BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Suhu tubuh relatif konstan. Hal ini di perlukan untuk sel-sel tubuh agar dapat berfungsi secara efektif. Normalnya suhu tubuh berkisar 36-37°C. Suhu tubuh dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang di produksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu. Panas di produksi tubuh melalui proses metabolisme, aktivitas otot, dan sekresi kelenjar. Produksi panas meningkat atau menurun dipengaruhi oleh suatu sebab, misalnya karena penyakit ataupun stres. Suhu tubuh terlalu ekstrim, baik panas atau dingin yang ekstrim, dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, perawat perlu membantu klien apabila mekanisme homeostasis tubuh, untuk mengontrol suhu tubuhnya, tidak mampu menanggulanginya perubahan suhu tubuh tersebut secara efektif. Secara fisiologi suhu tubuh merupakan perbedaan antara jumlah panas yang di hasilkan tubuh dengan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Panas yang di hasilkan – hasilkan – panas panas yang hilang = suhu tubuh. Nilai suhu tubuh di tentukan oleh lokasi pengukuran (oral, rektal, aksila, membran timpani). Anda akan mempelajari kisaran suhu pada klien individual di lahan praktik. Tidak ada satu nilai suhu tubuh tunggal yang normal bagi semua orang. Pengaturan suhu tubuh bertujuan memperoleh nilai suhu jaringan dalam pada tubuh. Lokasi yang mewakili suhu ini merupakan indikator yang lebih terpercaya di bandingkan lokasi yang mewakili suhu permukaan.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaturan suhu tubuh itu ? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi produksi panas ? 3. Apa saja faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ? 4. Bagaimana proses keperawatan dan termoregulasinya ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum Untuk mengetahui secara umum pengaturan suhu tubuh, faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh serta proses keperawatan dan termoregulasinya. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus makalah ini adalah : a. Mengidentifikasi pengaturan suhu tubuh b. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi produksi panas c. Mengidentifikasi fakror yang mempengaruhi suhu tubuh d. Mengidentifikasi proses keperawatan dan termoregulasinya
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi penulis Diharapkan dapat menambah wawasan dan latihan bagi penulis dalam melakukan tindakan keperawatan 2. Bagi institusi Diharapkan dapat sebagai bahan informasi mengenai pengaturan suhu tubuh di kalangan institusi kesehatan.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini terdiri dari empat (IV) Bab. Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teori yang terdiri dari definisi, fisiologi pengaturan suhu tubuh, faktor-faktor mempengaruhi suhu tubuh, gangguan suhu tubuh, pemeriksaan suhu tubuh, penatalaksanaan gangguan pemenuhan suhu tubuh, dan asuhan keperawatan teoritis gangguan pemenuhan suhu tubuh. Bab III Tinjauan kasus yang terdiri dari
2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaturan suhu tubuh itu ? 2. Apa saja faktor yang mempengaruhi produksi panas ? 3. Apa saja faktor yang mempengaruhi suhu tubuh ? 4. Bagaimana proses keperawatan dan termoregulasinya ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum Untuk mengetahui secara umum pengaturan suhu tubuh, faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh serta proses keperawatan dan termoregulasinya. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus makalah ini adalah : a. Mengidentifikasi pengaturan suhu tubuh b. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi produksi panas c. Mengidentifikasi fakror yang mempengaruhi suhu tubuh d. Mengidentifikasi proses keperawatan dan termoregulasinya
D. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi penulis Diharapkan dapat menambah wawasan dan latihan bagi penulis dalam melakukan tindakan keperawatan 2. Bagi institusi Diharapkan dapat sebagai bahan informasi mengenai pengaturan suhu tubuh di kalangan institusi kesehatan.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini terdiri dari empat (IV) Bab. Bab I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teori yang terdiri dari definisi, fisiologi pengaturan suhu tubuh, faktor-faktor mempengaruhi suhu tubuh, gangguan suhu tubuh, pemeriksaan suhu tubuh, penatalaksanaan gangguan pemenuhan suhu tubuh, dan asuhan keperawatan teoritis gangguan pemenuhan suhu tubuh. Bab III Tinjauan kasus yang terdiri dari
2
pengkajian, diagnosa dia gnosa keperawatan, perencanaan, evaluasi. Bab IV Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
3
BAB II KONSEP TEORITIS KDM PENGATURAN SUHU TUBUH
A. DEFINISI
Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang dihasilkan tubuh dengan jumlah lingkungan luar. Panas yang di hasilkan – panas yang hilang = suhu tubuh. Mekanisme kontrol suhu pada manusia menjaga suhu inti (suhu jaringan dalam) tetap konstan pada kondisi lingkungan dan aktivitas fisik yang ekstrim. Namun suhu permukaan berubah sesuai aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Karena perubahan tersebut, suhu normal pada manusia berkisar dari 36-37°C. Pada rentang ini, jaringan dan sel tubuh akan berfungsi secara optimal. Nilai suhu tubuh juga di tentukan oleh lokasi pengukuran (oral, rektal, aksila, membran timpani). Suhu oral rata bagi dewasa muda yang sehat adalah 37°C (98,6° Fahrenheit). Anda akan mempelajari kisaran suhu pada klien individual di lahan praktik. Tidak ada satu nilai suhu tunggal yang normal bagi semua orang. Pengaturan suhu tubuh bertujuan memperoleh nilai suhu jaringan dalam pada tubuh. Lokasi yang mewakili suhu ini merupakan indikator yang lebih terpercaya dibandingkan lokasi yang mewakili suhu permukaan.
