44
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Typoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak didaerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalh kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urAbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan ingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta stanydart higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H, 2009).
Suatu penelitian epidemiologi di masyarakat vietnam khususnya di delta sungai Mekong, di peroleh angka insidensi 198 per 100.000 pendudu. Pada beberapa dekade terakhir typoid sudah jarang terjadi di negara-negara industri, namun tetap menjadi maslah kesehatan yang serius disebagian wilayah dunia, seperti bekas neggara Uni Soviet, anak benua India, Asia Tenggara amerika Selatan dan Afrika. Menurut WHO, diperkirakan terjadi 16 juta kasus pertahun dan 600 ribu diantaranya berakhir dengan kematian. Sekitar 70% dari seluruh kasus kematian itu menimpa penderita typoid di Asia.
Berasarkan laporan Ditjen Pelayanan Medis Depkes RI, pada tahun 2008, tyfoid menempati urutan kedua dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit d Indonesia dengan jumlah kasus 81.116 dengan proporsi 3,15%, urutan pertama ditempati oleh diare dengan jumlah kasus 193.856 dengan proporsi 7,52%, urutan ketiga ditempati oleh DBD degan jumlah kasus 77.539 dengan proporsi 3,01% (Depkes RI, 2009).
Berdasarkan penelitian Cyrus H. Simanjuntak, di Paseh (Jawa Barat) Tahun 2009, insidens rate typoid pada masyarakat di daerah semi urban adalah 357,6 per 100.000 penduduk per tahun. Insiden typoid bervariasi ditiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi lingkungan, di daerah Jawa Barat,terdapat 157 kasus per 100.000 penduduk sedangkan didaerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk.
Berdasarkan hasil catatan yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit Haji Jakarta, pasien dengan tifoid.
Apabila typoid tersebut tidak dideteksi dan diobati secara cepat dan tepat dapat menyebabkan komplikasi yang berujung pada kematian, seperti perdarahan usus, kebocoran usus, infeksi selaput usus, renjatan bronkopnemonia (peradangan paru), dan kelainan pada otak. Maka dari itu untuk mencegah terjadinya typoid dan menurunkan angka kejadian, harus memperhatikan sanitasi lingkungan, pola makan yang sehat dan rajin mencuci tangan terutama sebelum dan sesudah makan.
Berdasarkan masalah-masalah tersebut diatas, penulis sebagai perawat ingin berperan serta dalam meningkatkan pemberian asuhan keperawatan serta meningkatkan derajat kesehatan, sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul makalah ilmiah yang berjudul "Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny.R dengan Tyfoid di Ruang Syifa Rumah Sakit Haji Jakarta".
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ilmiah ini, terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus yaitu sebagai berikut :
Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan Typoid dan memberikan Asuhan Keperawatan pada Klien Ny.R dengan Typoid di Ruang Syifa Rumah Sakit Haji Jakarta.
Tujuan Khusus
Mampu melakukan pengkajian pada Ny. R dengan kasus Typoid.
Mampu menentukan dan menegakan masalah keperawatan pada Ny. R dengan kasus Typoid.
Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan kasus Typoid.
Mampu melaksanakan rencana asuhan keperawatan pada Ny R dengan kasus Typoid.
Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Ny. R dengan kasus Typoid.
Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan praktek.
Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat serta mencari solusi atau alternatif pencegahan masalah.
Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny. R dengan kasus Typoid.
Ruang Lingkup
Mengingat luasnya permasalahan dan keterbatasan waktu dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, penulis membatasi masalah hanya pada asuhan keperawatan pada klien Ny. R dengan Typoid di Ruang Syifa Rumah Sakit Haji Jakarta, di mulai dari tanggal 18 Juni 2014 sampai 20 Juni 2014.
Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ilmiah inin, penulis menggunakan metode deskriptif, dengan berdasarkan pada studi kasus untuk memperoleh data secara objektif dengan cara :
Observasi adalah teknik pengumpulan data dan dengan pengamatan langsung pada klien untuk mendapatkan data yang objektif, baik reaksi klien, sikap dan tingkah laku klien yang dapat diterapkan untuk menentukan masalah keperawatan.
Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan menggunakan proses komunikasi dan partisipasi yang tepat pada klien, keluarga maupun petugas kesehatan lain, dimana sumber diperoleh baik secara primer maupun sekunder.
Pemeriksaan fisik adalah cara memperoleh data, dengan pemeriksaan fisik pada klien meliputi : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.
Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari literatur dan sumber teoritis lain yang berhubungan dengan penyusunan makalah ilmiah ini.
Studi dokumentasi yaitu mencatat atau mendokumentasikan secara tepat atau semua data yang terkait dengan perkembangan kesehatan klien, baik dari status klien, maupun data laboratorium serta data penunjang lainnya.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan adalah garis besar dari makalah ini dari bab pertama sampai dengan bab lima, pada bab pertama meliputi pendahuluan, mencakup latar belakang, tujuan (tujuan umum dan tujuan khusus), metode penulisan, ruang lingkup, penulisan dan sistematika penulisan. Dan pada bab kedua meliputi tinjauan teori pad klien dengan Typoid yang mencakup pengertian, etiologi, patofisiologi (proses perjalan penyakit, manisfestasi klinis dan komplikasi), penatalaksanaan medis, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi kepewaratan dan evaluasi keperawatan. Pada bab ketiga meliputi tinjauan kasus mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi kepewaratan dan evaluasi keperawatan. Pada bab keempat dilakukan pembahasan meliputi, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi kepewaratan dan evaluasi keperawatan. Pada bab kelima yaitu penutup, meliputi kesimpulan dan saran. Dan di akhir makalah terdapat daftar pustaka dano lampiran – lampiran.
BAB II
TINJAUAN TOERI
Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 2004).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi ( Arief Maeyer, 2006 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis, ( Syaifullah Noer, 2011 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 2007).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 2011).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
Salmonella typhii, basil Gram negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, mempunyai sekurang - kurangnya empat macam antigen yaitu : antigen 0 (somatik), H (flagella), Vi dan protein membran hialin. (Mansjoer, 2004).
Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.
Kuman salmonella masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus yang melepaskan zat pirogen dan menimbulkan infeksi. Infeksi ini bisa merangsang pusat mual dan muntah di medulla oblongata dan akan mensekresi asam lambung berlebih sehingga mengakibatkan mual dan timbul nafsu makan berkurang. Apabila nafsu makan berkurang maka terjadi intake nutrisi tidak adekuat dan terjadi perubahan nutrisi. Selain itu juga kuman yang masih hidup akan masuk ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan menuju sel-sel retikuloendotelial, hati, limfa dan organ-organ lainnya (Suriadi, 2006 : 254).
Basil kemudian masuk kedalam peredaran darah melalui pembuluh limpe sampai di organ-organ terutama hati dan limpa. Basil yang masuk ke peredaran darah akan mengeluarkan endotoksin sehingga menimbulkan demam dan terjadi gangguan termoregulasi tubuh. Dari demam tadi akan menimbulkan diaporesis sehingga terjadi proses kehilangan cairan berlebih. Kehilangan cairan juga dapat meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi peningkatan absorbsi usus dan merangsang peningkatan motilitas usus. Basil yang tidak dihancurkan juga akan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil akan kembali masuk kedalam darah dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong pada mukosa diatas plak peyer, tukak tersebut dapat mengakibatkan resiko komplikasi perdarahan, perforasi usus dan nekrosis jaringan. Keadaan tersebut mengharuskan klien untuk bedrest total sehingga ADL dibantu agar terpenuhi personal hygiene klien dan gangguan aktivitas. Selain itu juga kondisi sakit akan menimbulkan efek hospitalisasi dan mengakibatkan rasa cemas pada klien dan keluarga. (Ngastiyah, 2005).
Typhus dapat bersifat intermitten (sementara), remiten (kambuh), dan continue (terus-menerus) tergantung dari periode terjadinya demam. Demam seringkali menyebabkan perasaan tidak nyaman dan meniggalkan kehilangan cairan yang berlebihan lewat keringat serta udara yang ikut dalam udara ekspirasi, disamping itu pula terjadi peningkatan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan menurunnya absorbsi usus sehingga tekanan koloid ekstra sel meningkat, akibatnya cairan berpindah dari intra sel ke ekstra sel. Peningkatan cairan dapat merangsang peningkatan motilitas untuk mengeluarkan kelebihan cairan dan akhirnya timbulah diare. Timbulnya diare akan mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Disamping menimbulkan gejala diare, salah satu gejala typhoid adalah timbulnya obstipasi. Hal ini terjadi endoktosin bekerja menghambat saraf enterik sehingga motilitas usus terhambat.
