Penyelesaian Pengujian Siklus Penjualan dan Penerimaan: Audit Akun Piutang Usaha
Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengujian Atas Rincian Saldo
Gambar diatas menunjukkan metode yang digunakan oleh auditor dalam merancang pengujian atas rincian r incian saldo s aldo atas at as yang yan g tepat tep at bagi piutang usaha. us aha. Dalam merancang pengujian p engujian atas rincian saldo untuk piutang usaha, auditor harus memenuhi masing-masing delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Kedelapan tujuan tersebut harus sama bagi semua akun. Jika kedelapan tujuan tersebut diterapkan khusus untuk piutang usaha maka hal itu disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha, yaitu yang terdiri dari Piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk terkait, yang totalnya telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku besar umum (Detail tie-in) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Piutang usaha yang dicatat ada (Keberadaan). Piutang usaha yang ada telah dicantumkan (Kelengkapan) Piutang usaha telah akurat (Keakuratan) Piutang usaha telah diklasifikasi dengan benar (Klasifikasi) Pisah batas piutang usaha sudah benar (Pisah batas) Piutang usaha dinyatakan pada nilai Realisasi (Nilai Realisasi) Klien memiliki hak atas piutang usaha (Hak).
Adapun tahapan-tahapan dan metodologi untuk merancang pengujian atas rincian saldo bagi piutang usaha, yaitu : Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha (Tahap I)
Pengujian piutang usaha didasarkan pada prosedur penilaan resiko auditor yang memberikan pemahaman mengenai bisnis dan industri klien. Sebagai bagian dari pemahaman ini, auditor mempelajari industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi tujuan manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikai resiko bisnis klien yang signifikan yang dapat mempengaruhi laporan keuangan termasuk piutang usaha. Auditor juga melakukan prosedur analitis pendahuluan yang dapat menunjukkan kenaikan resiko salah saji piutang usaha. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko Inheren (Tahap I)
Pertama auditor akan memutuskan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan keuangan secara keseluruhan, dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke setiap akun neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha. Alokasi ini disebut sebagai penetapan salah saji yang dapat ditoleransi(setting trouble misstatement). Ketika menilai risiko inheren bagi setiap tujuan untuk akun-akun aeperti piutang usaha, auditor mempertimbangkan risiko bisnis klien dan sifat klien serta industrinya. SAS 99 mengindikasikan auditor harus mengidentifikasi secara formal resiko kecurangan tertentu menyangkut pengakuan pendapatan. Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)
Pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas serta piutang usaha terkait harusnya cukup efektif agar memperoleh data yang akurat. Tiga aspek yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengendalian internal:
-
Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan Pengendalian terhadap pisah batas Pengendalian yang terkait dengan penyisihan tak tertagih
Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk tujuan audit yang berkaita dengan transaksi dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dalam memutuskan risiko deteksi yang direncanakan dan bukti yang direncanakan bagi pengujian atas rincian saldo. Dua aspek hubungan yang perlu disinggung secara khusus : 1. Untuk penjualan, tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi keterjadian mempengaruhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo-eksistensi atau keberadaan. Akan tetapi, untuk penerimaan kas, tujuan audit yang berkaitan dengan ssaldokelengkapan. Hubungan yang serupa juga terjadi pada tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi-kelengkapan. 2. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha-nilai realisasi dan hak serta tujuan yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan, tidak terpengaruh oleh penilaian isiko pengendalian untuk kelas transaksi. Agar penilaian risiko pengendalian untuk tujuan-tujuan tersebut berada dibawah maksimum, auditor harus
mengidentifikasi dan menguji pengendalian secara terpisah demi mendukung tujuantujuan tersebut.
