LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI II PERCOBAAN VII (PEMERIKSAAN JAMUR PITYROSPORUM PADA RAMBUT)
OLEH :
NAMA
: ISMARIANA
NIM
: A201401025
KELOMPOK : II (Dua) DOSEN
: ROSDARNI S.Si M.PH
PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA 2017
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Mikosis superfisialis merupakan kelompok penyakit yang sering dijumpai disebabkan oleh infeksi jamur. Penyebab terbanyak penyakit ini adalah jamur golongan dermatofita, spesies kandida dan malassezia furfur . Mikosis dibagi menjadi dua, yaitu mikosis superfisialis dan mikosis profunda. Mikosis superfisialis juga dibagi menjadi dua, yaitu dermatofitosis dan nondermatofitosis. Dermatofitosis terdiri dari tinia kapitis, tinea barbe, tinea kruris, tinea pedis atau tinea manus,tinea unguium dan tinea korporis. Sedangkan non dermatofitosis terdiri dari pitiriasis vesikolor, piedra hitam, piedra putih, tinea nigra Palmaris, otomikosis dan keratomikosis. Ketombe adalah kelainan kulit kepala, dimana terjadi perubahan pada sel stratum korneum epidermis dengan ditemukannya hiperproliferasi, lipid interseluler
dan
intraseluler
yang
berlebihan,
serta
parakeratosis
yang
menimbulkan skuama halus, kering, berlapis-lapis, sering mengelupas sendiri, serta rasa gatal. Ketombe biasanya dianggap sebagai bentuk ringan dari dermatitis seboroika, ditandai dengan skuama yang berwarna putih kekuningan. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan pemeriksaan jamur pada rambut. B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah 1. Untuk mengetahui tata cara pemeriksaan jamur ketombe 2. Untuk mengidentifikasi jamur penyebab ketombe C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah 1. Agar dapat mengetahui tata cara pemeriksaan jamur ketombe 2. Agar dapat mengidentifikasi jamur penyebab ketombe
BAB II LANDASAN TEORI A.
Pengertian Fungi
Fungi adalah mikroorganisme tidak berklorofil, berbentuk hifa atau sel tunggal, eukariotik, berdinding sel dari kitin atau selulosa, berproduksi seksual atau aseksual. Dalam dunia kehidupan fungi merupakan kingdom tersendiri, karena cara mendapatkan makanannya berbeda dengan organisme eukariotik lainnya yaitu melalui absorpsi. Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang-benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetative yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari lingkungan dan miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi. Fungi tingkat tinggi maupun tingkat rendah mempunyai cirri khas yaitu berupa benang tunggal atau bercabang-cabang yang disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal dan tidak berfilamen (Dwidjosoeputro, 2003). B.
Kamir dan Kapang
Khamir adalah kategori non takson yang mencakup semua fungi uniseluler
yang
berasal
dari
kingdom
zygomycota,
Ascomycota,dan
Basidiomycota. Khamir umumnya berkembang baik secara seksual maupun aseksual. Cara aseksual yaitu dengan bertunas dan fisi (membelah menjadi dua setelah mitosis). Sedangkan cara seksual : yaitu dengan fusi (penggabungan) dua se dengan mating tipe (tipe perkawinan) yang berbeda zigot hasil fusini kemudian akan membentuk empat hingga delapan spora yang kemudian menyebar (Gandjar, 1999).
Kapang yaitu jamur yang berbentuk filament. Kapang berproduksi dengan menggunakan spora. Spora kapang terdiri dari berbagai jenis yaitu spora seksual dan spora aseksual. Kapang dapat menggunakan berbagai komponen makanan dari yang sederhana sampai yang kompleks, kapang mampu memproduksi enzim hidrolitik. Maka dari itu kapang mampu pada bahan yang menganung pati, pectin, protein, atau lipid (Gandjar, 1996). B.
Jamur pada kulit kepala
Piedra merupakan infeksi jamur pada rambut, berupa tonjolan, keras melekat pada rambut. Ada dua jenis piedra yaitu Piedra hitam dan Piedra putih. Piedra hitam merupakan infeksi jamur pada rambut kepala yang disebabkan oleh Piedraia hortai. Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur. Rambut yang terinfeksi mengalami kelainan berupa benjolan yang keras pada rambut yang berwarna coklat kehitaman. Benjolan sulit dilepaskan jika dipaksakan rambut akan patah. Penderita tidak mengalami gangguan hanya pada saat menyisir rambut mengalami kesulitan (Irianto, 2014). Bahan pemeriksaan berasal dari potongan rambut yang terinfeksi, dilakukan pemeriksaan langsung dengan menggunakan KOH 10 %. Hasil mikroskopik akan tampak hifa yang padat berwarna tengguli dan ditemukan askus yang mengandung askospora. Piedra putih merupakan infeksi jamur pada rambut
yang
disebabkan oleh Trichosporon
cutaneum.