B. FISIOLOGI PENGATURAN SUHU TUBUH
Mekanisme fisiologi dan perilaku mengatur keseimbangan antara panas yang hilang dan di hasilkan, atau lebih sering disebut sebagai termoregulasi. Mekanisme tubuh harus mempertahankan hubungan antara produksi panas dan kehilangan panas agar suhu tubuh tetap konstan dan normal. Hubungan ini diatur oleh mekanisme neurologis dan kardiovaskuler. Suhu tubuh di atur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua hemisfer otak. Fungsi hipotalamus adalah seperti termostat. Suhu yang ‘nyaman’ merupakan ‘sel- point’ untuk operasi sistem pemanas. Penurunan suhu
4
lingkungan akan mengaktifkan pemanas, sedangkan peningkatan suhu akan mematikan sistem pemanas tersebut. Hipotalamus mendeteksi perubahan kecil pada suhu tubuh. Hipotalamus anterior
mengatur kehilangan panas, sedangkan hipotalamus posterior mengatur
produksi panas. Jika sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas di luar batas titik pengaturan (sel point), maka impuls dikirimkan untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme kehilangan panas adalah keringat, vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah, dan hambatan produksi panas, tubuh akan mendistribusikan darah ke pembuluh darah permukaan untuk menghilangkan panas. Jika hipotalamus posterior mendeteksi penurunan suhu tubuh di bawah titik pengaturan, tubuh akan memulai mekanisme konservasi panas. Vasokontriksi (penyempitan) pembuluh darah mengurangi aliran darah ke kulit dan ekstremitas. Produksi panas distimulasi melalui kontraksi otot volunter dan otot yang menggigil. Saat vasokontriksi tidak efektif, maka akan timbul gerakan menggigil. Penyakit atau trauma pada hipotalamus atau sumsum tulang belakang (yang meneruskan pesan hipotalamus) akan mengubah kontrol suhu dengan berat. Termoregulasi bergantung pada fungsi normal dari proses produksi panas. Panas yang dihasilkan tubuh adalah hasil sampingan metabolisme, yaitu reaksi kimia dalam seluruh sel tubuh. Makanan merupakan
sumber utama bahan bakar untuk
metabolisme.
C. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI SUHU TUBUH
Banyak faktor yang mempengaruhi suhu tubuh. Sadarilah faktor-faktor tersebut saat mengkaji variasi suhu dan mengevaluasi penyimpangan dari nilai normal. 1. USIA, Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan
suhu sehingga terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap lingkungan. Pastikan mereka mengenakan pakaian yang cukup dan hindari pajanan terhadap suhu lingkungan. Seorang bayi lahir dapat kehilangan 30% panas tubuh melalui kepala untuk mencegah kehilangan panas. Suhu tubuh bayi lahir berkisar antara 5
35,5-37,5°C. Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan terus menurun saat seseorang semakin tua. Para dewasa tua memiliki kisarab suhu tubuh yang lebih kecil dibandingkan dewasa muda. Suhu oral senilai 35°C pada lingkungan dingin cukup umum ditemukan pada dewasa tua. Namun, rerata suhu tubuh dari dewasa tua adalah 36°C. Mereka lebih sensitif terhadap suhu ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan, terutama pengaturan vasomotor (vasokontriksi dan vasodilatasi) yang buruk, berkurangnya jaringan subkutan, berkurangnya aktivitas kelenjar keringat, dan metabolisme yang menurun. 2. OLAHRAGA, Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan
pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan metabolisme
dan
dapat
meningkatkan
produksi
panas
sehingga
terjadi
peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 41°C. 3. KADAR HORMON, Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang
lebih bersar. Hal ini dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus menstruasi. Saat progesteron rendah, suhu tubuh berada dibawah suhu dasar, yaitu 1/10nya. Suhu ini bertahan sampai terjadi ovulasi. Saat ovulasi, kadar progesteron yang memasuki sirkulasi akan meningkat dan menaikkan suhu tubuh dasar atau suhu yang lebih tinggi. Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita. Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita menopause. Mereka biasanya mengalami periode panas tubuh yang intens dan perspirasi selam 30 detik dampai 5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh sementara sebanyak 4°C, yang sering disebut hot flashes. Hal ini diakibatkan ketidakstabilan pengaturan vasomotor. 4. IRAMA SIRKADIAN, Suhu tubuh yang normal berubah 0,5 sampai 1°C selama
periode 24 jam. Suhu terendah berada di antara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari, suhu tubuh meningkat dan mencapai maksimum pada pukul 6 sore, lalu menurun kembali sampai pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu untuk terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah seiring usia.
6
5. STRES, Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui
stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang akan meningkatkan produksi panas. Klien yang gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih tinggi. 6. LINGKUNGAN, Lingkungan memengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme
kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak-anak dan dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang efisien.
D. GANGGUAN SUHU TUBUH
Perubahan suhu tubuh diluar kisaran normal akan mempengaruhi titik pengaturan hipotalamus. Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas berlebihan, kehilangan panas berlebihan, produksi panas minimal, kehilangan panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan akan memengaruhi jenis masalah klinis yang dialami klien. Beberapa gangguan suhu tubuh diantaranya : 1. DEMAM, Pireksia atau demam, terjadi karena ketidakmampuan mekanisme
kehilangan panas untuk mengimbangi produksi panas yang berlebihan sehingga terjadi peningkatan suhu. Demam tidak berbahaya jika di bawah 39°C, dan pengukuran tunggal tidak menggambarkan demam, selain adanya tanda klinis, penentuan demam juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal indivivu tersebut. Demam seharusnya terjadi akibat perubahan titik pengaturan hipotalamus. Pirogen, seperti bakteri atau virus meningkatkan suhu tubuh. Pirogen bertindak sebagai
antigen
yang
memicu
respon
sistem
imun.
