ASKEP TETRALOGI OF FALLOT ASKEP TETRALOGI OF FALLOT (TOF)
A. Tinjauan teori I. Pendahuluan Penyakit jantung bawaan terdiri dari berbagai jenis dan salah satunya adalah Tetralogi of Fallot. Yang mana Tetralogi of Fallot adalah suatu penyakit dengan kelainan bawaan yang merupakan kelainan jantung bawaan sianotik yang paling banyak dijumpai . Kelainan ini
mula mula dilaporkan pada tahun 1671, tetapi baru diformulasikan oleh Fallot pada tahun 1888. Tetralogi fallot menempati urutan keempat dari angka kejadian penyakit jantung bawaan pada anak, setelah defek septum ventrikel, defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten atau lebih kurang 10-15% dari seluruh penyakit jantung bawaan. Di antara penyakit jantung bawaan sianotik, tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Di RSU Dr. Soetomo sebagian besar pasien Tetralogi fallot didapat diatas 5 tahun dan prevalensi menurun setelah berumur 10 tahun. Dari banyaknya kasus kelainan jantung serta kegawatan yang ditimbulkan akibat kelainan jantung bawaan ini, maka sebagai seorang perawat dituntut untuk mampu mengenali tanda kegawatan dan mampu memberikan asuhan keperawatan yang tepat. II. Pengertian Tetralogi fallot (TF) adalah kelainan jantung dengan gangguan sianosis yang ditandai dengan kombinasi 4 hal yang abnormal meliputi defek septum ventrikel, stenosis overriding aorta, dan hipertrofi ventrikel kanan. Komponen Komponen yang paling pulmonal, overriding
penting dalam menentukan derajat beratnya b eratnya penyakit adalah stenosis pulmonal dari sangat sang at ringan sampai berat. Stenosis pulmonal bersifat progresif , makin lama makin berat. III. Etiologi Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti. diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor –faktor tersebut antara lain : Faktor endogen - Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
- Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan - Adanya Adanya penyakit penyakit terten tertentu tu dalam dalam keluar keluarga ga sepert sepertii diabet diabetes es melitu melitus, s, hipert hipertens ensi, i, penyakit jantung atau kelainan bawaan Faktor eksogen - Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik, minum obatobata obatan n
tanp tanpaa
rese resep p
dokte dokter, r, (tha (thali lidm dmid ide, e, dextr dextroa oamp mphe heta tami mine ne..
amin aminopt opter erin in,,
amethopterin, jamu) - Ibu menderita penyakit infeksi : rubella - Pajanan terhadap sinar –X Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adalah adalah multif multifakto aktor. r. Apapun Apapun sebabny sebabnya, a, pajana pajanan n terhad terhadap ap faktor faktor penyebab penyebab harus harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan jantung janin sudah selesai. IV. Epidemiologi Tetralogy of fallot timbul pada +/- 3-6 per 10.000 kelahiran dan menempati angka 5-7% dari dari kelai kelainan nan jant jantun ung g akib akibat at conge congeni nita tal. l. Sampai Sampai saat saat ini ini para para dokt dokter er tidak tidak dapat dapat memastikan memastikan sebab terjadiny terjadinya, a, akan tetapi tetapi ,penyebabnya ,penyebabnya dapat berkaitan berkaitan dengan factor factor lingku lingkungan ngan dan juga juga factor factor geneti geneticc atau atau keduany keduanya. a. Dapat Dapat juga juga berhub berhubunga ungan n dengan dengan kromosom 22 deletions dan juga diGeorge syndrome. Ia lebih sering muncul pada lakilaki daripada wanita. Pengertian akan embryology daripada penyakit ini adalah sebagai hasil hasil kegagal kegagalan an dalam dalam conal conal septum septum bagian bagian anteri anterior, or, menghas menghasilk ilkan an kombina kombinasi si klinik klinik berupa VSD, pulmonary stenosis, and overriding aorta. Perkembangan dari hipertropi ventricle kanan adalah oleh karena kerja yang makin meningkat akibat defek dari katup pulmonal. Hal ini dapat diminimalkan bahkan dapat dipulihkan dengan operasi yang dini. V. Menifestasi klinis - Murmur mungkin merupakan tanda pertama yang biasa ditemukan oleh dokter. Ia merupakan suara tambahan atau tidak biasa yang dapat didengar pada denyut
