materi yang bebas dalam plasma, untuk metabolisme organ- organ tubuh. 3,7 Darah juga berfungsi sebagai organ pertahanan tubuh (imunologik), khususnya dalam menahan invasi berbagai jenis mikroba patogen dan antigen asing. Mekanisme pertahanan ini dilakukan oleh leukosit (granulosit dan limfosit) serta protein plasma khusus (immunoglobulin). Peranan darah dalam menghentikan perdarahan (mekanisme homeostasis) sebagai upaya untuk mempertahankan volume darah apabila terjadi kerusakan pada pembuluh darah. Fungsi ini dilakukan oleh mekanisme fibrinolisis, khususnya jika terjadi aktifitas homeostasis yang berlebihan. 3,7 2.2.1 Sel darah merah (Eritrosit) Sel darah merah atau eritrosit adalah sel mikroskopik yang cukup besar tanpa nukleus. Eritrosit secara mikroskopik serupa dengan sel prokariotik primitif dari bakteri dan menempati 40-50% dari total volume darah. Sel tersebut membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan hidup di tubuh dan membuang zat karbondioksida. Sel darah merah diproduksi secara terus menerus di sumsum tulang manusia dari stem cell dengan kecepatan 2-3 juta per detiknya. Hemoglobin adalah molekul protein pembawa gas yang merupakan 95% sel darah merah. 8 Jumlah eritrosit pada pria dewasa 4,5-6,3 juta/ml, sedangkan pada wanita 4,3-5,5 juta/ml. Hematokrit, presentase jumlah sel dalam darah (normal: 40-45%). Umur eritrosit 120 hari dalam keadaan normal. Seseorang yang mengidap anemia umumnya memiliki defisiensi sel darah merah. Warna merah dari sel darah merah terutama dikarenakan sel darah merah yang teroksigenasi. Molekul hemoglobin fetal manusia berbeda dengan yang ada pada manusia dewasa dalam jumlah rantai asam aminonya. Hemoglobin fetal memiliki tiga rantai ikatan sementara dewasa memiliki dua rantai ikatan. Karenanya, molekul hemoglobin fetal menarik dan membawa oksigen lebih banyak ke dalam tubuh. 8,9
4
Gambar 2.1 Sel darah merah. 26 2.2.2
Sel Darah Putih (Leukosit)
Sel darah putih atau leukosit merupakan bagian kecil dalam darah. Keberadaan leukosit tidak terbatas di dalam darah. Leukosit juga berada di tempat lain di dalam tubuh, seperti limpa, liver, dan kelenjar limfe. Leukosit paling banyak di produksi di sumsum tulang yang berasal dari suatu stem cell yang juga memproduksi sel darah merah. Leukosit juga diproduksi di kelenjar thymus yang terletak di dasar leher. Dalam keadaan normal darah tepi mengandung lekosit yang jumlahnya berkisar antara 4500-11.000 sel/mm3. Lekosit berada dalam sirkulasi untuk melintas saja. Lekosit dapat dibedakan dengan eritrosit karena sel tersebut berinti. Lekosit dibagi menjadi: Granulosit (netrofil, Eosinofil basofil) dan agranulasit (monosit, Limfosit).8,9 Limfosit merupakan sistem lini pertahanan pertama sebagai respon dari sistem imun tubuh. Limfosit menemukan, mengidentifikasi, dan berikatan dengan protein asing pada bakteri, virus, dan jamur. Granulosit dan makrofag kemudian bergerak mengelilingi dan menghancurkan sel asing. Sel darah putih juga mempunyai fungsi membuang sel darah yang telah mati. Sel-sel darah bertahan hidup selama kurang lebih empat bulan
5
sebelum hilang dari darah dan komponen darah tersebut di daur ulang di limpa.8
