AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2 AKUNTANSI MULTINASIONAL : TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING
Nama Kelompok : Ni Kadek Ari Lestari
( 116210422 )
Ni Ketut Adhi Darma Wahyuni
( 116210422 )
I Putu Widhyadnyana Putra
( 116210458 )
Luh Rani Ivandani
( 116210470 )
Luh Putu Ditha Tirayani
( 116210471 )
Komang Tiyas Kris Epriyani
( 116210481 )
Angel Ernamaria Luhukay
( 116210484 )
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI & BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL
1.1
PERBEDAAN DALAM PRINSIP AKUNTANSI
Metode-metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas ekonomi berbeda beda diseluruh dunia. Kondisi perekonomian suatu negara, masalah hukum, pendidikan dan sistem politik, perkembangan teknologi, budaya dan tradisi, serta berbagai faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan standar akuntansi dan profesi akuntan di suatu negara. Perbedaan ini akan menyebabkan adanya perbedaan yang signifikan antara standar-standar akuntansi di berbagai negara. Ketidakseragaman standar akuntansi di berbagai negara akan menimbulkan berbagai masalah bagi perusahaan, pihak p ihak penyusun pen yusun dan pengguna laporan keuangan. Beberapa negara ne gara mengembangkan prinsip akuntansinya berdasarkan kebutuhan informasi dan otoritas pajak. Negara pusat sebagai perencana ekonomi. Model di Indonesia berfokus pada kebutuhan informasi pemegang saham biasa atau pihak p ihak pemberi p emberi kredit melalui penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Standar pelaporan keuangan yang utama saat ini yang yang sedang dalam proses penyusunan oleh International Accounting Standards Board (IASB). IASB adalah sebuah badan ang memperoleh mandat untuk menyusun seperangkat standar laporan keuangan internasional dan mendorong seluruh pihak untuk mengadopsi standar yang berlaku secara internasional tersebut. Ada 14 anggota IASB, 12 diantaranya anggota penuh bekerja secara full time untuk IASB. IASB mengatur susunan keanggotaannya, dengan komposisi sebagai berikut: 5 anggota berlatar belakang auditor, 3 anggota berdasar latar belakang penyusun laporan keuangan (dari manajemen), 3 anggota berlatar belakang pengguna laporan keuangan, 1 anggota berlatar belakang akademisi. Sedangan 2 anggota lainnya dapat berlatar belakang dari bidang lainnya. IASB mengumumkan sebuah standar pelaporan yang disebut Standar Pelaporan
Keuangan
Standards-
IFRSs).
Internasional Sebelum
( International International
terbentknya
IASB
Financial
Reporting
adalah International
Accounting Standards Committe telah menerbitkan International Accounting
Standards (IASs). IASs diterbitkan dari tahun 1973 hingga 2001. IASB
mengadopsi IAS secara keseluruhan dan sekaligus mengembangkannya yang disebut standar baru IFRS. Walaupun tidak lagi diterbitkan, IASs masih berpengaruh kecuali yang telah diganti oleh IFRS, IFRSs digunakan dibanyak negara di dunia, termasuk Singapura, Hongkong, Rusia, Australia, dan Afrika Selatan.
Komisi
Europa
( European European
Committee)
mengharuskan
semua
perusahaan publik di Uni Eropa ( European European Union-EU) untuk menerbitkan laporan keuangan konsolidasi menggunakan IFRS yang dimulai sejak tahun 2005. Sebelum tahun 2005, terdapat lebih kurang 350 perusahaan publik yang telah menggunakan IFRSs tersebut; sedangkan pada tahun 2005, jumlah itu meningkat menjadi 7.000 perusahaan. IFRS sekarang relatif telah digunakan di banyak negara, termasuk telah diadopsi oleh negara Uni Eropa dan lainnya. Banyak pihak yang berpendapat bahwa jika hanya ada satu set standar akuntansi yang berlaku secara internasional akan meningkatkan diri investor di ppasar dan meningatkan efisiensi pasar karena memudahkan investor untuk membandingkan berbagai pilihan investasi di berbagai negara. Bentuk pelaporan keuangan yang juga berpengaruh adalah GAAP Amerika Serikat. Jika dihitung berdasarkan kapitalisasi pasar, GAAP Amerika Serikat telah digunakan lebih dari separuh perusahaan di dunia ini. Keberadaaan berbagai bentuk standar akuntansi ini memiliki pengaruh yang
signifikan
terhadap
perusahaan
Indonesia
dan
juga
perusahaan
multinasional yang beroperasi di Indonesia. Hal ini disebabkan karena penyusunan laporan keuangan harus menggunakan standar akuntansi dimana mereka berlokasi, kemudian mentranslasikannya agar sesuai dengan GAAP Indonesia untuk memudahkan penyusunan laporan konsolidasi. Hal yang terjadi jika perusahaan Indonesia memilih untuk mendaftarkan sahamnya pada bursa efek di luar Indonesia atau dual listing , maka perusahaannya itu harus menyesuaikan dengan standar negara dimana mereka mendaftarkan sahamnya. Oleh karena itu, maka untuk meminimalisasi perbedaan diantara perbedaan standar di dunia ini, khususnya antara GAAP Amerika Serikat dan IFRS,
menjadi perhatian utama. Konvergensi akan mengurangi biaya bagi penerbit laporan keuangan dalam berbagai standar. FASB terus bekerja sama dengan IASB untuk meningkatkan standar pelaporan internasional dan "mengonversikan" ke dua set standar tersebut. Pada bulan September 2002 , FASB menerbitkan " The Norwalk Agreement"dimana baik FASB maupun IASB sepakat bekerjasama untuk meningkatkan pelaporan keuangan
dengan
meminimalisasi
perbedaan
diantara
mereka.Usaha
konvergensi ini berfokus pada evaluasi standar yang telah ada dan mengawasi implementasi standar tersebut saat ini serta standar baru yang ke dua kelompok itu kembangkan.
1.2
PENENTUAN MATA UANG ASING
Ada dua isu utama yang ditujukan pada laporan keuangan yang ditranslasikan dari mata uang asing pada rupiah Indonesia, yaitu : 1. Nilai tukar manakah yang harus digunakan untuk mentranslasi nilai mata uang asing menjadi mata uang domistik ? 2. Bagaimanakah seharusnya perlakuan atas keuntungan atau kerugian tersebut ? Haruskah hal itu dimasukkan dalam laba rugi ? Ada tiga kemungkinan nilai tukar yang digunakan dalam mengkonversi nilai mata uang asing menjadi rupiah. Nilai Tukar Sekarang merupakan nilai tukar pada akhir hari tanggal neraca. Nilai Tukar Historis merupakan nilai tukar yang ada pada saat transaksi awal terjadi seperti nilai tukar pada saat aset diterima atau kewajiban diakui. Nilai Tukar Rata-Rata merupakan nilai tukar rata-rata selama suatu periode, biasanya merupakan rata-rata sederhana suatu periode tertentu dan sering digunakan untuk menghitung pendapatan dan beban yang terjadi. Metode translasi biasanya hanya menggunakan satu atau dua nilai tukar. Penyesuaian translasi yang terjadi karena penerapan nilai tukar ini juga harus tercermin pada laporan keuangan, baik dalam komponen laba bersih maupun dalam laba komprehensif.
