LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK
DI BPSTW YOGYAKARTA
UNIT BUDI LUHUR
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Disusun Oleh :
Rizky Putri Dermawanti (P07120113068)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK
DI BPSTW YOGYAKARTA
UNIT BUDI LUHUR
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik
Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Disusun Oleh :
Rizky Putri Dermawanti NIM. P07120113068
Telah mendapat persetujuan pada tanggal Juni 2016
Oleh :
"Pembimbing Pendidikan "Pembimbing Lapangan "
" " "
" " "
" " "
"(Nurun Laasara S.Kep., Ns.) "(Bowo Mursito, SKM) "
" " "
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. S
DENGAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK
DI BPSTW YOGYAKARTA
UNIT BUDI LUHUR
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik
Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
Disusun Oleh :
Rizky Putri Dermawanti NIM. P07120113068
Telah mendapat persetujuan pada tanggal Juni 2016
Oleh :
"Pembimbing Pendidikan "Pembimbing Lapangan "
" " "
" " "
" " "
"(Nurun Laasara S.Kep., Ns.) "(Bowo Mursito, SKM) "
" " "
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. S
DENGAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK
DI RUANG PERAWATAN KHUSUS
BPSTW YOGYAKARTA
UNIT BUDI LUHUR
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Disusun Oleh :
Rizky Putri Dermawanti (P07120113068)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2016
A. LAPORAN PENDAHULUAN TEORI LANSIA
1. Definisi
Menurut Undang-Undang RI nomor 13 tahun 1998, Depkes (2001) yang
dimaksud dengan usia lanjut adalah seorang laki-laki atau perempuan
yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih
berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal tidak lagi mampu
berperan aktif dalam pembangunan (tidak potensial).
2. Batasan Usia Lanjut
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59
tahun
b. Usia lanjut (elderly), antara 60-74 tahun
c. Usia tua (old), antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old), usia diatas 90 tahun
3. Proses Menua
Proses menua merupakan proses terus menerus secara alamiah, yang
dimulai sejak lahir dan pada umumnya dialami pada semua makhluk
hidup. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama
cepatnya. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun dari luar tubuh (Nugroho, 2008)
Menua ( menjadi tua : aging ) adalah suatu proses menghilangnya
secara pelahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk
infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Darmojo, 2000)
Beberapa ahli berpendapat bahwa proses menua merupakan suatu
proses yang meliputi interaksi antara perubahan biologis, psikologis,
dan sosislogis sepanjang hidup. Beberapa teori sosial tentang proses
penuaan antara lain:
a. Teori Interaksi Sosial (Sosial Exchange Theory)
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai
masyarakat. Hardywinoto dan Setiabudhi 2005, mengemukakan bahwa
kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interksi sosial
merupakan kunci mempertahankan status sosialnya atas dasar
kemampuannya untuk melakukan tukar menukar.
b. Teori penarikan diri (Disengagement Theory)
Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling
awal. Kemiskinan lanjut usia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seorang lanjut usia secara perlahan-lahan menarik
diri dari pergaulan sekitarnya. Selain hal tersebut, dari pihak
masyarakat juga mempersiapkan kondisi agar para lanjut usia menarik
diri. Keadaan ini mengakibatkan inetraksi sosial lanjut usia
menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Pada lanjut usia sekaligus terjadi kehilangan ganda (triple
loss),yaitu :
1) Kehilangan peran (Loss of Roles)
2) Hambatan kontak sosial (Restriction of Contacts and
Relationships).
3) Berkurangnya komitmen (Reduced Commitment to Social Mores and
Values)
Menurut teori ini, seorang lanjut usia dinyatakan mengalami
proses penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan
terdahulu dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi dan
mempersiapkan diri menghadapi kematiannya.
c. Teori Aktivitas (Activity Theory)
Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore dan Lemon et. al.cit
Hardywinoto 2005 yang menyatakan, bahwa penuaan yang sukses
tergantung dari bagaimana seorang lanjut usia merasakan kepuasan
dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut
selama mungkin. Pokok-pokok teori aktivitas adalah :
1) Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan
keterlibatan sepenuhnya dari lanjut usia di masyarakat
2) Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang lanjut usia
Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore dan Lemon et. al.cit
Herdywinoto 2005 yang menyatakan, bahwa penuaan yang sukses
tergantung dari bagaimana seorang lanjut usia merasakan kepuasan
dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut
selama mungkin.
d. Teori Kesinambungan (Continuity Theory)
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lanjut usia, dengan demikian pengalaman hidup seseorang
pada suatu saat merupakan gambarnya kelak padasaat ia menjadi
lanjut usia. Dan hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku,
dan harapan seseorang ternyata tak berubah,walaupun ia menjadi
lanjut usia. Menurut teori penarikan diri dan teori aktivitas,
proses penuaan merupakan suatu pergerakan dan proses yang searah,
akan tetapi pada teori kesinambungan merupakan pergerakan dan
proses banyak arah, tergantung dari bagaimana penerimaan seseorang
terhadap status kehidupannya.
e. Teori Perkembangan (Development Theory)
Setiabudhi 2005 menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan
(Developmental task) selama hidup yang hars dilaksanakan oleh
lanjut usia, yaitu:
1) Penyesuaian terhadap penururnan fisik dan psikis
2) Penyesuaian terhadap pensiun dan penururnan pendapatan
3) Menemukan makna kehidupan
4) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
5) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga
6) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia.
