1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Karies gigi
merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin,
dan sementum yang d iakibatkan o leh suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang diragikan (Kidd dan Bechal, 1992). Karies gigi ter masuk penyakit asuk penyakit dengan etio log i multifaktorial, yaitu adanya beberapa anya beberapa faktor yan r yang men jadi penyebab terbentuknya lesi karies.
Selain faktor etio log i ada juga yang disebut faktor-faktor non-etio logi atau
dikenal dengan istilah indikator risik o. o. Indikator risik o ini bukan merupakan faktorfaktor penyebab r penyebab tetapi fakt or-fakt or yang pengaruhnya berkaitan dengan ter jadinya karies.
Efek-efek faktor tersebut dibedakan men jadi faktor risik o dan faktor
modifikasi. Adanya hubungan sebab akibat dalam menyebabkan ter jadinya karies o. Individu dengan risik o karies yang tingg i sering diidentifikasi sebagai fakt or risik o. adalah seseorang yang
mem punyai faktor risik o karies yang lebih banyak . Faktor
risik o karies ter diri atas karies, fluor, oral hygiene, bakteri, saliva, dan po la
makan.
Sedangkan faktor modifikasi adalah faktor yang secara tidak langsung menyebabkan karies, namun pengaruhnya berkaitan
dengan perkem bangan karies. Faktor-fakt or
tersebut adalah umur, jenis kelamin, fakt or sosial, genetik, peker jaan, dan kesehatan umum (Pintauli,
2007).
Prevalensi karies gigi di Indonesia mencapai 80% dari jumlah penduduk . Prevalensi karies gigi adalah angka yang mencer minkan jumlah atau persentase penderita karies dalam periode tertentu
di suatu subyek penelitian subyek penelitian (Suwelo, 1993).
Data lain menyatakan, golongan umur muda lebih banyak menderita karies gig i dibanding usia 45 tahun keatas, usia 10-24 tahun karies giginya adalah 66,8-69,5% dan usia 45 tahun keatas sebesar 43,8% keadaan ini menun jukkan karies gigi banyak oduktif (Depkes, 2000). ter jadi pada golongan usia pr usia pr od
2
Se jarah tentang hubungan flour dengan gigi dimulai abad lalu setelah ditemukannya flour di jaringan gigi. Mc Kay pada tahun 1934 mem buktikan adanya fluor osis gigi
di daerah dengan kadar fluorida tinggi, sebaliknya prevalensi karies
tam pak sangat rendah.
Penelitian akhir-akhir ini mem perlihatkan apabila flour
dik onsumsi pada periode pem bentukkan gigi, email akan lebih resisten terhadap serangan asam.
Adanya berbagai mekanisme ini mem berikan nilai ta m bah bagi flour
dalam pencegahan karies (Yani, 2005). Telah dibuktikan apabila dalam air minum yang d ik onsumsi o leh suatu daerah, atau k ota tertentu dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk di situ akan terlin dung dari karies gigi. ini
Pem berian fluor dalam air minum
jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm ( part per millio n) (Zelvya dalam
Heri j julianti, 2010). Fluor merupakan bentuk ionik dari fluorin yang d ibutuhkan tubuh agar tulang dan gigi men jadi kuat. Fungsi fluor antara lain mencegah karies gigi, meningkatkan ketahanan dan mem perbaiki kerusakan lapisan gigi, mencegah sisa karbohidrat dalam
mulut men jadi asam, merangsang pem bentukan tulang baru. Sum ber fluor antara r antara lain: air, teh,
makanan yang diawetkan seperti hasil olah dari unggas, ikan, dan tepung
serealia . Kadar fluor dalam air bervariasi antar 0,05 sam pai
14 ppm (PERSAGI,
2009). Ber dasarkan data kadar flu fluor air minum dan prevalensi karies di jawa timur, kadar fluor di kabupaten
Bondowoso yaitu 0,1 ppm dan di kabupaten Situbondo
khususnya kecamatan Asem bagus yang memiliki
10 desa memiliki kadar flu fluor sekitar r sekitar
0,2-2,7 ppm dengan rata-rata 1,4 ppm. Ber dasarkan penelitian yang dilakukan R ai ai (1980) pemeriksaan karies gigi pada anak-anak sek olah yang telah dilakukan d i Kecamatan
Asem bagus, Jawa Timur menun jukkan bahwa : anak-anak kel anak-anak kelom pok usia
9,11 dan 12 tahun pada kelom pok fluor rendah (0,2-0,4 ppm) masing-masing mem punyai rata-rata DMF-T 0,7, 0,8 dan 1,3; fluor sedang (1,0-1,6 ppm) masingmasing mem punyai rata-rata DMF-T 0,6, 0,7 dan 1,1; fluor tinggi (2,2-2,7 ppm) masing-masing rata-rata DMF-T 0,4, 0,6 dan 0,8. Dan hasil penelitian ini terlihat, bahwa
makin tinggi kadar fluoride dalam air makin rendah prevalensi karies gigi d i
3
antara anak-anak yang d iperiksa. T ercatat di kecamatan Asem bagus prevalensi karies sebesar 5% dengan DMF-T rata-rata 1,00 (Suwelo, 1993). Kandungan fluor pada air tanah
di tiap te m pat berbeda, hal ini dapat
dipengaruhi iklim, tem peratur dan kelem baban di daerah tersebut serta jarak dengan laut . Selain itu, kadar fluor dipengaruhi o leh kadar flour dalam tanah, gas dan debu fluor yang
dihasilkan dari alam dan lim bah industri. Penelitian epidemolog i telah
diketahui bahwa daerah yang kadar fluor air minumnya tinggi, sedikit ter jadi karies gigi (Azwar, 1995). Fluor tersedia melim pah di dalam kerak bu kerak bumi, maka semua air mengandung fluor dengan k onsentrasi yang berbeda-beda. Sebagian besar air yang tersedia untuk
manusia berkaitan dengan siklus hidr olisis, yang berarti bahwa air berasal air berasal dari laut. Air laut sendiri mem punyai kandungan fluor yang besar dengan k onsentrasi 0,8-1,4 mg/liter . F luor memasuki air tanah karena itu air sumur bisa ur bisa merupakan sum ber fluor yang cukup tinggi.
Bentuk umum geologis bukan merupakan indikator bagi
k onsentrasi fluor tanah. Ad a perbedaan yang ber makna pa akna pada distribusi batuan-batuan istribusi batuan-batuan yang dengan
mudah melepaskan fluor . Setelah diamati terlihat bahwa pada sebuah
desa yang sama, sumur yang berbeda sering menun jukkan perbedaan kadar fluor yang sangat berlainan satu sama lain, kelihatannya sebagai akibat perbedaan keadaan
ogeologis setem pat. hidr og
Air tanah mungkin mem perlihatkan adanya variasi
kandungan fluor sesuai
dengan f or masi kandungan fluor pada kedalaman yang
berbeda (Yani, 2005) Kecamatan selat
Asem bagus merupakan kecamatan yang berada di sebelah selatan
Madura dan berada di ketinggian 0-25 meter di atas per mukaan laut. S edangkan
Kecamatan Suk osari
merupakan salah satu kecamatan di sekitar lereng gunung Ijen
yang berada di ketinggian sekitar 500
meter di atas per mukaan laut. Penduduk yang
secara geografis letak kediamannya berbeda
mem punyai risik o karies yang berbeda
pula jika dihubungkan dengan kadar fluor dalam air yang dik onsumsi yang berasal
dari air sumur . Ber dasarkan data golongan usia 10-24 tahun menun jukkan lebih banyak terkena banyak terkena karies gigi.
4
Ber dasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin meneliti tentang perbedaan rata-rata DMF-T d an rata-rata kadar fluor air sumur pa ur pada siswa SMA yang tinggal d i
daerah pantai aerah pantai (kecamatan Asem bagus) dengan daerah gunung ( Kecamatan Suk osari).
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Berapa rata-rata DMF-T siswa SMA di kecamatan Asem bagus dan di kecamatan Suk osari?
1.2.2 Berapa rata-rata kadar flu ar fluor air sa air sam pel siswa SMA di Kecamatan Asem bagus dan di Kecamatan Suk osari? 1.2.3 A pakah ada perbedaan rata-rata DMF-T antara siswa SMA yang tinggal d i kecamatan Asem bagus dan kecamatan Suk osari?
1.2.4 A pakah ada perbedaan rata-rata kadar fluor air sumur siswa SMA d i Kecamatan Asem bagus dan di Kecamatan Suk osari?
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk mengetahui rata-rata DMF-T siswa SMA di Kecamatan Asem bagus dan di Kecamatan Suk osari. 1.3.2 Untuk mengetahui rata-rata kadar fluor di Kecamatan Asem bagus dan d i Kecamatan Suk osari.
1.3.3 Untuk mengetahui perbedaan rata-rata DMF-T antara siswa SMA yang tinggal di Kecamatan Asem bagus dan Kecamatan Suk osari.
1.3.4 Untuk mengetahui perbedaan rata-rata kadar fluor air sumur siswa SMA d i Kecamatan Asem bagus dan di Kecamatan Suk osari?
5
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Puskesmas di Kecamatan Asem bagus dan Suk osari Hasil penelitian asil penelitian ini diharapakan dapat mem berikan inf or masi mengenai karies gigi ber dasarkan kadar fluor dalam air sumur yang digunakan sebagai air minum o leh masyarakat Kacamatan Asem bagus dan Kecamatan Suk osari sehingga
dapat dilakukan tindakan pencegahan terhadap karies gigi serta
penanganan terhadap lesi karies yang telah terbentuk .
1.4.2 Bagi Instansi Terkait (SMA N 1 Asem bagus dan SMAN 1 Suk osari) Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertim bangan dalam ogram upaya pelaksanaan perencanaan pr perencanaan pr og upaya pelaksanaan kesehatan gigi dan sebagai kepada siswa untuk memeriksakan giginya serta
motivasi
mencari pengo batan sedini
mungkin jika sudah ada lesi karies 1.4.3 Bagi Mahasiswa Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan perti bahan pertim bangan untuk pengem bangan penelitian-penelitian an penelitian-penelitian selan jutnya.
6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Karies Gigi
Karies larutnya
gigi adalah suatu pr oses kr onis, regresif yang dimulai dengan
mineral email, sebagai akibat ter ganggunya keseim bangan antara email dan
sekelilingnya yang
disebabkan oleh pem bentukan asam mikr o bial dari substrat
(medium makanan bagi bakteri) yang dilan jutkan dengan tim bulnya destruksi k om ponen-k om ponen or ganik yang akhirnya ter jadi kavitasi ( pem bentukan lubang)
(Schuurs, 1993). Karies adalah interaksi dari bakteri di per mukaan gigi, plak, atau bio film, dan diet (khususnya k om ponen karbohidrat yang d apat difer mentasikan o leh bakteri plak
men jadi asam, terutama asam latat dan asetat) sehingga ter jadi
demineralisasi jaringan keras gigi dan memerlukan cukup waktu untuk ke jadiannya (Putri, 2009). Untuk ter jadinya karies, ada tiga faktor yang harus ada secara bersa ma-sama. Ketiga faktor tersebut adalah : (1) bakteri kariog enik ; (2) per mukaan gigi yang rentan,
dan (3) tersedianya bahan nutrisi unutk mendukung pertum buhan bakteri. Karies adalah penyakit infeksi yang per mukaan gigi yang
disebabkan pe m bentukan plak kariogenik pada
menyebabkan demineralisasi pada gigi (demineralisasi email
ter jadi pada pH 5,5 atau lebih).