Manifestasi Klinis
Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
Minggu I
pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut.
Minggu II
pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
Minggu III
Demam tinggi,nyeri perut, feces bercampur darah (melena).
Minggu IV
Penyembuhan ulkus
Komplikasi
Komplikasi intestinal
Perdarahan usus
Perporasi usus
Ilius paralitik
Komplikasi extra intestinal
Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis, tromboplebitis.
Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer, sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.
(Ngastiyah, 2005 : 237).
Penatalaksanaan Medis
Perawatan.
Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada komplikasi perdarahan (Syaifullah, 2005 : 439).
Diet.
Diet yang sesuai ,cukup kalori dan tinggi protein.
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari (Ngastiyah, 2005 : 239)
Obat-obatan.
Kloramfenikol
Merupakan obat antimikroba yang dapat menurunkan demam lebih cepat. Dosis untuk anak-anak 100mg/kg BB /hari.diberikan 4 kali sehari peroral atau IV atau IM
Tiamfenikol
Dosis dan efektivitas tiamfenikol pada demam thypoid sama dengan kloramfeenikol
Kontrimossasol
Ekfetivitas kontrimossasol kurang lebih sama dengan kloramfenikol
Ampisilin dan Amoksilin
Efektivitas Ampisilin dan Amoksilin lebih kecil dibandingkan kloramfenikol
Vitamin B kompleks dan vitamin C
Sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan kekuatan badan serta menjaga kesetabilan metabolisme tubuh
Kartikosteroi
Diberikan bagi penderita toksemia berat atau gejala berkepanjangan (Rampengan, 2008 : 58-62).
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa faktor :
Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.
Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
Faktor yang berhubungan dengan klien :
Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu ke-5 atau ke-6.
Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem retikuloendotelial.
Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.
Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa lalu.
Faktor-faktor Teknis
Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.
(Suriadi, 2006 : 283, Ngastiyah, 2005 : 238, T. H. Rampengan 2007 : 54).
Pengkajian Keperawatan
Identitas : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, satatus pekawinan, tangga masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
Keluhan utama : Keluhan utama Typoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, anoreksia, diare, serta penurunan kesadaran.
Riwayat penyakit sekarang : Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.
Riwayat penyakit dahulu : Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.
Riwayat psikososial dan spiritual : Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan. Gangguan dalam beribadat karena klien tirah baring total dan lemah.
Pola-pola fungsi kesehatan :
Pola nutrisi dan metabolisme
Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak makan sama sekali.
Pola eliminasi
Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.
Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.
Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.
Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan merupakan dampak psikologi klien.
Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad klien.
Pola hubungan dan peran
Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed rest total.
Pola reproduksi dan seksual
Gangguan pola ini terjadi pada klien yang sudah menikah karena harus dirawat di rumah sakit sedangkan yang belum menikah tidak mengalami gangguan.
Pola penanggulangan stress
Biasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan sakitnya.
Pola tatanilai dan kepercayaan
Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total dan tidak boleh melakukan aktivitas karena penyakit yang dideritanya saat ini.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum
Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 – 410 C, muka kemerahan.
Tingkat kesadaran dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).
Sistem respirasi
Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti bronchitis.
Sistem kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.
Sistem integumen
Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam
Sistem gastrointestinal
Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.
Sistem muskuloskeletal
Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.
Sistem abdomen
Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus meningkat.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah tepi
Didapatkan adanya anemi oleh karena intake makanan yang terbatas, terjadi gangguan absorbsi, hambatan pembentukan darah dalam sumsum dan penghancuran sel darah merah dalam peredaran darah. Leukopenia dengan jumlah lekosit antara 3000 – 4000 /mm3 ditemukan pada fase demam. Hal ini diakibatkan oleh penghancuran lekosit oleh endotoksin. Aneosinofilia yaitu hilangnya eosinofil dari darah tepi. Trombositopenia terjadi pada stadium panas yaitu pada minggu pertama. Limfositosis umumnya jumlah limfosit meningkat akibat rangsangan endotoksin. Laju endap darah meningkat.
Pemeriksaan urine
Didapatkan proteinuria ringan ( < 2 gr/liter) juga didapatkan peningkatan lekosit dalam urine.
Pemeriksaan tinja
Didapatkan adanya lendir dan darah, dicurigai akan bahaya perdarahan usus dan perforasi.
Pemeriksaan bakteriologis
Diagnosa pasti ditegakkan apabila ditemukan kuman salmonella dan biakan darah tinja, urine, cairan empedu atau sumsum tulang.
Pemeriksaan serologis
Yaitu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin ). Adapun antibodi yang dihasilkan tubuh akibat infeksi kuman salmonella adalah antobodi O dan H. Apabila titer antibodi O adalah 1 : 20 atau lebih pada minggu pertama atau terjadi peningkatan titer antibodi yang progresif (lebih dari 4 kali). Pada pemeriksaan ulangan 1 atau 2 minggu kemudian menunjukkan diagnosa positif dari infeksi Salmonella typhi.
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah ada kelainan atau komplikasi akibat demam tifoid.
Diagnosa Keperawatan
Setelah data dikumpulkan selanjutnya dianalisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Beberapa diagnosa keperawatan adalah :
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhi.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan berhubungan dengan out put yang berlebihan.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan bedrest total
Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
Hipertermi berhubungan dengan gangguan hipothalamus oleh pirogen endogen.
Diare berhubungan dengan infeksi pada saluran intestinal.
Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan adanya salmonella pada tinja dan urine.
Konstipasi berhubungan dengan invasi salmonella pada mukosa intestinal.
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah keperawatan yang telah teridentifikasi. Perencanaan keperawatan disusun meliputi menetapkan tujuan dan kriteria evaluasi sebagai berikut :
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhi
Tujuan : suhu tubuh normal
Kriteria : suhu tubuh antara 360c-370c, Nadi dan RR dalam batas normal, klien mengatakan badan tidak panas lagi
Intervensi :
Kaji pengetahuan pasien tentang hipertermia. Rasional : Pemahaman tentang hipertermi membantu memudahkan tindakan.
Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga tentang penngkatan suhu tubuh. Rasional : agar klien dan keluarga mengetahui sebab dari peningkatan suhu dan membantu mengurangi kecemasan yang timbul
Anjurkan klien menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Rasional : untuk menjaga agar klien merasa nyaman, pakaian tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh.
Batasi pengunjung. Rasinal : Agar klien merasa tenang dan udara di dalam ruangan tidak terasa panas.
Observasi TTV tiap 4 jam sekali. Rasional : Tanda- tanda vital merupakn acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien
Anjurkan pasien minum 2.5 liter/24 jam. Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
Berikan kompres hangat. Rasional : Untuk membantu menurunkan suhu tubuh
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi antibiotik dan antipiretik.
Rasional : antibiotik untuk mengurangi infeksi dan antipiretik untuk mengurangi panas.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : Nutrisi klien terpenuhi
Kriteria : Nafsu makan meningkat, Pasien dapat menghabiskan makanan sesuai dengan porsi diberikan, BB dalam batas normal
Intervensi :
Kaji nutrisi pasien. Rasional : mengetahui langkah pemenuhan nutrisi
Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang manfaat makan/nutrisi. Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang nutrisi sehingga motivasu makan meningkat
Timbang berat badan klien stiap 2 hari. Rasional : untuk mengetahui peningkatan dan penurunan berat badan.
Beri nutrisi dengan diet lembek, tidak mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun menimbulkan banyak gas dan dihidangkan saat masih hangat. Rasional : untuk meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan
Beri makan dalam porsi kecil dan frekuensi sering. Rasional : untuk menghindari mual dan muntah.
Lakukan oral hygiene dan anjurkan klien menggosok gigi setiap hari. Rasional : dapat mengurangi kepahitan selera dan menambah rasa nyaman dimulut.
Kolabarasi dengan dokter untuk pemberian antasida dan pemberian nutrisi parentral. Rasional : Antasida mengurangi rasa mual dan muntah, Nutrisi parentral dibutuhkan terutama jika kebutuhan nutrisi per oral sangat kurang.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan out put yang berlebihan
Tujuan : tidak terjadi gangguan keseeimbangan cairan
Kriteria : Turgor kulit baik, Wajah tidak tampak pucat
Intervensi :
Berikan penjelasan tentang pentingnya kebutuhan cairan pada pasien dan keluarga. Rasional : untuk mempermudah pemberian cairan (minum) pada pasien.
Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasinal : Untuk mengetahui keseimbangan cairan.