Infeksi
terjadi
karena rambut kontak dengan spora jamur. Rambut yang terifeksi mengalami kelainan berupa benjolan yang tidak berwarna (Jawet, 2005). C. Pityrosporum ovale
Pityrosporum ovale adalah jamur lipofilik anggota genus mallasezia yang merupakan flora normal kulit. Morfologi Pytirosporum ovale berkarakteristik oval seperti botol, berukuran 1-2 x 2-4 mm, gram positif dan memperbanyak diri dengan cara blastospora/tunas. Peran jamur dalam menimbulkan ketombe diduga berhubungan dengan faktor imunologi karena dapat menginduksi produksi sitokin oleh keratinosit. Faktor penting lain yang dianggap berhubungan dengan
terjadinya ketombe antara lain hiperproliferasi epidermis, produksi sebum, genetic, stres, factor atopik, obat, abnormalitas neotransmiter, faktor fisik dan gangguan nutris (Gandjar, 1999). D. Ketombe
Ketombe atau Pityriasis capitis adalah pengelupasan kulit mati berlebihan di kulit kepala. Ketombe juga dapat disebabkan oleh Malassezia Ketombe dapat juga merupakan gejala seborrhoeic dermatitis, psoriasis, infeksi jamur atau kutu rambut. Pada ketombe didapati peningkatan jumlah jamur Pityrosporum ovale, suatu yeast lipofilik dari genus Malassezia yang merupakan flora normal pada kulit kepala. Selain itu didapati pula berbagai factor yang memudahkan seseorang berketombe, antara lain factor genetic, hiperproliferasi epidermis, produksi sebum, stress, nutrisi, iritasi mekanis dan kimia, serta kontak dengan jamur penyebab ketombe. Bila mengalami ketombe, menggaruk kepala secara berlebihan harus dihindari. Menggaruk bagian tersebut dapat menyebabkan kerusakan kulit, yang selanjutnya dapat meningkatkan risiko infeksi, terutama sekali dari bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus (Irianto, 2014). Dalam jumlah normal, jamur ini tidak adakan menimbulkan dampak buruk bagi kulit, tetapi bila aktivitas kelenjar sebasea meningkat dengan menghasilkan sebum, maka jamur tersebut juga akan meningkat karena asam lemak yang menjadi makanan jamur meningkat. Kelenjar sebasea terdapat diseluruh kulit kecuali pada telapak tangan dan kaki sedangkan terbanyak pada belakang kepala, muka, telinga, alat kelamin dan daerah anus. Malasseazia mengkonsumsi asam lemak jenuh, sedangkan asam lemak tak jenuh dibiarkan tersisa pada kulit kepala akibatnya akan terjadi peradangan atau iritasi kulit yang akan menyebabkan sel kulit lebih cepat mati. Sel kulit yang mati akan menumpuk dan membentuk serpihan dikulit kepala yang kemudian disebut ketombe (Ro dan Dawson, 2005)
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 9 April 2017 pukul 09.00 – 12.00 WITA bertempat di Laboratorium Klinik Terpadu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mandala Waluya. B. Alat dan Bahan 1. Alat Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum
No
Alat
Fungsinya
1
Objek gelas
Sebagai tempat membuat preparat
2
Cover gelas
Sebagai penutup preparat
3
Jarum ose
Untuk mengisolasi sampel dalam media biakan
4
Bunsen
Untuk menjaga kondisi teta steril
5
Mikroskop
Untuk mengamati jamur pada preparat
2. Bahan Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum No
Bahan
Fungsinya
1
Sampel ketombe
Sebagai sampel pemeriksaan
2
Alcohol
Untuk mendesinfektan
3
Mhetylen blue
Sebagai pewarna
4
KOH 20%
Sebagai
C. Prosedur Kerja 1. Persiapan specimen
a. Dibersihkan daerah kulit kepala yang terdapat ketombe
b. Menggunakan pinset steril, diambil bagian ketombe secara perlahan-lahan kemudian simpan ditempat steril atau dalam kaca objek. c. Ditambahkan setetes larutan zat warna dan setetes larutan KOH 20% pada ketombe dan rambut tersebut. Ditutup specimen dengan penutup kaca objek. Larutan basa kuat akan melarutkan keratin larutan jaringan sehingga hifa dan spora dapat dilihat d. Diletakkan preparat didalam cawan petri yang tertutup, preparat dilapisi dengan kapas basah supaya specimen tidak mongering. Didiamkan specimen tidak mongering. Didiamkan specimen selama 30-50 menit untuk menjernihkannya, tergantung ketebalannya. Diatur alternativenya, jernikan specimen dengan meletakkan preparat diatas pemanas Bunsen atau lampu spritus selama 1 menit 2. Pengamatan Mikroskopik (penunjang indentifikasi )
a. Dilakukan pengamatan dibawah mikroskop dengan tingkat pembesaran 40X hingga 100 X b. Dicatat hasil pengamatan yang diperoleh c. Digambarkan apa yang terlihat d. Dituliskan bagian-bagian dari penampakan jamurnya
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Tabel.3 Hasil pengamatan pemeriksaan jamur ketombe
No
Hasil Pengamatan
1
Keterangan Bentuk selnya bulat kecil sepeti butir-butir telur,tidak
berhifan
dan tidak bermiselium
B. Pembahasan
Pityriasis capitis atau yang biasa disebut ketombe adalah pengelupasan kulit mati yang berlebihan di kulit kepala. Sel-sel kulit yang mati dan terkelupas merupakan kejadian alami yang normal apabila pengelupasan itu jumlahnya sedikit. Namun pada beberapa orang mengalami secara terus menerus dalam jumlah yang besar diikiuti dengan kemerahan dan iritasi. Ketombe terbentuk ketika sel-sel kulit kepala terlalu cepat menua dan mati, yang berakibat munculnya lapisan keratin yang keras dan berminyak. Sel-sel rambut akan tumbuh dengan fase te ratus, yaitu setiap 24 hari sekali. Ketika selsel itu mencapai kulit kepala dan telah kering kemudian menjadi sel mati yang berbentuk bintik-bintik putih, maka sel tersebut akan luruh. Sel-sel mati yang luruh inilah yang biasa dikenal sebagai ketombe.
