BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Anak merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan YME kepada setiap pasangan. Setiap manusia tentunya ingin mempunyai anak yang sempurna baik secara fisik maupun psikis. Namun dalam kenyatanya masih banyak kita jumpai bayi dilahirkan dengan keadaan cacat bawaan/kelainan kongenital. Salah satu penyakit kongenital yang diderita oleh anak-anak adalah bronkhomalasia. Kelainan kongenital yang cukup berat merupakan penyebab utama kematian pada anak, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup anak yang dilahirkan. Tidak hanya kelainan kongenital, kasus terbanyak terjadi pada anak dibawah 3 tahun dan kematian terbanyak pada bayi yang berusia kurang dari 2 bulan disebabkan oleh peradangan pada sistem respirasi yaitu Pneumonia dan Difteri. Penyakit Pneumonia dan Difteri adalah penyakit yang menyerang saluran pernapasan yang terbanyak kasusnya didapatkan di praktek-praktek dokter atau rumah sakit dan sering menyebabkan kematian terbesar bagi penyakit saluran nafas yang menyerang anak-anak dan balita hampir di seluruh dunia. Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak – anak muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Sedangkan Pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahunnya menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika. Meskipun sudah ada kemajuan dalam bidang antibiotic, pneumonia tetap merupakan penyebab keatian keenam di Amerika Serikat. Dalam menangani hal ini pemerintah telah mengadakan adanya vaksin DPT pada pasangan yang akan menikah, oleh karena
itu sebagai seorang perawat maka harus
mengetahui penanganan dari penyakit ini. Maka pada makalah ini akan dibahas tentang penyakit pada anak yang meliputi penyakit kongenital yaitu Bronkomalasia, dan penyakit peradangan yang biasanya terjadi pada anak yaitu Pneumoni Pneumoni dan Difteri.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit Bronkhomalasia, Pneumoni dan Difteri? 2. Bagaimana etiologi pada penyakit Bronkhomalasia, Pneumoni dan Difteri? 3. Bagaimana patofisiologi pada penyakit Bronkhomalasia, Pneumoni dan Difteri? 4. Bagaimana manifestasi klinis pada penyakit Bronkhomalasia, Pneumoni dan Difteri? 5. Bagaimana asuhan keperawatan pada penyakit Bronkhomalasia, Pneumoni dan Difteri?
1.3 Tujuan
a. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan penyakit Bronkhomalasia, Pneumoni dan Difteri. b. Menjelaskan etiologi penyakit Bronkhomalasia, Pneumoni dan Difteri. c. Menjelaskan patofisiologi penyakit Bronkhomalasia, Pneumoni dan Difteri. d. Menjelaskan manifestasi klinis pada penyakit Bronkhomalasia, Pneumoni dan Difteri e. Menjelaskan asuhan keperawatan untuk penyakit Bronkhomalasia, Pneumoni dan Difteri.
1.4 Manfaat
a. Mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit Bronkhomalasia, Pneumoni dan Difteri. b. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi penyakit Bronkhomalasia, Pneumoni dan Difteri. c. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi penyakit Bronkhomalasia, Pneumoni dan Difteri. d. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis penyakit Bronkhomalasia, Pneumoni dan Difteri. e. Mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan untuk penyakit Bronkhomalasia, Pneumoni dan Difteri.
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Bronkomalasia Bronkomalasia
2.1.1 Pengertian Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea, atau tenggorokan). tulang rawan melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah dahak dan sekresi mnejadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang dari 6 tahun (Children’s National Health System, 2016). 2016). Bronkomalasia dapat dideskripsikan sebagai defek kelahiran pada bronkus di traktus respiratorius. Malasia kongenital pada saluran udara/nafas besar merupakan salah satu dari beberapa penyebab okstruksi saluran nafas ireversibel pada anak, dengan gejala bervariasi yang dapat berupa wheezing rekuren dan infeksi saluran nafas bawah rekuren sampai dispneu berat dan insufisiensi respirasi. 2.1.2 Etiologi Bronkomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan mungkin berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini, tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik. 2.1.3 Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan (trakea), yang terbagi menjadi dua cabang (kanan dan bronkus kiri) yang masing-masing paru-paru. Trakea dan bronkus terbuat dari cincin tidak lengkap dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat mendukung jalan napas. Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa didapatkan dari tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk aneh, tidak kaku cukup, atau tidak membentuk sama sekali maka trakea dapat menutup ke dalam dirinya sendiri. Hal ini lebih mungkin terjadi saat mengembuskan napas dan menangis. Hal ini dapat menyebabkan mengi, batuk, sesak 3
napas, dan/atau napas cepat. Biasanya tulang rawan berkembang dengan sendirinya dari waktu ke waktu sehingga tracheomalacia tidak lagi masalah. Sementara lebih umum pada bayi, tracheomalacia tidak terjadi pada orang dewasa. Ketika masalah yang sama terjadi di saluran napas kecil disebut bronkus itu disebut bronchomalacia. Saluran udara dari paru-paru yang sempit atau runtuh saat mengembuskan napas karena pelunakan dinding saluran napas. 2.1.4 Manifestasi Klinis a. Aktivitas/istirahat Gejala : -
Keletihan, kelelahan, malaise.
-
Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari – hari.
-
Ketidakmampuan untuk tidur.
-
Dispnoe pada saat istirahat.
Tanda: -
Keletihan, Gelisah, insomnia.
b. Kelemahan umum/kehilangan massa otot. Gejala : -
Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
Tanda : -
Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat.
-
Distensi vena leher.
-
Edema dependent
-
Bunyi jantung redup.
-
Warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis
-
Pucat, dapat menunjukkan anemi.
c. Integritas Ego Gejala : -
Peningkatan faktor resiko
-
Perubahan pola hidup
Tanda : -
Ansietas, ketakutan, peka rangsang. 4
d. Makanan/cairan Gejala : -
Mual/muntah.
- Nafsu makan buruk/anoreksia -
Ketidakmampuan untuk makan
-
Penurunan berat badan, peningkatan berat badan
Tanda : -
Turgor kulit buruk
-
Edema dependen
-
Berkeringat.
-
Penurunan berat badan
-
Palpitasi abdomen
e. Hygiene Gejala : -
Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
Tanda : -
Kebersihan buruk, bau badan.
f. Pernafasan Gejala : -
Batuk brassy
-
Episode batuk terus menerus
Tanda : -
Pernafasan biasa cepat.
-
Penggunaan otot bantu pernafasan
-
Bunyi nafas ronchi/wheezing
-
Perkusi hyperresonan pada area paru.
-
Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu keseluruhan.
g. Keamanan Gejala : -
Riwayat reaksi alergi terhadap zat/faktor lingkungan.
-
Adanya/berulangnya infeksi.
5
h. Interaksi sosial Gejala : -
Hubungan ketergantungan
-
Kegagalan
dukungan/terhadap
pasangan/orang
dekat.
Penyakit
lama/ketidakmampuan membaik. Tanda : -
Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan
2.1.5 Asuhan Keperawatan Pengkajian
A. Identitas Klien 1) Nama Klien
:
2) Tempat /tgl lahir
:
3) Umur
:
4) Jenis kelamin
:
5) Suku
:
6) Agama
:
7) Tempat tinggal
:
8) No MR
:
9) Tanggal masuk
:
10) Tanggal Pengkajian
:
B. Identitas Orang Tua 1) Ayah a. Nama
:
b. Usia
:
c. Pendidikan
:
d. Pekerjaan
:
e. Agama
:
f. Alamat
:
2) Ibu 6
a. Nama
:
b. Usia
:
c. Pendidikan
:
d. Pekerjaan
:
e. Agama
:
f. Alamat
:
C. Identitas Saudara Kandung
No
Nama
Usia
Hubungan
Keterangan
D. Keluhan Utama / Alasan Masuk RS : Klien sesak nafas dan panas selama 2 hari.
E. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat Kesehatan Sekarang :
2) Riwayat Kesehatan Sebelumnya : (khusus anak usia 0-5 tahun) 1. Prenatal Care a. Pemeriksaan kehamilan
:
Kali
b. Keluhan selama hamil : Perdarahan Muntah-muntah
, demam
, PHS
,
, Perawatn selama hamil
c. Riwayat : terkena sinar
, terapi obat
d. Kenaikan BB selama hamil :
kg
e. Imunisasi TT :
, Infeksi
kali
f. Golongan darah ibu :
Golongan darah Ayah :
2. Natal a. Tempat melahirkan : RS 7
, Klinik
, Rumah
b. Lama dan Jenis Persalinan : spontan , Forceps
, Operasi
,
lain-lain c. Penolong Persalinan : Dokter , Bidan
, Dukun
d. Cara untuk memudahkan persalinan : drips , Obat perangsang e. Komplikasi waktu lahir :
Robek perineum
, infeksi nifas
,
3. Post natal a. Kondisi Bayi : BB lahir
gram , PB
cm
b. Apakah anak mengalami : Penyakit kuning , kebiruan kemerahan
, problem menyusui
,
, BB tidak stabil
(untuk semua usia) c. Penyakit yang pernah dialami : Batuk Diare
kejang
, lain-lain
d. Kecelakaan yang dialami : Jatuh lalu lintas
, Demam
,
, , tenggelam
,
keracunan
e. Pernah : Makanan
, Obat-obatan
,
Zat/substansi
kimia/
textil f. Konsumsi obat-obatan bebas g. Perkembangan anak dibanding saudara-saudaranya : lambat , sama cepat
3) Riwayat Kesehatan Keluarga a. Penyakit anggota keluarga : alergi hipertensi penyakit jantung , artritis jiwa
, Asma
, stroke
, migrain
, TBC , anemia
, DM
, , hemofilia
, kanker
,
,
b. Genogram
4) Riwayat Imunisasi No
Jenis Imunisasi
1
Hepatitis B
Waktu Pemberian
8
Reaksi setelah Pemberian
2
BCG
3
Polio
4
DPT
5
Campak
5) Riwayat Tumbuh Kembang 1. Pertumbuhan Fisik 1) Berat Badan : BB lahir
kg masuk RS
kg
2) Tinggi Badan : PB
cm masuk RS
cm
3) Waktu tumbuh gigi:
bulan, Tanggal gigi
tahun
2. Perkembangan Tiap Tahap Usia anak saat :
Berguling :
Duduk :
Merangkap:
Berdiri :
Berjalan :
Senyum kepada orang lain pertama kali :
Bicara pertama kali :
Berpakaian tanpa bantuan :
6) Riwayat Nutrisi 1. Pemberian Asi a. Pertama kali disusui: b. Cara Pemberian : Setiap kali menangis
, terjadwal
, c. Lama Pemberian :
tahun
2. Pemberian Susu Tambahan a. Alasan Pemberian : b. Jumlah pemberian : c. Cara pemberian :
dengan dot 9
, sendok
,
3. Pemberian Makanan Usia
Jenis Nutrisi
Lama Pemberian
7) Riwayat Psikososial a. Apakah anak tinggal di : Apartemen
, rumah sendiri
,
kontrak b. Lingkungan berada di : Kota c. Apakah rumah dekat: sekolah
, setengah kota , ada tempat bermain ,
, desa punya
kamar
tidur sendiri d. Apakah ada tangga yang bisa berbahaya ,
apakah
anak
punya
ruang
bermain e. Hubungan antar anggota keluarga : harmonis f. Pengasuh anak : Orang tua
, berjauhan
, baby sister
,
pembantu , nenek /kakek , 8) Riwayat Spiritual : a. Support system dalam keluarga : b. Kegiatan keagamaan :
9) Reaksi Hospitalisasi 1) Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap o
Mengapa ibu membawa masuk anaknya ke RS :
o
Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak :ya , tidak
o
Bagaimana perasaan orang tua saat ini : cemas , takut khawatir , biasa
o
,
,
Apakah orang tua akan selalu berkunjung : ya ,
kadang-kadang
, tidak o
Siapa yang akan tinggal dengan anak : Ayah , ibu kakak
, dan lain-lain
2) Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap o
Mengapa keluarga /orang tua membawa kami ke RS
10
,
o
Menurutmu apa penyebab kamu sakit
o
Apakah dokter menceritakan keadaanmu
o
Bagaimana rasanya dirawat di RS: bosan , takut
,
, dan lain-lain
10) Aktifitas Sehari-hari 1) Nutrisi Kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Sebelum Sakit
Saat Sakit
1. Selera makan 2. Menu makanan 3. Frekuensi makan 4. Makanan pantangan 5. Pembatasan
pola
makan 6. Cara makan 7. Ritual saat makan
2) Cairan Kondisi 1. Jenis minuman 2. Frekuensi minum 3. Kebutuhan cairan 4. Cara pemenuhan
3) Eliminasi Kondisi BAB(Buang Air Besar): 1. Tempat pembuangan 2. Frekuensi (waktu ) 3. Konsistensi 4. Kesulitan
11
senang
5. Obat pencahar BAK (Buang Air Kecil ) 1. Tempat pembuangan 2. Frekuensi (waktu) 3. Warna dan bau 4. Volume 5. Kesulitan
4) Istirahat dan Tidur Kondisi
Sebelum Sakit
Saat Sakit
1. Jam Tidur Siang Malam
2. Pola tidur 3. Kebiasaan sebelum tidur 4. Kesulitan tidur
5) Olahraga Kondisi
Sebelum Sakit
Saat Sakit
1. Program olah raga 2. Jenis dan frekuensi 3. Kondisi
setelah
olah raga
6) Personal Hygine Kondisi
Sebelum Sakit
1. Mandi Cara Frekuensi Alat mandi
2. Cuci Rambut
12
Saat Sakit
Frekuensi Cara
3. Gunting kuku Frekuensi Cara
4. Gosok gigi Frekuensi Cara
7) Aktifitas/ Mobilitas Fisik Kondisi 1. Kegiatan
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Sebelum Sakit
Saat Sakit
sehari-
hari 2. Pengaturan
jadwal
harian 3. Penggunaan
alat
bantu aktifitas 4. Kesulitas pergerakan tubuh
8) Rekreasi Kondisi 1. Perasaan
saat
sekolah 2. Waktu luang 3. Perasaaan
setelah
rekreasi 4. Waktu
senggang
keluarga 5. Kegiata hari libur
13
Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umun klien Baik
, Lemah
, Sakit Berat
b) Tanda- Tanda Vital
Suhu
:
Nadi
:
Respirasi :
Tekanan darah :
c) Antropometri
Tinggi Badan :
Berat Badan :
Lingkar lengan atas :
Lingkar kepala :
Lingkar dada :
Lingkar perut :
d) Sistem Pernapasan
Hidung : Simetris , pernapasan cuping hidung
, secret
, polip ,
epitaksis
Leher: pembesaran kelenjar
Dada
, tumor
o
Bentuk dada normal
, barrel
, pigeon chest
o
Perbandingan ukuran AP dengan transversal
o
Gerakan dada : simetris
, terdapat retraksi
,
otot
bantu
pernapasam o
Suara napas : VF , ronchi
, Wheezing
, stridor
,
rales o
Apakah ada Clubbing finger
e) Sistem Cardio Vaskular
Conjungtiva anemia/tidak , bibir pucat/cynosis kuat/lemah
, arteri carotis :
, tekanan vena jugularis : meninggi /tidak
Ukuran jantung : Normal , membesar
Suara jantung : S ₁ , S₂
, Bising aorta
14
, IC/apex , murmur
, gallop
Capilary Refiling Time
detik
f) Sistem Pencernaan
Sklera : ikterus/tidak
, bibir : lembab
, kering
,
pecah-
pecah , lanio skizis
Mulut : Stomatis , palato skizis
, jumlah gigi ,
kemampuan
, gerakan peristaltik
,
menelan : baik/sulit
Gaster : Kembung
, Nyeri
Abdomen : Hati: teraba
, lien
Anus : Lecet
, ginjal
, faeces
, haemoroid
g) Sistem Indra 1. Mata
Kelopak mata , bulu mata
Visus
Lapang pandang
, alis
2. Hidung
Penciuman
, perih hidung
, trauma
Sekret yang menghalangi penciuman
, mimisan
3. Telinga
Keadaan daun telinga , kanal auditoris : bersih
Fungsi Pendengaran
, serumen
h) Sistem Saraf 1. Fungsi Cranial
N I
N II: visus
N III, IV, VI : gerakan bola mata
N V : Sensorik
, Motorik
N VII : Sensorik
, Otonom
N VIII : Pendengaran
NIX :
NX : Gerakan uvula , rangsangan muntah/menelan
NIX : Sternocleodomastoideus
N XII : Gerakan lidah
, lapang pandang
, , pupil : isokor
, motorik
, Keseimbangan
2. Fungsi Cerebral 15
, trapesius
Status mental : Orientasi perhitungan
, bahasa
Kesadaran
: Eyes
, daya ingat
,Motorik
,
perhatian
, Verbal
,
dan
dengan
GCS
Bicara ekspresif
, resiptive
3. Fungsi Motorik : massa otot , tonus otot
, kekuatan otot
4. Fungsi sensorik: Suhu
, Getaran
, Nyeri
, posisi
,
diskriminasi 5. Fungsi Cerebellum : Koordinasi 6. Refleks : Bisep
, Trisep
, keseimbangan , Patella
7. Iritasi Meningen : Kaku Kiduk
, Babinski
, Laseque sign
, Brudzinki I/II
i) Sistem Muskuloskeletal 1. Kepala: Bentuk kepala
, Gerakan
,
2. Vertebatrae : Scoliosis
, lordosis
, kyposis
, Gerakan
,
ROM fungsi Gerak 3. Pelvis : Gaya jalan
, gerakan
, ROM
,
Trendelberg
, Kaku
, Gerakan
, Mc Murray Test
5. Kaki : Bengkak
, gerakan
, kemampuan jalan
6. Tangan : Bengkak
, Gerakan
, ROM
Test,
Ortolani/ Barlow 4. Lutut : Bengkak
,
Ballotemen test , tanda tarikan
j) Sistem Integumen 1. Rambut : Warna 2. Kulit : Warna erupsi , tai lalat
, mudah dicabut , temperatur , ruam
,
, kelembaban , bulu kulit , teksture
3. Kuku : Warna , permukaan kuku
, mudah patah
, kebersihan
k) Sistem Endokrin 1. Kelenjar tiroid : 2. Ekskresi Urine berlebihan
, poldipsi
16
, poliphagi
,
3. Suhu tubuh yang tidak seimbang
, keringat berlebihan
4. Riwat bekas air seni dikelilingi semut
l) Sistem perkemihan 1. Oedema Palpebra
, Moon Face
, Oedema Anarsaka
2. Keadaan kandung kemih 3. Nocturia
, dysuria
, kencing batu
m) Sistem Reproduksi 1. Wanita
Payudara/ puting
, aerola mammae
Labia Mayora dan minora bersih
, besar
, secret
, bau
2. Laki- laki
Keadaan Glans penis : Uretra
Testis sudah turun
Pertumbuhan rambut : Kumis
, kebersihan
, janggut
,
ketiak
Pertumbuhan jakun
, perubahan suara
n) Sistem Imun
Alergi (cuca
, debu
, bulu bintang
, Zat kimia
)
Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : Flu Urticaria
, lain-lain
Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a) 0-6 Tahun Dengan menggunakan DDST 1. Motorik kasar 2. Motorik halus 3. Bahasa 4. Personal Social b) 6 tahun ke atas 1. Perkembangan kognitif 17
,
2. Perkembangan psikoseksual 3. Perkembangan psikososial Pemeriksaan Diagnostik
1) Laboratorim 2) Bronkoskopi 3) CT Scan Dada
Diagnosa: No
1.