Merancang Dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Atas Transaksi (Tahap II)
Hasil dari pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian resiko pengendalian untuk penjualan dan penerimaan harus direvisi. Auditor menggunakan hasil pengujian substantif atas transaksi untuk menentukan sejauh mana resiko deteksi yang direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha. Merancang Dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)
Prosedur analitis biasanya dilakukan dalam tiga tahap audit yaitu : a. Selama perencanaan b. Ketika melaksanakan pengujian yang terinci c. Sebagai bagian dari penyelesaian audit Sebagian besar prosedur analitis yang dilakukan selama tahap pengujian yang terinci dilakukan setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor melaksanakan prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara keseluruhan, bukan hanya piutang saja. Hal ini dilakukan karna hubungan yang erat antara akun-akun pada laba rugi dan neraca. Ini adalah tabel yang menyajikan contoh-contoh rasio seta perbandingan untuk siklus penjualan dan penagihan serta salah saji potensial yang dapat diungkap oleh prosedur analitis :
Merancang Dan Melaksanakan Pengujian Atas Rincian Saldo Untuk Piutang Usaha (Tahap III)
Pengujian atas rincian saldo yang tepat tergantung pada faktor-faktor yang tercantum pada kertas kerja perencanaan bukti. Tugas menggabungkan faktor-faktor yang menentukan risiko deteksi yang direncanakan sangatlah kompleks karena pengukuran setiap faktor bersifat tidak jelas dan bobot yang tepat yang akan diberikan pada setia faktor sangatlah subjektif.
Merancang Pengujian Atas Rincian Saldo
Konfirmasi piutang usaha merupakan pengujian atas rincian saldo piutang usaha yang paling penting. Ketika membahas pengujian atas rincian saldo piutang usaha, kita akan berfokus pada tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Kita juga mengasumsi dua hal : 1. Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti yang serupa. 2. Auditor telah memutuskan risiko deteksi yang direncanakan untuk pengujian atas rincian saldo bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.
Sebagian besar pengujian piutang usaha dan penyisihan piutang tak tertagih didasarkan pada aged trial balance. Aged trial balance menyajikan daftar saldo-saldo dalam file induk piutang pada tanggal neraca, termasuk saldo pelanggan individual yang beredar dan rincian setiap saldo pada waktu antara tanggal penjualan dan tanggal neraca. Konfirmasi saldo pelanggan merupakan pengujian atas rincian saldo yang paling penting untuk menentukan keberadaan piutang usaha yang dicatat. Jika pelanggan tidak merespon konfirmasi, auditor juga akan memeriksa dokumen pendukung guna memverivikasi pengiriman barang dan bukti penerimaan kas untuk menentukan apakah piutang telah ditagih. Sulit bagi auditor untuk menguji saldo akun yang dihilangkan dari aged trial balance kecuali dengan mengandalkan pada sifat menyeimbangkan sendiri file induk piutang usaha. Jika semua penjualan kepada pelanggan dihilangkan dari jurnal penjualan, kurang saji piutang usaha hampir tidak mungkin ditemukan dengan pengujian atas rincian saldo. Kurang saji penjualan dan piutang usaha dapat dingkapkan oleh pengujian substantif atas transaksi untuk pengiriman yang telah dilakukan tetapi belum dicatat dan oleh prosedur analitis. Biasanya, auditor dapat mengevaluasi klasifikasi piutang usaha jauh lebih mudah dengan mereview aged trial balance untuk piutang yang material dari afilasi, pejabat, direktur, atau pihak terkait lainnya. Untuk memenuhi klasifikasi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo, auditor harus menentukan apakah klie telah memisahkan dengan benar klasifikasi piutang usaha yang berbeda. Salah saji piutang batas (cutoff misstatement) terjadi apabila transaksi periode berjalan dicatat dalam periode selanjutnya atau sebaliknya. Tujuan dari pengujian pisah batas tanpa memandang jenis transaksinya adalah untuk memverifikasi apakah transaksi yang mendekati akhir periode akuntansi telah dicatat pada periode yang tepat. Tujuan pisah batas merupakan
salah satu yang paling penting dalam siklus karena salah saji pisah batas dapat sangat mempengaruhi laba periode berjalan. Salah saji pisah batas dapat terjadi untuk penjualan, retur dan pengurangan penjualan, dan penerimaan kas. Bagi masing-masing pos tersebut, auditor memerlukan pendekatan rangkap tiga untuk menentukan kelayakan pisah batas : 1. Memutuskan kriteria pisah batas yang tepat. 2. Mengevaluasi apakah klien memiliki prosedur yang memadai yang ditetapkan untuk memastikan kelayakan pisah batas. 3. Menguji apakah pisah batas sudah benar.
