1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita menyadari bahwa mata pelajaran matematika masih dianggap paling sulit oleh para siswa. Hal ini terbukti dengan banyaknya siswa yang tidak senang terhadap mata pelajaran matematika. Akibatnya rendahnya nilai matematika ujian nasional baik siswa SD, SMP, maupun SMA. Sehingga banyak siswa yang tidak lulus karena nilai matematikanya rendah dan tidak dapat mencapai batas minimal kelulusan. Pembelajaran di sekolah dasar masih banyak yang menggunakan caracara konvensional. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah. Guru sering kali berceramah panjang lebar menjelaskan materi yang diajarkan. Guru sering kali memaksakan kepada siswa untuk mendengarkan ceramah yang diberikan. Akibat guru yang demikian, maka banyak siswa yang hanya duduk dengan posisi diatas meja atau hanya tangan berada di bawah meja. Hal ini terjadi karena siswa ingin mendengarkan ceramah, dan atau agar siswa tidak berbicara sendiri. Berdasarkan pengalaman
pembelajaran dengan model ceramah juga
dilakukan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bancer 02 kecamatan Ngraho, Kabupaten Kabupaten Bojonegoro. Alasan di kelas IV Sekolah Dasar Dasar Negeri Bancer 02 menggunakan model ceramah, karena sudah menjadi kebiasaan selama bertahun-tahun termasuk pembelajaran mata pelajaran matematika. Padahal berdasarkan pengamatan model ceramah itu selain tidak efektif, juga mendatangkan kebosanan, apabila model ceramah yang dilakukan guru tidak menarik. Akibat lebih lanjut sering kali hasil belajar rendah, siswa kurang memperhatikan, motivasi kurang, dan tidak berani bertanya. Menurut Sobel dan Maletsky dalam bukunya Mengajar Matematika (2001:1-2) banyak sekali guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas lalu, memberi pelajaran baru, memberi tugas kepada siswa. Pembelajaran seperti di atas yang rutin dilakukan hampir tiap hari 1
2
dapat dikategorikan sebagai 3 M, yaitu membosankan, membahayakan dan merusak seluruh minat siswa. Tabel 1 Hasil Tes Pra Penelitian NO URUT SISWA SISWA NILAI 1 50 2 55 3 65 4 70 5 50 6 70 7 50 8 55 9 55 10 65 11 65 12 55 13 55 14 40 15 50 16 65 17 50 18 55 19 60 20 50 21 55 22 70 JUMLAH 1. 240 RATA-RATA 56,36 NILAI TERENDAH 40 NILAI TERTINGGI 70
Pada tabel 1 di atas menunjukkan bahwa ada 15 siswa hasil tes formatif belum memenuhi standar minimal KKM. Jumlah nilai dalam satu kelas 1. 240. Rata-rata hanya mencapai 56,36. Nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 70.Jadi siswa yang tuntas ada 31% dan siswa yang belum tuntas ada 69%. Peningkatkan hasil belajar tersebut, perlu alternatif melalui
menerapkan menerapkan
pembelajaran
untuk mata pelajaran matematika materi berhitung berhitung campuran tutor
sebaya.
Alasan
menggunakan
meningkatkan hasil belajar siswa. 2
model
itu,
agar
dapat
3
Menurut penelitian kelebihan tutor sebaya adalah siswa diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Membuat siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas. Membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Siswa lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik. Pembelajaran melalui tutor sebaya, diharapkan dapat meningkatkan belajar siswa memenuhi batas minimal KKM yang ditetapkan. Menurut hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran
matematika
dengan
melalui
tutor
sebaya
lebih
baik
dibandingkan dengan siswa yang mendapat pembelajaran biasa, Endang Winarni (2008:5). Penerapkan pembelajaran dengan melalui tutor sebaya ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah penelitian tentang pembelajaran di kelas yang dilakukan dengan siklus-siklus (Classroom Action Reaserch).
1.2 Identifikasi Masalah
Bsrdasarkan latar belakang dapat diidentifikasi suatu masalah yang akan diteliti yaitu: 1. Hasil belajar rendah. 2. Kreatifitas siswa kurang. 3. Motivasi kurang. 4. Siswa tidak berani bertanya. 5. Guru hanya hanya menggunakan metode ceramah.
3
4
1.3 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian lebih efektif, efisien, dan terarah. Penulis hanya meneliti tentang peningkatan hasil belajar melalui penggunaan tutor sebaya pada mata pelajaran matematika materi berhitung campuran semester I SD Negeri Bancer 02 Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro tahun pelajaran 2009/2010.
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah dapat dirumuskan permasalahan yaitu : “Bagaimanakah pembelajaran melalui tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan KKM 60 pada mata pelajaran matematika matematika siswa siswa kelas IV semester I di SD Negeri Bancer Bancer 02 Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro tahun pelajaran 2009/2010 ? “
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah mengetahui peningkatkan peningkatk an hasil belajar siswa pada mata pelajaran pelajara n matematika matemat ika materi mater i berhitung campuran campuran kelas IV semester I di SD Negeri Bancer Bancer 02 Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro tahun pelajaran 2009 / 2010 menggunakan tutor sebaya.
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.6.1 Bagi siswa a. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika. b. Dapat meningkatkan pemahaman siswa bahwa belajar tidak harus bergantung bergantung kepada guru. 1.6.2 Bagi Guru a. Sebagai evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran matematika.
4
5
b. Sebagai wahana dalam memperbaiki proses belajar mengajar dalam upaya meningkatkan keterlibatan siswa. 1.6.3 Bagi Sekolah Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah model upaya meningkatkan hasil beajar dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran matematika.
5
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1 Pengertian Matematika
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani “Mathematikos” secara ilmu pasti, atau “Natheis” yang berarti ajaran, pengetahuan abstrak dan deduktif, dimana kesimpulan tidak ditarik berdasarkan pengalaman keindraan, tetapi atas kesimpulan yang ditarik dari kaidah-kaidah tertentu melalui deduksi (Ensiklopedia Indonesia). Dalam Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) terdapat istilah matematika sekolah yang dimaksudnya untuk memberi penekanan bahwa materi atau pokok bahasan yang terdapat dalam GBPP merupakan materi atau pokok bahasan yang diajarkan pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah (Direkdikdas: 1994). Soemardjono (2003) menyatakan bahwa ”menurut bahasa latin matematika berasal dari kata manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari sedangkan menurut bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti”.
2.1.2 Karakteristik Pembelajaran Matematika
Suherman (2003) karaktersitik pembelajaran matematika di sekolah yaitu sebagai berikut : 1. Pembelajaran matematika langsung (bertahap) Materi pembelajaran diajarkan secara berjenjang atau bertarap yaitu dari hal konkrit ke abstrak, hal yang sederhana ke kompleks atau konsep mudah ke konsep yang lebih sukar. 2. Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral Setiap mempelajari konsep baru perlu memperhatikan konsep atau bahan yang telah dipelajari sebelumnya. Bahan yang baru selalu dikaitkan dengan bahan yang telah dipelajari. Pengulangan konsep 6
7
dalam bahan ajar dengan cara mempeluas dan memperdalam adalah perlu dalam pembelajaran matematika (spiral melebar dan naik). 3. Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif Matematika adalah deduktif, matematika tersusun secara deduktif, aksiomatik. Namun demikian harus dapat dipilihkan pendekatan yang cocok dengan kondisi siswa. Dalam pembelajaran belum sepenuhnya menggunakan pendekatan tetapi masih campur dengan deduktif. 4. Pembelajaran matematika mengantu kebenaran konsistensi Kebenaran-kebenaran dalam matematika pada dasarnya meruakan kebenaran konsistensi, tidak bertentangan antara kebenaran suatu konsep dengan yang lainnya. Suatu pernyataan dianggap benar bila didasarkan atas pernyataan-pernyataan yang terdahulu yang telah diterima kebenarannya.