Gambar 2.2 Sel darah putih. 27 2.2.3
Keping darah (Trombosit)
Keping darah atau trombosit adalah fragmen sel tanpa nukleus yang bekerja dengan unsur-unsur kimia pembekuan darah pada tempat terjadi luka. Trombosit bergabung ke dinding pembuluh darah sehingga menambal ruptur yang terjadi di dinding vaskular. Trombosit dapat melepaskan zat koagulasi dan membentuk bekuan darah yang menyumbat pembuluh darah yang menyempit. Terdapat lebih dari dua belas faktor pembekuan dalam trombosit yang dibutuhkan untuk melengkapi suatu proses pembekuan. Penelitian terakhir menyatakan bahwa trombosit juga mengeluarkan protein yang dapat melawan bakteri dan mikroorganisme. Trombosit juga dapat menstimulasi sistem imun. Trombosit berukuran 1/3 dari sel darah merah dengan masa hidup 9-10 hari. Seperti sel darah merah dan sel darah putih, trombosit diproduksi di sumsum tulang dari sel stem. Jumlah normal dalam darah 350.000/Ul, sepertiga bagian berada dalam limpa. Fungsi trombosit sebagai transport zat-zat kimia penting dalam proses pembekuan darah; perlindungan sementara
dari kebocoran
pembuluh darah; kontraksi aktif setelah terbentuknya bekuan darah.8,9
6
Gambar 2.3 Komposisi darah. 28 2.2.4 Plasma Plasma adalah gabungan air berwarna kekuningan relatif jernih dengan gula, lemak, protein, dan garam. Ukuran normal sebanyak 55% dari volume darah manusia disusun oleh plasma. Sekitar 95% plasma tersusun oleh air. Saat jantung memompa darah ke sel melalui seluruh tubuh, plasma membawa nutrisi dan membuang produk buangan metabolisme. Plasma juga mengandung faktor pembekuan darah, gula, lemak, vitamin, mineral,
hormon,
enzim,
antibodi,
dan
protein
lainnya.
Plasma
mengandung hampir seluruh protein yang ada di tubuh manusia, sekitar 500 telah teridentifikasi di plasma.8 2.3 Golongan Darah
Membran sel darah merah berisi +300 faktor penentu antigenik berbeda. Terdapat sedikitnya 20 antigen golongan darah terpisah dapat dikenal, di bawah kontrol genetik dari kromosom loci. Manusia akan menghasilkan antibodi (alloantibodies) yang bertanggung jawab untuk reaksi-reaksi dari transfusi. Antibodi dapat terbentuk secara alami atau sebagai respon atas sensitisasi dari suatu kehamilan atau transfusi sebelumnya.10
7
2.3.1 Sistem ABO Kromosomal untuk sistem ABO menghasilkan dua allel yaitu, A dan B. Masing-masing
merepresentasikan
suatu
enzim
yang
merupakan
modifikasi dari suatu permukaan sel glycoprotein, dan menghasilkan antigen yang berbeda. Antigen H adalah precursor dari system ABO dan diproduksi oleh suatu kromosom di tempat yang berbeda. Tidak adanya antigen H disebut dengan hh genotype atau Bombay phenotype dapat mencegah munculnya gen A atau B. Antibodi dalam plasma resipien akan mengikat reseptor khusus di dinding sel darah merah donor jika sel darah merah yang ditransfusikan tidak kompatibel. Hal ini akan mengaktifkan jalur komplemen yang akan menyebabkan lisis dinding sel darah merah yang disebut dengan intravaskular hemolisis. Jalur komplemen ini akan melepaskan anafilatoksin C3a dan C5a yang akan membebaskan sitokin seperti TNF, IL1 Dan IL8, dan menstimulasi degranulasi sel mast dengan mengsekresikan
mediator
vasoaktif.
