1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam tidak menetapkan bentuk Negara untuk manusia, tetapi lebih mendorong manusia untuk membentuk suatu masyarakat. Ahmad Muhammad jamal dalam bukunya Fikrah al-Daulah fi al-Islam al-Islam mengatakan bahwa Islam tidak menyusun bentuk Negara yang jelas, tidak pula menyebutkan rinciannya. Agama Islam hanya meletakkan beberapa prinsip dasar yang bersifat umum tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Tidak ada bentuk baku dalam Islam membawa hikmah sendiri. Jika di dalamnya terbentuk sebuah masyarakat Qurani, maka itu adalah sebuah tanda-tanda Negara Islam. Tidak adanya penjelasan rinci tentang bentuk Negara Ne gara Islam merupakan rahmat besar sebagai kaum muslim, karena hal ini memungkinkan Islam untk mengikuti kemajuan zaman dan menyesuaikan diri terhadap kondisi dan lingkungan baru. Dalam islam, masyarakat terbentuk diakibatkan adanya kecenderungan manusiawi antara manusia untuk berkumpul dalam memenuhi kebutuhan yang diakibatkan oleh pemahaman bersama tentang masalah hidup. Membangun masyarakat akan selalu berhuungan dengan personalnya, karena baik tidaknya pribadi seseorang ses eorang akan mempengaruhi kehidupan sosial, sebagaimana baik dan buruknya suatu masyarakat memiliki peran dalam setiap individunya. Islam telah
memberikan
kepada
setiap
manusia
jiwa
yang
berbeda,
dan
menjadikannya sebagai bagian terpenting dari sebuah masyarakat, maka setiap manusa memiliki sifat sosial di tempat dia hidup. Karena itu, setiap manusia tidak bisa hidup di luar area dari suatu masyarakat karena ia pasti memerlukan bantuan orang lain. Manusia sejak diciptakan oleh Allah di muka bumi ini selalu membutuhkan adanya kelompok masyarakat dan bahkan merupakan keharusan agar dapat memudahkan segala kebutuhannya dan melestarikan kehidupannya. Lalu bagaimanakah masyarakat yang dikehendaki oleh Islam?. Dalam makalah
2
ini akan dikaji beberapa seluk beluk masyarakat menurut pandangan islam.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah definisi masyarakat menurut Islam? 2. Bagaimana prinsip-prinsip dasar dalam membentuk masayarakat Islam? 3. Apa komponen pembentuk masyarakat Islam? 4. Bagaimana masyarakat ideal menurut Islam?
C. Tujuan Pembahasan 1. Untuk mengetahui definisi masyarakat menurut Islam. 2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar dalam membentuk masayarakat Islam. 3. Untuk mengetahui komponen pembentuk masyarakat Islam. 4. Untuk mengetahui masyarakat ideal menurut Islam.