Anjurkan pasien utuk minum 2.5 liter/24 jam. Rasional : Untuk pemenuhan kebutuhan cairan
Observasi kelancaran tetesan infuse. Rasional : untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan mencegah adanya edema
Kolaborasi dengan dokter untuk terapi cairan (oral / parenteral).
Rasional : untuk pemenuhan kebutuhan cairan yang tidak terpenuhi (secara parenteral)
Defisit perawatan diri berhubungan dengan bedrest total
Tujuan : Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri tanpa bantuan keluarga
Kriteria : Personal hygiene klien terpenuhi, klien tampak bersih
Intervensi
Kaji tingkat personal hygiene klien. Rasional : Mengetahui tindakan personal hygiene yang akan dilakukan.
Bantu Klien dalam melakukan perawatan diri seperti: mandi, gosok gigi, cuci rambut dan potong kuku. Rasional : Membantu untuk memenuhi kebutuhan personall hygien klien.
Berikan motivasi pada klien untuk dapat beraktifitas secara bertahap. Rasional : Terwujudnya perawatan diri secara bertahap secara mandiri.
Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara optimal
Kriteria : dapat melakukan gerakan yang bermanfaat bagi tubuh
Intervensi :
Kaji kemampuan pasien dalam beraktivitas (makan dan minum). Rasional : Untuk mengetahui sejauh mana kelemahan yang terjadi
Beri motivasi pada pasien dan keluarga untuk melakukan mobilisasi sebatas kemampuan (misalnya miring kanan, miring kiri). Rasional : Agar pasien dan keluarga mengetahui pentingnya mobilisasi bagi pasien yang bedrest.
Dekatkan keperluan pasien dalam jangkauannya. Rasional : Untuk mempermudah pasien dalam melakukan aktivitas.
Berikan latihan mobilisasi secara bertahap sesudah demam hilang.
Rasional : Untuk menghindari kekakuan sendi dan mencegah adanya dekubitus.
Hipertermi berhubungan dengan gangguan hipothalamus oleh pirogen endogen.
Tujuan : Suhu tubuh akan kembali normal
Kriteria : keamanan dan kenyaman pasien dipertahankan selama pengalaman demam dengan kriteria suhu antara 366-373 0C, RR dan Nadi dalam batas normal, pakaian dan tempat tidur pasien kering, tidak ada reye syndrom, kulit dingin dan bebas dari keringat yang berlebih
Intervensi :
Monitor tanda-tanda infeksi. Rasional infeksi pada umumnya menyebabkan peningkatan sushu tubuh.
Monitor tanda vital tiap 2 jam. Rasional : deteksi resiko peningkatan suhu tubuh yang ekstrem, pola yang dihubungkan dengan patogen tertentu, menurun id hubungan dengan resolusi infeksi.
Kompres dingin pada daerah yang tinggi aliran darahnya. Rasional : memfasilitasi kehilangan panas lewat konvensi dan konduksi
Berikan suhu lingkungan yang nyaman bagi pasien, kenakan pakaian tipis pada pasien. Rasional : kehilangan panas tubuh melalui konvensi dan evaporasi.
Monitor komplikasi neurologis akibat demam. Rasional : febril dan enselopati bisa terjadi bia sushu tubuh yang meningkat.
Atur cairan iv sesuai order atau anjurkan intake cairan yang adekuat. Rasional : Aspirin beresiko terjadi perdarahan GI yang menetap.
Diare berhubungan dengan infeksi pada saluran intestinal
Tujuan : pasien akan kebali normal pola eliminasinya
Kriteria : makan tanpa muntah, mual, tidak distensi perut, feses lunak, coklat dan berbentuk, tidak nyeri atau kram perut.
Intervensi :
Ukur output. Rasional : menggantikan cairan yang hilang agar seimbang
Kompres hangat pada abdomen. Rasional : mengurangi kram perut (hindari antispasmodik)
Kumpulan tinja untuk pemerikasaan kultur. Rasional : medeteksi adanya kuman patogen.
Cuci dan bersihkan kulit di sekitar daerah anal yang terbuka. Rasional : mencegah iritasi dan kerusakan kulit.
Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan adanya salmonella pada tinja dan urine.
Tujuan : pasien akan bebas infeksi dan komplikasi dari infeksi salmonella.
Kriteria : tanda vital dalam batas normal, kultur darah, urine dan feses negatif, hitung jenis darah dalam bataas normal, tidak ada perdarahan.
Intervensi :
Kumpulkan darah, urine dan feses untuk pemeriksaan sesuai aturan. Rasional : Pengumpulan yang salah bisa merusak kuman patogen sehingga mempengaruhi diagnosis dan pengobatan
Atur pemberian agen antiinfeksi sesuai order. Rasional : Anti infeksi harus segera diberikan untuk mencegah penyebaran ke pekerja, pasien lain dan kontak pasien.
Pertahankan enteric precaution sampai 3 kali pemeriksaan feses negatif terhadap S. Thypi. Rasional : Mencegah transmisi kuman patogen.
Cegah pasien terpapar dengan pengunjung yang terinfeksi atau petugas, batasi pengunjung. Rasional : Membatasi terpaparnya pasien pada kuman patogen lainnya.
Terlibat dalam perawatan lanjutan pasien. Rasinal : Meyakinkan bahwa pasien diperiksa dan diobati.
Ajarkan pasien mencuci tangan, kebersihan diri, kebutuhan makanan dan minuman, mencuci tangan setelah BAB atau memegang feses. Rasional : Mencegah infeksi berulang
Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan
Kriteria : turgor kulit normal, membran mukosa lembab, urine output normal, kadar darah sodium, kalium, magnesium dan kalsium dalam batas normal.
Intervensi :
Kaji tanda-tanda dehidrasi. Rasional : intervensi lebih dini.
Berikan minuman per oral sesuai toleransi. Rasional : mempertahankan intake yang adekuat.
Atur pemberian cairanper infus sesuai order. Rasonal : melakukan rehidrasi
Ukur semua cairan output (muntah, diare, urine) ukur semua intake cairan. Rasional : meyakinkan keseimbangan antara intake dan output.
Konstipasi berhubungan dengan invasi salmonella pada mukosa intestinal.
Tujuan : pasien bebas dari konstipasi.
Kriteria : feses lunak dan keluar dengan mudah, BAB tidak lebih 3 hari
Intervensi :
Observasi feses. Rasional : mendeteksi adanya darah dalam feses.
Monitor tanda-tanda perforasi dan perdarahan. Rasional : untuk intervensi medis segera.
Cek dan cegah terjadinya distensi abdominal. Rasional : distensi yang tidak membaik akan memperburuk perforasi pada intestinal.
Atur pemberian enema rendah atau glliserin sesuai order, jangan beri laksatif. Rasional : untuk menghilangkan distensi.
Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksnaan keperawatan merupakan tindakan mandiri dasar berdasarkan ilmiah, masuk akal dalam melaksanakan yang bermanfaat bagi klien yang antipasi berhubungan dengan diagnosa keperawatan dan tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan pewujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Tindakan keperawatan pada kien dapat berupa tindakan mandiri atau tindakan kolaborasi.
Dalam pelaksanaan tindakan langkah – langkah yang dilakukan adalah : mengkaji kembali keadaan klien, validasi rencana keperawatan, menentukan kebutuhan dan bantuan yang diberikan serta menetapkan strategi tindakan yang dilakukan. Selain itu juga dalam pelaksanaan tindakan, semua tindakan yang dilakukan pada klien dan respon klien pada setiap tindakan keperawatan didokumentasikan dalam catatan keperawatan dalam pendokumentasian adalah waktu tindakan dilakukan, tindakan dan respon klien, serta diberi tanda tangan sebagai aspek legal dari dokumentasi yang dilakukan. (Asmmadi, 2008: hal.177).
Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan proses yang dilakukan dalam menilai keberhasilan suatu tindakn keperawatan dan menentukan seberapa jauh tujuan sudah dicapai. Evaluasi merupakn aspek penting daam proses keperawatan, karena menghasilkan kesimpulan apakah intervensi keperawatan diakhiri atau dilanjutkan kembali atau dimodifikasi. Dalam evaluasi prinsip obyektifias, rehabilitas, dan validasi dapat dipertahankan agar kepustakan yang diambil tepat. Evaluasi proses keperawatan ada 2 yaitu : evaluasi proses dan evaluasi hasil (Asmadi, 2008: hal. 177).
Evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan segera setelah tindakan dilakukan dan di dokumentasikan pada catatan keperawatan. Sedengkan evaluasi akhir adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengukur sejauh mana pencapaian tujuan yang ditetapkan dan dilakukan pada akhir asuhan. Aadapun evaluasi yang diharapkan dari diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien dengan typoid adalah
Suhu tubuh normal
Nutrisi klien terpenuhi
Tidak terjadi gangguan keseeimbangan cairan
Klien dapat melakukan perawatan diri sendiri tanpa bantuan keluarga
Pasien bisa melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara optimal
Pasien akan kebali normal pola eliminasinya
Pasien akan bebas infeksi dan komplikasi dari infeksi salmonella.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Pada bab ini penulis akan membahas asuhan keperawatan pada klien Ny. R dengan diagnosa medis Typoid di ruang Syifa Rumah Sakit Haji Jakarta. Asuhan keperawatan ini dimulai dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan. Asuhan keperawatan pada Ny. R di mulai dari tanggal 18 juni 2014 sampai dengan 20 juni 2014 dengan No. Register 01041788.
Identitas Klien
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis dan catatan kasus, maka diperoleh data sebagai berikut, klien bernama Ny. R berjenis kelamin perempuan dengan usia 44 tahun, status perkawinan menikah, agama islam, suku bangsa batak dengan pendidikan terakhir adalah D. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia, pekerjaan klien adalah Karyawati, alamat klien Jl. Munggang RT08 RW04 No.53. Sumber biaya pribadi, sumber informsi dari klien, keluarga, status dan perawat ruangan.
Resume
Klien bernama Ny. R datang ke Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Haji tanggal 16 juni 2014 pukul 19:30 WIB dengan keluhan nyeri perut dan panas sejak 1 minggu yang lalu, pusing, mual, lemas, tidak nafsu makan. Tanda – tanda vital dengan tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 108 x/menit, suhu badan 39oc, pernafasan 24 x/menit. Tindakan keperawatan infus RL 20 tetes/menit, amoxilin 3x1 Sdo, aminopilin 3x1 Sdo, paracetamol 3x1 Sdo, Byocilin 1x1 Sdo. Dari hasil Laboratorium pada tanggal 16 juni 2014 didapatkan Hemoglobin 13,4 gr/dl, Hematokrit 40%, Leukosit 9.67 ribu/mL, Trombosit 357 ribu/mL.
Riwayat Keperawatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan pada saat pengkajian di dapatkan klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kiri bawah hilang timbul seperti ditusuk – tusuk nyeri menyebar sampai pinggang, durasi ± 10 menit lamany 2 hari, pusing, mual, lemes, tidak nafsu makan, lidah terasa pahit, upaya mengatasi pergi ke Rumah Sakit.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Berdasarkan hasil wawancara dengan klien, didapatkan data bahwa klien pernah dirawat di Rumah Sakit Haji. klien sebelumnya pernah mempunyai riwayat seperti yang diderita klien saat ini. Klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan maupun operasi. Klien mengatakan tidak mempunyai alergi baik terhadap obat, makanan, binatang, dan lingkungan. Klien pernah meminum obat amoxilin, aminopilin, paracetamol, byocilin.
Riwayat Kesehatan Keluarga (Genogram dan Keterangan)
Keterangan : : Laki-laki : Klien
: Perempuan - - - - : Tinggal serumah
: Meniggal : Garis hubungan
Catatan : Ny R adalah anak tunggal , usia klien 44 tahun, sudah bekerja, dan sudah menikah, tinggal bersama suami.
Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko
Klien mengatakan tidak ada penyakit keturunan atau penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor resiko.
Riwayat psikososial dan spiritual
Orang yang tedekat dengan klien adalah istrinya, pola komunikasi dalam keluarga baik, sedangkan pembuatan keputusan klien mengatakan bermusyawarah, kegiatan kemasyarakatan tidak ada. Dampak penyakit klien terhadap keluarga adalah aktivitas terganggu, klien berharap agar cepat sembuh. Klien mengatakan bila ada masalah maka dilakukan dicari pemecahan masalah tersebut. Hal yang difikirkan saat ini dalah ingin cepat sembuh. Harapan setelah menjalani perawatan adalah dapat kembali kerja. Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit adalah badannya lemas. Klien mengatakan tidak ada nillai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan. Aktivitas agama yang dilakukan adalah shalat 5 waktu dan selalu beribadah dan menjalankan perintahnya. Klien mengatakan kondisi lingkungan rumah baik dan bersih.
Pola Kebiasaan
Pola nutrisi
Berdsarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan data sebagai berikut, pola nutrisi klien sebelum sakit frekuensi makan 3x/hari, nafsu makan baik, porsi makan yang dihabiskan 1 porsi,tidak ada makanan alergi, pantangan dan diet. Sedangkan pola nutrisi selama di rawat di Rumah Sakit, frekuensi makan 3 x/hari, nafsu makan kurang karena masih mual, habis 1/2 porsi makan, klien mengatakan tidak ada makanan pantangan, penggunaan obat sebelum makan adalah obat narfos, klien tampak tidak tampak menggunakan alat bantu (NGT, dll)
Pola Eliminasi
Pola eliminasi klien sebelum sakit frekuensi 4-5 x/hari, berwarna kuning jernih tanpa ada keluhan, sedangkan di Rumah Sakit frekensi 6-7 x/hari, berwarna kuning jernih tanpa adanya keluhan dan tampak tidak menggunakan alat bantu (kateter, dll)
Sebelum sakit frekuensi BAB 1 x/hari, waktunya pagi, berwarna kuning, konsistensi lembek tanpa ada keluhan dan tidak menggunakan laxatif. Sedangkan di Rumah Sakit klien mengatakan belum BAB dan idak menggunakan laxatif.
Pola Personal Hygiene
Klien mengatakan sebelum sakit mandi 2 x/hari, waktunya pagi dan sore, oral hygiene 2 x/hari, waktunya pagi dan malam, klien mengatakan cuci rambut cuci rambut 3 x/minggu. Sedangkan di Rumah Sakit klien mandi 2 x/hari, waktunya pagi dan malam, klien mengatakan belum pernah cuci rambut.
Pola Istirahat dan Tidur
Klien mengatakan kebiasaan istirahat dan tidur sebelum masuk Rumah Sakit adalah klien tidur siang 1 jam/hari, klien tidur malam selama 7 jam/hari, dan klien mengatakan tidak ada kebiasaan sebelum tidur. Sedangkan selama di Rumah Sakit klien tidur siang 1 jam/siang, tidur malam 8 jam/hari, dan tidak ada kebiasaan sebelum tidur.
Pola Aktivitas dan Latihan
Aktivitas sebelum masuk Rumah Sakit adalah bekerja dengan waktu pagi hari, klien juga mengatakan tidak pernah olahraga. Selama dirawat klien lebih banyak istirahat dan melakukan kegiatan di tempat tidur seperti makan. Bak di kamar mandi dan tidak ada keluhan dalam beraktivitas.
Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
Sebelum klien masuk rumah sakit, klien mengatakan tidak pernah merokok dan minum-minuman keras/NAPZA. Begitupun saat klien di rawat, klien tidak pernah merokok dan minum-minuman keras/NAPZA.
Pengkajian Fisik
Pemeriksaan fisik umum berdasarkan hasil wawancara dan observasi didapatkan data yaitu Berat Badan (BB) klien sebelum sakit 65kg. Berat badan saat ini 62 kg, tinggi badan klien 160 cm, Tanda-tanda vital (TTV) dengan tekanan darah 100/70mmHg, nadi 108 x/menit, pernafasan 24 x/menit, dan suhu tubuh 39oc. Keadaan klien sakit sedang, dan tidak terlihat adanya pembesaran gelenjar getah bening.
Sistem penglihatan meliputi sisi mata klien simetris, kelopak mata normal dan tidak terjadi ptosis, pergerakan bola mata mengikuti stimulus, konjungtiva klien terlihat berwarna muda/ananemis, kornea klien normal tidak berwarna keruh ataupun terdapat perdarahan. Sklera anikhterik, pupil klien isokor, tidak ada kelainan pada otot-otot mata klien, fungsi penglihatan klien baik dimana klien mengatakan masih dapat melihat dengan baik, klien tidak menggunakan kacamata ataupun lensa kontak, tidak ada tanda-tanda peradangan seperti berwarna merah dan pandangan jelas.
Sistem pendengaran meliputi daun telinga klien normal, tidak tampak ada luka dan tampak simetris. Tidak ada serumen, kondisi telinga tengah normal, tidak tampak bengkak dan tidak kemerahan, tidak terlihat adanya cairan di telinga seperti darah, nanah, klien mengatakan telinganya tidak terasa penuh, fungsi pendengaran klien normal dimana klien dapat mendengar dengan baik dan tidak menggunakan alat bantu.