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan napas
NOC
pola Setelah
berhubungan
dengan deformitas tulang
NIC
dilakukan
tindakan
keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
masalah 1. Monitor kecepatan, irama,
keperawatan pola napas tidak efektif (Domain 4, Kelas 4, kode
Monitor Pernafasan (3350)
dapat
diatasi
kedalaman,
dan
kesulitan
dengan bernapas
kriteria hasil:
00032)
Rasional: Memonitor tersebut
dapat mengetahui apakah pasien
Status Pernafasan (0415)
1. Frekuensi menjadi
Definisi:
pernafasan sudah tidak mengalami sesak normal
dan
napas
setelah
memberikan
tidak mengalami sesak tindakan Inspirasi ekspirasi memberi adekuat.
dan/atau yang
tidak ventilasi
(041501)
2. Irama menjadi
pernafasan 2. Catat auskultasi suara napas normal
dan
setelah tindakan
tidak mengalami sesak Rasional: Mengetahui apakah
(041502)
3. Kedalaman menjadi
inspirasi masih normal
dan
ditemukan
suara
wheezing atau tidak
tidak mengalami sesak 3.
(041503)
4. Suara auskultasi menjadi normal terdapat 18
dan
tidak wheezing
Monitor
suara
nafas
tambahan seperti mengi atau ngorok
(041504)
Rasional:
suara
napas
tambahan
merupakan
tanda
adanya
ketidakefektifa
Status Pernafasan: Kepatenan
nafas
Jalan Napas (0410)
dibersihkan
1. Frekuensi menjadi
sehingga
jalan harus
pernafasan normal
dan
tidak sesak (041004)
4. Berikan bantuan terapi nafas jika diperlukan
2. Suara napas tambahan menjadi
tidak
ada
(041007)
3. Batuk menjadi tidak ada (041019)
Rasional: mengajarkan batuk
efektif tidak dapat dilakukan sehingga untuk mengurangi sesak nafas pada bayi bisa dilakukan dengan bantuan terapi napas agar lebih rileks
Pencegahan Aspirasi (3200)
1. Pertahankan (kepatenan) jalan nafas
Rasional: mempertahankan
jalan nafas dilakukan agar bayi tidak mengalami sesak nafas, sehingga inspirasi dapat dilakukan dengan baik
2. Monitor status pernafasan
Rasional: status pernafasan
harus selalu di monitor agar apabila terjadi sesak napas pada
19
bayi dapat segera dilakukan
3. Monitor kebutuhan perawatan terhadap saluran cerna
Rasional: kebutuhan asupan
gizi yang tinggi sangat diperlukan pada bayi, apabila bayi merasakan sesak dan terdapat batuk, maka ada kemungkinan kebutuhan nutrisinya akan terganggu karena tidak dapat menelan makanan
4. Pantau (cara) makan atau bantu jika diperlukan
Rasional: bayi memiliki sesak
nafas dan batuk menyebabkan adanya pemantauan pemberian makanan ke ibu ke bayi dengan benar sehingga bayi tidak akan mengalami aspirasi saat makan atau meminum susu
5. Beri makanan dalam jumlah sedikit
Rasional: meskipun terdapat
batuk dan sesak yang menyebabkan bayi memiliki
20
gangguan dengan menelan, bayi harus diberikan makanan dan susu dengan jumlah yang sedikit-sediki agar nutrisi pada bayi juga dapat tercukupi 2.
Gangguan pertukaran gas
Setelah
berhubungan
keperawatan selama 2x24 jam
dengan
perubahan
dilakukan
tindakan
memberan diharapkan
alveolar-kapiler
masalah 1. Pertahankan kepatenan jalan
keperawatan pertukaran
gangguan gas
dapat
nafas
diatasi Rasional: agar
dengan kriteria hasil:
rileks Status
bayi
dapat
bernafas dengan nyaman dan
(Domain 3, Kelas 4, Kode 00030)
Bantuan Ventilasi (3390)
Pernapasan:
sehingga
tidak
mempengaruhi tanda vital dan lainnya
Pertukaran Gas (0402)
1. Tekanan parsial oksigen di darah arteri (PaO2) 2. Auskultasi suara nafas, catat Definisi:
Kelebihan oksigenasi
atau
defisit
area-area penurunan atau tidak
100%
adanya ventilasi, dan adanya
2. Saturasi oksigen menjadi
dan/atau
eliminasi karbon dioksida.
menjadi diantara 80% -
suara tambahan
95%
Rasional: mengetahui
3. Tekanan
parsial terdapatnya suara nafas seperti
karbondioksida di darah
mengi
atau
arteri (PaCO2) menjadi merupakan 35 - 45 mmHg
bahwa
masih
tidak
salah
terdapat
karena
satu
tanda
gangguan
4. pH arteri menjadi sekitar kesehatan 7,35 – 7,45
3. Monitor
pernapasan
dan
status oksigenasi mengetahui
Rasional: Status Pernapasan: Ventilasi
keberhasilan atas tindakan yang
(0403)
dilakukan
1. Frekuensi menjadi
terdapat
pernafasan peningkatan atau penurunan normal
tidak sesak (040301)
21
apakah
dan 4. Beri
obat
(misalnya
2. Irama
pernafasan bronkodilator atau inhaler) yang
menjadi
normal
dan
tidak sesak (040302) 3. Kedalaman menjadi
pertukaran gas
inspirasi Rasional: obat yang diberikan
normal
dan
tidak sesak (040303) 4. Suara
meninkatkan patensi jalan dan
nafas
harus disesuaikan dengan berat badan dan indikasi pada bayi
tambahan
menjadi tidak ada dan normal (040310) 5. Gangguan
suara
Monitor Pernafasan (3350)
saat
auskultasi menjadi tidak
1. Monitor
ada dan normal (040333)
kedalaman,
kecepatan, dan
irama,
kesulitan
bernafas Rasional: Memonitor tersebut
dapat mengetahui apakah pasien sudah tidak mengalami sesak napas
setelah
memberikan
tindakan
2. Monitor pada
pasien
saturasi
oksigen
yang
tersedasi
sesuai dengan protokol yang ada Rasional: sesak nafas dan batuk
dapat mengakibatkan perubahan saturasi oksigen sehingga harus dipantau dan dicatat agar tidak memperuburuk kesehatan
3. Catat perubahan saturasi O2, volume tidal akhir CO2, dan perubahan analisa gas darah
22
dengan tepat Rasional: sesak nafas dan batuk
dapat mengakibatkan perubahan saturasi oksigen sehingga harus dipantau dan dicatat agar tidak memperuburuk kesehatan
4. Monitor keluhan sesak nafas pasien, termasuk kegiatan yang meningkatkan memperburuk
atau sesak
nafas
tersebut Rasional: hal yang meyebabkan
bayi sesak nafas harus ditangani terlebih dahulu dan melakukan modifikasi dengan lingkungan untuk memantau kegiatan yang menjadi penyebab 3.