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi masyarakat masyarakat
1. Secara Etimologi Kata ’’masyarakat’’
berasal
dari
bahasa
Arab ’’syarikat’’
yaitu
pembentukan suatu kelompok atau at au golongan atau kumpulan. Sedangkan dalam bahasa Inggris, pergaulan hidup disebut ’’social’’ (sosial). Hal ini ditujukan dalam pergaulan hidup kelompok manusia terutama dalam kelompok kehidupan masyarakat teratur. 2. Secara Terminologi Dalam
al-Qur’an al-Qur’an
ada
beberapa
istilah
yang
digunakan
dalam
menjelaskan makna masyarakat, yaitu kata ummah ummah dan dan qoum qoum.. Di dalam alQur’an terdapat 49 kata ummah ummah yang memiliki makna, yaitu: 1 a) Kelompok yang menyuruh kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran (QS. Ali Imran: 104), b) Kaum (QS. Hud: 8), dan c) Jalan, J alan, cara atau gaya ga ya hidup (QS. Azzukhruf: 22) Masyarakat adalah sekelompok orang yang hidup bersama, mempunyai tempat atau daerah tertentu untuk jangka waktu yang lama, saling berinteraksi sesama anggotanya. Interaksi yang dimaksudkan berkaitan dengan sikap, tingkah laku dan perbuatan. Segala tingkah laku dan perbuatan tersebut diatur dalam suatu tata tertib atau at au peraturan tertentu yang disebut hukum adat.2 Menurut
Murthadha
Muthahhari,
masyarakat
adalah
kelompok-
kelompok manusia yang terkait oleh sistem-sistem, adat istiadat, ritus-ritus serta hukum-hukum khas, dan yang hidup bersama-sama dalam wilayah tertentu, iklim dan bahan makanan yang sama. 3 Menurut Selo Sumardjan dikutip oleh Soerjono Soekanto, masyarakat 1
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, Pendidikan , (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), hal. 234 Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Individu , Masyarakat dan Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo), hal. 38 3 Murthadha Muthahhari , , Masyarakat dan Sejarah, terj. M. Hashem, judul asli Society and History , (Bandung: Mizan, 1986), hal. 15 2
4
adalah orang-orang yang hidup bersama-sama yang menghasilkan sebuah kebudayaan.4 Maka dapat kami simpulkan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama tinggal di suatu tempat atau didaerah tertentu dengan mempunyai aturan tertentu tentang tata cara hidup mereka menuju satu tujuan yang sama dengan menghasilkan sebuah kebudayaan. Dengan demikian rumusan tentang masyarakat yaitu: a. Adanya sekelompok manusia. b. Adanya peraturan atau undang-undang yang mengatur mereka. c. Bertempat tinggal didaerah tertentu dan telah berjalan cukup lama. d. Adanya kebudayaan atau adat istiadat setempat.
B. Masyarakat Masyarakat dalam Islam
Islam memandang manusia berasal dari satu diri (QS. 4:1) yang kemudian berkembang menjadi suku-suku dan bangsa-bangsa (QS. 49:13). Baik dilihat dari asal manusia yang satu diri itu maupun setelah ia berkembang biak memenuhi bumi, manusia hendaknya tidak membeda-bedakan sesamanya dengan dalil apa pun, seperti karena perbedaan keturunan, suku, ras, bangsa, agama dan sebagainya. Justru perbedaan itu mendorong manusia untuk saling mengenal, saling berhubungan dan saling berlomba dalam kebaikan (QS. 49:13). Perbedaan manusia hanyalah di sisi Tuhan saja sedang manusia sama sekali tidak berwenang untuk menarik garis kesenjangan dengan cara-cara yang tidak menurut aturan Tuhan. Masyarakat perspektif Islam merupakan sarana untuk melaksanakan ajaran Islam yang menyangkut kehidupan bersama. Karenanya masyarakat harus menjadi dasar kerangka kehidupan duniawi bagi kesatuan dan kerja sama umat menuju pertumbuhan manusia yang mewujudkan persamaan dan keadilan.5
1. Definisi Masyarakat Islam
4
Soerjono Soekanto , Sosiologi Suatu Pengantar , (Jakarta: UI Press, 1966), hal. 91 Kaelany, Islam Kaelany, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 156-157
5
5
Menurut Muhammad Quthb, bahwa masyarakat Islam adalah suatu masyarakat yang segala sesuatunya bertitik tolak ukur dari Islam dan tunduk pada sistematika Islam. Berangkat dari hal tersebut diatas, maka suatu masyarakat yang tidak diliputi oleh suasana Islam, corak Islam, bobot Islam, prinsip Islam, syariat dan aturan Islam serta berakhlak Islam, bukan termasuk masyarakat Islam. Masyarakat
Islam
bukan
hanya
sekedar
masyarakat
yang
beranggotakan orang Islam, tetapi sementara syariat Islam tidak ti dak ditegakkan diatasnya, meskipun mereka shalat, puasa, zakat dan haji. Atas dasar itulah, masyarakat Islam harus menjadikan segala aspek hidupnya prinsip-prinsip, amal perbuatannya, nilai hidupnya, jiwa dan raganya, hidup dan matinya harus terpancar dari sistem Islam. Oleh karena itu, kekuasaan yang mengatur kehidupan manusia haruslah kekuasaan yang mengatur adanya manusia itu sendiri. Manusia dalam hal ini harus menjadikan syariat Allah sebagai penguasa tunggal dari seluruh aspek kehidupannya dengan demikian, tetaplah Allah saja yang mempunyai kekuasaan tertinggi, sehingga masyarakat islam senantiasa diperintah dan diatur oleh pola syariat-Nya. Dalam pandangan Mohammad Quthb bahwa masyarakat Islam adalah
masyarakat
yang
berbeda
dengan
masyarakat
lain.