Pisah Batas Penjualan
Untuk pengukuran yang tepat atas laba periode berjalan, metodenya harus sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum (GAAP) dan ditetapkan secara konsisten. Bagian yang paling penting ketika mengevaluasi metode klien untuk memperoleh pihak batas yang dapat diandalkan adalah menentukan prosedur yang dikeluarkan. Jika klien mengeluarkan dokumen pengiriman yang telah dipranomori secara berurutan, biasanya mudah untuk mengevaluasi dan menguji pihak batas.
Pisah Batas dan Pengurangan Penjualan
Prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum mengharuskan bahwa retur dan pengeluaran penjualan ditandingkan dengan penjualan yang terkait jika jumlahnya material. Jika auditor yakin bahwa klien telah mencatat semua retur dan pengurangan penjualan dengan benar, pengujian pisah batas akan menjadi sederhana dan bersifat langsung. Auditor dapat memeriksa dokumen pendukung menyangkut sampel retur dan pengurangan penjualan yang dicatat selama beberapa minggu setelah tanggal penutupan untuk menentukan tanggal penjualan sebenarnya.
Pisah Batas Penerimaan Kas
Untuk sebagian besar audit, pisah batas penerimaan kas yang benar tidak begitu penting dibandingkan dua pisah batas sebelumnya, karena pisah batas kas yang tidak tepat hanya mempengaruhi saldo kas dan piutang usaha, bukan laba. Akan tetapi jika salah sajinya material, hal itu dapat mempengaruhi kewajaran penyajian akun-akun tesebut terutama jika kas memiliki saldo yang kecil atau negatif.
Piutang Usaha Dinyatakan Pada Nilai Realisasi
Prinsip-prinsip akuntansi yana berterima umum (PABU) mengharuskan perusahaan menyatakan piutang usaha pada jumlah yang akan tertagih. Nilai realisasi piutang usaha
(reliazable value of accounts receivable) sama dengan piutang usaha kotor dikurangi penyisihan piutang tak tertagih. Klien melakukan estimasi mengenai berapa total piutang usaha yang tidak dapat ditagih. Masalahnya, klien tidak mampu memprediksi piutang tak tertagih secara tepat, namun penting bagi seorang auditor untuk mengevaluasi apakah penyisihan klien itu wajar dan masuk akal dengan mempertimbangkan semua fakta yang tersedia. Auditor seringkali menyiapkan skedul audit untuk menganalisis penyisihan piutang tak tertagih, seperti contoh pada gambar 16-4 berikut ini:
Untuk mulai mengevaluasi, auditor mereview hasil pengujian pengendalian kebijakan kredit klien. Jika kebijakan kredit klien tidak berubah dan hasil pengujian terhadap kebijakan kredit serta persetujuannya konsisten dengan hasil tahu sebelumnya, maka perubahan saldo penyisihan piutang tak tertagih hanya haru merefleksikan perubahan kondisi perekonomian dan volume penjualan. Namun, jika kebijakan kredit klien atau tingkat dimana kebijakan itu berfungsi dengan benar telah berubah secara signifikan, maka auditor harus mempertimbangkan pengaruh perubahan itu dengan sangat cermat. Untuk mengevaluasi kecukupan penyisihan, auditor memeriksa secara cermat piutang tidak lancar pada aged trial balance untuk menentukan piutang yang belum bayar setelah tanggal neraca, kemudian dibandingkan dengan tahu sebelummnya (jumlah dan umur saldo yang belum bayar). Hal itu dilakukan untuk mengevaluasi apakah jumlah piutang tidak lancar meningkat atau menurun seiring berjalannya waktu. Selain itu auditor juga memperoleh pandangan mengenai kolektibilitas piutang dangan memeriksa file kredit, diskusi dengan manajer kredit, dan review file korespondensi klien. Prosedur tersebut penting jika bebrapa saldo yang berjumlah besar bersifat tidak lancar dan belum dibayar atas dasar regular.
