Laporan Case Study 3
Blok Rural Health Nursing
Semester V
Asuhan Keperawatan Lansia
Oleh: (Kelompok 04)
Hernandia Nurzaman
(G1D013003)
Nur Megawati
(G1D013008)
Reni Dian Saputri
(G1D013017)
Oktadian Puspitasari
(G1D013029)
Sri Handayani
(G1D013037)
Rani Perdani Hasri
(G1D013038)
Eky Sulistio
(G1D013041)
Sarah Rasmita
(G1D013049)
Septiana Prabawati
(G1D013050)
Durotul Alfiyah
(G1D013051)
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai pada waktu tertentu, tetapi dimulai sejak awal kehidupan (Dewi, SR.: 2014). Proses menua (aging) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia. Masalah kesehatan jiwa lansia termasuk juga dalam masalah kesehatan yang dibahas pada pasien-pasien Geriatri dan Psikogeriatri yang merupakan bagian dari Gerontologi, yaitu ilmu yang mempelajari segala aspek dan masalah lansia, meliputi aspek fisiologis, psikologis, sosial, kultural, ekonomi dan lain-lain.
Pertumbuhan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia dalam kurun waktu tahun 1990-2025. Jumlah lansia yang kini sekitar 16 juta orang, akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37 persen dari jumlah penduduk. Itu berarti jumlah lansia di Indonesia akan berada di peringkat empat dunia, di bawah Cina, India, dan Amerika Serikat. Menurut data demografi internasional dari Bureau of the Census USA (1993), kenaikan jumlah lansia Indonesia antara tahun 1990-2025 mencapai 414%, tertinggi di dunia. Kenaikan pesat itu berkait dengan usia harapan hidup penduduk Indonesia.
Dalam sensus Badan Pusat Statistik (BPS) 1998, harapan hidup penduduk Indonesia rata-rata 63 tahun untuk kaum pria, dan wanita 67 tahun. Tetapi menurut kajian WHO (1999) harapan penduduk Indonesia rata-rata 59,7 tahun, menempati peringkat ke-103 dunia. Nomor satu adalah Jepang (74,5 tahun). Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah menurunkan angka kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini berdampak pada meningkatnya usia harapan hidup bangsa Indonesia dan meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.
Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambahnya kebutuhan kesehatan untuk menunjang kehidupan yang lebih memuaskan bagi lansia. Kesehatan maksimal yang ingin dicapai lansia tentu saja membutuhkan perawatan khusus lansia. Keperawatan pada usia lanjut merupakan bagian dari tugas dan profesi keperawatan yang memerlukan berbagai keahlian dan keterampilan yang spesifik, sehingga di bidang keperawatan saat ini ilmu keperawatan lanjut usia berkembang menjadi suatu spesialisasi yang mulai berkembang. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dalam laporan ini akan dijelaskan tentang masalah keperawatan pada kasus lansia, menentukan tujuan dari diagnosa keperawatan dan menentukan intervensi yang sesuai dengan kasus.
Tujuan
Mahasiswa harus mampu:
Menegakan diagnosa keperawatan.
Menentukan tujuan (NOC) dan intervensi (NIC) yang akan dilakukan.
.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
Masalah dan diagnosis keperawatan keluarga yang teridentifikasi
Data fokus
Problem
Etiologi
Tn An. memiliki komunikasi sosial yang minim di kehidupannya.
Tn An. bergantung pada membaca buku dan menonton tv untuk hiburannya.
Tn. An tinggal sendiri dirumahnya
Hambatan interaksi sosial
Hambatan mobilitas fisik, kendala lingkungan, dan kendala komunikasi
Tn An. Terdiagnosis rheumatoid athritis sudah 2 tahun
Hambatan mobilitas fisik
Kaku Sendi
Tn An. berusia 85 tahun
Terdiagnosis rheumatoid athritis sudah 2 tahun
Tn. An mempunyai gangguan penglihatan dan pendengaran
Risiko jatuh
Faktor risiko :
Tinggal sendiri, artritis
Gangguan melihat
Gangguan mobilitas fisik
Tn. An, Berusia 85 tahun
Tn An. Gangguan kognitif dan kehilangan ingatan/memori.
Sindrom Kelemahan Lansia
Kelemahan kognitif
DO :
Tn.X usia 85 tahun
Sedang menjalani pengobatan untuk hipertensi dan arthritis
Tn.X mengalami gangguan kognitif dan kehilangan memori
Risiko Keracunan
kesulitan kognitif dan persediaan obat dalam jumalh besar di rumah
Rencana keperawatan (NOC & NIC)
No.
Diagnosa
Outcomes
Intervensi
1
.
Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik, kendala lingkungan, dan kendala komunikasi
Social involvement
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan interaksi sosial pasien baik dengan kriteria hasil :
Indikator
Awal
Akhir
Partisipasi dalam dukungan tim
1
3
Partisipasi sebagai seorang yang sukarela
1
3
Interaksi dengan anggota keluarga
2
4
Interaksi dengan tetangga
1
3
Partisipasi dalam aktivitas yang lama dengan yang lain
1
3
Keterangan :
5 : selalu dilakukan
4 : sering dilakukan
3 : kadang-kadang dilakukan
2 : jarang dilakukan
1 : tidak pernah dilakukan
Socialization Enhancement
Dorong pasien dalam pengembangan hubungan
Dorong ketelibatan dalam mementukan hbungan.
Dukung hubungan dengan yang orang lain yang mempunyai ketertarikan dan tujun yang sama.
Anjurka aktivitas sosial dan komunitas.
Dukung untuk menceritakan masalah dengan yang lain.
Dukung keterlibtan penuh dalam minat yang baru.
Anjurkan peduli untuk kebenaran dari orang lain.
Anjurkan partisipasi dalam kelompok atau individu dalam kegiatan mengenang.
Anjurkan pasien untuk mengubah lingkungan.
Fasilitasi pasien dalam memasukan dan merencakan aktivitas mendatang
NOC : Communication
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 bulan diharapkan hambatan interaksi sosial klien berkurang dengan indikator:
Indikator
Awal
Akhir
Menggunakan bahasa tertulis
Menggunakan bahasa lisan
Menggunakan gambar dan lukisan
Menggunakan bahasa non-verbal
Mengenal pesan yang diterima
2
1
1
1
2
4
3
4
4
5
Keterangan :
Sangat Parah
Keparahan sedang
Cukup parah
Sedikit parah
Tidak parah sama sekali
Communication Enhancement : Hearing Deficit
Fasilitasi jadwal untuk melakukan pemerikasaan pendengaran
Fasilitasi penggunaan alat bantu mendengar
Berikan petunjuk arah yang sederhana sesekali waktu
Pandangi klien secara langsung, berbicara pelan, jelas, dan singkat
Gunakan kata-kata yang sederhana dan kalimat yang pendek
Tinggikan volume suara, jika perlu
Jangan sambil menutup mulut, merokok, berbicara dengan mulut penuh, atau mengunyah permen karet ketika berbicara.
Validasi pemahaman menggunakan pesan (tertulis) dengan cara meminta pasien untuk mengulangi apa yang telah di sampaikan
Gunakan pensil, kertas, computer jika diperlukan
Communication Enhancement : Visual Deficit
Perhatikan reaksi klien dengan penurunan penglihatan (ex : depression, denial)
Deskripsikan lingkungan sekitar klien
Bacakan Koran, surat dan informasi lain untuk klien
Menyediakan kaca pembesar atau kacamata prisma
Inisiasi terapi okupasi
Merujuk pasien dengan masalah visual ke instansi yang berwenang
2
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi.
Ditandai dengan :
Gangguan mobilitas
NOC : Mobility
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 minggu, diharapkan klien mendapatkan mobilisasi dengan indikator
Indikator
Awal
Akhir
Keseimbangan
3
4
Koordinasi
3
4
Performa posisi tubuh
3
4
Pergerakan sendi & otot
2
4
Berjalan
2
4
Bergerak dengan mudah
2
4
NIC :
Exercise therapy : joint mobility
Menentukan batasan-batasan dari pergerakan sendi
Menjelaskan kepada klien dan keluarga tentang rencana dan tujuan dari latihan sendi.
Memantau lakasi dan ketidaknyamanan atau nyeri yang timbul selama latihan
Melindungi klien dari trauma selama latihan
Menentukan posisi optimal tubuh pasien untuk gerakan sendi pasif/aktif
Mendorong klien untuk bergerak ,sesuai kebutuhan
Menentukan adanya tujuan atau kemajuan yang dicapai dari latihan ini
3
Risiko Jatuh.
Faktor Risiko : tinggal sendiri, artritis, gangguan melihat dan gangguan mobilitas fisik
NOC: Fall Prevention Behavior
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan risiko jatuh pasien dapat dihindari dengan indikator:
Indikator
awal
akhir
Tempatkan penghambat untuk mencegah jatuh
1
5
Menggunakan pegangan tangan
1
5
Menggunakan alat bantu untuk mengoreksi
1
4
Menggunakan kacamata
1
4
Berikan pencahayaan yang adekuat
3
5
Menyesuaikan ketinggian toilet
1
5
Menyesuaikan ketinggian tempat duduk
2
5
Menyesuaikan ketinggian tempat tidur
2
5
Keterangan:
1. Tidak melakukan
2. jarang melakukan
3. kadang melakukan
4. sering melakukan
5. selalu melakukan
NIC: Fall Prevention
Identifikasi defisit kognitif dan fisik pada pasien yang dapat meningkatkan potensi jatuh di lingkungan tertentu.
Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat meningkatkan potensi untuk jatuh.
Berikan alat bantu (tongkat, walker) untuk menstabilkan posisi tubuh.
Dorong pasien menggunakan tongkat atau walker.