Semua
substansi
ini
bisa
menyebabkan inflamasi, peningkatan permeabilitas vaskular, dan hipotensi yang akan mengarah ke shock dan gagal ginjal. Mediator juga akan menyebabkan agregasi platelet, oedema paru peribronchial, dan kontraksi otot kecil.11 Tabel 2.1. Golongan Darah .3 Golongan Antigen di RBC A B AB O
Antigen A Antigen B Antigen A & B Tidak ada
Antibodi dalam plasma Anti-B Anti-A Tidak ada Anti- A & B
Golongan donor yang kompatibel A, O B, O A, B, AB, O O
2.3.2 Sistem Rh Penggolongan darah juga dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan yang disebut Rhesus pada permukaan sel darah merah seseorang. Jika kandungan tersebut ditemukan pada permukaan sel darah merah seseorang, maka orang tersebut Rh(+), jika tidak ada maka disebut Rh(-). Jika seseorang Rh(+), maka ia dapat menerima darah dengan Rh(+)
8
atau Rh(-). Sedangkan orang dengan Rh(-), hanya bisa menerima darah dengan Rh(-). Oleh karena itu darah Rh(-) sering disediakan untuk operasi-operasi darurat dimana tidak ada waktu lagi untuk melakukan pengecekan golongan darah seseorang.8 Sistem Rh ditandai oleh dua gen yang menempati chromosome 1. Ada sekitar 46 Rh-berhubungan dengan antigen, tetapi secara klinis, ada lima antigen utama yaitu D, C, c, E, dan e. Antigen menyesuaikan dengan antibodi. Kira-Kira 80-85% tentang populasi orang kulit putih mempunyai antigen D. Individu yang kekurangan alel ini disebut Rh(-) dan biasanya antibodi akan melawan antigen D hanya setelah terpapar oleh Rh(+) transfusi sebelumnya atau kehamilan dengan contoh seorang Ibu Rhmelahirkan bayi Rh(+).8 2.4 Komponen Transfusi dan Indikasi
2.4.1 Transfusi sel darah merah Transfusi sel darah merah diberikan pada: 12 1. Transfusi sel darah merah hampir selalu diindikasikan pada kadar Hemoglobin (Hb) <7 g/dl, terutama pada anemia akut. Transfusi dapat ditunda jika pasien asimptomatik dan/atau penyakitnya memiliki terapi spesifik lain, maka batas kadar Hb yang lebih rendah dapat diterima. 2. Transfusi sel darah merah dapat dilakukan pada kadar Hb 7-10 g/dl apabila ditemukan hipoksia atau hipoksemia yang bermakna secara klinis dan laboratorium. 3. Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb ≥10 g/dl, kecuali bila ada indikasi tertentu, misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas transport oksigen lebih tinggi (contoh: penyakit paru obstruktif kronik berat dan penyakit jantung iskemik berat). 4. Transfusi pada neonatus dengan gejala hipoksia dilakukan pada kadar Hb ≤11 g/dL; bila tidak ada gejala batas ini dapat diturunkan hingga 7 g/dL (seperti pada anemia bayi prematur). Jika terdapat penyakit jantung atau paru atau yang sedang membutuhkan suplementasi oksigen batas untuk memberi transfusi adalah Hb ≤13 g/dL.
9
Gambar 2.4 Komponen whole blood. 29 Transfusi satu unit darah lengkap (whole blood ) atau sel darah merah pada pasien dewasa berat badan 70 kg yang tidak mengalami perdarahan dapat meningkatkan hematokrit kira-kira 3% atau kadar Hb sebanyak 1 g/dl. Kadar Hb bukan satu-satunya faktor penentu untuk tr ansfusi sel darah merah. Faktor lain yang harus menjadi pertimbangan adalah kondisi pasien, tanda dan gejala hipoksia, kehilangan darah, risiko anemia karena penyakit yang diderita oleh pasien dan risiko transfusi. Sel darah merah diperlukan bila terjadi ketidakseimbangan transportasi oksigen, terutama bila volume darah yang hilang >25% dan perdarahan belum dapat diatasi. Kehilangan volume darah >40% dapat menyebabkan kematian. 13 Perdarahan antepartum dan postpartum merupakan penyebab utama kematian maternal di Inggris. Angka lain menunjukkan bahwa perdarahan yang dapat mengancam nyawa terjadi pada 1 di antara 1.000 persalinan. Selama kehamilan, konsentrasi Hb turun disebabkan kenaikan volume plasma dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah sel darah merah. Perdarahan akut adalah penyebab utama kematian ibu.14,15 Perdarahan masif dapat berasal dari plasenta, trauma saluran genital, atau keduanya, dan banyaknya paritas juga meningkatkan insidens perdarahan obstetrik. Perdarahan obstetrik didefinisikan sebagai hilangnya
10
darah yang terjadi pada masa peripartum, yang dapat membahayakan nyawa. Pada usia kehamilan cukup bulan, aliran darah ke plasenta mencapai ±700 ml/menit. Seluruh volume darah pasien dapat berkurang dalam 5-10 menit, kecuali bila miometrium pada tempat implantasi plasenta berkontraksi. Tanda hipovolemia antara lain takipnea, haus, hipotensi, takikardia, waktu pengisian kapiler meningkat, berkurangnya urin dan penurunan kesadaran. 14,15 2.4.2 Transfusi trombosit Transfusi trombosit dapat diberikan pada: 12 1. Mengatasi perdarahan pada pasien dengan trombositopenia bila hitung trombosit <50.000/uL, bila terdapat perdarahan mikrovaskular difus batasnya menjadi <100.000/uL. Pada kasus DHF dan DIC supaya merujuk pada penatalaksanaan masing-masing. 2. Profilaksis dilakukan bila hitung trombosit <50.000/uL pada pasien yang akan menjalani operasi, prosedur invasif lainnya atau sesudah transfusi masif. 3. Pasien dengan kelainan fungsi trombosit yang mengalami perdarahan.