Dari sekitar 300 macam species bakteri di r ongga
mulut, hanya sebagian diantaranya, yang d ikenal dengan St rept ococcus mut ans (SM), merupakan or ganism penyebab karies. SM merupakan penyebab uta ma karies pada mahk ota karena sifatnya yang : (1) menem pel pada email; (2) menghasilkan dan dapat hidup dilingkungan asam; (3) berkem bang pesat di lingkungan yang kaya sukr osa; dan (4)
menghasilkan bakteriosin, substansi yang dapat mem bunuh or ganism
k om petitornya (Putri,
2009).
7
Karies
gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang diakibatkan o leh
mikr oor ganisme pada karbohidrat yang dapat difer mentasikan sehingga terbentuk asam dan
menurunkan pH dibawah pH kritis, sehingga ter jadi demineralisasi jaringan
keras gigi.
Tanda karies adalah ter jadinya demineralisasi mineral email dan dentin
diikuti oleh disintegrasi bagian or ganiknya. Karies gigi adalah penghancuran terlokalisasi dari jaringan gigi o leh mikr oo r ganisme (Pine, 1997).
2.1.1 Gam baran Klinis Karies Gigi Menurut Kidd dan Bechal (1992), Karies dapat diklasifikasikan ber dasarkan anatomi te m pat karies itu tim bul. Karies dapat dimulai pada fit dan fisur atau pada per mukaan licin. Karies per mukaan licin berawal
dari email atau sementum dan
dentin akar yang terbuka atau yang terkenal dengan karies akar . Karies dapat ter jad i pada tepi restorasi atau dikenal dengan karies rekurn / sekunder .
Gam baran karies : a. Karies pada fit dan fisur ( F it and fissure caries)
Perkem bangan karies dimulai pada fit dan fisur gigi yang rumit. Dari berbagai bentuk variasinya, semuanya
diawali dengan tanda-tanda dini sam pai
kerusakan yang sem purna. b. Karies per mukaan licin gigi (S moot h surface caries) Karies per mukaan licin gigi biasanya ditemukan pada daerah titik k ontak pada interpr oksimal gigi, tetapi dapat ter jadi pada per mukaan licin lain pada gigi.
Gam baran klinis karies ini pada mulanya merupakan suatu daerah putih seperti kapur secara bertahap
man jadi kasar sesuai dengan rusaknya email.
Akhirnya terbentuk kavitas yang terbuka dan selan jutnya akan menyebar sama seperti karies pit dan fisur c. Karies Servikal (C ervical caries) Karies ini
menyerang bagian servikal gigi dengan dentin terbuka, tetapi
gam barannya tidak sama dengan karies pit dan fisur . Dentin mulai pecah dan
8
luruh,
mem bentuk kavitas yang terbuka dari bagian luar . Karies ini cenderung
ter dapat pada subyek yang
mem punyai umur tua dibandingkan dengan kedua
tipe karies diatas.
Metode lain dalam mengklasifikasikan karies adalah menurut cara yang dikemukakan o leh Dr . G.V. Black yang masih banyak digunakan sam pai saat ini. Klasifikasi tersebut ber dasarkan lokasi spesifik dari lesi karies pada gigi yang sering ter jadi, yaitu : a. Klas I
Lesi klas I ter jadi pada ceruk dan fisura dari semua gigi, meskipun lebih ditu jukan untuk premolar dan molar . b. Klas II Kavitas yang ter dapat pada per mukaan apr oksimal kategori klas
gigi posterior ter masuk
II. Kavitas pada per mukaan halus atau lesi mesial dan / atau
distal biasanya berada di bawah titik k ontak yang sulit dibersihkan. Menurut definisi Dr . Black, karies klas II dapat mengenai per mukaan mesial dan distal atau hanya salah satu per mukaan pr oksimal
dari gigi sehingga dapat
digo longkan men jadi kavitas MO (mesio-oklusal), DO (disto-oklusal, dan MOD (mesio-oklusal-distal). Dilihat dari definisinya, kavitas ini adalah lesi pr oksimal dan tidak selalu mencakup per mukaan oklusal. c. Klas III
Lesi klas III mengenai gigi anterior . Menurut definisi Dr . Black, kavitas klas III bisa ter jadi pada per mukaan mesial atau distal dari insisivus atau kaninus. Lesi ini ter jadi di bawah titik k ontak, berbentuk bulat, dan kecil. d. Klas IV Merupakan lan jutan kavitas klas III. Karies yang luas atau abrasi yang hebat bisa
melemahkan sudut insisal dan menyebabkan ter jadinya fraktur . Oleh
sebab itu,
menurut definisi Dr . Black kavitas klas IV adalah lesi pada
per mukaan pr oksimal gigi anterior yang telah meluas sam pai ke sudut insisal.
9
e. Klas V Kavitas gingival adalah kavitas per mukaan halus.
Terlepas dari etio loginya -
karies, abrasi, atau er osi
± tipe lesi ini menurut klasifikasi Dr . Black dikenal
sebagai klasifikasi klas
V. menurut definisinya, kavitas klas V juga bisa
ter jadi baik pada per mukaan fasial
maupun lingual; namun lesi ini lebih
dominan tim bul di per mukaan yang menghadap ke bibir dan pipi daripada lidah. Kavitas klas V dapat mengenai sementum selain email. f .
Klas VI Kavitas klas
VI sesungguhnya bukan diidentifikasikan o leh Dr . Black, tetapi
pada daerah-daerah geografis teretntu ditam bahkan dan system klasifikasinya.
men jadi bagian dari
Tipe kavitas ini ter jadi pada u jung ton jol gigi posterior
dan edge insisal gigi insisivus. P em bentukan yang tidak sem purna pada u jung ton jol atau edge insisal sering kali
mem buat daerah tersebut rentan terhadap
karies.
(Baum dkk, 1997)
2.1.2 Etio log i dan Pr oses Ter jadinya Karies Gigi Karies
gigi juga disebut sebagai penyakit multifaktorial. Faktor-faktor yang
berperan dalam pr oses ter jadinya karies, antara lain pr oses dari ketahan gigi, bakteri, sum ber-sum ber makanan seperti karbohidrat, faktor pelindung g igi seperti saliva, dan k om ponen-k om ponennya, serta waktu.
Selain itu, ter dapat pula faktor risik o luar
yaitu usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat ek onomi, lingkungan, sikap, dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi. B eberapa penelitian
menun jukkan
ada hubungan antara suku bangsa dengan prevalensi karies, keadaan sosial ek onomi, pendidikan, jenis
makanan, pola makan, cara pencegahan karies, dan jangkauan
pelayanan kesehatan
gigi yang berada di setiap suku tersebut. Menurut American
Academy of Pediat ric Dent ist ry, penilaian risik o karies pada anak didasarkan atas tiga
10
bagian besar indikat or karies, yaitu k ondisi klinik, karakteristik lingkungan, k ondisi kesehatan umum (Hamrun, Karies gigi adalah penyakit
dan
2009). multifaktor yang merupakan hasil k om binasi dari
4 faktor utama yaitu inang dan gigi, mikr oor ganisme di dalam plak, substrat dan waktu (Pine, 1997). a.
Mikr oo r ganisme Peran bakteri dalam menyebabkan ter jadinya karies sangatlah besar . Bakteri plak sangat
dominan dalam karies gigi adalah St rept ococcus mut ans. Bakteri ini
sangat kariogen karena
mam pu mem buat asam dari karbohidrat yang dapat
diragikan dan dapat menem pel pada per mukaan gigi karena kemam puannya mem buat polisakarida ekstrasel yang sangat lengket dari karbohidrat makanan. Polisakarida ini ter diri dari po limer gluk osa, menyebabkan matriks plak gigi mem punyai k onsistensi seperti gelatin. Akibatnya bakteri-bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain (Pine, 1997). b.
Substrat Substrat adalah cam puran makanan halus dan minuman yang dik onsumsi sehari-hari yang
menem pel pada gigi. Seringnya mengk onsumsi gula akan
menam bah pertum buhan plak dan menam bah jumlah
St rept ococcus mut ans
didalamnya. Sukr osa merupakan gula yang kariogen, walaupun gula lainnya tetap berbahaya.
Sukr osa merupakan gula yang paling banyak dik onsumsi,
maka sukr osa merupakan penyebab karies yang utama (Kidd & Bechal,1992). c.
Inang atau gigi Faktor- faktor dari gigi yang berpengaruh terhadap peningkatan karies, yaitu: 1) Bentuk Gigi dengan fit dan fisur yang dalam lebih mudah terserang karies 2) Posisi Gigi yang ber je jal dan susunanya tidak teratur lebih sukar dibersihkan. Hal ini cenderung meningkatkan penyakit periodo ntal dan karies
11
3) Struktur Keberadaan flour dalam k onsentrasi yang o ptimum pada jaringan
gigi dan
lingkungannya merangsang efek anti karies
(Kidd & Bechal, 1992) d.
Waktu Waktu men jadi salah satu faktor penting, karena meskipun ada ketiga faktor sebelumnya pr oses pem bentukan karies
gigi relatif lam bat dan secara klinis
terlihat kehancuran dari email lebih dari em pat tahun (P ine, 1997).
Adanya kemam puan saliva untuk mendepositkan ke m bali mineral selama berlangsungnya pr oses karies,
menandakan bahwa pr oses karies tersebut ter diri
atas periode kerusakan dan perbaikan yang ber gantian.
A pabila saliva ada di
dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau
minggu, melainkan dalam bulan atau tahun (Kidd & Bechal, 1992).
Pr oses ter jadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di per mukaan gigi, sukr osa (gula) dari sisa yang berubah
makanan dan bakteri berpr oses menem pel pada waktu tertentu
men jadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut men jadi kritis
(5,5) yang menyebabkan demineralisasi email, dan akan berlan jut men jadi karies gigi. Pada awalnya, lesi karies berwarna putih akibat dekalsifikasi, berkem bang men jad i lubang berwarna coklat atau hitam yang faktor utama yang
mengikis gigi (Suwelo, 1992). Namun,
menyebabkan ter jadinya karies gigi adalah gigi dan air ludah,
mikr oor ganisme penyebab karies, substrat ( makanan ) serta waktu sebagai faktor tam bahan.
Gigi yang tidak beraturan ( crowding ) dan air ludah yang banyak serta
k onsisitensinya kental, sangat karies adalah bakteri kariog enik adalah
mudah terserang karies. Mikr oo r ganisme penyebab
dari jenis
St rept ococcus
dan Lact obacillus. Makanan yang
makanan yang lengket menem pel di gigi seperti gula-gula
( per men) dan coklat (Besf or d, 1996).