7) Menerima dirinya sbagai seorang lanjut usia
f. Teori Stratifikasi Usia (Age Stratification Theory)
Menurut Stanley & Beare (2006) penuaan adalah normal, dengan
perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi
pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis tertentu. Ini merupakan suatu fenomena yang kompleks dan
multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satus sel dan
berkembang sampai pada keseluruhan sistem. Walaupun hal itu terjadi
pada tingkat kecepatan yang berbeda, di dalam parameter yang cukup
sempit, proses tersebut tidak tertandingi.
Kelanjutusiaan (aging) adalah proses alamiah yang dimulai sejak
terjadi pembuahan pada masa janin. Seseorang dilahirkan dan
menjalani siklus kehidupan manusia yakni sebagai bayi, anak,
remaja, dewasa muda, usia menengah, masa lanjut usia sampai orang
tersebut meninggal secara normal ataupun karena suatu penyakit.
4. Masalah Kesehatan Yang Mungkin Muncul Pada Lanjut Usia
Masalah kesehatan utama yang sering terjadi pada lansia perlu
dikenal dan dimengerti oleh siapa saja yang banyak berhubungan dengan
perawatan lansia agar dapat memberikan perawatan untuk mencapai
derajat kesehatan yang seoptimal mungkin. Masalah kesehatan yang
sering muncul pada lansia :
a. Immobility (Kurang Bergerak)
Kurang bergerak disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem
muskoloskeletal seperti terjadinya : Tulang kehilangan density
(cairan) dan makin rapuh, Kifosis, Persendian membesar dan menjadi
kaku, Pada otot terjadi atrofi serabut otot (sehingga seseorang
bergerak lamban, otot keram dan menjadi tremor). Pada kurang gerak
bisa juga disebabkan karena penyakit jantung dan pembuluh darah
(Biasanya terjadi tekanan darah tinggi).
b. Instability (Berdiri dan Berjalan Tidak Stabil atau Mudah jatuh)
Lansia mudah terjatuh karena terjadinya penurunan fungsi-fungsi
tubuh dan kemampuan fisik juga mental hidupnya. Akibatnya aktivitas
hidupnya akan ikut terpengaruh, sehingga akan mengurangi kesigapan
seseorang.
Penyebab terjatuh pada lansia antara lain :
1) Faktor intrinsik (faktor dari dalam tubuh lanjut usia sendiri).
2) Faktor ekstrinsik (faktor dari luar atau lingkungan).
Akibat dari terjatuh dapat menyebabkan cidera pada lansia
sehingga menimbulkan rasa sakit. Lansia yang pernah terjatuh akan
merasa takut untuk terjatuh lagi sehingga lansia tersebut menjadi
takut untuk berjalan dan membatasi pergerakannya.
c. Inkontinensia
Beser atau yang sering dikenal dengan "Ngompol" karena saat BAK
atau keluarnya air seni tanpa disadari akibat terjadi masalah
kesehatan atau sosial. Untuk mengatasi masalah ini biasanya lansia
akan mengurangi minum dengan harapan untuk mengurangi jumlah dan
frekuensi berkemih. Akibatnya lansia dapat terjadi kekurangan
cairan tubuh dan berkurangnya kemampuan kandung kemih yang justru
akan memperberat keluhan beser pada lansia.
d. Intellectual Impairment (Gangguan Intelektual)
Gangguan yang berhubungan dengan kemapuan berfikir atau ingatan
yang mempengaruhi terganggunya aktivitas sehari-hari. Kejadian ini
terjadi dengan capat mulai usia 60-85 tahun atau lebih.
e. Infeksi
Pada lansia telah terjadi penurunan fungsi tubuh. Daya tahan tubuh
juga menurun karena kekurangan gizi. Adanya penyakit yang bermacam-
macam. Selain itu juga dari faktor lingkungan juga bisa terpengaruh
terhadap infeksi yang terjadi pada lansia.
f. Gangguan Pancaindera (Impairment of Vision and Hearing, Taste,
Smell, Communication, Convalescence, Skin Integrity)
Akibat proses menua sehingga semua kemampuan pancaindera
berkurangfungsinya. Juga terjadi gangguan pada otak, saraf dan otot-
otot. Sehingga pada lansia terjadi penurunan penglihatan,
pendengaran dan komunikasi (berbicara).
g. Impaction (Konstipasi atau Gangguan BAB)
Konstipasi yang terjadi pada lansia disebabkan karena pergerakan
fisik pada lansia yang kurang mengkonsumsi makana berserat, kurang
minum juga akibat pemberian obat-obat tertentu.
Pada kasus konstipasi yaitu feces menjadi keras dan sulit
dikeluarkan maka akan tertahan diusus sehingga dapat terjadi
sumbatan diusus yang menyebabkan rasa sakit diperut.
h. Isolasi (Depresi)
Dapat terjadi akibat perubahan status sosial, bertambahnya penyakit
dan berkurangnya kemampuan untuk mengurus dirinya secara mandiri
serta akibat perubahan-perubahan fisik maupun peran sosial.
Gejala-gejala depresi yang sering muncul dianggap sebagai bagian
dari proses menua. Adapun gejala-gejala seperti dibawah ini antara
lain :
1) Gangguan emosional : perasaan sedih, sering menangis, merasa
kesepian, gangguan tidur, pikiran dan gerakan lamban, cepat
lelah dan menurunnya aktivitas, tidak adanya selera makan yang
mengakibatkan berat badan menurun, daya ingat berkurang, sulit
untuk memusatkan perhatian, kurangnya minat, hilangnya
kesenagnan yang biasanya dinikmati, menyusahkan orang lain,
merasa rendah diri, harga diri dan kepercayaan diri berkurang,
merasa bersalah dan tidak berguna, tidak ingin hidup lagi bahkan
mau bunuh diri.