Risiko
infeksi Setelah
berhubungan
dengan
penyakit kronis
(Domain
11,
dilakukan
masalah 1. Monitor adanya tanda dan
keperawatan risiko infeksi dapat
gejala infeksi sistemik dan lokal
diatasi dengan kriteria hasil:
Rasional:
1,
Kode 00004) Keparahan
Infeksi:
Baru
1. Ketidakstabilan
suhu
menjadi tidak ada dan Rentan mengalami invasi
normal
dan
(070801)
multiplikasi
organisme patogenik yang dapat
menganggu
yaitu
tulang dapat
menyebabkan
adanya
kemungkinan
infeksi
sistemik
dan
pada lokal
sehingga harus dipantau agar tidak memperburuk kesehatan
36°C
2. Muntah menjadi tidak ada dan ada peningkatan
23
deformitas
kemungkinan
daerah
Lahir (0708) Definisi:
Perlindungan Infeksi (6550)
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
Kelas
tindakan
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi Rasional:
pada bayi yang
kesehatan.
berat badan (070813) 3. Menangis dengan kuat
memiliki deformitas pada tulang menyebabkan
adanya
menjadi tidak ada dan
kemungkinan kerentanan pada
dapat rileks (070821)
infeksi sehingga harus tetap dipantau
Kontrol Risiko: Proses Infeksi
3. Tingkatkan
(1924)
yang cukup
1. Mengidentifikasi dan
gejala
infeksi
kurang
cukup
menyebabkan
2. Mengembangkan strategi efektif
mengontrol
dapat kerentanan
terhadap infeksi
untuk infeksi
4. Ajarkan mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus
(192413)
3. Memonitor
nutrisi
tanda Rasional: asupan nutrisi yang
(192405)
yang
asupan
perubahan
status
kepada
pemberi
kesehatan layanan kesehatan Rasional: apabila orang tua dan
(192420)
4. Melakukan
melaporkan
tindakan
keluarga memiliki pengetahuan,
segera untuk mengurangi
diharapkan
risiko (192421)
melapor agar diberikan tindakan supaya
untuk
tidak
segera
memperburuk
kesehatan
5. Ajarkan pasien
anggota bagaimana
keluarga cara
menghindari infeksi Rasional: menghindari infeksi
lebih baik daripada melakukan pengobatan infeksi
Monitor Tanda-Tanda Vital
24
(6680)
1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu
dan
status
pernafasan
dengan tepat Rasional: hal
ini dilakukan
karena
masih
bayi
rentan
dengan penyakit yang ada di sekitarnya dan masih belum memiliki
imunitas
yang
maksimal sehingga perubahan tanda-tanda
vital
bayi
bisa
menjadi tanda adanya gangguan
2. Inisiasi
dan
perangkat
pemantauan
tubuh
secara
pertahankan suhu
terus-menerus
dengan tepat perangkat
Rasional:
pemantauan
digunakan
agar
perawat dapat memonitor suhu pada bayi, agar suhunya tetap stabil
3. Monitor dan laporkan gejala hipertermia Rasional: ketidakstabilan suhu
harus dipantau, apalagi pada bayi, sistem imun pada masih belum bekerja secara maksimal sehingga perlu menjaga suhu bayi agar tetap hangat, tidak panas ataupun dingin
25
4. Monitor
irama
dan
laju
pernafasan Rasional: adanya irama dan
laju pernafasan seperti mengi dan wheezing harus diatasi agar tidak
jalan
nafas
menjadi
dan
baik
sehingga
normal
kebutuhan
oksigen
dapat
terpenuhi
5. Identifikasi penyebab
kemungkinan
perubahan
tanda-
Rasional: perubahan
tanda-
tanda vital
tanda vital merupakan salah satu
tanda
bahwa
gangguan dalam tubuh
Evaluasi:
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 2x24 jam, diharapkan tidak adanya sesak nafas dan suara nafas tambahan 2.
Setelah dilakukan tindakn keperawatan dalam waktu 3x24 jam, diharapkan orang tua dapat menghindari risiko infeksi
26
terdapat
2.2 Pneumonia
2.2.1 Pengertian Pneumonia merupakan salah satu bentuk infeksi napas bawah akut (ISNBA) yang mengenai parenkimparu, distal dari bronkiolus terminalyang mencangkup bronkiolus respiratorius dan alveoli serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran udara setempat (dahlan,2007) Pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru (alveoli) yang bersifat akut, yang merupakan peradangan parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan dan sel radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga intestinum (Alsagaff danMukty, 2008). Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi akut yang merupakan penyebab tersering, sedangkan
istilah pneumonitis sering dipakai untuk proses non infeksi (Dahlan,
2007).
2.2.2 Faktor Resiko Terdapat beberapa faktor risiko pneumonia pada anak, menurut Wilson L.M. (2006) bayi dan anak keil rentan terhadap penyakit pneumonia karenarespon imun bayi dan anak masih belum berkembang dengan baik. Adapun faktor risiko (Garina, Putri, & Yuniarti, 2016). 2.2.2.1 Gizi kurang Faktor imunologi pada anak yang menderita pneumonia dipengaruhi oleh asupan zat gizi mikro,salah satunya adalah Zn (zink). Defisiensi Zn menyebabkan penurunan kekebalan sel, sehingga meningkatkan kerentanan terhadap penyakit pneumonia. Zn memiliki peranan penting pada imunitas dan memberikan efek penyembuhan dan pencegahan penyakit pneumonia (Nasution, Hakimi, & Hartini, 2017). 2.2.2.2 Bayi berat lahir rendah Ada bayi dngan berat badan lahir rendah (BBLR) pembentukan zat anti kekebalan kurang sempurna, berisiko terkena penyakit infeksi
27
terutama pneouminia sehingga risiko kematian menjadilebih besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal. 2.2.2.3 Prematur dan usia bayi Anak-anak erusia 0-24bulan lebih rentan terhadap penyakit pneumonia dibandingkan dengan anak-anak berusia 2 tahun. Hal inidisebabkan imunitas yang belum sempurna dansaluran pernapasan yang relative sempit (DepKes RI, 2004). Selain itu balita yang lahr premature (usia gestasi <37 minggu) mempunyai risiko tinggi terhadap penyakit yang berhubungan dengan imunitas SSP (susunan syaraf pusat) dan paru-paru antara lain aspirasi pneumonia karena reflex menghisap, menelan dan batuk belum sempurnadan sindrom gangguan pernapasan idiopatik (penyakit membrane hialin) (Hartati, Nurhaeni, & Gayatri, 2012).
2.2.2.4 Jenis kelamin balita Anak laki-laki adalah faktor risiko yang mempengaruhi kesakitan pneumonia (DepKes RI, 2004). Hal ini disebabkan diameter saluran pernapasan anak laki-laki lebih kecil dari padaanak perempuan atau adanyaperbedaan daya tahan tubuh anak laki-laki dan perempuan (Sunyataningkamto,2004). 2.2.2.5 Riwayat pemberian ASI Nurisi yang terkandung didalam ASI menjamin status gizi bayi sehingga angka kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian epideminologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi slah satunya yaitu pneumonia. 2.2.2.6 Polusi udara dalam ruangan Penggunaan bahan bakar masak seperti arang, kayu minyak tanah dan batu bara dapat menyebaban risiko terjadinya pencemaran udara dalam rumah. Begitu juga dengan asap yang dihasilkan dari
28
pembakaran obat nyamuk dapat menyebabkan polusi udara yang dapat menimbulkan ISPA (Yuslinda, Yasnani, & Ardiansyah, 2017) 2.2.2.7 Pemukiman padat Kepadatan hunian perlu diperhitungkan karena mempunyai peranan dalam penyebaran mikroorganisme didalam lingkungan rumah. Untuk itu, Departemenn Kesehatan telah membuat peraturan tentang rumah sehat tentang persyaratan rumah tinggal, karena kepadatan merupakan Pre-requisite untuk terjadinya proses penularan penyakit
karena
semakin
padat,
maka
perpindahan
penyakit,
khususnya penyakit melalui udara akan semakin mudah dan cepat penyebarannya (Yuslinda, Yasnani, & Ardiansyah, 2017) 2.2.3 Etiologi Sebagian bersar pneuminia disebabkan oleh mikroorganisme (virus, jamur, bakteri), pejanan bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru maupun pengaruh tidak langsung dari penyakit lain.