Sistem wicara selama berinteraksi dengan klien, klien tidak mengalami gangguan bicara, dan klien dapat menggunakan kata-kata dengan jelas.
Sistem pernafasan dari hasil wawancara, observasi, inspeksi dan auskultasi diperoleh jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, klien mengatakan tidak sesak, klien tampak tidak menggunakan otot bantu pernafasan, frekuensi pernafasan 22 x/menit, dengan irama pernafasan teratur, klien mengatakan tidak nyeri saat bernafas, klien tampak tidak menggunakan alat bantu nafas, klien mengatakan tidak ada batuk. Pemeriksaan secara palpasi tidak ada masalah pada dada klien, saat diperkusi suara resonan, pemeriksaan auskultasi terdengar suara nafas klien vesikuler.
Sistem kardiovaskuler dari hasil pemeriksaan palpasi didapatkan nadi 84 x/menit, dengan irama teratur dan denyut kuat. Tekanan darah klien 110/80 mmHg, temperatur kulit hangat, pengisian kapiler kurang dari 3 detik, dari hasil inspeksi tidak ada distensi vena juguralis baik kanan maupun kiri, warna kulit klien putih normal, tampak tidak ada edema.
Pada auskultasi jantung, kecepatan denyut nadi apical 86 x/menit, dengan irama yang teratur dan tidak terdengar adanya kelainan bunyi jantung seperti mur-mur dan gallep. Klien mengatakan tidak sakit dada.
Sistem hematologi klien tampak tidak pucat.
Sistem syaraf pusat berdasarkan hasil wawancara dan observasi klien mengatakan tidak pusing, tingkat kesadaran composmentis, dengan jumlah nilai glasgow coma scale (GCS) 15 yang terdiri dari E: 4, M: 6, V: 5, tidak ada tanda-tanda peninngkatan tekanan intra kranial seperti nyeri kepala hebat, papil edema, muntah proyektif. Refleks fisiologi normal seperti refleks bisep, trisep, dan patella normal. Refleks patologisnya seperti babinski negatif.
Sistem pencernaan setelah dilakukan observasi didapatkan bahwa gigi klien tidak caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak terlihat adanya stomatitis dan tidak terlihat lidah kotor. Klien mengatakan mual. Klien mengtakan susah bab.
Sistem endokrin klien tidak mengalami pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton keton, dan tidak ada luka gangguan.
Sistem urogenital balance cairan klien, saat pengkajian intake 4525 cc
(minum: 2500 cc, infuse: 1500 cc, air metabolisme: 5 x 105 = 525 cc), output 3575 cc ( urine: 2.000 cc, IWL: 1.575 cc ) balance cairan +950 cc tidak terjadi perubahan pola kemih, urine berwarna kuning jernih, tidak terjadi distensi kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang.
Sistem integumen turgor kulit klien baik dan elastis, temperatur kulit hangat, warna kulit klien tampak kemerahan, tidak terdapat luka. Tidak ada lesi atau ulkus, tidak ada tanda-tanda peradangan di kulit daerah pemasangan infuse. Keadaan rambut klien baik dan bersih.
Sistem muskuloskeletal, walaupun terpasang infuse klien mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam bergerak. Tidak ada fraktur dan tidak ada kelainan baik bentuk sendi maupun struktur tulang belakang. Keadaan tonus otot klien baik.
Kekuatan otot klien 5555 5555
5555 5555
Data Tambahan (pemahaman tentang penyakit)
Berdasarkan hasil wawancara klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakitnya
Data penunjang (pemeriksaan diagnostic yang menunjang masalah : Lab, radologi, endeskopi, dan lain-lain)
Laboratorium Tanggal 17 juni 2014
Hemoglobin13.4 gr/dl, Hematokrit 43 %, Trombosit 357 ribu/mm, Leukosit 9.67 ribu/mm3.
Imuno serologi
Widal
Salmonella typhi (-)
Parathypht AH (-)
Parathypht BH (-)
Typhi o (1/80)
Paratyphi AO (1/320)
Paratyphi BO (1/80)
Paratyphi Co (-)
Penatalaksanaan ( Therapi / Pengobatan termasuk diet )
Terapi obat oral Ny. R
Terfacep 2 x 2 g
O D R 2 x 1
Acran 2 x 1
Sistenol 3 x 1
Data Fokus
Data subjektif
klien mengatakan badannya panas sejak 1 minggu yang lalu, klien mengatakan pusing, klien mengatakan masih mual, klien mengatakan lemas, tidak nafsu makan, lidah terasa pahit, klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kiri bawah hilang timbul seperti ditusuk – tusuk nyeri menyebar sampai pinggang, skala nyeri 3, durasi ± 10 menit lamany 2 hari.
Data Objektif
Klien tampak lemas, wajah klien tampak menahan nyeri, klien tampak lemah, klien tampak gelisah, kesadaran composmentis, klien tampak habis 1/2 porsi makan, Tekanan darah 100/70 mmHg, Suhu 39oc, Nadi 108 x/menit, Pernafasan 24 x/menit, Berat badan sebelum sakit 65 kg, Berat badan sakit 62 kg, hasil Laboratorium pada tanggal 16 juni 2014 didapatkan Hemoglobin 13,4 gr/dl, Hematokrit 40%, Leukosit 9.67 ribu/mL, Trombosit 357 ribu/mL
Analisa Data
No.
Data
Masalah
Etiologi
1.
2.
3.
DS:
Klien mengatakan badannya panas sejak 1 minggu yang lalu.
DO:
Klien tampak lemas
Suhu 39oc
Nadi 108 x/menit
RR 24x/menit
Td 100/70 mmHg
Hemoglobin 13,4 gr/dl
Hematokrit 40%
Leukosit 9.67 ribu/Ml
Trombosit 357 ribu/mL
DS:
klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kiri bawah
hilang timbul seperti ditusuk – tusuk nyeri menyebar sampai pinggang
durasi ± 10 menit lamany 2 hari.
DO:
wajah klien tampak menahan nyeri.
Klien tampak lemah
Klien tampak gelisah
TD 100/70 mmHg.
Suhu 39oc
Nadi 108 x/menit
RR 24x/menit
Hemoglobin 13,4 gr/dl
Hematokrit 40%
Leukosit 9.67 ribu/Ml
Trombosit 357 ribu/mL
DS:
Klien mengatakan mual
Klien mengatakan tidak nafsu makan
Klien mengatakan lidah terasa pahit
klien mengatakan masih mual.
klien mengatakan badannya lemas
DO:
klien tampak habis 1/2 porsi makan
nafsu makan menurun
klien tampak lemas
BB sebelum sakit 65kg
BB sakit 62kg
Hemoglobin 13,4 gr/dl
Infeksi hipertermi
Proses Inflamasi
Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Proses salmonellathypi
Nyeri
Intake yang tidak adekuat.
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian keperawatan pada Ny. R pada tanggal 17 juni 2014 maka didapat diagnosa keperawatan sebagai berikut :
Infeksi hipertermi berhubungan dengan proses salmonella thypi
Proses inflamasi berhubungan dengan nyeri
Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Keperawatan
Berdasarkan diagnosa yang muncul pada tanggal 18 juni 2014, maka perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, evaluasi keperawatan yang dilakukan sebagai berikut :
Infeksi hipertermi berhubungan dengan proses salmonella thypi
DS: Klien mengatakan badannya panas sejak 1 minggu yang lalu.
DO: Klien tampak lemas, Suhu 39oc, Nadi 108 x/menit, RR 24x/menit, Hemoglobin 13,4 gr/dl, Hematokrit 40%, Leukosit 9.67 ribu/Ml, Trombosit 357 ribu/mL.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh salmonella normal
Kriteria Hasil: Mempertahankan suhu tubuh menjadi normal , klien tidak gelisah dan demam hilang, RR: 20 x/menit, N: 80 x/menit, S: 36 oc.
Intervensi:
Mengobserfasi tanda-tanda vital
Pantau hidrasi
Berikan kompres air biasa
Pemberian terapi obat anti piretik sesuai program
Implementasi Keperawatan
Tanggal 18 juni 2014 Dinas Pagi (perawat Finka) pukul 08:00 - 14:00 WIB
Pukul 09:00 WIB, Mengkaji masalah klien dan mengobservasi tanda – tanda vital klien, respon klien : badan nya panas, respon objektif : klien tampak lemas, tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi 108x/menit, suhu 390c, pernafasan 24 x/menit. Pukul 11: 00 WIB memonitor jumlah trombosit dan hematokrit klien, respon subjektif : klien mengatakan trombositnya normal, respon objektif : trombosit klien 357 ribu/Ml, Hematokrit : 40 %.