2) Gangguan fisik : sakit kepala, jantung berdebar-debar, nyeri
pinggang, gangguan pencernaan.
i. Kurang Gizi
Disebabkan oleh perubahan lingkungan yaitu ketidaktahuan lansia
dalam memilih jenis makana yang bergizi, isolasi sosial karena
lansia mengalami penurunan aktivitas karena penurunan fungsi
pancaindera. Sedangkan penyebab lainnya yaitu kondisi kesehatan :
sehingga lansia hanya akan mengalami konsumsi jenis makanan
tertentu, adanya penyakit fisik, mental, gangguan tidur dan obat-
obatan.
j. Impecunity (Tidak Punya Uang)
Hal ini berhubungan dengan pekerjaan. Semakin seseorang bertambah
tua maka aktivitasnya akan berkurang yang menjadikan lansia
berhenti dari pekerjaannya. Secara otomatis pendapatannya akan
berkurang. Lansia dapat menikmati masa tua dengan bahagia apabila :
1) Mempunyai pendapatan yang paling tidak dapat memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
2) Tempat yang layak untuk tinggal.
3) Masih mempunyai peran setidaknya didalam keluarganya.
k. Latrogenesis (Menderita Penyakit Akibat Obat-obatan)
Banyak kejadian lansia mempunyai berbagai macam penyakit atau yang
biasa disebut komplikasi, sehingga membutuhkan juga obat yang
banyak untuk tiap penyakitnya. Lansia sering kali menggunakan obat
dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dari dokter sehingga
akan muncul penyakit baru dari akibat penggunaan obat-obatan
tersebut.
l. Insomnia
Hampir semua lansia mempunyai gangguan tidur yakni sulit untuk
mulai masuk dalam proses tidur, tidurnya tidak nyenyak dan mudah
terbangun, sering bermimpi, bangun terlalu awal (dini hari).
Apabila sudah terbangun maka akan sulit untuk tidur kembali.
m. Immune Deficiency (Daya Tahan Tubuh yang Menurun)
Salah satu penyebab daya tahan tubuh pada lansia menurun terjadi
akibat terganggunya fungsi organ tubuh. Namun tidak semua proses menua
mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh. Hal ini juga dapat terjadi
akibat penyakit yang diderita lansia, penyakit yang sudah akut,
penggunaan obat-obat tertentu dan status gizi yang buruk.
B. LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN MOBILITAS FISIK
1. Definisi
Mobilisasi adalah suatu kemampuan individu untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
aktifitas guna mempertahankan kesehatannya.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
bebas. (Aziz A.2008)
2. Etiologi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah,
kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis.
Osteoartritis merupakan penyebab utama kekakuan pada usia lanjut.
Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan gangguan
fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan imobilisasi.
Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orangusia
lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun
dirumah sakit
Penyebab secara umum:
a. Kelainan postur
b. Gangguan perkembangan otot
c. Kerusakan system saraf pusat
d. Trauma langsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
e. Kekakuan otot
3. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi
sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf.
Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit.
Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi
isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek.
Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja
otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot,
misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.
Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun
pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan
energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung,
tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra
indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit
obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan
kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran
skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan
dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot
yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus
otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan
relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot
mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya
aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi
berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari
empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak
beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi
organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam
pembentukan sel darah merah.
Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usia
lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.
4. Tanda dan Gejala
a. Dampak fisiologis dari imobilisasi antara lain :
"EFEK "HASIL "
"Penurunan konsumsi oksigen "Intoleransi ortostatik "
"maksimum "Peningkatan denyut jantung, "
"Penurunan fungsi ventrikel "sinkop "
"kiri "Penurunan kapasitas kebugaran "
"Penurunan volume sekuncup "Konstipasi "
"Perlambatan fungsi usus "Penurunan evakuasi kandung kemih"
"Pengurangan miksi "Bermimpi pada siang hari, "
"Gangguan tidur "halusinasi "
b. Efek Imobilisasi pada berbagai sistem organ
"ORGAN / SISTEM "PERUBAHAN YANG TERJADI AKIBAT IMOBILISASI "
"Muskuloskeletal "Osteoporosis, penurunan massa tulang, "
" "hilangnya kekuatan otot, penurunan area potong"
" "lintang otot, kontraktor, degenerasi rawan "
" "sendi, ankilosis, peningkatan tekanan "
" "intraartikular, berkurangnya volume sendi "
"Kardiopulmonal dan"Peningkatan denyut nadi istirahat, penurunan "
"pembuluh darah "perfusi miokard, intoleran terhadap "
" "ortostatik, penurunan ambilan oksigen maksimal"
" "(VO2 max), deconditioning jantung, penurunan "
" "volume plasma, perubahan uji fungsi paru, "
" "atelektasis paru, pneumonia, peningkatan "
" "stasis vena, peningkatan agresi trombosit, dan"
" "hiperkoagulasi "
"Integumen "Peningkatan risiko ulkus dekubitus dan "
" "laserasi kulit "
"Metabolik dan "Keseimbangan nitrogen negatif, hiperkalsiuria,"
"endokrin "natriuresis dan deplesi natrium, resistensi "
" "insulin (intoleransi glukosa), hiperlipidemia,"
" "serta penurunan absorpsi dan metabolisme "
" "vitamin/mineral "
5. Komplikasi
a. Perubahan Metabolik
Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara
normal, mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya
kecepatan metabolisme dalam tubuh. Immobilisasi menggangu fungsi
metabolic normal antara lain laju metabolic: metabolisme
karbohidarat, lemak, dan protein, keseimbangan cairan dan
elektrolit, ketidakseimbangan kalsium, dan gangguan pencernaan.