PSAK No.11 tentang
“Translasi Mata uang asing” (PSAK11)
memberikan panduan khusus untuk mentranslasikan laporan keuangan dari mata uang asing menjadi mata uang rupiah. Tujuan dari PSAK 11 adalah menyajikan hasil yang secara langsung memperlihatkan pengaruh perubahan ekonomi dari pergerakan nilai tukar. PSAK11 juga menjelaskan tentang pencapaian keuangan dan hubungannya dalam laporan keuangan dengan mata uang asing melalui translasi. Sebagai contoh, jika margin bruto pada penjualan positif ketika diukur dalam mata uang asing maka harus tetap positif ketika penjualan dan harga barang yang dijual ditranslasikan ke dalam rupiah. PSAK mengadopsi mata uang fungsional (functional currency) yang didefenisikan sebagai "mata uang dari lingkungan ekonomi primer di mana entitas tersebut beroperasi, umumnya, mata uang tersebut adalah mata uang dari lingkungan dimana entitas tersebut terutama menghasilkan dan menerima kas". Mata uang fungsional digunakan untuk membedakan antara dua jenis kegiatan operasional luar negeri yaitu: (1) Kegiatan yang dikelola sendiri dan terintegrasi dengan lingkungan lokal dimana entitas asing itu beroperasi, dan (2) Kegiatan yang terpisah dari lingkungan lokal dan terintegrasi dengan induknya. Perusahaan Indonesia dapat saja memiliki afiliasi asing di beberapa negara berbeda. Setiap afiliasi tersebut harus dianalisis untuk menentukan mata uang fungsional masing-masing. Tiga indicator yang harus dinilai untuk menentukan mata uang fungsional suatu entitas, yaitu: arus kas, harga jual, dan beban. Jika afiliasi asing menggunakan mata uang lokal sebagai mata uang fungsional untuk sebagian besar transaksinya dan jika kas yang dihasilkan tidak secara rutin disetorkan pada induk perusahaan di Indonesia, maka mata uang negara tempat entitas tersebut beroperasi umumnya digunakan. Juga, afiliasi asing umumnya mempunyai pasar penjualan akitif di negaranya sendiri dan memperoleh pendanaan dari sumber lokal.
Indikator-indikator mata uang fungsional : Indikator
Mata uang sebagai mata uang fungsional jika memenuhi indikator dibawah ini
Arus Kas
Arus kas yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan didominasi oleh mata uang tersebut
Harga Jual
Harga juaal dalam jangka pendek sangat terpengaruh dengan perubahan nilai mata uang tersebut atau produksi perusahaan sebagaian besar di ekspor
Beban
Beban dipengaruhi oleh perubahan nilai mata uang Akan tetapi, beberapa entitas asing menggunakan mata uang fungsional
yang berbeda dengan mata uang lokalnya. Sebagai contoh, sebuah anak perusahaan dari Induk perusahaan di Indonesia yang berlokasi di Venezuela dapat melakukan hampir semua bisnisnya di Brazil atau sebuah cabang atau anak perusahaan dari Induk PerusahaanIndonesia yang beroperasi di Inggeris dapat menggunakan dolar sebagai mata uang utamanya walaupun ia menggunakan poundsterling untuk pencatatan akuntansinya. Faktor-faktor yang berikut mengindikasikan apakah mata uang rupiah sebagai mata uang fungsional dari anak perusahaan Inggris sebagian besar transaksi kas dalam rupiah, pasar penjualan utama di Indonesia, komponen produksi umumnya diperoleh dari Indonesia dan Induk perusahaan di Indonesia yang paling bertanggung jawab dalam pendanaan anak perusahaan di Inggris tersebut. DSAK telah mengadopsi pendekatan mata uang fungsional setelah mempertimbangkan tujuan dari proses translasi tersebut : a. Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan pengaruh ekonomi yang diharapkan dari perubahan nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas perusahaan. b. Mencerminkan dalam laporan keuangan konsolidasi hasil keuangan dan hubungan antara masing-masing entitas konsolidasi dalam mata uang fungsional yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum di Indonesia.
Pendekatan mata uang fungsional mengharuskan entitas asing untuk mentranslasikan seluruh transaksinya ke dalam mata uang fungsional.JIka suatu entitas mempunyai transaksi yang dinyatakan dalam mata uang selain mata uang fungsional maka transaksi asing harus disesuaikan menjadi nilai setara mata uang fungsional sebelum perusahaan menyusun laporan keuangan konsolidasi.
Penentuan Mata Uang Fungsional Di Lingkungan Dengan Tingkat Inflasi Tinggi
Inflasi yang sangat tinggi didefenisikan sebagai inflasi melebihi 100% selama periode tiga tahun, contoh Argentina dan Peru. PSAK memutuskan bahwa volatilitas dalam mata uang asing dengan hiperinflasi mendistorsi laporan keuangan jika mata uang lokal dipergunakan sebagai mata uang fungsional entitas asing. Untuk kondisi seperti ini maka mata uang pelaporan dari Induk Indonesia- rupiah- harus digunakan sebagai mata uang fungsional entitas asing. Pengecualian ini mencegah nilai aset dan perubahan laporan laba rugi yang tidak realistis jika keadaan hiperinflasi tersebut diabaikan dan prosedur translasi yang normal digunakan. Contoh: Anak perusahaan di lar negeri membangun gedung dengan biaya 1.000.000 peso (kurs saat itu Rp 500/satu peso, karena adanya hiperinflasi di negara anak perusahaan tersebut maka nilai tukar menjadi Rp 0,05 = 1 peso. Nilai gedung pada saat dibangun dan setelah heperinflasi sebagai berikut : Jumlah (Peso)
Tanggal Pembangunan Nilai Tukar
Jml Hasil Translasi
Setelah Hiperinflasi Nilai Tukar Jml Hasil
Translasi
1.000.000
Rp 500
Rp 500.000.000
Rp 0,05
Rp 50.000
Nilai translasi setelah hiperinflasi tidak mencerminkan nilai pasar atau biayaa perolehan historis dari gedung tersebut. Oleh karena itu PSAK mengharuskan penggunaan rupiah sebagai mata uang fungsional dalam kasus hiperinflasi untuk memberikan stabilitas dalam laporan keuangan.