Instruksikan pasien tentang penggunaan tongkat atau walker.
Berikan peninggi toilet duduk untuk memudahkan pasien berpindah.
Berikan kursi dengan ketinggian yang tepat
Tempatkan kasur/matras pada posisi yang rendah
Pindahkan furnitur yang rendah (misalnya meja) yang dapat mengakibatkan bahaya tersandung.
Berikan pencahayaan yang adekuat untuk meningkatkan jarak penglihatan.
Berikan lampu malam di samping tempat tidur
Instruksikan pasien untuk memakai kacamata ketika keluar dari tempat tidur.
Instruksikan keluarga pentingnya pegangan tangan pada tangga, kamar mandi
Bantu keluarga mengidentifikasi bahaya yang ada dirumah dan memodifikasinya.
4
Sindrom Kelemahan Lansia b.d kelemahan kognitif
NOC : Cognition
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..... diharapkan klien dapat memperbaiki kemampuan dalam mengingat dengan indikator
Indikator
Awal
Akhir
Kemampuan mengingat segera
2
4
Ingatan jangka pendek
2
4
Ingatan jangka panjang
2
4
NIC: Cognitive Stimulation
Gunakan Televisi, radio atau musik sebagai bagian dari rencana program stimuli
Menggunakan bantuan mengingat: Ceklis, jadwal, dan catatan pengingat
Tanya pasien untuk mengulang informasi
Sediakan instruksi lisan dan tulisan
Stimulasi ingatan pasien terakhir dengan menyatakan
5
Risiko Keracunan berhubungan dangan kesulitan kognitif dan persediaan obat dalam jumalh besar di rumah
NOC : Cognition
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan klien dapat terhindar dari risiko keracunan dengan indikator
Indikator
Awal
Akhir
Komunikasi yang jelas
3
5
Memproses informasi
3
5
Orientasi Kognitif
2
3
Keterangan :
: sangat parah
: parah
: cukup parah
: baik
: sangat baik
NOC : Safe Home Environment
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan klien dapat terhindar dari risiko keracunan dengan indikator
Indikator
Awal
Akhir
Penyimapanan obat
2
5
Pembuangan Obat
2
5
Keterangan :
1 : Tidak adekuat
2 : Sedikit Adekuat
3 : Cukup Adekuat
4 : Adekuat
5 : Sangat adekuat
NOC : Cognitive Stimulation
Stimulasi memori klien dengan minta klien mengulang kata-kata yang terakhir diberikan oleh perawat
Berikan informasi yang sedikit dan konkrit
Menekan atau mengulang informasi
Minta klien mengulang informasi Sediakan Kalender
Gunakan alat bantu memori dengan ceklist, jadwal dan catatan pengingat
NOC : Enviromental Management: Safety
Identifikasi kebutuhan keamanan klien
Identifikasi bahaya di lingkungan klien
Gunakan perangkat pelindung (menyimpan obat dalam lemari obat yang aman)
Edukasi klien mengenaibahaya keamanan lingkungan (mengenai penyimpanan dan pembungan obat harus pada tempatnya)
Monitor lingkungan untuk perubahan status keamanan lingkungan pasien (tempat penyimpanan obat tetap aman)
BAB III
KESIMPULAN
Lansia yang bernama Tn. AN mengalami beberapa masalah dalam kehidupan sosialnya. Dia memiliki tiga orang anak namun jarang bahkan tidak pernah berkomunikasi dengan anaknya tersebut. Dia juga tidak pernah bersosialisasi dengan tetangganya karena mengalami masalah dalam mobilisasi. Jangankan untuk berjalan-jalan, untuk menyiapkan amakan atau kebutuhan dasarnya saja dia sudah kesulitan. Tn. AN juga memiliki riwayat hipertensi, gangguan penglihatan, ganggnuan pendengaran dan gangguan kognitif serta kehilangan beberapa memorinya.
Beberapa diagnosa dapat diangkat terkait masalah yang dialami oleh Tn. AN yang multiple. Diagnosa tersebut anatara lain Hambatan interaksi sosial b.d. hambatan mobilitas fisik, kendala lingkungan, dan kendala komunikasi., Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kaku sendi., Risiko Jatuh dengan faktor risiko : tinggal sendiri, artritis, gangguan melihat dan gangguan mobilitas fisik., Sindrom Kelemahan Lansia b.d kelemahan kognitif serta Risiko Keracunan b.d. kesulitan kognitif dan persediaan obat dalam jumlah besar di rumah.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Dewi, SR. 2014. Buku ajar keperawatan gerontik. Yogyakarta: Deepublish
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2014). NANDA international nursing diagnosis : definitions, classification, 2015-2017. Oxford : Willey Balckwell
Bulechek, G. M., et al. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC), Sixth Edition. Missouri : Elsevier Mosby
Moorhead, S. et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) : Measurement of health outcomes, Fifth Edition. Missouri : Elsevier Mosby