Keberdaaan infeksius padaklien immobilisasi meningkatkan BMR
karena adanya demam dan penyembuhanluka yang membutuhkan
peningkatan kebutuhan oksgen selular.
Gangguan metabolik yang mungkin terjadi :
1) Defisensi kalori dan proterin merupakan karakteristik klien
yang mengalami anoreksia sekunder akibat mobilisasi.
Immobilisasi menyebabkan asam amino tidak digunakan dan akan
diekskresikan. Pemcahan asasm amino akan terusterjadi dan
menghasilkan nitrogen sehingga akumulasinya kan menyebabkan
keseimbangan nitrogen negative , kehilangan berat badan ,
penurnan massa otot, dan kelemahan akibat katabolisme
jaringan. Kehilangan masa otot tertutama pada
hati,jantung,paru-paru, saluran pencernaan, dan imunitas.
2) Ekskresi kalssium dalam urin ditngkatkan melalui resorpsi
tulang. Hal ini terjadi karena immobilisasi menyebabkan
kerja ginjal yang menyebabkan hiperkalsemia.
3) Gangguan nutrisi (hipoalbuminemia) Imobilisasi akan
mempengaruhi system metabolik dan endokrin yang akibatnya
akan terjadi perubahan terhadap metabolisme zat gizi. Salah
satu yang terjadi adalah perubahan metabolisme protein.
Kadar plasma kortisol lebih tinggi pada usia lanjut yang
imobilisasi sehingga menyebabkan metabolisme menjadi
katabolisme. Keadaan tidak beraktifitas dan imobilisasi
selama 7 hari akan meningkatkan ekskresinitrogen urin
sehingga terjadi hipoproteinemia.
4) Gangguan gastrointestinal terjadi akibta penurunan motilitas
usus. Konstipasi sebagai gejala umum , diare karena feses
yang cair melewati bagian terjepit dan menyebabkan masalah
serius berupa obstruksi usus mekanik bila tidak ditangani
karena adanya distensi dan peningkatan intraluminal yang
akan semakin parah bila terjadi dehidrasi, terhentinya
absorbsi, gangguan cairan dan elektrolit.
b. Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit
Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai
dampak dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein
menurun dan konsenstrasi protein serum berkurang sehingga dapat
mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya perpindahan
cairan dari intravaskular ke interstitial dapat menyebabkan
edema, sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi
Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh
menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan
pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak
bisa melaksanakan aktivitas metabolisme.
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal
Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi
gastrointestinal, karena imobilitas dapat menurunkan hasil
makanan yang dicerna dan dapat menyebabkan gangguan proses
eliminasi.
e. Perubahan Sistem Pernapasan
Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem
pernapasan. Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun,
ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot.
f. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
- Gangguan Muskular: menurunnya massa otot sebagai dampak
imobilitas, dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara
langsung.
- Gangguan Skeletal: adanya imobilitas juga dapat menyebabkan
gangguan skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur
sendi dan osteoporosis.
g. Perubahan Sistem Integumen
Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan
elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat
imobilitas.
h. Perubahan Eliminasi
Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan jumlah urine.
i. Perubahan Perilaku
Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain
timbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Hari/tanggal : Rabu, 1 Juni 2016
Jam : 09.00 WIB
Metode : wawancara, pemeriksaan fisik,studi dokumen
Sumber : klien, buku RM, bu Nur
Oleh : Rizky Putri Dermawanti
A. Identitas
1. Klien
Nama : Ny. S
Umur : 80 tahun
Agama : Islam
Jemis kelamin : Perempuan
Pendidikan : -
Alamat : BPSTW Budi Luhur
Suku : Jawa
Status perkawinan : -
Tanggal masuk :
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. J
Hub. Dengan klien : Keluarga
B. Riwayat Masuk Panti
1. Alasan masuk panti
Ibu Nur mengatakan , Ny. S masuk PSTW Budi Luhur diantar oleh
tetangganya. Ny. S masuk BPSTW karena permintaan dari warga sekitar
dikarenakan Ny. S tidak mempunyai siapa-siapa lagi untuk me "rumat"
2. Proses masuk panti
Klien mengatakan sebelum masuk BPSTW Budi Luhur dirinya tinggal di
rumah sendiri. Klien masuk ke BPSTW Budi Luhur diantar oleh kepala
dusun di rumahnya.
C. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien tirah baring. Klien mengatakan sudah sulit untuk duduk,
setiap hari hanya tiduran saja.
Klien mengatakan kaki kananya pegel-pegel dan sulit untuk
digerakkan. Klien mengatakan sudah tidak bisa duduk dan hanya
tiduran saja. Kaki kanan klien terlihat udem (pitting udem derajat
3)
2. Riwayat kesehatan yang lalu
Data dari RM klien menunjukkan bahwa Ny. S memiliki riwayat jatuh
pada bulan Juni 2014. Data dari RM juga menunjukkan bahwa pada
tanggal 13 Mei 2015 kaki klien mulai bengkak.
3. Riwayat kesehatan keluarga
a. Klien mengatakan di keluarganya tidak ada penyakit menular
maupun keturunan seperti darah tinggi.
a. Genogram : Klien mengatakan dirinya 7 bersaudara namun klien
lupa anak yang ke berapa
Pola Kebiasaan
1. Aspek Fisik - Biologis
a. Pola nutrisi/metabolic
1) Intake makanan :
Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk, dan
kadang sayur. Pemberian nutrisi pada klien dibantu oleh orang
lain.