12
Fluor
2.2.
Fluor adalah mineral alamiah yang ter dapat di semua sum ber air ter masuk laut . F luor tidak pernah ditemukan dalam bentuk bebas di alam. I a ber gabung d engan unsur lain mem bentuk senyawa fluoride (Yani, 2005).
Fluor (F) merupakan salah satu unsur yang melim pah pada kerak bumi. U nsur ini
ditemukan dalam bentuk ion Fluorida (F). Fluor yang berikatan dengan kation
monovalen, misalnya NaF, AgF, dan K F bersifat mudah larut, sedangkan fluor yang berikatan dengan kation divalen, air
misalnya CaF2 dan P bF2,bersifat tidak larut dalam
(Effendi, 2003). Fluor telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan fluor
dapat dilakukan dengan fluoridasi air minum, pasta gigi dan o bat kumur mengandung fluor, pem berian tablet fluor, to pikal varnis.
Tu juan penggunaan fluor dalam bidang
kedo kteran gigi adalah untuk melindungi gigi dari karies. Fluor beker ja dengan cara
mengham bat metabolisme bakteri plak yang dapat memfer mentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksi apat it pada enamel men jadi fluor apat it . R eaksi kimia: Ca10(PO4)6.(OH)2 + F
Ca10(PO4)6.(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan
terhadap asam sehingga dapat remineralisasi yang
mengham bat pr oses demineralisasi dan meningkatkan
merangsang perbaikan dan penghentian lesi karies (Angela,
2005).
2.2.1 Fluor Pada Gigi K om posisi gigi ter diri dari email dan dentin. Dentin merupakan lapisan bawah email, sehingga struktur email sangat
menentukan terhadap pr oses ter jadinya karies.
Struktur email gigi ter diri dari susunan kimia k om pleks dengan gugus kristal penting yaitu hidroksi apat it , rumus kimianya luar lebih tahan terhadap karies
Ca10(PO4)6.(OH)2. Per mukaan email paling
dibandingkan lapisan di bawahnya, karena lebih
keras dan padat. Per mukaan email ini lebih banyak mengandung bahan or ganik dengan air yang relatif lebih sedikit.
mineral dan bahan-
Mineralisasi email tidak hanya
13
melalui pulpa dan dentin sa ja, tetapi ion-ion dari saliva secara tetap meletakkan k om posisi erupsi.
mineral langsung ke per mukaan gigi atau email, disebut maturasi pasca
Ion kimia penting yang diharapkan banyak diikat oleh hidroksi apat it pada
email gigi adalah io n fluor, dengan adanya penam bahan fluor, hidroksi apat it akan berubah
men jadi fluoroapat it. F luoroapat it ini lebih tahan terhadap asam sehingga
gigi akan lebih tahan terhadap pr oses demineralisasi. F luor yang d iper oleh dari cairan jaringan selama periode pem bentukan gigi dan dari saliva serta air minum pada period e pasca erupsi, diikat oleh email dalam bentuk fluoroapat it (Yani, 2005).
2.2.2 Manfaat Fluor Penggunaan fluor dalam kedokteran gigi mem punyai beberapa manfaat, yaitu: a. Praerupsi
1) Selama pem bentukan gigi, fluorida melindungi enamel dari pengurangan se jumlah matriks yang d ibentuk
2) Pem bentukan enamel yang lebih baik dengan kristal yang lebih resisten terhadap asam
3) Pem berian yang o ptimal, kristal lebih besar, kandungan karbonat lebih rendah kelarutan terhadap asam berkurang
4) Pengurangan jumlah dan ukuran daerah yang menyebabkan akumulasi makanan & plak b. Pascaerupsi
1) Fluor oapatit menurunkan kelarutan enamel dalam asam 2) Fluor oapatit lebih padat dan mem bentuk kristal sedang daerah per mukaan yg bereaksi dengan asam lebih sedikit
3) Pem bentukan kalsium fluorida pada per mukaan kristal (lapisan pelindung karena sedikit larut dalam asam)
14
4) Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit. Kristal apatit dengan karbonat rendah lebih stabil dan kurang larut dibanding karbonat tinggi
5) Adanya fluoride dalam saliva meningkatkan remineralisasi, sehingga merangsang perbaikan/ penghentian lesi karies awal 6) Fluoride mengham bat banyak sistem enzim. Ham batan terhadap enzim yang terlibat
dalam pem bentukan asam serta pengangkutan dan penyim panan
gluk osa dalam st rept okokus oral dan juga mem batasi penyediaan bahan cadangan untuk pem buatan asam dalam sintesa po lisakarida
(Her diyati, 2010)
2.2.3 Penggunaan Fluor Cara penggunaan fluor dapat dibagi men jadi dua, yaitu secara sistemik dan to pical. a.
Sistemik Penggunaan fluor secara sistemik adalah fluor yang diper o leh tubuh melalui pencernaan
dan ikut mem bentuk struktur gigi. Penggunaan fluor secara
sistemik yaitu untuk gigi yang belum erupsi. D ilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. Fluoridasi air minum 2. Fluoridasi garam dapur 3. Fluoridasi air susu 4. Tablet hisap fluor b.
To pikal/lokal Penggunaan fluor secara to pical/local adalah mengaplikasikan fluor langsung pada gigi, ditu jukan untuk gigi yang sudah erupsi. D ilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
1. To pical aplikasi dengan larutan fluor
15
2. Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor 3. Menyikat gigi dengan pasta gigi dan larutan fluor (Yani, 2005). Fluoridasi air minum merupakan cara yang paling efektif untuk menurunkan masalah karies pada masyarakat secara umum. K onsentrasi o ptimum fluorida yang dian jurkan dalam air minum adalah 0,7±1,2 ppm.Menurut penelitian Murray and R ugg-gun cit. Linano f bahwa fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 40±50% pada
gigi susu. Bila air minum masyarakat tidak mengandung jumlah fluor yang
o ptimal, maka dapat dilakukan pe m berian tablet fluor pada anak terutama yang mem punyai risik o karies tinggi (Angela, 2005). Pem berian tablet fluor disarankan pada anak yang berisik o karies tinggi dengan air minum yang tidak mem punyai k onsentrasi fluor yang o ptimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari). Jumlah fluor yang dian jurkan untuk anak di bawah umur 6 bulan ±3 tahun adalah 0,25 mg, 3±6 tahun sebanyak 0,5
mg dan untuk anak umur 6 tahun ke atas diberikan dosis 0,5±1 mg
(Angela, 2005). Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluor terbukti dapat menurunkan karies. O bat kumur yang mengandung fluor dapat
menurunkan karies sebanyak 20±50%. Seminggu sekali berkumur dengan
0,2% NaF dan setiap hari berkumur dengan 0,05% NaF dipertim bangkan men jadi ukuran kesehatan
masyarakat yang ideal. Penggunaan o bat kumur disarankan untuk
anak yang berisik o karies tinggi atau selama ter jadi kenaikan karies. O bat kumur ini tidak disarankan untuk anak berumur di bawah 6 tahun (Angela, 2005).
Pem berian varnis fluor dian jurkan bila penggunaan pasta gigi mengandung fluor, tablet fluor dan o bat kumur tidak cukup untuk mencegah atau
mengham bat
perkem bangan karies. Pem berian varnis fluor diberikan setiap em pat atau enam bulan sekali pada anak yang
mem punyai risik o karies tinggi. S alah satu varnis fluor adalah
Duraphat (colgat e oral care)
merupakan larutan alk oho l varnis alami yang berisi 50
mg N aF/ml (2,5%± kira-kira 25.000 ppm fluor ). Varnis dilakukan pada anak umur 6
16
tahun ke atas karena anak di bawah umur 6 tahun belum d apat sehingga enamel.
meludah dengan baik
dikhawatirkan varnis dapat tertelan dan dapat menyebabkan fluor osis
Sediaan fluor lainnya adalah dalam bentuk gel dan larutan seperti larutan
2.2% NaF, SnF2 , gel APF (Angela, 2005).
2.4
Pencegahan Karie s Dihubungkan dengan Pengg unaan Fluor
Fluoride mem berikan pengaruh antikaries melalui tiga mekanisme yang berbeda.
Mekanisme yang pertama, yaitu keberadaan ion fluoride dapat
meningkatkan ter jadinya fluoropat it e pada struktur gigi dari ion kalsium dan ion f osfat yang ada pada saliva. Io n-ion fluoride yang tidak larut ini menggantikan garam yang larut
dan menggantikan mangan serta karbonat yang hilang disebabkan oleh
demineralisasi dengan diperantarai oleh bakteri. Pr oses per gantian pada email ini men jadi lebih resisten terhadap asam. M ekanisme yang kedua, yaitu lesi karies baru yang tidak
mengalami kavitasi diremineralisasi melalui pr oses yang sama.
Mekanisme yang ketiga yaitu fluoride telah memiliki aktivitas antimikr o ba. Pada k onsentrasi rendah ion-io n fluoride glukosil tr ansferase.
dapat mengham bat pr oduksi enzim dari
Glukosil t ransferase
sendiri
menghasilkan gluk osa untuk
mem bentuk polisakarida ekstraseluler, dan hal ini dapat meningkatkan ter jadinya adhesi bakterial. P em bentukan po lisakarida intraseluler juga diham bat sehingga dapat
mencegah penyim panan karbohidrat dengan mem batasi metabo lisme mikr o ba antara makanan induk . Durasi serangan karies terbatas hanya pada jangka saat dan sesudah makan. P ada perawatan yang menggunkan fluoride to pikal dengan k onsentrasi tingg i (12.000 ppm), ion fluoride dapat men jadi racun bagi sebagian mikr oor ganisme oral ter masuk St rept ococcus mut ans. Supresi perke m bangan St rept ococcus mut ans setelah
dilakukannya perawatan dengan fluoride to pikal dapat berlangsung selama beberapa minggu. Sangatlah mungkin untuk mem perpan jang supresi ini dengan cara melakukan perubahan dalam po la makan (terutama sekali dengan menghilangkan sukr osa) dan dengan men jalani pr og ram kebersihan gigi pada pasien (Putri, 2009).
17
Pem berian fluoride to pikal harus dilakukan setiap enam bulan sekali untuk anak-anak,
dan untuk orang dewasa yang berisik o tinggi mengalami karies. Gig i
mereka harus dibersihkan terlebih dahulu sam pai bebas plak sebelum diberikan fluoride to pikal. F lossing yang diikuti dengan
menggosok gigi sangatlah disarankan
dalam hal ini. Pr oses pumicing gigi ( pr ofilaksis pr ofessio nal) dapat mengangkat lapisan per mukaan email yang
mengandung banyak fluoride dengan jumlah yang
diinginkan dan dapat men jadi k ontrapr oduktif . Fluoride f osfat yang telah mengalami pengasaman tersebut tersedia dalam bentuk gel tiksotr o pik dan dapat bertahan lama.