2.2.3.1 Bakteri yang dapat menybabkan pneumonia adalah (Said, 2008) a. Staphlylococcus aureus: bakteri anaerobfakulatif. Pada pasien yang diberikan obat secara IV memungkinkan infeksi kuman ini menyebar secara hematogen drikontaminasi awal menuju paru-paru. Apabila suatu organ telah terinfeksi kuman ini, maka akan menimbulkan tanda yang khas yaitu peradangan, nekrosis, pembekuan abses b. Haemophilus influenza: bakteri bentuk batang anaerob dengan berkapsul atau tidak berkapsul.. jenis kuman ini yang memiliki virulensi tinggi yaitu eucapsuled type (HiB) c. Streptococcus pneumonia: merupakan bakteri
anaerob faculatif. Bakteri
patogen ini ditemukan pneumonia komunitas rawat inap di ICU sebanyak 33%, dankomunitas rawat inap luar sebnayak 20%-60% d. Mycoplasma Pneuminia 2.2.3.2 Virus penyebab pneumonia a. Adenoviruses b. Rhinovirus 29
c. Influenza virus d. Respiratory syncytial virus (RSV) e. Parai nfluenza virus. 2.2.3.3 Fungsi penyebab pneumonia Infeksi pneumonia akibat jamur biasanya disebabkan oleh jamur oportunistik, dimana spora jamur masuk kedalam tubuh saat menghirup udara. Organisme yang menyerang adalah Candida sp. , Aspergillus sp., Cryptococcus neoformans.
2.2.4 Patofisiologi Pneumonia Patogen yang sampai ke trakea berasal dari aspirasi bahan yang ada di orofaring, kebocoran melalui mulut saluran endotrakeal, inhalasi dan sumber patogen yang mengalami kolonisasi di pipa endotrakeal. Faktor risiko pada inang dan terapi yaitu pemberian antibiotik, penyakit penyerta yang berat, dan tindakan invansif pada saluran nafas. Faktor resiko kritis adalah ventilasi mekanik >48jam, lama perawatan di ICU. Faktor predisposisi lain seperti pada pasien dengan imunodefisien menyebabkan tidak adanya pertahanan terhadap kuman pathogen akibatnya terjadi kolonisasi di paru dan menyebabkan infeksi. Proses infeksi dimana patogen tersebut masuk ke saluran nafas bagian bawah setelah dapat melewati mekanisme pertahanan inang berupa daya tahan mekanik ( epitel,cilia, dan mukosa), pertahanan humoral (antibodi dan komplemen) dan seluler (leukosit, makrofag, limfosit dan sitokinin). Kemudian infeksi menyebabkan peradangan membran paru ( bagian dari sawar-udara alveoli) sehingga cairan plasma dan sel darah merah dari kapiler masuk. Hal ini menyebabkan rasio ventilasi perfusi menurun, saturasi oksigen menurun. Pada pemeriksaan dapat diketahui bahwa paru-paru akan dipenuhi sel radang dan cairan , dimana sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk membunuh patogen, akan tetapi dengan adanya dahak dan fungsi paru menurun akan mengakibatkan kesulitan bernafas, dapat terjadisianosis, asidosis respiratorik dan kematian. Berikut ini merupakan WOC pneumonia:
30
Penyebab Pneumonia (Baktri, virus, fun i)
Melewati mekanisme pertahanan, pertahanan hormonal, dan pertahanan seluler
Masuk saluran nafas bagian bawah
Keluarnya secret ke paru
Infeksi
sebgai tanda respon tubuh
Peradangan paru
Peningkatan suhu tubuh
Penurunan fungsi paru
Keluarnya caian plasma, darah, dan secret dari
Hipotermia
kapiler masuk ke alveoli sebgai tanda respon Kesulitan bernafas
tubuh Suplai O2 dalam darah
Bersihan jalan nafas
Saturasi O2 menurun
menurun
Tidak efektif
Rasio fentilasi
Hipoksia
menurun Intoleransi aktifitas Gangguan pertukan gas
2.2.5 Manifestasi Klinis Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis pneumonia pada anak adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas, gejala klinis yang kadangkadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya 31
penggunaan prosedur diagnostik invasif, etiologi non infeksi yang relatif lebih sering, dan faktor patogenesis (Said, 2008). Menurut Said (2008) gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut : A. Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan GIT seperti mual, muntah atau diare: kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner. B. Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air hunger , merintih, dan sianosis. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi, suara napas melemah, dan ronki, akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan (Said, 2008).
2.2.6 Asuhan Keperawatan Pengkajian a. Data dasar pemeriksaam : 1. Aktivitas / istirahat Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi Gejala : riwayat gagal jantung kronis Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3. Integritas Ego Gejala : banyak stressor, masalah finansial
4. Makanan / Cairan Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk, penampilan malnutrusi 5. Neurosensori Gejala : sakit kepala bagian frontal Tanda : perubahan mental
6. Nyeri / Kenyamanan 32
Gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk, myalgia, atralgia
7. Pernafasan Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan
dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas
Bronkial Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
8. Keamanan Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin
pada kasus rubela / varisela 9. Penyuluhan Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis
b. Pemeriksaan Diagnostik Sinar X : mengidentifikasi distribusi struktural, dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrate,
empisema,
infiltrasi
menyebar
atau
terlokalisasi,
atau
penyebaran/perluasan infiltrate nodul. GDR / nadi oksimetri : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas
paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : dapat diambil dengan biopsi
jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopi fiberoptik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab. JDL : Leukositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan perkembangannya pneumonia bakterial. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosa organisme
khusus. LED : meningkat Pemeriksaan fungsi paru
Elektrolit : Na & klorida mungkin rendah. 33
Nursing Diagnoses
Nursing Outcomes
Nursing Interventions
(NANDA)
(NOC)
(NIC)
Bersihan
Jalan
Nafas
Tidak Efektif D.0001
Status
Pernafasan
(0415)
Manajemen
Jalan
Nafas
(3140)
Frekuensi
Melakukan fisioterapi
Definisi : Ketidakmampuan
pernafasan
dada,
membersihkan sekret atau
(041501)
mestinya
Irama pernafasan
R : Agar sekret dapat
(041502)
berkumpul pada satu
Pernafasan
tempat
obstruksi jalan napas untuk mempertahankan napas tetap paten.
jalan
cuping
untuk
Kepatenan
Saturasi
Hasil
Dispnea
R
:
Membantu
mengeluarkan lendir
rontgen
dan
melancarkan
jalan nafas
saat
istirahat (040223)
paisen
batuk
oksigen
dada (040213)
Memotivasi
dalam, berputar dan
(040211)
menerapkan
untuk bernafas pelan,
Pernafasan:
Pertukaran Gas (0402)
klien
batuk efektif
jalan
nafas (041532) Status
sehingga
memudahkan
hidung
(041528)
sebagaimana
Menggunakan teknik yang
menyenangkan
untuk
memotivasi
bernafas
dalam
kepada
anak-anak
(misal;
meniup
gelombang,
neiup
kincir,
peluit,
harmonika,
balon,
meniup
layaknya,
pesta; membuat lomba
34
meniup dengan bola ping
pong,
meniup
bulu) R : Agar klien tidak merasa
kesusahan
selama
menjalani
perawatan
Memposisikan untuk meringankan
sesak
nafas R : Meringkan sesak nafas danmemudahkan klien untuk bernafas Monitor Pernafasan (3350)
Memonitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan bernafas R
:
Memantau
perkembangan
klien
terkait
status
pernafasannya
Memonitor kemampuan
batuk
efektif pasien R
:
Melihat
kemampuan dalam
pasien
melakukan
batuk efektif
Memonitor
sekresi
pernafasan pasien R : Memantau apakah masih terdapat sekresi
35
yang
dapat
menghambat
jalan
nafas pasien
Memonitor hasil foto thoraks R : Memantau sekresi setalah
diberikan
tindakan
Memberikan bantuan terapi
nafas
jika
diperlukan (misalnya., nebulizer) R
:
Membantu
melegakan jalan nafas klien Ketidakefektifan
pola
napas berhubungan dengan Hiperventilasi
Status
Ventilasi (0403)
Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi
yang
tidak
memberi ventilasi adekuat.
Domain
4.
Aktivitas/Istirahat . Kelas 4.
Pernafasan:
Jalan
Nafas
(3140)
Frekuensi
Memotivasi
pasien
pernafasan
untuk bernafas pelan,
(040301)
dalam, berputar dan
Irama pernafasan
batuk.
(040302)
R
Kedalaman
mengeluarkan lendir
inspirasi (040303)
dan
Penggunaan otot
jalan nafas
Respons
bantu
Kardiovaskular/Pulmonal.