jantung si bayi. Kebanyakan bayi yang menderita tetaralogy of fallot mempunyai suara murmur jantung. - Cyanosis juga merupakan pertanda umum pada tetralogy of fallot. Cyanosis adalah suatu keadaan di mana pada sirkulasi bayi kekurangan darah yang telah mengalami oksigenasi sehingga dapat timbul dengan kulit, kuku, serta bibir yang pucat. - Warna kulit pucat - Frekuensi pernafasan yang meninggi - Kulit terasa dingin - BB yang rendah - Susah untuk diberi makan karena klien cepat lelah ketika diberi makan - Clubbing finger’s VI. Patofisiologi Tetralogy of fallot biasanya berakibatkan oksigenasi yang rendah berhubungan dengan tercampurnya darah yang deoksigenasi dan oksigenasi pada ventricle kiri yang akan dipompakan ke aorta karena obstruksi pada katup pulmonal. Ini dikenal dengan istilah right-to-left shunt. Hal ini sering mengakibatkan kulit bayi menjadi pucat dan terlihat biru. Apabila Tetralogy of fallot tidak ditangani pada jangka waktu yang panjang, maka akan mengakibatkan hipertrofi ventricle kanan progressive dan dilatasi berhubung dengan resistensi yang meningkat pada ventricle kanan. Hal ini dapat menyebabkan DC kanan yang bisa berakhir dengan kematian. VII. Penatalaksanaan Penatalaksaan yang diberikan pada klien dengan Tetralogi of Fallot adalah : 1. Mengurangi peradangan dan rasa tidak nyaman 2. Mencukupi kebutuhan Istiraharat 3. Mencukupi kebutuhan nutrisi 4. Mencukupi kebutuhan oksigen
VIII.
Prognosis Pada umumnya dapat dikatakan bahwa prognosis pasien Tetralogy of fallot tanpa operasi adalah tidak baik, meskupun hal ini bergantung pada beratnya stenosis
pulmonal dan terbentuknya sirkulasi kolateral. Pasien dengan dispnea deffort jarang bertahan sampai besar. Pasien Tetralogy of fallot derajat sedang dapat bertahan sampai umur 15 tahun, dan hanya sebagian kecil yang hidup sampai dekade ketiga IX. Pemeriksaan diagnostik Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin penting pada setiap penyakit jantung bawaan sianotik untuk menilai perkembangan penyakit. Hemoglobin dan hematokrit merupakan indikator yang cukup baik untuk derajat hipoksemia. Peningkatan hemoglobin dan hematokrit ini merupakan mekanisme kompensasi akibat saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan antara 16-18 g/dl, sedangkan hematokrit 5065%. Bila kadar hemoglobin dan hematokrit melampaui batas tersebut timbul bahaya terjadinya kelainan trombo emboli, sebaliknya bila kurang dari batas bawah tersebut berarti terjadi anemia relatif yang harus diobati. Gambaran radiologis
Cardio thoracic ratio pasien tetralogi fallot biasanya normal atau sedikit membesar. Akibat terjadinya pembesaran ventrikel kanan dengan konus pulmonalis yang hilang, maka tampak apeks jantung terangkat sehingga tampak seperti sepatu kayu (coer en sabot). Pada 25% kasus arkus aorta terletak di kanan yang seharusnya di kiri, dapat berakibat terjadinya suatu tarik bayangan trakeobronkial berisi udara di sebelah kiri, yang terdapat pada pandangan antero-posterior atau dapat dipastikan oleh pergeseran esophagus
yang
berisi
barium
ke
kiri
Corakan vascular paru berkurang dan lapangan paru relatif bersih, mungkin disebabkan oleh aliran darah paru paru yang berkurang dan merupakan suatu tanda diagnostik yang penting. Bila terdapat kolateral yang banyak mungkin corakan vascular
paru
tampak
normal,
atau
bahkan
bertambah.