Auditor menghadapi dua kekurangan saat mengevaluasi penyisihan dengan mereview setiap saldo tidak lancer pada aged trial balance: 1. Pertama, piutang lancar diabaikan ketika menetapkan kecukupan penyisihan, walaupun beberapa dari jumlah tersebut tidak diragukan lagi akan menjadi tidak tertagih. 2. Kedua, sulit untuk membandingkan hasil tahun berjalan dengan tahun sebelumnya atas dasar yang tidak terstruktur. Jika piutang secara progresif menjadi tidak tertagih selama beberapa tahun, fakta ini dapat terabaikan. Untuk menghindari kelemahan di atas, klien dapat menetapkan sejarah penghapusan piutang tak tertagih selama suatu periode waktu sebagai kerangka referensi untuk mengevaluasi penyisihan tahun berjalan. Beban piutang tak tertagih
Setelah auditor selesai dengan penyisihan piutang tak tertagih, akan jauh lebih mudah dalam memverifikasi beban piutang tak tertagih, dengan asumsi: 1. Saldo awal akun penyisihan diverifikasi sebagai bagian dari audit sebelumnya. 2. Penghapusan piutang tak tertagih diverifikasi sebagai bagian dari pengujian substantif atas transaksi. 3. Saldo akhir akun penyisihan telah diverifikasi dengan berbagai cara. Kemudian, beban piutang tak tertagih hanya merupakan saldo residu yang dapat diverifikasi melalui perhitungan ulang. Klien memiliki hak atas Piutang usaha
Pada umumnya memang tidak menimbulkan masalah karena piutang memanglah hak klien. Akan tetapi dalam beberapa kasu, sebagian dari piutang mungkin telah digadaikan sebagai jaminan, dibebankan kepada orang lain, difaktorkan, atau dijual dengan diskon. Biasanya, pelanggan klien tidak menyadari keberadaan masalah semacam itu, sehingga konfirmasi piutang tidak akan memberikan apapun. Untuk mengungkapkan situasi dimana klien memiliki hak terbatas atas piutang: 1) auditor dapat mereview notulen rapat, 2) lalu, membahasnya dengan klien, 3) konfirmasi dengan bank, 4) memeriksa kontrak utang menyangkut bukti piutang usaha yang digadaikan sebagai jaminan, dan 5) memeriksa file korespondensi. Penyajian dan Pengungkapan Piutang usaha
Pengujian terhadap empat tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan umumnya dilakukan sebagai bagian dari tahap penyelesaian audit. Seringkali pengujian terhadap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Sebagai contoh, ketika menguji penjualan dan piutang usaha, auditor harus memahami dan mengevaluasi kelayakan kebijakan pengakuan pendapatan klien untuk menentukan apakah hal tersebut sudah diungkapkan dengana layak dalam laporan keuangan. Selain itu, auditor juga harus
memutuskan apakah klien telah mengombinasikan jumlah dan mengungkapkan informasi pihak terkait dengan tepat dalam laporan.