Fluoride stannous (8% F), yang men jadi pilihan lain, memiliki rasa yang pahit dan berasa seperti logam.
Fluoride ini dapat mem bakar muk osa dan tidak tahan lama.
Meskipun io n timah yang terkandung dalam fluoride stannous menyebabkan noda pada gigi, fluoride stannous sangat ber manfaat dalam fluoride to pikal harus
mencegah karies akar . Bahan
diberikan sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan o leh
perusahaan o bat (Putri, 2009).
Berkumur dengan fluoride yang dilakukan sendiri mem berikan pengaruh yang aditif (sekitar 20% reduksi) ketika digunakan bersamaan dengan perawatan fluoride sistemik atau to pikal. B erkumur dengan fluoride dapat dilakukan bagi pasien berisik o tinggi
mengalami karies dan bagi pasien yang mengalamai peningkatan aktivitas
karies.
Dua jenis aktivitas berkumur dengan fluoride memiliki tingkat keefektivan
yang serupa, yaitu :
(1) dosis tinggi/frekuensi rendah, dan (2) dosis rendah/frekuensi
tinggi (Putri, 2009).
Pemakaian o bat kumur dosis tinggi (0,2% F) dengan frekuensi yang rendah, sangat baik digunakan
dalam pr ogram pemeriksaan mulut mingguan di sek o lah.
Pemakaian o bat kumur dosis rendah (0,05% F) dengan frekuensi yang tinggi, sangat baik dilakukan secara individu o leh pasien di rumah. Pasien karies aktif atau pasien
dengan risik o tinggi dian jurkan untuk menggunakan o bat kumur ini setiap hari. O bat kumur sebaiknya dimasukkan ke sela-sela gigi beberapa kali kemudian dibuang, tidak
ditelan. Disarankan agar tidak makan dan minum setelah berkumur (Putri, 2009).
18
Tersedia berbagai varnish dan gel fluoride yang dapat mencegah karies dengan baik . Varnish mem berikan banyak ion fluoride pada email. Varnish diaplikasikan secara pr ofessio nal, namun menghasilkan dosis fluoride yang lebih rendah dari pada gel atau o bat kumur .
Teknik umum menggunakan varnish fluoride adalah sebagai berikut : a. Klinisi mengulaskan lapisan tipis varnish fluoride secara langsung pada gigi. b.
Digunakan selama beberapa menit.
c.
Pasien tidak diperbo lehkan makan dan minum selama beberapa jam dan tidak diperbo lehkan menyikat gigi sam pai pagi berikutnya. Karena varnish fluoride bereaksi ketika bersentuhan
iso lasi secara saksama pada area tersebut dian jurkan.
dengan kelem baban,
Hal uta m yang merugikan dari
varnish fluoride adalah tim bulnya perubahan warna gigi untuk sementara. Varnish fluoride email
mem berikan fluoride dalam jumlah besar pada per mukaan
gigi. Kalsiu m fluoride muncul di per mukaan, dan flourapat it e sering kali
terbentuk . K onsentrasi fluoride yang tingg i pada per mukaan juga dapat kubangan (reservoir) fluoride yang fluoride
menim bulkan
menghasilkan remineralisasi. Walaupun varnish
masih perlu diteliti lebih jauh, penggunaan varnish fluoride sebagai agen
pencegah karies sebaiknya dikem bangkan karena ber manfaat bagi perangkat fluoride to pical lainnya
dalam hal keamanan, kemudahan penggunaan, dam k onsentrasi
fluoride pada per mukaan email (Putri, 2009).
2.5
Gambaran Wilayah Umum
2.5.1 Gam baran Wilayah Kecamatan Asem bagus Kabupaten Situbondo Kabupaten kecamatan
Situbondo ter diri dari 17 kecamatan, diantaranya ter diri dari 14
memiliki pantai dan 3 kecamatan tidak memiliki pantai, yaitu Kecamatan
Sum ber malang, Jatibanteng dan Pan ji. Kecamatan Asem bagus adalah salah satu kecamatan
di Kabupaten Situbondo yang terletak di bagian timur . Batas wilayah
sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Jangkar dan selat
Madura, sebelah timur
19
Kecamatan
Banyuputih, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bondowoso
dan batas sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Ar jasa dan Jangkar . Luas wilayah Kecamatan
Asem bagus adalah 118,74 k m2 yang sebagian besar wilayah
Asem bagus merupakan tanah datar dengan ketinggian 0-25 m dari per mukaan laut. Jumlah penduduk Kecamatan Asem bagus ber dasarkan hasil registrasi penduduk akhir 2009 sebanyak 49.310 jiwa. Tercatat jumlah sarana pendidikan di Kecamatan
tahun
Asem bagus yaitu Taman Kanak-kanak di Kecamatan Asem bagus ter dapat di 8 desa sebanyak seluruh
17 Taman Kanak-kanak . Sek olah Dasar sebanyak 34 yang tersebar d i
desa dan pendidikan setingkat SD yaitu MI ada sebanyak 8 unit. Sarana
pendidikan
SMP di kecamatan ini sebanyak 3 unit dan MTs sebanyak 3 unit. Untuk
melan jutkan jen jang ke tingkat SMA atau sedera jat, ter dapat 1 unit SMA dan 3 unit MA. Sam pai akhir tahun 2009 tercatat 609 siswa SMA/MA (Badan Pusat Statistik Kecamatan Asem bagus,
2010).
2.5.2 Gam baran Wilayah Kecamatan Suk osari Kabupaten Bondowoso Kabupaten Bondowoso d apat dibagi men jadi tiga wilayah, yaitu : (1) barat
Wilayah
merupakan pegunungan ( bagian dari Pegunungan Hyang); (2) bagian tengah
berupa dataran tinggi dan ber gelom bang;
(3) dan bagian timur berupa pegunungan
( bagian dari Dataran Tinggi Ijen) (Anonim, 2010). Kecamatan Suk osari merupakan salah satu kecamatan dari
23 kecamatan yang ada di Kabupaten Bondowoso dengan
jarak kurang lebih 22 k m arah Tenggara dari ibuk ota kabupaten. Secara geografis Kecamatan Suk osari terletak pada ketinggian antara 450-500 meter di atas per mukaan laut . Wilayah Kecamatan Suk osari ter diri dari 4 d esa, 15 dusun/ pedukuhan, 33 rukun war ga
dan 95 rukun tetangga. Jumlah penduduk Kecamatan Suk osari ber dasarkan
hasil registrasi penduduk akhir tahun
2009 sebanyak 15.559 jiwa. Tercatat jumlah
sarana pendidikan di Kecamatan Suk osari yaitu 5 sek o lah Taman Kanak-kanak yang tercatat
di diknas dan 3 Taman Kanak-kanak non diknas, 12 SD yang tercatat di
diknas dan 6 SD non diknas, 1 SMP yang tercatat di diknas dan 5 SMP non diknas
20
serta
1 SMA yang tercatat di diknas dan 1 SMA non diknas dengan jumlah siswa
pada tahun
2009 sebanyak 285 siswa (Badan Pusat Statistik Kecamatan Suk osari,
2010).
2.6.
Hipotesa
Ter dapat perbedaan nilai rata-rata DMF-T d an rata-rata kadar fluor air sumur antara siswa
SMA di Kecamatan Asem bagus (daerah pantai) dan di Kecamatan
Suk osari (daerah gunung).
21
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian o bservasio nal analitik dengan metode pendekatan cross sect ional . Pendekatan cross sect ional merupakan penelitian untuk
mem pela jari dinamika k orelasi antara faktor risik o dengan efek,
dengan model pendekatan atau o bservasi sekaligus pada satu saat (Notoatmodjo, 2010)
3.2
Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tem pat Penelitian SMA Negeri 1 Asem bagus Kabupaten Situbondo SMA Negeri 1 Suk osari Kabupaten Bondowoso.
3.2.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sam pai Septem ber 2011
3.3
Populasi dan Sampel
3.3.1 Po pulasi Po pulasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri tahun a jaran 2011/2012 di wilayah kecamatan
Asem bagus kabupaten Situbondo sebanyak 625 siswa dan
kecamatan Suk osari Kabupaten Bondowoso sebanyak 229 siswa.
22
3.3.2 Sam pel a. Kriteria Sam pel
1) Menggunakan air sumur untuk k onsumsi sehari-hari 2) Bertem pat tinggal di kecamatan Asem bagus dan Suk osari 3) Berusia 15-19 tahun. b.
Pengam bilan Sam pel Sam pel diam bil secara purposive sampling yaitu dilakukan ber dasarkan
pertim bangan tertentu yang d ibuat oleh peneliti (Notoatmodjo, 2010) c.
Besar Sam pel Ber dasarkan perhitungan rumus besar sam pel menurut Lameshow, maka
diper oleh jumlah sam pel yang d igunakan dalam penelitian ini adalah 80 siswa dengan perincian
60 siswa dari daerah pantai (kecamatan Asem bagus) dan 20 siswa dari
daerah gunung (kecamatan Suk osari)
Identifika si Variabel
3.4
3.4.1 Variabel Bebas
:
kadar fluor
3.4.2 Variabel Terikat
:
karies gigi
Definisi Operasional
3.5
3.5.1 Karies gigi a.
Pengertian Karies gigi adalah kerusakan gigi yang terbatas pada jaringan gigi email terus ke dentin berupa seluruh pr oses karies gigi.
mulai dari
Gigi lubang karena
karies, gigi hilang karena karies, dan gigi ditam bal karena karies. b.
Metode pengukuran Pemeriksaan dilakukan dengan menginstruksikan kepada responden untuk mem buka mulut lalu dilakukan pemeriksaan dengan kaca mulut dan sonde
23
dimulai dari sisi kiri gigi posterior rahang bawah lalu ke anterior dan posterior kanan rahang bawah,
gigi posterior kanan rahang atas lalu ke anterior kiri
rahang atas dan ke posterior kanan rahang atas. c.
Alat Ukur Indeks DMF-T
3.5.2 Kadar fluor a.
Pengertian Jumlah fluor dalam ppm, yang terkandung di dalam air pada masing-masing daerah yang d igunakan.
b.
Metode Pengukuran Sam pel diam bil 10 ml, masing-masing diberikan Palint est F luoride No 1 Tablet s dan Palint est F luoride No 2 Tablet s diaduk sam pai hancur dan larut,
didiamkan 5 menit lalu dibaca. c.
Alat Ukur Palint est C omparat or
3.6
Alat dan Bahan
3.6.1 Alat a. Kaca mulut b.
Sonde
c. Deppen glass
d. Nierbekken e.
Pinset
f .
Escavator
g. Tem pat tam pon h. botol tem pat air
24
i.
Square Test Tubes, 13,5 mm,
10 ml (PT 521)
j. Palint est C omparat or (PT 520) k . Palint est C omparat or Disk C D 178 F luoride l.
Lem bar isian penderita untuk mencatat k ondisi giginya
m. Kuisioner
3.6.2 Bahan a. Alcohol b.
C ott on
pellet
c.