Pada proyeksi lateral, ruangan depan yang bersih atau kosong dapat atau tidak dipenuhi oleh ventrikel kanan yang hipertrofi. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan. Pada anak besar sering dijumpai P pulmonal. Ekokardiogram
Ekokardiografi dapat memperlihatkan setiap kelainan pada tetralogi fallot. Pelebaran dan posisi aorta berupa diskontinuitas septum ventrikel dan dinding depan aorta serta pelebaran ventrikel kanan mudah dilihat. Kelainan katup pulmonal seringkali sulit dinilai, demikian pula penentuan perbedaan tekanan antara ventrikel kanan dan a.pulmonalis tidak selalu mudah dilakukan. Kateterisasi jantung
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah. B. Asuhan keperawatan 1) Pengkajian Keperawatan Pengkajian diambil : 6 April 2009 Tgl. MRS
: 5 April 2009
Ruangan/kelas
: Ratna/I
No. kamar
: 2B
Data Dasar A. Identitas Pasien Nama Pasien
: K.T
Jenis Kelamin
: Perempuan
jam : 10.00
Usia
: 18 Bulan
Status Perkawinan
: Belum
Agama
: Hindu
Suku Bangsa
: Indonesia
Pendidikan
: Belum
Bahasa yang Digunakan: Bahasa Indonesia Pekerjaan
:-
Alamat
: Jl. PB. Sudirman, no. 21 X
Diagnose medis
: Tetralogi of Fallot
Hubungan dengan Pasien : Pasien adalah anak dari penanggung Sumber biaya
: Askes
Sumber informasi
: Keluarga
B. Data Penanggung jawab Nama Penanggung jawab : K.T Jenis Kelamin
: Laki - laki
Usia
: 27 tahun
Status Perkawinan
: Kawin
Agama
: Hindu
Suku Bangsa
: Indonesia
Pendidikan
: S1
Bahasa yang Digunakan: Bahasa Indonesia Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Jl. PB. Sudirman, no. 21 X
C. Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan Keluhan utama : sianosis ( kulit Nampak kebiruan ), napas dangkal, mudah kelelahan, 2. Riwayat kesehatan masa lalu Ibu klien mengatakan, klien sebelumnya belum pernah mengalami penyakit seperti ini. 3. Riwayat keluarga Adanya penyakit tertentu dalam keluarga, yaitu ibu klien menderita hipertensi dan saat hamil sering mengkonsumsi obat – obatan tanpa resep dokter. 4. Diagnosa medis : Tetralogi of Fallot D. Data Bio Psiko Sosial Spiritual a. Bernafas Ibu klien mengatakan bahwa, klien mengalami kesulitan bernafas. Klien mengalami dispnea dan kadang-kadang mengalami apnea. b. Makan dan Minum - Makan Sebelum masuk rumah sakit ibu klien mengatakan, klien tidak nafsu makan, yang biasanya 1 porsi anak – anak penuh tiga kali sehari menjadi ¼ porsi tiga kali sehari. - Minum Klien biasanya minum ± 5 – 6 gelas/hari masing – masing 100 cc. Sekarang klien hanya bisa minum ± 3 gelas dan akan segera mual setelah minum minuman yang agak dingin. c. Eleminasi BAB/BAK Keluarga mengatakan, BAB klien di rumah maupun di Rumah Sakit satu kali, sedangkan BAK klien normal, tidak ada gangguan.