2.1.3 Fungsi dan tujuan pembelajaran matematika
Suherman (2003) fungsi dan tujuan pembelajran matematika yaitu sebagai berikut : 1. Fungsi pembelajaran matematika Mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar dan trigonometri. Mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, dan grafik. 2.Tujuan pembelajaran matematika Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan. Misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi, dan inkonsistensi. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan.
7
8
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa, secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : 2.2.1 Faktor intern Sardiman (2006:75) menarik kesimpulan sebagai berikut : Kegiatan belajar, motivasi merupakan keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan be Salah satu faktor dari dalam diri siswa yang menentukan berhasil tidaknya siswa dalam proses belajar mengajar adalah motivasi belajar. Dalam belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya. Faktor intern yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain: a. Kondisi fisik/jasmani siswa saat mengikuti pelajaran. b. Pengalaman belajar matematika dijenjang sebelumnya. c. Minat, bakat, motivasi dan tingkat intelegensi. 2.2.2 Faktor ekstern Slameto (2003:96) menarik kesimpulan sebagai berikut : Faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi belajar adalah faktor metode pembelajaran. Selain siswa, unsur terpenting yang ada dalam kegiatan pembelajaran adalah guru. Guru sebagai pengajar yang memberikan ilmu pengetahuan sekaligus pendidik yang mengajarkan nilai-nilai, akhlak, moral maupun sosial dan untuk menjalankan peran tersebut seorang guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas yang nantinya akan diajarkan kepada siswa. Seorang guru dalam menyampaikan materi perlu memilih metode mana yang sesuai dengan keadaan kelas atau siswa sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan. Dengan variasi metode dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa. Sedangkan menurut penulis faktor ekstern yang mempengaruhi belajar antara lain : a. Metode dan gaya mengajar guru matematika. b. Tersedianya fasilitas dan alat penunjang pelajaran matematika. c. Situasi dan kondisi lingkungan. 8
9
2.3 Pengertian Hasil Belajar
Leo Sutrisno (2008:25) mengemukakan ”hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dieksperimenkan, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar”. Suyono (2009:8) menyatakan ”hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjuk kepada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas yang mengakibatnya berubahnya input secara fungsional”. Purwanto (1989:3) menyatakan bahwa ”hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada dalam waktu tertentu”. Slameto (1993:17) menyatakan ”hasil belajar merupakan tolok ukur yang utama untuk mengetahui keberhasilan belajar seseorang. Seorang yang prestasinya tinggi dapat dikatakan bahwa ia telah berhasil dalam belajar”. Berdasarkan
berbagai
pendapat
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
hasil belajar adalah tingkat pengetahuan yang dicapai siswa terhadap materi yang diterima ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.
2.4 Pembelajaran Tutor Sebaya 2.4.1 Pengertian Tutor Sebaya
Bayu Mukti (2009:4) mengemukakan “tutor sebaya adalah suatu pembelajaran yang jadi murid dan yang jadi guru adalah teman sebaya juga atau umurnya itu sebaya”. Pengajaran tutor sebaya yang pada dasarnya sama dengan program bimbingan yang bertujuan memberikan bantuan dari dan kepada siswa supaya dapat mencapai belajar secara optimal. Edward L. Dejnozken dan Daven E. Kopel dalam American Education Engcyclopedia menyebutkan “ tutor sebaya adalah sebuah 9
10
prosedur siswa mengajar siswa lainnya. Tipe satu pengajar dan pembelajar dari usia yang sama. Tipe dua pengajar yang lebih tua usianya dari pembelajar. Tipe la in adalah pertukaran usia pengajar”. Nurita Putranti (2007:2) mengemukakan “tutor sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi ajar”. Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa pembelajaran tutor sebaya adalah pembelajaran dimana siswa yang lebih pandai dari temannya membantu dan mengajari teman lain yang belum bisa terhadap suatu materi.
2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan Tutor Sebaya 1. Kelebihan Tutor Sebaya
a. Anak-anak diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam penerapan tutor sebaya itu, anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor t emannya yang kurang pandai atau ketinggalan. b. Siswa lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik. c. Membuat siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas. d. Membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor seraya bagi siswa merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupakan kebutuhan siswa itu sendiri.
10
11
e. Tutor maupun yang ditutori sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima pelajaran.
2. Kekurangan Tutor Sebaya dan Cara Mengatasinya a. Kekurangan Tutor Sebaya
Murid yang menjadi tutor hendaknya diperhatikan segi kemampuan dalam penguasaan materi dan kemampuan membantu orang lain. Sawali Tuhusya (2007) menyatakan bahwa “tutor adalah murid yang tergolong baik dalam prestasi belajarnya dan mempunyai hubungan social yang baik dengan teman-temannya”. Dalam penggunaan metode pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti halnya tutor sebaya. Uraian di atas adalah beberapa kelebihan dari metode tutor sebaya sementara kekurangan tutor sebaya antara lain: a.Tidak semua siswa dapat menjelaskan kepada temannya. b.Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya.
b. Cara Mengatasi Kekurangan Tutor Sebaya
Para tutor dilatih untuk mengajar berdasarkan silabus yang telah ditentukan. Hubungan antara tutor dengan siswa adalah hubungan antar kakak-adik atau antar kawan, kekakuan yang ada pada guru agar dihilangkan. Muntansir (1985:58) menyatakan ”dalam kegiatan ini tutor dan guru menjadi semacam staf ahli yang mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi murid, baik dengan cara satu lawan satu maupun kelompok kecil”.
11
12
2.5 Penelitian yang Relevan
Penelitian upaya peningkatan hasil belajar matematika materi berhitung campuran melalui tutor sebaya telah diteliti dan dilakukan oleh berbagai pihak antara lain : Endang Winarni dengan judul ”Peningkatan Hasil Belajar melalui
Tutor
Sebaya Siswa Kelas IV dalam Mata Pelajaran Bahasa Inggris dengan Melalui Tutor Sebaya” telah berhasil melakukan penelitian bahwa melalui tutor sebaya dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan hasil belajar siswa, Endang winarn i (2008 :4). Bagi tutor dengan membimbing atau mengajarkan suatu topik kepada temannya, maka pengertian terhadap materi itu akan menjadi lebih mendalam dan kesempatan untuk pengayaan dalam belajar. Sedangkan siswa yang dibimbing akan lebih cepat mengerti karena bahasa siswa lebih mudah dimengerti oleh temannya.
2.6 Kerangka Berpikir
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan berbentuk kolaboratif, artinya melibatkan guru lain untuk mengoptimalkan pembelajaran. Prosedur penelitian tindakan ini dilakukan dua siklus. Maksudnya, setelah tindakan pertama selesai dilakukan evaluasi. Bila hasil tindakan pertama belum sesuai yang diinginkan, maka disusun rencana untuk melakukan tindakan berikutnya.
12
13
Berikut skema kerangka berpikir :
KONDISI AWAL
GURU/PENELITI Belum memanfaatkan Tutor Sebaya
SISWA/YANG DITELITI Hasil belajar siswa dalam pembelajaran rendah
TINDAKAN
Pembelajaran dengan menggunakan tutor sebaya
SIKLUS I Pert 1. Siswa mengerjakan 4 soal secara individual tanpa tutor dan guru
SIKLUS I Pert. 2 siswa berkelompok mengerjakan 5 soal dengan tutor dan didampingi guru
SIKLUS I Pert. 3 siswa berkelompok mengerjakan 5 soal tanpa tutor dan tanpa didampingi guru
SIKLUS I Pert 4. Siswa mengerjakan 2 soal secara individual tanpa tutor dan guru
SIKLUS II Pert 1. Siswa berkelompok mengerjakan 5 soal dengan tutor tanpa didampingi guru
SIKLUS II Pert .2. siswa secara individual meng. Soal 5 tanpa tutor dan guru
KONDISI AKHIR
Dengan menggunakan tutor sebaya hasil belajar Matematika SD Bancer 02 kec Ngraho Kab. Bojonegoro meningkat
13
14
2.7 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan refleksi kajian teori, penelitian yang relevan dan kerangka pemikiran masalah maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut : dengan menggunakan tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditunjukan oleh pencapaian nilai ketuntasan dengan KKM 60 dari 88% siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri Bancer 02 Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro.