Letak
perbedaannya yaitu, peraturan-peraturannya khusus, undang-undangnya yang Qur’ani, anggota-anggotanya anggota -anggotanya yang beraqidah satu yaitu aqidah Islamiyah dan berkiblat satu. 6
2. Prinsip-Prinsip Masyarakat Islami
Ada beberapa prinsip dasar di dalam membentuk masyarakat Islami, yaitu: a. Berketuhanan Yang Maha Esa, (QS. Al-Ikhlas:1)
Artinya: “Katakanlah bahwa Allah itu Maha Esa.” 6
Mohammad Quthb, Islam Quthb, Islam Ditengah Pertarungan Tradisi,(Mizan: Tradisi ,(Mizan: Bandung, 1993), hal. 186
6
b. Umat yang satu (satu kesatuan ummat), (QS. Al-Baqarah:213)
“Manusia itu adalah umat yang satu.” c. Menjunjung tinggi keadilan, (QS. An- Nisaa’:135) An- Nisaa’:135)
“Wahai orang-orang orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar benar penegak keadilan.” d. Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar,(QS. Ali Imran:104)
“dan hendaklah di antara kamu sekalian, sekelompok umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran”. e. Musyawarah, Q.S al-Syura (42): 38
“sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarah di antara mereka” f. Tolong-menolong dalam kebaikan, Q.S al-Maidah (5): 2
“dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebaikan dan takwa, jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” g. Toleransi (al-Kafirun (109): 6
“untukmu agamau dan untukku agamaku”
h. Persamaan (egaliter) (Q.S. al-Hujurat (49): 13
“sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu”.
7
i.
Harmoni dan damai (Q.S. al-Baqarah (2): 143
“dan demikianlah Allah menjadikan kamu sekalian umat yang tengah tengah” j.
Berakhlak mulia (Q.S. al-Ahzab (33): 21
“Sesungguhnya “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu” 3. Komponen Masyarakat Islami
Beberapa unsur penting yang menjadi syarat terbentuknya masyarakat Islami, adalah: a. Kawasan, Wilayah, territorial yang kondusif. Lingkungan yang kondusif sangat mendukunng mendukunng terlaksananya ajaran Islam. (al- Nisa’: Nisa’: 97)
“ Bukankah Bumi Allah itu luas, kemudian kalian berhijrah di dalamnya” dalamnya ” b. Ummat (Q.S. Ali Imran (4): 104
"
dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” beruntung. ” (Q.S. Ali Imran (4): 110
... "kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. .. ”.