d. Aktivitas Ibu klien mengatakan, aktivitas klien berkurang, karena klien sering mengalami kelelahan dan sering mengalami sesak dalam bernafas. e. Rekreasi Ibu klien juga mengatakan, saat diajak jalan – jalan bersama keluarga setelah berjalan 20-50 meter,klien akan berjongkok dalam beberapa waktu, sebelum kilen berjalan kembali. f. Istirahat tidur Klien terbiasa tidur ± 2 – 3 jam pada siang hari dan di malam hari tidur jam 20.30 – 6.00. Pasien sering terbangun di malam hari karena mengalami kesulitan dalam bernafas. g. Kebersihan diri Saat pengkajian kondisi klien bersih karena selalu dibantu ibunya untuk mandi dan klien sudah bisa berpakaian dan gosok gigi sendiri. h. Suhu tubuh Menurut ibu klien suhu tubuh klien setelah sakit tidak menentu, sebelum dibawa ke rumah sakit suhu tubuh normal, tapi saat pengkajian ibu klien mengeluh suhu tubuh klien panas. i. Rasa nyaman Klien merasa kurang nyaman, ketika merasakan susah bernafas. j. Rasa aman Klien selalu merasa tenang saat bersama dan jika selalu dekat dengan kedua orang tuanya. k. Belajar Keluarga klien mengatakan, belum bisa belajar secara efektif karena masih kecil, apalagi belajar tentang penyakit yang sedang dialami. l. Prestasi
Klien belum bersekolah, dan belum mempunyai prestasi dibidang akademik. m. Hubungan sosial Hubungan sosial klien dengan orang tuanya sangat baik dan menurut ibumya hubungan klien dengan teman sebayanya, klien juga tidak rewel dengan perawat. n. Melaksanakan ibadah Keluarga sering mengajak klien beribadah ke wihara dan khususnya pada hari raya keagamaan. E. Pengkajian Pisik a. Kesan Umum i. Kesadaran : CM ( Compis Mentis ) ii. Kebersihan : cukup bersih iii. Pergerakan
: agak terbatas karena, terpasang infuse pada extrimitas
kanan atas iv. Postur
: tegak agak kurus,
v. Status gizi : baik b. Sistem penglihatan : bentuk mata normal, pergerakan mata normal, pupil dilatasi, konjung tipa merah muda, sclera putih, visus 6/6. c. Sistem pendengaran : bentuk normal, keadaan bersih, pendengaran normal, serumen tidak ada, kelainan tidak ada. d. Sistem wicara : mulut bersih, mukosa bibir merah muda, stomatitis tidak ada, caries tidak ada, tonsil T1 T0 hypertemi negative. e. Warna kulit : sawo mateng f. Suara waktu menangis cukup melengking dan agak keras g. Tonus otot : normal h. Turgor kulit : normal i. Kepala : bentuk normal, UUB tertutup, ketombe dan rambut rontok tidak ada.
j. Hidung : bentuk normal, secret tidak ada, gerakan cuping hidung tidak ada, kelainan tidak ada. k. Leher : bentuk normal, kaku kuduk tidak ada, pembesaran kelenjar limfa di leher positif. l. Persyarafan : normal m. Alat kelamin : kebersihan cukup, bentuk normal, kelainan tidk ada. n. Anus : bentuk normal, kebersihan cukup, haemoroid tidak ada. o. Gejala cardinal : - suhu = 36 oC - nadi = 80 x / menit - respirasi = 40 x / menit - Tekanan darah = 100 x/ 75menit p. Antropometri : - BB = 10 kg - TB = 75 cm - LD = 26 cm - LK = 25 cm - LL = 10 cm 2) Diagnose Keperawatan a) Analisis data keperawatan pasien K.T dengan Tetralogi of Fallot diruang Ratna RS. Sangglah Denpasar tanggal 6 – 10 April 2009 No
Hari,
.
Tanggal, Jam
Data subjektif dan data Objektif
Standar normal
Masalah Keperawatan
1. 2.
Senin, 6/4/2009, jam
3. 4.