Setelah penentuan mata uang asing dari afiliasi asing, mata uang tersebut harus digunakan secara konsisten.Seandainya ada perubahan dalam konsisi perekonomian
mengharuskan
perubahan
dalam
penentuan
mata
uang
fungsional afiliasi asing maka perubahan akuntansi tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan dalam estimasi hanya perlakuan saat itu dan prospektif saja, tidak diperlakukan penyajian kembali laporan dari periode-periode sebelumnya.
1.3
TRANSLASI
VERSUS
PENGUKURAN
KEMBALI
LAPORAN
KEUANGAN ASING
Terdapat dua metode yang berbeda untuk menyajikan kembali laporan keuangan entitas asing ke dalam rupiah: (1) translasi laporan keuangan entitas asing ke rupiah, dan (2) pengukuran kembali laporaan keuangan entitas asing ke mata uang fungsional entitas tersebut. Setelah pengukuran kembali, laporan keuangan tersebut harus ditranslasikan jika mata uang fungsionalnya bukan rupiah. Translasi adalah metode yang umum digunakan dan diterapkan jika mata
uang lokal adalah mata uang fungsional entitas asing ,contoh, anak perusahaan Indonesia di Prancis menggunakan uero untuk catatan dan mata uang fungsionalnya. Laporan keuangan anak perusahaan harus ditranslasi dari uero ke rupiah dan selieih dimasukkan dalam komponen Laba Komprehensif. Metode translasi sering disebut metode nilai tukar sekarang (current rate methods). Pengukuran kembali adalah pengukuran kembali laporan keuangan entitas
asing dari mata uang lokal yang digunakan entitas ke mata uang fungsional entitas asing.Pengukuran kembali hanya diharuskan jika mata uang fungsional berbeda dengan mata uang yang digunakan untuk pembukuan dan pencatatan entitas asing. Contoh, Perusahaan Indonesia mempunyai cabang penjualan di Singapura yang relatif independen dapat menggunakan mata uang rupiah sebagai mata uang fungsionalnya tetapi memilih menggunakan dolar Singapura sebagai mata uang pencatatan dan pelaporan. Jika menggunakan mata uang
rupiah, tentu langsung siap digabungkan dengan laporan keuangan kantor pusat Indonesia. Metode yang digunakan untuk pengukuran kembali laporan keuangan dari mata uang lokal kepada mata uang fungsional disebut metode temporal (temporal methods). Aset dan kewajiban moneter menunjukkan adanya hak untuk menerima atau memenuhi pembayaran dalam sejumlah tertentu mata uang asing dimasa yang akan datang. Berdasarkan metode temporal, nilai tukar sekarang untuk mentranslasikan jumlah uang dalam mata uang fungsionalnya pos nonmoneter seperti aset tetap, investasi jangka panjang dan persediaan , biasanya ditranslasi dengan menggunakan nilai tukar historis yaitu nilai tukar dimana aset tersebut dibeli atau saat kewajibannya diakui. Pendapatan dan beban dalam laporan laba rugi ditranslasikan dengan menggunakan nilai rata-
rata sepenjang periode pelaporan. Setiap selisih yang timbul akibat ketidakseimbangan pada metode temporal akan disajikan sebagai bagian dari laporan laba rugi. Penerapan metode temporal mengonversikan sebuah mata uang asing menjadi mata uang fungsionalnya namun jika mata uang rupiah menjadi mata ang fungsional tidak diperlukan lagi penyesuaian. Jika mata uang fungsional adalah mata uang selain rupiah, maka digunakan metode nilai tukar sekarang untuk menyajikan informasi keuangan dalam mata uang rupiah. Penerapan yang paling sering dilakukan dari pengukuran kembali adalah untuk afiliasi yang berlokasi di negara yang mengalami hiperinflasi. Sebagai contoh anak perusahaan di Argentina dari induk perusahaan Indonesia mencatat dan melaporkan laporan keuangan dalam mata uang lokal, yaitu peso Argentina. Akan tetapi, karena perekonomian Argentina mengalami inflasi yang lebih tinggi dari 100% selama periode tiga tahun, rupiah ditetapkan sebagai mata uang fungsional untuk tujuan pelaporan sehingga laporan keuangan anak perusahaan harus diukur kembali dari peso Argentina ke rupiah. Tabel berikut menyajikan metode yang dapat digunakan oleh perusahaan
Indonesia untuk menyatakan kembali laporan keuangan afiliasi asing menjadi rupiah.
Mata Uang Pembukuan Dan
Mata Uang Fungsional
Metode Pernyataan
Pencatatan Afiliasi Luar Negeri
Kembali
Mata uang lokal (yaitu mata uang Mata uang lokal
Translasi
negara tempat afiliasi berlokasi)
menggunakan
ke nilai
rupiah tukar
sekarang Mata uang lokal
Rupiah Indonesia (seperti Diukur kembali dari mata yang diharuskan dalam uang lokal ke rupiah perekonomian hiperinflasi)
Mata uang lokal
Mata uang negara ketiga Pertama, diukur kembali mata (bukan mata uang lokal uang lokal ke mata uang atau rupiah)
fungsional.kemudian ditranslasikan dari mata uang fungsional ke rupiah
Rupiah Indonesia
Rupiah Indonesia
Tidak diperlukan pernyataan kembali sudah dalam rupiah
Alasan konseptual dari dua metode yang berbeda tersebut, translasi dan pengukuran kembali berasal dari pertimbangan atas tujuan utama dari proses translasi, yaitu untuk memberikan informasi yang menunjukkan pengaruh yang diharapkan dari perubahan nilai tukar terhadap arus kas dan ekuitas perusahaan Indonesia. Afiliasi asing dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah afiliasi yang menghasilkan dan membelanjakan d alam unit mata ang lokal. mata uang lokal merpakan mata uang fungsional dari entitas tersebut. Afiliasi asing inidapat mereinvestasi mata uang yang mereka hasilkan atau mendistribusiakan dana ke kantor pusat ata ke induk perusahaan dalam bentuk dividen. Perubahan nilai tkar tidak secara langsung memengaruhi arus kas
induk perusahaan Indonesia. Perubahan nilai tukar memengaruhi aset neto (aset dikuurangi kewajiban) afiliasi asing dan karena itu , memengaruhi investasi neto induk perusahaan dientitas tersebut. Kelompok ke dua afiliasi asing terdiri dari entitas yang merupakan perpanjangan dari perusahaan Indonesia. Afiliasi ini beroperasi di negara asing tetapi secara langsung dipengaruhi oleh perubahan dalam nilai tukar, karena mereka tergantung pada perekonomian Indonesia untuk pasar penjualan, komponen produksi atau pendanaan. Untuk kelompok ini rupiah adalah mata uang fungsional. Diasumsiakan bahwa pangaruh dari nilai tukar terhadap aset neto afiliasi asing memengaruhi langsung arus kas induk perusahaan Indonesia, sehingga selisih nilai tukar dilaporkan dalam laba untuk perusahaan Indonesia.