Memperoleh Dan Mengevaluasi Konfirmasi Piutang Usaha
Konfirmasi piutang usaha adalah konsep yang terus berulang dalam pembahasan mengenai perancangan pengujian atas rincian saldo piutang usaha. Tujuan utama konfirmasi piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan eksistensi, keakuratan, serta pisah batas. Standar auditing mengharuskan konfirmasi piutang usaha dalam situasi yang normal. SAS (AU 330) menyediakan tiga pengecualian terhadap keharusan menggunakan konfirmasi: 1. Piutang usaha tidak material. Hal ini sudah umum bagi perusahaaan tertentu seperti toko diskon yang terutama melakukan penjualan secara tunai atau dengan kartu kredit. 2. Auditor mempertimbangkan konfirmasi bukti yang tidak efektif karena tingkat responnya kemungkinan tidak akan memadai atau tidak dapat diandalkan . dalam industri tertentu, seperti rumah sakit, tingkat respons terhadap konfirmasi sangatlah rendah. 3. Gabungan tingkat risiko inheren dan risiko pengendalian rendah dan bukti substantive lainnya dapat diakumulasi untuk menyediakan bukti yang mencukupi. Jika klien memiliki pengendalian internal yang efektif dan risiko inheren yang rendah untuk siklus penjualan dan penagihan, auditor seringkali bisa memenuhi persyaratan bukti dengan pengujian pengendalian, pengujian substantive atas transaksi, dan prosedur analitis. Jika auditor memutuskan tidak akan mengkonfirmasi piutang usaha, justifikasi untuk melakukan hal tersebut harus didokumentasikan dalam file audit. Dalam melakukan prosedur konfirmasi, pertama auditor harus memutuskan jenis konfirmasi yang digunakan. Jenis-jenis Konfirmasi: a. Konfirmasi positif (positive confirmation) adalah komunikasi dengan debitor yang meminta pihak penerima untuk mengkonfirmasi secara langsung apakah saldo yang dinyatakan pada permintaan konfirmasi itu benar atau salah. Bukti yang lebih dapat diandalkan karena auditor dapat melakukan prosedur tindak lanjut jika respons tidak diterima dari debitor.
b. Formulir konfirmasi yang kosong (blank confirmation form) adalah jenis konfirmasi positif yang tidak menyatakan jumlah pada konfirmasi tetapi meminta penerimanya untuk mengisi saldo atau melengkapi informasi lainnya. Karena formulir yang masih kosong mengharuskan pihak penerima untuk menentukan informasi yang diminta, formulir ini dianggap lebih dapat diandalkan ketimbang konfirmasi yang memasukkan informasi tentang saldo. Formulir kosong jarang digunakan dalam praktik karena sering menghasilkan tingkat respons yang lebih rendah. c. Konfirmasi faktur (invoice confirmation) adalah jenis konfirmasi positif lainnya dimana setiap faktur akan dikonfirmasi, dan bukan saldo piutang usaha pelanggan secara keseluruhan. Konfirmasi ini mengahasilkan perbedaan waktu yang tidak terlalu banyak dan merekonsiliasi pos-pos lainnya ketimbang konfirmasi saldo. d. Konfirmasi negative (negative confirmation) juga ditujukan kepada debitor tetapi hanya akan meminta respons jika debitor tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan. Dengan konfirmasi negative, kegagalan menjawab harus dianggap sebagai respons yang benar, walaupun debitor mungkin mengabaikan permintaan konfirmasi.
Jika kelemahan reliabilitas dapat dioffset, konfirmasi negative jauh lebih murah dikirimkan ketimbang konfirmasi positif, sehingga lebih banyak yang dapat didistribusikan dengan total biaya yang sama. Konfirmasi negative lebih murah karena tidak ada permintaan kedua dan tidak ada tidak ada tindak lanjut terhadap nonrespons. Penentuan jenis konfirmasi yang akan digunakan harus berdasarkan fakta dalam audit dan berada ditangan auditor. SAS 67 menyatakan bahwa penggunaan konfirmasi negative hanya dapat diterima jika seluruh situasi berikut tersedia: 1. Piutang usaha tercipta dari sejumlah besar akun-akun yang kecil. 2. Penilaian risiko pengendalian dan risiko inheren gabungan adalah rendah. Risiko gabungan ini tidak mungkin rendah jika pengendalian internal tidak efektif atau jika ada ekspektasi salah saji yang tinggi. 3. Tidak ada alasan untuk percaya bahwa penerima konfirmasi tidak mungkin memberikan pertimbangannya. Pada umumnya, jika konfirmasi negative digunakan, auditor akan sangat menekankan pada keefektifan pengendalian internal, pengujian substantive atas transaksi, dan prosedur analitis sebagai bukti kewajaran piutang usaha, serta mengasumsikan bahwa sebagian besar penerima konfirmasi akan membaca dengan teliti dan merespons permintaan konfirmasi. Konfirmasi negatif seringkali digunakan untuk mengaudit rumah sakit, toko ritel, bank, dan industry lainnya dimana piutang berasal dari masyarakat umum. Kombinasi antara konfirmasi positif dan konfirmasi negative juga sudah umum digunakan, yaitu dengan mengirimkan konfirmasi positif ke akun dengan saldo yang besar dan konfirmasi negatif ke akun dengan saldo yang kecil.