DS : ibu klien mengatakan, -
:
klien sulit bernafas.
Nampak
tidak
bernafas dan dalam batas gas
tersengal
normal yaitu 25 – 32
–
x/mnt.
Senin,
sengal saat bernafas dan
6/4/2009,
saat di cek, nafas klien 40 - Saturasi O2 normal.
jam
x/menit.
:
8.00
-
Senin,
:
8.00
kulit
kardiac output Gangguan
dalam
darah
sianosis -
klien
Nampak
biru
( sianosis ) karena suplai ke
jaringan
Denyut
dari jantung
klien
kembali normal - Klien tidak mengalami sianosis.
berkurang
6/4/2009,
8.00
O2
oksigen
Senin,
jam
-
:
DS : - ibu klien mengatakan bahwa, klien tidak banyak
DO : - denyut nadi klien lemah Klien
mengalami
sianosis pada tubuhnya.
- Klien terlihat lemah. DS : ibu klien mengatakan makan
klien
berkurang. DO : - berat badan kurang dari sesuai
dengan
umr - Klien terlihat lemah
pada batas normal. - Klien terlihat lebih segar Orang tua klien menjadi tenang dan tidak cemas.
- Klien terlihat pucat.
normal
- Klien tidak terlihat lemah - Berat badan klien berada
berativitas.
nafsu
kebutuhan tubuh Koping keluarga tidak efektif.
- Klien tidak pucat
-
Penurunan
- Klien tidak mengalami nutrisi kurang
rendah.
6/4/2009, jam
Saturasi
terlihat Gangguan
tersengal – sengal saat pertukaran
DO : - saat pengkajian, klien
8.00
Klien
- Toleransi makan Klien menurun dengan tidak menghabiskan makan
klien
porsi saat
dirumah sakit. DS : orang tua klien mengaku tidak
tahu
mengangani
cara penyakit
anaknya. DO : - orang tua klien Nampak cemas
saat
diadakannya pengkajian. b) Analisis Masalah 1. P = Gangguan pertukaran gas E = ketidakseimbangan perfusi ventrikel S = klien terlihat tersengal – sengal, saturasi O2 manurun dan sianosis A = jika hal ini tidak diatasi, maka biru-biru pada tubuh klien akan semakin banyak dan suplai oksigen ke jaringan akan terganggu Proses : Gangguan pertukaran gas ini disebabkan karena penurunan aliran darah ke pulmonal. Pada klien dengan tetralogi of fallot akan mengalami stenosis arteri pulmonal sehingga aliran darah ke pulmonal tidak bisa mengalir sepenuhnya sehingga hanya sedikit darah yang mengalir ke paru-paru dan mengalami pertukaran gas. 2. P = Penurunan cardiac output E = sirkulasi yang tidak efektif dengan adanya malformasi jantung.