14
15
BAB III METODE PENELITIAN
Pembahasan metode penelitian ini dapat dikatakan sebagai pertanggung jawaban mengenai metode-metode yang digunakan selama penelitian berlangsung dari awal sampai akhir. Bab ini mengemukakan tentang setting dan karakteristik subjek penelitian, variable yang diselidiki, rencana tindakan, data dan cara pengumpulannya, indikator kinerja dan analisis data.
3.1 Setting Penelitian
3.1.1 Waktu penelitian 1)
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu Agustus sampai bulan November 2009.
2)
Peneliti memilih pada semester I, karena merupakan waktu yang cukup baik, dengan alasan waktu untuk melaksanakan penelitian masih panjang.
3.1.2 Tempat penelitian Kelas IV semester I SD Negeri Bancer 02, Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro.
3.2 Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang akan dilaksanakan penulis ada beberapa tahap antara lain: 3.2.1 Tahap persiapan a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). b) Menyiapkan soal evaluasi. c) Menyiapkan lembar angket.
15
16
d) Lembar observasi 3.2.2 Tahap Pelaksanaan Guru mengajar sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. 3.2.3 Tahap pengamatan Melakukan pengamatan terhadap tindakan kelas tentang peningkatan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hasil pengamatan sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. 3.2.4 Tahap evaluasi Dalam tahap ini peneliti mengadakan evaluasi setelah semua kegiatan selesai secara keseluruhan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. 3.2.5 Tahap refleksi Dalam tahap ini peneliti sebagai guru kelas melakukan refleksi setelah pembelajaran tercapai.
3.3 Data dan Cara Pengumpulannya
3.3.1 Data Data diperoleh dari siswa kelas IV, sebagai subyek penlitian sejumlah 22
siswa. Sumber data lain dari guru kelas atau teman sejawat.
3.3.2 Cara Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data penulis menggunakan cara/metode sebagai berikut:
16
17
a. Observasi Observasi dilakukan oleh guru dan teman sejawat. Adapun yang diobservasi ada 2 hal, yaitu guru yang mengajar dan siswa/suasana kelas. Observasi terhadap guru yang mengajar dapat berfungsi sebagai alat kontrol, apakah guru tersebut telah melakukan tindakan sesuai dengan planning (perencanaan), sedangkan observasi siswa dapat berfungsi untuk mendapatkan informasi tentang minat/suasana kelas dan kemajuan siswa. b. Dokumentasi Penulis menggunakan data tentang nomor induk siswa, hasil dan laporan tugas siswa serta foto-foto kegiatan belajar siswa. c. Tes Tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan pada akhir kegiatan tiap-tiap siklus dengan memberikan sejumlah soal tes subjektif/uraian kepada siswa (subjek penelitian). d. Angket. Angket diberikan kepada siswa untuk refleksi setelah pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui informasi tentang tanggapan siswa terhadap penggunakan cara baru dalam mengajar.
3.4 Indikator Kinerja
Indikator kinerja yang ingin dicapai penulis adalah harapan terjadinya peningkatan hasil tes formatif siswa dalam proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan adanya kenaikan nilai hasil belajar siswa di atas KKM atau sama dengan KKM yaitu 60 dan target ketuntasan belajar 88%.
17
18
3.5 Analisis Data
Analisis data dilakukan sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan, dikembangkan selama proses refleksi sampai dengan proses penyusunan laporan. Ada dua jenis data yang dipakai oleh penulis yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif dianalisis dengan diskriptif kualitatif. Sedangkan
data
kuantitatif
dianalisis
(perbandingan).
18
dengan
diskriptif
komparatif
19
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Awal
Sekolah Dasar Negeri Bancer 02 di kelas IV kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro sering menggunakan dengan model ceramah . Alasan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Bancer 02 menggunakan model ceramah, karena
sudah
menjadi
kebiasaan
selama
bertahun-tahun
termasuk
pembelajaran mata pelajaran matematika. Padahal berdasarkan pengamatan model ceramah itu selain tidak efektif, juga mendatangkan kebosanan, apabila model ceramah yang dilakukan guru tidak menarik. Akibat lebih lanjut sering kali hasil belajar rendah, siswa kurang memperhatikan, motivasi kurang, dan tidak berani bertanya. Sobel dan Maletsky dalam bukunya Mengajar Matematika (2001:1-2) menyatakan ”banyak sekali guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas lalu, memberi pelajaran baru, memberi tugas kepada siswa”. Pembelajaran seperti di atas yang rutin dilakukan hampir tiap hari dapat dikategorikan sebagai 3 M, yaitu membosankan, membahayakan dan merusak seluruh minat siswa dan pada umumnya siswa berasal dari lingkungan pedesaan sehingga kurang memiliki pengalaman.
4.2 Pelaksanaan Siklus 4.2.1 Perencanaan
1) Memberikan pre tes dan tes formatif 2)
Merancang skenario pembelajaran sebanyak 6 x pertemuan
3) Membuat lembar observasi untuk mengamati kegiatan siswa dan guru selama
pembelajaran berlangsung.
4) Persiapan alat bantu pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan. 5)
Menyiapkan lembar angket.
19
20
4.2.2 Tindakan Siklus I Pertemuan 1
Tindakan ini merupakan suatu rancangan pembelajaran melalui tutor sebaya dengan upaya meningkatkan hasil belajar , sehingga tujuan belajar dapat tercapai secara baik. Pada siklus ini memerlukan 1 kali tatap muka / pertemuan. Penerapan rancangan tindakan ini oleh guru terhadap siswa melalui tutor sebaya. Tindakan ini dilaksanakan pada hari Kamis 3 September 2009. Langkah pertama guru memimpin doa, diteruskan mengisi daftar hadir siswa. Untuk memberi semangat belajar guru memberikan apersepsi. Apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan pada pembelajaran pada materi yang lalu. Pembelajaran yang akan diajarkan memang berbeda dari pembelajaran hari-hari sebelumnya. Guru berdiri di depan kelas, menjelaskan jenis pembelajaran yang baru yaitu pembelajaran melalui tutor sebaya. Guru menjelaskan kurang lebih 5 menit. Setelah siswa memahami cara melakukan pembelajaran yang baru, maka
guru memberi empat soal yang harus dikerjakan
secara individual. Siswa boleh membuka buku pegangan yang dipakai setiap hari. Pada pembelajaran ini guru tidak menjelaskan cara mengerjakan. Guru juga tidak mendampingi siswa mengerjakan soal. Bahkan guru tidak memberi bimbingan dan arahan kepada siswa. Siswa dibiarkan mandiri dalam mengerjakan soal itu. Dalam pembelajaran ini diamati oleh pengamat atau guru kolaborasi dalam penelitian. Beliau mengamati dan mencatat hasil pengamatannya ke dalam lembar pengamatan yang disediakan sebelumnya. Dalam pembelajaran ini didokumentasikan dengan menggunakan laptop, baik membuat vidio maupun mengambil gambar.
a. Observasi Siklus I Pertemuan 1
Pada pembelajaran siklus I suasana kelas sangat ramai. Beberapa siswa berbicara dengan temannya. Ada yang suaranya keras , ada yang berbisik-bisik. Berusaha menghindari perhatian guru, yang selalu 20
21
diawasi. Banyak siswa yang merasa kesulitan menjawab soal. Siswa tetap berusaha mencarai jawaban. Ada yang menanyakan pada temannya, ada siswa yang bertanya kepada guru. Guru tidak memberi jawaban, sengaja siswa di biarkan untuk mengerjakan sendiri. Ada juga siswa yang merasa pusing karena tidak dapat mengerjakan soal itu. Tabel 2 Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 NO
1 2 3 4 5
BIDANG PENGAMATAN Siswa yang aktif parti. dengan baik Siswa mencatat hasil penjelasan Siswa dapat mengemukakan pert. Siswa yang bermain-main Siswa yang tuntas belajar
JUMLAH
PERSENTASE
14
64 %
10 4
45 % 15 %
5 10
20 % 45 %
Pada tabel 2 di dalam proses pembelajaran siklus I, siswa belum menunjukkan partisiptif aktif sesuai yang diharapkan, 14 siswa (64 %) Pada siklus I masih banyak siswa yang ditemukan bermain pada saat mengerjakan soal yaitu 5 siswa (20%). Siswa ramai karena merasa kesulitan mengerjakan dan tidak ada tempat bertanya. Siswa harus mengerjakan soal sendiri. Namun nampak siswa yang mengemukakan pendapat/ bertanya 4 siswa (15%), terutama pada siswa yang mempunyai kemampuan lebih di atas rata-rata kemampuan temantemannya. Siswa yang mencatat hasil diskusi 10 siswa (45%) . Siswa yang mencatat ini termasuk siswa yang unggulan dalam pembelajaran sehari-harinya. Dan mereka memang terlatih dan terbiasa mencatat hasil penjelasan atau hasil diskusi. Siswa yang tuntas belajar 10 siswa (45%).