Dinas Sore, Pukul 14:00 – 20:00 WIB, (Perawat Ruangan)
Pukul 14:00 WIB, Mengontrol keadaan umum klien dengan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon objektif : keadaan umum klien sedang, kesadaran composmentis, tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi 108 x/menit, suhu 38oc, pernafasan 24 x/menit. Pukul 16:00 WIB, mengontrol cairan infuse, respon objektif : infuse terpasang lancar. Pukul 18:00 WIB, mengganti cairan infuse. Pukul 19:00 WIB, mengontrol cairan infuse dan menganjurkan klien banyak istirahat, respon subjektif : klien mengatakan akan melakukan.
Dinas Malam, Pukul 20:00- 08:00 WIB, (Perawat Ruangan)
Pukul 20:00 WIB, mengontrol keadaan klien dan menganjurkan klien banyak istirahat, respon objektif : keadaan umum klien sedang, kesadaran composmentis, respon subjektif : kien mengatakan mengerti dan melakukannya. Pukul 23:00 memberikan obat injeksi, respon objektif : klien tampak sedang tidur. Pukul 01:00 WIB, mengontrol cairan infuse, respon objektif : infuse termasang lancar. Pukul 05:00 WIB, Mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon objektif : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90 x/menit, suhu 37,3oc, pernafasan 29x/menit.
Tanggal 19 juni 2014, Dinas pagi, Pukul 08:00-14:00 WIB, (Perawat Ruangan)
Pukul 08:00 WIB, Mengkaji keadaan umum klien dan mengobservasi tanda-tanda vital klien,respon klien : panasnya tidak seperti sebelumnya, respon objektif : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 85 x/menit, suhu : 37oc, pernafasan 25 x/menit. Pukul 09:00 WIB , memberikan kompres air biasa, respon klien : sedikit nyaman. Pukul 10:00 WIB, memberikan injeksi dan menganjurkan klien banyak istirahat, respon klien : klien mengatakan akan melakukannya. Pukul 12:00 WIB, mengontrol cairan infuse, respon objektif : infuse terpasang lancar. Pukul 13:00 WIB, menganjurkan klien banyak minum, respon subjektif : klien menatakan akan melakukannya.
Dinas Sore, Pukul 14:00-20:00 WIB, (Perawat Finka)
Pukul 14:00 WIB, mengontrol keadaan umum klien dan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon objektif : keadaan umum klien sedang, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/90 mmH, nadi 84 x/menit, suhu 36,5oc, pernafasan 20 x/menit. Pukul 16:00 WIB, menganjurkan klien banyak istirahat dan banyak minum, respon subjektif : klien mengerti dan akan melakukannya.
Dinas Malam, Pukul 20:00-08:00 WIB, (Perawat Ruangan)
Pukul 20:00 WIB, mengontrol keadaan umum klien, respon klien, respon objektif : keadaan klien sedang, kesadaran composmentis. Pukul 21:00 WIB, mengontrol cairan infuse, respon objektif : infuse terpasang lancar 20 tetes/menit. Pukul 23:00 WIB, memberikan Terfacep 2 x 2 g, respon objektif : obat sudah masuk. Pukul 24:00 WIB, mengganti cairan infuse. Pukul 01:00 WIB , mengontrol cairan infuse, respon objektif : infuse terpasang lancar 20 tetes/menit. Pukul 05:00 WIB, mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon objektif : tekanan darah 110/90 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 36,5 oc, pernafasan 20 x/menit.
Tanggal 20 juni 2014, Dinas Pagi,pukul 08:00-14:00 WIB, (Perawat Ruangan)
Pukul 08:00 WIB, mengontrol keadaan klien dan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon klien : badannya masih sedikit panas, respon objektif : tekanan darah 110/90mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 37,5 oc, pernafasan 20 x/menit. Pukul 09:00 WIB, memberikan kompres air biasa, respon klien : sedikit nyaman. Pukul 10:00 WIB, memberikan injeksi dan menganjurkan klien banyak istirahat, respon klien : klien mengatakan akan melakukannya. Pukul 12:00 WIB, mengontrol cairan infuse, respon objektif : infuse terpasang lancar. Pukul 13:00 WIB, menganjurkan klien banyak minum, respon subjektif : klien menatakan akan melakukannya.
Dinas Sore, Pukul 14:00-20:00 WIB, (Perawat Finka)
Pukul 14:00 WIB, Mengontrol keadaan umum klien dengan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon objektif : keadaan umum klien sedang, kesadaran composmentis, tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi 108 x/menit, suhu 38oc, pernafasan 24 x/menit. Pukul 16:00 WIB, mengontrol cairan infuse, respon objektif : infuse terpasang lancar. Pukul 18:00 WIB, mengganti cairan infuse. Pukul 19:00 WIB, mengontrol cairan infuse dan menganjurkan klien banyak istirahat, respon subjektif : klien mengatakan akan melakukan.
Evaluasi : Tanggal 20 juni 2014 pukul 14:00
S : klien mengatakan badannya sedikit panas.
O : Tanda-tanda vital , Td: 110/90 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 37,5 oc, pernafasan 20 x/menit.
A : masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Observasi tanda-tanda vital
Anjurkan klien banyak istirahat
Proses inflamasi berhubungan dengan nyeri
DS: klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kiri bawah, hilang timbul seperti ditusuk – tusuk nyeri menyebar sampai pinggang, durasi ± 10 menit lamany 2 hari.
DO: wajah klien tampak menahan nyeri, Klien tampak lemah, Klien tampak gelisah, TD 100/70 mmHg, Suhu 39oc, Nadi 108 x/menit, RR 24x/menit, Hemoglobin 13,4 gr/dl, Hematokrit 40%, Leukosit 9.67 ribu/Ml, Trombosit 357 ribu/mL.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri berkurang
Kriteria Hasil: pasien nampak lebih rileks, pasien mampu mengontrol nyeri.
Intervensi:
Monitor keadaan umum
Kaji tingkat nyeri intensitas dan skala nyeri
Jelaskan penyebab nyeri
Ajarkan tehnik distraksi relaksasi (nafas dalam)
Posisikan pasien senyaman mungkin
Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat analgesik
Implementasi Keperawatan
Tanggal 18 juni 2014 Dinas Pagi (Perawat Finka) pukul 08:00-14:00 WIB
Pukul 09:00 WIB, Mengkaji keluhan klien dan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon subjektif : klien mengatakan nyeri pada perut sebelah kiri bawah, skala nyeri 3, respon objektif : klien tampak nyeri, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 108 x/menit, suhu 39 oc, pernafasan 24 x/menit. Pukul 10:00 WIB, mengajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam), respon subjektif : klien mengatakan nyaman, respon objektif : klien tampak rileks. Pukul 11:00 WIB, memposisikan pasien senyaman mungkin, respon subjektif : klien mengatakan sangat nyaman. Pukul 13:30WIB, Memberikan obat analgesik, respon objektif: terapi masuk.
Dinas Sore, Pukul 14:00-20:00 WIB (Perawat Ruangan)
Pukul 14:00 WIB, mengontrol keadaan umum klien dan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon objektif : klien tampak gelisah, tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 90 x/menit, suhu 38 oc, pernafasan 24 x/menit. Pukul 16:00 WIB, mengontrol cairan infuse, respon objektif : infuse terpasang lancar. Pukul 18:00 WIB, mengganti cairan infuse RL 20 tetes/menit dan memberikan obat Terfacep 2 x 2 g, respon objektif : obat masuk. Pukul 19:00 WIB, mengontrol cairan infuse dan menganjurkan klien banyak istirahat, respon subjektif : klien mengatakan akan melakukannya.
Dinas malam, Pukul 20:00-08:00 WIB (Perawat Ruangan)
Pukul 20:00 WIB, mengontrol keadaan klien dan menganjurkan klien banyak istirahat, respon objektif : klien tampak lemah, respon subjektif : klien mengatakan mengerti, respon objektif : klien tampak mengerti dan melakukannya. Pukul 01:00 WIB, mengganti cairan infuse RL 20 tetes/menit dan mengontrol cairan infuse, respon objektif : infuse terpasang lancar. Pukul 05:00 WIB, mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon objektif tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,5 oc, pernafasan18 x/menit.
