ASKEP PERSALINAN NORMAL DAN KEHAMILAN PEB KONSEP DASAR PERSALINAN NORMAL DAN KEHAMILAN PEB A. PERSALINAN 1. PENGERTIAN Menurut Wiknjosastro (2002), persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan jalan lahir. Kelahiran Kelahiran adalah adalah proses dimana dimana janin janin dan ketuban ketuban di dorong dorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin Sedangkan menurut Halminton (2005), persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Persalinan dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri, tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir (Mochtar, 2005). 2. ETIOLOGI Menurut Manuaba (2008), penyebab pasti partus masih merupakan teori yang kompleks antara lain oleh faktor hormonal, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi, perubahan biokimia antara lain penurunan kadar hormone estrogen dan progesteron. Teori Oxytocin, jika oxytocin bertambah maka akan timbul kontraksi otot-otot rahim, keregangan otot-otot dan pengaruh janin. Teori prostalglandin: prostalglandin dalam sperma akan merangsang kontraksi uterus. Teori penurunan progesterone: akan terjadi kontraksi jika progesterone progesterone turun. 3. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut Mochtar (2005) adalah: a. Pasage (Jalan lahir) Jalan lahir bayi (panggul) terdiri dari 2 bagian, yaitu: 1) Bagian keras: panggul kecil 2) Bagian lunak: otot-otot dasar panggul (perinium) dan alat reproduksi dalam (serviks) b. Pasanger (janin) Dipengaruhi oleh 1) Letak: melintang, kepala diatas, kepala dibawah. 2) Posisi 3) Presentasi: bagian yang paling awal terlihat saat bayi akan lahir, antara lain: presentasi kepala, bokong, kaki, bahu. c. Power (kekuatan/his) Merupakan tenaga utama dari ibu. Ini dipengaruhi oleh hormon progesteron, oksitosin dan prostalglandin d. Psyche/kondisi psikologis ibu Pengeluaran hormon persalinan sangat dipengaruhi kondisi psikologis/emosional seseorang. Jika terjadi kecemasan pada ibu, hormon untuk berkontraksi tidak ada, sehingga his tidak ada maka persalinan terganggu. e. Position (posisi saat melahirkan)
Posisi ibu saat melahirkan sebaiknya yang gravitasinya tinggi sehingga bayi cepat turun/lahir. Misalnya dengan berdiri, duduk, jongkok. Tetapi gaya ini memiliki kelemahan yaitu sulit mengontrol cidera pada ibu dan bayi.
4. PATOFISIOLOGI PATOFISIOLOGI 5. TANDA-TANDA PERSALINAN Menurut Manuaba (2007), tanda-tanda persalinan adalah: a. Tanda persalinan sudah dekat (awal persalinan) 1) Terjadi lightening Menjelang minggu ke – 36 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan : a) Kontraksi Braxton hicks b) Ketegangan dinding perut c) Ketegangan ligamentum rotandum d) Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah 2) Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul dirasakan ibu hamil : a) Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang b) Dibagian bawah terasa sesak c) Terjadi kesulitan saat berjalan d) Sering miksi (beser kencing) e) Terjadinya his permulaan Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks dikemukan sebagi keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesterone, dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesterone makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu. 3) Sifat his permulaan ( palsu ) a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah b) Datangnya tidak teratur c) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda d) Durasinya pendek e) Tidak bertambah bila beraktifitas
b. Tanda persalinan 1) Terjadinya his persalinan , his persalinan mempunyai sifat : a) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan b) Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar
Posisi ibu saat melahirkan sebaiknya yang gravitasinya tinggi sehingga bayi cepat turun/lahir. Misalnya dengan berdiri, duduk, jongkok. Tetapi gaya ini memiliki kelemahan yaitu sulit mengontrol cidera pada ibu dan bayi.
4. PATOFISIOLOGI PATOFISIOLOGI 5. TANDA-TANDA PERSALINAN Menurut Manuaba (2007), tanda-tanda persalinan adalah: a. Tanda persalinan sudah dekat (awal persalinan) 1) Terjadi lightening Menjelang minggu ke – 36 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan : a) Kontraksi Braxton hicks b) Ketegangan dinding perut c) Ketegangan ligamentum rotandum d) Gaya berat janin dimana kepala kearah bawah 2) Masuknya kepala bayi ke pintu atas panggul dirasakan ibu hamil : a) Terasa ringan dibagian atas, rasa sesaknya berkurang b) Dibagian bawah terasa sesak c) Terjadi kesulitan saat berjalan d) Sering miksi (beser kencing) e) Terjadinya his permulaan Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks dikemukan sebagi keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesterone, dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesterone makin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering sebagai his palsu. 3) Sifat his permulaan ( palsu ) a) Rasa nyeri ringan di bagian bawah b) Datangnya tidak teratur c) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda d) Durasinya pendek e) Tidak bertambah bila beraktifitas
b. Tanda persalinan 1) Terjadinya his persalinan , his persalinan mempunyai sifat : a) Pinggang terasa sakit yang menjalar ke bagian depan b) Sifatnya teratur,interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar
c) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks d) Makin beraktifitas (jalan) kekuatan makin bertambah 2) Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda) Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan : a) Pendataran dan pembukaan b) Pembukaan menyebabkan lender yang terdapat pada kanalis servikalis lepas c) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah 3) Pengeluaran cairan Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam. 6. KOMPLIKASI PADA PERSALINAN PERSALINAN a. Infeksi b. Retensi plasenta c. Hematom pada vulva d. Ruptur uteri e. Emboli air ketuban f. Ruptur perineum (Hachermoore, 2001). 7. TAHAP-TAHAP TAHAP-TAHAP PERSALINAN Menurut Winkjosastro (2002), persalinan dibagi dalam 4 tahap/Kala yaitu: a. Kala I : dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10cm) proses ini terbagi dalam dua fase yeitu : 1) Fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm 2) Fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif b. Kala II : dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. c. Kala III : dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. d. Kala IV : dimulai saat lahirnya plasenta sampai dua jam pertama postpartum. 8. LANGKAH-LANGKAH PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL a. Saat kepala didasar panggul dan membuka pintu dengan crowning sebesar 5 sampai 6 cm peritoneum tipis pada primi atau multi dengan perineum yang kaku dapat dilakukan episiotomi median/mediolateral atau lateral b. Episotomi dilakukan pada saat his dan mengejan untuk mengurangi sakit. Tujuan episiotomi adalah untuk menjamin agar luka teratur sehingga mudah mengait dan melakukan adaptasi. c. Persiapan kelahiran kepala, tangan kanan menahan perineum sehingga tidak terjadi robekan baru sedangkan tangan kiri menahan kepala untuk mengendalikan ekspulsi d. Setelah kepala lahir dengan suboksiput sebagai hipomoklion muka dan hidung dibersihkan dari lender kepala dibiarkan untuk melakukan putar paksi dalam guna menyesuaikan os aksiput kearah punggung e. Kepala dipegang sedemikian rupa dengan kedua tangan menarik curam kebawah untuk melahirkan bahu depan, ditarik keatas untuk melahirkan bahu belakang setelah kedua bahu lahir ketiak dikaitr untuk melahirkan sisa badan bayi f. Setelah bayi lahir seluruhnya jalan nafas dibersihkan dengan menghisap lendir sehingga bayi dapat bernafas dan menangis dengan nyaring pertanda jalan nafas bebas dari hambatan
g. Pemotongan tali pusat dapat dilakukan : 1) Setelah bayi menangis dengan nyaring artinya paru-paru bayi telah berkembang dengan sempurna 2) Setelah tali pusat tidak berdenyut lagi keduanya dilakukan pada bayi yang aterm sehingga peningkatan jumlah darah sekitar 50 cc 3) Pada bayi prematur pemotongan tali pusat dilakukan segera sehingga darah yang masuk ke sirkulasi darah bayi tidak terlalu besar untuk mengurangi terjadi ikterus hemolitik dan kern ikterus h. Bayi diserahkan kepada petugas untuk dirawat sebagaimana mestinya i. Sementara menunggu pelepasan plasenta dapat dilakukan 1) Kateterisasi kandung kemih 2) Menjahit luka spontan atau luka episiotomi (Saifudin, 2001) 9. DIAGNOSIS DAN PENANGANAN PERSALINAN a. Kala I 1) Diagnosis Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan kontraksi terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. 2) Penanganan a) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan b) Jika ibu tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan; lakukan perubahan posisi, sarankan ia untuk berjalan, dll. c) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan d) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan e) Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air besar/kecil. f) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan cara : gunakan kipas angin/AC, kipas biasa dan menganjurkan ibu mandi sebelumnya. g) Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan cukup minum h) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin 3) Pemeriksaan dalam Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada persalinan dan setelah selaput ketuban pecah. Gambarkan temuan-temuan yang ada pada partograf. Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai berikut : a) Warna cairan amnion b) Dilatasi serviks c) Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan pemeriksaan luar) Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama mungkin diagnosis in partu belum dapat ditegakkan . Jika terdapat kontraksi yang menetap periksa ulang wanita tsb setelah 4 jam untuk melihat melihat perubahan perubahan pada pada serviks. serviks. Pada tahap ini jika serviks serviks terasa tipis dan terbuka terbuka maka wanita tersebut dalam keadaan in partu jika tidak terdapat perubahan maka diagnosanya adalah persalinan palsu. Pada kala II lakukan pemriksaan dalam setiap jam. 4) Kemajuan Persalinan dalam Kala I Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan Kala I : a) Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekwensi dan durasi b) Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama persalinan
c) Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalinan kala I : a) Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten b) Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama persalinan fase aktif c) Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin 5) Kemajuan pada kondisi janin a) Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (<100 atau >180 denyut permenit ) curigai adanya gawat janin b) Posisi atau presentasi selain aksiput anterior dengan verteks fleksi sempurna digolongkan kedalam malposisi atau malpresentasi c) Jika didapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama tangani penyebab tersebut. 6) Kemajuan pada kondisi ibu Lakukan penilaian tanda-tanda kegawatan pada Ibu : a) Jika denyut ibu meningkat mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi atau kesakitan. Pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau IV dan berikan analgesia secukupnya. b) Jika tekanan darah ibu menurun curigai adanya perdarahan c) Jika terdapat aseton didalam urin ibu curigai masukan nutrisi yang kurang segera berikan dektrose IV. b. Kala II 1) Diagnosis Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5 – 6 cm. 2) Penanganan a) Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan : mendampingi ibu agar merasa nyaman, menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu b) Menjaga kebersihan diri c) Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu d) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu e) Mengatur posisi ibu f) Menjaga kandung kemih tetap kosong g) Memberikan cukup minum 3) Posisi saat mengejan a) Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman b) Ibu dibimbing untuk mengejan selama his, anjurkan kepada ibu untuk mengambil nafas c) Periksa DJJ pada saat kontraksi dan setelah setiap kontraksi untuk memastikan janin tidak mengalami bradikardi (<120 x/menit. 4) Kemajuan persalinan dalam Kala II Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada persalinan kala II: a) Penurunan yang teratur dari janin di jalan lahir b) Dimulainya fase pengeluaran Temuan berikut menunjukkan yang kurang baik pada saat persalinan tahap kedua : a) Tidak turunnya janin dijalan lahir b) Gagalnya pengeluaran pada fase akhir 5) Kelahiran kepala bayi
a) Mintalah ibu mengejan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala bayi lahir b) Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat c) Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan d) Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran lendir/darah e) Periksa tali pusat: Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar selipkan tali pusat melalui kepala bayi f) Jika lilitan pusat terlalu ketat tali pusat diklem pada dua tempat kemudian digunting diantara kedua klem tersebut sambil melindungi leher bayi. 6) Kelahiran bahu dan anggota seluruhnya a) Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya b) Tempatkan kedua tangan pada sisi kepala dan leher bayi c) Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan d) Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang e) Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang bayi sambil menyangga kepala dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya f) Letakkan bayi tersebut diatas perut ibunya g) Secara menyeluruh, keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai pernafasan bayi h) Jika bayi menangis atau bernafas (dada bayi terlihat naik turun paling sedikit 30x/m) tinggalkan bayi tsb bersama ibunya i) Jika bayi tidak bernafas dalam waktu 30 detik mintalah bantuan dan segera mulai resusitasi bayi j) Klem dan potong tali pusat k) Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit dada si ibu. l) Bungkus dengan kain yang halus dan kering, tutup dengan selimut dan pastikan kepala bayi terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh. c. Kala III 1) Manajemen Aktif Kala III a) Pemberian oksitosin dengan segera b) Pengendalian tarikan tali pusat c) Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir 2) Penanganan b) Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang juga mempercepat pelepasan plasenta : (1) Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi (2) Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau susukan bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg. IM. c) Lakukan penegangan tali pusat terkendali dengan cara : (1) Satu tangan diletakkan pada korpus uteri tepat diatas simpisis pubis. Selama kontraksi tangan mendorong korpus uteri dengan gerakan dorso kranial – kearah belakang dan kearah kepala ibu. (2) Tangan yang satu memegang tali pusat dengan klem 5-6 cm didepan vulva. (3) Jaga tahanan ringan pada tali pusat dan tunggu adanya kontraksi kuat (2-3 menit) (4) Selama kontraksi lakukan tarikan terkendali pada tali pusat yang terus-menerus dalam tegangan yang sama dengan tangan ke uterus. (5) PTT hanya dilakukan selama uterus berkontraksi (6) Begitu plasenta terasa lepas, keluarkan dengan menggerakkan tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta lepas, keluarkan dengan gerakan ke bawah dan ke atas sesuai dengan
jalan lahir. Kedua tangan dapat memegang plasenta dan perlahan memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban. (7) Segera setelah plasenta dan selaput ketubannya dikeluarkan masase fundus agar menimbulkan kontraksi. (8) Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum juga lahir dalam waktu 15 menit berikan oksitosin 10 unit Im. Dosis kedua dalam jarak waktu 15 menit dari pemberian oksitosin dosis pertama. (9) Periksa wanita tersebut secara seksama dan jahit semua robekan pada serviks atau vagina atau perbaiki episotomi. d. Kala IV 1) Diagnosis Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi. Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa – si ibu melahirkan bayi dari perutnya dan bayi sedang menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia luar. 2) Penanganan a) Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan perdarahan . b) Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada jam I dan setiap 30 menit selama jam II c) Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan minuman yang disukainya. d) Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering e) Biarkan ibu beristirahat f) Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi g) Bayi sangat siap segera setelah kelahiran h) Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. i) Ajari ibu atau keluarga tentang : (1) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi (2) Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi B. KEHAMILAN DENGAN PRE EKLAMSI BERAT (PEB) 1. PENGERTIAN Menurut Wiknjosastro (2002), preeklamsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Sedangkan eklamsi adalah preeklamsi yang disertai kejang dan atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurology. Preeklamsi adalah penyakit kehamilan yang ditandai dengan adanya trias preeklamsi yaitu adanya edema, hipertensi, dan protein uri (Mansjoer, et al, 2008). 2. ETIOLOGI Sampai saat ini etiologi preeklamsi belum diketahui dengan pasti. 3. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI Menurut Manuaba (2007), faktor predisposisi dan presipitasi yang dapat mempengaruhi terjadinya PEB adalah sebagai berikut: a. Hidramnion
b. Gemelli c. Diabetik gestase d. Usia lebih 35 tahun e. Obesitas f. Penyakit trophoblastic g. Terjadi pada 70 % dari wanita dengan mola hidatidosa terutama pada usia kehamilan 24 minggu. h. Walaupun kejadian preeklampsi lebih besar pada primigravida, insidennya meningkat juga pada multipara kejadiannya hampir mendekati 30 %. i. Penyakit hipertensi kronik. j. Penyakit ginjal kronik. k. Cenderung genetik. l. Memiliki riwayat preeklampsi. 4. PATOFISIOLOGI Pre eklamsi Penurunan sirkulasi volume plasma Hemokonsentrasi, hematokrit ibu hamil Penurunan perfusi organ (utero plasenta fetal) Perusakan sel darah merah Penurunan kapasitas O2 ibu 5. TANDA DAN GEJALA Menurut Mochtar (2005), tanda dan gejala dari prekelamsi berat dalam kehamilan diantaranya adalah: a. Tekana darah > 160/ 110 mmHg b. Protein urin > 0,5 gr /liter dalam 24jam ( +3/ +4 pada pemeriksaan kualitatif ) c. Oligouria< 400 cc/24 jam d. Trombosit < 100.000 /mm (trombositopenia) e. Nyeri epigastrium f. Perdarahan retina g. Edema pulmonal h. Koma i. Dapat timbul sesak nafas dan timbul cyanosis yang tampak pada ujung jari dan kuku 6. KOMPLIKASI a. Komplikasi untuk ibu: 1) Atonia uteri 2) Sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzimes, low platelet count) 3) Ablasi retina 4) DIC ( Diseminata Intravasular Coagulation) 5) Gagal ginjal 6) Perdarahan otak 7) Edema paru
8) Gagal jantung 9) Syok hingga kematian b. Komplikasi untuk janin: 1) Pertumbuhan janin terhambat 2) Prematuritas 7. PROGNOSIS Pada umumnya kekejangan didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri epigastrium hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera diobati, akan timbul kejangan, terutama pada persalinan bahaya ini besar (Manuaba, 2008). Eklampsia di lndonesia masih merupakan penyakit pada kehamilan yang meminta korban besar dari ibu dan bayi. Kematian ibu biasanya disebabkan oleh perdarahan otak, dekompensasio kordis dengan edema paru-paru, kegagalan ginjal, masuknya isi lambung ke dalam jalan pemapasan sewaktu terjadi kejang, infeksi. Sedang sebab kematian bayi terutama oleh hipoksia intrauterin dan prematuritas (Saifuddin, 2002). 8. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN Menurut Halminton (2005) penatalaksanaan Pre-eklampsi berat pada kehamilan dan 37 minggu : 1. Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru, dengan pemeriksaan shake dan rasio L/S maka penangannya adalah sebagai berikut: a) Berikan suntikan sulfas magnesikus dosis 8 gr intramuskuler, kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr intramuskuler setiap 4 jam (selama tidak ada kontra-indikasi). b) Jika da perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesikus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria preeklampsi ringan (kecuali jika ada kontra-indikasi). c) Selanjutnya wanita dirawat diperiksa dan janin dimonitor, penimbangan berat badan seperti pre-eklampsi ringan sambil mengawastii mbul lagi gejala. d) Jika dengan terapi di atas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan : induksi partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan. 2. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu. Sedangkan penatalaksanaan untuk Pre-eklampsi berat pada kehamilan 37 minggu ke atas adalah sebagai berikut: 1. Penderita di rawat inap a. Istirahat mutlak dan ditempatkan dalam kamar isolasi b. Berikan diit rendah garam dan tinggi protein c. Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr intramuskuler 4 gr bokong kanan dan 4 g bokong kiri d. Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam e. Syarat pemberian MgSo4 adalah : refleks patela (+); diurese 100 cc dalam 4 jam yang lalu; respirasi 16 permenit dan harus tersedia antidotumnya: kalsiumg lukonas 10%a mpul 10 cc. f. Infus dekstrosa 5 % dan Ringer laktat 2. Obat antihipertensif : injeksi katapres I ampul i.m dan selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3x½ tablet sehari. 3. Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan inhavena lasix 1ampul. 4. Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
5. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forseps, jadi wanita dilarang mengedan 6. Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi perdarahan disebabkan atonia uteri. 7. Pemberian sulfas magnesikus kalau tidak ada kontraindikasi, diteruskan dosis 4 gr setiap 4 jam dalam 24 jampostpartum. 8. Bila ada indikasi obstetik dilakukan seksio cesaria. 9. PENGKAJIAN a. Pemeriksaan Fisik 1) Kala I • Riwayat ANC • Status fisik dan enpsi ibu • Dilatasi serviks • Membran amnion • Pola kontraksi • Pemeriksaan Fisik • Pemeriksaan laboratonum • Respon klien dan keluarga terhadap persalinan 2) Kala II • Vital sign • Bladder • Urine • Hidrasi • Keadaan umum • Tenaga mengejan ibu • Kebutuhanakananalgetik atau anestesi • Integritas perineum Penilaian kemajuan kala II meliputi : a. Keadaan kontraksi uterus b. Lama persalinan kala II c. Penunrnan bagian presentasi d. Kemajuan dari mekanisme persalinan 3) Kala III • Keadaan kontraksi uterus • Lama pengeluaran plasenta 4) Kala IV • Pengkajian pada jam pertama : a) Fundus uteri : kontraksi dan tinggi fundus b) Perdarahan per vaginam : jumlah, warna, dan konsistensi • Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan adalah : a) Vital sign b) Perineum c) Distensi bladder d) Interaksi keluarga b. Pemeriksaan Diagnostik 1) Laboratorium a) Kimia darah
Fungsi Ginjal Fungsi Hati Hematologi rutin b) Urine Protein urine kualitatif maupun kuantitatif Reduksi Bilirubn Sedimen urin 2) Radiologi USG Thorak foto
10. DIAGNOSA KEPERAWATAN a. Kala I : 1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi,dilatasi/regangan, tegangan emosional. 2) Risiko infeksi terhadap maternal berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina berulang. b. Kala II : 1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada presentasi, dialatasi/peregangan jaringan, kompresi syaraf, pola kontraksi semakin intensif 2) Risiko kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan persalinan, pola kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forcep. 3) Risiko cedera terhadap janin dan jalan lahir berhubungan dengan malpresentasi/posisi, pencetusan kelahiran disproporsi sefalopelvik (CPD). c. Kala III : 1) Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan kehilangan cairan secara tidak disadari, atonia uteri, laserasi jalan lahir, tertahannya fragmen plasenta. 2) Nyeri (akut) berhubungan trauma jaringan, respons fisiologis setelah melahirkan. 3) Resiko perubahan proses keluarga berhubungan dengan terjadinya transisi, krisis situasi. d. Kala IV : 1) Nyeri (akut) berhubungan dengan efek obat-obatan, trauma mekanis/ jaringan, edema jaringan, kelemahan fisik dan psikologis, ansietas. 2) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi/peningkatan perkembangan anggota keluarga. DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M., dkk., 2001,Rencana perawatan maternal bayi, EGC, Jakarta. Hachermoore. 2001, Esensial obstetric dan ginekologi, Hypokrates, Jakarta. Halminton P. M. 2005, Dasar-dasar keperawatan maternitas, Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Manuaba, I. B. G. 2007, Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan, EGC, Jakarta. Manuaba, I. B. G. 2008, Operasi kebidanan kandungan dan keluarga berencana untuk dokter umum, EGC, Jakarta. McCloskey, & Bulechek. 2006, Nursing interventions classifications, 2nd edition, Mosby-Year book.Inc, New York. Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, W. S., & Setiowulan, W., 2008, Kapita selekta kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta. Mochtar, R. 2005, Sinopsis obstetri, obstetri operatif, obstetri sosial, EGC, Jakarta. NANDA, 2005-2006, Nursing Diagnosis: Definitions and classification, Philadelphia, USA Saifuddin A.B. 2001 , Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta Saifuddin A.B. 2002 , Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta Wiknjosastro, H. 2002, Ilmu kebidanan, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta. University IOWA., NIC and NOC Project., 2001, Nursing outcome Classifications, Philadelphia, USA Askep Persalinan Normal
Pengertian
Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemerikaaan darah lengkap Hb normal = 11,4 – 15,1 gr/dl Golangan darah = A,B,AB & O Faktor RH = +/Waktu pembekuan o o o o
Protein Urine
Urine reduksi
Diagnosa keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kelelahan,penggunaan energi berlebihan
2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi rahim & regangan pada jaringan