1.4
TRANSLASI LAPORAN KEUANGAN MATA UANG FUNGSIONAL MENJADI MATA UANG PELAPORAN PERUSAHAAN INDONESIA
DSAK meyakini bahwa hubungan ekonomi yang mendasari disajikannya laporan keuangan entitas asing tidak boleh terdistrosi atau berubah selama proses translasi dari mata uang fungsional entitas asing menjadi mata uang induk perusahaan. Transalasi digunakan menggunakan nilai tukar sekarang untuk semua asset dan kewajiban. Nilai tukar ini merupakan spot rate pada tanggal neraca.
Pos dalam laporan laba rugi, pendapatam, beban, keuntungan dan kerugian harus ditranslasikan menggunakan nilai tukar pada tanggal terjadinya transaksi yang mendasari, walaupun untuk tujuan praktis dapat menggunakan nilai tukar rata-rata tertimbang untuk periode tersebut, dengan asumsi bahwa pendapatan dan beban terjadi merata sepanjang tahun. Akan tetapi jika timbul keuntungan atau kerugian material dari kejadian tertentu, maka nilai tukar pada tanggal kejadian tersebut, bukan nilai tukar rata-rata, yang digunakan untuk mentranslasikan hasil transaksi. Translasi laporan keuangan entitas asing dari mata uang fungsional ke mata uang pelaporan perusahaan Indonesia adalah sebagai berikut :
Akun laporan laba rugi :
Pendapatan dan beban
Umumnya, nilai tukar rata-rata tertimbang untuk periode laporan
Akun neraca:
Aset dan kewajiban
Nilai tukar sekarang pada tanggal neraca
Ekuitas pemegang saham
Nilai tukar historis
Oleh karena untuk translasi masing-masing akun entitas asing digunakan kurs yang berbeda-beda, maka umumnya debit dan kredit dalam neraca percobaan setelah translasi tidak sama. Pos penyeimbang debit neraca percobaan translasi dengan kreditnya disebut selisih translasi.
Penyajian Laporan Keuangan dari Selisih Translasi
Selisih translasi dari proses translasi adalah bagian dari pendapatan komprehnsif untuk periode tersebut. Pendapatan komprehensif termasuk semua perubahan dalam ekuitas selama tahun berjalan kecuali perubahan yang timbul dari investasi pemilik dan bagian ke pemilik. Pendapatan komprehensif termasuk laba neto dan " pendapatan komprehensif lainnya" yang merupakan bagian dari perubahan aset neto perusahaan dari sumber selain pemilik ( yaitu bukan investasi modal tambahan dan dividen) selama periode berjalan. PSAK mengharuskan laporan pendapatan komprehensif sebagai bagian dari laporan keuangan utama entitas. Pos utama yang menjadi bagian dari pendapatan komprehensif lainnya adalah perubahan selisih translasi selama periode berjalan
, keuntungan atau kerugian belum direalisasi dari efek tersedia untuk dijual, penilaian kembali lindung nilai arus kas, dan penyesuaian dalam kewajiban pensiun minimum. Terdapat beberapa alternatif format penyajian untuk pendapatan komprehensif. Laporan tunggal, pendekatan pendapatan gabungan, pertama menyajikan pos-pos dalam laporan laba rugi dan kemudian mempunyai bagian yang menyajikan pos pendapatan komprehensif lainnya. Sebagai alternatif, yaitu penyajian dua laporan, pertama menyajikan perhitungan laba bersih dalam
satu laporan dan kemudian laporan terkait yang dimulai dengan laba bersih dan merekonsiliasi menjadi pendapatan komprehensif dengan melaporkan pos pendapatan komprehensif secara terpisah. Alternatif ketiga, yang sering digunakan oleh banyak perusahaan, adalah hanya menyajikan pos yang merupakan bagian dari pendapatan komprehensif lainnya dalam laporan perubahan ekuitas konsolidasi. Suatu entitas dapat menyajikan komponen dari pos pendapatan komprehensif lainnya bersih dari pajak atau dapat menyajikan pengaruh agregat pajak terkait dengan total pendapatan komprehensif lainnya dalam satu angka.
Ilustrasi Translasi dan Konsolidasi Anak Perusahaan Luar Negeri
1. Pada tanggal 1 Januari 20X1 , PT Induk perusahaan Indonesia membeli 100% saham beredar dari German Company, sebuah peruhasaan yang berlokasi di Berlinseharga Rp 660.000.000. Harga tersebut lebih tinggi Rp 60.000.000 dari nilai buku (Perhitungan diferensial akan ditunjukkan pada akhir bagian). Selisih lebih harga perolehan diatas nilai buku dialokasikan ke paten ang diamortisasi selama 10 tahun. Akun neraca dalam format neraca percobaan untuk kedua perusahaan sesaat sebelum diakuisisi 2. Mata uang lokal German Company adalah euro (€) yang juga merupakan mata ang fungsionalnya 3. Tanggal 1 Oktober 20X1, anak perusahaan mengumumkan dan membayar dividen sebesar €6.250
4. Anak perusahaan menerima Rp 72.000.000,- dari transaksi dengan perusahaan Indonesia pada saat kurs adalah €1 = Rp 16.000. Anak perusahaan masih memiliki mata uang asing tersebut pada tanggal 31 Desember 20X1
5. Kurs tunai yang terkait (Rp/€) adalah : Tanggal
Kurs
1 Januari 20X1
Rp16.000
1 Oktober 20X1
Rp17.000
31 Desember 20X1
Rp18.000
Rata-rata 20X1
Rp17.000
Akun - akun Neraca untuk Kedua Perusahaan pada tanggal 1 Januari 20X1 (sesaat sebelum akuisisi 80 % saham German Company oleh PT Induk, Perusahaan Indonesia) PT Induk
Kas
German Company
Rp350.000.000
€ 2.500
75.000.000
10.000
Persediaan
100.000.000
7.500
Tanah
175.000.000
0
Aset tetap
800.000.000
50.000
Rp1.500.000.000
€ 70.000
Piutang
Total Debit
Akumulasi Depresiasi
Rp400.000.000
€
5.000
Utang Usaha
100.000.000
2.500
Utang Obligasi
200.000.000
12.500
Saham Biasa
500.000.000
40.000
Saldo Laba,31/12/X0
300.000.000
10.000
Rp1.500.000.000
€ 70.000
Total Kredit
Kertas Kerja Translasi pada Tanggal Akuisisi
Translasi neraca percobaan German Company pada tanggal 1 januari 20X1, ilustrasi ini mengasumsikan bahwa pembukuan dan pencatatan anak perusahaan dalam euro Eropa, mata uang fungsional anak perusahaan.