Tanggal 19 juni 2014, Dinas Pagi, Pukul 07:30-14:00 WIB (perawat ruangan)
Pukul 08:30 WIB, mengontrol keadaan klien dan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon subjektif : klien mengatakan nyeri perut berkurang, respon objektif : td 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,5 oc, pernafasan18 x/menit. Pukul 10:00 WIB, mengajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam), respon subjektif : klien mengatakan nyaman, respon objektif : klien tampak rileks. Pukul 11:00 WIB, memposisikan pasien senyaman mungkin, respon subjektif : klien mengatakan sangat nyaman. Pukul 13:30WIB, Memberikan obat analgesik, respon objektif: terapi masuk.
Dinas Sore, Pukul 14:00-20:00 WIB (perawat Finka)
Pukul 14:00 WIB, mengontrol keadaan umum klien dan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon objektif : keadaan umum klien sedang, tekanan darah 110/90 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,5 oc, pernafasan20 x/menit. Pukul 16:00 WIB, mengontrol cairan infuse, respon objektif : infuse terpasang lancar. Pukul 18:00 WIB, mengganti cairan infuse dan memonitor hasil laboratorium, respon objektif : Hemoglobin 13,4 gr/dl, Hematokrit 40%, Leukosit 9.67 ribu/Ml, Trombosit 357 ribu/mL. Pukul 19:00 WIB, Mengontrol cairan infuse dan menganjurkan klien banyak istirahat, respon subjektif : klien akan melakukannya.
Dinas malam, Pukul 20:00-08:00 (perawat ruangan)
Pukul 20:00 WIB, , mengontrol keadaan klien dan menganjurkan klien banyak istirahat, respon objektif : klien tampak lemah, respon subjektif : klien mengatakan mengerti, respon objektif : klien tampak mengerti dan melakukannya. Pukul 01:00 WIB, mengganti cairan infuse RL 20 tetes/menit dan mengontrol cairan infuse, respon objektif : infuse terpasang lancar. Pukul 05:00 WIB, mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon objektif tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,5 oc, pernafasan18 x/menit.
Tanggal 20 juni 2014 Dinas Pagi, Pukul 08:00-04:00 WIB (Perawat Ruangan)
Pukul 08:30 WIB, mengontrol keadaan klien dan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon subjektif : klien mengatakan nyeri perut berkurang, respon objektif : td 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,5 oc, pernafasan18 x/menit. Pukul 10:00 WIB, mengajarkan tehnik relaksasi (nafas dalam), respon subjektif : klien mengatakan nyaman, respon objektif : klien tampak rileks. Pukul 11:00 WIB, memposisikan pasien senyaman mungkin, respon subjektif : klien mengatakan sangat nyaman. Pukul 13:30WIB, Memberikan obat analgesik, respon objektif: terapi masuk.
Dinas Sore, Pukul 14:00-20:00 WIB (perawat Finka)
Pukul 14:00 WIB, mengontrol keadaan umum klien dan mengobservasi tanda-tanda vital klien, respon objektif : keadaan umum klien sedang, tekanan darah 110/90 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,5 oc, pernafasan20 x/menit. Pukul 16:00 WIB, mengontrol cairan infuse, respon objektif : infuse terpasang lancar. Pukul 18:00 WIB, mengganti cairan infuse dan memonitor hasil laboratorium, respon objektif : Hemoglobin 13,4 gr/dl, Hematokrit 40%, Leukosit 9.67 ribu/Ml, Trombosit 357 ribu/mL. Pukul 19:00 WIB, Mengontrol cairan infuse dan menganjurkan klien banyak istirahat, respon subjektif : klien akan melakukannya.
Evaluasi : Tanggal 20 juni 2014 Pukul 14:00 WIB
S : Klien mengatakan nyeri berkurang.
O : skala nyeri menjadi 1
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Observasi tanda-tanda vital
Anjurkan untuk tehnik relaksasi
Posisikan senyaman mungkin
Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
DS: Klien mengatakan mual, Klien mengatakan tidak nafsu makan, klien mengatakan lidah terasa pahit, klien mengatakan masih mual, klien mengatakan badannya lemas
DO: klien tampak habis 1/2 porsi makan, nafsu makan menurun, klien tampak lemas, BB sebelum sakit 65kg, BB sakit 62kg, Hemoglobin 13,4 gr/dl.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam perubahan kebutuhan nutrisi teratasi
Kriteria Hasil: klien tidak lemas lagi, klien makan habis 1 porsi, hemoglobin dalam batas normal (14 – 16 g/dl ), pertahankan berat badan.
Intervensi:
Kaji pola makan klien
Timbang berat badan setiap hari (bila memungkinkan)
Berikan makan klien dalam keadaan hangat
Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Catat jumlah makan yang dihabiskan klien
Kolaborasi pemberian anti emetik narfos 3 x 8 mg sesuai intruksi dokter
Implementasi Keperawatan
Tanggal 18 juni 2014 Dinas Pagi (perawat Finka) pukul 08:00-14:00 WIB
Pukul 09:00 WIB, Mengkaji pola makan klien, respon subjektif : klien mengatakan hanya habis 1/2 porsi makan karena masih mual, respon objektif : klien tampak habis 1/2 porsi makan. Pukul 10:00 WIB, menimbang berat badan klien, respon objektif Berat badan klien 65. Pukul 11:00 WIB, menganjurkan klien makan sedikit tapi sering, respon subjektif : klien mengatatakan iya. Pukul 12:00 WIB, mencatata jumlah makan yang dihabiskan klien, respon subjektif : klien mengatakan habis 1/2 porsi makan, respon objektif : klien tampak habis 1/2 porsi makan.
Dinas Sore, Pukul 14:00-20:00 WIB (perawat Ruangan)
Pukul 14:00 WIB, mengontrol keadaan umum klien dan mengobservasi tanda – tanda vital klien, respon obektif : keadaan umum klien sedang, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 37,8oc, pernafasan 22 /menit. Pukul 16:00 WIB, mengontrol cairan infuse dan memberikan injeksi narfos 3x8 mg, respon objektif : infuse terpasang lancar, obat sudah masuk. Pukul 18:00 WIB, mengganti cairan infuse, respon objektif : infuse terpasang lancar. Pukul 19:00 WIB, mengontrol cairan infuse dan menganjurkan klien makan dalam porsi kecil tapi sering, respon subjektif : klien mengatakan akan melakukannya.
Dinas malam, Pukul 20:00-08:00 WIB (Perawat Ruangan)
Pukul 20:00 WIB, mengontrol keadaan klien dan menganjurkan klien banyak istirahat, respon objektif : keadaan umum klien sedang, kesadaran composmentis, respon subjektif : klien mengatakan mengerti, respon objektif : klien tampak mengerti dan melakukan nya. Pukul 23:00 WIB, memberikan injeksi dexametason 2x1 ampul, respon objektif : klien tampak sedang tidur. Pukul 01:00 WIB, mengontrol cairan infuse, respon objektif : infus terpasang lancar. Pukul 05:00 WIB, Mengobsevasi tanda – tanda vital, respon objektif : tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 36,5 oc, pernafasan 18 x/menit. Pukul 06:00 WIB, mengkolaborasi pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium, respon subjektif : klien mengatakan sakit sedikit saat di tusuk.
Tanggal 19 juni 2014, Dinas Pagi, Pukul 07:30-14:00 WIB (perawat ruangan)
Pukul 08:00 WIB, memberikan injeksi narfos 3x8 mg, respon obektif : obat sudah masuk. Pukul 09:00 WIB, mengkaji pola makan klien dan mual klien, respon subektif : klien mengatakan habis 1/2 porsi makan dan mual sudah berkurang, respon objektif : klien tampak habis 1/2 porsi makan. Pukul 10:00 WIB, menimbang berat badan klien, respon objektif : berat badan klien 62 kg. Pukul 11:00 WIB, menganjurkan klien makan sedikt tapi sering, respon subjektif : klien mengatakan habis 1/2 porsi makan, respon objektif : klien tampak habis 1/2 porsi makan.
Dinas Sore, Pukul 14:00-20:00 WIB (perawat Finka)
Pukul 14:00 WIB, Mengontrol keadaan umum klien dan mengobservasi tanda – tanda vital klien, respon objektif : keadaan umum klien sedang, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/90 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 36,5 oc, pernafasan 20 x/menit. Pukul 16:00 WIB, mengontrol cairan infuse dan memberikan injeksi narfos 3x8 mg, respon objektif : infuse terpasang lancar dan obat sudah masuk. Pukul 18:00 WIB, mengganti cairan infuse, respon objektif : terpasang lancar. Pukul 19:00 WIB, mengontrol cairan infuse dan menganjurkan klien makan dalam porsi kecil tetapi sering, respon subjetif : klien mengatakan akan melakukannya.