(040309)
00032
Manajemen
Status
nafas
Pernafasan:
:
Membantu
melancarkan
Menggunakan tehnik yang menyenangkan untuk
memotivasi
Kepatenan Jalan Nafas
bernafas
(0410)
kepada
anak-anak
Frekuensi
(misal:
meniup
pernafasan
gelembung,
meniup
(041004)
kincir,
36
dalam
peluit,
Irama pernafasan
harmonika,
(041005)
meniup
Pernafasan
pesta,
cuping
ping
Batuk (041019)
bulu)
Badan:
Berat
badan
Persentil
lingkar
kepala
Menginstruksikan
batuk
Persentil
mengeluarkan lendir
berat
dan
(anak)
melancarkan
jalan nafas
Kecemasan
Mengauskultasi suara nafas, catat area yang
Tidak
ventilasinya menurun
dapat
beristirahat
atau tidak ada dan
(121101)
adanya
Perasaan
R: mengetahui jika ada suara tamabahan
Peningkatan
karena
frekuensi
(121121) tidur
pola 37
Memonitor
status
pernafasan
dan
oksigenasi,
(121129) Perubahan
penumpukan
secret
pernapasan
Gangguan
suara
tambahan
gelisah
(121105)
menjalani
R: Batuk membantu
(1211)
selama
(anak) (100608)
Tingkat
kesusahan
efektif
tinggi
(100609)
merasa
melakukan
Persentil
badan
pong, meniup
bagaimana agar bisa
(anak)
(100607)
lomba
perawatan
(100601)
buat
R : Agar klien tidak
Massa
Tubuh (1006)
layaknya
meniup dengan bola
hidung
(041013)
Berat
balon,
pada makan
sebagaimna mestinya R
:
Memantau
(121131)
perkembangan
klien
terkait
status
pernafasannya Manajemen Obat (2380)
Menentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut resep dan/atau protokol R : Untuk mengetahui jenis obat dan dosis yang tepat diberikan kepada klien
Memfasilitas perubahan pengobatan dengan dokter R: Mencegah terjadinya kesalahan dalam menentukan pengobatan
Mengajarkan pasien dan/atau anggota keluarga mengenai metode pemberian obat yang sesuai R:
Meningkatkan
pengetahuan klien dan keluarga
mengenai
bagaimana
cara
pemberian obat yang sesuai
Menentukan dampak penggunaan obat pada gaya hidup pasien
38
R: mengetahui efek obat sebelum dikonsumsi
Menganjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makanan tertentu berdasarkan perkembangan atau usia (misalnya: peningkatan kalsium, protein, ciran dan kalori untuk wanita untuk menyusui, peningkatan asupan serat untuk mencegah konstipasi pada orang dewasa yang lebih tua) R: Meningkatkan nafsu makan disertai dengan asupan nutrisi yang baik
Ketidakseimbangan nutrisi:
kurang
kebutuhan dengan
dari
Nafsu Makan
Manajemen
Status Nutrisi: Asupan
Makan (1030)
berhubungan (1014)
kurang
asupan
makanan
Definisi : Asupan nutrisi tidak memenuhi metabolik
cukup
untuk
Energi
untuk
kebutuhan
dan
makan (101405)
asupan cairan secara
Intake Intake
tepat
makanan
R: Mengetahui jumlah
Intake Intake
asupan makanan yang
nutrisi
masuk dalam tubuh
(101407)
Memonitor intake/asupan
(101406)
Gangguan
Intake Intake (101408)
39
cairan
Memonitor klien
perilaku yang
Domain 2. Nutrisi 2. Nutrisi.. Kelas 1.
Makan. 00002
Rangsangan
berhubungan
dengan
untuk
pola
makan,
makan
(101409) Makanan & Cair (1008)
dan
kehilangan
berat
Asupan makanan
badan
secara
R:
oral
Asupan secara
Melihat
makan
(100801)
penambahan
klien
pola yang
dapat mempengaruhi
cairan oral
(100803)
penambahan
dan
penururunan
berat
badan
Berkolaborasi dengan tim
kesehatan
lain
untuk mengembangkan rencana
perawatan
dengan
melibatkan
klien dengan orangorang
terdekatnya
dengan tepat R:
bekerjasama
dengan
tnega
kesehatan gizi untuk meningkatkan rencana perawatan
klien
terkait status asupan makan
Membangun program perawatan dan follow up (media konseling) untuk
manajemen
rumah R: membuat program
40
konseling ke rumahrumah
untuk
meningkatkan asupan makan klien
Manajemen Manajemen Nutrisi (1100)
Menentukan gizi
stastus
pasien
kemampuan untuk
dan (pasien)
memenuhi
kebutuhan gizi R: menentukan dan memenuhi status gizi klien
Mengidentifikasi (adanya) alergi atau intoleransi
makanan
yang dimiliki pasien R: Mengenali adanya alergi
terhadap
makanan
dan
diganti
bisa
dengan
makanan lainnya
Menganjurkan pasien terkait
dengan
kebutuhan tertentu
makanan berdasarkan
perkembangan usia
atau
(misalnya,
peningkatan kalsium, protein,
cairan,
dan
kalori untuk wanita menyusui;
41
peningkatan
asupan
serat untuk mencegah konstipasi pada orang dewasa
yang
lebih
tua) R:
Meningkatkan
nafsu makan disertai dengan asupan nutrisi yang baik
Evaluasi 1. Klien dapat bernafas dengan normal 2. Nutrisi Klien dapat terpenuhi dengan baik 3. Cemas Keluarga dan Klien dapat teratasi 4. Keluarga mengerti dan memahami mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
2.3 Difteri
2.3.1 Pengertian Difteri merupakan penyakit Re Emerging Diseases, yakni penyakit yang sudah lama menghilang namun sekarang mulai muncul kembali. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang dapat membuat toksin yakni eksotoksin, umumnya menyerang tonsil, faring, laring, hidung. Penyebabnya adalah bakteri species Corynebacterium diphteria dengan tipe gravis, mitis dan intermedius. Penyakit ini sering ditemukan di daerah tropik dan daerah dengan kondisi higiene kulit perorangan yang kurang. Sebelum era vaksinasi, difteri merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak (Tasman A & Lansberg) . Pada rnusim dingin di Negara subtropik penyakit ini banyak rnenyerang anak-anak dibawah usia 5 tahun, terutama pada anak yang belum pernah diimunisasi. Masa inkubasi berkisar antara 2-5 hari atau lebih dan masa penularannya selama 2 minggu. Penyakit ini ditularkan melalui udara atau airborne deseases atau kontak langsung dengan lesi difteri kulit percikan ludah. 42
2.3.2 Faktor Resiko Faktor resiko difteri yaitu Corynebacterium diphtheria, bakteri yang menyebarkan penyakit melalui partikel di udara, benda pribadi, serta peralatan rumah tangga yang terkontaminasi. Menurut Soedarmo dalam Depkes (2003) faktor risiko lingkungan rumah dalam penularan penyakit difteri meliputi: a
Kepadatan hunian kamar tidur, tinggal di rumah dengan kepadatan hunian ruang tidur yang tidak memenuhi syarat (< 4 m²/org) berisiko tertular difteri 15,778 kali dibandingkan dengan tinggal di rumah yang kepadatan hunian ruang tidurnya memenuhi syarat (≥ 4 m²/org)
b
Ventilasi, dan
c
Pencahayaan alami adalah penerangan dalam rumah pada pagi, siang atau sore hari yang berasal dari sinar matahari langsung yang masuk melalui jendela, ventilasi atau genteng kaca minimal selama 10 menit per hari.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vensya (2002) beberapa faktor yang berkaitan dengan kejadian difteri : a
kepadatan serumah,
b
kepadatan hunian kamar tidur, dan
c
adanya sumber penularan.
43
2.3.3 Patofisiologi Corynebacterium diphtheria, kontak dengan orang atau barang yang terkontaminasi
Masuk lewat saluran pernapasan atau pencernaan
Aliran Sistemik
Masa inkubasi 2-5 hari
Mengeluarkan toksin (eksotoksin)
Nasal
Tonsil
Laring
Peradangan mukosa
Tenggorokan sakit ,
Suara serak, batuk
hidung (Flu, secret,
anorexia, timbulnya
obstruksi saluran
hidung serosa).
membrane asimetris
napas , sesak
keabu-abuan yang
napas, sianosis
dikelilingi oleh radang kemerahan.
2.3.4 Manifestasi Klinis Manifestasi klinis pada penderita difteri menurut, Galazka ( 1993) : a
Timbulnya membrane asimetris keabu-abuan yang dikelilingi oleh radang kemerahan,
b
Pembesaran kelenjar getah bening, 44
c
Pusing,
d
Demam tinggi,
e
Radang konjungtiva,
f Nyeri telan, g
Kelemahan otot,
h
Sesak nafas,
i
Bahkan gagal jantung yang dapat berakibat kematia n mendadak.