Klien terlihat makan habis hanya 5 sendok.
2) Intake cairan:
Klien mengatakan minum dengan tempat minum yang sudah
disediakan di kasurnya. Klien minum terkadang denngan bantuan
orang lain. Klien minum air putih sedikit tapi sering ±200 mL
sehari.
b. Pola eliminasi
1) Buang air besar :
Klien mengatakan b.a.b menggunakan diapers. Bila penuh,
diapers diganti oleh pertugas
2) Buang air kecil
Klien mengatakan b.a.k menggunakan diapers. Bila penuh,
diapers diganti oleh petugas
c. Pola Aktifitas Sehari – Hari
- Klien mengatakan tidak bisa mandi sendiri, mandi dibantu oleh orang
lain dengan cara di lap.
Indeks KATZ tentang aktivitas kehidupan sehari – hari :
"No."Kegiatan "Keterangan "Skor "
"1. "Mandi "Klien mampu berdiri dan berpindah, klien "0 "
" " "mampu mandi sendiri " "
"2. "Berpakaian"Klien mandiri dan menggunakan pakaian "0 "
" " "sendiri " "
"3. "Berpindah "Klien mampu berpindah namun dengan jalan "0 "
" " "sedikit kaku " "
"4. "Kontinen "Klien menyatakan b.a.k kadang keluar darah "0 "
" "BAB/BAK " " "
"5. "Makan "Klien makan sendiri tanpa dibantu orang "0 "
" " "lain " "
"6. "Toileting "Klien mampu b.a.k dan b.a.b tanpa dibantu "0 "
" " "orang lain " "
Skor : 0 (ketergantungan)
d. Pola tidur dan istirahat
Klien mengatakan sering terbangun saat tengah malam hari
(nglilir).
2. Aspek Mental – Intelektual – Sosial – Spiritual
a. Konsep Diri
1) Identitas Diri
Klien menyatakan dirinya adalah orang yang sudah tua.
2) Ideal Diri
Klien mengatakan sudah lama tinggal di panti dan pasrah dengan
keadaannya saat ini.
3) Gambaran Diri
Klien mengatakan mengetahui tentang keadaannya saat ini dan
pasrah dengan keadaannya.
4) Harga Diri
Klien mengatakan tidak malu dengan keadaannya saat ini, klien
mengatakan ketidakberdayaannya saat ini karena dirinya yang
sudah tua
5) Peran Diri
Klien menyatakan tidak pernah berkomunikasi dengan sesama
klien di panti karena sudah tidak bisa apa-apa lagi.
b. Emosional
Klien mengatakan jarang tersinggung jika ada penghuni panti yang
menyinggungnya. Klien mengatakan jika ada penghuni panti yang
marah, biasanya klien diamkan saja dan mencoba memahami semua
sikap dan sifat yang dimiliki setiap penghuni panti.
c. Intelektual / Pengetahuan
Daya ingat sudah menurun
Pengkajian fungsi kognitif menggunakan SPMSQ
"No."Pertanyaan "Jawaban "B/S "
"1. "Tanggal berapa hari ini ? "Tidak tahu "S "
"2. "Hari apa sekarang ini ? "Tidak tahu "S "
"3. "Apa nama tempat ini ? "Tidak tahu "S "
"4. "Berapa nomor telepon anda "Tidak tahu "S "
" "? " " "
" "Dimana Alamat anda ? " " "
"5. "Berapa umur anda ? "80 tahun "B "
"6. "Kapan Anda lahir ? "Tidak tahu "S "
"7. "Siapa Presiden Indonesia "Tidak tahu "S "
" "yang sekarang ? " " "
"8. "Siapa presiden sebelumnya "Tidak tahu "S "
" "? " " "
"9. "Siapa nama kecil ibu anda "Sakem "B "
" "? " " "
"10."Pengurangan 3 dari angka "Tidak tahu "S "
" "20 dan dikurangi 3 setiap " " "
" "bilangan baru hingga nilai" " "
" "habis " " "
Penilaian :
1 – 2 kesalahan : tidak mempunyai kerusakan intelektual
3 – 4 kesalahan : kerusakan intelektual ringan
5 – 7 kesalahan : kerusakan intelektual sedang
8– 10 kesalahan : kerusakan intelektual berat
Interpretasi hasil penilaian: kerusakan intelektual berat.