21
22
Tabel 3 Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 1 NO BIDANG PENGAMATAN ADA TIDAK ADA 1 Perencanaan V 2 Apersepsi dan motivasi V 3 Penyampaian tujuan pembelajaran V 4 Penggunaan alat peraga V 5 Variasi metode pembelajaran V 6 Penugasan pada siswa V 7 Bimbingan individual V
Pada tabel 3 menunjukkan bahwa guru dalam pembelajaran telah mempersiapkan perencanaan. Sebelum kegiatan inti guru mengadakan apersepsi dan motivasi. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai disampaikan dengan baik. Penggunaan alat peraga tidak ada. Variasi dalam menggunakan metode dilaksanakan dengan baik. Penugasan pada siswa sudah dilaksanakan. Bimbingan individual belum dilakukan. Guru masih memperhatikan siswa secara keseluruhan. Perhatian diarahkan pada penguasaan seluruh kelas. Dengan harapan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar. Tabel 4 (lampiran 3) menunjukkan bahwa jumlah nilai adalah 1. 225. Rata-rata nilai tes formatif adalah 55,68. Skor tertinggi 70 dan terendah 40. Dengan demikian hasil tes terhadap siklus I pertemuan 1 bahwa hasil belajar belum memenuhi indikator yang ditetapkan yaitu 60 Tabel 5 Analisis Nilai Tes Formatif Siklus I Pertemuan 1 NO
INTERVAL
FREKUENSI
1
41-50
11
2
51-60
6
3
61-70
5
4
71-80
0
5
81-90
0
6
91-100
0
Jumlah 22
22
23
Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa skor 41-50 ada 11 siswa. Skor 51-60 ada 6 siswa. Skor 61-70 ada 5 siswa. Skor 71-80, skor 81-90, dan skor 91-100 ada 0 siswa. Jadi jumlah yang tuntas ada 10 siswa (45%) dan yang belum tuntas ada 12 siswa (55%).
b. Refleksi Siklus I Pertemuan 1 Tabel 6 Angket Siklus I Pertemuan 1 NO
1
JAWABAN
PERNYATAAN
Pembelajaran
YA
TIDAK
yang
telah
berlangsung
18
4
yang
telah
berlangsung
15
7
yang
telah
berlangsung
9
13
yang
telah
berlangsung
14
8
5
17
bermakna 2
Pembelajaran bermanfaat
3
Pembelajaran menyenangkan
4
Pembelajaran menyulitkan
5
Pembelajaran yang telah berlangsung menarik
Berdasarkan tabel 6 di atas pada siklus I pertemuan 1 terdapat beberapa kekurangan , yang nampak yaitu suasana pembelajaran masih ramai, 14 siswa mengalami
kesulitan mengerjakan tes formatif, 13
siswa menyatakan tidak senang, 15 siswa mnyatakan
bermanfaat, 5
siswa menyatakan menarik dan hasil tes formatif banyak siswa yang tidak tuntas. Kekurangan ini dipakai sebagai dasar untuk melakukan tindakan alternatif pertemuan 2. Tindakan alternatif pertemuan 2 yaitu : a. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok dan tiap kelompok 3 siswa. b. Guru menunjuk 7 siswa sebagai tutor sebaya. c. Guru memberi bimbingan dan arahan.
23
24
4.2.3 Tindakan Siklus I Pertemuan 2 Pembelajaran pada siklus 1 pertemuan kedua ini dilaksanakan
Kamis 10 September 2009. Pembelajaran diawali dengan berdoa dan mengabsen. Berdoa dipimpin oleh guru dengan tertib. Apersepsi dilakukan dengan memberikan pertanyaan pada materi siklus I pertemuan 1. Jawaban diajukan
secara klasikal kepada
siswa.
Pertanyaan harus dijawab siswa secara lisan. Pertemuan 2 ini membahas indikator ke-2 sesuai rencana yang ditetapkan. Guru membagi kelompok yang beranggotakan 3 siswa. Anggota kelompok selalu ada siswa yang pandai sebagai tutor. Tugas tutor adalah membimbing teman sebaya dalam mengerjakan tugas kelompok yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru membantu dengan memberikan bimbingan dan arahan kepada kelompok. Dalam mengerjakan tugas kelompok ada kesulitan
dapat menanyakan kepada tutor untuk
menjelaskan kepada teman sebaya atau guru. Kurang lebih 10 menit setiap
kelompok
mempresentasikan
hasil
kerja
kelompok
dan
dilanjutkan tanggapan kepada kelompok lain. Tes formatif dilakukan setelah semua kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Seluruh proses
pembelajaran
dishooting
dan
diambil
gambar
dengan
menggunakan laptop.
a. Observasi Siklus I Pertemuan 2
Pembelajaran pada pertemuan ini ada beberapa kelompok yang merasa kesulitan dalam mengerjakan tugas LKS. Siswa yang menjadi tutor belum dapat menjelaskan dengan baik. Cara berbicara masih raguragu. Dalam menjelaskan di hadapan teman belum lancar. Bahasa yang digunakan belum dikuasai. Guru dengan penuh tenaga dan pikiran memberi arahan dan bimbingan. Dengan harapan siswa dapat mengerti dan mengerjakan soal dengan benar.
24
25
Tabel 7 Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 NO BIDANG PENGAMATAN JUMLAH PERSENTASE 1 Siswa yang aktif part. dengan 16 73 % baik 2 Siswa mencatat hasil diskusi 20 90 % 3 Siswa dapat mengem. Pend 4 15 % 4 Siswa yang bermain-main 4 15 % 5 Siswa yang tuntas belajar 11 50 %
Pada table 7 di dalam proses pembelajaran siklus I pertemuan 2, siswa belum menunjukkan partisiptif aktif sesuai yang diharapkan ada 16 siswa (73%) .Masih banyak siswa yang ditemukan bermain pada saat diskusi 4 siswa (15%). Namun nampak siswa yang mengemukakan pendapat/ bertanya 4 siswa (15%). Siswa yang mencatat hasil diskusi 20 siswa (90%). Siswa yang tuntas belajar 11 siswa (50%). Tabel 8 Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 2 NO 1 2 3 4 5 6 7
BIDANG PENGAMATAN Perencanaan Apersepsi dan motivasi Penyampaian tujuan pembel. Penggunaan alat peraga Variasi metode pembelajaran Penugasan pada siswa Bimbingan individual
ADA V V V
TIDAK ADA
V V V V
Pada tabel 8 di atas menunjukkan bahwa guru dalam pembelajaran telah
mempersiapkan
perencanaan.