Dinas malam, Pukul 20:00-08:00 WIB (Perawat Ruangan)
Pukul 20:00 WIB, Mengontrol keadaan umum klien, respon objektif : keadaan klien sedang, kesadaran composmentis. Pukul 21:00 WIB, mengontrol cairan infuse, respon objektif : infuse terpasang lancar 20 tetes/menit. Pukul 23:00 WIB, memberikan injeksi dexametasone 2x1 ampul, respon objektif : obat sudah masuk. Pukul 24:00 WIB, menggant cairan infuse. Pukul 01:00 WIB, mengontrol cairan infuse, respon objektif : infuse terpasang lancar 20 tetes/menit. Pukul 05:00 WIB, mengobservasi tanda – tanda vital, respon objektif : tekanan darah 110/90 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 36,5 oc, pernafasan 20 x/menit. Pukul 06:00 WIB, mengkolaborasi pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium, respon subjektif : klien mengatakan sakit sedikit saat diambil darahnya, respon objektif : pengambilan darah sebanyak 3 cc.
Tanggal 20 juni 2014, Dinas Pagi,pukul 08:00-14:00 WIB, (Perawat Ruangan)
Pukul 09:00 WIB, mengkaji pola makan klien dan mual klien, respon subjektif : klien mengatakan habis 3/4 porsi makan dan mual sudah menurun, respon objektif : klien tampak habis 1 porsi makan. Pukul 10:00 WIB, menimbang berat badan klien 64 kg. Pukul 11:00 WIB, menganjurkan klien makan sedikit tetapi sering, respon subjektif : klien mengatakan iya. Pukul 12:00 WIB, mencatat jumlah makan yang dihabiskan klien, respon subjektif : klien mengatakan habis 3/4 porsi makan, respon objektif : klien tampak habis 1 porsi makan.
Dinas Sore, Pukul 14:00-20:00 WIB (perawat Finka)
Pukul 14:00 WIB, Mengontrol keadaan umum klien dan mengobservasi tanda – tanda vital klien, respon objektif : keadaan umum klien normal, tidak mual , tekanan darah 110/90 mmHg, nadi 84 x/menit, suhu 36,5 oc, pernafasan 20 x/menit. Pukul 16:00 WIB, mengontrol cairan infuse dan memberikan injeksi narfos 3x8 mg, respon objektif : infuse terpasang lancar dan obat sudah masuk. Pukul 18:00 WIB, mengganti cairan infuse, respon objektif : terpasang lancar. Pukul 19:00 WIB, mengontrol cairan infuse dan menganjurkan klien makan dalam porsi kecil tetapi sering, respon subjetif : klien mengatakan akan melakukannya.
Evaluasi : Tanggal 20 juni 2014 pukul 20:00 WIB
S : Klien mengatakan mual sudah hilang, klien mengatakan badannya masih lemas, klien mengatakan badannya masih lemas, klien mengatakan makan habis 3/4 porsi.
O : klien tampak masih lemas, Berat badan 64 kg.
A : Masalah teratasi sebagian
P : intervensi dilanjutkan
Kaji pola makan klien
Timbang berat badan setiap hari (bila memungkinkan)
Berikan makan klien dalam keadaan hangat
Anjurkan klien makan sedikit tapi sering
Catat jumlah makan yang dihabiskan klien
Kolaborasi pemberian anti emetik narfos 3x8 mg sesuai intruksi dokter.
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ny. R dengan Typoid diruang Syifa Rumah Sakit Haji Jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 18 juni 2014 sampai dengan 20 juni 2014, penulis menemukan beberapa kesenjangan antara teori dengan praktek yang akan dibahas pada bab ini sesuai dengan tahapan pada proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, dan diagnosa keperawatan.
Pengkajian
Pengkajian merupakan proses awal dari proses keperawatan yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau data dari klien, keluarga, perawat ruangan, catatan medik, catatan keperawatan sehingga masalah keperawatan klien dapat dirumuskan secara akurat. Pada dasarnya antara teori maupun kasus tidak terjadi kesenjangan yang signifikan. Penyebab typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun. Manifestasi klinis Minggu I pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut. Sedangkan pada kasus beberapa manifestasi klinis pada klien tidak terjadi nyeri otot, batuk, epitaksis, obstipasi, atau diare.manifestasi klinis tidak semua muncul pada klien karena sudah mendapatkan tindakan keperawatan dan dilihat dari gejala yang ada maka kasus typoid pada Ny. R masih pada minggu I yaitu klien mengatakan demam, nyeri kepala, anorexia dan mual, terasa tidak enak diperut.
Pada penatalaksanaan medis secara teori dan kasus sudah hampir sama yaitu pengobatan yang dapat diberikan biasanya bersifat menghilangkan rasa sakit/menghilangkan rasa mual, harus tirah baring/istirahat mutlak dan banyak minum, diberikan makan lunak, pemberian intravena RL 20tetes per menit. Pada pasien yang menderita typoid harus dirawat di Rumah Sakit karena memerlukan pengawasan terhadap kemungkinan dapat terjadi mengancam jiwa pasien.
Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, data – data yang penulis temukan kemudian di analisa sebagai data fokus yang dapat menunjang timbulnya masalah atau diagnosa keperawatan. Diagnosa yang muncul pada teori yaitu Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi Salmonella Typhi, Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan berhubungan dengan out put yang berlebihan, Defisit perawatan diri berhubungan dengan bedrest total, Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan fisik, Hipertermi berhubungan dengan gangguan hipothalamus oleh pirogen endogen, Diare berhubungan dengan infeksi pada saluran intestinal, Resiko tinggi kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare, Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan adanya salmonella pada tinja dan urine, Konstipasi berhubungan dengan invasi salmonella pada mukosa intestinal.
Sedangkan Diagnosa yang tedapat dikasus yaitu Infeksi hipertermi berhubungan dengan proses salmonella thypi, Proses inflamasi berhubungan dengan nyeri, Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Pada diagnosa keperawatan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Diagnosa yang terdapat ditiori tidak tidak terdapat dikasus adalah Defisit perawatan diri berhubungan dengan bedrest total, alasan penulis tidak mengambil diagnosa ini karena kondisi klien umumnya hanya demam terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri kepala, anorexia dan mual, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut dan masih berada minggu I.
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini penulis akan mengemukakan kesimpulan sebagai intisari dari pembahasan yang diperoleh dari hasil studi kasus tentang asuhan keperawatan pada Ny. R dengan Typoid diruang Syifa Rumah Sakit Haji Jakarta kemudian penulis mengambil kesimpulan dan saran.
Kesimpulan
Pada klien dengan typhoid ditemukan tanda dan gejala dengan demam yang berlangsung 1 minggu, bersifat febris remitten dan suhu tidakterlalu tinggi, pada mulut terdapat bau tidak sedap, bibir kering dan umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak dalam yaitu apatis sampai samolen.
Dari hasil pengkajian dapat dirumuskan masalah keperawatan pada klien dengan typhoid adalah Infeksi hipertermi berhubungan dengan proses salmonella thypi, Proses inflamasi berhubungan dengan nyeri, Perubahan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Pada tahap Perencanaan Dalam merumuskan perencanaan diperlukan literatur yang lengkap serta membantu dari tenaga keperawatan dan tim kesehatan lainnya yang ada di Rumah Sakit serta kerjasama yang baik dari klien dan keluarga.
Pada tahap Implementasi tidak semua perencanaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana, karena adanya kendala atau hambatan sehingga pada implementasi ini sangat diperlukan kerjasama yang baik antara tim kesehatan yang ada.
Pada tahap evaluasi Asuhan keperawatan yang dilakukan hanya sebagian yang tercapai sesuai dengan tujuan, karena dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan typhoid memerlukan waktu yang cukup lama dalam menyelesaikan masalah sesuai kriteria.
Saran
Untuk penulis sendiri supaya lebih meningkatkan lagi dan mempertahankan kerja sama antara perawat ruangan dan juga keluarga klien dalam memberikan asuhan keperawatan serta memiliki buku sumber sebagai acuan. Kemudian bagi perawat yang akan melakukan asuhan keperawatan pada kasus yang serupa untuklebih memperhatikan keadaan klien, bekerjasama atau berkolaborasi dengan tim medis sehingga terjalin kerjasama yang baik antara klien, tim medis, dan perawat yang akan melakukan kasus yang serupa.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Brunner & suddarth (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Suriadi & Yuliani. (2006). Ajaran Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Mansjoer & Arif (2004). Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapis, Jakarta.
Marjory Gordon, dkk, 2005, Nursing Diagnoses: Definition & Classification