d. Aman nyaman
Skala pengukuran Resiko jatuh Morse
"Parameter "Status /keadaan "skor "nila"Ket "
" " " "i " "
"Riwayat jatuh 3"Tidak pernah "0 "0 "Klien "
"bulan terakhir " " " "mengatakan "
" " " " "belum pernah "
" " " " "terjatuh "
" "Pernah "25 " " "
"Penyakit "Ada "15 "15 "Kaki klien "
"penyerta " " " "bengkak "
"(diagnosa " " " " "
"sekunder) " " " " "
" "Tidak ada "0 " " "
"Alat bantu "Tanpa alat bantu,"0 "0 "Klien tidak "
"jalan "tidak dapat jalan" " "bisa berjalan "
" ", kursi roda, bed" " " "
" "rest " " " "
" "Tongkat penyangga"15 " " "
" "Kursi atau benda "30 " " "
" "lain untuk " " " "
" "tumpuan berjalan " " " "
"Pemakaian infus"Ya "20 "0 "Klien tidak "
"intravena/hepar" " " "menggunakan "
"in " " " "infus "
" "Tidak "0 " " "
"Cara berjalan "Normal, tidak "0 "0 "Klien nampak "
" "dapat jalan " " "berjalan "
" " " " "dengan langkah"
" " " " "kecil-kecil "
" "Lemah "10 " " "
" "Tengganggu "20 " " "
"Status mental "Menyadari "0 "0 "Klien "
" "kelemahannya " " "mengatakan "
" " " " "dirinya sudah "
" " " " "lemah dan tak "
" " " " "selincah waktu"
" " " " "muda dulu "
" "Tidak menyadari "15 " " "
" "kelemahannya " " " "
"Jumlah "15 "
Tingkat Resiko Skor morse
Resiko rendah 0-24
Resiko sedang 25-44
Resiko tinggi >45
Interpretasi : Resiko rendah
e. Hubungan interpersonal
Klien mengatakan jarang ngobrol dengan teman satu wismanya
karena sudah tidak bisa apa-apa.
f. Sosial
APGAR Score : Sudah dikaji namun respon klien (-)
"No. "Pernyataan "Selalu"Kadang "Hampir tdk"
" " "( 2 ) "( 1 ) "pernah (0)"
"1. "Saya merasa puas karena " " "v "
" "saya dapat membuat " " " "
" "keluarga atau teman " " " "
" "menolong saat terjadi hal" " " "
" "yang menyulitkan " " " "
" "(adaptasi) " " " "
"2. "Saya merasa puas dengan " " "V "
" "cara keluarga atau teman " " " "
" "membicarakan hal dan " " " "
" "masalah yang ada dengan " " " "
" "saya (Hubungan) " " " "
"3. "Saya merasa puas dengan " " "V "
" "kenyataan bahwa keluarga " " " "
" "atau teman menerima dan " " " "
" "mendukung keinginan saya " " " "
" "untuk mencari arah " " " "
" "kehidupan aktifitas baru " " " "
" "(pertumbuhan) " " " "
"4. "Saya merasa puas melihat " " "V "
" "cara keluarga atau teman " " " "
" "mengekspresikan afeksi " " " "
" "dan respon mereka " " " "
" "terhadap emosi saya " " " "
" "seperti marah, sedih " " " "
" "(Afeksi) " " " "
"5. "Saya merasa puas atas " " "V "
" "cara teman menghabiskan " " " "
" "waktu bersama – sama " " " "
" "(Pemecahan) " " " "
" "Hasil Score " " "0 "
< 3 : terjadi disfungsi keluarga tingkat tinggi
4 – 6 : terjadi disfungsi keluarga tingkat menengah
> 6 : tidak terjadi disfungsi sosial
Intrepretasi : Terjadi disfungsi keluarga tingkat tinggi
Skala Depresi Geriatri
"No "PERTANYAAN "YA "TIDAK "
"1 "Apakah anda sebenarnya puas dengan "V " "
" "kehidupan anda? " " "
"2 "Apakah anda telah meninggalkan banyak " "V "
" "kegiatan dan minat atau kesenangan anda? " " "
"3 "Apakah anda merasa kehidupan anda kosong? " "V "
"4 "Apakah anda sering merasa bosan? " "V "
"5 "Apakah anda mempunyai semangat yang baik "V " "
" "setiap saat? " " "
"6 "Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk " "V "
" "akan terjadi pada anda? " " "
"7 "Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian "V " "
" "besar hidup anda? " " "
"8 "Apakah anda sering merasa tidak berdaya? "V " "
"9 "Apakah anda lebih senang tinggal di rumah " "V "
" "daripada keluar dan mengerjakan sesuatu " " "
" "yang baru? " " "
"10 "Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah" "V "
" "dengan daya ingat dibanding kebanyakan " " "
" "orang? " " "
"11 "Apakah anda berpikir hidup anda sekarang "V " "
" "ini menyenangkan? " " "
"12 "Apakah anda merasa tidak berharga seperti " "V "
" "perasaan anda saat ini? " " "
"13 "Apakah anda merasa penuh semangat? "V " "
"14 "Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak"V " "
" "ada harapan? " " "
"15 "Apakah anda berpikir bahwa orang lain lebih"V " "
" "baik keadaannya daripada anda? " " "
" "SKOR "8 "
Skor 10-15 : depresi berat
Skor 6-9 : depresi sedang
Skor 0-5 : depresi ringan
Intrepertasi data : Depresi sedang
g. Support system
Klien mengatakan dirinya tidak memiliki suami dan dulu hanya
tinggal dengan kakaknya.
h. Aspek spiritual
Klien mengatakan ia beragama Islam.
D. Pemeriksaan fisik
1. Keluhan yang dirasakan saat ini :
Klien mengatakan kaki kanannya pegal-pegal. Kaki kanan klien
terlihat bengkak, pitting udem derajat 3.
TD : 80/50 mmHg
P : 20 x/m
N : 82 x/m
S : 36,5oC
2. Kepala :
a. Kepala : bentuk kepala simetris, rambut berwarna putih dan
sebagian hitam, tidak tampak ketombe,tidak tampak kelainan pada
kepala.
b. Mata : konjungtiva tidak pucat, tidak ada nyeri tekan
c. Telinga : Bentuk simetris, bersih, fungsi pendengaran baik,
tidak ada serumen dan tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka.
d. Hidung : Bentuk simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada
serumen,tidak ada nyeri tekan,tidak ada lesi atau jejas
e. Mulut : Membran mukosa kering, tidak ada stomatitis, tidak ada
pembesaran tonsil, tidak sianosis,dan tidak lesi,tidak ada nyeri
tekan.