Sebelum
kegiatan
inti
guru
mengadakan apersepsi dan motivasi. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai disampaikan dengan baik. Penggunaan alat peraga tidak ada. Variasi dalam menggunakan metode dilaksanakan dengan baik. Penugasan pada siswa sudah dilaksanakan. Bimbingan individual sudah dilakukan. Guru masih memperhatikan siswa secara keseluruhan. Perhatian diarahkan pada penguasaan seluruh kelas. Dengan harapan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar. 25
26
Tabel 9 (lampiran 4) menunjukkan bahwa jumlah nilai adalah 1. 350. Rata-rata nilai tes formatif adalah 61,36. Skor tertinggi 90 dan terendah 50. Dengan demikian hasil tes terhadap siklus I pertemuan 2 bahwa hasil belajar rata-rata sudah memenuhi indikator yang ditetapkan yaitu 60. Tabel 10 Analisis Nilai Tes Formatif Siklus I Pertemuan 2 NO
INTERVAL
FREKUENSI
1
41-50
8
2
51-60
5
3
61-70
6
4
71-80
2
5
81-90
1
6
91-100
0
Jumlah
22
Tabel 10 di atas menunjukkan bahwa skor 41-50 ada 8 siswa. Skor 51-60 ada 5 siswa. Skor 61-70 ada 6 siswa. Skor 71-80 ada 2 siswa, skor 81-90 ada 1 siswa, dan skor 91-100 ada 0 siswa. Jadi yang tuntas ada 12 siswa (55%) dan belum tuntas ada 10 siswa (45%).
b. Refleksi Siklus I Pertemuan 2 Tabel 11 Angket Siklus I Pertemuan 2 NO
1 2 3 4 5
berlangsung bermakna berlangsung bermanfaat telah berlangsung
JAWABAN TIDA YA K 20 2 18 4 13 9
berlangsung menyulitkan berlangsung menarik
7 18
PERNYATAAN
Pembelajaran yang telah Pembelajaran yang telah Pembelajaran yang menyenangkan Pembelajaran yang telah Pembelajaran yang telah
26
15 4
27
Berdasarkan tabel 11 di atas ada 20 siswa menyatakan bermakna. Sedangkan pada siklus 1 pertemuan 2 ini siswa masih ramai, tetapi 18 siswa menyatakan bermanfaat, tutor tidak dapat menjelaskan teman dengan jelas, dalam menjelaskan suaranya tersendat-sendat sehingga ada 7 siswa menyatakan kesulitan , para tutor masih ragu – ragu dalam menjelaskan sehingga ada 4 siswa menyatakan tidak tertarik. Sedangkan guru dalam memberi bimbingan dan arahan belum maksimal. Masih ada siswa yang belum tuntas. Guru melakukan tindakan alternatif pada pembelajaran siklus I pertemuan 3. Tindakan alternatif siklus I pertemuan 3 yaitu : a. Siswa dibagi menjadi 7 kelompok dan tiap kelompok 3 siswa. b. Guru tidak mendampingi. c. Guru menjelaskan soal yang belum dipahami.
4.2.4 Tindakan Siklus I Pertemuan 3
Pelaksanaan siklus I pertemuan 3 dilaksanakan pada hari Kamis 8 Oktober
2009. Berdoa dan mengabsen selalu dilakukan sebelum masuk
ke pembelajaran. Untuk memberikan semangat guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan pada materi minggu yang lalu. Guru membagi kelompok menjadi 7 kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 3 siswa. Guru menempatkan siswa yang dianggap pandai untuk ditempatkan setiap kelompok sebagai tutor pada temannya. Pada pembelajaran siklus ini guru tidak mendampingi setiap kelompok. Setiap kelompok mengerjakan tugas kelompok pada LKS yang berisikan 5 soal Bila kelompok menemui kesulitan dapat menanyakan teman yang pandai atau teman sebaya. Setelah selesai mengerjakan tugas, maka setiap kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Tanggapan dari kelompok lain diberikan setelah kelompok tertentu selesai mempresentasikan. Tidak lupa kurang lebih 25 menit siswa mengerjakan tes formatif. Pembelajaran didokumentasikan baik vidio maupun foto dengan menggunakan laptop.
27
28
a. Observasi Siklus I Pertemuan 3
Pada pembelajaran siklus I pertemuan 3 siswa dalam mengerjakan tugas kelompok sudah lancar. Siswa sebagai tutor sudah dapat menjelaskan dengan baik. Dalam menggunakan bahasa sudah tepat, suara jelas, dan sebagai siswa dapat
mendengarkan dengan tertib.
Pembelajaran cukup tenang dan tertib. Guru tetap melakukan perhatian kepada siswa. Dengan demikian siswa dapat dikelola dengan baik. Guru berjalan memperhatikan ke seluruh kelompok. Walaupun demikian guru tidak memberikan bimbingan pada setiap kelompok. Dengan teman sebaya diharapkan dapat saling memberi dan meneriama pendapat. Tabel 12 Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 3 NO
1 2 3 4 5
BIDANG JUMLAH PENGAMATAN Siswa yang aktif partisipatif 18 dengan baik Siswa mencatat hasil diskusi 20 Siswa dapat mengemukakan 8 pendapat Siswa yang bermain-main 2 Siswa yang tuntas belajar 19
PERSENTASE
85 % 90 % 36 % 9% 87 %
Pada tabel 12 di atas dalam proses pembelajaran siklus I pertemuan 3, siswa sudah menunjukkan partisiptif aktif sesuai yang diharapkan, 18 siswa (85%) . Pada siklus ini masih ada siswa yang ditemukan bermain pada saat diskusi 2 siswa (9%). Namun nampak siswa yang mengemukakan pendapat/ bertanya 8 siswa (36%). Siswa yang mencatat hasil diskusi 20 siswa (90%). Siswa yang tuntas belajar 19 siswa (87%).
28
29
Tabel 13 Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 3 NO 1 2 3 4 5 6 7
BIDANG PENGAMATAN Perencanaan Apersepsi dan motivasi Penyampaian tujuan pembelajaran Penggunaan alat peraga Variasi metode pembelajaran Penugasan pada siswa Bimbingan individual
ADA V V V
TIDAK ADA
V V V V
Pada tabel 13 di atas menunjukkan bahwa guru dalam pembelajaran telah
mempersiapkan
perencanaan.
Sebelum
kegiatan
inti
guru
mengadakan apersepsi dan motivasi. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai disampaikan dengan baik. Penggunaan alat peraga tidak ada. Variasi dalam menggunakan metode dilaksanakan dengan baik. Penugasan pada siswa sudah dilaksanakan. Bimbingan individual tidak dilakukan. Guru masih memperhatikan siswa secara keseluruhan. Perhatian diarahkan pada penguasaan seluruh kelas. Dengan harapan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar. Tabel 14 (lampiran 5) menunjukkan bahwa jumlah nilai adalah 1. 500. Rata-rata nilai tes formatif adalah 68,1. Skor tertinggi 100 dan terendah 50. Siswa yang belum tuntas 3 siswa. Dengan demikian hasil tes terhadap siklus I pertemuan 3 bahwa rata-rata hasil belajar sudah memenuhi indikator yang ditetapkan yaitu 60. Tetaoi masih ada beberapa siswa yang belum tuntas. Tabel 15 Analisis Nilai Tes Formatif Siklus I Pertemuan 3 NO INTERVAL FREKUENSI 1 41-50 2 2 51-60 7 3 61-70 6 4 71-80 4 5 81-90 2 6 91-100 1 Jumlah 22
29
30
Tabel 15 di atas menunjukkan bahwa skor 41-50 ada 2 siswa. Skor 51-60 ada 7 siswa. Skor 61-70 ada 6 siswa. Skor 71-80 ada 4 siswa, skor 81-90 ada 2 siswa, dan skor 91-100 ada 1 siswa. Jadi jumlah siswa yang tuntas ada 15 siswa (69%) dan yang belum tuntas ada 7 siswa (31%).
b. Refleksi Siklus I Pertemuan 3
Tabel 16 Angket Siklus I Pertemuan 3 NO
JAWAB
PERNYATAAN
YA
TIDAK
1
Pembelajaran yang telah berlangsung bermakna
22
-
2
Pembelajaran yang telah berlangsung bermanfaat
22
-
3
Pembelajaran
20
2
yang
telah
berlangsung
menyenangkan 4
Pembelajaran yang telah berlangsung menyulitkan
3
19
5
Pembelajaran yang telah berlangsung menarik
18
4
Berdasarkan tabel 16 pada pembelajaran siklus I pertemuan 3 siswa dalam mengerjakan tugas kelompok sudah lancar sehingga semua siswa menyatakan bahwa pembelajaran dengan tutor sebaya bermakna dan
bermanfaat
sehingga.