3. Penurunan cardiak out put berhubungan dengan peningkatan kerja jantung sekunder penggunaan energi berlebih.
Intervensi
1. Pola napas tidak efektif b.d penggunaan energi berlebihan Tujuan Pola napas tidak terganggu/kembali efektif. Intervensi : Observasi TTV selama jalannya persalinan Rasional : Deteksi dini keadaan klien sehingga dapat dilakukan tindakan secara tepat & cepat. o
o
o
Dampingi klien & berikan dorongan mental selama perslinan Rasional : Mengurangi kecemasan sehingga klien dapat mengatur pernapasan scr benar.
Ajarkan tehnik pernapasan yg benar saat kontraksi Rasional : Meningkatkan cadangan oksigen & tenaga
o
Ajarkan cara mengedan yg benar Rasional : Agar klien dpt menghemat energi & melahirkan bayinya dng cepat.
2. Nyeri b.d kontraksi rahim & regangan jaringan Tujuan Nyeri berkurang/hilang. Intervensi : Observasi skala nyeri dng skala 1 – 10, intensitas & lokasi Rasional : Mengetahui tingkat nyeri & ketergantungan klien serta kualitas nyeri o
o
o
o
o
Ajarkan tehnik relaksasi & menarik napas panjang Rasional : Meningkatkan relaksasi & rasa nyaman
Berikan penjelasan ttg penyebab nyeri & kapan hilangnya Rasional : Meningkatkan pengetahuan sehingga mengurangi kecemasan,klien menjadi kooperatif
Ajarkan cara mengedan yg benar jika pembeukaan sudah lengkap Rasional : Mengurangi kelelahan & mempercepat proses persalinan.
Anjurkan klien u/ istirahat miring kiri jika tdk sedang kontraksi Rasional : Mengurangi penekanan vena cava, meminimalkan hipoksia jaringan.
3. Penurunan Cardiak output b.d peningkatan kerja jantung Tujuan Cardiak out put dalam batas normal, TD= 120/80 mmHg,Nadi=80 x/mnt Intervensi
o
o
o
Observasi TTV Rasional : Mengetahui perkembangan/perubahan yg terjadi pada klien
Observasi perubahan sensori Rasional : Mengetahui ketidak adekuatan perfusi cerebral.
Observasi penggunaan energi & irama jantung Rasional : Mengetahui tingkat ketergantungan klien.
Daftar Pustaka
Bagian Obstetri & Ginekologi,FK.Unpad. 1993. Obstetri. Elstar. Bandung. Carpenito,Lynda Juall. 2001 Buku Saku Diagnosa Keperawatan. ed.8.EGC. Jakarta Prawiro Harjo. 1995. Bedah Kebidanan. Bina Pustaka. Jakarta
PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL A. Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari kegiatan ini diharapkan dapat: 1. Melakukan pengkajian kemajuan persalinan. 2. Mengidentifikasi masalah pada klien intranatal. 3. Membuat rencana asuhan keperawatan/kebidanan pada klien intranatal. 4. Melakukan manajemen nyeri pada klien intranatal. 5. Melakukan prosedur pertolongan persalinan normal. 6. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan/kebidanan pada klien intranatal. B. Pokok-Pokok Materi Untuk mencapai tujuan tersebut, pokok-pokok materi yang harus dipelajari adalah: 1. Anatomi panggul reproduksi wanita. 2. Teori persalinan. 3. Manajemen nyeri persalinan. 4. Tahap-tahap persalinan. 5. Mekanisme persalinan. 6. Tanda-tanda persalinan normal dan proses persalinan. 7. Asuhan keperawatan/kebidanan pada ibu dalam persalinan normal kala I, II, III dan IV. C. Uraian Materi
Sebelum melaksanakan prosedur tindakan pertolongan persalinan pada ibu intranatal, maka pertama-tama marilah kita pelajari pengkajian dan masalah dalam pertolongan persalinan. 1. Pengkajian Pada awal kegiatan, peserta diharapkan memahami tentang kegiatan pengkajian yang berguna untuk mengidentifikasi keadaan pasien di saat Anda praktik ke lahan praktik. Lingkup pengkajian meliputi perubahan biofisik, psikologi dan sosial selama intranatal. a. Kala I : Anamnesa - Alasan datang. - Kapan taksiran persalinan. - Kapan mulai tanda-tanda persalinan. 1). Tanda – tanda persalinan yang benar: a. Keluarnya darah bercampur sedikit lendir pervagina (bloody show). b. Timbulnya kontraksi secara teratur mulai dari punggung menyebar ke perut dan meningkat secara intensif dan disertai rasa sakit. c. Serviks : Terjadi pendataran dan dilatasi. 2). Riwayat tanda-tanda persalinan: a. Riwayat tentang selaput ketuban. b. Kontraksi teratur yang semakin lama semakin sering. c. Bagaimana status emosi. d. Ada masalah tentang kehamilan. e. Kapan terakhir makan/minum. f. Ada alergi terhadap makanan/minuman. g. Siapa yang menemani selama persalinan. 3). Pemeriksaan fisik kala I: a. Tanda-tanda vital : TD, nadi, pernafasan dan suhu. b. Palpasi Leopod I, II, III dan IV. c. Ukuran panggul. d. Dilatasi serviks. e. Kontraksi/his diperiksa selama 10 menit tiap 30-60 menit. f. Sekret : merah muda sampai dengan cokelat (bloody show). g. Selaput ketuban +/-. h. DJJ terdengar jelas di umbilikus. i. Perilaku : masih terkontrol, optimis, fatigue. j. Varises, oedema di kaki dan wajah. b. Kala II 1). Pengkajian a. Klien mengeluhkan dorong kuat untuk meneran, merasakan tekanan yang semakin tinggi pada daerah rektum. b. Perineum menonjol. c. Vulva dan anus membuka. d. Kaki gemetar saat dorongan mengedan. e. Lelah. f. Tidak tahu tehnik relaksasi.
g. Respon emosi takut/khawatir, tidak percaya diri, tidak terkontrol. h. Kontraksi uterus kuat 4-5 x selama 50-70 detik. i. Dilatasi 10 cm. j. Darah keluar sedikit, lendir dari vagina meningkat. k. Peregangan rektum/vagina. l. Distensi vesika urinaria. m. Ketuban (+)/terjadi ruptur. n. Keringat +++ o. Frekuensi pernafasan meningkat. p. TD meningkat 5-10 mmHg. q. Janin : bradikardi selama his. 2). Lingkup masalah a. Gangguan rasa nyaman, nyeri akut. b. Pot. Gangguan cardiac output. c. Gangguan pertukaran O2 (janin). d. Gangguan integritas kulit. e. Kurang mampu mengikuti pimpinan persalinan. f. Potensial infeksi. g. Potensial trauma pada ibu/janin. h. Tidak efektif pola nafas. i. Perubahan konsep diri. j. Tidak efektif koping individu. c. Kala III 1). Pengkajian a. Perilaku gembira dan letih. b. Tremor kaki menggigil. c. Perdarahan pervagina. d. Tali pusat memanjang. e. Uterus berubah bentuk menjadi bulat dan keras. f. Kehilangan darah (normal: 250-300 ml.). g. Jalan lahir : lecet/sobek. h. Luka episiotomi. i. Hipotensi pengaruh dari obat/analgesik/anestesi. j. Nadi lambat. 2). Lingkup masalah a. Kurang volume cairan. b. Potensial injury pada ibu. c. Potensial gangguan proses dalam keluarga. d. Kurang pengetahuan. e. Gangguan rasa nyaman, nyeri. d. Kala IV {Puerperium (setelah kala III s/d 1-2 jam)} 1). Pengkajian a. Nadi.
b. Uterus. - Tinggi : antara Symp – umbilikus; 12 jam pertama c. Lochea : rubra. e. Perineum : episiotomi, lecet, vulva oedema dan lembut. f. Rektum : hemorroid. 2). Lingkup masalah a. Gangguan genito urinaria. b. Kurang volume cairan. c. Potensial infeksi. d. Gangguan rasa nyaman : nyeri. D. Prosedur Pelaksanaan Pertolongan persalinan memerlukan persiapan alat secara lengkap dan sistematis untuk agar pelaksanaan pertolongan persalinan tepat dan lancar. 1. Persiapan Alat: a. Partus set terdiri dari: - Duk 2 buah. - Sarung tangan 2 pasang. - Benang tali pusat/klip. - ½ kocher 1 buah. - Klem tali pusat 2 buah. - Gunting tali pusat 1 buah. - Gunting episiotomi 1 buah (kalau diperlukan episiotomi). - Kateter logam/nelaton 1 buah (kalau diperlukan kateterisasi pada kala III) - Kasa dan deppers 5-6 buah. - Kapas kering. - Duk penahan perineum 1 buah. b. Heachting set terdiri atas steril: - Nald folder 1 buah. - Pinset anatomi 1 buah. - Pinset chirhugie 1 buah. - Gunting benang 1 buah. - Jarum, catgut, cromix, ceide. - Tampon vagina 1 buah. - Kassa/deppers 4-5 buah. - Mangkok kecil, 1 buah. - Sarung tangan 1 buah. c. Obat emergensi: oxitocyn dan metehergin serta spuilt. d. Kapas kering steril. e. Cairan DDT. f. On steril:
- Betadin 10%, 2 buah kom ke cil berisi cairan klorin. - Ember untuk alat tenun kotor kotoran. - Bengkok 2 buah. g. Piring plasenta dan pot. h. Alat-alat PI (pencegahan infeksi), cairan klorin dan wash lap atau handuk kecil. i. Untuk bayi: - Pengisap lendir. - Peralatan mandi. - Pembungkus bayi (handuk). - Obat mata. - Peneng/tanda identifikasi. j. Pakaian ibu, pembalut, celana dalam. k. Alat pelindung diri penolong (APD): - Tutup kepala. - Kacamata. - Masker. - Celemek. - Sepatu bot. l. Alat-alat untuk PI : cairan DDT 2 kom, washlap, tem pat sampah medis dan non medis. 2. Langkah-Langkah Pertolongan Persalinan: KALA I: - Mempersiapkan alat sesuai kebutuhan. - Kejelasan dalam menyampaikan tindakan yang akan dilakukan, tujuan, dan hasil tindakan. - Melakukan penimbangan berat badan ibu hamil. - Mengukur tanda-tanda vital ibu hamil. - Melakukan pemeriksaan fisik ibu secara keseluruhan. - Melakukan pemeriksaan Leopold I. - Mengukur tinggi fundus uteri ibu hamil dengan menggunakan meteran pita. - Melakukan pemeriksaan Leopold II. - Melakukan pemeriksaan Leopold III. - Melakukan pemeriksaan Leopold IV. - Menilai denyut jantung janin. - Memasang pengalas di bawah bokong ibu. - Melakukan vulva hygiene. - Melakukan pemeriksaan dalam, menilai kondisi servik dan jalan lahir. - Merapikan alat-alat dan membuka sarung tangan. - Melakukan pemeriksaan his/kontraksi. - Melakukan manajemen nyeri. - Melakukan pencatatan partograph. - Melibatkan suami untuk mensupport ibu. - Melakukan pendkes sesuai masalah ibu.
- Memantau kemajuan persalinan. KALA II: - Menjelaskan kondisi ibu, tindakan dan tujuan se rta hasil tindakan kepada ibu dan keluarga. - Melakukan persiapan penolong (cuci tangan, memakai topi kepala, sepatu boot, masker, celemek dan handuk kecil yang diselipkan di pinggang penolong). - Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. - Mengajarkan kembali cara meneran, bimbing ibu agar dapat meneran dengan benar dan efektif, perbaiki cara meneran bila salah, anjurkan ibu untuk istirahat diantara waktu his. - Menyiapkan alat pertolongan persalinan. - Memasang duk steril. - Lakukan vulva hygiene dan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap, memecahkan selaput ketuban pada saat his bila pembukaan sudah lengkap. - Cuci tangan dengan larutan klorin 0,5 % lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik, kemudian cuci tangan dengan benar. - Periksa denyut jantung janin saat relaksasi. - Menyiapkan posisi ibu yang nyaman dan minta keluarga memberikan bantuan yang sesuai. Seperti membantu dan menyokong ibu pada posisi setengah duduk. - Memberitahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. - Laksanakan bimbingan meneran. - Memasang handuk diatas perut ibu. - Letakkan kain steril dengan bentuk segitiga di bawah bokong ibu. - Buka partus set dan periksa kembali kele ngkapan alat. - Pasang sarung tangan steril. - Membantu melahirkan kepala: setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5 -6 cm membuka vulva: a. Lindungi perineum dengan satu tangan dilapisi kain, dengan menggunakan ibu jari tangan kanan direntangkan dengan jari lain di bawah duk steril yang ditekan ke arah kranial. b. Tangan kiri menahan kepala bayi untuk menahan posisi refleksi dan membantu lahirnya kepala perineum. c. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal. - Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan sesuai kondisi : jika tali pusat melilit secara longgar, lepaskan melalui kepala bayi dan jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut. - Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi lurus secara spontan. - Membersihkan mata, hidung dan mulut, dengan kasa steril. - Membantu melahirkan bahu: a. Memegang kepala bayi dengan jari tangan saling merapat secara biparietal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan perlahan gerakkan kepala ke arah bawah hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan ke arah atas untuk me lahirkan bahu belakang. - Membantu melahirkan badan: a. Geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku atas. b. Setelah tubuh bayi lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki.
Pegang mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki). - Lakukan penilaian APGAR score (bayi menangis kuat, tidak/bernafas tanpa kesulitan, bayi bergerak aktif/tidak, warna kulit, denyut nadi). - Letakkan bayi depan vagina ibu dan lakukan klem pertama. - Meletakkan bayi diatas handuk yang berada di perut ibu, kemudian bayi dikeringkan mulai dari ke pala, dada dengan sedikit tekanan, punggung dan kaki. - Selimuti bayi dengan bagian handuk yang kering. - Memotong tali pusat: a. Mengurut tali pusat ke arah plasenta. b. Klem kedua dengan jarak 3-4 cm dari klem pertama. c. Potong tali pusat, dengan memperhatikan keamanan bagi bayi. Dengan tangan kiri melindung potong diantara kedua klem. - Melakukan bonding dan attachment: a. Memberikan bayi ke ibu untuk kontak skin to skin. b. Memfasilitasi ibu untuk menyusui bayinya. c. Menginformasikan kondisi bayi secara umum. KALA III: - Memeriksa tinggi fundus uteri, kontraksi dan kondisi kandung kemih melakukan rangsangan kontraksi pada fundus. - Memeriksa kandung kemih (bila perlu lakukan kateterisasi). - Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vagina. - Letakkan satu tangan di atas perut ibu, ditepi atas simpisis dan posisi seperti menggunting, tangan lainnya meregangkan tali pusat. - Saat kontraksi tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan lainnya mendorong uterus ke arah dorso-kranial secara hati-hati. Jika plasenta tidak lahir, hentikan peregangan tali pusat dan tunggu hingga kontraksi berikutnya muncul dan ulangi prosedur tadi (pelepasan plasenta dapat dibantu dengan rangsangan pada puting payudara ibu). - Bila tanda-tanda plasenta sudah lepas timbul (plasenta ada di introitus vagina), minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, sambil tetap melakukan dorong dorso-kranial. Jika tali pusat bertambah panjang pindahkan klem ke depan vulva dan tangan kiri menampung plasenta dan dengan gerakan memutar searah jarum jam lahirkan plasenta dan letakkan pada wadah yang telah disiapkan. - Periksa kelengkapan plasenta: selaput plasenta dan kotiledon dengan membersihkan dengan kasa (bila ditemukan tidak lengkap atau ada robekan lakukan eksplorasi ke dalam uterus dengan menggunakan sarung tangan yang steril untuk mengeluarkan bagian yang tertinggal). - Melakukan massase uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi dan t eraba keras (lakukan tindakan yang diperlukan bila uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik dengan t angan kiri, sedangkan tangan kanan memeriksa). - Memeriksa bila ada perdarahan dan cari sumbernya lihat di vagina dan perineum (bila ada robekan lakukan penjahitan), siapkan alat heachting. - Lanjutkan memeriksa plasenta : ukuran, panjang tali pusat, kotiledon, berat plasenta.