2.3.5 Asuhan Keperawatan 1. Identitas Klien a. Usia Sering terjadi pada anak usia dibawah 5 tahun dan jarang ditemukan pada orang dewasa diatas 15 tahun. b. Suku bangsa Dapat terjadi diseluruh dunia terutama di negara-negara miskin c. Tempat tinggal Terjadi pada sebagian pendduk di tempat-tempat pemukiman yang rapat, sanitasi kurang baik dan fasilitas kesehatan yang kurang 2. Keluhan Utama : Keluhan utama yang dirasakan yaitu sesak nafas diserta i dengan nyeri menelan 3. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengalami sesak nafas, sakit menelan dan tidak mau makan. Sehingga klien lemas, lesu, pucat, sakit kepala anoreksia. 4. Riwayat Kesehatan Sebelumnya : Klien mengalami peradangan kronis pada tonsil, sinus, faring, laring, dan saluran nafas atas dan mengalami flu dengan sekret bercampur darah 5. Riwayat Kesehatan Keluarga : Adanya keluarga yang mengalami difteri 6. Riwayat Pola Hidup : a. Pola nutrisi dan metabolism Jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoraksia b. Pola istirahat dan tidur Anak P mengalami sesak nafas sehingga mengganggu istirahat dan tidur 45
c. Pola aktivitas Anak P mengalami gangguan aktivitas karena demam d. Pola eliminasi klien mengalami penurunan jumlah urin dan feses karena jumlah asupan nutrisi kurang disebabkan oleh anoreksia Pemeriksaan Fisik: a.
Breathing (Respiratory System) : RR tak efektif (Sesak nafas), Adanya pembengkakan kelenjer limfe (Bull’s neck), timbul peradangan pada laring/trakea, suara serak, stridor, sesak napas
b.
Blood (Cardiovascular system) : Adanya degenerasi fatty infiltrate dan nekrosis pada jantung menimbulkan miokarditis dengan tanda irama derap, bunyi jantung melemah atau meredup, kadang-kadang ditemukan tanda-tanda payah jantung.
c.
Brain (Nervous system) : Gangguan system motorik menyebabkan paralise.
d.
Bladder (Genitourinary system) : Normal/tidak ada kelainan
e.
Bowel (Gastrointestinal System) : Nyeri tenggorokan, sakit saat menelan, anoreksia, tampak kurus, BB cenderung menurun, pucat.
f.
Bone (Bone-Muscle-Integument) : Lemas, bedrest.
Pemeriksaan Penunjang: a. Bakteriologik. Preparat apusan kuman difteri dari bahan apusan mukosa hidung dan tenggorok (nasofaringeal swab) b. Darah rutin : Penurunan kadar HB dan leukosit polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit dan kadar albumin. c. Urin lengkap : aspek, protein dan sedimen d. Enzim CPK, segera saat masuk RS e. Ureum dan kreatinin (bila dicurigai ada komplikasi ginjal) f. EKG secara berkala untuk mendeteksi toksin basil menyerang sel otot jantung dilakukan sejak hari 1 perawatan lalu minimal 1x seminggu, kecuali bila ada indikasi biasa dilakukan 2-3x seminggu.
46
g. Schick Tes: tes kulit untuk menentukan status imunitas penderita, suatu pemeriksaan swab untuk mengetahui apakah seseorang telah mengandung antitoksin
Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ventilasi 2. Gangguan menelan berhubungan dengan abnormalitas pada fase far ing pada pemeriksaan menelan 3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit
No.
1.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Ketidakefektifan pola
Setelah dilakukan tindakan
Monitor Pernafasan ( 3350
nafas berhubungan dengan
keperawatan selama 1 x 24 jam
)
penurunan ventilasi
diharapkan masalah keperawatan
(Domain 4, kelas 4, kode
1. Monitor
pola napas tidak efektif dapat
irama,
teratasi dengan kriteria hasil :
dan
00032)
Definisi :
Inspirasi dan/atau
kecepatan, kedalaman, kesulitan
bernafas Status Pernafasan: Ventilasi
Rasional: Memonitor dapat
(0403)
mengetahui apakah pasien
1
Frekuesi
pernafasan sudah tidak mengalami sesak
ekspirasi yang tidak
kembali
memberi ventilasi yang
mencapai 18-22 x/menit
2. Catat
pergerakan
adekuat.
dan tidak lagi mengalami
dada,
catat
sesak
ketidaksimetrisan,
Irama pernafasan kembali
penggunaan otot-otot
normal
bantu
2
normal
dan
tidak
yaitu
lagi
mengalami sesak 3
Suara
auskultasi
nafas
nafas,
dan
pada
otot
suplaclaviculas
dan
retraksi nafas
pasien kembali normal
intercostal Rasional: Memonitor dapat
47
mengetahui perkembangan
Tingkat Nyeri (2102)
1
2
Tidak
ada
nyeri
yang pasien tidak lagi mengalami
dilaporkan lagi oleh klien.
otot bantu nafas lagi pada
Klien
saat pasien bernafas
tidak
mengalami
lagi
kehilangan
nafsu makan. 3
Frekuensi
nafas
3. Monitor
keluhan
sesak nafas pasien, klien
kembali normal
termasuk
kegitan
yang
meningkatkan
Tekanan darah klien kembali
atau
memperburuk
normal yaitu 120/80 mmHg
sesak nafas tersebut Rasional: Memonitor dapat
mengetahui perkembangan apakah pasien sudah tidak mengalami sesak nafas
Terapi Oksigen (3320)
1. Memberikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan Rasional:
Dengan memberikan oksigen tambahan diharap pernapasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan klien yang adekuat 2. Memonitor aliran oksigen Rasional:Perawat
memonitor aliran oksigen klien untuk mencegah terjadi tidak efektifnya aliran tersebut 3. Memastikan
48
penggantian masker oksigen/nasal kanul setiap kali perangkat diganti Rasional: perawat
memastikan kembali nasal kanul klien setiap kali diganti, memastikan kebersihan dan aliran nasal kanul 4. Memonitor kecemasan klien yang berkaitan dengan kebutuhan mendapatkan terapi oksigen Rasional: memonitor klien
dapat mengetahui dengan tepat tentang kecemasan yang berkaitan dengan terapi oksigen yang sedang dilakukan.
Manajemen Nyeri(1400)
1. Menggunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri Rasional : strategi
49
komunikasi terapeutik dapat memudakan perawat untuk mengetahui nyeri yang dirasakan dan menyampaikan bagaimana cara klien untuk menerima nyeri. 2. Menggali bersama pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri Rasional: perawat dapat
mengetahui faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memperberat nyeri pasien 3. Mengajarkan prinsip prinsip manajemen nyeri Rasional: mengajarkan
pasien agar dapat mengatasai nyeri secara mandiri 4. Mendorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani nyeri dengan tepat Rasional: mendorong pasien
dalam melakukan hal tersebut agar pasien dapat memanajemen nyerinya secara mandiri
50
2.
Gangguan menelan
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan dengan
keperawatan selama 2x24 jam
abnormalitas pada fase
diharapkan masalah keperawatan
gizi pasien dan
faring pada pemeriksaan
gangguan menelan pasien dapat
kemampuan untuk
menelan
teratasi dengan kriteria hasil :
memenuhi status gizi
Manajemen Nutrisi(1100)
1. Menentukan status
Rasional : untuk mengetahui
(Domain 2, kelas 1, kode
Status Menelan : Fase
kebutuhan nutrisi gizi klien
00103)
Faringeal (1013)
yang dibutuhkan tubuh, hal
1. Pasien tidak mengalami Definisi : abnormalitas fungsi mekanisme
gangguan reflek menelan 2. Pasien tidak lagi
menelan yang dikaitkan
mengalami gangguan
dengan deficit struktur
penerimaan makanan
atau fungsi oral, faring,
3. Pasien tidak mengalami
atau esophagus.
batuk
yang dilakukan perawat peratama yaitu menentukan status gizi klien.
2. Menciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi
Status Nutrisi: Energi (1007) 1. Kondisi pasien tidak
makanan Rasional: lingkungan yang
menyimpang dari rentang
optimal pada saat klien
stamina normal
sangatlah penting dalam
2. Daya tahan pasien tidak
proses penyembuhan karena
menyimpang dari rentang
klien dengan penyakit difteri
normal
yang identic dengan klien
3. Pertumbuhan klien tidak menyimpang dari batas normal
anak yang memiliki dunianya sendiri. 3. Memastikan makanan disajikan dengan cara menarik dan pada suhu yang paling cocok konsumsi secara optimal Rasional : makanan yang
51
disajikan menarik akan menambah nafsu makan anak yang sedang mengalami difteri
4. Menawarkan makanan ringan yang padat gizi Rasional: klien akan merasa
bosan dengan makanan yang diberikan oleh rumah sakit, oleh karena itu perawat dapat menawarkan makanan ringan yang kaya akan gizi sesuai dengan kebutuhan klien.
Pencegahan Aspirasi (3200)
1. Memonitor tingkat kesadaran, reflex batuk, gangguan reflex, kemampuan menelan Rasional : memonitor klien dapat mengetahui dengan tepat tentang kemampuan menelan saat mengkonsumsi makanan
2. Memonitor status pernapasan Rasional : perawat
52
memonitor klien degan tepat dan efektif terkait status pernapasan yang identic dengan difteri
3. Memberikan perawatan mulut Rasional : perawatan mulut
dapat membersihkan serta mencegah infeksi dan tumbuhnya jamur.