8
al-Baqarah (2); 143
“dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan …” c. Syariat
“Kemudian
Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dan urusan (agama), maka ikutilah dia. (Q.S. al-Jatsiyah: al-Jats iyah: 18)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu (Q.S. al- Nisa’: 105) d. Kepemimpinan Mengutip
pendapat
George
Terry,
Rachmat
Djatmika
mengatakan bahwa kepemimpinan adalah keseluruhan aktifitas atau tindakan untuk mempengaruhi serta menggiatkan orang-orang dalam usaha bersama dalam mencapai tujuan. 7 Ummat yang telah terbina dengan dakwah dan pendidikan perlu dikelola, dipandu, dan diarahan oleh sebuah kepemimpinan. Diawali dari kepemimpinan yang bersifat mikro (al-imamah (al-imamah al-shugra), al-shugra ), menuju kepemimpinan yang bersifat makro (al-imamah (al-imamah al-kubra). al-kubra ). Keluarga Unit Terkecil Masyaraka Masyarakatt (Kepemimpinan Mikro)
Kepemimpinan Mikro bisa dimulai dari unit terkecil masyarakat, yaitu keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdapat anggota keluarga yang hidup bersama dan bekerja sama dalam menjalankan kehidupan. Dalam usaha membentuk dan membangun keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat, al-Qur’an al-Qur’an memberikan tuntunan berdasarkan 77
Rachmat Djatnika, Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia), Mulia) , (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996), h. 253.
9
hal-hal berikut: (1) Dasar takwa kepada Allah (Q.S. Ali Imran (3): 102), (2) Dasar kasih sayang (QS. Ali Imran (3): 21), (3) Pemenuhan kebutuhan biologis (QS. Ali Imran (3): 14), (4) Menjaga keturunan (QS. 4:9), dan (5) Memelihara diri dari dari perzinaan (QS. 17:32)
C. Masyarakat Masyarakat Ideal Menurut Islam
Masyarakat ideal yang dicitakan islam adalah masyarakat yang digambarkan al-Qur`an dengan sebutan masyarakat mardlatillah mardlatillah (masyarakat yang diridai Allah) atau Baldatun atau Baldatun ThayyibatunWa Rabbun Gafuur (QS. 34:15). Untuk mencapai masyarakat yang mardatillah ini mardatillah ini harus disusun rangkaian pola yang bertendensi dan berdimensi antara lain sebagai berikut. 8 1. Umat yang Satu
Manusia terdiri dari berbagai suku, warna kulit, agama , bahasa, dan adat istiadat dan pada dasarnya berkembangbiak dari nenek moyang yang sama. Perbedaan tersebut hendaknya tidak menghalangi satu dengan yang lain untuk hidup rukun berdampingan (QS. 2:213 dan QS. 49:13). Dengan sikap itu tumbuhlah rasa toleransi antar umat. Toleransi yang dimaksud dalam ajaran Islam ialah dalam lingkup sosial kemasyarakatan bukan di bidang akidah keimanan. Meskipun berdampingan dengan masyarakat berbagai agama, umat muslim tidak boleh goyah keimanannya, keyakinan tetap dipertahankan bahwa Islamlah satu-satunya agama Allah yang diyakini kebenaranya oleh umat Islam (3:19,85). 2. Umat yang Bertakwa
Ketakwaan sebagi ciri pokok dari masyarakat Islam mempunyai kaidah fundamental, yaitu: Beriman pada Allah, Cinta kepada Allah, Takut kepada Allah. Allah. Beriman menurut rumusan Islam berarti: Tidak satu pun yang patut dimuliakan dan disembah selain Allah. Allah. Hal ini menyebabkan kerendahan hati serta keberanian moral dan optimisme pada kehidupan yang dimensinya; spritual, moral, fisik, ekonomi, politik, dan seterusnya. Masyarakat ideal yang diciptakan oleh Islam adalah masyarakat 8
Kaelany, Islam Kaelany, Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan … … h. 165-166
10