KALA IV: - Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi pe rdarahan pervagina, lakukan pemantauan kontraksi 2-5 per 15 menit pertam a, lakukan tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan tiap 30 menit pada jam kedua. - Bayi tetap melakukan kontak dengan ibu melalui menyusui dini. Biarkan bayi tetap berada di payudara ibu selama 1 jam walaupun bayi tidak mengisap putting susu ibu. - Membersihkan vulva, vagina ibu. - Ajarkan ibu cara melakukan masase. - Hitung dan perkirakan jumlah perdarahan. - Lakukan pengukuran tanda vital : tiap 15 menit untuk nadi dan kandung kemih selama 1 jam pertama, tiap jam untuk suhu dan TD. - Periksa kembali keadaan bayi untuk memastikan keadaan tanda vital bayi: nadi, pernafasan dan suhu. - Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin untuk dekontaminasi. - Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. - Bersihkan badan ibu dengan cairan DDT dari sisa ketuban, lendir dan darah, bantu ibu memakai pakaian dalam dan pembalut. - Pastikan ibu dalam keadaan nyaman, bantu ibu dalam memberikan ASI. - Bersihkan tempat bersalin dengan larutan klorin selama 10 menit. - Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. - Dokumentasikan semua data selama proses persalinan dalam partograph dan dokumen lainnya.
http://hesa-andessa.blogspot.com/2011/02/pertolongan-persalinan-normal.html
Askep Persalinan Normal 1. Pengertian : Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. (Prawirohardjo, 2001). Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir. (Prawirohardjo, 2001). Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Prawirohardjo, 2001). Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir. Persalinan dibagi dalam 4 kala, yaitu : @. Kala I : Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase : Fase Laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan Fase aktif (7 jam)
serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama Fase aktif. @. Kala II : Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. @. Kala III : Dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. @. Kala IV : Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum. 2. Penyebab
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti/jelas. Terdapat beberapa teori antara lain : (Rustam Muchtar, 1998). (1) Penurunan kadar progesteron : Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya Estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar Progesteron dan Estrogen di da;lam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar Progesteron menurun sehingga timbul his. (2) Teori oxytocin : Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim. (3) Keregangan otot-otot : Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan. (4) Pengaruh janin : Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa. (5) Teori Prostaglandin : Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaab menunjukkan bahwa Prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan secara intra vena, intra dan extraamnial menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga di sokong dengan adanya kadar Prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamilsebelum melahirkan atau selama persalinan. Secara skematis dikaitkan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar sebagai berikut : Prostaglandin ¯ ¯ Sintesa Prostaglandin di chorio amnion ¯ Kontraksi Uterus Kadar Oxytocin ¯
Permiabilitas Na dalam Myometrium ¯ Cairan intra sel ¯ Kontraksi Uterus Fetus cortisol ¯ Aktivasi Hormon Hypofise dan Intra renal ¯ Fetus normal cukup/hampir cukup bulan ¯ Kontraksi Uterus Prostaglandin ¯ Prostaglandin Estroge ¯ ¯ Aktivasi phospholipase dalam selaput ketuban ¯ Kontraksi Myometrium Peregangan otot rahim ¯ Sintesa ¯ Kontraksi Myometrium ¯ Prostaglandin
His : Kontraksi otot rahim yang terasa nyeri dan yang dapat menimbulkan pembukaan servix pada persalinan His : Kontraksi otot rahim yang terasa nyeri dan yang dapat menimbulkan pembukaan servix pada persalinan Kala I Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase : v Fase Laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm Ø Ansietas
Ø Kurang pengetahuan Ø Kurangnya volume cairan Ø Koping individu tidak efektif Ø Infeksi Ø Cedera (janin) v Fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama Fase aktif. Ø Nyeri Ø Perubahan eliminasi urin Resiko tinggi Ø Cedera (ibu) Ø Gangguan pertukaran gas Ø CO ¯ Ø Kurangnya volume cairan Ø Kelelahan
Kala II Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi. Ø Nyeri (Akut) Resiko tinggi Ø CO ¯ Ø Gangguan pertukaran gas Ø Kerusakan integritas kulit/jaringan Ø Kurangnya volume cairan Ø Infeksi Ø Cedera (janin) Ø Kelelahan
Kala III Dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Resiko tinggi Ø Kurangnya volume cairan Ø Cedera (ibu) Ø Kurang pengetahuan Ø Nyeri Ø Perubahan proses keluarga
Kala IV Dimulai saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum. Resiko tinggi Ø Kurangnya volume cairan
Ø Cedera (ibu) Ø Kurang pengetahuan Ø Nyeri Ø Perubahan proses keluarga 3. Mekanisme Persalinan (Cunningham, Mac Donald & Gant, 1995) Mekanisme Persalinan adalah proses keluarnya bayi dari uterus ke dunia luar pada saat persalinan. Gerakan utama pada Mekanisme Persalinan : 1. Engagement · Diameter biparietal melewati PAP · Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan · Multipara terjadi permulaan persalinan · Kebanyakan kepala masuk PAP dengan sagitalis melintang pada PAP-Flexi Ringan. 2. Descent (Turunnya Kepala) · Turunnya presentasi pada inlet Disebabkan oleh 4 hal : a. Tekanan cairan ketuban b. Tekanan langsung oleh fundus uteri c. Kontraksi diafragma dan otot perut (kala II) d. Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus. · Synclitismus dan Asynclitismus § Synclitismus q Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat antara symplusis dan promotorium. q Os Parietal depan dan belakang sama tinggi. § Asynclitismus Jika Sutura sagitalis agak ke depan mendekati symplusis atau agak kebelakang mendekati promotorium. q Asynclitismus Posterior Sutura sagitalis mendekati simplusis, Os parietal belakang lebih rendah dari Os parietal depan. q Asynclitismus Anterior Sutura sagitalis mendekati promotorium sehingga Os parietal depan > Os parietal belakang. 3. Flexion Majunya kepala ® mendapat tekanan dari servix, dinding panggul atau dasar panggul ® Flexi (dagu lebih mendekati dada). Keuntungan : Ukuran kepala yang melalui jalan lahir lebih kecil (D. SOB = 9,5 cm) ® Outlet. 4. Internal Rotation · Bagian terrendah memutar ke depan ke bawah symphisis · Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir (Bidang tengah dan PBP) · Terjadinya bersama dengan majunya kepala · Rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar panggul.
5. Extension · Defleksi kepala · Karena sumbu PBP mengarah ke depan dan atas · Dua kekuatan kepala § Kekuatan kedepan atasMendesak ke bawah § Tahanan dasar panggul menolak ke atas · Setelah sub occiput tertahan pada pinggir bawah symphisis sebagai Hypomoclion ® lahir lewat perinium = occiput, muka dagu. 6. External Rotation · Setelah kepala lahir ® kepala memutar kembali ke arah panggul anak untuk menghilangkan torsi leher akibat putaran paksi dalam · Ukuran bahu menempatkan pada ukuran muka belakang dari PBP. 7. Expulsi · Bahu depan di bawah symphisis ® sebagai Hypomoklion ® lahir ® bahu belakang, bahu depan ® badan seluruhnya. A KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERSALINAN FISIOLOGIS. Dalam melaksanakan asuhan keparawatan pada klien dengan persalinan fisiologis, penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan dengan langkah langkah; pengkajian data,diagnosa , perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang dilaksanakan secara sistematis dan berkelanjutan. 2.2.1. Pengkajian. 1) Pengumpulan data. (1) Biodata meliputi: Nama agar dapat lebih mudah memanggil, mengenali klien antara yang satu dengan yang lain agar tidak keliru. Umur mengetahui usia ibu apakah termasuk resiko tinggi / tidak. Pendidikan pemberian informasi yang tepat bagi klien. Penghasilan mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien. Pada pesalinan fisiologis biodta didapatkan; Umur dalam kategori usia subur (15 – 49 tahun). Bila didapatkan terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atauterlalu tua (lebih dari 35 tahun) merupakan keompok resiko tinggi. (Depks RI, 1993: 65). (2) Keluhan Utama. Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, adanya his yang makin sering, teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu ingin buang air kemih, bila buang air kemih hanya sedikit- sedikit (Cristina’s Ibrahim, 1993,7). (3) Riwayat penyakit sekarang . Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan anatara 38 – 42 minggu (Cristina’s Ibrahim, 1993,3) disertai tanda -tanda menjelang persalinan yaitu nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering, tertaur, kuat, adanya show (pengeluaran darah campur lendir).kadang ketuban pecah dengan sendirinya. (Ida Bagus Gde Manuaba, 1998; 165). (4) Riwayat penyakit dahulu. Adanya penyakit jantung, Hypertensi, Diabitus mielitus, TBC, Hepatitis, penyakit kelamin, pembedahan yang pernah dialami, dapat memperberat persalinan. (Depkes RI, 1993:66).
(5) Riwayat penyakit keluarga. Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabitus mielitus, keturunan hamil kembar pada klien, TBC, Hepatitis, Penyakit kelamin, memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien, sehingga memperberat persalinannya. Depkes RI, 1993,66). (6) Riwayat Obstetri. v Riwayat haid. Ditemukan amenorhhea (aterm 38- 42 minggu) (Cristina’s Ibrahim, 1993,3), prema tur kurang dari 37 minggu (D.B. Jellife, 1994:28). v Riwayat kebidanan. Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah, daan lain-lain. Pada primigravida persalinan berlangsung 13-14 jam dengan pembukaan 1cm /jam, sehingga pada multigravida berlangsung 8 jam dengan 2 cm / jam (Sarwono Prawirohardjo, 1999,183). (7) Riwayat psikososialspiritual dan budaya. Perubahan psikososial pada trimester I yaitu ambivalensi, ketakutaan dan fantasi . Pada trimester II adanya ketidak nyamanan kehamilan (mual, muntah), Narchisitik, Pasif dan introvert. Pada trimester III klien merasa tidak feminin lagi karena perubahan tubuhnya,ketakutan akan kelahiran bayinya,distress keluarga karena adaanya perasaan sekarat selama persalinan berlangsung (Sharon J Reeder Et all, 1987: 302). (8) Pola Kebutuhan sehari-hari. v Nutrisi. Adanya his berpengaruh terhadapkeinginan atau selera makan yang menurun. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 405). v Istirahat tidur. Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung pada letak punggung anak,klien sulit tidur terutama kala I – IV. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,192). v Aktivitas. Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, tidak mebuat klien cepat lelah, capai, lesu. Pada kala I apabila kepala janin telah masuk sbagian ke dalam PAP serta ketuban pecah, klien dianjurkan duduk / berjalan-jalan disekitar ruangan / kamar bersalin. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,192). Pada kala II kepala janin sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi miring ke kanan / kiri . (Sarwono Prawirohardjo, 1999,195). v Eliminasi. Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan proses persalinan (Chritina‖s Ibrahim, 1993:7). Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 406). v Personal Hygiene. Kebersihan tubuih senantiasa dijaga kebersihannya. Baju hendaknya yang longgar dan mudah
dipakai, sepatu / alas kaki dengan tumit tinggi agar tidak dipakai lagi. (Sarwono Prawirohardjo, 1999,160). v Seksual. Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual / fungsi dari sek yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 285). (9) Pemeriksaan. v Pemeriksaan umum meliputi: · Tinggi badan dan berat badan. Ibu hamil yang tinggi badanya kurang dari 145 cm terlebih pada kehamilan pertama, tergolong resiko tinggi karena kemungkinan besar memiliki panggul yang sempit. Berat badan ibu perlu dikontrol secara teratur dengan peningkatan berat badan selama hamil antara 10 – 12 kg. ( Depkes RI, 19993: 67). · Tekanan Darah. Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak dilahirkan biasanya tekanan darah akan naik kira- kira 10 mmHg (Cristina’s Ibrahim, 1993,:45). · Suhu badan nadi dan pernafasan. Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan anatara 360-370 C, bila suhu lebih dari 375C dianggap ada kelainan. Kecuali bagi klien setelah melahirkan suhu badan 375C- 378C masih dianggap normal karena kelelahan. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:46). Keada an nadi biasanya mengikuti keadaan suhu, Biola suhuu naik keadaan nadi akan bertambah pula dapat disebabkan karena adanya perdarahan. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:46). Pada klien yang akan bersalin / bersalin pernafasanannya agak pendek karena kelelahan, kesakitan dan kar ena membesarnya perut (Cristina’s Ibrahim, 1993,:45), pernafasan normal antara 80 – 100 X / menit, kadang meningkat menjadi normal kembali setelah persalinan, dan diperiksa tiap 4 jam. 2) Pemeriksaan fisik. (1) Kepala dan leher. Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva kadang pucat, sklera kuning, hiperemis ataupun normal, hidung ada polip atau tidak, caries pada gigi, stomatitis, pembesaran kelenjar. ( Depkes RI, 19993: 69). (2) Dada. Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya hiperpigmentasi areola dan papila mamae serta ditemukan adanya kolustrum. ( Depkes RI, 1993: 69). (3) Perut. Adanya pembesaran pada perut membujur, hyperpigmentasi linea alba / nigra, terdapat striae gravidarum. ( Depkes RI, 1993: 70). Palpasi : usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus xypoideus, usia kehamilan prematur pertengahan pusat dan prosesus xypoideus, punggung kiri / punggung kanan , letak kepala, sudah masuk PAP atau belum. Adanya his yang makin lama makin ser ing dan kuat. (Cristina’s Ibrahim, 1993,: 7).
Auskultasi : ada / tidaknya DJJ,frekwensi antara 140 – 160 x / menit . (Depkes RI, 1993: 75). (4) Genetalia Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban. Bila terdapat pengeluaran mekonium yaitu feses yang dibnetuk anak dalam kandungan, menandakan adannya kelainan letak anak. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:50). Pemeriksaan dalam untuk mengetahui jauhnya dan kemajuan persalinan, keadaan servic, panggul serta keadaan jalan lahir.(Depkes RI, 1993: 76). (5) Ekstremitas. Pemeriksaan udema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karena pre eklamsia atau karena karena penyakit jantung / ginjal. (Cristina’s Ibrahim, 1993,:47). Ada varices pada ekstremitas bagian bawah karena adanya penekanan dan pembesaran uterus yang menekan vena abdomen (Sharon J Reeder Et all, 1987: 412). 3) Pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan darah meliputi haemoglobin, faktor Rh, Jenis penentuan, waktu pembekuan, hitung darah lengkap, dan kadang-kadang pemeriksaan serologi untuk sifilis. (Persis Mary Hamilton, 1995: 151). 2.2.2. Diagnosa Keperawatan. 1) Kala I (Sharon J Reeder Et all, 1987: 476). (1) Perubahan perfusi jaringan : peredaran darah ke plasenta, secundair terhadap posisi ibu selama proses persalinan. (2) Defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan intake cairan. (3) Perubahan membran mukosa berhubungan dengan pernafasan mulut. (4) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan pembatasan intake selama proses persalinan. (5) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan kontraksi uterus . (6) Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilitas selama proses persalinan. (7) Perubahan pola istirahat tidur berhubungan dengan proses persalinan. (8) Inefektif koping individu berhubungan dengan ketidak mampuan relaksasi atau bernafas dengan benar. (9) Defisit pengetahuan berhubungan dengan perubahan peran. (10) Inefektif koping individu / keluraga berhubungan dengan masuk rumah sakit selama proses persalinan. (11) Inefektif koping keluarga berhubungan dengan nyeri yang dirasakan klien. 2) Kala II (Sharon J Reeder Et all, 1987: 478). (1) Inefektif koping individu berhubungan dengan proses fisik selama proses persalianan. (2) Takut berhubungan dengan lingkungan baru. (3) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus. 3) Kala III dan IV. (Sharon J Reeder Et all, 1987: 494). (1) Nyeri berhubungan dengan involusi uterus , episiotomi. (2) Resiko infeksi (Vagina, perinium) berhubungan dengan infeksi scundair bakteri sampai proses persalinan, persalinan dan episiotomi. (3) Perubahan pola istirahat tidur, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
(4) Perubahan peran berhubungan dengan kurangnya pengalaman, kurangnya model peran. Diagnosa Keperawatan Persalinan Tahap I (Fase Laten) : Kekuranagan volume cairan (resiko terhadap). Tujuan : Kebutuhan klien selam kala I terpenuhi. Kriteria Hasil : · Mukosa bibir tidak kering. · Klien tidalk merasa haus. · TTV : · Tekanan darah : 120 / 80 · Nadi : 80 – 88 x / menit. · Respirasi rate : 18 – 20 x / menit. · Suhu 365 – 37 0 C Tindakan / intervensi Rasional Mandiri : Pantau masukan / haluaran. Perhatikan berat jenis urine. Anjurkan klien untuk mengosongkan kandung kemih sedikitnya sekali setiap hari – 1,5 – 2 jam.
Pantau suhu setiap 4 jam, lebih sering bila tinggi. Pantau tanda-tanda vital / DJJ sesuai indikasi. Kaji produksi mukus, jumlah air mata dalam mata, turgor kulit. Berikan cairan jernih dan es batu sesuai izin. Kaji praktik budaya mengeni masukan.
Berikan perawatan mulit dan permen keras sesuai izin. Kolaborasi: Berikan bolus cairan parentral, sesuai indikasi.
Pantau kadar hematokrit. (Ht). Masukan dan haluaran harus diperkirakan sama, tergantung pada derjat hidrasi. Konsentrasi urine meningkat sesuai peningkatan haluaran urin dan waspada terhadap dehidrasi. Penurunan janin dapat diganggun bila kandung kemin distensi. Dehidrasi dapat menyebabkan peningkatan suhu, Teknan darah pernafasan dan detak jantung janin. Tanda tambahan dari hidrasi akuat atau terjadinya dehidrasi. Membantu meningkatkan hidrasi dan dapat menyediakan kalori. Beberapa budaya (mis, beberapa orang Afrika, penduduk bagian seltan Amerika Serikat) minum the khusus, meyakinkan mereka merangsang kemajuan persalinan secara kontinue,
Menurunkan ketidak nyamanan karena mulut kering. Mungkin diperlukan bila masukan oral tidak adekuat atau terbatas. Bertindak sebagai oengaman dalam kejadian dehidrasi atau hemoragi, mengatasi beberapa efek negatif dari anestesia atau anlgesia. Ht meningkat sesuai penurunan komponen plasma pada adanya dehidrasi berat. Diagnosa Keperawatan Persalinan Tahap I (Fase Aktif) : Nyeri. Tujuan: Klien dapat beradaptasi terhadap nyeri pada kala pembukaan . Kitreria hasil: · Ibu tampak tenang diantara kontraksi. · Ibu tidak teriak oleh konstraksi datang. · Ibu mengatakan nyeri tapi masih bisa mengontrol nyeri. Tindakan / intervensi Rasional Mandiri: Kaji derajat ketidak nyamanan melalui isyarat verbal dan non verbal; verbal; perhatikan pengaruh budaya pada respons nyeri Bantu dalam penggunaan tehnik pernafasan / relaksasi yang tepat dan pada masase abdomen.
Bantu tindakan kenyamanan (mis; gosokan punggung/kaki, tekanan sakral, istirahat punggung, perawatan mulut, perubahan posisi, perawatan perineal dan pertukaran linen).
Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam. Palpasi di atas simfisi pubis untuk menentukan distensi, khususnya setelah blok saraf.
Berikan informasi tenang ketersediaan analgeia, rspons/efek samping biasanya (klien dan janin), dan durasi efek analgetik pada lampu atau sitiuasi penyerta.
Dukung keputusan klien tentangmenggunakan atau tidak menggunakan obat-obatan dengan cara yang tidak menghakimi. Lanjutkan dorongan untuk upaya dan penggunaan tehnik relaksasi.
Instruksikan klien dalam menggunakan analgesik yang dikontrol klien, pantau caranya menggunakan. Hitung waktu dan catat frkwensi, intensitas, dan durasi pola konstraksi uterus setiap 30 menit. Kaji sifat dan jumlah tampilan vagina, dilatasi servival, penonjolan, lokasi janin dan penurunn janin.
Berikan tindakan pengamanan, mis, anjrkan klien untuk bergerak dengn perlahan, memperthankan penghalang tempat tidur setelah pemberian obat dan sokong kki selama pemindahan. Kaji tekanan darah dan nadi setiap 1-2 menit setelah injeksi regional selama 15 menit pertama, kemudian setiap 10 – 15 menit untuk sis waktu persalinan. Posisikan pada posisi miring kiri dengan kepala datar dan kaki ditinggikan , atau meninggikan lutut dan mengubah posisi uterus secara manual ke kiri sesuai indikasi.
Libatkan klien dalam prcakapan untuk mengkaji sensori, pantau pola pernafasan dan nadi.
Kaji terhadap kehangatan, kemerahan pada ibu jari atau bantalan kaki dan distribusi seimabang dari obat spinal. Kolaborasi: Berikan analgesik seperti alfaprodin hidroklorida(Nisentil) atau meperidin hidroklorida (Demerol) dengan kekuatan tranquilizer dengan IV atau IM yang dalam di antara kontraksi, bila diindikasikan.
Lakukan atau bantu dengan blok paraservical bila serviks dilatasi 4-5 cm. (anastesi dapat diberikandalam dosis tunggal atau secara kontinu dengan menggunakan indwelling kateter). Berikan oksigen dan tingkatkan masukan cairan biasa bila tekanan sistolik turun di bawah 100
mmHg atau turun lebih dari 30 % di bawah tekanan dasar. Pantau DJJ secara elektrolik, dan catat penurunan variabilitas atau bradicardia. Dapatkan sample kulit kepala janin bila bradikardia menetap selama 30 menit atau lebih. Berikan bolus IV 500 – 1000 ml dari larutan Ringer Laktat tepat sebelum pemberian blok peridural. Berikan anestesi blok peridural, epidural atau kaudal dengan menggunakan kateter indwelling.