Siswa
sebagai
tutor
sudah
dapat
menjelaskan dengan baik. Dalam menggunakan bahasa sudah tepat, suara jelas, dan sebagai siswa dapat
mendengarkan dengan tertib
sehingga 20 siswa menyatakan senang, 18 tertarik, dan 19 siswa menyatakan tidak sulit. Pembelajaran cukup tenang dan tertib. Tetapi hasil tes ternyata masih ada siswa yang belum tuntas. Aternatif tindakan siklus I pertemuan 4 antara lain, siswa mengerjakan tugas secara individual tanpa didampingi tutor dan guru. Sedangkan guru
30
31
hanya
mengawasi
siswa
dalam
mengerjakan
tugas.
Target
menuntaskan siswa 90 %.
4.2.5 Tindakan Siklus I Pertemuan 4
Pembelajaran pada siklus I pertemuan 4 ini dilaksanakan pada hari Kamis 15 Oktober 2009. Apersepsi dengan mengajukan pertanyaan lisan dan harus dijawab secara lisan. Pada pertemuan ini melakukan pembelajaran pada indikator ke-4. Masing-masing siswa diberi
5 soal,
yang harus dijawab secara individual pula. Guru melepas siswa dalam mengerjakannya. Artinya guru tidak memberi bimbingan dan arahan siswa, demikian juga tutor tidak membantu. Proses pembelajaran dishooting dan diambil gambar dengan menggunakan laptop.
a. Observasi Siklus I Pertemuan 4
Pembelajaran siklus I pertemuan 4 siswa cukup tertib. Siswa dapat mengerjakan dengan tenang. Siswa sudah ada kepercayaan diri untuk mengerjakan soal yang harus dikerjakan secara individual. Tidak ada lagi siswa yang ramai, berbicara sendiri, berbisik-bisik, dan bertanya kepada teman. Tabel 17 Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 4 NO BIDANGPENGAMATAN 1 Siswa yang aktif partisipatif dengan baik 2 Siswa mencatat hasil penjelasan 3 Siswa dapat mengemukakan pertanyaan 4 Siswa yang bermain-main 5 Siswa yang tuntas belajar
JUMLAH 19
PERSENTASE 85 %
22
100 %
10
5%
0 21
0% 95 %
Di dalam proses pembelajaran siklus I pertemuan 4, siswa menunjukkan partisiptif aktif adalah 19 siswa (85%). Pada siklus ini tidak ada siswa bermain pada saat mengerjakan soal. Namun nampak 31
32
siswa yang mengemukakan pendapat/ bertanya 10 siswa (5 %). Semua siswa yang mencatat hasil penjelasan. Siswa yang tuntas belajar 21 siswa (95%). Tabel 18 Pengamatan Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan 4 NO 1 2 3 4 5 6 7
BIDANG PENGAMATAN Perencanaan Apersepsi dan motivasi Penyampaian tujuan pembelajaran Penggunaan alat peraga Variasi metode pembelajaran Penugasan pada siswa Bimbingan individual
ADA V V V
TIDAK ADA
V V V V
Pada tabel 18 menunjukkan bahwa guru dalam pembelajaran telah mempersiapkan perencanaan. Sebelum kegiatan inti guru mengadakan apersepsi dan motivasi. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai disampaikan dengan baik. Penggunaan alat peraga tidak ada. Variasi dalam menggunakan metode dilaksanakan dengan baik. Penugasan pada siswa sudah dilaksanakan. Bimbingan individual tidak dilakukan. Guru masih memperhatikan siswa secara keseluruhan. Perhatian diarahkan pada penguasaan seluruh kelas. Dengan harapan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar. Tabel 19 (lampiran 6) menunjukkan bahwa jumlah nilai adalah 1. 635. Rata-rata nilai tes formatif adalah 74,3. Skor tertinggi 100 dan terendah 55. Dengan demikian hasil tes terhadap siklus I pertemuan 4 bahwa hasil belajar telah memenuhi indikator yang ditetapkan yaitu 60 tetapi masih ada beberapa siswa yang belum tuntas.
32
33
Tabel 20 Analisis Nilai Tes Formatif Siklus I Pertemuan 4 NO
INTERVAL
FREKUENSI
1
41-50
0
2
51-60
5
3
61-70
8
4
71-80
4
5
81-90
3
6
91-100
2
Jumlah
22
Tabel 20 di atas menunjukkan bahwa skor 41-50 ada 0 siswa. Skor 51-60 ada 5 siswa. Skor 61-70 ada 8 siswa. Skor 71-80 ada 4 siswa, skor 81-90 ada 3 siswa, dan skor 91-100 ada 2 siswa. Jadi jumlah yang tuntas ada 18 siswa (82%) dan yang belum tuntas ada 4 siswa (18%).
b. Refleksi Siklus I Pertemuan 4 Tabel 21 Angket Siklus I Pertemuan 4 NO
PERNYATAAN
1 2
SKOR YA
TIDAK
Pembelajaran yang telah berlangsung bermakna
22
-
Pembelajaran
yang
telah
berlangsung
22
-
yang
telah
berlangsung
21
1
yang
telah
berlangsung
3
19
21
1
bermanfaat 3
Pembelajaran menyenangkan
4
Pembelajaran menyulitkan
5
Pembelajaran yang telah berlangsung menarik
33
34
Berdasarkan tabel 21 di atas bahwa semua siswa menyatakan belajar lebih bermakna dan bermanfaat dan 21 siswa hatinya merasa senang, kesulitan mengerjakan berkurang yaitu 2 siswa, dan siswa 21 menyatakan bahwa pembelajaran menarik. Walaupun nilai rata-rata kelas meningkat tapi masih ada beberapa siswa yang belum tuntas. Maka perlu mengambil tindakan alternatif untuk siklus II pertemuan 1. Alternatif tindakan siklus II pertemuan 1 yaitu siswa berkelompok beranggotakan 3 siswa, menggunakan tutor sebaya tanpa didampingi guru, dengan menaikan target ketuntasan 90% sesuai KKM.
4.3 Pelaksanaan Siklus II 4.3.1 Tindakan Siklus II Pertemuan I
Pelaksanaan siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Kamis 22 Oktober
2009. Berdoa dan mengabsen selalu dilakukan sebelum masuk
ke pembelajaran. Pembelajaran pada siklus ini melaksanakan indikator ke5. Untuk memberikan semangat guru memberikan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan pada materi minggu yang lalu. Guru membagi kelompok menjadi 7 kelompok. Setiap kelompok beranggotakan 3 siswa. Guru menempatkan siswa yang dianggap pandai untuk ditempatkan setiap kelompok sebagai tutor pada temannya. Pada pembelajaran siklus ini guru tidak mendampingi setiap kelompok. Setiap kelompok mengerjakan tugas kelompok pada LKS yang berisikan 5 soal.
Bila kelompok menemui
kesulitan dapat menanyakan kepada teman yang pandai atau tutor sebaya. Setelah
selesai
mengerjakan
mempresentasikan hasil kerjanya.
tugas,
maka
setiap
kelompok
Tanggapan dari kelompok lain
diberikan setelah kelompok tertentu selesai mempresentasikan. Tidak lupa kurang lebih 25 menit siswa mengerjakan tes formatif. Pembelajaran didokumentasikan baik vidio maupun foto dengan menggunakan laptop.
34
35
a. Observasi Siklus II Petemuan 1
Pada pembelajaran siklus II pertemuan 1, siswa sudah dapat melaksanakan
tugas
kelompok
dengan
lancar.