S = denyut nadi klien lemah, Klien mengalami sianosis pada tubuhnya, Klien terlihat pucat Dan Klien terlihat lemah. A = kebutuhan metabolism tubuh tidak terpenuhi Proses : Karena adanya ketidsempurnaan dari jantung ( terjadi defeks sektum ventrikel ), maka sirkulasi darah dalam jantung tidak efektif, yang mana saat ventrikel memompa darah ke paru – paru, tidak sepenuhnya darah masuk ke paru – paru tetapi ada yang masuk ke aorta. Sehingga cardiac output menuju paru – paru menjadi berkurang. 3. P = Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh E = Fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori karena nafsu makan berkurang S = berat badan kurang dari normal A = jika tidak di tangann, klien akan mengalami malnutrisi Proses : Karena klien mengalami fatiq saat makan, maka sedikit mendapat asupan makanan. Jika hal tersebut terus terjadi, nafsu makannya menjadi berkurang dan asupan energi tidak terpenuhi. 4. P = Koping keluarga tidak efektif. E = kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit klien S = Orang tua klien Nampak cemas saat diadakannya pengkajian. A = keluarga klien bisa salah persepsi tentang sakit dan dalam pemberian penanganan klien klien Proses : Dari timbul penyakit yang dialami klien, yang mana belum pernah dialami oleh keluarganya sebelumnya, maka klien menjadi cemas sehingga koping klien menjadi tidak efektif
c) Diagnosis 1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventrikel yang ditandai dengan klien terlihat tersengal – sengal, saturasi O2 manurun dan sianosis. 2. Penurunan cardiac output berhubungan dengan sirkulasi yang tidak efektif dengan adanya malformasi jantung yang tandai dengan . 3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan fatiq selama makan dan peningkatan kebutuhan kalori, penurunan nafsu makan yang ditandai dengan berat badan kurang dari normal. 4. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan kurang pengetahuan keluarga tentang penyakit anak yang ditandai Orang tua klien Nampak cemas saat diadakannya pengkajian.. 3) Intervensi Keperawatan Rencana keperawatan pasien T. K dengan Tetralogi of Fallot diruang Ratna RS. Sangglah Denpasar tanggal 6 – 10 April 2009 No. Hari, Tanggal, Jam
No. Diag Nosa kep.
Tujuan
Intervensi/ Perencanaan
Rasional
1. 2.
Senin,
I,II
Setelah
6/4/2009, dan
asuhan
terhadap tanda – tanda
tanda vital yang
jam :
III
keperawatan 3 x
vital klien
di
Senin,
I
3. 4. 5.
6/4/2009, jam
IV
6/4/2009, jam
II III
Senin,
:
24
jam
1.
diharapkan tanda
:
10.00
diberi 1. Melakukan
–
tanda
observasi 1. Dari data tanda –
Kaji
vital
pasien
frekuensi,
kedalaman
outcome :
kuku,
HR : 90 – 140
menentukan
catat
sianosis
tindakan
adanya
jam
kepada pasien.
sianosis sentral.
R R : 2 5 – 3 2 3. Kolaborasi pemberian
:
x/mnt BP
:
10.00
95/65
10.00
:
masker
diberi
atau
Observasi
keterlibatan paru adanya
di alami klien.
chest pada klien.
gangguan
Untuk menentukan tindakan
3. Sediakan waktu istirahat gas
kesehatan
umum.
2. Berikan posisi knee –
diharapkan
pertukaran
dan
2.
keperawatan 3 x jam
drajat
serangan sianosis yuang
asuhan
24
tergantung pada
masker venture. 1.
Setelah
pernafasan
Missal, dengan
masal,
T : 35,5 – 39oC
6/4/2009, jam
benar.
Manifestasi distress
terapi oksigen dengan
mmHg
Senin,
yang
dapat diberikan
periferatau 1.
6/4/2009,
acuan
untuk 2. Observasi warna kulit,
x/mnt
Senin,
melalui
sebagai
kemudahan bernafas.
membrane mukosa, dan
10.00
dari
observasi dapat
dan
klien ada pada kondisi normal
padat
lanjut
yang cukup bagi anak
sianosis
lebih jika
dalam
tubuh
dan dampingi anak pada
berkurang
klien,
dapat
saat
malah bertambah
diatasi
parah.
aktivitas.
Outcome : -
melakukan
Bernafas dengan normal
4.
Kolaborasi
atau
dalam: 3.
Tujuan
terapi
pemeriksaan serial ECG
oksigen
adalah
dan foto thorax serta
kebutuhan oksige
-
yaitu 25 – 32
kolaborasi
x/mnt
tindakan pembedahan.