Berikan soksinilkolin klorida dan bantu dengan intubasi bila terjadi kejang. Tindakan dan reaksi nyeri adalah individual dan berdasarkan pengalaman masa lalu, memahami perubahan fisiologis, dan latar belakang budaya. Dapat memblok impuls nyeri dalam korteks serebral memlalui respons kondisi dan stimulasi kutan. Memudahkan kemajuan persalinan normal. Meningkatkan relaksasi dan higiene; meningkatkan perasaan sejahtera (Catatan posisi miring kiri menurunkan tekanan uterus pada vena kava, tetapi pengubahan posisi secara periodik mencegah iskemia jaringan dan / atau kekakuan otot dan meningkatkan kenymanan. Mempertahankan kandung kemih bebas distensi, yang dapat meningkatkan ketidak nyamanan, mengakibatkan kemungkinan trauma, mempengaruhi penurunan janin, dan meperlama persalinan. Analgesia epidural atau paraservical dapat mempengaruhi sensasi penuh. Memungkinkan klien membuat pilihan persetujuan tentang cara pengontrolan nyeri. (Catatan: Bila tindkan konservatif tidak efektif dan meningkatkan tegangan ototo meghalangi kemajuan persalinan, penggunaan medikasi yang minimal dapat meningkatkan rlaksasi, memperpendek persalinan, membatasi keletihan, dan mencegah komplikasi). Membantu menurunkan perasaan gagal pada klien / pasangan yang telah mengantisipasi kelahiran yang tidak diobati dan tidak mengikuti rencana tersebut. Meningkatkan rasa kontrol dan dapat mencegah /menurunkan kebutuhan medikasi. Memungkinkan klien untuk mengatur kontrol nyerinya sendiri, biasanya dengan sedikit medikasi. Memantau kemajuan persalinan dan memberikan informasi untuk klien. (catatan: Agens anastetik dapat mengubah pola kontraksi uterus). Dilatasi servical seharusnya ,2 cm/jam pada nulipara dan 1,5 cm/jam pada multi para, tampilan vagina meningkat dengan turunnya janin. Pilihan dan waktu pemberian obat dipengaruhi oleh drajat dilatasi dan pola kontraksi. Anestesi blok regional menghasilkan paralisis vasomotor, sehingga gerakan tiba-tiba dapat mencetuskan hipotensi, Analgetika mengubah persepsi, dan klien dapat jatuh karena mencoba turun dari tempat tidur.
Hipotensi maternal, efek samping paling umum dari anastesi blok regional, dapat mempengaruhi oksigenasi janin. Hipotensi telentang dapat terjadi karena posisi litotomi selama pemberian anestesi paraservical. Posisi miring kiri meningkatkan aliran balik vena dan meningkatkan sirkulasi plasenta, Kaji variabelitas DJJ. Agens seperti bupivakiain (Macaine) dan Kloroprokain hidroklorida (Nesacaine) mempunyai efek kecil pada variabilitas DJJ; perubahan harus diselidiki secara seksama. (Catatan: Risiko berkenaan dengan anestesi kaudal meliputi perforasi kulit kepala janin, serta rectum ibu). Respon toksik sistemik dengan perubhan sensori terjadi bila obat diabsorbsi ke dalam sistem vasculair. Perubahan sensori dapat juga menjadi indikator awal dari terjadinya hipoksia. Gangguan fungsi pernafasan terjadi bila analgesia terlalu tinggi menimbulkan paralisis diafragma. Meyakinkan penempatan kateter yang tepat untuk kontinuitas blok dan kadar yang adkuat dari agens anestesi. Rute IV disukai karena menjamin pemberian analgetik lebih cepat dan absorbsi seimbang. Medikasi diberikan dengan rute IM memerlukan sampai 45 menit untuk mencapai kadar plasma adekuat, dan ambilan maternal mungkin bervariasi, khususnya bila obat dinjeksikan ke dalam lemak subcutan sebagai pengganti otot. Menganastesi pleksus hipogstrik inferior dan ganglia, memberikan kelegaan selama dilatasi servic. (catatan: Blok paraservical dapat menyebabkan bradikardia janin berat). Meningkatkan volume cairan sirkulasi, perfusi plasenta, dan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin. Bradikardia dan penurunan variabilitas janin adalah efek samping yang biasa dari blok paraservical. Efek samping ini dapat mulai 2 – 10 menit setelah pemberian anatetik dan dapat berakhir selama 5 – 10 menit. Peningkatan kadar cairan sirkulasi membantu mencegah efek samping hipotensi berkenaan dengan blok. Memberikan kelegaan bila persalinan aktif ditentukan, penguatan melalui kateter memberikan kenyamanan terus menerus selama melahirkan. Analgesia ini tidak mengganggui aktivitas uterus dan/ atau refleks Ferguson. Ini merelaksasikan servicks dan mempermudah proses persalinan, tetapi dapat mengubah rotasi janin internal dan menurunkan kemampuan klien untuk mengejan bila diperlukan. Reaksi toksik sistemik pada anastetil epidural dapat mengubah sendorium ataiu menyebabkan kejang bila obat diabsorbsi ke dalam sistem vasculair. Dignosa Keperawatan Persalinan Tahap II (Pengeluaran) : Nyeri akut. Tujuan : Ibu dapat beradaptasi terhadap nyeri akibat his persalinan. Kriteria Hasil: · Ibu dapat mengejan dengan benar, · Ibu tampak lebih tenang. · Ibu istirahat diantara kontraksi. Tindakan / intervensi Rasional. Mandiri: Identifikasi derajat ketidak nyamanan dan sumbernya.
Berikan tindakan kenyamanan seperti perawatan mulut, perawatan . masase perineal, linen dan pembalut yang bersih dan kering, lingkungan sejuk (680sampai 720 F), kain sejuk lembab untuk wajah dan leher, atau kompres panas pada perineum, atau punggung sesuai kebutuhan. Berikan informasi pada klien / pasangan tentang tipe anstesia yang tersedia pada tahab ini khususnya untuk situasi melahirkan (mis, anestetik lokal, subaraknoid, atau blok pudendal, penguatan epidural atau kaudal) atau Stimulasi saraf elektrikal Transkutan (TENS). Tinjau ulang keuntungan / kerugian dengan tepat.
Pantau dan catat aktivitas uterus pada setiap kontraksi.
Berikan informasi dan dukungan yang berhubungan dengan kemajuan persalinan.
Anjurkan klien/pasangan untuk mengatur upaya untuk mengejan dengan spontan, daripada dilakukan terus - menerus, mendorong selama kontraksi. Tekankan pentingnya menggunakan obat abdomen dan merelakskan dasar pelviks.
Pantau penonjolan perienal dan rektal, pembukaan muara vagina dan tempat janin.
Bantu klien dalam memilih posisi optimal untuk mengejan; (Misalnya jongkok atau rekumben lateral, posisi semifowler (ditinggikan 30 – 60 derajat), atau penggunaan kursi melahirkan. Kaji keefektifan upaya untuk mengejan; bantu klien untuk merelakskan semua otot dan beristirahat di antara kontraksi.
Pantau tekanan darah (TD) dan nadi ibu, dan DJJ. Perhatikan reaksi merugikan yang tidak biasanya terhadap obat-obatan, seperti reaksi antibodi-antigen, paralisis pernafasan, atau blok spinal. Catat reaksi merugikan seperti mual, muntah, retensi urine, pelambatan depresi pernafasan dan pruritus pada wajah, mata atau mulut.
Kolaborasi
Kaji kepenuhan kandung kemih. Kateterisasi diantara kontraksi bila distensi terlihat dan klien tidak mampu menghindari. Dukung dan posisikan blok sedal atau anestesi spinal, lokal, pudendal sesuai indikasi Anestesi lokal : Bantu sesuai kebutuhan pada pemberian anestesi lokal sebelum episiotomi. Mengklasifikasikan kebutuhan, memungkinkan intervensi yang tepat. Meningkatkan kenyamanan psikologis dan fisik, memungkinkan klien menfokuskan pada persalinan dan menurunkan kebutuhan terhadap analgesia atau anastesia.
Meskipun klien yang mengalami stress persalinan dan tingkat ketidaknyamanan dpat mempengaruhi ketrampilan pembuatan keputusan noemal., ia masih memerlukan kontrol dan membuat keputusan persetujuan sendiri berkenaan dengan anstesia. (catatan: Pilihan blok radiks saraf harus dibatasi pada situasi rumah sakit dimana peralatan kedaruratan tersedia). Memberikan informasi/dokumentasi legal tentang kemajuan kontinu; membantu mengidentifikasi pola kontraksi abnormal, memungkinkan pengkajian dan intervensi segera. Pertahankan supaya pasangan tetap mendapatkan informasi tentang perkiraan kelahiran; menguatkan bahwa upaya-upaya yang dilakukan itu b erarti dan ―akhirnya sudah terlihat.‖ Anastetik dapat mengganggu kemampuan klien untuk merasakan sensasi berkenaan dengan kontraksi, mengakibatkan mengejan tidak efektif. Upaya mengejan spontan yang bukan terus – menerus menghindari efek negatif dari Valsava manuver berkenaan dengan penurunan kadar oksigen ibu dan janin. Relaksasi dasar pelviks menurunkan tahanan untuk upaya mendorong, memaksimalkan upaya untuk mengeluarkan janin. Pemutaran anal ke arah luar dan penonjolan perineal terjadi saat verteks janin turun, menandakan kebutuhan untuk persiapan kelahiran. Posisi yang tepat dengan relaksasi jaringan perineal mengoptimalkan upaya mengejan, memudahkan kemajuan persalinan, menurunkan ketidaknyamanan dan menurunkan kebutuhan terhadap penggunaan forsep. Relaksasi komplit di antara kontraksi meningkatkan istirahat dan membantu membatasi regangan/kelelahan otot. Hipotensi ibu disebabkan oleh penurunan tahanan perifer saat percabangan vaskuler dilatasi adalah reaksi merugikan yang utama terhadap blok peridual atau subaraknoid. Hipoksia janin atau bradikardia mungkinterjadi, karena penurunan sirkulasi dalam bagian plasenta ibu. Reaksi merugikan yanglain setelah pemberian anastetik spinal atau peridural, khususnya bila morfin digunakan
Meningkatkan kenyamanan, memudahkan turunnya janin,dan menurunkan risiko trauma kandung kemih yang disebabkan oleh bagian presentasi janin. Posisi yang tepat menjamin penenpatan tepat dari obat-obatan dan membantu mencegah komplikasi. Menganestesi jaringan perineal lokal untuk memperbaiki tujuan. Diagnosa Keperawatan Persalinan Tahap III (Pengeluaran Plasenta) : Perubahan peran berhubungan dengan kurangnya model peran. Tujuan : klien dapat berperan sebagai ibu setelah kelahiran bayinya. Kriteria Hasil : Ibu ingin didekatkan dengan bayinya. Ibu mengatakan ingin merawat anaknya sendiri. Tindakan / intervensi Rasional. Fasilitasi interaki antara klien dan / pasangan dan bayi baruy lahir sesegera mungkin setelah melahirkan.
Berikan klein dan ayah kesempatan untuk menggendong bayi dengan segera setelah kelahiran bila kondisi bayi stabil.
Tunda penetesan salep profilaksis mata (mengandung eritomisin atau tetrasiklin) sampai klien / pasangan dan bayi telah berinteraksi. Membantu mengembangkan ikatan emosi sepanjang hidup di antara angota keluarga. Ibu dan bayi mempunyai periode yang sangat sensitif pada waktu di mana kemampuan interaktif ditingkatkan. Kontak fisik dini membantu mengembangkan kedekatan. Ayah juga lebih mungkin untuk berpartisipasi dalam aktivitas merawat bayi dan merasa ikatan emosi lebih kuat bila mereka secara aktif terlibat dengan bayi segera setelah kelahiran. Memungkinkan bayi untuk membuat kontak mata dengan orangtua dan secara aktif berpartisipasi dalam interaksi, bebas dari penglihatan kabur yang disebabkan oleh obat. http://wwwlestari.blogspot.com/2009/05/askep-persalinan-normal.html
ASUHAN KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pelepasan dan pengeluaran placenta dan selaput janin dari tubuh ibu. 1. TAHAP PERTAMA PERSALINAN
Proses persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan di akhiri dengan dilatasi serviks lengkap. Perawatan dimulai ketika wanita melaporkan hal-hal berikut : - awitan kontraksi uterus yang progresif, teratur, yang meningkat kekuatan, frekuensi dan durasi. - Rabas vagina yang mengandung darah ( bloddy show ) - Rabas cairan dari vagina ( selaput ketuban pecah spontan ) 1. PENGKAJIAN
Pengkajian dimulai saat pertamakali kontak dengan klien. Pertama yang dikaji apakah wanita tersebut sudah mengalami persalinan sejati dan harus masuk ke rumah sakit. Perbedaan persalinan sejati dan persalinan palsu Persalinan sejati kontraksi
Berlangsung teratur, semakin kuat, lama dan semakin sering Intensitas meningkat saat ibu berjalan Dirasakan di punggung bawah, menjalar ke bagian bawah abdomen Terus berlangsung meskipun berbagai cara dilakukan untuk membuat wanita nyaman
serviks
Menunjukkan perubahan yang progresif ( melunak, menipis dan dilatasi di tandai dengan pengeluaran darah yang banyak ) Semakin bergerak ke posisi anterior, tidak dapat ditentukan tanpa pemeriksaan dalam
janin
Bagian presentasi biasanya telah masuk ke dalam panggul sering disebut janin ― jatuh ― ( lightening ). ini membuat wanita lebih mudah bernapas dan pada saat yang sama, kandung kemih tertekan akibat tekanan ke bawah oleh bagian presentasi
Persalinan palsu kontraksi
Berlangsung tidak teratur atau menjadi teratur hanya untuk sementara Dirasakan pada bagian belakang atau pada abdomen diatas pusat Sering kali berhenti saat ibu berjalan atau mengubah posisi Seringkali dapat dihentikan jika dilakukan tindakan untuk membuat wanita menjadi nyaman
serviks
Mungkin lunak, tapi tidak ada perubahan signifikan dalam penipisan atau dilatasi atau tidak ada bukti bloddy show Sering berada pada posisi posterior, tidak dapat diketahui tanpa pemeriksaan dalam
janin
Bagian presentasi biasanya belum masuk kedalam panggul.
Pengkajian merupakan prioritas utama. Perawat akan mengkaji system secara rinci melalui wawancara, pengkajian fisik, dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan status persalinan wanita.
Formulir penerimaan
Dapat memberi perawat arahan untuk memperoleh informasi penting dari seorang wanita yang akan melahirkan. Sumber informasi tambahan dapat diperoleh dari : 1. Catatan prenatal
Perawat yang bertugas di bagian penerimaan meninjau kembali catatan prenatal untuk mengidentifikasi kebutuhan dan resiko individual wanita itu. Apabila wanita itu tidak menjalani perawatan prenatal, gali alasan yang mendasari hal tersebut. Apabila wanita itu merasa tidak nyaman, perawat sebaiknya mengajukan pertanyaan di antara kontraksi, ketika wanita itu dapat berkonsentrasi dengan lebih baik. Apabila ini bukan persalinan dan pengalaman melahirkan pertama, penting bagi wanita itu untuk mencatat karakteristik pengalaman sebelumnya. 2. Wawancara
Keluhan atau alasan utama wanita datang ke rumah sakit di tentukan dalam wawancara. Keluhan utama dapat berupa‖kantong airnya‖ pecah dengan atau tanpa kontraksi. Wanita di minta untuk mengingat kembali peristiwa pada hari-hari sebelumnya. Ia diperiksa untuk melihat tanda – tanda prodromal persalinan dan awal terjadinya kontraksi yang teratur. Ia diminta untuk menjelaskan hal-hal berikut : - Frekuensi dan lama kontraksi - Lokasi dan karakteristik rasa tidak nyaman akibat kontraksi (mis., sakit pinggang, rasa tidak enak pada suprapubis) - Menetapnya kontraksi meskipun terjadi perubahan posisi saat ibu berjalan atau berbaring
- Keberadaan dan karakter rabas atau show dari vagina - Status membran amnion, misalnya rembesan cairan apabila diduga cairan amnion telah keluar, tanyakan tanggal dan jam pertama kali cairan keluar, tanyakan juga warna cairan. Seringkali pemeriksaan dengan speculum steril dan tes nitrazin ( PH ) atau tes pakis ( fern test ) dapat memastikan membrane telah pecah atau belum. Bloddy show dibedakan dari pendarahan karena show berwarna merah muda dan terasa lengket karena berlendir. Mula-mula show yang keluar sedikit, lama kelamaan bertambah banyak seiring penipisan dan dilatasi serviks. Untuk mengetahui status pernapasan wanita perawat menanyakan apakah wanita menderita ― pilek ― atau gejala- gejala yang berkaitan dengan pernapasan, ― hidung tersumbat ― sakit tenggorok atau batuk. Kaji kembali adanya alergi terhadap obat yang diberikan secara rutin seperti meperidin ( Demerol ) atau lidokain ( Xylocaine ). Respon alergi dapat menyebabkan pembengkakan selaput lender pada system pernapasan. Muntah dapat menyebabkan komplikasi pada suatu persalinan normal.
Perawat juga perlu menyiapkan wanita untuk menghadapi kemungkinan perubahan rencana . permintaan pada rencana persalinan dapat berupa memilih orang yang akan menemaninya pada saat bersalin, mengenakan pakaian sendiri, membawa bantal, mendengar musik, membuat video persalinan dan melahirkan, memilih metode pereda nyari, posisi melahirkan, membiarkan ayah memotong tali pusat, dan segera menyusui bayi setelah melahirkan ( Myles, 1989 ). 3. Factor-faktor psikososial
Ø Interaksi verbal Apakah wanita bertanya, meminta apa yang diperlukan, berbicara pada orang-orang yang mendukungnya, berbicara dengan bebasatau hanya berespon saja. Ø Bahasa tubuh Apakah tampak santai, tingkat kecemasan, pendukungnya,posisinya kaku atau berbaring, keletihannya dan banyak istirahat yang dilakukannya, dimana pasangannya duduk, Ø Kemampuan persepsi Apakah ia memahami apa yang perawat katakana ?hambatan dalam bahasa?dapatkah ia mengulang kembali apa yang disampaikan?dsb. Ø Tingkat ketidaknyamanan Sejauh mana wanita itu mengekspresikan apa yang dialami?reaksinya terhadap kontraksi, tandatanda non verbal dari nyeri yang dialami.
§ Stres dalam persalinan Tanggungjawab perawat terhadap wanita yang sedang bersalin adalah menjawab pertanyaan atau berupa mencari jawaban untuknya, memberi dukungan , merawat klien bersama dengan orang yang diinginkan wanita itu menjadi penasihatnya. 4. Faktor budaya
Adalah penting untuk mengetahui latar belakang etnik/ budaya wanita untuk mengantisipasi intervensi perawatan yang mungkin perlu ditambahkan atau duhilangkan dalam rencana perawatan individu. § Wanita yang tidak berbahasa Indonesia dalam persalinan Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan kepadanya. Ini dapat dan sering terjadi pada wanita yang tidak berbahasa Indonesia ( Bentz, 1980 ). Hal ini menimbulkan stress pada tingkat tertentu. Masalah pada wanita yang tidak berbahasa Indonesia ini akan semakin berat karena mereka seringkali merasa sangat bingung untuk mengatasi keadaan mereka. Kadang-kadang mereka membawa pendukung yang berkomunikasi dalam berbahasa Inggris bersama mereka. § Kapan mulai dirawat Kontraksi yang terasa kuat dan teratur tetapi bukan merupakan kontraksi persalinan sejati karena tidak menyebabkan dilatasi serviks.akan tetapi, jika wanita itu tinggal jauh dari rumah sakit, ia dapat masuk ke rumah sakit pada awal persalinan. 5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan awal menentukan waktu dimulainya persalinan sejati. Hasil pemeriksaan merupakan dasar pengkajian kemajuan persalinan, pengetahuan tentang kehamilan, pemeriksaan awal yang cermat, dan pengamatan kemajuan kehamilan merupakan hal-hal yang penting selama proses persalinan. Contoh pengkajian minimal pasien bereiko rendah pada tahap pertama persalinan Pengkajian frekuensi
Tekanan darah setiap 1 jam Denyut nadi setiap 1 jam Suhu setiap 4 jam, setiap 2 jam ketika ketuban pecah
aktivitas rahim setiap 1 jam sampai aktif setiap 30 menit jika aktif masukan dan haluaran setiap 8 jam, dipstick urine untuk protein, keton setiap berkemih distensi kandung kemih setiap 1 jam show setiap 1 jam denyut jantung janin setiap jam pada tahap laten,setiap 30 menit pada tahap aktif,jika ketuban pecah periksa dalam jika diperlukan untukmengetahui kemajuan persalinan 1. untuk memastikan perubahan saat gejala muncul ( mis, kekuatan, durasi, peningkatan jumlah show, ketuban pecah, wanita merasakan tekanan pada rectum 2. untuk menentukan apakah dilatasi danpenurunan kepala telah cukup supaya klien dapat diberi analgesi atau anastesi 3. untukmengkaji kembali kemajuan jika persalinan berlangsung lebih lama dari yang diperkirakan 4. untuk menetukan stasiun bagian presentasi 6. Pengkajian system umum
Pengkajian system secara singkat perlu dilakukan oleh perawat, termasuk pemeriksaan jantung,paru-paru, dan kulit. Adanya edema di tungkai, di muka, di tangan dan refleks tendon dalam. 6.1. Perasat leopold (palpasi abdomen)
Setelah berada di tempat tidur, perawat memintanya untuk bernaring telentang sebentar sehingga perawat dapat melakukan perasat leopold (prosedur 21-1). Perasat ini memberi petunjuk mengenai (1) jumlah janian, (2) bagian presentasi, letak dan sikap janin, (3) seberapa jauh penurunan janian kedalam panggul, dan (4) lokasi pmi dan ddj pada abdomen wanita.