Hipotalamus
akan
meningkatkan titik pengaturan dan tubuh akan menghasilkan serta menyimpan panas. Demam adalah mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan suhu ringan sampai 39°C menambah sistem imunitas tubuh. Saat episode febris, produksi sel darah putih dirangsang. Peningkatan suhuakan menurunkan konsentrasi besi dalam plasma darah sehingga menekan pertumbuhan bakteri. Demam juga melawan infeksi virus dengan menstimulasi interferon, yaitu substansi antivirus alamiah pada tubuh. Demam dan polanya dapat membantu diagnosis. Pola demam bergantung pada pirogen penyebab.Peningkatan atau penurunan aktivitas pirogen mengakibatkan peningkatan (spike) dan penurunan 7
demam pada waktu yang berbeda.Durasi dan tingkat demam bergantung pada kekuatan pirogen dan kemampuan respons individu. Istilah fever of unknown origin (FUO) merujuk kepada demam tanpa etiologi yang diketahui. Saat demam, terjadi peningkatan metabolisme selular dan konsumsi oksigen. Detak jantung dan pernafasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. Metabolisme ini menggunakan energi yang menghasilkan panas tambahan. Jika klien tersebut menderita masalah jantung atau pernafasan, maka demam menjadi berat. Demam dalam jangka panjang akan menghabiskan simpanan energi klien dan membuatnya lemah. Metabolisme yang meningkat membutuhkan oksigen tambahan. Jika tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen tambahan. Jika tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen tambahan,maka terjadi hipoksia selular. Hipoksia miokardial menimbulkan angina (nyeri dada). Hipoksia serebral menimbulkan rasa bingung. Intervensi saat demam meliputi terapi oksifen. Saat air hilang melalui pernafasan cepat dan diaphoresis, klien beresiko menderita defisit cairan. Dehidrasi merupakan masalah serius pada dewasa tua dan anak-anak dengan berat badan rendah. Mempertahankan status volume cairan merupakan tindakan keperawatan yang penting. 2. HIPERTERMIA
peningkatan
suhu
tubuh
yang
berhubungan
dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi panas disebut hipertermia. Demam merupakan perubahan berupa naiknya titik pengaturan, sedangkan hipertermia terjadi karena adanya beban yang berlebihan pada mekanisme pengaturan suhu tubuh. Penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat
mengganggu
mekanisme
kehilangan
panas.
Hipertermia
malignan
merupakan kondisi herediter di mana terjadi produksi panas yang tidak terkontrol, biasanya terjadi saat individu tersebut mendapat obat anestesi tertentu. 3. HEATSTROKE, Panas akan menekan fungsi hipotalamus. Pajanan yang lama
terhadap matahari atau lingkungan panas akan membebani mekanisme kehilangan panas pada tubuh. Kondisi ini mengakibatkan heatstroke, yaitu suatu kegawatan berbahaya dengan mortalitas yang tinggi. Mereka yang berisiko adalah anak-anak, lansia, penderita penyakit kardiovaskuler, hipotiroid, diabetes, atau alkoholisme. Risiko ini juga terdapat pada individu yang mengonsumsi obat-obatan yang dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk membuang panas (contohnya fenotiasin, antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis beta-andrenergik), serta mereka 8
yang berolahraga atau bekerja keras (contoh : atlet, pekerjaan, bangunan, dan petani). Tanda dan gejala heatstroke adalah rasa bingung, delirium, haus yang sangat, mual, kram otot, gangguan penglihatan, dan bahkan inkontinensia. Suhu tubuh dapat mencapai 45°C dan terdapat peningkatan frekuensi denyut jantung dan penurunan tekanan darah. Tanda paling penting pada heatstroke adalah kulit yang panas dan kering. Korban heatstroke tidak berkeringat karena terjadi kehilangan elektrolit yang berat dan malfungsi hipotalamus, jika berlanjut, klien heatstroke dapat kehilangan kesadaran dengan pupil yang nonreaktif. Kerusakan neurologis permanen dapat terjadi kecuali tindakan pendinginan segera dilakukan. 4. KEHABISAN PANAS, Kehabisan panas (heat exhaustion) terjadi pada diaforesis
berlebihan yang mengakibatkan kehilangan air dan elektrolit. Hal ini disebabkan pajanan panas lingkungan. Klien menunjukkan tanda dan gejala defisit volume cairan. Pertolongan pertama meliputi memindahkan klien ke lingkungan yang lebih dingin dan mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit. 5. HIPOTERMIA , Panas yang hilang saat pajanan lama terhadap lingkungan dingin
akan melebihi kemampuan tubuh akan menghasilkan panas, sehingga terjadi hipotermia. Hipotermia dikelompokkan oleh pengukuran suhu inti. Hipotermia yang disengaja dapat dilihat selama prosedur operasi untuk menurunkan kebutuhan metabolisme dan oksigen. Hipotermia yang tidak disengaja biasanya terjadi secara perlahan dan tidak terlihat selama beberapa jam. Saat suhu tubuh turun ke 35°C, klien mengalami menggigil, kehilangan ingatan, depresi, dan gangguan akal. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4°C, terjadi penurunan denyut jantung, frekuensi napas, dan tekanan darah. Kulit menjadi sianotik. Jika hipotermia terus berlanjut, klien akan mengalami distritmi jantung, kehilangan kesadaran, dan tidak responsif terhadap nyeri. Pada hipotermia berat, seseorang memperlihatkan tanda klinis seperti kematian ( contohnya: tidak ada respons terhadap stimulus dan pernapasan serta denyut nadi yang sangat lambat). Saat dicurigai adanya hipotermia, anda harus mengukur suhu inti. Dibutuhkan termometer khusus dibutuhkan karena alat standar tidak dapat mengukur dibawah 35°C. 6. FROSTBITE, Terjadi saat tubuh terpajan ke suhu di bawah normal. Kristal es
akan terbentuk di dalam sel, dan terjadi kerusakan permanen pada saat sirkulasi dan jaringan. Daerah tubuh yang rentan adalah daun telinga, ujung hidung, jari tangan dan kaki. Daerah yang terkena menjadi putih, berkilat, dan kaku saat 9
disentuh. Klien kehilangan sensasi pada daerah yang terkena. Intervensi yang dilakukan meliputi tindakan penghangatan gradula, analgesik, dan perlindungan terhadap jaringan yang cedera.
E. PEMERIKSAAN SUHU TUBUH
Pemeriksaan suhu tubuh dapat di lakukan dengan cara mengukur suhu tubuh seseorang dengan menggunakan alat yang dinamakan Thermometer. Menurut skalanya terdapat beberapa macam Thermometer, diantaranya : 1. Thermometer Celeius 2. Thermometer Fahrenheit 3. Thermometer Reamur 4. Thermometer Kelvin Sedangakan tempat untuk mengukur derajat suhunya yaitu : 1. Ketiak [axial] 2.