Gambar 2.5 Transfusi platelet.30 Penggunaan
trombosit
sebagai
terapi
pada
pasien
dengan
trombositopenia dan/atau kelainan fungsi trombosit yang mengalami perdarahan bermakna harus dikontrol. Transfusi se l darah merah lebih dari
11
10 unit atau satu volume darah dalam 24 jam diikuti dengan jumlah trombosit <50.000/uL terutama bila 20 unit atau lebih telah ditransfusikan. Pada pasien dengan perdarahan akut hitung trombosit tidak boleh turun sampai <50.000/uL, dan untuk pasien dengan trauma multipel dan cedera kepala, hitung trombosit harus dipertahankan >100.000/uL. Pada pasien dengan DIC, transfusi trombosit diberikan untuk mempertahankan hitung trombosit pada >50.000/uL seperti halnya pada pasien yang mengalami perdarahan massif.15,17 2.4.3 Transfusi plasma beku segar ( Fresh Frozen Plasma) Transfusi plasma beku segar diberikan untuk: 12 1. Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B) dan faktor inhibitor koagulasi baik yang didapat atau bawaan bila tidak tersedia konsentrat faktor spesifik atau kombinasi. 2. Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang mengancam nyawa. 3. Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah transfusi masif atau operasi pintasan jantung atau pada pasien dengan penyakit hati. Plasma segar beku digunakan untuk mengganti kekurangan faktor koagulasi. Penggunaan plasma segar beku ini diindikasikan untuk pasien dengan gangguan proses pembekuan bila tidak tersedia faktor pembekuan pekat atau kriopresipitat.16 Pasien yang mengkonsumsi antikoagulan oral mengalami defisiensi protein yang bergantung pada vitamin K, yang secara normal dapat dikoreksi dengan pemberian vitamin K parenteral. Pada pasien overdosis atau mengalami perdarahan serius yang mengancam nyawa, segera dapat dikoreksi dengan penggunaan konsentrat faktor yang bergantung pada vitamin K, dengan atau tanpa kombinasi dengan FFP. 15 Fresh Frozen Plasma diindikasikan hanya bila terdapat perdarahan dan koagulasi abnormal yaitu pada pasien dengan penyakit hati bila perdarahan mungkin terjadi karena operasi, dan bagi pasien yang
12
menjalani operasi pintasan jantung dengan perdarahan yang terbukti disebabkan oleh kelainan koagulasi bukan akibat pengaruh residu heparin. National Institute of Health Consensus Conference menyimpulkan bahwa FFP diindikasikan pada beberapa kondisi yang timbul perioperatif atau peripartum, antara lain defisiensi faktor koagulasi tertentu, kasus-kasus tertentu yang berhubungan dengan transfusi masif dan kelainan koagulasi multipel (contoh penyakit hati). 15,18 2.4.4 Transfusi Kriopresipitat Kriopresipitat diberikan untuk:12 1. Profilaksis pada pasien dengan defisiensi fibrinogen yang akan menjalani prosedur invasif dan terapi pada pasien yang mengalami perdarahan. 2. Pasien dengan hemofilia A dan penyakit von Willebrand yang mengalami perdarahan atau yang tidak responsif terhadap pemberian desmopresin asetat atau akan menjalani operasi. 2.5 Teknik Transfusi Darah
Periksa kembali sifat dan jenis darah serta kecocokan antara darah donor dan penderita. Penderita dipersiapkan dengan pemasangan infus dengan jarum besar #16-18. Jarum yang terlalu kecil (#23-25) dapat menyebabkan hemolisis. Transfusi dilakukan dengan transfusi set yang memiliki saringan untuk menghalangi bekuan fibrin dan partikel debris lainnya. Transfusi set baku memiliki saringan dan ukuran pori-pori 170 mikron. Pada keadaan normal, sebuah transfusi set dapat digunakan untuk 2 sampai 4 unit darah. Vena terbaik untuk kanulasi darah adalah vena pada bagian dorsal tangan dan pada lengan atas. Dalam keadaan darurat dapat dilakukan
venaseksi
untuk
menjamin
kelancaran
dan
kecepatan
transfusi.19,20 Warna plasma diperhatikan ketika mengambil darah dari lemari es. Darah tidak diberikan jika ada perubahan warna plasma yang merupakan tanda-tanda hemolisis yaitu berwarna coklat hitam dan keruh. Darah yang belum akan ditransfusikan harus tetap di dalam lemari es. Sebelum