3. Wajah : tidak tampak kelainan pada wajah.
4. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid leher, tidak
ada pembesaran kelenjar getah bening
5. Ekstrimitas :
Atas : anggota gerak atas lengkap, tidak ada kelainan jari, tidak
tampak edema.
Bawah : anggota gerak bawah lengkap, tidak ada kelainan jari, tampak
edema di kaki kanan (pitting udem derajat 3)
- Terdapat lesi di pantat dan paha kiri klien. Lesi berwarna
kemerahan, tidak ada pus, tidak berbau, luas lesi ±3 cm
- Klasifikasi Dekubitus Derajat II (Hilangnya sebagian ketebalan
kulit meliputi epidermis dan dermis. Luka superficial dan secara
klinis terlihat seperti abrasi, lecet, atau lubang yang dangkal.)
6. Dada
Simetris, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan
II. Analisa Data
"DATA "MASALAH "PENYEBAB "
"DS : " " "
"Klien tirah baring. Klien "Kerusakan "Tirah baring "
"mengatakan sudah sulit untuk "integritas kulit " "
"duduk, setiap hari hanya " " "
"tiduran saja. " " "
" " " "
"DO : " " "
"Posisi tidur klien tampak " " "
"sama setiap saat (miring ke " " "
"kiri) " " "
"Punggung kanan klien tampak " " "
"kehitaman " " "
"Terdapat lesi di pantat dan " " "
"paha kiri klien. Lesi " " "
"berwarna kemerahan, tidak ada" " "
"pus, tidak berbau. " " "
"Luas lesi ±3 cm " " "
"Klasifikasi Dekubitus Derajat" " "
"II (Hilangnya sebagian " " "
"ketebalan kulit meliputi " " "
"epidermis dan dermis. Luka " " "
"superficial dan secara klinis" " "
"terlihat seperti abrasi, " " "
"lecet, atau lubang yang " " "
"dangkal.) " " "
"DS : " "Kelemahan "
"Klien mengatakan tidak bisa "Defisit Perawatan" "
"mandi sendiri "Diri : Mandi dan " "
"Klien mengatakan mandi "makan " "
"dibantu oleh orang lain " " "
"Klien mengatakan mandi di " " "
"tempat tidur dengan cara di " " "
"lap oleh petugas " " "
"Klien mengatakan tidak bisa " " "
"makan sendiri " " "
"DO : " " "
"Indeks KATZ : 0 " " "
"Klien tidak dapat pergi ke " " "
"kamar mandi secara mandiri " " "
"Klien tidak dapat " " "
"mengeringkan tubuh secara " " "
"mandiri " " "
"Klien tidak bisa memegang " " "
"alat makan secara mandiri " " "
"Kekuatan Otot : " " "
"4 4 " " "
" " " "
"4 4 " " "
"DS : "Gangguan "Kelemahan "
"Klien mengatakan sudah tidak "Mobilitas Fisik " "
"bisa duduk " " "
"Klien mengatakan segala " " "
"aktivitasnya dibantu " " "
"Klien mengatakan kaki " " "
"kanannya keju-keju " " "
"DO : " " "
"Posisi klien tampak sama " " "
"setiap hari " " "
"Kaki kanan klien terlihat " " "
"bengkak (pitting udem derajat" " "
"3) " " "
"Kaki kiri klien tampak kaku " " "
"Kekuatan Otot : " " "
"4 4 " " "
" " " "
"4 4 " " "
III. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit b.d tirah baring ditandai dengan Klien
tirah baring. Klien mengatakan sudah sulit untuk duduk, setiap hari
hanya tiduran saja, Posisi tidur klien tampak sama setiap saat
(miring ke kiri),Punggung kanan klien tampak kehitaman, Terdapat lesi
di pantat dan paha kiri klien. Lesi berwarna kemerahan, tidak ada
pus, tidak berbau, Luas lesi ±3 cm, Klasifikasi Dekubitus Derajat II
(Hilangnya sebagian ketebalan kulit meliputi epidermis dan dermis.
Luka superficial dan secara klinis terlihat seperti abrasi, lecet,
atau lubang yang dangkal.)