Translasi neraca percobaan anak perusahaan dari mata uang fungsional (€) ke rupiah yang merupakan mata uang pelaporan induk perusahaan Indonesia
dilakukan menggunakan metode kurs sekarang . Dalam akuntansi pembelian, akun ekuitas pemegang saham anak perusahaan ditranslasikan menggunakan kurs sekarang pada tanggal pembelian saham anak perusahaan oleh induk perusahaan. Ayat jurnal yang dibuat oleh PT Induk untuk mencatat pembelian 100% saham German Company adalah sebagai berikut:
Kertas Kerja untuk mentranslasi Anak Perusahaan di Luar Negeri pada tanggal 1 Januari 2011 (tanggal akuisisi) Mata Uang Fungsional adalah Uero Eropa.
Kas
Neraca
Kurs
Neraca
Percobaan (€)
Rp/€
Percobaan (Rp)
2.500
16.000
40.000.000
10.000
16.000
160.000.000
Persediaan
7.500
16.000
120.000.000
Aset tetap
50.000
16.000
800.000.000
Total Debit
70.000
Piutang
1.120.000.000
Akumulasi Depresiasi
5.000
16.000
80.000.000
Utang Usaha
2.500
16.000
40.000.000
Utang Obligasi
12.500
16.000
200.000.000
Saham Biasa
40.000
16.000
640.000.000
Saldo Laba
10.000
16.000
140.000.000
Total Kredit
70.000
1.120.000.000
1 Januari 20X1 (1) Investasi pada saham German Company Kas Pembelian saham German Company
860.000.000 860.000.000
Neraca Konsolidasi pada Tanggal A kui sisi Ayat Jurnal Eliminasi 1 Januari 2011, E(2) Saham Biasa - German Company
640.000.000
Saldo Laba
160.000.000
Diferensial
60.000.000 Investasi pada saham PT German Company
860.000.000
Mengeliminasi investasi awal.
E(3) Paten
60.000.000 Diferensial
60.000.000
Mengeliminasi diferensial
Setelah Tanggal Akuisisi Akuntansi setelah tanggal akuisisi sangat mirip dengan akuntansi yang digunakan untuk anak perusahaan domestik. Perbedaan utama timbul karena pengaruh perubahan kurs mata uang asing. Ilustrasi, terdapat akun Unit Mata Uang Asing dalam neraca percobaan German Company . Akun ini mencerminkan rupiah sebesar Rp 72.000.000,dalam neraca percobaan anak perusahaan. Oleh karena akun ini didenominasi dalam mata uang asing selain mata uang pelaporan mata uang asing. German Company membuat ayat jurnal penyesuaian untuk menilai kembali akun dari jumlah awal yang dicatat menggunakan kurs pada tanggal perusahaan meneriama mata uang menjadi nilai setara dari kurs pada akhir tahun.
1 Januari 2011, Kertas Kerja untuk Neraca Konsolidasi, Tanggal Akuisisi 100% Pembelian pada Harga diatas Nilai buku (dalam ribuan rupiah).
Anak Perusahaan membuat jurnal berikut dalam pembukuannya pada waktu menerima rupiah (4) Unit Mata Uang Asing (Rp)
€4.500
Penjualan
€4.500
Mencatat penjualan dan penerimaan Rp 72.000.000,-kurs tunai Rp 16.000 Pada akhir periode, anak perusahaan menyesuaikan unit mata uang asing (rupiah) ke kurs sekarang (Rp 18.000 = €1) dengan membuat ayat jurnal berikut : (5) Kerugian Transaksi Mata Uang Asing Unit Mata Uang Asing (Rp0
€500 €500
Catatan : Kerugian transaksi mata uang asing adalah komponen dari laba neto anak perusahaan.dan akun unit MUA diklasifikasikan sebagai aset lancar di neraca anak perusahaan. Laba neto anak perusahaan terdiri dari Penjualan (HPP + Biaya Operasional + Kerugian TMUA)
Kepemilikan Minoritas Pada Anak Perusahaan Luar Negeri
Sebagian besar perusahaan Indonesia lebih suka untuk memiliki 100% anak perusahaan luar negerinya. Dengan demikian akan memungkinkan manajemen yang lebih efisien atas anak perusahaan dan tidak ada keharusan untuk menyusun laporan keuangan anak perusahaan untuk kepentingan minoritas. Akan tetapi, jika anak perusahaan luar negeri tidak dimiliki sepenuhnya, maka kepemilikan minoritas harus dihitung dan diperlakukan sebagaimana dijelaskan pada bab sebelumnya. Satu-satunya perbedaan adalah alokasi selisih translasi yang timbul dari translasi akun neraca percobaan anak perusahaan luar negeri.
1.5
PENGUKURAN KEMBALI PEMBUKUAN KE DALAM MATA UANG FUNGSIONAL
Metode kedua untuk menyajikan kembali laporan keuangan afiliasi luar negeri kerupiah adalah pengukuran kembali. Walaupun pengukuran kembali tidak umum sebagaimana translasi, terdapat beberapa situasi dimana mata uang fungsional dari afiliasi asing bukan mata uang lokal. Pengukuran kembali sama seperti translasi dimana tujuannya adalah untuk mendapatkan nilai serta rupiah dari akun-akun afiliasi sehingga dapat digabungkan atau dikonsolidasikan dengan laporan keuangan perusahaan Indonesia. Akan tetapi, kurs yang digunakan untuk pengukuran kembali berbeda dengan kurs yang digunakan dalam translasi, yang menghasilkan nilai rupiah yang berbeda untuk akun-akun afiliasi asing. Dalam sebagian besar kasus, afiliasi asing dapat dianggap sebagai alat produksi
atau
penjualan
langsung
dari
perusahaan
Indonesia,
tetapi
menggunakan mata uang lokal untuk mencatat dan melaporkan hasil operasinya. Selain itu, entitas luar negeri yang berlokasi dinegara dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi, yang didefinisikan sebagai negara deengan tingkat inflasi kumulatif lebih dari 100% harus menggunakan rupiah sebagai mata uang fungsional dan laporan keuangannya diukur kembali menjadi rupiah.