6.2 Auskultasi denyut jantung janin
Penting bagi wanita untuk mengerti kaitan lokasi pmi djj dengan presentesi, letak dan posisi janin. Pengkajian resiko tinggi komplikasi persalinan dapat didiagnosis berdasarkan variasi factor-faktor ini. Pmi djj adalah tempat abdomen ibu, dimana djj paling keras terdengar. Tempat ini biasanya dipunggung janin. PMI juga membantu penentuan posisi janin. Pada presentasi verteks, djj terdengar dibawah umbilicus ibu, baik paa kuadran bawah kiri atau kanan abdomen. Pada presentasi sunsang, djj terdengar di atas umbilicus ibu. Dengan turunnya janin dan terjadinya rotasi dalam, djj terdengar pada tempat yang lebih rendah dan lebih dekat ke garis tengah abdomen ibu. 6.3 Pengkajian kontaksi uterus
Karakteristik umum persalinan yang efektif adalah aktifitas uterus yang teratur. Aktivitas uterus tidak langsung berkaiatan dengan kemajuan persalinan. Ada beberapa metode yang dipakai untuk mengkaji kontraksi uterus. Metode-metode itu adalah gambaran subjektif wanita, palpasi dan pencatatan waktu oleh klinis dan peralatan minitor elektronik. Setiap kontraksi menunjukkan pola seperti gelombang. Kotraksi dimulai dengan peningkatan perlahan- lahan (―peningkatan‖ kontraksi dari sebelumnya), secara bertahap mencapai puncak (tertinggi), dan kemudian menurun dengan lebih cepat (penurunan, ―menurunya‖ kontraksi). Kemudian diikuti interval periode istirahat (tekanan intrateurin 8 sampai 15 mmhg), yang meningkatkan kembali saat kontraksi sebelumnya dimulai. Karakteristik berikut menjelaskan kontraksi uterus : Frekuensi seberapa sering kontraksi uterus terjadi; periode waktu antara awal sesuatu
Kontrasi berikutnya atau dari puncak ke puncak. Intensitas kekuatan kontraksi yang paliang besar. Durasi periode waktu antara awal dan akhir sesuatu kontraksi Tonus istirahat ketegangan otot iterus diantara kontraksi
Cara yang paling sering dugunakan untuk mengukur kontraksi uterus adalah palpasi atau pemantauan aktifitas listrik eksternal dan internal. Apabila seorang wanita masuk kedalam rumah sakit, biasanya dilakukan pementauan dasar untuk mengkaji kontraksi uterus dan djj selama 2030 menit. Frekuensi dan durasi kontaksi dapat ditentukan dengan menggunakan ketiga metode di atas dalam memantau aktifitas uterus. Palpasi adalah metode yang kurang akurat dalam menentukan intensitas kontraksi uterus. Istilah-istilah berikut dipakai untuk menggambarkan hal yang dirasakan selama palpasi :
Lemah fundus sedikit tegang dan mudah membentuk lekukan jika ditekan dengan ujung-ujung
jari. Moderat fundus keras dan sulit membentuk lekukan jika ditekan dengan ujung-ujung jari. Kuat fundus kaku, seperti karton dan hampit tidak mumngkin membentuk lekukan jika ditekan
dengan ujung-ujung jari. Pemantauan listrik ekternal memberi keterangan tentang kekuatan relative kontraksi. Pemantauan elektrolik internal adalah metode yang paliang dapat diandalkan dalam pengkajian kontraksi uterus. Pembahsan tentang aktivitas uterus harus dikaitkan dengan efek aktifitas uterus itu pada penipisan dan dilatasi servik dan pada penurunan bagian presentasi. Efek pada janin juga harus diperhatikan. Kemajuan persalinan dapat dengan efektif dilihat dari grafik, dimana dilatasi servik dan stasiun (penurunan) digambarkan. Grafik ini membantu untuk secara dini menemukan penyimpangan pada pola persalinan normal. Akan tetapi, rumah sakit seringkali mempunyai grafik rancangan sendiri, yang dipakai untuk mencatat hasil pengkajian persalinan. Grafik ini menjelaskan dilatasi derfik dan penurunannya. Grafik lain mengkin mencatat tanda-tanda vital, denyut jantung janin, dan aktifitas uterus. 6.4 Periksa Dalam
Pemeriksaan dalam memberi keterangan apakah seseorang wanita sudah memasuki persalian sejati dan memungkinkan pemeriksa menentukan apak selaput ketuban telah pecah. Persalinan dimulai dengan pecahnya ketuban secar spontan (SROM) pada hampir 25% wanita hamil aterm. Ada selang waktu, jarang melebihi 24 jam, yang mendahului awal persalinan. Pemeriksaan daral terdiri dari beberapa langkah berikut : Perawat mempersiapkan alat-alat yang diperlukan, termasuk sarung tangan steril sekali pakai, larutan atau jeli cair anti septic, dan sumber sinar (lampu). Perawat mempersiapkan wanita dengan menjelaskan prosedur dan menyelimutinya supaya terhindar dari udara dingin dan rasa malu. Wanita berada dalam posisi sedemikian rupa sehingga tidak terjadi sindrom hipotensi supinasi Perawat mencuci tangan dan mengenakan sarung tanga steril sesuai teknik aseptic. Perawat menjelaskan kepada wanita bahwa ia akan merasakan jari telunjuk dan jari tengah perawat masuk kedalam vaginanya. yang dikaji adalah hal-hal berikut - dilatasi dan penipisan serviks
- bagian, posisi, stasiun presentasi, dan apakah presentasi janian adalah verteks, apakah terdapat molase kepala. - Keadaan selaput utuh atau pecah - Tinja dan rectum 6.4.5 wanita dibantu untuk mendapat posisi yang nyaman dan perawat melaporkan serta mencatat dat-data diatas. 7. Pemeriksaan Laboratorium dan Dignostik
Perawat dapat mengantisipasi kebutuhan akan memperoleh data menegnai kesehatan wanita. Prosedur ini mudah dilakukan dan dapat memberi keterangan tentang status hidrasi (berat jenis, warna , jumlah), status gizi (keton), atau komplikasi yang mungkin terjadi, misalnya hipertnsi akibat kehamilan (protein). Hasinya dapat cepat diperoleh dan akan membantu perawat dalam menentukan intervensi yang tepat. 7.1 Pemeriksaan Darah
Protocol pemeriksaan darah berbeda-beda di setiap rumah sakit dan tergantung pada riwayat kesehatan pasien. Contoh pemeriksaan minimal adalah pemeriksaan hematokrit, dimana specimen diproses dengan memakai sentrifus pada unit perinatal. Ini dapat dilakukan pada darah yang diambil dari ujung jari atau dari kateter yang dipakai pada jalur intravena. Pemeriksaan darah yang lengkap adalah pemeriksaan nilai hemoglobin dan hematokrit serta hitung jumlah sel lengkap. Apabila golongan darah wanita belum itentukan, darah akan dimabil untuk penentuan golongan dan factor Rh. Apabila dilakukan pemeriksaan golongan darah, pemebri jasa kesehatan dapat memilih untuk mengulang pemeriksaan itu. Apabila terdapat tanda-tanda ketidakcocokan imuologis yang nyata, pemebri jasa kesehatan dapat meminta supaya dilakukan pemeriksaan darah diagnostic lain. 7.2 Reptur Ketuban
Selaput ketuban (kantong air) dapat pecah dengan spontan setiap saat selama persalinan. Perawat bertanggung jawab mementau DJJ selama beberapa menit segera setelah ketuban pecah (ROM), untuk menentukan kesejateraan janian dan mencatat hasil pengkajian. Pengkajian untuk menilai KP dibahas dalam prosedur 12-2. Ketuban pecah artificial (AROM) kadang-kadang dilakukan untuk membantu atau menginduksi persalinan atau untuk menempatkan monitor internal karena keadaan janin sulit diperhatikan melalui tindakan eksternal. Penilaian cairan amnion mencangkup tindakan-tindakan rutin berikut. 7.3. Cairan Amnion
Warna. Cairan amnion dalam kondisi normal pucat dan berwrna seperti jerami dan dapat
mengndung serpihan verniks kaseosa. Apabila cairan amnion berwarna coklat kehijauan, janin biasanya mengalami episode hipoksia yang menyebabkan relaksasi sfingter ani dan keluartnya produk sampingan pencernaan janin di dalam uterus, yang disebut mekonium. Cairan amnion yang berwarna kekuningan menunjukkan hipoksia lebih sebelum ketuban pecah, penyakit hemolisis janian (inkompatibilitas Rh atau ABO), atau infeksi intrateurin. Cairan amnion yang bercampur mekonium dapat merupakan hal yang normal pada presentasi sunsang akibat tekanan pada rectum selama proses penurunan. Cairan amnion yang berwarna anggur minuman (kemerahan) dapat menunjukkan plasenta lepas dini (abrupsio). Cairan amnion yang bercampur mekonium diperkirakan merupakan penemuan yang buruk, tidak selalu berkaiatan dengan hipoksia janian dan harus dipandang dalam konteks klinis persalinan secara keseluruhan. Karakter Jumlah Infeksi II. DIAGNOSA KEPERAWATAN - Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan hambatan bahasa asing
- Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pemeriksaan fisik - Resiko tinggi cidera berhubungan dengan tidak dilakukannya pemeriksaan darah dan urine urinatal - nyeri yang berhubungan dengan kontraksi kuat - Defisit volume cairan berhubungan dengan kurangnya masukan cairan - Gangguan mobilitas fisik b/d status selaput ketuban - Gangguan pertukaran gas b.d posisi maternal dan hiperventilasi - distress spiritual b/d ketidakmampuan mencapai hal yang diharapkan Perawatan fisik selama proses persalinan
Ambulasi dan pengaturan posisi
Ambulasi sedapat mungkin dianjurkan jika selaput ketuban masih utuh, jika bagian presentasi janian telah masuk panggul ( engaged) setelah ketuban rupture, dan jika wanita belum mendapat obat pereda nyeri. Duduk atau berdiri selama awal persalinan terbukti lebih nyaman daripada berbaring (Melzack, Belanger, Lacroix, 1991).
Tempat tidur, wanita dianjurkan mengambil posisi baring miring untuk membantu aliran uteroplasental dan aliran darah ginjal optimal. Apabila wanita ingin berbaring telentang, perawat dapat menempatkan bantal di bawah satu sisinya untuk mencapai hasil yang sama. Apabila janin berada dalam posisi oksiput-posterior, sebaiknya anjurkan wanita berjongkok ayau mengambil posisi tangan dan lutut selama kontraksi. Posisi ini menambah diameter panggul, memungkinkan rotasi dari kepala janin kea rah anterior. Perawatan fisik selama persalinan KEBUTUHAN HIGIENE UMUM
TINDAKAN PERAWATAN RASIONAL
Mandi/mengelap badan
Awasi wanita dengan seksama sewaktu mandi, jika sudah Mencegah cidera akibat terjatuh; persalinan dapat menjadi lebih cepat memasuki persalinan sejati.
Vulva
Kaji kemajuan persalinan
Tentukan apakah aktivitas tersebut tepat untuk dilakukan
Hygiene oral Rambut Cuci tangan Muka Pakaian
Anjurkan mandi air hangat untuk meredakan nyeri pinggang.
Membantu relaksasi; menambah rasa nyaman
Memfasilitasi episiotomy dan Persiapkan, jika diinstruksikan penjahitannya, tetapi dapat menambah resiko infeksi Tawarkan sikat gigi, bekumur, atau mencuci gigi dengan lap Menyegarkan mulut; menmbah kepercayaan diri; membantu yang dibasahi air es, jika mengatasi rasa kering dan haus diperlukan Sisir atau sikat sesuai dengan keinginan wanita
Menanbah percaya diri
Menjaga kebersihan; menembah kepercayaan diri dan rasa Tawarkan lap sebelum dan sesudah buang air kecil dan jika nyaman diperlukan Menambah kepercayaan diri; mengelap keringat Tawarkan lap dingin
MASUKANCAIRAN
Oral IV
Ganti, jika perlu; tepuk-tepuk Menambah kepercayaan diri dan rasa nyaman; kemungkinan bantal melalui efek hawthore Sesuai perintah pemberi jasa Memenuhi standar perawatan; kesehatan, tawarkan cairan menjaga hidrasi; mencukupi ernih, sedikit es bau, permen kebutuhan kalori; diserap keras atau lollipop dengan cepat dan jarang dimuntahkan;memberi Memberi dan mempertahankan pengalaman emosi yang positif
Puasa
IV sesuai program Beri tahu keluarga program puasa dan rasionalnya Lakukan perawatan mulut
ELIMINASI
Berkemih Ambulasi Tirah baring Kateterisasi Eliminasi fekal
Mempertahnkan hidrasi; menyediakan akses untuk memasukkan obat kedalam vena Merupakan tindakan kewaspadaan jika anesthesia kemungkinan diperlukan; mencegah muntah da gejala sisa yang mungkin timbul
Menambah rasa nyaman Anjurkan berkemih sekurang- Kandung kemih yang penuh kurangnya setiap dua jam menghambat penurunan bagian presensi; distensi berlebihan Ijinkan klien berjalan kekamar menyebabkan kandung kemih mandi sesuai program doker, atoni, cedera, dan sulit berkemih pasca partum ika: bagian presentasi tlah masuk kedalam panggul ketubahn belum pecah Mendorong proses berkemih yang normal Wanita tidak sedang menggunakan obat Tindakan pencegahan terhadap prolaps tali pusat Tawarkan bedpan Tindakan pencegahan tehadap Buka kran air; tuang air hangat cedera diatas vulva; dan beri sugesti positsif Mencegah bahaya distensi kandung kemih dan ambulasi Sediakan tempat tertutup Mendorong klien untuk Naikkan kerangka pengaman berkemih tempat tidur Menunjukkan rasa hormat kepada wanita itu Letakkan tali bel panggil ditempat yang mudah dijangkau Mencegah cedera akibat jatuh Tawarkan lap basah untuk tangan Mempertahankan kebersihan dan kenyamanan Bersihkan daerah vulva Mempertahankan standar perawatan Kateterisasi sesuai program pemberi jasa kesehatan atau Mencegah bahaya distensi
protocol rumah sakit
kandung kemih
Masukan kateter diantara kontraksi
Minimalkan rasa tidak nyaman
Jangan memeksakan insersi kateter jika ada hambatan Apabila letak bagian persentasi rendah, masukkan dua jari tangan yang bebas kedalam vagina untuk mendorong bagian presentasi keatas sementara tangan yang lain memasukan kateter
―Hambatan‖ dapat disebabkan penekanan uretra oleh bagian presentasi
Meminimalkan kemungkinana cedera dan infeksi pada uretra Menghindari salah persepsi tekanan rectum oleh begian presentasi sebagai kebutuhan untuk buang air besar.