C ott on
roll
d. Tam pon e.
Air sumur
f . Palint est F luoride No 1 Tablet s
g. Palint est F luoride No 2 Tablet s
3.7
Prosedur Penelitian
3.7.1 Pemeriksaan Karies Pemeriksaan karies terlebih dahulu dilihat keadaan gigi geliginya dan karies klinis. Karies klinis dalam penelitian ini adalah suatu tingkatan dari karies gigi, jika
dilakukan pemeriksaan dengan sonde, sonde tersebut akan tersangkut pada kavitas yang terbentuk kemudian dicatat dan dilakukan penghitungan indeks DMF-T.
Cara pencatatan yang digunakan dalam penelitian ini : a. Decay (D) :
Gigi yang mem punyai satu atau lebih tanda karies yang tidak ditam bal tapi masih bisa ditam bal. D hanya dihitung satu walaupun pada gigi tersebut ditemukan beberapa karies gigi.
b. Mising (M) :
Gigi yang telah dicabut atau hancur sendiri karena karies atau harus dicabut karena karies.
25
c. F illing (F) :
Gigi yang mem punyai satu atau lebih tam balan yang masih baik .
Perhitungan DMF-T ber dasarkan pada 28 gigi per manen, adapun yang tidak dihitung adalah sebagai berikut : a.
Gigi Mo lar tiga.
b.
Gigi yang belum erupsi. Gigi disebut erupsi apabila ada bagian gigi yang menem bus gusi baik itu erupsi awal
(clinical emergence), erupsi sebagaian ( par t ial erupt ion),
maupun erupsi penuh ( full erupt ion). c.
Gigi yang tidak ada karena kelainan k ongenital dan gigi berlebih ( supernumerary t eet h)
d.
Gigi yang hilang bukan karena karies, seperti im paksi atau perawatan ortodontik .
e.
Gigi tiruan yang disebabkan trauma, estetik, dan jem batan.
f .
Gigi susu yang belum tanggal
(Suwar giani, 2008)
3.7.2 Pengam bilan Sam pel Air Sumur Pengam bilan sam pel untuk kadar fluor dilakukan dengan menggunakan alat elektr ode ion fluor di laboratorium. Pengam bilan air dapat dilakukan sebagai berikut : a.
Siapkan alat pengam bilan sam pel yang sesuai dengan keadaan sum ber air
b.
Alat-alat tersebut dibilas sebanyak tiga kali dengan sam pel air yang akan diam bil
c.
Lakukan pengam bilan sam pel sesuai dengan keperluan
d.
Jika pengam bilan sam pel dilakukan pada beberapa titik, maka vo lume sam pel dari beberapa titik harus sama. Wadah untuk pengam bilan sam pel sebaiknya digunakan yang baru. A pabila terpaksa menggunakan wadah bekas, wadah diperlakukan dengan perlakuan tertentu terlebih dahulu, yang d apat men jamin
26
bahwa wadah tersebut bebas dari pengaruh wadah sebelumnya.
Wadah atau
peralatan yang dapat bereaksi dengan lim bah cair harus dihindarkan, misalnya wadah atau peralatan yang terbuat dari log am yang dapat
mengalami k or osi
oleh air yang bersifat asam e.
Selan jutnya sam pel diperiksa di laboratorium d engan menggunakan Palint est C omparat or
(Effendi, 2003)
3.8
Data dan Sumber Data
Data karies gigi diper o leh dari pemeriksaan secara langsung pada sam pel dan dilakukan pencatatan indeks DMF-T pada pemeriksaan tersebut. Data kadar fluor dalam air diper oleh dari pengam bilan sam pel air sumur yang diperiksa di laboratorium.
3.9
Analisis Data
Pengu jian data dilakukan dengan u ji nor malitas Kemudian dilan jutkan dengan u ji beda Mann-Whit ney.
.
K olmogrov-S mirnov
27
3.10
Alu r Penelitian
60 siswa sam pel yang tinggal di daerah pantai (kecamatan Asem bagus)
20 siswa sam pel yang tinggal di daerah gunung (kecamatan Suk osari)
Pemeriksaan karies gigi dan pengam bilan air sumur
Pemeriksaan karies gigi dan pengam bilan air sumur
Data sk or DMF-T dan kadar Fluor
Data sk or DMF-T dan kadar Fluor
Analisis data Kesim pulan
28
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Penelitian dan Anali sa Data
4.1.1 Hasil Penelitian
Ber dasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diper oleh nilai rata-rata DMF-T dan kadar fluor sam pel pada masing-masing daerah yaitu Asem bagus dan Suk osari ditun jukkan pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil perhitungan rata-rata DMF-T dan kadar fluor pada siswa SMA di Kecamatan Asem bagus dan di Kecamatan Suk osari.
Daerah
Jumlah
DMF-T
Sam pel
R ata-rata DMF-T
R ata-rata Kadar Fluor
Asem bagus
60
68
1,13
1,32
Suk osari
20
45
2,25
1,31
Ber dasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa kedua daerah tersebut memilliki perbedaan rata-rata
DMF-T dan tidak ter dapat perbedaan untuk rata-rata kadar fluor .
R ata-rata DMF-T untuk daerah Asem bagus yaitu 1,31, lebih rendah dibandingkan dengan daerah Suk osari yaitu 2,25. Hasil rata-rata DMF-T ini dapat dikategorikan rata-rata
DMF-T untuk siswa SMA di Kecamatan Asem bagus sangat rendah dan
untuk siswa
SMA di Kecamatan Suk osari rendah. Diagram rata-rata DMF-T pada
daerah Asem bagus ( pantai) dengan Suk osari (gunung) dapat dilihat pada gam bar 4.1.
29
2.5
R e r a t a
2
1.5 pantai 1
D M F
gunung
0.5
0 kelompok
Gam bar 4.1 diagram nilai rata-rata DMF-T siswa SMA di Kecamatan Asem bagus (daerah Pantai) dan di Kecamatan Suk osari (Daerah Gunung)
4.1.2 Hasil Anali sis Data
Sebelum dilakukan u ji statistik Mann-Whit ney yang bertu juan untuk mengetahui apakah ada perbedaan karies gigi dan kadar fluor antara siswa SMA di Kecamatan
Asem bagus dengan di Kecamatan Suk osari, terlebih dahulu dilakukan u ji
nor malitas
dengan menggunakan u ji
K olmogrov-S mirnov.
Hasil u ji nor malitas
dengan menggunakan u ji kolmogrov-S mirnov dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini : Tabel 4.2 hasil u ji kolmogrov-S mirnov Z . terhadap indeks DMF-T dan kadar F. N
Sig.
Sk or DMF-T
80
.000
Kadar F
80
.010
Ber dasarkan tabel 4.2, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pada sk or DMFT adalah 0,000 ( p<0,05). Hal ini menyatakan bahwa data sk or DMF-T tidak
30
ber distribusi nor mal.
Hasil analisa kadar fluor menun jukkan nilai signifikansi 0,010
( p<0,05) yang dapat diartikan bahwa data kadar fluor juga tidak ber distribusi nor mal. Setelah diketahui data tidak ber distribusi nor mal, maka untuk mem buktikan asumsi adanya perbedaan terhadap kedua kelom pok ini dilan jutkan dengan u ji beda non-parametrik yaitu u ji Mann-Whit ney.
Hasil u ji beda dengan menggunakan u ji
Mann-Whit ney dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3 hasil u ji beda Mann-Whit ney sk or DMF-T dan kadar f luor antara kelom pok pantai dengan kelom pok gunung
N
Sig.
Sk or DMF-T
80
.020
Kadar F
80
.293
Ber dasarkan hasil u ji Mann-Whit ney pada nilai DMF-T menun jukkan nilai signifikansi yaitu 0,020 ( p<0,05) yang berarti ter dapat perbedaan antara sk or DMF-T siswa
SMA di Kecamatan Asem bagus dengan sk or DMF-T siswa SMA di
Kecamatan
Suk osari. Nilai signifikansi kadar fluor yaitu 0,293 ( p>0,05), nilai
tersebut menyatakan bahwa tidak ada beda untuk kadar fluor air sumur siswa SMA di Kecamatan Asem bagus dan di Kecamatan Suk osari.
4.2
Pembahasan
Karies ter jadinya
gigi adalah penyakit jaringan keras gigi yang ditandai dengan
mineralisasi bagian anor ganik dan demineralisasi substansi or ganik . Karies
dapat ter jadi pada setiap gigi yang erupsi, pada setiap orang tanpa memandang umur, jenis kelamin, bangsa, maupun status ek onomi (Prayitno, 2008). Karies ini disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Hal ini ditandai adanya demineralisasi jaringan keras yang kemudian diikuti o leh kerusakan bahan or ganiknya.
Akibatnya, ter jadi invasi bakteri dan kematian pulpa
31
serta penyebaran infeksi ke jaringan periapeks yang dapat
menyebabkan nyeri (Kidd
& Bechal, 1992). Ber dasarkan data yang d iper o leh, ter dapat perbedaan nilai rata-rata DMF-T d i daerah Asem bagus dengan daerah Suk osari. Data yang diper oleh menun jukkan bahwa nilai
DMF-T siswa di Kecamatan Asem bagus lebih rendah dari pada d i
Kecamatan Suk osari. P ada penelitian ini juga dilakukan pengukuran kadar fluor pada air sumur siswa sam pel. perbedaan pada
Hasil pengukuran kadar fluor menun jukkan tidak ada
masing-masing daerah. Tidak adanya perbedaan ini dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor . Hal ini didukung dengan pernyataan Azwar (2005) bahwa kandungan fluor pada air tanah
di tiap tem pat berbeda, hal ini dapat
dipengaruhi iklim, tem peratur dan kelem baban di daerah tersebut serta jarak dengan laut . Selain itu, kadar fluor dipengaruhi o leh kadar flour dalam tanah, gas dan debu fluor yang d ihasilkan dari alam dan lim bah industri.
Pengukuran kadar fluor menggunakan air yang berasal dari air tanah yaitu air sumur . Pada setiap te m pat pengam bilan air sumur memiliki k ondisi lingkungan fisik
dan k om ponen mineral dalam tanah yang berbeda, hal ini yang mem pengaruhi distribusi kadar fluor . Kadar fluor di daerah Asem bagus dapat dipengaruhi langsung oleh letak geografisnya yang d ekat dengan laut, sehingga rem besan air laut ke dalam tanah dapat
mem pengaruhi langsung terhadap kandungan fluor dalam air sumur d i
daerah tersebut. Sedangkan kadar fluor di daerah gunung yang dalam penelitian ini adalah di kecamatan Suk osari yang berada di lereng gunung i jen dapat dipengaruhi
oleh banyak faktor . Gunung i jen merupakan gunung berapi yang masih aktif . K om posisi
mineral dalam tanah di daerah gunung i jen dipengaruhi o leh k om ponen
material dalam gunung tersebut. Saat gunung berapi meletus salah satu k om ponen material yang keluar dari gunung adalah fluor dalam bentuk gas fluor (F2) dan hydr ogen Fluorida
(HF). Kedua bentuk fluor ini dapat mencemari lingkungan untuk
waktu yang lama setelah letusan
(S inuha ji, 2011). Hal ini diduga dapat
mem pengaruhi kadar fluor dalam tanah sehingga dapat mem pengaruhi air sumur yang berada di wilayah gunung berapi tersebut.