Proses pengukuran kembali harus memberikah hasil akhir yang sama seakan-akan entitas luar negeri sejak awal dicatat dalam rupiah. Oleh karena itu, beberapa transaksi dan saldo akun disajikan kembali menjadi nilai setara rupiah menggunakan kurs historis, yaitu kurs tunai pada saat awal transaksi terjadi. Proses pengukuran kembali membagi neraca menjadi akun moneter dan non moneter. Aset dan kewajiban moneter, seperti kas, piutang jangka pendek dan jangka panjang, dan utang jangka pendek dan jangka panjang, mempunyai jumlah yang tetap dalam unit mata uang. Akun-akun ini dapat mengalami keuntungan dan kerugian dari perubahan kurs aset non moneter adalah akunakun seperti persediaan dan aset tetap, yang nilaninya tidak tetap dalam unit moneter. Oleh karena diganakan berbagai kurs untuk mengukur kembali neraca percobaan mata uang asing, maka debet dan kredit dalam neraca percobaan setara rupiah tidak akan sama. Dalam kasus ini pos penyeimbang adalah keuntungan atau kerugian pengukuran kembali, yang dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan.
Penyajian
Laporan
Keuangan
dari
Keuntungan
atau
Kerugian
Pengukuran Kembali
Setiap keuntungan atau kerugian yang timbul dari proses pengukuran kembali dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan, umumnya dalam “pendapatan lain-lain”. Digunakan beberapa nama akun seperti keuntungan
(kerugian) mata uang asing. Keutungan (kerugian) mata uang, keuntungan (kerugian) nilai tukar, atau keuntungan (kerugian) pengukuran kembali. Pos keuntungan (kerugian) pengukuran kembali digunakan disini karena nama ini paling
menggambarkan
seumber
pos
tsb.
Keuntungan
atau
kerugian
pengukuran kembali dimasukkan dalam laporan laba rugi periode berjalan karena jika transaksi sejak awal dicatat dalam rupiah, maka keuntungan atau kerugian nilai tukar akan diakui dalam periode berjalan sebagai bagian dari penyesuaian yag diharuskan untuk penilaian transaksi luar negeri yang
didominasi dalam mata uang asing. Setelah menyelesaikan proses pengukuran kembali, laporan keuangan entitas luar negeri akan disajikan seakan akan rupiah telah digunakan untuk mencatat transaksi dalam mata uang lokal pada saat terjadinya
Ilustrasi Pengukuran Kembali Anak Perusahaan Luar Negeri
Untuk menyajikan kembali laporan keuangan, akan digunakan contoh Germany Company . satu-satunya perbedaan dengan contoh translasi sebelumnya dan contoh sekarang adalah mata uang fungsional anak perusahaan luar negeri sekarang diasumsikan sebagai rupiah bukan euro eropa. Germany Company dalam pembukuan dan pencatatannya menggunakan euro untuk menghasilkan laporan yang diharuskan untuk pemerintah Germany. Oleh karena itu rupiah adalah mata uang fungsional, maka laporan keuangan Germany Company akan diukur kembali dalam rupiah. Setelah laporan keuangan afiliasi luar negeri diukur kembali, maka proses konsolidasi akan sama dengan anak perusahaan domestik. Akun-akun yang diukur kembali menggunakan kurs historis: Efek Berharga :
Efek Ekuitas Efek Utang yang tidak diniatkan untuk dipegang sampai jatuh tempo Persediaan Biaya dibayar dimuka seperti asuransi, iklan, dan sewa. Aset tetap Akumulasi depresiasi aset tetap Paten, merk dagang, lisensi dan formula Goodwill Aset tak berwujud lainnya Beban dan kredit yang ditangguhkan Pendapatan ditangguhkan
Saham biasa Saham Preferen Pendapatan dan beban terkait dengan pos moneter sebagai contoh:
Harga pokok penjualan Depresiasi aset tetap Amortisasi aset tetap Amortisasi aset tak berwujud Amortisasi beban dan kredit ditangguhkan
Ikhtisar Translasi dan Pengukuran Kembali
Pada saat mata uang fungsional adalah rupiah, maka pos moneter dineraca akan diukur kembali menggunakan kurs historis. Dalam contoh ini, kurs langsung telah meningkat selama periode berjalan. Sehingga akun moneter lebih rendah pada saat diukur kembali dibandingkan saat ditranslasikan. Ikhtisar Proses Translasi dan Pengukuran Kembali Pos
Proses Translasi
Proses Pengukuran Kembali
Mata uang fungsional
Unit mata uang lokal
Rupiah Indonesia
Metode kurs sekarang
Metode moneter dan
entitas luar negeri Metode yang digunakan
nonmoneter
Akun-akun laba rugi:
Kurs rata-rata
Kurs rata-rata tertimbang,
Pendapatan
tertimbang
kecuali pendapatan terkait dengan pos nonmoneter (kurs historis) Kurs rata-rata tertimbang,
Beban
Kurs rata-rata
kecuali beban terkait
tertimbang
dengan pos nonmoneter (kurs historis)
Akun-akun Neraca:
Kurs Sekarang
Kurs sekarang
Akun-akun moneter
Kurs sekarang
Kurs historis
Kurs Historis
Kurs historis
pemegang saham
Saldo laba sebelumnya
Saldo periode sebelumnya
Saldo laba
ditambah laba
ditambah laba dikurangi
dikurangi deviden
deviden
Selisih kurs yang
Selisih translasi
Keuntungan atau kerugian
timbul dari proses
diakumulasikan di
pengukuran kembali yang
ekuitas pemegang
dimasukkan dalam laporan
saham
laba rugi periode berjalan
Akun-akun nonmoneter Akun-akun modal
1.6
INVESTASI LUAR NEGERI DAN ANAK PERUSAHAAN TIDAK DIKONSOLIDASIKAN
Sebagian besar perusahaan mengkonsolidasikan anak perusahaan luar negeri sesuai dengan PSAK No 4, “Laporan Keuangan Konsolidasi” (PSAK 4). Dalam
beberapa kasus, anak perusahaan tersebut tidak dikonsolidasi, karena kriteria yang diterapkan
untuk anak perusahaan luar negeri. Umumnya induk
perusahaan mengkonsolidasikan anak perusahaan luar negeri, kecuali jika salah satu kondisi berikut sangat ketat sehingga perusahaan Indonesia yang memiliki perusahaan luar negeri tidak dapat melaksanakan tingkat pengendalian ekonomis atas sumber daya dan operasi keuangan anak perusahaan luar negeri yang merupakan syarat konsolidasi, seperti berikut ini : 1. Pembatasan pertukaran mata uang asing di negara asing 2. Pembatasan transfer properti di negara asing 3. Ketidakpastian lain yang diterapkan oleh pemerintah
Anak perusahaan luar negeri yang tidak dikonsolidasi dilaporkan sebagai investasi dalam neraca perusahaan Indonesia. Perusahaan investor Indonesia harus menggunakan metode ekuitas jika mempunyai kemampuan untuk melaksanakan “pengaruh signifikan” atas kebijakan keuangan dan operasional
investee. Jika metode ekuitas tidak dapat diterapkan, maka digunakan metode biaya untuk mencatat investasi luar negeri, mengakui pendapatan hanya dari deviden yang diterima.