Penetapan waktu
Bukti yang paling dapat diandalakan dari konfirmasi baru akan diperoleh jika konfirmasi itu dikirm sedekat mungkin dengan tanggal neraca. Hal ini akan memungkinkan auditor untuk menguji secara langsung saldo piutang usaha pada laporan keuangan tanpa harus membuat kesimpulan apa pun mengenai transaksi yang terjadi antara tanggal neraca. Jika keputusan untuk mengkonfirmasi piutang usaha dibuat sebelum akhir tahun, biasanya auditor akan membuat sebuah skedul di muka yang merekonsiliasi saldo piutang usaha pada tanggal konfirmasi dengan piutang usaha pada tanggal neraca. Selain melaksanakan prosedur analitis atas aktivitas selama sela periode juga perlu menguji transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca. Auditor dapat mencapai hal ini dengan memeriksa dokumen internal seperti salinan faktur penjualan, dokumen pengiriman, dan bukti penerimaan kas.
Mengembangkan Program Audit Bagi Pengujian Yang Terinci
Kita akan menggunakan Hillsburg Hardware Cc, untuk mengilustrasikan pengembangan prosedur program audit untuk pengujian yang terinci dalam siklus penjualan dan penagihan. Penentuan prosedur tersebut didasarkan pada pengujian pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Fran Moore, auditor senior menyiapkan kertas kerja perencanaan bukti sebagai alat bantu untuk membantunya memutuskan luas pengujian atas rincian saldo yang direncanakan. Sumber setiap baris adalah sebagai berikut:
Materialitas kerja. Pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas ditetapkan sebesar $442.000 ( sekitar 6% dari laba operasi). Dia mengalokasikan $265.000 sebagai materialitas kinerja pada audit piutang usaha. Risiko audit yang dapat diterima. Fran menilai resiko audit yang dapat diterima sebagai sedang karena perusahaan merupakan perusahaan terbuka, tetapi sedang dalam kondisi keuangan yang baik, dan memiliki integritas manajemen yang tinggi. Risiko inheren. Fran menilai sedang risiko inheren untuk tujuan eksistensi dan pisah batas karena cemas dengan pengakuan pendapatan yang diidentifikasi dalam standar auditing. Risiko pengendalian. Penilaian risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit adalah hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif konsistensi dengan penilaian awal auditor atas risiko pengendalian, kecuali untuk tujuan kakuratan dan realisasi penjualan. Hasil pengujian substantif atas transaksi. Prosedur analitis Risiko deteksi yang direncanakan dan bukti audit yang direncanakan. Keduanya diputuskan untuk setiap tujuan berdasarkan kesimpulan pada baris lainnya.