Praktikum ini dilakukan pemerikasaan jamur pityrosporum pada rambut. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tata cara pemeriksaan ketombe dan mengetahui jamur penyebab ketombe. Tata cara pemeriksaan ketombe yaitu pertama di bersihkan kepala yang terdapat ketombe dengan pinset steril dan menyimpanya pada kaca objek steril.Selanjutnya dilakukan pewarnaan sederhana dengan zat satu jenis zat warna warna. Zat warna yang digunakan dalam pemeriksaan pityrosporum ini yaitu KOH 10% . Kadungan basa kuat dalam KOH 10% akan melarutkan keratin larutan jaringan sehingga hifa dan spora dapat dilihat dengan jelas.Pengamatan secara lansung dilakukan dengan menggunakan mikroskopik pembesaran 40X hingga 100 X.Sampel ketombe lainya di lakukan penanaman pada media SDA untuk identifikasi lebih lanjut. Media sabouraud dextrose agar (SDA) merupakan Salah satu media mikrobiologi yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengidentifikasi yeast dan mould. Berdasarkan hasil pengamatan secara mikroskopik pada sampel ketombe di temukan memiliki bentuk yang kecil selnya berbentuk oval seperti telur atau bulat memanjang, tidak nampak adanya hifa dan miselium.Berdasarkan ciri-ciri yang telah diamati tersebut jamur ini merupakan golongan Pityrosporum ovale Pernyataan ini didukung oleh teori Ashbee( 2002) yang meyatakan bahwah jamur P. ovale memiliki bentuk yang kecil, asporogenus, tidak membentuk misel, dan tidak berfementasi. Selnya berbentuk oval seperti telur atau bulat memanjang dengan ukuran 0,8-1,5 x 2-3 µmpada sisik kulit dan kadang-kadang ukurannya dapat mencapai 2-3 x4-5 µm di dalam kultur. Beberapa penyebab timbulnya ketombe adalah kulit kering, iritasi kulit, kepala berminyak ( seborrheic dermatitis), jarang keramas, psoriasis, eksim, sensitifitas terhadap produk perawatan rambut dan jamur. Jamur yang dapat menyebabkan ketombe adalah Staphylococcus epidermis, Candida albicans, Microsporum gypseum, dan Pityrosporum ovale.
BAB IV PEPUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang di lakukan,dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Tat acara pengambilan sampel ketombe pada rambut di ambil daerah kulit kepala yang terinfeksi dengan cara kerokan kemudian diambil dengan pinset steril kemudian ditempelkan pada kaca objek. 2. Penampakan jamur setelah diamati dibawah mikroskop selnya berbentuk oval seperti telur atau bulat memanjang, tidak nampak adanya hifa dan miselium. B. Saran
Saran ini ditujukan kepada pihak laboraterium yaitu sebaiknya menyiapkan rak sepatu guna melengkapi prasaranan laboratorium dan untuk praktikan sebaiknya dalam melakukan praktikum diharapakan praktikan lebih berhati-hati dalam mengambil sampel yang infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta Gandjar, I., R.A. Samson, K.U.D. Tweel-Vermenlen, A. Oetari, & I. Santoso. 1996. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Gandjar,Indrawati.1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Irianto, koes. (2014) Parasitologi Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia. CV. Yrama Widya. Jawet, 2005.Mikologi Kedokteran. Dalam: Sjabana D editor. Mikrobiologi Kedokteran. 1st ed. Jakarta: Salemba Medika;. p. 313-59