Mulut [kavum oris]
3. Pelepasan [rectum] A. PENGUKURAN SUHU AKSILA
Pengertian : Mengukur suhu klien dengan menggunakan thermometer yang di tempatkan di aksila/ketiak.
Tujuan : Mengetahui suhu tubuh klien untuk menentukan tindakan kesehatan dan membantu menentukan diagnosa.
Keuntungan:
Aman dan tidak mengganggu. Dapat digunakan dapat bayi baru lahir.
Pelaksanaan: Menurut kebiasaan rumah sakit. Dimana tidak dapat dikerjakan pada bagaian tubuh lainnya.
Nilai normal untuk suhu per aksila Orang dewasa adalah 35,8-37,3° C Bayi 36,8-37° C. 10
Tidak dapat digunakan pada : Pasien yang sangat kurus. Pasien yang luka / kudis diketiak, operasi pada mammae.
B. MENGUKURAN SUHU ORAL
Pengertian: Mengukur suhu tubuh klien dengan menggunakan
thermometer yang
ditempatkan di mulut/oral.
Tujuan: Mengetahui suhu tubuh klien untuk menentukan tindakan kesehatan dan membantu menentukan diagnosa.
Keuntungan: Paling mudah dilakukan, nyaman, pembacaan hasil akurat. Nilai normal suhu per oral adalah 35,8-37,3° C
Kontraindikasi : Klien tidak mampu menahan termometer di dalam mulut. Resiko tergigit oleh klien seperti bayi atau anak kecil. Klien bingung atau tidak sadar . Perbedaan oral . Trauma mulut atau wajah . Bernapas hanya dengan melalui mulut. Riwayat kejang-kejang. Gemetar kedinginan.
C. PENGUKURAN SUHU REKTAL
Pengertian: Mengukur suhu tubuh dengan menggunakan thermometeryang ditempatkan di rectal/anus/pelepasan.
Tujuan: Mengetahui suhu tubuh klien untuk menentukan tindakan kesehatan dan membantu menentukan diagnosa.
Kontraindikasi; Pembedahan atau gangguan pada rectal seperti pada tumor/hemoroid.
11
Klien yang tidak dapat berposisi baik seperti mereka dengan traksi atau pada bayi baru lahir. Pada klien yang berpenyakit kelamin. Nilai normal suhu per rectal pada orang dewasa adalah :36,1-37°
F. PENATAKLASANAAN GANGGUAN SUHU TUBUH
1. Non medis/ keperawatan a. Pemberian kompres b. Rehidrasi cairan c. Observasi warna kulit dan suhu d. Berikan kompres hangat e. Berikan penjelasan tentang penyebab demamnya f.
Anjurkan pasien untuk memakai pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
g. Anjurkan klien minum air putih 6-8 gelas/hari 2. Medis a. Farmakologi 1. Antipiretik b. Pemeriksaan laboratorium
a. Antipiretik Contoh obatnya : Paracetamol Dosis nya berapa : -
Paracetamol 500 mg 3 x 1 tab
b. Pemeriksaan laboratorium
Jenis pemeriksaan
Hasil pemeriksaan
Nilai normal
Darah Lengkap :
WBC Hb PLT HCT Eletrolit :
Albumin 12
Na K Mg
G. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS GANGGUAN PEMENUHAN SUHU TUBUH
I.Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas : pengumpulan data, analisa data, merumuskan masalah, analisa masalah dan diagnosa keperawatan. 1) Data Subyektif :
HIPERTERMI: Pasien mengatakan badannya panas, berkeringat, dan kulit kemerahan.
HIPOTERMI : Pasien mengatakan badannya dingin.
2) Data Obyektif :
HIPERTERMI: Suhu tubuh lebih tinggi dari 37,8°C secara oral atau 38,8°C secara rectal, Kulit kemerahan, Hangat pada saat disentuh. Peningkatan
frekuensi
pernafasan.Takicardia.Menggigil
/
merinding.Dehidrasi.Rasa sakit dan nyeri yang spesifik atau menyeluruh (misal sakit kepala)Malaise / kelelahan.Kehilangan selera makan.
HIPOTERMI :Penurunan suhu tubuh dibawah 35,5°C secara rectal. Kulit dingin Pucat (sedang), Menggigil (ringan), Pengisian kapiler ulang lambat, takikardia, Konfusi mental / mengantuk / gelisah, Penurunan denyut nadi dan pernafasan.Kakeksia / malnutrisi, hipertensi
II. Diagnosa keperawatan yang muncul (Carpenito, 2000, Doenges, 1999) adalah : 1) Hipertermi berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap infeksi virus dengue. 2) Hipotermi berhubungan dengan penyakit atau trauma III. Perencanaan 13
Rencana keperawatan ada 2 tahap yaitu prioritas dan rencana perawatan. Perencanaan keperawatan adalah suatu pemikiran tentang perumusan tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien berdasarkan analisis pengkajian agar dapat teratasi masalah kesehatan/keperawatannya ( Azis, 2004 ). Tahap awal perencanaan adalah prioritas masalah. Prioritas masalah berdasarkan mengancam jiwa pasien, tahap kedua yaitu rencana prioritas (Azis, 2004) Perencanaan ditulis sesuai dengan prioritas (mengancam jiwa pasien) : 1) Hipertemi berhubungan dengan tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap infeksi virus dengue tubuh Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal (36-37,5°C). Tindakan Keperawatan : a. Observasi tanda-tanda vital Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. b. Anjurkan klien minum 6-8 gelas/hari setiap kenaikan suhu tubuh 1°C dengan menambahkan minum 1 gelas. Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak/adekuat. c. Libatkan keluarga untuk tindakan kompres hangat Rasional : pemindahan panas secara konduksi. d. Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik Rasional : dapat membantu menurunkan panas. 2). Hipotermi berhubungan dengan suhu tubuh di bawah rentang normal Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal (36 – 37,5)0C Tindakan keperawatan : a. Observasi TTV : Rasional : TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
14
b. Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang hangat dan kering, berendam di air hangat dan minum air hangat Rasional : agar suhu tubuh pasien dapat naik dan mencapai batas suhu normal
IV. Pelaksanaan Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan oleh perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan rencana perawata, pemenuhan kriteria hasil dari tindakan keperawatan mandiri dan tindakan kolaboratif. Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah disusun ( Azis, 2004 ). V. Evaluasi Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. ( Azis, 2004 ). Dalam proses keperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul maka hal-hal yang diharapkan pada evaluasi adalah sebagai berikut : 1) Hipertemi dapat teratasi dan suhu tubuh dalam batas normal 2) Hipotermi dapat teratasi dan suhu tubuh dalam batas normal
15
BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DS DENGAN HIPERTERMI DI RUANG ANGGREK RSUD BADUNG TANGGAL 1 MARET S/D 2 MARET 2013
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari selasa, tanggal 1 maret 2013, pukul 09.00 wita di ruang anggrek kamar no II RSUD BADUNG dengan teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan dokumentasi ( rekam medis ) A. PENGUMPULAN DATA a.