Kertas kerja perencanaan bukti untuk memutuskan pengujian atas rincian saldo Hillsburg Hardware Co,- piutang usaha. a mi r et i d t a ni t-
d
p
n k
ar
a a
i
ar e
e
rendah
y
K
i
s e K
al k N
H
as
a e
a h
k
b
resiko audit sedang yang diterima resiko inheren rendah
n
fi
el K
b
u n
e D
ki
a
g
d at
s a
g
at
is at
a ei
resiko pengendalian penerimaan kas resiko pengendalian pengendalian tambahan
a a
n -
resiko pengendalian penjualan
p n
al
i i
K
P
a
sedang sedang sedang sedang sedang
sedang
sedang
sedang rendah
rendah
rendah
sedang
sedang
sedang rendah
tinggi
rendah
sedang
tinggi
rendah tidak dapat diterap kan tidak dapat diterap kan
rendah
sedang
rendah
rendah
rendah
rendah
tidak dapat diterapkan
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
tidak ada
rendah
tidak dapat diterapkan
tidak dapat diterap kan
pengujian hasil substantif atas yang transaksi baik penjualan
hasil yang baik
hasil yang baik
hasil yang wajar
hasil yang baik
hasil yang tidak dapat diterima
pengujian substantif atas hasil transaksiyang penerimaan baik kas
hasil yang baik
hasil yang baik
hasil yang baik
hasil yang baik
hasil yang baik
tidak dapat diterapkan
tidak dapat diterap kan
hasil yang baik
hasil yang baik
hasil yang baik
hasil yang baik
hasil yang baik
hasil yang baik
tidak dapat diterapkan
tidak dapat diterap kan
rendah
tinggi
prosedur analitis
resiko deteksi yang tinggi direncanakan
sedang tinggi
sedang tinggi
rendah
untuk pengujian atas saldo bukti audit yang direncanakan rendah sedang rendah untuk pengujian atas rincian saldo materialitas kerja $265.000
sedang rendah
tinggi
tinggi
rendah
Tabel tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dan program audit untuk Hillsburg Hardware Co- siklus penjualan dan penagihan (format rancangan). Tabel dibawah ini menunjukan program audit bagi pengujian yang terinci untuk piutang usaha, berdasarkan tujuan dan untuk penyisihan pitang tak tertagih.
Tujuan audit dengan saldo
yang
berkaitan
Piutang usaha dalam aged trial balance sama dengan jumlah file induk terkait, dan totalnya telah ditambahkan dengan benar dan sama dengan buku besar umum (detail-tie-in)
Prosedur audit
Piutang usaha pada aged trial balance memang ada (eksistensi)
.piutang usaha yang ada telah dimasukkan dalam aget trial
Memperoleh aged trial balance piutang usaha dan menelusuri saldonya ke buku besar umum (1). Menggunakan perangkat lunak audit untuk memfoot dan mengcroos-foot aged trial balance (2). Menelusuri 10 akun dari neraca saldo ke akun pada profil induk (8).
Mengkonfirmasi piutang usaha dengan menggunakan konfirmasi positif. Mengkonfirmasi semua jumlah diatas $100.000 dan sampel statistik sisanya (10). Melaksanakan prosedur alternatif untuk semua konfirmasi yang tidak dikembalikan pada permintaan pertama atau kedua (11). Meriview neraca saldo piutang usaha menyangkut jumlah piutang usaha yang besar dan tidak biasa (3). Menelusuri lima akun dari file induk piutang usaha ke aged trial balance (9).
balance (kelengkapan). Piutang usaha dalam neraca saldo sudah akurat (keakuratan).
Piutang usaha pada aged trial balance telah diklasifikasi dengan benar (klasifikasi).
Transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan telah dicatat pada periode yang tepat (pisah batas)
Piutang dinyatakanpada realisasi (nilai realisasi).
nilai
Mengkonfirmasi piutang usaha, dengan menggunakan konfirmasi positif. Mengkonfirmasi semua jumlah diatas $100.000 dan sampel statistik sisanya (10). Melaksankan prosedur alternatif untuk semua konfirmasi yang tidak dikembalikan pada permintaan pertama dan kedua (11). Meriview neraca saldo piutang usaha menyangkut jumlah piutang yang besar dan tidak bias (3). Meriview piutang yang tercantum pada aged trial balance untuk wesel dan piutang pihak terkait (5). Menanyai manajemen apakah ada wesel dari pihak terkait atau piutang jangka panjang yang dimasukkan dalam neraca saldo (6). Memilih 20 transaksi penjualan terakhir dari jurnal penjualan tahun berjalan dan 20 transaksi pertama dari tahun selanjutnya serta menelusuri masing-masing ke dokumen pengirim terkait dengan memeriksa tanggal pengiriman actual dan mengoreksi pencatatan (14). Meriview retur dan pengurangan penjualan yang besar sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk menentukan apakah telah dicatat pada periode yang benar (15). Menelusuri10 akun dari aged trial balnce ke file induk piutang usaha untuk menguji umur yang tepat pada neraca saldo (8). Menggunakan perangkat lunak audit untuk mengfoot dan mengcroos-foot aged trial balance (2). Membahas dengan manajer kredit kemungkinan penagihan piutang yang sudah lama.memeriksa penerimaan kas selanjutnya dan file kredit atas semua piutang selama 90 hari serta mengevaluasi apakah piutang dapat ditagih (12). Mengevaluasi apakah penisihan sudah memadai setelah melakukan prosedur audit
Klien memiliki hak atas piutang usaha pada neraca saldo (hak).