Saturasi
dalam
klien dan
badan
minimum
normal
kebutuhan nutrisi harian.
mengurangi
kekurangan
O2 1. buat ketententuan berat
kembali
terpenuhi
oksigen
dan
klien.
pada Oksigen
diberikan dengan - Warna kebiruan 2. Timbang berat badan yang
timbul
anak setiap pagi tanpa
pada
tubuh
diaper pada alat ukur
dapat
yang sama, pada waktu
berkurang
yang
sama
dan
metode sesuai
1.
dengan 3. Catat intake dan output secara akurat
keperawatan
tapi sering.
jam, diharapkan
pada klien dapat diatasi,
dengan
outcome : -
denyut klien normal,
6.
kembali yaitu
-
Klien
-
Klien
tidak
terlihat lemah. -
mengalami 2.
untuk
tindakan dengan
selanjutnya. Dari
tindakan
tersebut
1. Beri kesempatan pada
terlihat pucat.
dan
kalori.
gizi.
tidak
membantu dalam
menentukan
Kolaborasi
90 – 140 x/mnt
dapat
tinggi protein dan tinggi
merujuk pasien ke ahli 2. nadi
sebelumnya,
diagnosa etiologi
5. Berikan makan yang output
pasien
sehingga
selama 3 x 24 4. Berikan makan sedikit
cardiac
Untuk membandingkan
Setelah diberikan
penurunan
dengan
keadaan klien.
dokumentasikan. asuhan
yang
klien untuk menghadapi dan
membicarakan
diharapkan dapat mempermudah aliran darah.
dan 3. Agar klien tidak
situasi
memperlihatkan kondisi
terlalu kecapekan
yang
saat
sedang
dihadapi
sesuatu, dan agar
klien saat ini. Jangan
melakukan
memberi
dapat memantau
sianosis
pada
tubuhnya. Setelah diberikan asuhan keperawatan
jaminan palsu. Tekankan
sejauh
mana
kemampuan
klien
dapat
mereka
untuk mengatasi secara
beraktivitas
efektif.
sebelum
yang
jam,diharapkan
meningkatkan koping.
gangguan nutrisi kurang
dari
kebutuhan tubuh dapat
merasa lelah.
3. Gali teknik – teknik
selama 3 x 24
diatasi,
dapat 4.
4. Pemberian
dapat
keadaan
HE pada
dengan outcome:
yang
terdapat
pada
jantung,
juga
untuk
5. Tetapkan metode untuk -
berat
badan
klien ada pada batas
normal
sesuai
dengan
dan
kondisi kelainan
dikalukan
oleh kluarga pada klien.
Untuk mengetahui,
klien terhadap penangan yang
klien
mengatasi
mendapat informasi dan
masalah
dukungan. Misalnya saja
menurunnya
konseling.
umur
cardiac
output
karena
adanya
defeks ventrikel. -
klien
terlihat
segar dan tidak
1.
Malnutrisi adalah
lemah
kondisi
gangguan minat -
Toleransi makan
Klien
menurun dengan
yang
menyebabkan depresi,
tidak
menghabiskan porsi
makan
klien
saat
dirumah sakit.
yang
agitasi
dan mempengaruhi fungsi kognitif /pengambilan
Dengan
kmeputusan.
diberikannya
perbaikan status
asuhan
nutrisi
keperawatan
meningkatkan
pada
klien
dapat
keputusan.
selama 1 x 24
Perbaikan status
jam diharapkan,
nutrisi,
koping keluarga
meningkatkan
tidak
efektif
kemampuan
dapat
diatasi
berpikir
dengan
dan
kerja psikologis.
outcome :
2. Mambari cacatan
Orang tua klien
lanjut penurunan
menjadi
dan
tenang
dan tidak cemas.
atau
peningkatan berat berat badan yang akurat.
Juga
untuk menurunkan obsesi
tentang
peningkatan dan atau penurunan. 3. Hal itu untuk memantau masukan
dan
keluaran, sehingga
berat
badan klien juga dapat terpantau lewat itu. 4. Walaupun klien mengalami fatiq
saat
makan,
aktivitas makan klien harus tetap ditingkatkan untuk mengurangi kelemahan disesuaikan dengan aktivitas selama makan 5.