Indentitas Pasien Pasien
Penanggung (IBU)
Nama
: DS
Ny. AK
Umur
:13 Tahun
45 Thn
Jenis Kelamin
:Perempuan
Perempuan
Status Perkawinan
:Belum menikah
Menikah
Suku/ Bangsa
:Bali/Indonesia
Bali/Indonesia
Agama
:Hindu
Hindu
Pendidikan
:SMP
-
Pekerjaan
:Siswa
PNS
Alamat
:Jln. Satria No 02 Mengwi Badung
Jln. Satria No 02 Mengwi
Alamat Terdekat
:Jln. Satria No 02 Mengwi Badung
Jln. Satria No 02 Mengwi
Nomor Telepon
:081234014045
Nomor Register
:345222
Tanggal MRS
:28 februari 2013
16
B. RIWAYAT KESEHATAN 1. Keluhan Utama masuk rumah sakit : Pasien mengeluh panas sejak 2 hari yang lalu disertai mual, batuk, pusing dan nyeri. 2. Keluhan utama saat pengkajian : Pasien mengatakan badannya masih panas disertai mual, muntah dan nyeri di daerah abdomen kiri atas. 3. Riwayat penyakit sekarang : Pada hari minggu, tanggal 27 februari 2013, pasien mengatakan badannya mulai panas dan sempat berobat ke dokter. Tapi karena panasnya tak kunjung turun, akhirnya pasien dibawa ke UGD RSUD BADUNG pada tanggal 28 februari 2013 jam 08.00 pagi dengan keluhan panas yang disertai batuk, mual, pusing dan nyeri sendi. Di UGD pasien mendapatkan terapi : IV FD RL 500cc 20 tts/mnit Ranitidin 2 x 1 tab Pamol 3x1 tab
Pemeriksaan fisik dan Lab DL (Darah Lengkap) terlampir. Dari hasil pemeriksaan diagnostik pasien didiagnosa DHF oleh dokter dan dianjurkan untuk menjalani rawat inap. Kemudian pasien dirawat di ruang anggrek kamar II. Selama di ruang rawat inap pasien mendapatkan perawatan dan terapi : IV FD RL 500cc 20 tts/mnit Pamol 3x1 tab
4. Riwayat Penyakit Sebelumnya : Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti yang dialami sekarang. 5. Riwayat penyakit Keluarga: Pasien mengatakan di dalam keluarga ada yang pernah mengalami atau menderita penyakit DHF C. POLA KEBIASAAN
1. Bernafas Sebelum pengkajian : pasien mengatakan tidak mengalami keluhan dengan pola nafasnya, tidak mengalami keluhan saat menarik nafas / menghembuskan nafas dan tidak nyeri saat bernafas.
17
Saat pengkajian : pasien mengatakan tidak mengalami keluhan dengan pola nafas, tidak mengalami keluhan saat menarik nafas/ menghembuskan nafas dan tidak nyeri saat bernafas.
2. Makan dan Minum: Sebelum pengkajian : pasien mengatakan biasa makan 3x sehari jenis makanan (nasi, buah, sayur, lauk) tidak ada pantangan, tidak ada alergi, porsi makanan 1 porsi). Pasien mengatakan biasa minum air putih 8 gelas (1600cc) perhari. Tidak minum alkohol, dan tidak mual. Saat pengkajian: pasien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan, pasien makan 2 kali sehari dan hanya bisa menghabiskan setengah porsi dari makanan yang disediakan dan disertai dengan mual dan muntah, jenis makanan (nasi, buah, sayur, lauk), tidak ada pantangan, tidak ada alergi pasien mengatakan bisa minum 8 gelas air putih perhari. 3. Eliminasi Sebelum pengkajian : - BAB : pasien mengatakan biasa BAB 1 X Ssehari dengan konsistensi lembek, warna coklat dan bau khas feses. - BAK : pasien mengatakan tidak ada gangguan ataupun nyeri saat BAK. Setelah pengkajian : -
BAB : Pasien mengatakan belum bisa BAB sejak kemarin. BAK: pasien mengatakan tidak ada gangguan ataupun nyeri saat BAK dan pasien tidak terpasang kateter. 4. Gerak dan aktivitas Sebelum pengkajian : pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam bergerak dan beraktifitas. Saat pengkajian : pasien mengatakan mengalami keterbatasan gerak dan tidak leluasa dalam melakukan aktivitasnya karena tangan kiri pasien terpasang infus, serta pasien merasa lemah/ lemas. 5. Istirahat dan tidur Sebelum pengkajian : pasien mengatakan tidur dan istirahatnya normal kurang lebih 8 jam perhari. Saat pengkajian : pasien mengatakan tidak ada masalah dengan istirahat dan tidurnya dan pasien terbiasa tidur siang. 6. Kebersihan diri Sebelum pengkajian : pasien mengatakan biasa mandi 2x sehari dengan sabun dan dikeringkan dengan handuk, cuci rambut 2x seminggu dan pasien biasa menggosok gigi 2x sehari.