Terapi Menelan (1860)
1. Menentukan kemampuan pasien untuk memfokuskan perhatian pada saat makan Rasional : Dengan
menentukan fokus perhatian klien pada saat makan dapat menambah nafsu klien saat makan 2. Menyediakan atau menggunakan alat bantu sesuai kebutuhan Rasional : klien
menggunakan alat bantu sesuai kebutuhan utuk memudahkan dalam terapi menelan
53
3. Menginstruksikan pasien untuk tidak berbicara selama makan Rasional :
memberipengertian kepada klien untuk tidak berbicara selama makan, karena hal tersebut dapat menghindari risiko tersedak makanan 4. Memonitor hidrasi tubuh (intake, output, turgor kulit, membram mukosa) Rasional:
memonitor klien dapat mengetahui dengan tepat tentang kebutuhan intake, output, maupun turgor kulit klien
3.
Gangguan rasa nyaman
Setelah dilakukan tindakan
Pengurangan Kecemasan
berhubungan dengan
keperawatan selama 2x24 jam
(5820)
gejala terkait penyakit
diharapkan masalah keperawatan
(Domain 12, kelas 2, kode
gangguan rasa nyaman dapat
pendekatan yang
teratasi dengan kriteria hasil :
tenang dan
00214)
Definisi :
Merasa kurang nyaman, lega, dan sempurna dalam dimensi fisik,
1. Menggunakan
menyakinkan Status Kenyamanan: Fisik
Rasional: perawat
(2010)
melakukan pendekatan
1. Kebutuhan Intake cairan pasien terpenuhi 2. Kebutuhan intake
54
kepada klien dengan prinsip tenang serta menyakinkan agar klien dapat mengurangi
psikospiritual, lingkungan, budaya, dan/atau sosial.
makanan pasien terpenuhi 3. Suhu tubuh pasien
kecemasan yang dirasakan. 2. Mendorong keluarga
kembali normal 36,5-37,5
untuk mendampingi
derajat celcius
klien dengan cara
4. Pasien tidak lagi mengalami sesak nafas
yang tepat Rasional: mendorong
keluarga dalam peran Tidur (0004)
1. Pola tidur pasien kembali normal
mendampingi agar klien merasa aman dan dapat mengurangi kecemasan
2. Kualitas tidur pasien kembali normal 3. Tempat tidur yang
3. Mendengarkan klien Rasional: mendengarkan
nyaman untuk pasien saat
keluh kesah klien dapat
beristirahat
mengurangi tingkat
4. Pasien tidak lagi mengalami kesulitan memulai tidur
kecemasan 4. Mengkaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan Rasional : perawat mengkaji
Kecemasan melalui tanda verbal dan non verbal klien untuk mengetahui tingkat kecemasan
Peningkatan Keamanan(5380)
1. Menyediakan lingkungan yang tidak mengancam klien Rasional :menyediakan
lingkungan yang tidak
55
mengancam agar klien merasa aman dan nyaman
2. Memposisikan diri di sisi klien dan memberikan jaminan keamanan selama periode kecemasan Rasional: perawat
memposisikan diri disisi klien untuk memberikan rasa nyaman dan aman 3. Memeluk anak kecil dengan tepat Rasional: memeluk anak
kecil merupakan salah satu cara untuk menenangkan klien 4. Menyediakan fasilitas orang tua klien agar dapat menginap bersama anak yang dirawat di rumah sakit Rasional: Dengan
menyediakan fasilitas orang tua klien akan merasa nyaman dana man dekat klien Peningkatan Tidur(1850)
1. Menentukan pola tidur/aktivitas klien Rasional: Menjadwalkan
56
pola tidur klien akan membantu klien untuk beristirahat dan mengurangi tingkat kelemasan 2. Memonitor/ mencatat pola tidur klien dan jumlah jam tidur Rasional: memantau
perkembangan kualitas tidur klien 3. Memonitor pola tidur pasien dan mencatat kondisi fisik(misalnya, apnea tidur, sumbatan jalan nafas, nyeri/ketidaknyaman an, dan frekuensi buang air kecil) dan psikologis (ketakutan/kecemasa n) keadaan yang menggangu tidur. Rasional : mengidentifikasi
penyebab dan menghindari/mengawasi penyebab terganggunya pola tidur 4. Mengajarkan klien dan orang terdekat klien mengenai faktor yang berkontribusi
57
terjadinya gangguan pola tidur (misalnya, fisiologis, psikologis, pola hidup, perubahan shift kerja yang sering, perubahan zona waktu yang cepat dan faktor lingkungan lainnya) Rasional: memberikan
penjelasan kepada klien mengenai faktor penyebab terganggunya pola tidur sehingga klien dapat menghindari hal tersebut.
Evaluasi
Setelah di lakukan implementasi, maka evaluasi perawat kepada klien yaitu:
Pola nafas klien kembali normal, dan klien dapat bernafas dengan nyaman
Klien dapat menelan makanan dengan nyaman, dan nutrisi dapat terpenuhi
Meningkatkan rasa nyaman klien, dan gejala penyakit dapat teratasi
58
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Salah
satu
kelainan
kongenital
pada
anak
adalah
Bronkomalasia.
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan berkurang dari saluran udara yang lebih kecil, yang menimbulkan gejala berupa wheezing rekuren dan infeksi saluran nafas bawah rekuren sampai dispneu berat dan insufisiensi respirasi. Peradangan pada sistem respirasi merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak, terutama penyakit Pneumonia dan Difteri. Pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru dimana asinus terisi dengan cairan dan sel radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang kedalam dinding alveoli dan rongga intestinum. Intervensi untuk penyakit Pneumonia adalah dengan memberi terapi oksigen untuk pasien. Sedangkan difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang dapat membuat toksin yakni eksotoksin, umumnya menyerang tonsil, faring, laring, hidung. Intervensi untuk penyakit Bronkomalasia dan Difteri adalah dengan cara memonitor pernafasan, aktivitas dan tanda-tanda vital pasien sehingga dapat membantu untuk memantau kegiatan yang dapat melelahkan pasien. Dalam menangani beberapa penyakit tersebut dibutuhkan pemeriksaan yang tepat yakni dengan bantuan pemeriksaan penunjang. Sehingga intervensi yang akan diberikan kepada penderita dapat membantu untuk menurunkan gejala serta dampak yang ditimbulkan. 3.2 Saran
Tenaga profesi keperawatan perlu melakukan asuhan keperawatan secara sistematis dan terorganisir demi meningkatkan layanan mutu keperawatan dan profesionalitas sehingga menghasilkan praktik keperawatan yang profesional. Kita sebagai mahasiswa keperawatan seharusnya lebih mengembangkan pengetahuan tentang penanganan penyakit pada sistem respirasi khususnya pada anak-anak yang ada
di
Indonesia,
sebagai
upaya
menambah
pengetahuan
terkait
penyakit
Bronkhomalasia, Pneumonia dan Difteri pada pasien jika nanti mahasiswa keperawatan bekerja di rumah sakit.
59
DAFTAR PUSTAKA Sala A, Martínez Deltoro A, Martínez Moragón E. Asmática con broncomalacia y buena respuesta al tratamiento con presión positiva continua en la vía aérea. Arch Bronconeumol. 2014 Schwartz
DS.
Tracheomalacia
treatment
and
management.
http://emedicine.medscape.com/article/426003-treatment.
Available
Updated
March
at: 23,
2014. Accessed February 13, 2015 Kartiningrum, E. D. (2017). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Ispa Pada Balita Di Desa Kembang Sari Kec. Jatibanteng Kab. Situbondo. HOSPITAL MAJAPAHIT , 8(2). SARI, P. M. M. (2012). Pengaruh Kondisi Sanitasi Rumah, Status Imunisasi, Dan Pengetahuan Ibu Terhadap Kejadian Difteri Pada Bayi Di Kota Surabaya. Swara Bhumi, 1(2). Pracoyo, N. E., Rahardjo, E., Yekti, R. P., & Puspanda, N. (2012). Faktor-Faktor Penyebab Kejadian Luar Biasa Penyakit Difteri Di Jawa Timur. Sunarno, S., & Sariadji, K. (2016). Perbandingan Pemeriksaan Toksigenisitas secara Genotip dan Fenotip pada Beberapa Isolat Corynebacterium diphtheriae Penyebab Difteri di Indonesia. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 5(2), 143-151. Suriadi, dan Rita Yuliani. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 2. Jakarta: Sagung seto. Doenges, Marilynn (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC. Marylinn Doenges, Mary Frances Moorhouse and Alice. C. Geissler. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta. Rita & Suriadi ( 2001 ) Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi. I Jakarta : EGC Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2014). NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification, 2015 – 2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell. Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). 5th ed. United states of America: Mosby Elseiver. Dochteran, J. M., & Bulechek, G. M. (2013). Nursing Interventions Classification (NOC). 6th ed. America: Mosby Elseiver
Anwar, A., & Dharmayanti, I. (2014). Pneoumonia pada Anak Balita di Indonesia. Jurnal Kesehtan Masyarakat Nasional , 360-364.
60