Likuidasi Investasi Luar Negeri
Akun selisih translasi terkait langsung dengan investasi perusahaan dientitas luar negeri. Jika investor menjual sebagian besar investasi sahamnya, PSAK 11 mengharuskan porsi pro rata dari akun akumulasi selisih translasi yang dialokasikan ke investasi, dimasukkan dalam perhitungan keuntungan atau kerugian pelepasan investasi. Sebagai contoh jika induk perusahaan menjual 30% dari investasi pada anak perusahaan, 30% dari selisih translasi kumulatif harus dikeluarkan dari akun selisih translasi dan dimasukkan dalam perhitungan keuntungan atau kerugian dari pelepasan investasi luar negeri.
1.7
LINDUNG NILAI INVESTASI BERSIH DI ANAK PERUSAHAAN LUAR NEGERI
PSAK 55 memperbolehkan lindung nilai investasi bersih dianak perusahaan luar negeri. Sebagai contoh PT Induk mempunyai investasi bersih sebesar $ 50.000 dianak perusahaan German, yang dibayar seharga Rp 660.000.000. PT Induk dapat memutuskan untuk melindung nilai investasi aset bersih dengan melakukan kontrak kurs dimuka untuk menjual euro, atau perusahaan dapat mengeluarkan kewajiban berbasis euro. PSAK 55 menetapkan bahawa keuntungan atau kerugian dari bagian efektif lindung nilai investasi bersih dimasukkan dalam pendapatan komprehensif lainnya sebagai bagian dari selisih translasi. Akan tetapi, jumlah penggantian kerugian untuk pendapatan komprehensif dibatasi sebesar selisih translasi untuk investasi bersih. Sebagai
contoh, jika digunakan nilai tukar dimuka untuk mengukur efektivitas, jumlah penggantian kerugian dibatasi sebesar perubahan kurs tunai periode tersebut. Selisih lebih atas bagian tidak efektif dari lindung nilai harus diakui dalam laba periode berjalan.
1.8
KEHARUSAN PENGUNGKAPAN
PSAK 10 mengharuskan agregat keuntungan atau kerugian transaksi mata uang asing yang dimasukkan dalam laba untuk diungkapkan terpisah dalam laporan laba rugi atau dalam catatan ataas laporan keuangan. Dalam metode translasi, perubahan berkala dalam selisih translasi dilaporkan sebagai elemen pendapatan komprehensif lainnya, sebagaimana diharuskan oleh PSAK 11. Didalam PSAK 11 mengharuskan pengungkapan catatan kaki dari perubahan kurs yang terjadi antara tanggal neraca dan pengaruhnya terhadap transaksi mata uang asing yang belum diselesaikan, jika signifikan.
1.9
PERTIMBANGAN
TAMBAHAN
DALAM
AKUNTANSI
UNTUK
OPERASI ENTITAS LUAR NEGERI
Bagian ini membahas topic khusus dalam akuntansi untuk perusahaan multinasional.
Walaupun
beberapa
pertimbangan
ini
sangat
teknis,
pembelajaran bagian ini akan menambah pemahaman anda atas berbagai isu akuntansi untuk entitas luar negeri.
Kertas Kerja Konsolidasi untuk Kasus Pengukuran Kembali
Kertas kerja konsolidasi untuk kasus pengukuran kembali pada. Akunakun untuk German Company diperoleh dari akun-akun pengukuran kembali yang telah dihitung. Keuntungan pengukuran kembali dimasukkan dalam neraca percobaan anak perusahaan German karena sumber dari akun tersebut adalah pengukuran kembali akun-akun anak perusahaan.
Pembuktian Keuntungan Pengukuran Kembali
Diperlukan keuntungan pengukuran kembali sebesar Rp 10.000.000 sebagai pos penyeimbang untuk menyamakan neraca percobaan. Pos penyeimbang ini dapat dibuktikan. Analisis tersebut terutama melibatkan pos moneter, karena pos-pos tersebut diukur kembali dari kurs awal periode, atau kurs pada tanggal terjadinya transaksi menjadi kurs akhir periode. Peningkatan atau penurunan aset moneter bersih dari pengukuran kembali akan diakui sebagai keuntungan atau kerugian nilai tukar periode berjalan.
Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah penghubung antara dua neraca. Perusahaan mempunyai kebebasan dan fleksibilitas dalam penyusunan laporan arus kas. Aturan umum adalah bahwa akun-akun yang dilaporkan dalam laporan arus kas harus disajikan kembali dalam rupiah menggunakan kurs yang sama dengan yang digunakan untuk tujuan neraca dan laporan laba rugi. Oleh karena kurs rata-rata digunakan dalam laporan laba rugi dan kurs tunai akhir (kurs sekarang) digunakan dalam neraca, maka muncul pos penyeimbang untuk selisih kurs dalam laporan arus kas. Pos penyeimbang ini dapat dianalisis dan ditelusuri ke akun spesifik yang menghasilkan perbedaan tersebut, tetapi tidak memengaruhi perubahan dalam arus kas periode tersebut.
Penilaian Persediaan Nilai Terendah antara Biaya Perolehan dan Nilai Pasar dalam Pengukuran Kembali
Penerapan aturan nilai antara biaya perolehan dan nilai pasar untuk persediaan memerlukan perlakuan khusus pada saat mata uang pencatatan bukan mata uang fungsional. Oleh karena itu, laporan keuangan entitas asing harus diukur kembali kedalam mata uang fungsional. Biaya inventaris historis harus diukur kembali terlebih dahulu menggunakan kurs historis untuk menentukan nilai biaya perolehan historis dalam mata uang fungsional. Kemudian biaya perolehan hasil pengukuran kembali ini dibandingkan dengan
nilai pasar dari persediaan yang ditranslasikan menggunakan kurs sekarang. Langkah terakhir adalah membandingkan biaya perolehan dan nilai pasar, yang keduanya sudah dalam mata uang fungsional dan untuk mengakui apakah diperlukan penurunan nilai kenilai pasar. Perbandingan dilakukan dalam mata uang
fungsional,
bukan
mata
uang
lokal
atau
pelaporan,
sehingga
memungkinkan adanya penurunan nilai dalam laporan keuangan mata uang fungsional, tetapi tidak ada dalam pembukuan anak perusahaan atau ada dalam pembukuan anak perusahaan tetapi tidak dalam laporan konsolidasi.