13
transfusi dilakukan, diberikan terlebih dahulu 50-100 ml NaCl fisiologik. Larutan dekstrose dan larutan garam hipotonik dapat menyebabkan hemolisis. Ringer laktat atau larutan lain yang mengandung kalsium akan menyebabkan koagulasi. Obat-obatan memiliki pH yang berbeda dan dapat menyebabkan hemolisis sehingga pemberian obat yang dimasukkan ke dalam kantong darah tidak diperbolehkan.20,21 Jika sejumlah besar darah akan ditransfusikan dalam waktu yang singkat, maka dibutuhkan darah hangat, karena darah yang dingin akan mengakibatkan aritmia ventrikel bahkan kematian. Menghangatkan darah dengan air hangat hendaknya pada suhu 37-39 oC. Karena bila lebih 40 oC, eritrosit akan rusak. Pada 100 ml pertama pemberian darah lengkap hendaknya diteliti dengan hati-hati dan diberikan perlahan-lahan untuk kemungkinan deteksi dini reaksi transfusi. 21 Transfusi set mengalirkan darah 1 ml dalam 20 tetes. Laju tercepat yang bisa tercapai adalah 60 ml permenit. Laju transfusi tergantung pada status kardiopulmoner resipien. Jika status kardiopulmoner normal, maka dapat diberikan 10-15 ml/kgBB dalam waktu 2-4 jam. Jika tidak ada hipovolemia maka batas aman transfusi adalah 1 ml/kgBB/jam (1 unit kurang lebih 3 jam. Tetapi jika terdapat gagal jantung yang mengancam maka tidak boleh ditransfusikan melebihi 2 ml/kgBB/jam. Darah adalah medium kultur yang ideal untuk bakteri, sebaiknya transfusi satu unit darah tidak boleh melewati 5 jam karena meningkatnya resiko proliferasi bakteri.20 2.6 Komplikasi transfusi darah
2.6.1 Reaksi akut Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah transfusi. Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang-berat dan reaksi yang membahayakan nyawa. Reaksi ringan ditandai dengan timbulnya pruritus, urtikaria dan rash. Reaksi ringan ini disebabkan oleh hipersensitivitas ringan. Reaksi sedang-berat ditandai dengan adanya gejala gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea
14
ringan dan nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya warna kemerahan di kulit, urtikaria, demam, takikardia, kaku otot. Reaksi sedang-berat biasanya disebabkan oleh hipersensitivitas sedang-berat, demam akibat reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi terhadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi pirogen dan/atau bakteri.15 Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah, nyeri dada, nyeri di sekitar tempat masuknya infus, napas pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dan dispnea. Terdapat pula tanda-tanda kaku otot, demam, lemah, hipotensi (turun ≥20% tekanan darah sistolik), takikardia (naik ≥20%), dan hemoglobinuria. Reaksi ini disebabkan oleh hemolisis intravaskular akut, kontaminasi bakteri, syok septik, kelebihan cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi. 15 a. Hemolisis intravaskular akut Reaksi hemolisis intravaskular akut adalah reaksi yang disebabkan inkompatibilitas sel darah merah. Antibodi dalam plasma pasien akan melisiskan sel darah merah yang inkompatibel. Meskipun volume darah inkompatibel hanya sedikit (10-50 ml) namun sudah dapat menyebabkan reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang inkompatibel maka akan semakin meningkatkan risiko. 15,21 Penyebab terbanyak adalah inkompatibilitas ABO. Hal ini biasanya terjadi akibat kesalahan dalam permintaan darah, pengambilan contoh darah dari pasien ke tabung yang belum diberikan label, kesalahan pemberian label pada tabung dan ketidaktelitian memeriksa identitas pasien sebelum transfusi.15,21-23 Jika pasien sadar, gejala dan tanda biasanya timbul dalam beberapa menit awal transfusi, kadang-kadang timbul jika telah diberikan kurang dari 10 ml. Jika pasien tidak sadar atau dalam anestesia, hipotensi merupakan
atau
perdarahan
satu-satunya
yang tanda
tidak
terkontrol
inkompatibilitas
mungkin transfusi.