2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d kelemahan ditandai dengan Klien tirah
baring, Klien mengatakan sudah sulit untuk duduk, setiap hari hanya
tiduran saja, Posisi tidur klien tampak sama setiap saat (miring ke
kiri), Punggung kanan klien tampak kehitaman
3. Defisit Perawatan Diri : Mandi dan makan b.d kelemahan ditandai
dengan Klien mengatakan tidak bisa mandi sendiri, Klien mengatakan
mandi dibantu oleh orang lain, Klien mengatakan mandi di tempat tidur
dengan cara di lap oleh petugas, Indeks KATZ : 0, Klien mengatakan
tidak bisa makan sendiri, Klien tidak bisa memegang alat makan secara
mandiri, kekuatan otot semua ekstremitas : 3
IV. Perencanaan
Nama : Ny. S
Umur : 80 tahun
"No Dx"Perencanaan "
" "Tujuan "Intervensi "Rasional "
"1. "Selasa, 1 Juni 2016 "Selasa, 1 Juni 2016 "Selasa, 1 Juni 2016 "
" "Jam 15.30 WIB "Jam 15.30 WIB "Jam15.30 WIB "
" "Setelah dilakukan asuhan "Kaji kondisi integritas kulit "Sebagai acuan dalam menentukan tindakan"
" "keperawatan selama 7x 7 "Berikan massase punggung "Massase punggung dapat melancarkan "
" "jam kerusakan integritas " "peredaran darah serta menjaga "
" "kulit berkurang dengan " "kelembapan kulit klien. "
" "kriteria hasil : " "Edukasi dapat meningkatkan motivasi "
" "Kulit punggung pasien "Edukasi klien untuk lapor pada "klien "
" "terlihat lebih lembab "petugas bila punggung mengalami "serta dapat meningkatkan mawas diri "
" "Luka di pantat dan paha "luka/rasa perih "klien terhadap kebutuhan makannya. "
" "klien menunjukkan "Lakukan perawatan luka dengan NaCl"Perawatan luka memggunakan NaCl "
" "perbaikan. "tiap 2 hari sekali "merupakan cara yang tepat untuk "
" " "Kolaborasi dengan pramurukti dalam"mengatasi kerusakan integritas kulit "
" " "memenuhi kebutuhan integritas "yang dialami klien "
" " "kulit pasien (menjaga agar kondisi"Pramurukti adalah petugas yang selalu "
" " "kulit tetap lembab) "siaga 24 jam dalam merawat klien "
" " " "sehingga dapat merawat klien secara "
" " " "intensif "
" " " "Rizky "
"2 "Selasa, 1 Juni 2016 "Selasa, 1 Juni 2016 "Selasa, 1 Juni 2016 "
" "Jam 15.30 WIB "Jam 15.30 WIB "Jam 15.30 WIB "
" "Setelah dilakukan asuhan "Kaji kemampuan mobilisasi klien "Sebagai acuan dalam menentukan tindakan"
" "keperawatan selama 7 x 7 "Latih ROM pasif "ROM dapat mencegah kekakuan otot "
" "jam, gangguan mobilitas "Posiskan kaki kanan lebih tinggi "Posisi yang lnih tinggi dapat "
" "fisik dapat berkurang "dari jantung "mengurangi edema "
" "dengan kriteria "Edukasi pada klien tetap bergerak "Edukasi dapat meningkatkan motivasi "
" "Udem pada kaki berkurang "semampu klien (miring kanan-kiri) "klien "
" "menjadi derajat 2 "Kolaborasi dengan dokter terkait "Dokter dapat memberikan terapi "
" "Ekstremitas klien menjadi "dengan udem pada kaki klien "farmakologi yang tepat untuk klien "
" "lebih lemas (tidak kaku) "Rizky "Rizky "
"3. "Selasa, 1 Juni 2016 "Selasa, 1 Juni 2016 "Selasa, 1 Juni 2016 "
" "Jam 15.30 WIB "Jam 15.30 WIB "Jam 15.30 WIB "
" "Setelah dilakukan asuhan "Kaji kebutuhan perawatan diri "Sebagai acuan dalam menentukan tindakan"
" "keperawatan selama 1 x 7 "klien "Bantuan yang diberikan untuk klien "
" "jam diharapkan defisit "Bantu klien dalam memenuhi "dapat memenuhi kebutuhan personal "
" "perawatan diri : mandi "perawatan mandinya "hygiene klien "
" "dapat teratasi dengan "Edukasi klien untuk melapor pada "Edukasi dapat meningkatkan motivasi "
" "kriteria "petugas apabila badan sudah dirasa"klien "
" "Klien mandi secara "kotor/bau "serta dapat meningkatkan mawas diri "
" "teratur, 2x sehari " "klien terhadap kebersihan dirinya. "
" "Klien tampak bersih "Kolaborasi dengan pramurukti dalam" "
" "Diapers tidak penuh dan "pemenuhan perawatan diri (mandi) "Pramurukti adalah petugas yang selalu "
" "tidak berbau "ketika praktikan tidak sedang "siaga 24 jam dalam merawat klien "
" " "berjaga "sehingga dapat merawat klien secara "
" " " "intensif "
" " "Rizky "Rizky "
"4. "Selasa, 1 Juni 2016 "Selasa, 1 Juni 2016 "Selasa, 1 Juni 2016 "
" "Jam15.30 WIB "Jam15.30 WIB "Jam15.30 WIB "
" "Setelah dilakukan asuhan "Kaji kebutuhan perawatan makan "Sebagai acuan dalam menentukan tindakan"
" "keperawatan selama 7 x 7 "klien "Bantuan yang diberikan untuk klien "
" "jam perawatan diri (makan)"Bantu klien dalam memenuhi "dapat memenuhi kebutuhan personal "
" "klien terpenuhi dengan "perawatan makannya "hygiene klien "
" "kriteria : " "Edukasi dapat meningkatkan motivasi "
" "Klien makan 3x sehari "Edukasi klien untuk melapor pada "klien "
" "Kebutuhan minum klien "petugas apabila ingin makan/minum "serta dapat meningkatkan mawas diri "
" "terlayani "Kolaborasi dengan pramurukti dalam"klien terhadap kebutuhan makannya. "
" " "pemenuhan perawatan diri (makan) "Pramurukti adalah petugas yang selalu "
" " "ketika praktikan tidak sedang "siaga 24 jam dalam merawat klien "
" " "berjaga "sehingga dapat merawat klien secara "
" " " "intensif "
DAFTAR PUSTAKA
Alimul Aziz, 2008. Kebutuhan Dasar Manusia, Edisi 2. Jakarta; Salemba
Medika
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8
volume 2, EGC, Jakarta
DOKUMENTASI KEGIATAN
Perawatan Luka dekubitus derajat II menggunakan NaCl dan Sufratul
Mengeramasi Klien