Setelah di periksa dengan teliti, biarkan wanitaberjalan sendiri kekamar mandi atau tawarkan bed pan Rencana perawatan pasien dengan menggunakan protocol dan standar keperawatan
RENCANA PERAWATAN PASIEN UNTUK BERSALIN STANDAR HASIL AKHIR 1. pasien mwnunjukkan kemajuan persalinan normal sementara janin mentoleransi proses persalinan tanpa memeperlihatkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan.tanggal dicapai……………… 2. pasien akan berparsitipasi dalam pengambilan keputusan tentang perawatannya sesuai yang diin ginkan. Tanggal dicapai………………. 3. pasien dan pasanganya akan mengungkapkan pengetahuan mereka tentang proses persalinan dan harapan tentang pengalaman melahirkan . tanggal dicapai………… DIMULAI
Tanggal/perawat
MASALAH
Perubahan dalan pertukaran gas maternal/janin
INTERVENSI KEPERAWATAN
Lakukan pemantauan Tanggal/perawat anin protocol atau instruksi pemberi jasa kesehatan
Resiko yang berhubungan dengan Beri perawatan sesuai kemajuan persalinan: dengan petunjuk prosedur rumah sakit perubahan pola
DIHENTKAN
eliminasi urine Lakukan perawatan persalinan sesuai protocol trauma jaringan berhubungan Beri tau masalah dengan kepada pemberi jasa persalinan kesehatan
Ansietas yang berhubunga dengan status ibu/janin Deficit pengetahuan tentang persalinan / prosedur Nyeri akibat persalinan
Beri perawatan persalinan pervaginam sesuai prosedur rumah sakit Beri perawatan segera untuk bayi baru lahir sesuai petunjuk prosedur rumah sakit Lakukan perawatan untuk kala persalinan sesuai protocol Dorong pasien dan pasanganya untuk mengungkapkan kekhawatiranya Tetap beri tahu pasangan kemajuan persalinan Libatkan pasien dengan pengambilan keputusan perawatanya Jelaskan prosedur dalam istilah yang dapat dimengerti pasien Tingkatkan penggunaan teknik relaksasi lakukan tindakan yang membantu meredakan
nyeri Tawarkan obat pereda nyeri sesuai instruksi Evaluasi respon terhadap tindakan meredakan nyeri Itervensi kedaruratan
prolaps tali pusat
Prolaps tali pusat terletak dibawah bagian persentasi janin. Prolaps tali puast dapat bersifat okulta (tersambunya dan tidak terlihat ) selama persalinan, baik selaput ketuban pecah maupun belum. Prolaps sempurna paling sering secara langsung setelah ketuban pecah, ketika gay ate\arik bumi mendorong tali pusat kebagian depan dari bagian presentasi. Hal ini terjadi pada satu dari 400 kelahiran. Fakto-faktor yang mempengaruhi adalah tali pusat yang panjang (> 100 cm atau 40 inci ), malpresentasi ( sungsang ), letak lintang, atau bagian presentasi belum masuk panggul. Faktor-faktor predisposisi lain prolaps tali pusat, yang terkait dengan bagian presentasi yang tinggi adalah multi para, disproporsi sevalopelvis, dan plasenta previa. Prolaps tali pusat sulit didiagnosis; tetapi seorang perawat atau pemberi jasa kesehatan yang waspada dapat membuat diagnosis pada pemeriksaan dalam setelah terjadi aliran cairan yang tiba-tiba. Pengenalan dini adalah penting karena hipoksia janin akibat kompresi tali pusat yang berkepanjangn ( tersumbatnya aliran darah ked an dari janin lebih deari 5 menit ) biasanya mengakibatkan kerusakan system saraf pusat (SSP) atau kematian janin. KEDARURATAN
Intervensi untuk kondisi kedaruratan TANDA-TANDA Denyut jantung janin yang mengkhawatirkan
Bradikardi janin ( DJJ <>2 menit) Takikardi janin ( jika aterm, DJJ adalah > 160 denyut/menit selam > 2menit) DJJ tidak regular, ritme sinus abnormal pada monitor intenal Variabilitas DJJ terus menurun DJJ tidak ada
INTERVENSI
Beri tahu pemberi jasa kesehatan Ubah posisi ibu ke posisi baring miring tambah cairan IV, jika diinfus mulai berikan IV jika tidak diinfus Beri oksigen 10 sampai 12L/menit dengan masker muka yang ketat
Relaksasi uterus tidak adekuat
Beri tahu pemberi jasa kesehatan
Tekanan intra uterin > 75 mmHg (oleh IUPC)
Hentikan oksitosin ( pitocin ), jika diinfus Minta wanita mengambil posisi miring
Kontraksi terus menerus selama > 90 detik Tingkatkan kecepatan infuse cairan IV Interval kontraksi <> Beri oksigen 10 sampai 12L/menit dengan menggunakan perlindungan muka yang dipasang ketat Apa bila belum dipasang, IV, pasang invus IV sekarang Palpasi dan evaluasi kontraksi
Perdarahan perVaginam
Beri tokolitik (terbutamin, ritrodrin ) sesuai program Beri tahu pemberi jasa kesehatan
Perdarahan vagina( merah terang, merah tua, Antisipasi persalinan secara darurat atau jumlah melebihi darah yang diperkirakan keluar saat dilatasi serviks normal ) Perdarahan vagina terus mnerus disertai perubahan DJJ Nyeri: mungkin ada, mungkin tidak Infeksi
Beri tahu pemberi jasa kesehatan
Cairan amnion berbau tidak sedap
Lakukan upaya untuk menurunkan suhu wanita yang sedang melahirkan
Temperature ibu >100,4 derajat fhreinheit (38 derjat celcius) meskipun hidrasi cukup ( Mulai hidrasi IV urine berwarna jerami) Kirim specimen urin yang diperoleh Takikardi janin >160 denyut/menit selama mengunakan kateter kelaboratorium untuk >2menit diurinalisis dan sampel cairan amnion untuk di kukltur Minta bantuan Prolaps tali pusat Braikardi janin disertai berbagai deselerasi selama kontraksi uterus
Segera beri tahu jasa kesehatan Kenakan sarung tangan segera dan
Wanita mengatakan bahwa ia merasa ada tali pusat setelah selaput ketuban pecah
masukkan dua jari kedalam vagina sampai serviks. Dengan satu jari pada masingmasing sisi tali pusat atau kedua jari pada Tali pusat terlihat atau terasa menonjol dari satu sisi, dorong keatas pada bagian presentais untuk meredakan tekanan pada vagina tali pusat, sisipkan gulungan handuk pada paha kanan wanita. Tempatkan wanita pada posisi trendelenbrug yang ekstrem atau posisi sim yang dimodifikasi atau posisi lutut-dada Apa bila tali pusat menonjol dari vagina, bungkus dengan longgar dengan menggunakan handuk steril yang dibasahi normal salin steril. Beri wanita oksigen dengan menggunakan masker 10 sampai 12L/menit sampai persalinan selesai. Mulai beri cairan IV atau tingkatkan kecepatan infuse. Terus pantau denyut jantung janin, jika memungkinkan, dengan menggunakan elektroda pada kulit kepala janin. Jelaskan kepada wanita dan pendukungnya apa yang terjadi dan apa yang sedang dilakukan Upaya dukungan
Perawatan untuk wanita bersalin dilakukan dengan 1. Membantu wanita berparsitipasi sejauh yang diinginkannya dalam melahirkan anaknya 2. Memenuhi harapan wanita tersebut akan hasil akhir persalinanya 3. Membatau wanita menghemat tenaga, dan 4. Membatu mengendalikan rasa nyerinya perawat bertindak sebagai pengarah jika tidak ada pendukung atau sebagai asisten pengarah, jika ada yang mendukaunga klien. Perawat harus memiliki pengetahuan mendalam tentang teknik
pernafasan dan relaksasi untuk membentu wanita dan pasanganya menghadapi persalinan. Perawat perlu melakukan tindakan-tindakan yang membantu memberikan rasa nyaman, seperti memberikan kompres hangat pada punggung bawah, lap dingin pada dahi, dan suhu kamar disesuaikan dengan kenyamanan wanita yang sedang melahirkan. Efek Hawthorne adalah ―fenomena yang terjadi, jika seseorang, yang merasakan nyeri mulai merasa lebih nyaman saatperawat berbicara dengan lembut untuk melegakan hati, menepuk-nepuk bantal, dan berjanji untuk tetap dekat dengannya. Dukungan positif terutama dari seseorang yang berwenang, menambah kemampuan pasien dalam mengatasi stress‖(Jimeenez, 1983). Kamar bersalin harus terang dan berudara segar, tetapi lampu kepala yang terang perlu dimatikan, jika tiak diperlukan. Kamar harus cukup luas supaya dapat memuat kursi yang nyaman untuk pasangan wanita, peralatan monitor dan personil rumah sakit, pasangan dianjurkan membawa bantal tambahan untuk membatu menciptakan suasana seperti dirumah sendiri. Ayah /Pasangan Selama Proses Persalinan
Peran ayah yang dianggap ideal ialah sebagai pemimpin persalinan. Ayah diharapkan untuk membantu wanita secara aktif dalam menghadapi persalinan. Ayah diharapkan untuk membantu wanita secara aktif dalam menghadapi persalinan,. Harapan ini mungkin tidak realistis untuk semua pria, karena sebagian pria jg khawatir akan kemampuan mereka sebagai pelatih (Berry, 1988). Chapman (1992) melaporkan sedikitnya ada tiga peran yang dilakukan persalinan dan melahirkan, yakni peran sebagai pelatih, teman satu tim, dan saksi.
· Sebagai pelatih
Ayah secara aktif membantu wanita selam dan sesudah kontraksi persalinan. Seorang pelatih menunjukkan keinginan yang kuat untuk mengendalikan diri mereka dan mengontrol persalinan. Wanita menunjukan keinginan yang kuat agar ayah terlibat secara fisik dalam persalinan.
· Sebagai teman satu tim
Ayah akan membatu wanita selam proses persalinan dan melahirkan dengan berespon terhadap permintan wanita akan dukungan fisik atau dukungan emosi atau keduanya. Teman satu tim biasanya mengambil peran sebagai pengikut atau pembantu dan menunggu wanit atau perawat memberi tahukan mereka apa yang dapat mereka lakukan.
· Sebagai saksi
Ayah bertindak sebagai teman dan memeberi dukungan emosional dan moral. Perawat dapat mendukung ayah/pasangan dengan cara – cara berikut: 1. Tanpa memandang tingkat keterlibatan yang diinginkan, ajak ia berkeliling bangsal kebidanan, dan orientasikan apa yang ia dapat lakukan di sana ( tidur, menelpon ), toilet, kafetaria, ruangan
tunggu, ruang bayi, waktu kunjungan, dan nama serta fungsi staf yang bersalin dan apa yang ia dapat lakukan disana ( mis, tidur, menelpon ). 2. Hormati keputusannya atau keputusan pasangannya tentang sejauh mana ia ingin terlibat, apakah ia ingin berpartisipasi secara aktif di dalam kamar bersalin atau hanya ingin diinformasikan. Apabila memunkinkan, berikan data agar ia atau mereka dapat membuat keputusan. Beri kekebasan untuk memilih dan jangan mereka dan bayi mereka. 3. Tunjukkan kepadanya kapan kehadiran akan membantu dan terus tekankan hal ini selam persalinan. 4. Tawarkan untuk mengajarkan cara-cara meredakan nyeri sejauh yang ingin diketahuinya. Ingatkan kembali bahwa ia tidak bertanggung jawab mengobservasi dan menangani persalinan pasanganya, tetapi tanggung jawabnya lebih sebagai pendukukng pasanganya seiring kemjuan persalinan. 5. Upayakn untuk cukup berkomunikasi denganya tentang kemajuan wanita dan apa yang ia (pria) butuhkan. Upayakan agar ia terus mengetahui prosedur itu, dan apa yang diharapkan darinya. 6. Persiapkan ayah untuk menghadapi perubahan – perubahan dalam perilaku wanita dan penampilan fisik. 7. Ingatkan ia untuk makan, tawarkan makanan ringan dan minuman, jika memungkinkan. 8. Biarkan ia rileks sesuai kebutuhanya. 9. Upayakan untuk memodifikasi atau menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan, seperi suara rebut, cahaya yang terlalu terang, dan suara percakapan. Kebudayaan dan Parsitipasi Ayah
Banyak rumah sakit mendorong ayah untuk hadir selama persalinan dan melahirkan. Apabila ayah tidak dapat hadir, orang yang dekat denganya dapat hadir. Pada beberapa kebudayaan, ayah mungkin hadir, tetapi kehadirannya disisi pasanganya mungkin dianggap tidak pantas sehingga ia mungkin menolak untuk terliabat. Perilaku dapat disalah tafsirkan oleh staf perawat sebagai kurang peduli, kurang perhatian atau kurnag berminat. Lantican dan Corona ( 1992 ) menunjukkan pentingnya ikatan kasih antara wanita amerika-meksiko dan fillipina dan kerabat wanitanya dalam melakukan aktifitas mengasuh anak.hal ini juga terjadi pada kelompok budaya lain. Kehadiran wanita lain sanagt diharapkan dalam situasi ini. Pada semua kebudayaan, jika persalinan terjadi dirumah sakit, setidaknya satu wanita diharapkan hadir untuk membantu. Dukungan Kakek-Nenek Selama Persalinan
Adalah penting mendukung kakek-nenek dan memperlakukan mereka dengan hormat, terutama dalam situasi dimana mereka menggatikan suami sebagai pemimpin persalinan. Merka mungkin memiliki cara untuk meredakan nyeri berdasarkan pengalaman mereka. Hal lain yang juga merupakan keuntungan dari kehadiran kakek-nenek atau orang lain ialah mereka dapat menggantikan ayah/pemimpin. Mereka dapat meembantu wanita yang sedang bersalin berjalan-jalan, khususnya jika tiang infuse perlu didorong atau mambantu wanita saat ia harus melakukan dua hal secara bersamaan. Perawat sedapat mungkin menawarkan dukungan emosional kepada kakek-nenek,. Seorang perawat dapat menunjukan dukungan denga menyediakan minuman, meskipun tidak diminta, mengajukan pertanyaan terbuka atau melo ntarkan pertanyaan, seperti ― kadang-kadang sulit menyaksikan anak perempuan sendiri melahirkan‖. Saudara Kandung Bayi Selama Persalinan
Persiapan untuk meenerima seorang anak baru akan membantu proses ikatan batin. Persiapan untuk menghadapi kehamilan dan persalinan ibu dan parsitipasi anak didalamnya dapat membantu anak yang lebih besar menerima pereubahan ini. Anak yang lebih tua menjadi parsitipan aktif yang penting bagi keluarga (bliss, 1980). Usia dan tingkat perkaembangan anak mempengaruhi respon mereka. Oleh karena itu, persiapan harus memenuhi kebutuhan setiap ana. Anak yang berusia kurang dari dua tahun menunjukan minat kecil terhadap kehamilan dan persalinan. Bagi anak yang lebih tua, pengalaman ini akan mengurangi rasa takut dan konsep yang salah. Persiapan Melahirkan
Tahap pertama persalinan berakhir dengan dilatasi lengkap serviks. Bagi banyak wanita multipara, persalinan biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah dilatasi lengkap, barangkali hanya dengan satu kali mengedan. Wanita multipara biasanya mengedan selam satu sampai dua jam sebelum melahirkan. Apabila wanita mendapatkan anastesia epidural, mengedan dapat berlangsung lebih dari dua jam. Perawat memulai persiapan untuk kelahiran jika seorang wanita multipara telah berdilatasi enam sampai tujuh sentimeter karena perkembangan dilatasi beberapa sentimeter terakhir dapat terjadi dalam beberapa menit sampai beberapa jam. Fakto-faktor yang memepengaruhi proses ini adalah posisi janin ( mis, oksiput posterior ) dan ukuran relative bayi sebelumnya. Tempat Bersalin
Survey 1991 melaporkan bahwa lebih dari setengah wanita hamil tidak melahirkan dikamar bersalin tradisional (American College Of Obstetricians and Gynecologist, 1993). Perubahan tempat melahirkan yng paling sering aldalah ruang persalinan, melahirkan, pemulihan, pascapatum (LDRP= labor, delivery, recovery, pascapartum), dimana sang wanita terus berada di dalam ruangan yang sama selama dirumah sakit.
EVALUASI
Evaluasi kemajuan dan hasil akhir merupakan aktivasi yang terus dilakukan selama tahap pertama persalinan. Perawat harus dengan teliti mengkaji setiap interaksi dengan calon ibu dan keluarga dan dengan kritis menilai sejauh mana hasil akhir perawatan yang diharapkan daicapai. Hasil berikut menceminkan perwatan yang efektif: § Wanita menunjukan kemajuan persalinan yang normal sementara DJJ tetap dalam batas normal tanpa ada tanda-tanda stress janin. § Wanita menunjukan rasa puas terhadap bantuan dari pendunkungnya dan staf perawat. § Wanita menyatakan keinginanya untuk berparsitipasi dalam perawatannya selam persalinan dan berparsitipasi sebatas kemampuanya selama persalinan. RENCANA PERAWATAN Kebutuhan Selama Persalinan Aktif Riwayat kasus
Paula jones, usia 24 th , gravid dua, para 1-0-0-1 dengan gestasi 39 minggu, masuk kebangsal kebidanan. Dari data pengkajian diperoleh data; dilatasi serviks 5cm, penipisan 60% , stasium-2. Kontraksi uterus berlangsung setiap empat sampai lima menit selam 40 sampai 60 detik dengan kekuatan sedang. Tanda2 vital ibu berada dalam batas normal an janin aktif dengan frekuensi denyut jantung 132kali /menit. Paula mengatakan ia merasa cemas tentang persalinanya dan merasa nyeri selama kontraksi. HASIL YANG DIHARAPKAN
IMPLEMENTASI
RASIONAL
EVALUASI
Diagnosis keperawatan: rasa takut/ansietas yang berhubungan dengan kesejahteraan ibu/janin selama proses pesalinan
Paula akan mengetahui Membina hubungan Pengungkapan ras takut sumber2 ketakutan dan yang terbuka dan saling dan kekhawatiran akan kecemasanya. percaya denga paula membantu paula mengatasinya. Penting untuk mengurangi rasa Paula akan menyatakan Menunjukan sikap takut dan cemas karena kehawatiranya tentang menerima rasa takut persalinan dan dan kecemasan paula. ini akan menghambat kemajuan persalinan kelahiran. Menganjurkan paula Paula akan menyatakan untuk membedakan bahwa rasa cemas dan antara ancaman yang takutnya berkurang actual dan ancaman
Paula mengatakan bahwa ia takut ditinggal sendiri selam persalianan dan khawatir jika memakai obat pereda nyeri, akan membahayakan aninnya. Perawat mengetahui rasa takutnya dan menerangkan
terhadap kesejahteraan diri dan janinnya, yang hanya berupa bayangan
kepadanya efek pereda nyeri terhadap janin yang kemunkinan terjadinya hal itu. Perawat juga meyakinkan paula bahwaia tidak akan ditinggal sendiri karena ia sedang dalam tahap aktif persalianan. Paula mengatakan bahwa rasa takutnya berkurang setelah membicarakan dengan perawat.
Diagnose keperawatan: nyeri berhubungan dengan dengan peningkatan frekuensi dan intensitas kontraksi.
Paula akan mengungkapkan nyeri yang dirasakan meningkat
Mengkaji komunikasi verbal dan non-verbal paula. Tingkatkan penggunaan teknik pernapasan terfokus. Menawarkan untuk diurut dan teknik sentuhan terapeutik lain.