Makan
yang
mengandung banyak
protein
dan
kalori
adalah
makan
yang
untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. 6. Perlu bantuan diet dalam perencanaan diet yang
memenuhi
kebutuhan nutrisi. 1.Hal dilakukan
tersebut untuk
mengeksplorasi keadaan perasaan keluarga
klien
untuk memberikan tindakan
pada
keluarga klien. 2.Dalam berkomunikasi dengan keluarga klien diharapkan tidak
member
janji
tentang
kesembuhan klien,
karena
sebagai
para
medis
perawat
hanya
bisa
berusaha. 3.Dengan pemberian teknik –
teknik
baik
yang dalam
meningkatkan koping keluarga, dapat
lebih
menenangkan klien
sehingga
tidak panic dalam menghadapi penyakit klien. 4.Dengan pemberian
HE
pada klien, klien lebih
mengerti
tentang penyakit yang dialami oleh anak
mereka
sehingga mampu member penangan
yang
tepat pada anak klien. 5.Ini
dilakukan
agar
keluarga
klien
dapat
mencari informasi
dan
berberkonsultasi dengan tim medis lain yang dapat member pengetahuan yang lebih akurat tentang penyakit yang
diderita
oleh
anak
mereka. 4) Evaluasi Keperawatan Cacatan keperawatan pasien K.T dengan Tetralogi of Fallot diruang Ratna RS. Sangglah Denpasar tanggal 6 – 10 April 2009 No.
Hari,
Evaluasi Sumatif
paraf
diagnosa
tanggal,
kep.
jam,
I
Jumat,
II III IV
10/4/2009, jam : 10.00 Jumat, 10/4/2009,
DS : ibu lkien mengatakan bahwa, saat bernafas klien sudah terasa lebih lega atau tidak susah lagi dalam bernafas. DO : klien terlihat bernafas dengan normal dan tidak terlihat tersengal – sengal yaitu 30x/mnt, Saturasi O2 klien ada pada batas normal, Warna
jam : 10.00 Jumat, 10/4/2009,
kebiruan
yang
timbul
pada
tubuh
mulai
berkurang A : tujuan tercapai, masalah tercapai sebagian
jam : 10.00
sehingga, klien perlu tetap dipantau kebutuhan
Jumat,
oksigennya.
10/4/2009,
P : saat diberikan tindakan keperawatan klien, klien
jam : 10.00
bisa kooperatif karena klien tetap didampingi oleh orang tua kilen. DS : ibu klien mengatakan, bahwa aktivitas klien mulai bertambah dari sebelumnya. DO : klien sudah terlihat lebih baik yang ditunjukkan dengan, klien terlihat lebih segar, denyut nadi klien ada pada batas normal yaitu 90x/mnt, sianosis klien dapat berkurang. A : tujuan tercapai, masalah belum tercapai sehingga tindakan keperawatan perlu dilanjutkan untuk mengatasi
penurunan
curah
jaunting yang
terjadi. P : karena klien masih batita saat diberikan tindakan keperawatan dan kolaborasi, klien masih belum bisa diajak berkolaboesi dengan aktif .
DS : ibu klien mengatakan, nafsu makan klien mulai kembali bertambah. DO : Berat badan klien bertambah, Klien terlihat lebih segar,Toleransi makan klien bertambah A : tujuan tercapai, masalah diatasi sebagian, tidakan keperawatan pelu dilanjutkan agar nutrisi klien dapat terpenuhi P : klien terlihat mengikuti terapi diet yang diberikan dan pola pemberian makan tapi sering. DO : orang tua klien mengaku sudah cukup mengerti tentang penyakit yang dialami klien DS : keluarga klien sudah terlihat lebih tenang dalam menghadapi penyakit yang dialami oleh anak mereka A : tujuan tercapai, masalah teratasi P : keluarga klien terlihat antusias dalam menerima HE yang diberikan oleh perawat dan dalam mencari informasi tentang penyakit yang dialami oleh anak mereka.