32
Nilai rata-rata DMF-T siswa SMA di Kecamatan Asem bagus yaitu 1,13 dan di Kecamatan Suk osari yaitu 2,25. Perbedaan nilai rata-rata DMF-T ini dapat dipengaruhi banyak faktor . Selain fluor yang merupakan faktor risik o dari karies, faktor perilaku juga
dapat mem pengaruhi karies gigi (Pintauli, 2007). Hal ini
didukung pula dengan pernyataan Budisuari (2010) bahwa adanya hubungan antara dengan perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Perilaku yang
karies
dimaksud yaitu perilaku hygiene dan perilaku k onsumsi. Perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003). Status kesehatan gigi dan mulut seseorang atau masyarakat dipengaruhi o leh em pat fakt or penting yaitu keturunan, lingkungan (fisik perilaku, dan pelayanan kesehatan.
maupun sosial budaya),
Dari keem pat faktor tersebut, perilaku memegang
peranan yang penting d alam mem pengaruhi status kesehatan gigi dan
mulut. P erilaku
merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mem pengaruhi kesehatan individu, kelom pok, atau
masyarakat (Blum 1974 dalam Notoatmodjo
2007). Karies
gigi dapat disebabkan karena perilaku menyikat gigi, po la kebiasaan
makan yang salah, dan beberapa perilaku seperti masyarakat lebih menyukai ja janan manis, kurang berserat, dan mudah lengket, adanya persepsi masyarakat yang menyatakan bahwa penyakit gigi tidak menyebabkan kematian sehingga masyarakat kurang kepeduliannya untuk men jaga kesehatan gigi dan
mulutnya (Budisuari, 2010).
Pada penelitian ini, peneliti tidak meneliti langsung adanya faktor lain selain fluor yang d apat
mem pengaruhi karies. Namun, kemungkinan adanya beberapa faktor lain
yang mem pengaruhi ke jadian karies pada sam pel, diantaranya adalah faktor perilaku.
Perilaku kesehatan gigi dan mulut yang positif salah satunya adalah, kebiasaan tidak
menyikat gigi. Sebaliknya, perilaku kesehatan gigi yang negatif misalnya,
menyikat gigi secara teratur maka k ondisi kesehatan gigi dan mulut akan
menurun dengan dam pak antara lain gigi mudah berlubang (Warni, 2009). Kemam puan
menyikat gigi secara baik dan benar merupakan faktor yang cukup
33
penting untuk pemeliharaan kesehatan kesehatan gigi dan
gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan
mulut dengan menyikat gigi dapat dipengaruhi o leh frekuensi dan
waktu penyikatan yang tepat, serta faktor penggunaan alat
dan metode penyikatan
gigi (Wendari, 2001). Adanya faktor perilaku hygiene yang dapat mem pengaruhi karies, yang dalam hal ini
merupakan perilaku menyikat gigi, peneliti menduga hal tersebut yang
mem pengaruhi ke jadian karies pada sam pel. Sam pel di Kecamatan Suk osari menun jukkan rata-rata DMF-T yang lebih tinggi dari pada di Kecamatan Asem bagus. Ber dasarkan pengamatan awal peneliti, Kecamatan Suk osari memiliki akses yang cukup susah, jauh
dari k ota, dan merupakan daerah yang sepi. Peneliti menduga
bahwa sam pel di daerah tersebut kesehatan gigi dan
memiliki pengetahuan yang lebih rendah tentang
mulut sehingga kemungkinan mereka memiliki perilaku menyikat
gigi yang kurang baik . Hal ini didukung o leh pernyataan Sari (2007) bahwa pengetahuan seseorang tentang kesehatan
gigi dan mulut mem pengaruhi perilaku
pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut individu tersebut.
Selain faktor perilaku menyikat gigi, po la kebiasaan makan yang salah dapat mem pengaruhi ter jadinya karies. Sehubungan dengan diet makanan yang dapat memicu ter jadinya karies, tindakan pencegahan karies lebih tinggi dapat ditekankan pada pengurangan k onsumsi dan pengendalian frekuensi asupan gula yang tinggi. Hal ini dapat dilaksanakan dengan cara nasihat diet dan bahan pengganti gula
(Angela,
2005). Pada penelitian ini kemungkinan faktor perilaku k onsumsi sam pel juga mem pengaruhi ke jadian karies. Sam pel pada penelitian ini yang merupakan siswa SMA, kemungkinan memiliki po la k onsumsi yang kurang baik, terlebih ketika berada di sek olah. Siswa ketika berada di sek o lah cenderung mem beli makanan di luar . Biasanya ja janan yang di jual di kantin sek o lah adalah makanan yang menarik . Umumnya jenis makanan yang mem punyai tam pilan menarik adalah makanan yang banyak mengandung g ula. H al ini sesuai dengan pernyataan Moynihan (2001) bahwa
gula berfungsi sebagai pe manis, bahan pengawet, serta mem berikan bau yang harum.
34
Hal ini akan menim bulkan daya tarik baik rasa, bau, maupun bentuk makanan tersebut, sehingga ada kecenderungan orang untuk memilih
makanan yang ber gula.
Gula merupakan media yang baik untuk perkem bangan bakteri r ongga mulut. Oleh karena itu, fakt or perilaku k onsumsi sam pel kemungkinan juga
mem pengaruhi
ter jadinya karies gigi.
Dengan adanya dugaan pengaruh faktor perilaku responden dalam men jaga kesehatan
gigi dan mulut, maka dapat dilakukan beberapa upaya yang dapat
meningkatkan dera jat kesehatan gigi dan mulut. U paya tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan cara mem berikan stimulus lebih kepada responden berupa pem berian inf or masi-inf or masi yang akan
dan mulut mereka serta pem binaan sikap.
meningkatkan pengetahuan kesehatan gig i
35
BAB 5. KESIMPULAN DAN SA R AN
5.1
Kesimpulan
Ber dasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diam bil kesim pulan sebagai berikut :
5.1.1 R ata-rata DMF-T siswa SMA di Kecamatan Asem bagus adalah 1,13 dan di Kecamatan Suk osari adalah 2,25.
5.1.2 R ata-rata kadar fluor siswa SMA di Kecamatan Asem bagus adalah 1,32 dan di Kecamatan Suk osari adalah 1,31. 5.1.3 Ter dapat perbedaan rata-rata DMF-T antara siswa SMA di Kecamatan Asem bagus dengan di Kecamatan Suk osari. 5.1.4 Tidak ter dapat perbedaan rata-rata kadar fluor air sumur siswa SMA d i Kecamatan Asem bagus dan di Kecamatan Suk osari.
5.2
5.2.1
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lan jut mengenai perbedaan indeks DMF-T d i daerah pantai dan gunung ber dasarkan faktor-fakt or lain yang dapat mem pengaruhi ter jadinya karies gigi selain fluor .
5.2.2
Perlu dilakukan penelitian lebih lan jut dengan mem perbanyak sam pel sehingga
dapat mengurangi data yang bias dan dapat diper oleh data
perbedaan indeks DMF-T yang lebih jelas.
5.2.3
Perlu dilakukan penelitian lebih lan jut di daerah yang berbeda untuk mengetahui lebih jelas mengenai distribusi fluor di dalam tanah.
5.2.4
Perlunya peningkatan perawatan terhadap kesehatan r ongga mulut pada responden.
36
DAFTAR PUSTAKA
Buk u Arikunto, Suharsimi.
2010. Met odologi Penelit ian. Jakarta : R ineka Cipta Azwar, Azrul. 1995. Pengant ar Ilmu K esehat an Lingkungan. Jakarta: P.T Mutiara Sum ber Widya. Badan Pusat Statistik Situbondo. 2010. K ecamnat an Asembagus dalam Angka 2010. Situbondo : Badan Pusat Statistik Badan Pusat Statistik Bondowoso. 2010. K ecamat an S ukosari dalam Angka 2010. Bondowoso : Badan Pusat Statistik Baum, L., Phillips, R.W., & L und, M.R. 1995. Buku Ajar Ilmu K onservasi Gigi.Alih Bahasa R asinta Tarigan. 1997. Jakarta: EGC Besf or d, John. 1996. Mengenal Gigi Anda Pet unjuk Bagi Orang Tua. Jakarta : ARCAN Budiharto. 2010. Pengant ar ilmu perilaku kesehat an dan pendidikan kesehat an gigi. Jakarta: EGC. Chemiawan E, R iyanti E, Tjahyaningrum SN. 2004. Prevalensi nursing mout h caries pada anak 15-60 bulan berdasarkan frekuensi penyikat an gigi di posyandu Desa C ileunyi Wet an K ecamat an C ileunyi K abupat en Bandung . Bandung : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padja jaran.
Efendi, H. 2003. Telaah K ualit as Air . Yogyakarta: Kanisius. Jem ber University Press. 2010. Pedoman Penulisan K arya Ilmiah, Edisi ket iga. Jem ber: Jem ber University Press. Kidd, E.A.M. & Bechal, J.S. 1987. Dasar-dasar K aries Penyakit dan Penanggulangannya. Alih bahasa o leh Narlan Sumawinata dan Safrida Faruk . 1992. Jakarta : EGC. Lameshow, S., Hosmes, D.W., Klar, J., & Lwanga, S.K . 1990. Besar S ampel dalam Penelit ian. Alih bahasa o leh Dibyo Pramono. 1997. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Met odologi Penelit ian K esehat an. Jakarta : R ineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi K esehat an dan Ilmu Perilaku. Jakarta : R ineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu K esehat an Masyarakat . Jakarta : R ineka Cipta
37
Notoatmodjo, Soekidjo. 1993. Pengant ar Pendidikan K esehat an dan Ilmu Perilaku K esehat an. Yogyakarta : Andi O ffset Pan jaitan Monang. 1995. Ilmu pencegahan karies gigi. Medan: USU Press. PERSAGI. 2009. Pelengkap K esehat an K eluarga. Jakarta : K om pas Media Nusantara Pine, C.M.1997. C ommunit y Oral Heal th . Great Britain. : Wright. Pintauli S, Hamada T. 2008. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan : USU Press. Putri, M.H., Heri julianti, E., & Nur janna j, N. 2011. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan K eras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : EGC. R iwidik do, Handok o. 2008. St at ist ik K esehat an. Yogyakarta Mitra Cendikia Press. Schuurs, A.H.B. 1993. Pat ologi Gigi Geligi. Yogyakarta: UGM Press Sihite, Horas Jhon Piter . 2005. F act or-fak t or yang Berhubungan dengan K aries Gigi S ulung dan St rat egi Penanggulangannya Pada Anak-anak di K epulauan Riau. Medan : Universitas Sumatra Utara.