18
Saat pengkajian : pasien mengatakan hanya dilap dengan waslap oleh keluarga dan menggosok gigi 2x/hari. 7. Pengaturan suhu tubuh Sebelum pengkajian : pasien mengatakan mengalami peningkatan suhu tubuh sejak 2 hai yang lalu. Saat pengkajian : pasien mengatakan mengalami peningkatan suhu tubuh, badan teraba panas. 8. Rasa nyaman Sebelum pengkajian : pasien mengatakan nyaman saat beraktifitas. Saat pengkajian : pasien mengatakan tidak nyaman saat suhu tubuhnya meningkat kemudian mual, muntah dan nyeri pada abdomen kiri atas. 9. Rasa aman Sebelum pengkajian : pasien mengatakan tidak merasa cemas dan takut. Saat pengkajian : pasien mengatakan tidak merasa cemas dan takut terhadap penyakitnya. 10. Data sosial Sebelum pengkajian dan saat pengkajian : pasien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam berkomunikasi dan memiliki kesadaran penuh, hubungan harmonis dalam keluarga, hubungan dengan tetangga, teman dan tim kesehatan juga baik. 11. Presentasi dan produktivitas Sebelum pengkajian : pasien mengatakan biasa pergi kesekolah dan membantu orang tuanya dirumah. Saat pengkajian : pasien tidak bisa kemana mana karena harus dirawat di RS. 12. Rekreasi Sebelum pengkajian : Pasien mengatakan biasa berekreasi bersama teman dan orang tuanya. Saat pengkajian : pasien tidak bisa berekreasi karena dirawat di rumah sakit 13. Belajar Sebelum pengkajian: pasien mengatakan setiap hari pergi kesekolah dan belajar. Saat pengkajian : pasien tidak bisa pergi ke se kolah dan belajar 14. Ibadah Sebelum pengkajian : pasien beragama hindu dan biasa sembahyang setiap pagi sebelum berangkat sekolah dan sorenya. Setelah pengkajian : pasien mengatakan hanya bisa sembahnyang di tempat tidur saja.
D. PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum pasien a. Kesadaran : GCS 15 ( E: 4, V : 5, M : 6 ) CM b. Bangun tubuh : kurus 19
c. d. e. f.
Postur : tegak Cara berjalan : terganggu Gerak motorik : normal Keadaan kulit : o Warna kulit : sawo matang o Turgor : elastis o Kebersihan : bersih g. Gejala kardinal TD: 110/60 mmHg N: 72 x/ menit R : 22x/ menit S: 38oC h. Ukuran lain : TB : 140 CM BB : 44 KG
2. Kepala : penyebaran rambut merata, rambut tebal, tidak terdapat benjolan, lesi ( - ) dan nyeri tekan (-) 3. Mata : pergerakan bola mata baik, konjungtiva merah muda, reflek pupil normal, kornea jernih, bentuk mata simetris. 4. Hidung : bentuk simetris, secret ( - ), darah ( - ), bersih, tidak terpasang O2 dan NGT, penciuman baik. 5. Telinga : pendengaran baik, bersih, dan nyeri tekan ( - ) 6. Mulut : mukosa bibir kering, faring, gusi dan gigi tidak ada masalah 7. Leher : pembesaran kelenjar tiroid ( - ), bendungan vena jugularis ( - ), nyeri tekan ( - ), kaku kuduk ( - ). 8. Thorax : bentuk dada simetris, gerakan dada bebas, tidak ada nyeri pada dada, suara jantung S1 – S2 tunggal, suara paru normal 9. Abdomen : bising usus ( 4 x / menit ), luka ( - ), nyeri abdomen kiri atas. 10. Genetalia : tidak dapat diobservasi 11. Anus : tidak dapat dioservasi, pasien mengatakan tidak pernah mengalami hemoroid. 12. Ekstremitas Atas : tidak ada syanosis dan edema, terpasang infus pada tanga kiru, clubbing finger ( - ) Bawah : tidak ada edema serta c yanosis, clubbing finger ( - )
a) Kekuatan otot
555 555
555 555
20
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan Darah Lengkap
Hasil
Nilai Normal
Hemoglobin
7g/dl
12 – 16 g/dl
Trombosit
100 sel x 10 9/L
150-350 sel x / L 38%-40%
Hematokrit
50%
B. DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF Pasien mengatakan demam / panas naik TTV : turun sejak 2 hari yang lalu S: 38oC N : 72 x / menit Pasien mengatakan badannya meriang. TD: 110/ 60 mmHg Pasien mengatakan nyeri pada daerah Kulit teraba panas abdomen kiri atas Kulit tampak memerah Pasien mengatakan skala nyerinya 4 dari skala 0-10 skala yang diberikan Pasien tampak gelisah Pasien mengatakan nafsu makannya Pasien tampak meringis menurun, yang disertai mual dan Skala nyeri 4 dari 10 skala nyeri muntah yang diberikan Pasien mengatakan hanya bisa makan Pasien tampak hanya maksimal 2 x/hari dan hanya menghabiskan setengah porsi dari menghabiskan ½ dari posi yang makanan yang disediakan disediakan frekuensi makan 1 – 2 x / hari
21
C. ANALISA DATA
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF MASALAH Hipertermia Pasien mengatakan TTV: 0 demam / panas sejak S: 38 C 2 hari yang lalu TD : 110 / 60 mmHG Pasien mengatakan Kulit teraba panas badannya meriang. Kulit tampak memerah Pasien mengatakan Pasien tampak gelisah Gangguan rasa nyaman nyeri nyeri pada daerah Pasien tampak abdomen kiri atas meringis Pasien mengatakan Skala nyeri 4 dari 10 skala nyerinya 4 dari skala nyeri yang skala 0-10 skala yang diberikan diberikan -
-
Pasien mengatakan nafsu makannya menurun, yang disertai mual dan muntah Pasien mengatakan hanya bisa makan maksimal 2 x/hari dan hanya menghabiskan ½ dari posi yang disediakan
-
-
Pasien tampak hanya Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menghabiskan setengah porsi dari makanan yang disediakan Frekuensi makan 1 – 2x / hari
D. RUMUSAN MASALAH KEPERAWATAN a) Hipertermia b) Gangguan Rasa Nyaman Nyeri c) Resiko Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
E. ANALISA MASALAH 1. P : Hipertermia E : Proses Infeksi Virus Dengue S : Pasien mengatakan panas / demam sejak 2 hari yang lalu, Pasien mengatakan badannya meriang, suhu tubuh pasien 38 0 C , kulit teraba panas, kulit tampak memerah.