lainnya menyangkut ketertagihan piutang (13). Meriview notulen rapat dewan direksi menyangkut adanya indikasi piutang usaha yang digadaikan atau difactorkan (7). Menanyai manajemen apakah ada piutang yang digadaikan atau difaktorkan (7).
Program audit merefleksikan kesimpulan menyangkut bukti audit yang direncanakan pada kertas kerja perencanaan bukti. Dibawah ini adalah tabel program audit pengujian atas rincian saldo untuk Hillsburg Hardware Co.-siklus penjualan dan penagihan (format kinerja). 1. Memperoleh aged trial balance piutang usaha dan menelusuri saldonya ke buku besar umum. 2. Menggunakan perankat lunak audit untuk mengfoot dan mengcroos-foot aged trial balance 3. Meriview aged trial balnce untuk piutang yang berjumlah besar dan tidak biasa 4. Menghitung prosedur analitis yang ditunjukan dalam skedul audit yang dikompensasi ke depan (tidak dimasukkan) dan tindak lanjut terhadap setiap perubahan yang signifikan dari tahun sebelumnya. 5. Mereview piutang yang tercantum pada aged trial balance menyangkut wesel tagih dan piutang dengan pihak yang terkait. 6. Menanyai manajemen apakah ada ihak terkait, wesel, atau piutang jangka panjang yang dimasukkan dalam neraca saldo. 7. Meriview notulen dewan rapat direksi dan menanyai manajemen untuk menentukan apakah ada piutang yang digadaikan atau difaktorkan. 8. Menelusuri 10 akun dari aged trial balance ke file induk piutang usaha untuk menguji kebenaran umur pitang dan saldonya. 9. Menelusuri lima piutang dari file induk piutang ke aged trial balance 10. Mengkonfirmasi piutang usaha, dengan menggunakan konfirmasi positif. Mengkonfirmasi semua jumlah diatas $100.000 dan memilih sampel statistik dengan menggunakan perangkat lunak audit untuk sisanya. 11. Melakukan prosedur alternatif untuk semua konfirmasi yang yang tidak dikembalikan pada permintaan pertama atau kedua. 12. Membahas dengan manajer kredit tentang kemungkinan penagihan piutang yang sudah lama. Memeriksa penerimaan kas selanjutnya dan file kredit atas semua piutang yang berjumlah lebih besar selama 90 hari dan mengevaluasi apakah piutang tersebut dapat ditagih. 13. Mengevaluasi apakah penyisihan sudah memadai setelah melakukan prosedur audit lainnya menyangkut kolektibilitas atau ketertagihan piutang. 14. Memilih 20 transaksi penjualan terakhir dari jurnal penjualan tahun berjalan
dan 20 transaksi pertama dari tahun selanjutnya serta masing ke dokumen pengiriman terkait, dengan pengiriman aktual dan mengoreksi pencatatan. 15. Meriview retur dan pengurangan penjualan yang besar tanggal neraca untuk menentukan apakah telah dicatat benar.
Daftar Pustaka :
menelusuri masingmemeriksa tanggal sebelum dan setelah dalam periode yang
TUGAS AUDITING II Penyelesaian Pengujian Siklus Penjualan dan
“
Penerimaan: Audit Akun Piutang Usaha
Dosen Pembimbing :
Drs. H. Yuskar S.E, M.A, Ak
Disusun Oleh :
Trie Putri Christalia (1410532023) Rika Yunelza (1410532035) Megi Safitri (1410532036) Indri Permata Sari (1410531070)
UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS EKONOMI 2016/2017
”