K abupat en
Soedarto. 1996. Penyakit -Penyakit Infeksi di Indonesia. Jakarta : Widya Medika Sari, Sheizi Prista. 2007. Hubungan F ak t or Predisposisi Dengan Perilaku Personal Higiene Anak Jalanan Bimbingan Rumah S inggah YM S Bandung . Bandung : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padja jaran. Suwelo, Ismu Suharsono. 1993. Pemberian Tablet F luor unt uk Pencegahan K aries Gigi Berdasarkan K adar fluoride dan Prevalensi K aries Gigi di Indonesia. Jakarta : EGC.
Tarigan R asinta. 1995. K aries Gigi. Jakarta : Hipokrates. Warni L. 2009 Hubungan perilaku murid S D kelas Vdan VI pada kesehat an gigi dan mulut t erhadap st at us karies gigi di wilayah K ecamat an Deli Tua K abupat en Deli S erdang t ahun 2009. Tesis. Medan : Pr og ram Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Wendari, S. 2001. Peran kebersihan rongga mulut pada pencegahan karies dan penyakit periodont al . Surabaya : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Whaley dan Wongs. 1995. C hildren¶s Nursing . Barcelona : Mosby Yani, R istya Widi Endah. 2005. F luor dan K esehat an Gigi Mulut. Diktat. Jem ber : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jem ber
38
Jurnal
Angela, A. 2005. Pencegahan Primer pada Anak yang Berisiko Tinggi. Ma j. Ked. Gigi. (Dend.J.)38 (3) Budisuari, Made Asri. Oktarina. M. Agus Mikra jab. 2010. Hubungan Pola Makan dan K ebiasaan Menyikat Gigi dengan K esehat an Gigi dan Mulut ( K aries) di Indonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vo l.13. No. 1.
Hamrun, N., R athi, M. 2009. Perbandingan St at us Gizi dan K aries Gigi Pada Murid S D Islam At hirah dan S D Bangkala III Makasar . Dentofasial Vo l.8 No. 1. Moynihan P, Petersen PE. 2001. Diet , nut rit ion and t he prevent ion of dent al disease. Public Health Nutrition; 7(1A) Pintauli, S. & Silitonga, H.E. 2007. Pengukuran Resiko K aries. Dentika Dental Journal 12 (1). Prayitno, Adi. 2008. K elainan Gigi dan Jaringan Pendukung Gigi yang S ering Dit emui. CDK 166/vo l.35 no.7 Internet
Anonim.
2010. http://jurnalbesuki. com/index. php?o ption=com_ content&task= view&id=3621&Ite mid=49 [diakses 20 A pril 2011] Depkes. 2000. http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/6991/ 1/10E00144. pdf [diakses 2 Mei 2011] Sinuha ji. 2011. http://repository.usu.ac.id/ bitstream/123456789/24459/ 4/Chapter %20II. pdf [diakses 20 Januari 2012] Suwar giani, A.A. 2008. Indeks def-t dan DM F -T Masyarakat Desa C ipondoh dan Desa Mekarsari K ecamat an Tir t amulya K abupat en K arawang . http://resources.unpad.ac. id/unpad-content/upload/ publikasi _dosen/ masyarakat%20Desa%20%Cipondoh.PDF. [7 Maret 2010]
Zelvya P.R. 2003. Kesehatan Gigi dan Mulut. htt p://bet a.t nial .mil .id/cakrad_cet ak [diakses 14 Mei 2011]
39
LAMPIR AN A. Penghitungan Besar Sampel
Penghitungan besar sam pel menggunakan rumus besar sam pel untuk u ji hipotesis beda 2 pr o porsi (Lameshow et al,. 1990 dikutip Ariawan, 1998).
{Z 1-/2¥2P(1-P) + Z1- ¥P1(1-P1)+P2(1-P2)}2 n =
(P1-P2) 2 Keterangan : n
= besar sam pel
P1
= pr o porsi ke jadian pada salah satu partisipasi pada kelom pok tertentu (kelom pok sam pel yang tinggal di daerah pantai = 35%)
P2
= pr o porsi ke jadian pada salah satu partisipasi pada kelom pok tertentu (kelom pok sam pel yang tinggal di daerah gunung = 78%)
P
=
rata-rata P1 dan P2
Z 1-/2
=
Nilai Z pada dera jat kemaknaan (95% = 1,96)
Z1-
=
nilai Z pada kekuatan u ji power (95% =
1,64)
Perhitungan : P
=
(P1+P2)/2
=
(0,35 + 0,78) / 2
=
0,565
{1,96¥ 2 x 0,565 x (1-0,565) + 1,64 ¥ 0,35 x (1-0,35) + 0,78 x (1-0,78)}2 n =
(0,35 ± 0,78) 2
40
31
=
Jadi, dibutuhkan sam pel sebesar 31 siswa yang diam bil dari masing-masing daerah. Dari hasil perhitungan diper oleh jumlah total sam pel sebesar 62 siswa, pengam bilan sam pel untuk
masing-masing sek olah dihitung ber dasarkan estimasi
pr o porsional dengan menggunakan rumus :
Nx
nx =
x
n
N Keterangan :
N
=
jumlah po pulasi
Nx = jumlah subpo pulasi n
=
jumlah sam pel
nx
=
jumlah subsam pel
(Arikunto, 2010) Perhitungan : 1. SMAN 1 Asem bagus (daerah pantai) n1 =
625 x 62 854
n1 =
45
2. SMAN 1 Suk osari (daerah gunung) n2 =
229 x 62 854
n2 =
17
Jadi, jumlah sam pel yang digunakan di daerah pantai yaitu sebanyak 45 siswa dan di daerah gunung sebanyak 17 siswa.
41
LAMPIR AN B. Data Penguk uran Indek s DMF-T dan kadar Fluor B.1 Hasil Sk or DMF-T dan Kadar Fluor SMA Negeri 1 A sembagus Kabupaten Situbondo JENIS NO
NAMA
KELAS
KELAMIN
ALAMAT
KADAR
SKOR
F
DMF
1
0
1
Irfan Masyhudi
X-1
L
Trigonco
2
Nazril Aiga
X-1
P
Asembagus
1.1
0
3
Atika Ambar Aprilia
X-2
P
Asembagus
1.2
2
4
Sindy Ariesta T. A.
X-2
P
Asembagus
1.4
0
5
Rika
X-2
P
perante
1.2
1
6
Aida Susanti
X-2
P
Asembagus
1.5
0
7
A. Rosiadi
X-2
L
Trigonco
1.2
0
8
Asriyanti
X-2
P
Kedunglo
1.5
0
9
Siska Nurul H.
X-3
P
perante
1.3
0
10
Uswatun Hasanah
X-3
P
Mojosari
1.5
0
11
Martina Dayu
X-3
P
Trigonco
1.3
0
12
Retno Leo Saputra
X-3
L
perante
1.3
0
13
Noky Reza Epastio
X-3
L
perante
1.5
0
14
Yuny Multiyaningsih
X-3
P
Trigonco
1.2
0
15
Nadim Fahad
X-3
L
Trigonco
1.4
0
16
Sofiyatul Ulya
X-3
P
perante
1.4
0
17
Nur Laely
X-3
P
Trigonco
1.5
0
18
Moh. Eko Baruna p.
X-3
L
Trigonco
1.5
0
19
Alfinas Riadi
X-3
L
Asembagus
1.4
0
20
Ahmad Yafi
X-3
L
Kertosari
1.3
0
21
Inka Surya
XI IPA 1
P
Trigonco
1.5
0
22
Razak Syaiful
XI IPA 1
L
Wringinanom
1
3
23
Rois Ma'ruf
XI IPA 1
L
Awar-awar
1.4
6
24
Rizqiyatul Kamilah
XI IPA 1
P
Perante
0.8
0
25
M. Ridwan
XI IPA 1
L
perante
1.2
4
26
A. Ichsanul
XI IPA 1
L
Trigonco
1.1
0
27
Rofikatul Jannah
XI IPA 2
P
Mojosari
1.2
8
28
Helmi Agustiyani
XI IPA 2
P
Mojosari
1.3
6
29
Hanani
XI IPA 2
P
Bantal
1.1
0
30
Alkuratul Ainiyah
XI IPS 1
P
Asembagus
1.2
3
31
Rusmiyati
XI IPS 1
P
Awar-awar
1.5
0
32
Indra Zean
XI IPS 1
L
Awar-awar
1.5
2
42
33
Avin Puji Susanti
XI IPS 2
P
perante
1.4
0
34
A. Sulihen
XI IPS 2
L
Bantal
1.4
2
35
Alfina Lailatul M.
XI IPS 2
P
perante
1.4
2
36
Tristiyanti
XI IPS 2
P
Gudang
1.5
0
37
Ummu Asizie
XI IPS 2
P
Asembagus
1
0
38
Puji Adi Irawan
XI IPS 2
L
Asembagus
1.4
0
39
Dwi Wike Yulianti
XI IPS 3
P
Asembagus
1.5
0
40
Fadli Dwi Miyanto
XI IPS 3
L
Gudang
1.4
0
41
Yoni Arisandi
XII IPA 1
L
Trigonco
1
0
42
Anik Zainurrifah
XII IPA 1
P
Asembagus
1.3
2
43
Uslifatur R.
XII IPA 1
P
Gudang
1.3
0
44
Fitri Ayu
XII IPA 1
P
perante
1.2
0
45
Emilia M.
XII IPA 1
P
Awar-awar
1.4
0
46
Fitria
XII IPA 1
P
Gudang
1.2
6
47
Fani Firmansyah
XII IPA 1
L
Awar-awar
1.4
3
48
Fengki Faradillah
XII IPA 1
L
Asembagus
0.8
7
49
Edo A. A.
XII IPA 1
L
Trigonco
1.2
6
50
Abdul Wasik
XII IPA 3
L
Kertosari
1.5
2
51
Ifdzatul Jannah
XII IPA 3
P
Gudang
1.5
0
52
Lukman Hidayatus S.
XII IPA 3
L
Asembagus
1.4
2
53
Yuli Mujiono
XII IPS 2
L
Gudang
1.5
0
54
Iskandar Dzulkarnain
XII IPS 2
L
perante
1.4
0
55
Ricky Triandana A.
XII IPS 2
L
Awar-awar
1.5
0
56
Budi Iswanto
XII IPS 2
L
Awar-awar
1.5
0
57
Fatnoi Hidayat
XII IPS 2
L
Kertosari
1.5
0
58
Misjan
XII IPS 3
L
Bantal
1.2
1
59
Hadian Rifqy
XII IPS 3
L
perante
1.4
0
60
Widya Wahyu
XII IPS 3
P
Asembagus
1.5
0
43
B.2 Hasil Sk or DMF-T dan Kadar Fluor SMA Negeri 1 S uk osari Kabupaten Bondowoso JENIS NO
NAMA
KELAS
KELAMIN
ALAMAT
KADAR
SKOR
F
DMF
1
Qudratul Hasanah
X
P
Sumber Wringin
1.4
8
2
Rifki Agus Pradana
X
L
Sumber Wringin
1.3
0
3
Yuda Fatmawati
X
P
Sukosari
1.5
0
4
M. Rosidi
X
L
Sempol
1.4
0
5
Febriyanto
XI IPA
L
Sukosari
1.4
0
6
Adi Yuliantoro
XI IPA
L
Sumber Wringin
1.2
2
7
Emilia Imzatul Z.