22
Proses terjadinya : adanya proses infeksi virus dengue dapat ditandai dengan satu gejala cardinal yaitu panas / kalor. Tapi proses infeksi ini dapat dihalangi oleh sistem imunitas tubuh yang baik, jika tidak maka panas tubuh akan meningkat lagi. Akibat jika tidak ditanggulangi : pasien akan konvulsi / kejang. 2. P : Gangguan Rasa Nyaman Nyeri E : Proses patologi penyakit S : pasien mengatakan nyeri pada abdomen kiri atas, Pasien mengatakan skala nyerinya 4 dari skala 0-10 skala yang diberikan pasien tampak gelisah, pasien meringis, skala nyeri 4 dari 10 skala nyeri yang diberikan. Proses terjadinya : karena adanya proses patologi penyakit akibat DHF menyebabkan terputusnya saraf – saraf feriper rangsangan akan dibawa oleh saraf aferen ke talamus. Talamus memancarkan korteks, korteks diolah dan dibawa kembali ke saraf ferifer dan di persepsikan sebagai nyeri. Akibat jika tidak ditanggulangi : nyeri berkempanjangan dan syok neurogenik.
3. P : Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh E : Menurunnya nafsu makan sekunder S: Pasien mengatakan nafsu makannya menurun, mual dan muntah, pasien mengatakan hanya bisa makan maksimal 2 x/hari dan hanya menghabiskan ½ dari posi yang disediakan makan hanya habis setengah porsi, prekuensi makan 1 – 2x/ hari Proses terjadinya : akibat nafsu makan yang menurun menyebabkan jumlah makanan yang dikonsumsi sedikit sehingga dapat mengakibatkan resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan. Akibat jika tidak ditanggulangi : badan lemah dan lemas, tidak ada tenaga, penurunan berat badan yang drastis / cepat.
23
B. Diagnosa Keperawatan Nama pasien : DS Umur : 13 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan NO 1
2
3
NO. RM : Ruang Rawat : Anggrek Diagnosa Medis : DHF
Diagnosa Keperawtan
Tanggal ditemukan Hipertermi b/d proses 28 februari infeksi virus dengue d/d 2013 Pasien mengatakan demam / panas sejak 2 hari yang lalu Pasien mengatakan badannya meriang. suhu tubuh 38 0C kulit teraba panas, kulit tampak memerah. Gangguan rasa nyaman 28 februari nyeri b/d proses 2013 patologis penyakit d/d pasien nyeri pada abdomen kiri atas, Pasien mengatakan skala nyerinya 4 dari skala 010 skala yang diberikan, pasien tampak gelisah dan meringis, skala nyeri 4 dari 10 skala nyeri yang diberikan Resiko perubahan nutrisi 28 februari kurang dari kebutuhan 2013 b/d menurunnya nafsu makan sekunder d/d nafsu makan pasien menurun, mual, muntah, Pasien mengatakan hanya bisa makan maksimal 2 x/hari dan hanya menghabiskan ½ dari posi yang disediakan, makan hanya habis setengah porsi, frekuensi makan 1 – 2x / hari.
Paraf/ nama teratasi -
₰ Kami
-
₰ Kami
-
₰ Kami
24
C. PERENCANAAN 1. Prioritas Masalah Keperawatan berdasarkan a. Hipertermi b. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
2. Rencana Keperawatan Rencana Keperawatan Pada Pasien DS Dengan Hipertermi Di Ruang Anggrek RSU Badung Tanggal 1 Maret s/d 3 maret 2013
NO Hari/tgl/jam 1
Diagnosa Keperawatan 1 Maret Hipertermi 2013. b/d proses 07.00 wita infeksi virus dengue d/d Pasien mengatakan demam / panas sejak 2 hari yang lalu Pasien mengatakan badannya meriang. suhu tubuh 380C kulit teraba panas, kulit tampak memerah.
Tujuan Dan Kriteria Hasil Setelah diberikan asuhan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan gangguan peningkatan suhu tubuh dapat teratasi dengan Kriteria Hasil : 1. Pasien tidak demam 2. Suhu tubuh pasien dalam batas normal (36,8 – 37,30C.) 3. Kulit pasien tidak teraba hangat 4. Kulit pasien tidak kemerahan
Intervensi
Rasional
Paraf
1. Observasi TTV terutama Suhu
1. Untuk mengetahui perkembangan suhu tubuh pasien. 2. Membantu menghilngkan panas secara konduksi. 3. Untuk membantupengua pan 4. Aktivitas dapat meningkatkan metabolosme. 5. Minum / cairan dapat membantu mengatur suhu tubuh. 6. Antipiretik sebagai obat penurun panas. 7. Antibiotik berguna untuk membunuh kuman penyebab infeksi.
₰
2. Berikan kompres hangat
3. Anjurkan menggunakan pakaian tipis 4. Batasi aktivitas fisik 5. Anjurkan banyak minum
6. Kolaborasi dalam pemberian antipiretik 7. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
25
Kami
₰ Kami ₰ Kami ₰ Kami ₰ Kami
₰ Kami ₰ Kami
D. PELAKSANAAN Pelaksanaan Keperawatan Pada Pasien DS Dengan Hipertermi Di Ruang Anggrek RSU Badung Tanggal 1 Maret s/d 2 maret 2013
No 1.