Para
tutor
lancar
menjelaskan pada teman kelompok . Kerja sama antara tutor dan anggota kelompok sudah ada peningkatan yang baik. Kesulitan pada kelompok dapat di atasi dengan bantuan tutor. Sehingga ada peningkatan pada kegiatan pembelajaran yang baik. Semua kelompok sudah dapat memainkan perannya dengan benar. Baik antara tutor dan anggota kelompok telah terjalin
komunikasi yang seimbang. Tukar pendapat
diantara mereka berjalan sesuai dengan kemampuan dan kekurangannya masing-masing. Tabel 22 Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 NO BIDANGPENGAMATAN JUMLAH PERSENTASE 1 Siswa yang aktif partisipatif 19 85 % dengan baik 2 Siswa mencatat hasil penjelasan 22 100 % 3 Siswa dapat mengemukakan 10 5% pertanyaan 4 Siswa yang bermain-main 0 0% 5 Siswa yang tuntas belajar 21 95 %
Pada tabel 22 di atas proses pembelajaran siklus II pertemuan 1, siswa menunjukkan partisiptif aktif adalah 19 siswa (85%) . Pada siklus ini siswa bermain pada saat mengerjakan 0 siswa (0%). Namun nampak siswa yang mengemukakan pendapat/ bertanya 10 siswa (5%). Siswa yang mencatat hasil penjelasan 22 (100%). siswa. Siswa yang tuntas belajar 21 siswa (95%).
35
36
Tabel 23 Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 1 NO 1 2 3 4 5 6 7
BIDANG PENGAMATAN Perencanaan Apersepsi dan motivasi Penyampaian tujuan pembelajaran Penggunaan alat peraga Variasi metode pembelajaran Penugasan pada siswa Bimbingan individual
ADA V V V
TIDAK ADA
V V V V
Pada tabel 23 di atas menunjukkan bahwa guru dalam pembelajaran telah
mempersiapkan
perencanaan.
Sebelum
kegiatan
inti
guru
mengadakan apersepsi dan motivasi. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai disampaikan dengan baik. Penggunaan alat peraga tidak ada. Variasi dalam menggunakan metode dilaksanakan dengan baik. Penugasan pada siswa sudah dilaksanakan sesuai rencana yang ditentukan. Bimbingan individual tidak dilakukan, karena sesuai rencana tindakan tanpa didampingi guru. Guru masih memperhatikan siswa secara keseluruhan. Perhatian diarahkan pada penguasaan seluruh kelas. Dengan harapan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar. Tabel 24 (lampiran 7) menunjukkan bahwa jumlah nilai adalah 1. 690. Rata-rata nilai tes formatif adalah 77,72. Skor tertinggi 100 dan terendah 55. Dengan demikian hasil tes terhadap siklus II pertemuan 1 bahwa rata-rata hasil belajar ada peningkatan 5, 68. Tabel 25 Analisis Nilai Tes Formatif Siklus II Pertemuan 1 NO INTERVAL FREKUENSI 1 41-50 1 2 51-60 3 3 61-70 7 4 71-80 7 5 81-90 2 6 91-100 3 Jumlah 22
36
37
Tabel 25 di atas menunjukkan bahwa skor 41-50 ada 1 siswa. Skor 51-60 ada 3 siswa. Skor 61-70 ada 7 siswa. Skor 71-80 ada 7 siswa, skor 81-90 ada 2 siswa, dan skor 91-100 ada 3 siswa. Jadi jumlah yang tuntas ada 19 siswa (86%) dan yang belum tuntas ada 3 siswa (14%).
c. Refleksi Siklus II Pertemuan 1
Tabel 26 Angket Siklus II Pertemuan 1 NO
JAWABAN
PERNYATAAN
YA
TIDAK
1
Pembelajaran yang telah berlangsung bermakna
22
-
2
Pembelajaran yang telah berlangsung bermanfaat
22
-
3
Pembelajaran
21
1
yang
telah
berlangsung
menyenangkan 4
Pembelajaran yang telah berlangsung menyulitkan
2
20
5
Pembelajaran yang telah berlangsung menarik
21
1
Pada tabel 26 menunjukkan bahwa pembelajaran dengan tutor sebaya sebagian besar menyatakan bermakna, bermanfaat, menyenangkan, menarik, dan tidak menyulitkan. Dari hasil tes formatif ternyata telah mencapai 86% prosentase ketuntasan. Dengan demikian masih perlu alternatif tindakan untuk pertemuan 2. Dengan target kentuntasan 88%. Siswa mengerjakan soal secara individual.
4.3.2 Tindakan Siklus II Pertemuan 2
Pembelajaran pada siklus II pertemuan 2 ini dilaksanakan pada hari Kamis 29 Oktober 2009. Apersepsi dengan mengajukan pertanyaan lisan dan harus dijawab secara lisan. Pada pertemuan ini melakukan pembelajaran pada indikator ke-6. Masing-masing siswa diberi
5 soal,
yang harus dijawab secara individual pula. Guru melepas siswa dalam 37
38
mengerjakannya. Artinya guru tidak memberi bimbingan dan arahan siswa. Proses pembelajaran dishooting dan diambil gambar dengan menggunakan laptop.
a. Observasi Siklus II Pertemuan 2
Pada pembelajaran siklus II pertemuan 2, siswa sudah dapat melaksanakan tugas individual dengan tertib. Siswa mengerjakan sesuai dengan kemampuannya sendiri. Sehingga ada peningkatan pada kegiatan pembelajaran yang baik. Ada beberapa siswa yang belum aktif karena ada kesulitan pada nomor soal tertentu. Guru mengawasi siswa dalam mengerjakan. Dan selalu mengawasi siswa yang ingin mengerjakan dengan kerja sama. Guru selalu mencegah siswa yang ingin bertanya dengan temannya. Dengan demikian guru dapat membandingkan hasil pengamatan dengan alternaif tindakan berkelompok. Tabel 27 Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 NO BIDANGPENGAMATAN JUMLAH PERSENTASE 1 Siswa yang aktif partisipatif 22 100 % dengan baik 2 Siswa mencatat hasil 22 100 % penjelasan 3 Siswa dapat mengemukakan 20 90 % pertanyaan 4 Siswa yang bermain-main 0 0% 5 Siswa yang tuntas belajar 21 95 %
Di dalam proses pembelajaran siklus II pertemuan 1, siswa menunjukkan partisiptif aktif
adalah 22 siswa (100%) . Pada siklus ini siswa yang
bermain pada saat mengerjakan 0 siswa (0 %). Tampak siswa yang mampu mengemukakan pertanyaan 20 siswa (90%). Siswa yang mencatat hasil penjelasan
22 siswa atau 100 %. Siswa yang tuntas belajar 21 siswa
(90%).
38
39
Tabel 28 Pengamatan Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan 2 BIDANG PENGAMATAN NO 1 2 3
4 5 6 7
ADA
Perencanaan Apersepsi dan motivasi Penyampaian tujuan pembelajaran Penggunaan alat peraga Variasi metode pembelajaran Penugasan pada siswa Bimbingan individual
TIDAK ADA
V V V V V V V
Pada tabel 28 di atas menunjukkan bahwa guru dalam pembelajaran telah
mempersiapkan
perencanaan.