XI IPA
P
Sumber Wringin
1.2
2
8
Ifrahatul kamilah
XI IPA
P
Sumber Wringin
1.3
6
9
Ardhiyansyah
XII IPA
L
Sukosari
1.3
0
10
Uswatun hasanah
XII IPA
P
Sumber Wringin
1.4
0
11
Shinta Rusmalia D.
XII IPA
P
Sumber Wringin
1.2
3
12
Moh. Hariyanto
XII IPA
L
Sumber Wringin
1.3
0
13
Rafika Dwi H.
XII IPA
P
Sumber Wringin
1.2
2
14
Rena Kurnia
XII IPA
P
Sumber Wringin
1.4
3
15
Devi Yulianti
XII IPA
P
Sumber Wringin
1.3
4
16
Ing Kukuh
XII IPA
L
Sumber Wringin
1.3
3
17
Yusman Effendi
XII IPS
P
Sumber Wringin
1.2
6
18
Hendrik Desi S.
XII IPS
L
Sumber Wringin
1.3
0
19
Farida
XII IPS
P
Sumber Wringin
1.3
2
20
Eka Nur F.
XII IPS
P
Sumber Wringin
1.3
4
44
LAMPIR AN C. Analisis Data Penelitian C.1 U ji Normalitas Kolmogrov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Normal Parameters a,b
ean
.
Std. Deviation Most Extreme Differences
.
.
.
Absolute
.
.
os ve
.
.
ega ve
-.
-.
Kolmogorov-Smirnov Z
.
.
Asymp. Sig. (2-tailed)
.
.
. es .
s r u on s
acua e
orma .
rom a a.
C.2 U ji Homogenita s Levene Test of Homogeneity of Variances Levene Kadar F Skor DMF-T
12.179 .
1
78
. .001 .
45
C.3 U ji Beda Mann-Whitney Kadar Fluor Ranks
Kadar F
Bondowoso
.
.
u on o
.
.
oa Test Statisticsa
Mann-Whitney U
.
Wilcoxon W
.
Z
- .
Asymp. Sig. (2-tailed) a.
roup ng
.
ar a e: o as
C.4 U ji Beda Mann-Whitney Sk or DMF Ranks
Skor DMF-T
on owoso
.
.
u on o
.
.
Total Test Statisticsa 417.000
Mann-Whitney U Wilcoxon W
.
Z
-2.322
Asymp. Sig. (2-tailed) a.
roup ng
ar a e: o as
.020
46
LAMPIR AN D. I nformed Consent D.1 Surat Pernyataan Persetujuan Mengik uti Penelitian untuk SMA di keca matan Asembagus
Surat Pernyataan Persetujuan Mengik uti Penelitian (Inf ormed consent)
Penelitian yang dilakukan o leh : Nama
:
Ita Musta¶inah
NIM
:
081610101032
Fakultas
:
Kedokteran Gigi
Judul penelitian
:
PERBEDAAN K ARIES GIGI DAN K ADAR FLUOR PADA SISWA SMA DI K ECAMATAN ASEMBAGUS (DAERAH PANTAI) DAN DI K ECAMATAN SUOSARI (DAERAH GUNUNG)
Lokasi penelitian
:
SMA N 1 Asem bagus dan SMA N 1 Suk osari
Akan melakukan wawancara ( pengisian kuesioner ), pemeriksaan karies gigi pada siswa
SMA N 1 Asem bagus Kabupaten Situbondo serta pengukuran kadar Fluor air
sumur di rumah.
Tu juan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan karies gigi ber dasarkan kadar fluor di daerah pantai dengan daerah gunung.
Setelah mendapat pen jelasan dan memahami sepenuhnya tentang penelitian tersebut, kami
menyatakan bersedia dan mengi jinkan secara sukarela siswa kami sebagaimana
tersebut dibawah ini sebagai subyek penelitian.
Situbondo, Mengetahui Kepala SMA N 1 Asem bagus
47
D.2 Surat Pernyataan Persetujuan Mengik uti Penelitian untuk sampel di SMA N 1 Asembagus
Surat Persetujuan (Inf ormed consent)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Umur Jenis Kelamin Kelas Sek olah Alamat
: : : : : :
Menyatakan bersedia untuk men jadi subyek penelitian dari : Nama
:
Ita Musta¶inah
NIM
:
081610101032
Fakultas
:
Kedokteran Gigi
Judul penelitian
:
PERBEDAAN K ARIES GIGI DAN K ADAR FLUOR PADA SISWA SMA DI K ECAMATAN ASEMBAGUS (DAERAH PANTAI) DAN DI K ECAMATAN SUOSARI (DAERAH GUNUNG)
Lokasi penelitian
:
SMA N 1 Asem bagus dan SMA N 1 Suk osari
Tu juan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan karies gigi ber dasarkan kadar fluor di
daerah pantai dan daerah gunung. Selan jutnya akan
dilakukan wawancara ( pengisian kuesioner ) dan pemeriksaan karies gigi serta pengukuran kadar fluor air sumur di rumah.
Situbondo, Subyek penelitian
48
D.3 Surat Pernyataan Persetujuan Mengik uti Penelitian untuk SMA di keca matan Suk osari
Surat Pernyataan Persetujuan Mengik uti Penelitian (Inf ormed consent)
Penelitian yang dilakukan o leh : Nama
:
Ita Musta¶inah
NIM
:
081610101032
Fakultas
:
Kedokteran Gigi
Judul penelitian
:
PERBEDAAN K ARIES GIGI DAN K ADAR FLUOR PADA SISWA SMA DI K ECAMATAN ASEMBAGUS (DAERAH PANTAI) DAN DI K ECAMATAN SUOSARI (DAERAH GUNUNG)
Lokasi penelitian
:
SMA N 1 Asem bagus dan SMA N 1 Suk osari
Akan melakukan wawancara ( pengisian kuesioner ), pemeriksaan karies gigi pada siswa
SMA N 1 Suk osari Kabupaten Bondowoso serta pengukuran kadar Fluor air
sumur di rumah.
Tu juan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan karies gigi ber dasarkan kadar fluor di daerah pantai dan daerah gunung.
Setelah mendapat pen jelasan dan memahami sepenuhnya tentang penelitian tersebut, kami
menyatakan bersedia dan mengi jinkan secara sukarela siswa kami sebagaimana
tersebut dibawah ini sebagai subyek penelitian.
Bondowoso, Mengetahui Kepala SMA N 1 S uk osari
49
D.4 Surat Pernyataan Persetujuan Mengik uti Penelitian untuk sampel di SMA N 1 Suk osari
Surat Persetujuan (Inf ormed consent)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Umur Jenis Kelamin Kelas Sek olah Alamat
: : : : : :
Menyatakan bersedia untuk men jadi subyek penelitian dari : Nama
:
Ita Musta¶inah
NIM
:
081610101032
Fakultas
:
Kedokteran Gigi
Judul penelitian
:
PERBEDAAN K ARIES GIGI DAN K ADAR FLUOR PADA SISWA SMA DI K ECAMATAN ASEMBAGUS (DAERAH PANTAI) DAN DI K ECAMATAN SUOSARI (DAERAH GUNUNG)
Lokasi penelitian
:
SMA N 1 Asem bagus dan SMA N 1 Suk osari
Tu juan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan karies gigi ber dasarkan kadar fluor di
daerah pantai dan daerah gunung. Selan jutnya akan
dilakukan wawancara ( pengisian kuesioner ) dan pemeriksaan karies gigi serta pengukuran kadar fluor air sumur di rumah.
Bondowoso, Subyek penelitian
50
LAMPIR AN E. K uesioner Penggunaan Air Sumur E.1 K uesioner Penggunaan Air Sumur Siswa SMA N 1 Asembagus
KUESIONER PENGGUNAAN AIR SMA N 1 ASEMBAGUS
: Nama : tahun Umur Jenis Kela min : L / P Kelas
:
Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan anda ! 1. Dimana anda bertem pat tinggal? a. Kecamatan Asem bagus b. Kecamatan lain, «.. Jika jawaban nomor 1 di Kecamatan Asembagus, lan jut ke pertanyaanpertanyaan berik utnya. 2. A pa nama desa tem pat anda tinggal? a. Desa Asem bagus b. Desa lain*, «.. 3. Untuk keperluan mandi dan cuci anda menggunakan air « a. PDAM b. Sumur gali lubang c. Sumur pom pa tangan d. Lain-lain*,«. 4. Untuk keperluan minum anda menggunakan air « a. PDAM b. Sumur gali lubang c. Sumur gali tangan d. lain-lain*, «.. (*) jika men jawab lain-lain ,maka tuliskan jawabannya.
51
E.2 K uesioner Penggunaan Air Sumur Siswa SMA N 1 Suk osari
KUESIONER PENGGUNAAN AIR SMA N 1 SUKOSAR I
Nama : Umur : tahun Jenis Kela min : L / P Kelas
:
Pilihlah salah satu jawaban yang sesuai dengan anda ! 1. Dimana anda bertem pat tinggal? a. Kecamatan Suk osari b. Kecamatan lain, «.. Jika jawaban nomor 1 di Kecamatan Suk osari, lan jut ke pertanyaanpertanyaan berik utnya. 2. A pa nama desa tem pat anda tinggal? a. Desa Suk osari lor b. Desa lain*, «.. 3. Untuk keperluan mandi dan cuci anda menggunakan air « a. PDAM b. Sumur gali lubang c. Sumur pom pa tangan d. Lain-lain*,«. 4. Untuk keperluan minum anda menggunakan air « a. PDAM b. Sumur gali lubang c. Sumur pom pa tangan d. lain-lain*, «.. (*) jika men jawab lain-lain ,maka tuliskan jawabannya.
52
LAMPIR AN F. Lembar Pencatatan Karie s Gigi pada Sampel
LEMBAR ISIAN KONDISI GIGI SAMPEL
DMF-T Nama : Umur : Jenis Kelamin
:
7
6
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
6
7
7
6
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
6
7
D : DMF-T :
M :
F :
53
LAMPIR AN G. Foto Penelitian G.1 Gambar Pemerik saan Karies Gigi
Catatan : pemeriksaan karies gigi dimulai dengan pencatatan identitas sam pel pada lem bar pemeriksaan. G.2 Gambar Pemerik saan Karies Gigi
Catatan : pemeriksaan karies gigi dengan melihat keadaan r ongga mulut sam pel.
54
G.3 Gambar Karies Gigi
Catatan : karies gigi caninus kanan atas pada sam pel G.4 Gambar Karies Gigi
Catatan : karies gigi molar pertama kiri bawah pada sam pel