Hari / tgl / No Tindakan Keperawatan jam Diagnosa Jumat, 1 1. Mengobservasi 1 Maret 2013 TTV 08.00 WITA
Evalasi Respon
Paraf
DO: 1. TTV - TD : 110/60 mmHg - N : 72x/ menit - S : 380C - RR : 22x/ menit
₰
08.15 wita
1
2. Memberikan DO : obat antibiotik 2. Obat masuk melalui (cefotaxime 1 injeksi, tidak ada gr/set) reaksi alergi
₰
08.20 wita
1
3. Memberikan kompres hangat di kening
DS : 3. Pasien mengatakan sudah merasa lebih nyaman
₰
16.00 wita
1
4. Mengobservasi TTV
DO : 4. TTV
₰
-
16.15 wita
16.20 wita
16.30 wita
1
1
1
TD : 110/60 mmHg - N : 70x / menit - S : 38 0C - RR : 22x/menit 5. Memberikan DO: obat antipiretik 5. Obat masuk melalui (paracetamol 1 oral, pasien tampak tablet) kooperatif 6. Memberikan kompres hangat di kening
DS : 6. Pasien mengatakan merasa lebih nyaman
7. Menganjurkan pasien untuk banyak minum
DS : 7. Pasien mengatakan sudah minum air
₰
₰
₰
26
20.00 wita
20.15 wita
2.
1
1
20.20 wita
1
Sabtu, 2 Maret 2013 08.00 wita
1
08.15 wita
1
08.20 wita
1
air putih (8 putih 8 gelas sehari gelas = 2000 (2000cc) cc) 8. Mengobservasi DO: TTV 8. TTV - TD : 110/60 mmHg - N : 72x/menit - S : 37,7 0C - RR : 22x/ menit
₰
9. Memberikan obat antibiotik (cefotaxime 1gr/set)
DO : 9. Obat masuk melalui injeksi, tidak ada reaksi alergi
₰
10. Memberikan kompres hangat di kening
DS: 10. Pasien mengatakan merasa lebih nyaman
₰
DO : 11. TTV - TD : 110/60 mmHg - N : 72x/menit - S : 37,50C - RR : 22x/ menit 12. Memberikan DO: obat antibiotik 12. Obat masuk melalui (cefotaxime 1 injeksi, tidak ada gr/set) reaksi alergi
₰
11. Mengobservasi TTV
13. Memberikan kompres hangat di kening
DO : 13. Pasien terlihat menggunakan kompres hangat di kening DO: 14. TTV - TD : 110/60 mmHg - N : 72x/menit - S : 37,50C - RR : 22x/ menit DO : 15. Obat masuk melalui
16.00 wita
1
14. Mengobservasi TTV
16.15 wita
1
15. Memberikan obat antipiretik
₰
₰
₰
₰ 27
(paracetamol 1 tablet)
16.20 wita
20.00 wita
20.15 wita
20.20 wita
20.25 wita
1
1
1
1
1
oral, pasien tampak kooperatif
16. Menganjurkan DS : pasien untuk 16. Pasien mengatakan banyak minum akan minum air air putih ( 8 putih yang banyak gelas = 2000 cc) 17. Mengobservasi TTV
DO : 17. TTV - TD : 100/60 mmHg - N : 68x/menit - S : 37,20C - RR : 21x/ menit
18. Memberikan DO : obat antibiotik 18. Obat masuk melalui (cefotaxime injeksi, tidak ada 1gr/set) reaksi alergi
19. Memberikan kompres hangat pada kening
DS : 19. Pasien mengatakan merasa lebih nyaman
20. Menganjurkan DS : pasien untuk 20. Pasien mengatakan banyak minum hanya minum air air putih ( 8 putih 6 gelas (1500 gelas = 2000 cc) cc)
₰
₰
₰
₰
₰
28
E. Evaluasi Formatif Catatan Perkembangan pada Pasien DS Dengan Hipertermi Di Ruang Anggrek RSU Badung Tanggal 1 Maret s/d 2 maret 2013
No Hari / Tgl / Jam 1.
Jumat, 1 Maret 2013
Diagnosa Keperawatan Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue d/d Pasien mengatakan demam / panas sejak 2 hari yang lalu Pasien mengatakan badannya meriang. suhu tubuh 38 0C kulit teraba panas, kulit tampak memerah dan mukosa bibir kering.
Evaluasi S: - Pasien mengatakan masih terasa panas
badannya
O: - Suhu tubuh pasien 38 0C - Kulit pasien masih tampak kemerahan - Kulit pasien masih teraba hangat. A: - Tujuan no 1,2,3 dan 4 belum tercapai. Masalah Hiperthermi belum teratasi P:
2.
Sabtu, 2 Maret 2013
Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue d/d Pasien mengatakan demam / panas sejak 2 hari yang lalu Pasien mengatakan badannya meriang. suhu tubuh 38 0C kulit teraba panas, kulit tampak memerah dan mukosa bibir kering.
-
Lanjutkan intervensi 1, 2, 3,4,5, 6, 7
-
Pasien mengatakan tidak terasa panas
-
Suhu tubuh pasien 37,2 0C Kulit pasien tidak teraba hangat Kulit pasien tidak kemerahan
-
Tujuan no 1,2,3 dan 4 tercapai. Masalah Hiperthermi teratasi
-
Lanjutkan tindakan no 7 dan pertahankan kondisi pasien
S: badannya
O:
A:
P:
29
Evaluasi Sumatif
1.
Minggu, 3 Maret 2013
Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue d/d Pasien mengatakan demam / panas sejak 2 hari yang lalu Pasien mengatakan badannya meriang. suhu tubuh 38 0C kulit teraba panas, kulit tampak memerah dan mukosa bibir kering.
S: -
Pasien mengatakan tidak terasa panas
-
Suhu tubuh pasien 37,2 0C Kulit pasien tidak teraba hangat Kulit pasien tidak kemerahan
-
Tujuan no 1,2,3 dan 4 tercapai. Masalah Hiperthermi teratasi
-
Hentikan tindakan keperawatan dan pertahankan kondisi pasien
O:
badannya
A:
P:
30