Berkurangnya persepsi nyeri meningkatkan kemampuan wanita untuk bertahan dalam persalinan. Teknik pernapasan terfokus akan mengalihkan perhatianya dari rasa nyeri
Meningkatkan semangat dan rasa Melibatkan ia dalam pengambilan keputusan nyaman tentang tindakan yang dipilih untuk Pengetahuan dapat meredakan nyeri. menjadi dasar pengambilan keputusan Menjelaskan semua prosedur dalam bahasa yang sederhana Member pilihan cara pemberian obat yang diprogramkan Memberi tahu
Paula mengatakan merasa lebih baik Paula mampu menerapkan teknik relaksasi dan tidak meminta obat pereda nyeri
kemajuan persalinannya TAHAP KEDUA PERSALINAN
Tahap kedua persalinan adalah tahap dimana janin dilahirkan. Tahap ini dimulai dari dilatasi serviks lengkap ( 10 cm ) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Fase pertama dimulai ketika wanita menuatakan bahwa ia ingin mengedan, biasanya pada puncak kontraksi. Wanita mengeluhkan nyeri, tetapi diantara waktu kontraksi ia tenang dan sesekali memejamkan mata. Pada fase kedua, wanita semakin ingin mengedan dan sering kali mengubah posisi untuk mencari posisi mengedan yang paling nyaman. Usaha mengedan menjadi lebih ritmik. Pada fase ketiga, bagian presentasi sudah berada oada perineum dan usaha mengedan menjadi paling efektif untuk melahirkan. Wanita akan lebih banyak mengungkapkan nyeri yang dirasakan secara verbal dengan menjerit atau memaki dan mungkin bertindak diluar kendali ( Arnold, Roberts, 1991 ). I. PENGKAJIAN
Tanda objektif yang pasti bahwa tahap kedua persalinan talah dimulai adalah melalui pemeriksaan dalam, yakni pemeriksaan tidak dapat lagi meraba serviks ( Myles, 1989 ). Tanda – tanda lain yang menunjukkan tahap kedua ini adalah : - Muncul keringat tiba – tiba dibibir atas - Muntah - Aliran darah meningkat - Ekstremitas gementar - Semakin gelisah - Usaha mengedan yang involunter KEMAJUAN TAHAP KEDUA PERSALINAN KRITERIA Kontraksi
FASE 1 FASE 2 FASE 3 Periode tenang Sangat kuat sekali 2 Luar biasa kuat fisiologi untuk semua sampai 2,5 menit ekspulsif 1 sampai 2 menit Kekuatan ( intensitas) criteria 2 sampai 3 menit Meningkat dan reflles ferguson menjadi aktif cepat Frekuensi 0 sampai +2 +2 sampai +4 +4 sampai lahir kepala Penurunan Kecil sampai tidak ada anin terlihat pada kecuali pada puncak Aliran darah merah tua introitus; aliran darah Stasiun kontraksi terkuat menyertai keluarnya Show: warna dan
umlah
Tenang
Meningkat bermakna kepala
Usaha mengedan spontan
Khawatir tentang kemajuan
Rasa mengedan semakin tidak tertahankan
Semakin meningkat
Seribg mengubah posisi
Sering kali menunjukkan kegembiraan luar biasa dengan keluarnya kepala
Vokalisasi Perilaku ibu
Terus bersuara keras Merasa lega setelah dan menghembuskan melalui masa transisi Suara keras atau napas dengan bersuara ketahap kedua menghembuskan nafas ; mungkin menjerit dengan bersuara; atau memaki memberitahu saat Merasa letih dan kontraksi muncul mengantuk Menyatakan bahwa rasa nyeri sangat luar Merasa sangat ingin biasa Merasa telah menyelesaikan sesuatu mengedan dan optimis, bagian Menyatakan rasa tidak tersulit telah selesai Mengubah pola berdaya pernapasan, menahan napas 4 sampai 5 detik Menunjukkan Merasa dapat dengan bernapas mengendalikan diri penurunan secara teratur kemampuan untuk diantaranya 5 sampai 7 mendengar dan kali setiap kontraksi berkonsentrasi dalam semua hal, kecuali Mengeluarkan suara dalam melahirkan yang keras dan menghembuskan Menggambarkan napas dengan bersuara adanya lingkaran api +
Tanda – tanda ini sering muncul pada saat serviks berdilatasi lengkap ( Myles, 1989, Scott, dkk 1990 ) DURASI TAHAP KEDUA
Tahap kedua yang berlangsung lebih dari 2 jam pada kehamilan pertama dan 1 ½ jam padakehamilan berikutnya dianggap abnormal dan harus dilapor pada pemberi jasa kesehatan. Factor lain yan harus dipertimbangkan adalah pola denyut jantung janin, penurunan bagian presentasi, kualitas kontraksi uterus,dan ph darah kulit dalam janin (Mahan, Mckay,1984 ). Berdasarkan friedman, batas dan lama tahap kedua persalinan berbeda – beda, tergantung pada paritasny
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan mengarah kepada tindakan keperawatan yang diperlukan. Sebelum menegakkan diagnosis, perawat menganalisa makna pemeriksaan yang dilakukan. Berikut adalah beberapa diagnosa yang keperawatan yang menunjukkan hal – hal yang penting dipewrhatikan pada tahap kedua : Risiko tinggi cedera pada ibu dan janin yang berhubungan dengan : - Penggunaan manuver valsava secara kontiniu rendah diri situasional yang berhubungan dengan - kurang pengetahuan tentang efek normal dan efek menguntungkan bersuara ( vokalisasi ) selama mengedan - ketidak mampuan untuk bertahan dalam proses melahirkan tanpa obat. Koping individu tidak efektif yang berhubungan dengan : - pengarahan persalinan yang berlawanan dengan keinginan fisiologis wanita untuk mengedan Nyeri yang berhubungan dengan : - usaha mengedan dan distensi perineum Ansietas yang berhubungan dengan : - ketidakmampuan mengendalikan defekasi saat mengedan Ansietas yang berhubungan dengan deficit pengetahuan dalam hal : - tidak mengetahui sebab – sebab sensasi pada perineum Resiko tinggi cedera pada ibu yang berhubungan dengan : - posisi tungkai ibu pada penompang kaki tidak tepat Rendah diri situasional pada ayah yang berhubungan dengan : - ketidakmampuan mendukung ibu dalam tahap persalinan III. HASIL YANG DIHARAPKAN
Hasil yang diharapkan pada wanita yang berbeda dalam tahap kedua persalinan mencakup : 1 berpartisipasi aktif dalam proses persalinan
2 tidak menglami cedera selama persalinan ( begitu juga dengan janin ) 3 memperoleh rasa nyaman dan dukungan dari anggota keluarga PERAWATAN KOLABORATIF
Perawat menerapkan rencana untuk memantau secara kontiniu peristiwa pada tahap kedua dan mekanisme persalinan, respon fisiologis dan respon emosi ibu pada tahap kedua serta respon janin terhadap stres pada tahap kedua Apabila ibu dipindahkan kedaerah lain untuk melahirkan, perawat berusaha memindahkannya secara dini untuk menghindari ketergesaan. Kamar bersalin juga harus dipersiapkan untuk melahirkan. Pertimbangan prenatal
A. suplai , instrument, perlengkapan Berikut adalah saran untuk menyiapkan persalinan. Peralatan yang tersedia dapat berbeda – beda pada setip fasilitas kesehatan, oleh karena itu perlu melihat prokol petunjuk prosedur dari masing – masing fasilitas kesehatan : 1. alat – alat untuk menyikat : sikat untuk menggosok gigi, sikata kuku, bahan pembersih, dan masker dengan pelidung atau kaca mata pelindung 2. hal – hal berikut telah dilakukan : - gaun dan sarung tangan steril untuk pemberi jasa kesehatan, selimut dan handuk steril untuk menyelimuti wanita dan instrument bahan steril lain, ( seperi tabung suntik, benang jahit, dan larutan anastetik ) disusun diatas meja steril sehingga dengan mudah dapat digunakan. - wadah dan air steril untuk mencuci tangan selama proses melahirkan disiapkan untuk digunakan -bahan untuk membersihkan vulva tersedia ( wadah steril, air steril, larutan pembersih ) - daerah persalinan dihangatkan dan bebas penutup - bahan untuk mengidentifikasi bayi tersedia - selimut dan ranjang bayi yang dihangatkan tersedia 3. semua peralatan dan perlengkapan berfungsi dengan baik, meja prsalinan, lampu diatas kepala, dan cermin
4. perlengkapan kedaruratan, anesthesia, laringoskop, dan bahan tersedia dan berfungsi dengan baik jika diperlukan dalam keadaan darurat, seperti mengontrol pendarahan ibu, atau mengontrol distress pernapasan bayi. 5. Bahan tambahan ( anastetik, oksitosik untuk injeksi, dan forsep kebidanan ) tersedia 6. Catatan medis wanita terbaru dan siap dipakai dikamar bersalin B. Posisi ibu
Wanita mungkin ingin dilakukan posisi seperti jongkok ( Scherer, 1989, Gardosi, Sylvister, Lynch,1989, Andrews, Chrzanowski, 1990, Mckay, Roberts, 1990 ).untuk posisi ini dibutuhkan alas keras dan wanita membutuhkan penyangga samping. Pada ranjang bersalin,tersedia palang untuk membantu wanita untuk berjongkok. Posisi yang lain adalah posisi berbaring miring dengan tungkai atas dihan oleh perawat atau pemimpin persalinan atau diletakkan diatas bantal. Sebagian wanita menyukai posisi fowler ( dapat dilakukan dengan menggunakan bantalpenyangga berbentuk baji atau ditopang oleh ayah / pasangan yang mendukungnya ) C. Ranjang dan kursi bersalin
Ranjang bersalin dapat berubah bentuknya sesuai keinginan ibu. Wanita dapat berjongkok, berlutut, setengah duduk, atau duduk, mengambil posisi yangnyaman untuknya. Dengan demikian, ranjang ini juga memungkinkan posisiyang sangat baiak untuk pemeriksaan, penempatan elektroda, pengambilan sample dari kult kepala janin, dan untuk persalinan. D. Upaya mengedan
Saat kepala mencapai dasar panggul, kebanyakan wanita akan memiliki keinginan untuk mengedan. Secara otomatis wanita akan mulai mendorong kebawah dengan mengkontraksi otot – otot abdomennya, sementara dasar panggulnya berelaksasi. Usaha mengedan merupakan respon refleks involunter terhadap tekanan bagian presentasipada reseptor regangan otot panggul. Bunyi pengeluaran nafas yang keras mungkin menyertai dorongan ini (Mckay, Roberts, 1990 ). Untuk memastikan persalinan kepala janin berjalan lambat, perawat menganjurkan wanita untuk mengendaklikan keinginannya untuk mengedan. Kaeinginan untuk mendorong dikendalikan dengan mengarahkan wanita untuk bernapas pendek dan cepat keras atau menghembuskannapas perlahan – lahan malaui bibir sewaktu bayi muncul. Wanita hanya membutuhkan arahan yang sederhana dan jelas dari satu orang pemimpin. E. Denyut jantung janin
Apabila denyut mulai melambat atau jika variabilitas menurun, harus segera dilakukan tindakan. Wanita dapat diminta untuk berbaring miring untuk mengurangi tekanan vena kava asenden dan aorta desenden pada uterusdan oksigen dapat diberikan dengan masker pada kecepatan 10
sampai 12 L/menit. Seringkali hanya diperlukan hal ini untuk memulihkan denyut jantung janin ke kondisi normal. F.dukungan ayah / pemimpin
Selama tahap kedua, wanita perlu dukungan dan arahan terus menerus. Karena proses pengarahan dapat secara fisik dan emosional melelhkan ayh atau pemimpin ( Jordan, 1990, Malestic, 1990, Queenan, 1990 ), perawat dapar menawarkan makanan atau minuman atau istirahat. Pendukung yang menemani persalinan dalam ruang bersalin harus mentaati peraturan, seperti mengenakkan gaun atau penuup masker, topi, atau pelindung sepatu. Pasanan biasanya dianjurkan hadir pada saat kelahiran bayi meraka jika ini sesuai dengan kebudayaan. MELAHIRKAN DIRUANG BERSALIN ATAU RUANG TEMPAT MELAHIRKAN
Seorang wanita yang harus dipindahkan dari ranjang bersalinkemeja tempat melahirkan akan memerlukan bantuan. Apabila hal ini dilakukan diantara waktu kontraksi, ibu dapat membantu, tapi karena ia merasa kikuk, ia tidak diminta untuk bertindak secara cepat. Posisi untuk melahirkan dapat berupa posisi sims, dorsal, atau posisi litotomi. Posisi litotomi adalah posisi yang paling sering dipilih oleh budaya barat. Bokong ditempatkan ditepi meja dan tungkai ditempatkan pada penyangga tungkai. Bantal penyangga harus diperhatikan, angkat dan tempatkan kedua tungkai secara bersamaan, dan atur penyangga agar betis tungkai disangga. MEKANISME MELAHIRKAN: PRESENTASI VERTEKS
Umumnya, persalinan ditangni oleh ahli kebidanan atau perawat bidan yang memiliki sertifikat. Akan tetapi dalam keadaan tertentu seorang perawat terpaksa harus menolong wanita melahirkan bayinya. Bersama wanita dan pasangan nya perawat menilai tanda – tanda utama persalinan. Sewaktu serviks telah berdilatasi lengkap, terjadilah penurunan kepala. Verteks akan maju pada setiap kontraksi dan sedikit naik keatas saat kontraksi berhenti, penurunan berlangsung konstan dan pada akhir tahap kedua, kepala akan mencapai dasar panggul. Penonjolan perineum terjadi selama tahap penurunan, yaitu pada bagian presentasi janin meregang perineum, tetapi belum masih terlihat pada introitus. Tiga fase kelahiran spontan pada janin dengan presentasi vertek: 1. 1. kelahiran kepala Pertama – tama muncul verteks, diikuti dahi, muka, dagu dan leher. Kecepatan lahirnya kepala harus dikendalikan karena kelahiran kepala yang mendadak dapat menimbulkan robekan hebat sampai ke sfingter ani atau bahkan sampai ke rectum ibu. Pemberi jasa kesehatan mengendalikan kelahiran kepala dengan cara: o memberi tekanan kearah rectum, menarik kebawah untuk membantu fleksi kepala sewaktu kepala bagian belakang berada dibawah simfisis pubis
o memberi tekanan kearah atas dari arah koksigeus o membntu ibu mengendalikan volunter usaha mengedan dengan memimpin dengan bernapas cepat dan pendek. 1. 1. kelahiran bahu Sebelum dapat dilahirkan, bahu harus masuk kedalam pintu atas panggul. Rotasi internal bahu harus terjadi terlebih dahulu disertai restitusi dan rotasi eksternal kepala, sehingga bahu sekarang berada pada diameter anteroposterior pintu atas panggul. Bahu sekarang dapat melalui rongga panggul. Apabila dilakukan penekanan fundus, seorng perawat yang terampil bekerja sama dengan pemberi jasa untuk melakukan prosedur ini. Penekanan fundus paling sering dilakukan jika terjadi distosia ringan pada bahu ( Klne – kaye, miller slade, 1990 ). 1. 1. kelahiran tubuh dan anggota gerak Sewaktu fleksi lateral berlangsung, tangan bawah pemberi jasa kesehatan menahan berat bayi untuk mencegah trauma perineum.. Sedikit rotasi tubuh kearah kanan atau kiri dapat dilakukan untuk membantu kelahiran. Waktu kelahiran yang merupakan waktu tepat ketika seluruh bayi keluar dari tubuh ibu. SAUDARA KANDUNG BAYI PADA TAHAP KEDUA
Seorang anak kecil dapat merasa takut karena akibat intensitas yang berlangsung pada tahap kedua. Kondisi – kondisi selaput ketuban pecan dan muncul suara, misalnya erangan, jeritan ibu, dapat membuat anak resah. Tidk jarang seorang wanita mengatakan sesuatu pada tahap kedua persalinan, yang sebenarnya tidak ingin ia kataakan. Salah satu alternative kehadiran kakak bayi pad kelahiran adalah adanya seseorang yang dapat dipercaya untuk tetap bersama dengan anak itu diruang tunggu sampai kelahiran selesai. KELAHIRAN DARURAT
Dalam keadaan dimana segala sesuatu telah dipersiapkan sebaik mungkin, masi ada kemungkinan terjadi keadaan dimana perawat perinatal dibutuhkan untuk membantu kelahiran bayi tanpa bantuan medis. EVALUASI
Evaluasi hasil akhir yang diharapkan merupakan aktifitas yang terus menerus dilakukan. Setiap kali berttemu wanita dan keluarganya selama tahap kedua persalinan, perawta mengevaluasi sampai dimana hasil akhir yang diharapkan telah tercapai. TAHAP KETIGA PERSALINAN
Tahap ketiga persalinan berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir. Tujuan penanganan tahap ketiga persalinan adalah pelepasan dan ekspulsi segera plasenta, yang dicapai dengan cara yang paling mudah dan paling aman. Pelepasan plasenta diindikasikan dengan tanda – tanda berikut : - fundus yang berkontraksi kuat - perubahan bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi bentuk oval bulat, sewaktu plasenta bergerak kearah segmen bagian bawah - darah berwarna gelap keluar tiba – tiba dari introitus - tali pusat bertambah panjang dengan majunya plasenta mendekati introitus - vagina ( plasenta ) penuh pada pemeriksaan vagina atau retum atau membrane janin terlihat di introitus TANDA MASALAH POTENSIAL
Meskipun pemberi jasa telah selesai mengeluarkan plasenta, perawat terus memantau tanda – tanda penurunan kesadaran atau perubahan pernapasan. Dengan lepasnya plasenta, ada kemungkinan cairan amnion memasuki sirkulasi ibu jika otot uterus tidak berkontraksi dengan baik dan cepat. Insiden komplikasi ini memang kecil, tetapi perawat yang waspada dapat membantu mengenali komplkasi ini dengan segera serhingga dapat dilakukan penanganan segera. HUBUNGAN ORANG TUA DAN ANAK
Reaksi ibu saat melihat bayinya baru lahir dapat berupa tertawa, nangis, berbicara, bahkan ada yang apatis. Kadang – kadang reaksi ibu dapat berupa sikap marah atau tidak peduli, ibu membuang muka terhadap bayi, atau mungkin berkonsentrasi pada nyerinya, dan kadang – kadang memberi komentar yang kejam. Reaksi yang berbeda – beda ini dapat timbul karena perasaan senang, kelelahan atau kekecewaan yang mendalam. Apapun reaksinya dan sebab yang menimbulkan nya, ibu perlu tetap diterima, dan didukung oleh staf. Catatan reaksi orang tua terhadap bayi yang baru lahir dapat ditulis dicatatan pemulihan. Bagaimana sikap orang tua, apa yang mereka lakukan, dan apa yang mereka katakan. GANGGUAN INTEGRITAS KULIT TERKAIT PROSES MELAHIRKAN EPISIOTOMI
Episiotomi adalah insisi pada perineum untuk memperbesar mulut vagina. Pendukung tindakan epiostomi menyatakan bahwa tindakan ini mempunyai manfaat sebagai berikut :
- mencegah robekan perineum. Insisi yang bersih dan dilakukan pada posisi yang benar akan lebih cepat sembuh daripada robekan yang teratur. - Kemungkinan mengurangi regangan otot penyanggakandung kemih atau rectum yang terlalu kuat dan berkepanjangan, yang dikemudian hari menyebabkan inkontinensia urine atau prolaps vagina. Mengurangi lama tahap kedua yang mungkin penting mengingat keadaan ibu atau keadaan janin - Memperbesar vagina jika diperlukan manipulasi untuk melahirkan bayi Aplikasi klinis riseto
Episiotomi medial dan resiko laserasi derajat ketiga dan keempat Para peneliti telah menemukan bahwa episiotomi medial berkaitan dengan robekan perineum dan rektum. Meskipun telah dilakukan episiotomi mediolateral, robekan rektum masih dapat terjadi. Para ahli riset menemukan bahwa robekan perineum derajat ketiga dan keempat lebih sering terjadi jika episiotomi dilakukan, berat bayi lebih dari 3500 gr, atau pada persalinan pervaginam pertama. Dalam hal ini, 11% wanita menjalani persalinan pervaginam dengan tindakan dan 15% dilakukan episiotomi . Jenis episiotomi ditentukan berdasarkan tempat dan arah insisi
Episiotomi garis medial
Paling sering dilakukan, episiotomi ini efektif, mudah diperbaiki, dan biasanya nyeri yang timbul lebih ringan.
Episiotomi mediolateral
Dilakukan pada persalinan dengan tindakan jika ada kemungkinan terjadi perluasan kea rah posterior. Laserasi
v Laserasi perineum Biasanya terjadi sewaktu kepala janin dilahirkan. Luas robekan didefenisikan berdasarkan kedalam robekan : 1. derajat pertama. Robekan mencapai kulit dan jaringan penunjang superficial sampai ke otot. 2. derajat kedua. Robekan mencapai otot-otot perineum
3. derajat ketiga. Robekan berlanjut ke otot sfingter ani 4. derajat ke empat. Robekan sampai mencapai dinding rectum anterior. v Laserasi vagina Robekan dinding vagina dapat timbul akibat rotasi forsep, penurunan kepala yang cepat, dan persalinan yang cepat, (wheeler, 1991). Lokasi robekan dan pendarahan yang cepat dan banyak membuat robekan ini sukar dilihat dan diperbaiki. v Cedera serviks Laserasi serviks akibat persalinan terjadi pada sudut lateral ostium eksternal, kebanyakan dangkal dan pendarahan minimal. Persalinan tahap ke empat
Selama 2 jam pertama setelah melahirkan, organ-organ ibu mengalami penyesuaian awal terhadap keadaan tidak hamil dan system tubuh mulaimenjadi stabil. Selama beberapa jam bayi yang baru lahir terus menjalani transisi dari keadaan intrauterine ke ektrauterin. Keterampilan perawat dapat memberi makna yang besar selama tahap keempat. Penatalaksaan perawatan
Pengkajian. Hal yang paling penting adalah keadaan yang dapat menjadi predisposisi pendarahan pada ibu ( seperti persalinan yang cepat, bayi yang besar, grande multipara atau persalinan dengan induksi ), yang merupakan bahaya yang mungkin terjadi pada persalinan tahap keempat. Selama jam pertama dalam ruang pemulihan, perlu dilakukan pemeriksaan fisik dengan sering. Semua factor, kecuali suhu tubuh, diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam. Lingkup dan tujuan pemeriksaan, metode pengkajian, dan temuan dalam batas normal dibahas dengan singkat. Tanda masalah potensial Karena pendarahan merupakan komplikasi potensial yang signifikan, hal ini dibahas dengan mendalam. Perawat harus selalu siaga terhadap kemungkinan komplikasi yang mencakup keadaan hipertensi, infeksi, gangguan endokrin, gangguan psikososial, dan kehilangan serta kedukaan. Diagnosa keperawatan
1. resiko tinggi defisit volume cairan ( pendarahan ) yang berhubungan dengan atoni uterus setelah melahirkan.