Transaksi Antarperusahaan
Sebuah induk perusahaan atau kantor pusat Indonesia dapat mempunyai transaksi penjualan atau pembelian antar perusahaan dengan afiliasi luar negeri yang menimbulkan piutang atau utang antar perusahaan. Proses translasi piutang atau utang yang didominasi didalam mata uang asing dibahas di bab 11. Sebagai contoh asumsikan bahwa perusahaan Indonesia mempunyai piutang yang didominasi dalam mata uang asing dari anak perusahaan luar negeri. Perusahaan Indonesia akan pertama-tama menilai kembali piutang yang didominasi dalam mata uang asing menjadi nilai setara rupiah pada tanggal laporan keuangan. Setelah laporan keuangan afiliasi luar negeri ditranslasikan atau diukur kembali, tergantung mata uang fungsional afiliasi luar negeri, maka piutang atau utang anatarperusahaan akan mempunyai nilai rupiah yang sama dan dapat dieliminasi. Jika transaksi mata uang asing antarperusahaan tidak akan dilunasi dalam waktu dekat, maka transaksi antarperusahaan tersebut dianggap bagian dari investasi bersih dientitas luar negeri. Selisih translasi dari piutang atau utang jangka panjang ditangguhkan dan diakumulasi sebagai bagian dari akun translasi kumulatif.
Pajak Penghasilan
Diharuskan alokasi pajak antarperiode pada saat ada perbedaan temporer dalam pengakuan pendapatan dan beban untuk tujuan laporan laba rugi dan untuk tujuan pajak. Keuntungan dan kerugian selisih kurs dari transaksi mata uang asing mengharuskan adanya pengakuan pajak tangguhan jika dimasukkan dalam laba tetapi diakui untuk tujuan pajak dalam periode yang sama.
Translasi Ketika Mata Uang Ketiga adalah Mata Uang Fungsional
Jika pembukuan dan pencatatan entitas tidak dinyatakan dalam mata uang fungsional, maka harus digunakan proses dua langkah berikut : 1. Mengukur kembali laporan keuangan anak perusahaan ke dalam mata uang fungsional. Sebagai contoh laporan keuangan yang dinyatakan dakan euro akan diukur kembali kedalam franc swiss. Proses pengukuran kembali akan sama dengan yang di ilustrasikan sebelumnya. Laporan keuangan tersebut sekarang sudah dinyatakan dalam mata uang fungsional entitas yaitu franc swiss. 2. Laporan
keuangan
yang
dinyatakan
dalam
franc
swiss
kemudian
ditranslasikan kedalam rupiah menggunakan proses translasi yang di ilustrasikan sebelumnya. Hal ini jarang terjadi dalam praktik tetapi merupakan hal yang perlu dipertimbangkan bagi anak perusahaan yang mempunyai aktivitas usaha signifikan dalam mata uang selain mata uang negara tempat berlokasi. Pembahasan
ini
mengidikasikan
bahwa
penting
untuk
pertama-tama
mengidentifikasi mata uang fungsional entitas sebelum memulai proses translasi.
KOMENTAR
Translasi Mata uang asing memberikan panduan khusus untuk mentranslasikan laporan keuangan dari mata uang asing menjadi mata uang rupiah. Tujuan dari PSAK 11 adalah menyajikan hasil yang secara langsung memperlihatkan pengaruh perubahan ekonomi dari pergerakan nilai tukar. PSAK 11 juga menjelaskan tentang pencapaian keuangan dan hubungannya dalam laporan keuangan dengan mata uang asing melalui translasi. Tiga indicator yang harus dinilai untuk menentukan mata uang fungsional suatu entitas, yaitu: arus kas, harga jual, dan beban. Jika afiliasi asing menggunakan mata uang lokal sebagai mata uang fungsional untuk sebagian besar transaksinya dan jika kas yang dihasilkan tidak secara rutin disetorkan pada induk perusahaan di Indonesia, maka mata uang negara tempat entitas tersebut beroperasi umumnya digunakan. Juga, afiliasi asing umumnya mempunyai pasar penjualan akitif di negaranya sendiri dan memperoleh pendanaan dari sumber lokal. Penyajian kembali laporan keuangan afiliasi luar negeri dalam rupiah dapat dilakukan dengan menggunakan metode translasi atau metode pengukuran kembali. Sebagian besar laporan keuangan afiliasi luar negeri ditranslasikan menggunakan metode kurs sekarang karena umumnya unit mata uang lokal adalah mata uang fungsional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah
Translasi tidak sama dengan konversi atau pertukaran dari satu mata uang ke mata uang lain secara fisik. translasi hanya perubahan satuan unit moneter, seperti halnya sebuah neraca yang dinyatatakan dalam pound inggris disajikan ulang ke dalam nilai ekuivalen dolar AS. Tidak ada pertukaran fisik yang terjadi, dan tidak ada transaksi terkait yang terjadi seperti bila dilakukan konversi Saldo – saldo dalam mata uang asing ditranslasikan menjadi nilai ekuivalen mata uang domestic berdasarkan kurs nilai tukar valuta asing yaitu harga satu unit suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang lainnya. Mata uang Negara dagang utama dibeli dan dijual dalam pasar global. Dengan dihubungkan lewat jaringan telekomunikasi yang canggih, para pelaku pasar mencakup bank dan perantara mata uang lainnya, kalangan usaha, para individu, dan pedagang professional. Transaksi mata uang asing terjadi pada pasar spot, forward, atau swap. Kurs pasar spot dipengaruhi oleh banyak factor, termasuk perbedaan tingkat inflasi antar Negara, perbedaan suku bunga nasional dan ekspektasi terhadap arah nilai tukar di masa mendatang. Transaksi pada pasar forward adalah perjanjian untuk melakukan pertukaran suatu mata uang dengan jumlah tertentu ke dalam mata uang lain pada suatu tanggal di masa depan. Kuotasi pada pasar forward dinyatakan dengan diskonto atau premium dari kurs spot. Transaksi swap melibatkan pembelian spot dan penjualan forward atau penjualan spot atau pembelian forward, atas suatu mata uang secara bersamaan. Investor sering memanfaatkan transaksi swap untuk mengambil keuntungan dari tingkat suku bunga yang lebih tinggi di suatu Negara asing, dalam kesempatan yang sama melindungi diri terhadap pergerakan yang tidak menguntungkan dari kurs nilai tukar valuta asing.