Pengawasan pasien dilakukan sejak awal transfusi dari setiap unit darah.15
15
b. Kelebihan cairan Kelebihan cairan menyebabkan gagal jantung dan edema paru. Hal ini dapat terjadi bila terlalu banyak cairan yang ditransfusikan, transfusi terlalu cepat, atau penurunan fungsi ginjal. Kelebihan cairan terutama terjadi pada pasien dengan anemia kronik dan memiliki penyakit dasar kardiovaskular.15,21 c. Reaksi anafilaksis Risiko meningkat sesuai dengan kecepatan transfusi. Sitokin dalam plasma merupakan salah satu penyebab bronkokonstriksi dan vasokonstriksi pada resipien tertentu. Selain itu, defisiensi IgA dapat menyebabkan reaksi anafilaksis sangat berat. Hal itu dapat disebabkan produk darah yang banyak mengandung IgA. Reaksi ini terjadi dalam beberapa menit awal transfusi dan ditandai dengan syok (kolaps kardiovaskular), distress pernapasan dan tanpa demam. Anafilaksis dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan cepat dan agresif. 15,21-23 d. Cedera paru akibat transfusi (Transfusion Related Acute Lung Injury - TRALI) Cedera paru akut ( Acute Lung Injury) yang muncul selama atau dalam waktu enam jam transfusi dan tidak berhubungan atau memiliki risiko cedera paru akut disertai gejala-gejala seperti dyspneu, hipoksemia, edema pulmonal bilateral, dan demam ( ↑ 12°C). Patogenesis mekanisme TRALI adalah hipotesis antibodi dan hipotesis 2-event. Hipotesis antibodi adalah suatu kondisi dimana antibodi
darah
donor
yang
ditransfusikan
berikatan
dan
menstimulasi sel darah putih, yaitu neutrofil melalui aktivasi kompleks yang menyebabkan inflamasi. Aktivasi leukosit yang terperangkap di dalam kapiler pulmonalis dan substansi vasoaktif yang
dilepaskan
leukosit
meyebabkan
kerusakan
pada
endotelial pulmonal dan mengakibatkan edema pulmonal. 24
sel
16
Hipotesis 2-event adalah dua kejadian independen yang berhubungan dengan manipulasi antigen spesifik terhadap neutrofil (neutrophil priming ). Kejadian yang pertama adalah adanya kondisi penyakit sebelumnya yang mendasari terjadinya neutrophil priming dan menyebabkan terkumpul di dalam pembuluh darah pulmonal. Kejadian yang kedua adalah aktivasi dari neutrophil priming dengan pelepasan substansi yang menyebabkan kerusakan terhadap sel endotelial pulmonal. Dua kejadian tersebut dapat disebabkan oleh reaksi modifikasi biologis transfusi seperti bioactive lipids dan cytokine yang terkandung dalam jenis-jenis darah untuk transfusi.24 e. Kelebihan cairan sirkulasi akibat transfusi (Transfusion-associated Circulatory Overload - TACO) Transfusion-associated Circulatory Overload adalah suatu reaksi akut transfusi non-imunologis yang terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam yang dapat muncul akibat pemberian transfusi darah secara cepat dan dalam jumlah yang banyak. Gejala yang mucul yaitu dypsneu, tachycardia, peningkatan tekanan darah, edema pulmonal, dan peningkatan Brain Natriuretic Peptide (BNP). Pencegahan TACO adalah pemberian transfusi secara perlahan (1ml/kg/jam).25 2.6.2 Reaksi lambat a. Reaksi hemolitik lambat Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah transfusi dengan
gejala
hemoglobinuria.