Sebelum
kegiatan
inti
guru
mengadakan apersepsi dan motivasi. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai disampaikan dengan baik. Penggunaan alat peraga tidak ada. Variasi dalam menggunakan metode dilaksanakan dengan baik. Penugasan pada siswa sudah dilaksanakan sesuai rencana yang ditentukan. Bimbingan individual belum dilakukan, karena sesuai rencana tindakan tanpa didampingi guru. Guru masih memperhatikan siswa secara keseluruhan. Perhatian diarahkan pada penguasaan seluruh kelas. Dengan harapan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan lancar. Tabel 29 (lampiran 8) menunjukkan bahwa jumlah nilai adalah 1. 860. Rata-rata nilai tes formatif adalah 85,45. Skor tertinggi 100 dan terendah 60.Dengan demikian hasil tes terhadap siklus II pertemuan 2 bahwa rata-rata hasil belajar ada peningkatan 7,73. Tabel 30 Analisis Nilai Tes Formatif Siklus II Pertemuan 2 NO 1 2 3 4 5 6
INTERVAL 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100 Jumlah
39
FREKUENSI 0 3 2 7 5 5 22
40
Tabel 30 di atas menunjukkan bahwa skor 41-50 ada 0 siswa. Skor 51-60 ada 3 siswa. Skor 61-70 ada 2 siswa. Skor 71-80 ada 7 siswa, skor 81-90 ada 5 siswa, dan skor 91-100 ada 5 siswa. Jadi jumlah yang tuntas ada 20 siswa (91%) dan yang belum tuntas ada 2 siswa (9%).
b. Refleksi Siklus II Pertemua 2 Tabel 31 Angket Siklus II Pertemuan 2 NO
JAWABAN
PERNYATAAN
YA
TIDAK
1
Pembelajaran yang telah berlangsung bermakna
22
-
2
Pembelajaran yang telah berlangsung bermanfaat
22
-
3
Pembelajaran
21
1
yang
telah
berlangsung
menyenangkan 4
Pembelajaran yang telah berlangsung menyulitkan
2
20
5
Pembelajaran yang telah berlangsung menarik
21
1
Pada tabel 31 di atas pembelajaran siklus II pertemuan 2 berjalan dengan baik. Semua siswa menyatakan bermakna dan bermanfaat. Hanya ada 1 siswa menyatakan tidak senang. Siswa yang masih kesulitan ada 2. Namun hasil tes formatif telah melampaui target ketuntasan yaitu 91% dari target semula yaitu 88%.
4.4 Pembahasan Peningkatan Kualitas Pembelajaran Menggunakan Tutor Sebaya
Pada proses pembelajaran diadakan pengamatan tentang aktivitas siswa. Pengamatan diadakan guru kolaborasi secara keseluruhan siswa. Pengamatan dilakukan pada aktivitas individual maupun secara kelompok siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan tutor sebaya.
40
41
Pembelajaran melalui tutor sebaya yang dilaksanakan dengan dua siklus, ada peningkatan yang baik. Untuk siklus I pertemuan 1 siswa masih banyak yang ramai. Pada pembelajaran siklus I pertemuan 2 belum berjalan lancar. Terutama kepada siswa yang ditunjuk sebagai tutor. Sebagai tutor ternyata belum mampu menjelaskan dan berbicara dengan lancar. Siswa belum pernah menerima pembelajaran melalui tutor sebaya. Suasana pembelajaran ramai dan ada yang mentertawakan tutor. Para tutor tidak lancar dalam berbicara di depan teman sebaya. Pada siklus I pertemuan 3 tutor sudah paham tugasnya sehingga hasil tes meningkat tapi masih siswa yang belum tuntas. Pada siklus I pertemuan 4 ketuntasan hasil belajar meningkat tapi belum mencapai target yang diharapkan. Untuk meningkatakan hasil belajar sesuai target ketuntasan yang di inginkan maka guru mengambil alterntif tindakan pada siklus II. Proses pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 berjalan lancar, suasana tertib, dan hasil tes formatif telah memenuhi KKM tapi ketuntasan belum memenuhi target. Pada siklus II pertemuan 2 hasil tes formatif jauh lebih meningkat sehingga target ketuntasan tercapai 91% bahkan melebihi taget ketuntasan yang diharapkan yaitu 88%. Hal positif lain yang dapat didapatkan dari pembelajaran melalui tutor sebaya adalah peningkatan partisipatif siswa dalam mengikuti pembelajaran. . Artinya pada pembelajaran melalui tutor sebaya perilaku siswa dalam pembelajaran lebih baik bila dibandingkan dengan pembelajaran biasa. Misalnya, pada pembelajaran tutor sebaya ini siswa mulai berani mengemukakn pendapat, ada semangat yang tinggi, rasa keingintahuan bertambah, dan siswa tidak merasa bosan selama mengikuti pembelajran. Peningkatan siswa
dalam mencatat hasil dan keberanian siswa dalam
berargumentasi, rasa percaya diri dan rasa kepuasan yang diperoleh setelah selesai belajar. Siswa merasa bermanfaat dan bermakna terhadap apa yang baru dilakukan, sehingga merasa bertahan dalam belajar. Aktivitas siswa dari sebelum tindakan penggunaan tutor sebaya yang pasif 82% dan aktif 18% tapi sesudah tindakan penggunaan tutor sebaya yang pasif
41
42
menurun menjadi 18% dan yang aktif meningkat menjadi 82%. Hal ini dapat dilihat pada tabel 32. Tabel 32 Perbandingan prosentase aktivitas siswa sebelum dan sesudah tindakan kelas
Aktivitas siswa
Prosentase Pasif
Aktif
Sebelum tindakan
82%
18%
Sesudah tindakan
18%
82%
Pembelajaran dengan tutor sebaya pada siklus I sampai siklus II ternyata terdapat peningkatan yang cukup baik. Hasil ketuntasan belajar siklus I selalu meningkat pada setiap pertemuan yaitu pertemuan 1 tuntas 45% dan belum tuntas 55%, pertemuan 2 tuntas 55% dan belum tuntas 45%, pertemuan 3 tuntas 69% dan belum tuntas 31%, pertemuan 4 tuntas 82% dan belum tuntas 18%. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini. Tabel 33 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I Siklus I Tuntas Belum Tuntas Pertemuan 1 45% 55% Pertemuan 2 55% 45% Pertemuan 3 69% 31% Pertemuan 4 82% 18%
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I e s a t n e s o r P
100% 80% 60% 40% 20% 0%
Tuntas Belum Tuntas
1 2 3 4 n n n n a a a a u u u u m m m m e e e e t t t t r r r r e e e e P P P P
Siklus 1
42
43
Hasil kentuntasan belajar pada siklus II juga selalu meningkat dalam setiap pertemuan yaitu pertemuan 1 tuntas 86% dan belum tuntas 14% sedangkan pada pertemuan 2 ketuntusan sudah melebihi target yaitu 91% dan belum tuntas 9%. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini.
Tabel 34 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
Siklus I
Tuntas
Belum Tuntas
Pertemuan 1
86%
14%
Pertemuan 2
91%
9%
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II 100% e s a t n e s o r P
80% 60%
Tuntas
40%
Belum Tuntas
20% 0% Pertemuan 1
Pertemuan 2
Siklus II
Perbandingan ketuntasan hasil belajar dari kondisi awal tuntas 31% dan belum tuntas 69%, pada siklus I yang tuntas meningkat 51% menjadi 82% sedangkan yang belum tuntas 18% dan pada siklus II yang tuntas meningkat 6% menjadi 91%. Prosentase ini sudah melebihi target kentutasan hasil belajar
43
44
yang ditentukan yaitu 88%. Hal ini dapat dilihat pada tabel dan grafik di bawah ini. Tabel 35 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar
Keterangan
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Tuntas
31%
82%
91%
Belum Tuntas
69%
18%
9%
Perbandingan Ketuntasan H asil Belajar 100% e s a t n e s o r P
80% 60%
Tuntas
40%
Belum Tuntas
20% 0% Kondisi
S ik lus I
Awal
44
S ik lus II
45
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan tutor sebaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan KKM 60 yang ditunjukkan dengan peningkatan prosentase ketuntasan hasil belajar mulai kondisi awal 31% meningkat pada siklus I menjadi 82% dan pada siklus II meningkat menjadi 91%. Prosentase pada siklus II ini telah melebihi target ketuntasan yang ditentukan semula yaitu 88%. Dan dari hasil angket yang diberikan kepada siswa penggunakan tutor sebaya juga dapat membangkitkan motivasi, meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa, serta kemandirina siswa.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, beberapa saran diberikan pada pihak-pihak terkait yaitu guru kelas,
siswa, sekolah dan peneliti
selanjutnya : 1. Bagi guru, dapat meningkatkan cara pembelajaran dengan variasi metode pembelajaran yang lain. 2. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil belajarnya dan keterlibatan siswa dalam semua mata pelajaran. 3. Bagi sekolah, selalu mendukung cara pembelajaran baru dengan menyediakan sarana dan prasarana di sekolah. 4. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan perbandingan dalam pembuatan PTK yang lain.
45