2. retensi urine yang berhubungan dengan efek persalinan / melahirkan pada sensasi saluran kemih. 3. nyeri yang berhubungan dengan luka akibat proses kelahiran bayi 4. resiko tinggi cedera yang berhubungan dengan ambulasi dini 5. resiko tinggi perubahan peran orang tua yang berhubungan dengan nyeri atau keletihan pascapartum atau kekecewaan terhadap jenis kelamin atau penampilan bayi yang baru lahir. 6. perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan bertambahnya anggota keluarga baru. 7. menyusui bayi yang tidak efektif yang berhubungan dengan kurangnya pengalaman Hasil akhir yang di harapkan
hasil akhir yang diharapkan dalam persalinan tahap keempat dapat mencakup : ü wanita akan memerlukan tidak lebih dari satu pembalut setiap jam ü wanita akan berkemih dengan spontan dengan jumlah lebih dari 300 ml dalam waktu 6-8 jam setelah melahirkan ü wanita akan mengutarakan penerimaan terhadap proses persalinan setelah mengungkapkan kekhawatirannya ü wanita akan menunjukan perilaku ikatan batin dengan bayi ü wanita akan mengatakan bahwa ia tidak merasa nyeri setelah dilakukan tindakan untuk meredakan nyeri Perawatan kolaboratif
selama tahap keempat persalinan, perawat harus mengatur perawatan agar mencakup observasi tanda-tanda vital, usaha untuk meredakan nyeri, penyuluhan kepada ibu, dan perawatan bayi. Selama tahap keempat persalinan, perawat memaafkan setiap kesempatan untuk mengajar ibu baru. Tanpa memandang jumlah paritas, ibu baru tetap dapat menperoleh manfaat dari penjelasan mengenai berbagai tindakan perawatan selama periode pascapartum. Penyuluhan dikaitkan dengan tujuan, pengkajian, temuan pengkajian, tindakan keperawatan, dan evaluasi perawatan. Mencegah pendarahan
pendarahan pascapartum dianggap terjadi jika kehilangan darah mencapai 500 ml atau lebih dalam 24 jam pertama setelah melahirkan. Suhu, denyut nadi, dan tekanan ibu diperiksa dan dicatat dan harus berada dalam batas-batas normal. Setelah persalinan yang sulit, tekanan darah
sistolik kurang dari 110 mmHg disertai frekuensi nadi lebih dari 100 denyut / menit biasanya disebabkan oleh pendarahan atau syok. Uterus harus dipalpasi dengan sering untuk memastikan uterus tidak berisi darah. Pembalut harus sering diperiksa untuk memastikan darah yang keluar tidak berlebihan. Uterus yang relaksasi akan mengembang akibat adanya darah dan bekuan darah, sehingga pembuluh darah pada sisi plasenta tidak terjepit dan ini mengakibatkan terjadinya pendarahan. Uterus menjadi tidak berfun gsi sebagai ―jahitan yang hidup ―, yang membantu terjadinya kontraksi uterus. Dengan habisnya efek oksitosik setelah melahirkan, jumlah lokia akan bertambah karena miometrium sedikit banyak berelaksasi. Perawat harus selalu memeriksa daerah di bawah bokong ibu, demikian pula pembalutnya. Darah dapat mengalir di antara bokong menuju kain di bawah bokong ibu sementara jumlah yang diserap pembalut sedikit. Sumber potensial lain perdarahan adalah terbentuknya hematoma di bawah mukosa vagina atau pada jaringan ikat vulva. Ini dapat terjadi akibat cedera pembuluh darah selama persalinan atau sewaktu memperbaikan robekan / episiotomi. Perdarahan dapat berlangsung lambat, tetapi terus – menerus karena darah merembes dari pembuluh darah dan meregang jaringan di sekitarnya. Hematoma vulva dapat lihat dengan bertambahnya pembengkakan. Biasanya hematoma terjadi uniteral dan warnanya menjadi keunguan. Hematoma vagina biasanya hanya di temukan melalui pemeriksaan manual. Perawatan setelah prosedur inimencakup pemantauan seksama daerah perineum dan kehilangan darah, upaya mempertahankan cairan intravena, pemantauan tandatanda vital dan hasil laboratorium, upaya mempersiapkan kemungkinan perlunya transfusi, dan memberi antibiotik yang di resepkan sebagai upaya mencegah infeksi. Apabila perdarahan tampak sebagai tetesan yang terus- menerus atau terlihat memancar, perlu di curigai adanya laserasi vagina dan serviks atau adanya pembuluh darah yang tidak di ikat pada episiotomi dan kemungkinan besar perlu dilakukan tindakan bedah untuk memperbaikannya. Syok hipovolemik
akibat perdarahan dapat terjadi pada tahap keempat persalinan normal. Identifikasi, diagnosis, dan intervensi yang segera biasanya dapat dengan cepat memulihkan tekanan darah, nadi, dan tanda-tanda lain. Pemulihan terjadi jika terdapat volume darah sirkulasi yang memadai untuk tubuh mengompesasi kehilangan darah atau jika diberikan infus intravena. Tindakan seperti pijatan uterus dan pemberian oksitosin IV dilakukan untuk mencegah kehilangan darah lebih lanjut. Perawat kemudian mencatat semua intervensi perawatan dan medis yang telah dikerjakan dan hasilnya ( luegenbiehl, 1991 ). Kotak kedaruratan membuat referensi cepat tentang tanda dan gejala bahaya serta intervensi untuk syok hipovolemik. Mencegah distensi dan kandung kemih
Palpasi untuk menentukan jumlah distensi ( peregangan ) kandung kemih. Harus dilakukan sewaktu melakukan palpasi fundus. Kandung kemih yang penuh akan menekan uterus ke atas
dan ke sebelah kanan garis tengah. Posisi ini akan menyebabkan uterus berelaksasi. Akibatnya, terjadi perdarahan . distensi kandung kemih dapat terjadi pada atoni dinding kandung kemih. Atoni menyebabkan retensi urine, yang menciptakan lingkungan yang baik untuk infeksi. Menjaga keamanan
Ibu dibiarkan beristirahat dengan nyaman di tempat tidur. Wanita yang baru saja melahirkan perlu terus berada di tempat tidur untuk waktu tertentu agar system tubuhnya dapat beradaptasi kembali terhadap perubahan volume cairan. Perawat yang merawat wanita akan memutuskan kapan waktu yang tepat untuk ambulasi awal. Tekanan intraabdomen yang cepat menurun setelah melahirkan mengakibatkan dilatasi pembuluh darah yang menyuplai usus, yang di kenal sebagai pembekakan sflangnik, yang menyebabkan darah terkumpul di visira. Hal ini berperan dalam terjadinya hipotensi ortostatik yang cendrung terjadi jika wanita yang baru saja melahirkan mengambil posisi berdiri ; akibatnya ia akan mengalami pingsan atau kepalanya terasa ringan. Wanita yang menerima anestesia konduksi ( blok epidural ) tetap berada di tempat tidur sampai ia mampu bergerak sepenuhnya dan sensasi di tungkai nya pulih kembali dan tekanan darah serta nadinya berada dalam batas normal. Wanita yang menerima analgesia perlu di awasi sampai ia pulih sepenuhnya dari pengobatan ( yaitu, tanda-tanda vital stabil dalam batas normal, dan ia sadar sepenuhnya ). Mempertahankan kenyamanan.
Perawat dapat memberi rasa nyaman kepada wanita dengan melakukan hal-hal berikut : a) menjelaskan fisiologi normal nyeri setelah melahirkan b) menolong ibu mempertahankan kandung kemihnya kosong c) menempatkan selimut hangat di atas perut ibu d) memberi analgesik yang di instruksikan oleh petugas jasa kesehatan e) anjurkan latihan relaksasi dan pernafasan. Menjaga kebersihan
Perawatan perineum akan menambah kenyamanan dan keamanan ibu ( pencegahan infeksi ). Pembalut perineum yang bersih ditempatkan pada tempatnya, bokong dikeringkan, dan pakaian yang basah diangkat sehingga wanita akan merasa hangat dan nyaman. Perawat harus mengenakan sarung tangan bersih sebelum menyentuh pakaian ibu, pembalut perineum yang kotor atau daerah perineum. Wanita dianjurkan mengganti pembalutnya setiap kali ke kamar mandi. Mempertahankan keseimbangan cairan dan nutrisi.
Pembatasan asupan makanan dan cairan serta kehilangan cairan ( darah, keringat, atau muntah ) selama persalinan dapat membuat wanita tiba-tiba ingin segera makan dan minum setelah melahirkan. Apabila wanita menerima jenis anestesi lain ahli anestesi akan menentukan kapan efek anestesi akan hilang dan ia boleh mulai minum. Perdarahan yang banyak dapat menjadi tanda serpihan plasenta tertinggal, yang membutuhkan anestesi umum untuk membuang serpihan plasenta dan menghentikan perdarahan. Jadi, biasanya wanita dengan perdarahan banyak di puasakan sampai perdarahannya terkendali. Jalur IV tetap dibiarkan, dan cairan diganti dengan cairan yang mengandung dekstros untuk menyuplai kalori sampai wanita dapat makan melalui mulut. Perawat memantauan jalur IV dan mencatat jenis, jumlah, dan toleransi masukan cairan melalui mulut pada catatan. Mendukung kebutuhan psikososial orang tua.
Keadaannya psikososial ibu yang baru dapat berkisar dari euforia dan sejahtera sampai rasa mengantuk yang di tandai dengan tidak menyadari apa yang terjadi di lingkungannya. Seperti telah di utarakan sebelumnya, reaksi-reaksi pertama ibu dan ayah yang baru terhadap anak mereka yang baru lahir sangat bervariasi. Reaksi- reaksi ini akan menjadi petunjuk bagi tim perinatal dalam membuat rencana perawatan untuk setiap induvidu. http://hidayat2.wordpress.com/2009/06/11/askep-selam http://hidayat2.wordpre ss.com/2009/06/11/askep-selama-persalinan-dan-m a-persalinan-dan-melahirkan/ elahirkan/ Asuhan Persalinan Persalinan Normal
Posted on Juli 17, 2008 by kuliahbidan
Pendahuluan
Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, yaitu : 1. Perdarahan pasca persalinan 2. Eklampsia 3. Sepsis 4. Keguguran 5. Hipotermia Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia Fokus asuhan kesehatan ibu selama 2 dasawarsa terakhir, yaitu : 1. Keluarga berencana 2. Asuhan antenatal terfokus 3. Asuhan pasca keguguran 4. Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi 5. Penatalaksanaan komplikasi
Asuhan antenatal terfokus bertujuan : 1. Mempersiapkan kelahiran 2. Mengetahui tanda-tanda bahaya 3. Memastikan kesiapan menghadapi komplikasi kehamilan Fokus utama asuhan persalinan normal telah mengalami pergeseran paradigma. Dulu fokus utamanya adalah menunggu dan menangani komplikasi namun sekarang fokus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi selama persalinan dan setelah bayi lahir sehingga akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Contoh pergeseran paradigma asuhan persalinan normal, yaitu : 1. Mencegah perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atoni uteri. 2. Menjadikan laserasi / episiotomi sebagai tindakan tidak rutin. 3. Mencegah terjadinya retensio plasenta. 4. Mencegah partus lama. 5. Mencegah asfiksia bayi baru lahir. Upaya preventif terhadap perdarahan pasca persalinan berupa : 1. Manipulasi seminimal mungkin. 2. Penatalaksanaan aktif kala III. 3. Mengamati dan melihat kontraksi uterus pasca persalinan. Pencegahan retensio plasenta dengan cara mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan memberikan uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali. Upaya ini disebut juga penatalaksanaan aktif kala III. Upaya mencegah partus lama berupa : 1. Menggunakan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janinnya serta kemajuan proses persalinan. 2. Mengharapkan dukungan suami dan kerabat ibu. Upaya mencegah asfiksia bayi baru lahir secara berurutan, yaitu : 1. Membersihkan mulut dan jalan napas sesaat setelah ekspulsi kepala. 2. Menghisap lendir secara benar. 3. Segera mengeringkan dan menghangatkan tubuh bayi. Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal. Praktek-praktek pencegahan yang akan dijelaskan pada asuhan persalinan normal meliputi : 1. Mencegah infeksi secara konsisten dan sistematis. 2. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi lahir, termasuk penggunaan partograf. 3. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan, pasca persalinan
dan nifas. 4. Menyiapkan rujukan ibu bersalin atau bayinya. 5. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya. 6. Penatalaksanaan aktif kala III secara rutin. 7. Mengasuh bayi baru lahir. 8. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayinya. 9. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang mungkin terjadi selama masa nifas pada ibu dan bayinya. 10. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan. Membuat Keputusan Klinik Ada 5 dasar asuhan persalinan yang bersih dan aman, yaitu : A. Membuat keputusan klinik B. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi C. Pencegahan infeksi D. Pencatatan (rekam medis) E. Rujukan A. Membuat Keputusan Klinik ____________________________ Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir. Ada 4 langkah proses pengambilan keputusan klinik, yaitu : 1. Pengumpulan data a. Data subjektif b. Data objektif 2. Diagnosis 3. Penatalaksanaan asuhan atau perawatan a. Membuat rencana b. Melaksanakan rencana 4. Evaluasi 1. Pengumpulan Data _____________________ Penolong persalinan mengumpulkan data subjektif dan data objektif dari klien. Data subjektif adalah informasi yang diceritakan ibu tentang apa yang dirasakan, apa yang sedang dialami dan apa yang telah dialami, termasuk informasi tambahan dari anggota keluarga tentang status ibu. Data objektif adalah informasi yang dikumpulkan berdasarkan pemeriksaan / pengantar terhadap ibu atau bayi baru lahir. Cara mengumpulkan data, yaitu : 1. Berbicara dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang kondisi ibu dan riwayat perjalanan penyakit.
2. Mengamati tingkah laku ibu apakah terlihat sehat atau sakit, nyaman atau terganggu (kesakitan). 3. Melakukan pemeriksaan fisik. 4. Melakukan pemeriksaan tambahan lainnya bila perlu, misalnya pemeriksaan laboratorium. 2. Diagnosis ____________ Membuat diagnosa secara tepat dan cepat setelah data dikumpulkan dan dianalisa. Pencarian dan pengumpulan data untuk diagnosis merupakan proses sirkuler (melingkar) yang berlangsung secara terus-menerus bukan proses linier (berada pada satu garis lurus). Diagnosis terdiri atas diagnosis kerja dan diagnosis defenitif. Diagnosis kerja diuji dan dipertegas atau dikaji ulang berdasarkan pengamatan dan temuan yang diperoleh secara terusmenerus. Setelah dihasilkan diagnosis defenitif barulah bidan dapat merencanakan penataksanaan kasus secara tepat. Untuk membuat diagnosa : 1. Pastikan bahwa data-data yang ada dapat mendukung diagnosa. 2. Mengantisipasi masalah atau penyulit yang mungkin terjadi setelah diagnosis defenitif dibuat. 3. Memperhatikan kemungkinan sejumlah diagnosa banding atau diagnosa ganda. 3. Penatalaksanaan Asuhan atau Perawatan ________________________________________ Rencana penatalaksanaan asuhan dan perawatan disusun setelah data terkumpul dan diagnosis defenitif ditegakkan. Setelah membuat rencana asuhan, laksanakan rencana tersebut tepat waktu dan mengacu pada keselamatan klien. Pilihan intervensi efektif dipengaruhi oleh : 1. Bukti-bukti klinik 2. Keinginan dan kepercayaan ibu 3. Tempat dan waktu asuhan 4. Perlengkapan, bahan dan obat-obatan yang tersedia 5. Biaya yang diperlukan 6. Tingkat keterampilan dan pengalaman penolong persalinan 7. Akses , transportasi, dan jarak ke tempat rujukan 8. Sistem dan sumber daya yang mendukung ibu (suami, anggota keluarga, sahabat). 4. Evaluasi ___________
Penatalaksanaan yang telah dikerjakan harus dievaluasi untuk menilai tingkat efektivitasnya. Tentukan apakah perlu dikaji ulang atau diteruskan sesuai dengan kebutuhan saat itu atau kemajuan pengobatan. Jadi proses pengumpulan data, membuat diagnosa, penatalaksanaan intervensi atau tindakan dan evaluasi merupakan proses sirkuler (melingkar) yang saling berhubungan. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam dan seksio sesar) dan persalinan akan berlangsung lebih cepat. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan : 1. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai martabatnya. 2. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai asuhan tersebut. 3. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya. 4. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau kuatir. 5. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu. 6. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu beserta anggota keluarga yang lain. 7. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya. 8. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya. 9. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten. 10. Menghargai privasi ibu. 11. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi. 12. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia menginginkannya. 13. Menghargai dan membolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak memberi pengaruh yang merugikan. 14. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi, pencukuran, dan klisma). 15. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. 16. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi. 17. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu). 18. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.
Asuhan sayang ibu pada masa post partum : 1. Menganjurkan ibu untuk selalu berdekatan dengan bayinya (rawat gabung). 2. Membantu ibu untuk mulai membiasakan menyusui dan menganjurkan pemberian ASI sesuai permintaan. 3. Mengajarkan ibu dan keluarganya mengenai nutrisi dan istirahat yang cukup setelah melahirkan. 4. Menganjurkan suami dan anggota keluarganya untuk memeluk bayi dan mensyukuri kelahiran bayinya. 5. Mengajarkan ibu dang anggota-anggota keluarganya tentang bahaya dan tandatanda bahaya yang dapat diamati dan anjurkan mereka untuk mencari pertolongan jika terdapat masalah atau kekhawatiran. Pencatatan Rekam Medik Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayinya. Jika asuhan tidak dicatat, dapat dianggap tidak pernah melakukan asuhan tersebut. Pencatatan adalah bagian penting dari proses membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk terusmenerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk menganalisa data yang telah dikumpulkan dan dapat lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosa serta membuat rencana asuhan atau perawatan bagi ibu dan bayinya. Partograf merupakan bagian terpenting dari proses pencatatan selama persalinan. Pencatatan rutin adalah penting karena : 1. Dapat digunakan sebagai alat bantu untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi apakah asuhan atau perawatan sudah sesuai dan efektif, untuk mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang diberikan dan untuk membuat perubahan dan peningkatan rencana asuhan atau perawatan. 2. Dapat digunakan sebagai tolok ukur keberhasilan dalam proses membuat keputusan klinik, sedangkan sebagai metode keperawatan, informasi ini harus dapat diberikan atau diteruskan kepada tenaga kesehatan lainnya. 3. Merupakan catatan permanen tentang asuhan, perawatan dan obat yang diberikan. 4. Dapat dibagikan diantara para penolong kelahiran. Hal ini penting jika memerlukan rujukan dimana lebih dari satu penolong kelahiran memberikan asuhan pada ibu dan bayi baru lahir. 5. Dapat mempermudah kelangsungan asuhan dari satu kunjungan ke kunjungan berikutnya, dari satu penolong persalinan kepada penolong persalinan lain atau dari seorang penolong persalinan ke fasilitas kesehatan lainnya. Melalui pencatatan rutin, penolong persalinan mendapatkan informasi yang relevan dari setiap ibu atau bayi baru lahir yang diasuhnya. 6. Dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus. 7. Diperlukan untuk memberi masukan data statistik sebagai catatan nasional dan daerah, termasuk catatan kematian dan kesakitan ibu / bayi baru lahir. Aspek-aspek penting dalam pencatatan : 1. Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan
2. Identifikasi penolong persalinan 3. Paraf atau tandatangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan 4. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat,dicatat dengan jelas dan dapat dibaca 5. Ketersediaan sistem penyimpanan catatan atau data pasien 6. Kerahasiaan dokumen-dokumen medis Ibu harus diberikan salinan catatan medik (catatan klinik antenatal, dokumen-dokumen rujukan, dll) beserta panduan yang jelas mengenai : - Maksud dari dokumen-dokumen tersebut - Kapan harus dibawa - Kepada siapa harus diberikan - Bagaimana cara penyimpanan yang aman di rrumah atau selama perjalanan ke tempat rujukan. Rujukan
Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal namun sekitar 10-15 % diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Sangatlah sulit menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga penolong / fasilitas pelayanan harus mengetahui lokasi fasilitas tujukan terdekat yang mampu melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir, seperti : - Pembedahan termasuk bedah sesar. - Transfusi darah. - Persalinan menggunakan ekstraksi vakum daan cunam. - Antibiotik IV. - Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lannjutan bagi bayi baru lahir. Informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat rujukan, ketersediaan pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak yang ditempuh ke tempat rujukan merupakan hal penting yang harus diketahui oleh klien dan penolong persalinan. Jika terjadi penyulit, upaya rujukan melalui alur yang tepat dan waktu yang singkat. Jika ibu dan bayi baru lahir mengalami penyulit dan dirujuk ke tempat yang tidak sesuai, mereka akan kehilangan banyak waktu yang berharga dan kesempatan terbaik untuk menyelamatkan jika mereka. Pada saat kunjungan antenatal, jelaskan bahwa petugas kesehatan, klien dan suami akan selalu berupaya untuk mendapatkan pertolongan terbaik, termasuk kemungkinan rujukan setiap ibu hamil apabila terjadi penyulit. Pada saat terjadi penyulit seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan sehingga keterlambatan dalam membuat keputusan dapat membahayakan jiwa klien. Anjurkan ibu untuk membahas rujukan dan membuat rencana rujukan bersama suami dan keluarganya serta tawarkan untuk berbicara dengan suami dan keluarganya untuk menjelaskan antisipasi rencana rujukan. Masukkan persiapan-persiapan dan informasi berikut ke dalam rencana rujukan : - Siapa yang akan menemani ibu dan bayi barru lahir.
- Tempat-tempat rujukan mana yang lebih dissukai ibu dan keluarga. (Jika ada lebih dari satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis asuhan yang diperlukan). - Sarana transportasi yang akan digunakan ddan siapa yang akan mengenderainya. Ingat bahwa transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam. - Orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika transpusi darah diperlukan. - Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan dan bahanbahan. - Siapa yang akan tinggal dan menemani anakk-anak yang lain pada saat ibu tidak di rumah. Kaji ulang tentang keperluan dan tujuan upaya rujukan pada ibu dan keluarganya. Kesempatan ini harus dilakukan selama ibu melakukan kunjungan asuhan antenatal atau pada saat awal persalinan, jika memungkinkan. Jika ibu belum membuat rencana selama kehamilannya, penting untuk mendiskusikan rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya pada saat-saat awal persalinan. Jika kemudian timbul masalah pada saat persalinan dan rencana rujukan belum dibicarakan maka seringkali sulit untuk membuat persiapan-persiapan dengan cepat. Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang ibu dalam mendukung keselamatan ibu. Hal-hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu : 1. Bidan 2. Alat 3. Keluarga 4. Surat 5. Obat 6. Kendaraan 7. Uang Bidan —— Pastikan bahwa ibu dan/atau bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang kompoten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Alat —– Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan. Keluarga ———