dan
tanda
Reaksi
demam,
hemolitik
anemia,
lambat
yang
ikterik
dan
berat
dan
mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan DIC jarang terjadi. Pencegahan dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium antibodi sel darah merah dalam plasma pasien dan pemilihan sel darah kompatibel dengan antibodi tersebut. 15,21-23
17
b. Purpura pasca transfusi Purpura pasca transfusi merupakan komplikasi yang jarang tetapi berpotensial terjadi pada transfusi sel darah merah atau trombosit. Hal ini disebabkan adanya antibodi langsung yang melawan antigen spesifik trombosit pada resipien. Lebih banyak terjadi pada wanita. Gejala dan tanda yang timbul adalah perdarahan dan adanya trombositopenia berat akut 5-10 hari setelah transfusi yang biasanya terjadi bila hitung trombosit <100.000/uL. Pencegahan dilakukan dengan memberikan trombosit yang kompatibel dengan antibodi pasien.15,21 c. Penyakit graft-versus-host Komplikasi ini jarang terjadi namun berpotensial membahayakan. Biasanya terjadi pada pasien imunodefisiensi, terutama pasien dengan transplantasi sumsum tulang. Gejala dan tanda, seperti demam, rash kulit dan deskuamasi, diare, hepatitis, pansitopenia, biasanya timbul 10-12 hari setelah transfusi. Tidak ada terapi spesifik, terapi hanya bersifat suportif.15,21 d. Kelebihan besi Pasien yang bergantung pada transfusi berulang dalam jangka waktu panjang akan mengalami akumulasi besi dalam tubuhnya (hemosiderosis). Biasanya ditandai dengan gagal organ (jantung dan hati). Tidak ada mekanisme fisiologis untuk menghilangkan kelebihan besi. Obat pengikat besi seperti desferioksamin, diberikan
untuk
meminimalkan
akumulasi
besi
dan
mempertahankan kadar serum feritin <2.000 mg/l. 15,21 2.7 Skrining Darah
Skrining darah yang aman adalah dengan: 12 1. Pemeriksaan harus dilakukan secara individual (tiap individual bag atau satu unit plasma) dan tidak boleh dilakukan secara pooled plasma. 2. Jenis pemeriksaan yang digunakan sesuai dengan standard WHO, dalam hal ini meliputi pemeriksaan atas sifilis, hepatitis B, hepatitis C dan HIV.
18
3. Metode tes dapat menggunakan Rapid test , Automated test maupun ELISA hanya bila sensitivitasnya >99%. Transfusi darah merupakan jalur ideal bagi penularan penyebab infeksi tertentu dari donor kepada resipien. Untuk mengurangi potensi transmisi penyakit melalui transfusi darah, diperlukan serangkaian skrining terhadap faktor-faktor risiko yang dimulai dari riwayat medis sampai beberapa tes spesifik. Tujuan utama skrining adalah untuk memastikan agar persediaan darah yang ada sedapat mungkin bebas dari penyebab infeksi sebelum darah tersebut ditransfusikan. Tiga jenis utama skrining yang tersedia untuk melacak penyebab infeksi,yaitu uji Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay (ELISA/EIA), uji aglutinasi partikel, dan uji cepat khusus ( Rapid Test ).12 Jenis komplikasi infeksi pada tranfusi adalah infeksi virus atau bakteri pasca tranfusi dan kontaminasi virus atau bakteri pada komponen darah. Infeksi virus pada tranfusi adalah Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis A Virus, Parvovirus B19, Cytomegalovirus, Epstein Barr Virus, Human Immunodeficiency Virus, dan Human T-Lymphotropic Virus. Infeksi bakteri
pada
tranfusi
adalah
haemolytic
Enterococcus sp., Staphylococcus aureus.31
streptococci
group
C,