yang digambarkan oleh al-Qur`an sebagai masyarakat mardlatillah mardlatillah karena masyarakat tersebut terbangun dan terbina oleh dan dalam struktur yang berpolakan hukum-hukum Allah dan sumber Al Qur`an dan Sunah Rasul. Masyarakat
mardlatillah mardlatillah dikenal
juga
dengan
sebutan Baldatun
Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur Ghafuur yang bercirikan antara lain sebagai berikut. a. Umat yang satu; satu umat (QS. 2:213). b. Terdiri dari berbagai suku bangsa (QS. 49:13) c. Yang paling muliah adalah yang paling bertakwa (QS. 49:13). d. Tegaknya musyawarah dalam berbagai urusan (QS. 3:159; QS. 42:38) e. Tegaknya keadilan (QS.5:8; QS. 6:152; QS. 4:58; QS. 16:90). f. Tumbuhnya persatuan dan kejamaahan (QS. 3:103; QS. 8:63; QS. 48:29). g. Adanya kepemimpinan yang berwibawa dan taat kepada Allah (QS. 42:38). h. Tidak saling menghina antar sesama anggota (QS. 49:11). Di samping itu dalam masyarakat terpenuhi kewajiban dan hak anggotanya seperti: 1) Belajar dan mengajar serta mendapatkan pendidikan (QS. 16:75; QS. 39:9; QS. 58:11). 2) Mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (QS. 17:84). 3) Mendapatkan perlindungan keamanan, baik jiwa, maupun hartanya (QS. 5:32, 38; 2:179). Amar makruf nahi munkar (QS. (QS. 3:104) 4) Beriman dan bertakwa (QS.7: 96)
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa hal dapat disimpulkan dari paparan di atas, yaitu: 1. Masyarakat Islam adalah suatu masyarakat yang segala sesuatunya bertitik tolak ukur dari Islam dan tunduk pada sistematika Islam. Masyarakat yang
11
tidak diliputi oleh suasana Islam, corak Islam, bobot Islam, prinsip Islam, syariat dan aturan Islam serta berakhlak Islam, bukan termasuk masyarakat Islam. 2. Pembentukan masyarakat Islam harus berdasarkan 10 prinsip dasar, yaitu prinsip ketauhidan, kesatuan umat, keadilan, amar ma’ruf nahi munkar, musyawarah, tolong menolong dalam kebaikan, toleransi, persamaan derajat (egaliter), harmonis dan damai, serta berakhlak mulia. 3. Komponen pembentuk masyarakat Islami adalah wilayah, ummat, syariat, dan kepemimpinan. 4. Masyarakat Ideal menurut Islam adalah masyarakat yang digambarkan oleh al-Qur`an sebagai masyarakat mardlatillah mardlatillah karena masyarakat tersebut terbangun dan terbina oleh dan dalam struktur yang berpolakan hukumhukum Allah dan sumber al-Qur`an dan Sunah Rasul. Masyarakat mardlatillah mardlatillah dikenal juga dengan sebutan Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafuur Ghafuur . .
B. Saran
Sebagai umat Islam, merupakan suatu kewajiban untuk menjadikan segala aktifitasnya
sebagai
perbuatan
yang
berorientasi
kepada
terwujudnya
masyarakat Islami. Hal ini dapat dilakukan dengan menjadikan diri pribadi dan keluarga sebagai unit terkecil dalam suatu masyarakat, sebagai pribadi dan keluarga yang terbina sesuai dengan tuntunan al-Quran dan al-Sunnah. DAFTAR PUSTAKA
Djatnika, Rachmat. 1996. Sistem Etika Islami (Akhlak Mulia). Mulia). Jakarta: Pustaka Panjimas. Idi, Abdullah. Sosiologi Pendidikan Individu, Individu , Masyarakat dan Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo. Kaelany, 2000. Islam 2000. Islam dan Aspek-Aspek Kemasyarakatan. Jakarta: Bumi Aksara Muthahhari, Murthadha. Murthadha.1986. 1986. Masyarakat Masyarakat dan Sejarah, terj. M. Hashem, judul asli Society and History. History. Bandung: Mizan Nata, Abuddin. 2008. 2008. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Pendidikan . Jakarta: Rajawali Pers.
12
Quthb, Mohammad. 1993. Islam 1993. Islam Ditengah Pertarungan Tradisi Tradisi.. Bandung: Mizan Soekanto, Soerjono , 1966, Sosiologi Suatu Pengantar . Jakarta: UI Press.