BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelenjar saliva merupakan salah satu organ dalam sistem pencernaan
serta merupakan kelenjar sekretori yang memiliki duktus untuk mengeluarkan
sekresinya ke rongga mulut. Apabila terjadi peradangan pada salah satu
kelenjar saliva (kelenjar parotis) disebut Parotitis. Lokasinya terdapat di
sisi kanan dan kiri wajah manusi. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi yang
pada 30-40 % kasusnya merupakan infeksi asimptomatik. Infeksi ini
disebabkan oleh virus RNA untai tunggal negative sense berukuran 100-600
nm, dengan panjang 15000 nukleotida termasuk dalam genus Rubulavirus
subfamily Paramyxsovirinae dan family Paramyxoviridae (Sumarmo,2008).
Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan
mentah mungkin dengan urin. (Warta medika, 2009). Penyakit ini di Indonesia
disebut gondongan atau radang kelenjar gondok (Chin, 2000).
Sebanyak 6.584 kasus parotitis di Amerika dilaporkan pada tahun 2006,
dengan 76% terjadi diantara Maret dan Mei, namun tidak ada kematian yang
dilaporkan. Kejadian nasional parotitis adalah 2,2 per 100.000. Kasus ini
juga telah dilaporkan di Jerman, Inggris, Kanada. Namun, dibandingkan
dengan negara-negara lain, angka kejadian di AS sebenarnya masih relatif
kecil, meskipun tumbuh pada tingkat yang mengkhawatirkan. Di Inggris, pada
tahun 2004-2006 dilaporkan bahwa penyakit parotitis sebanyak lebih dari
70.000 kasus (Dayan Gustavo, 2008). Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA)
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), sejak tahun 1997-2008 terdapat 105
kasus parotitis epidemika. Jumlah kasus tersebut semakin berkurang tiap
tahunnya, dengan jumlah 11-15 kasus/tahun sebelum tahun 2000 dan 1-5
kasus/tahun setelah tahun 2000. Selama tahun 2008 hanya didapatkan satu
kasus parotitis epidemika. (Sari Pediatri, 2009). Sedangkan, jumlah kasus
parotitis akut di Indonesia khususnya di kota Surabaya belum dapat
diketahui secara pasti karena minimnya penelitian mengenai penyakit ini.
Parotitis yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat
menimbulkan berbagai komplikasi serius yang akan menambah resiko terjadinya
kematian. Komplikasi yang terjadi pada pasien dengan parotitis dapat
berupa: Meningoencepalitis, artritis, pancreatitis, miokarditis, ooporitis,
orchitis, mastitis, dan ketulian. Oleh karena itu, sebagai perawat kita
harus melakukan tindakan keperawatan dengan tepat untuk mengurangi resiko
terjadinya komplikasi, mendukung proses penyembuhan, menjaga atau
mengembalikan fungsi pencernaan, dan memberikan insformasi tentang proses
penyakit dan tata cara perawatan dirumah. Peran keluarga dan lingkungan
juga mendorong penurunan terjadinya parotitis, yaitu dengan cara hidup
sehat.
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana anatomi fisiologi dari kelenjar saliva?
2) Apa definisi dari parotitis?
3) Bagaimana etiologi dari parotitis?
4) Bagiaman patofisiologi dari parotitis?
5) Bagaimana manifestasi klinis dari parotitis?
6) Apa saja pemeriksaan diagnostik parotitis?
7) Bagaimana penatalaksanaan dan pencegahan dari parotitis?
8) Apa saja komplikasi yang ditimbulkan dari parotitis?
9) Bagaimana prognosis dari parotitis?
10) Bagaimana asuhan keprawatan untuk pasien dengan gangguan parotitis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep teori dan asuhan keperawatan pasien
dengan gangguan sistem pencernaan, khususnya parotitis serta dapat memahami
dan menerapkan perannya sebagai perawat dalam pencegahan dan penanganan
masalah gastrointestinal terutama masalah parotitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Konsep teori
a) Menjelaskan anatomi fisiologi dari kelenjar saliva.
b) Mengetahui definisi dari parotitis.
c) Mengetahui etiologi dari parotitis.
d) Mengetahui patofisiologi dan WOC dari parotitis.
e) Mengetahui manifestasi klinis dari parotitis.
f) Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari parotitis.
g) Mengetahui penatalaksanaan dan pencegahan dari parotitis.
h) Mengetahui komplikasi dari parotitis.
i) Mengetahui prognosis dari parotitis.
j) Dapat menjelaskan proses keperawatan pada pasien parotitis.
k) Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien parotitis.
2) Asuhan keperawatan pasien
a) Menjelaskan tentang pengkajian pasien dengan parotitis.
b) Menjelaskan tentang diagnosis keperawatan pasien dengan parotitis.
c) Menjelaskan intervensi tindakan keperawatan kepada pasien dengan
parotitis.
d) Menjelaskan hasil evaluasi keperawatan kepada pasien dengan
parotitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Saliva
Kelenjar saliva merupakan kelenjar sekretori yang memiliki duktus untuk
mengeluarkan sekresinya ke rongga mulut. Produksi saliva pada orang dewasa
sehat lebih kurang 1,5 liter/24 jam. Proses sekresinya dikendalikan oleh
sistem persyarafan reseptor kolinergik. Fungsi dari kelenjar saliva, yaitu:
a) Lubrikasi dan membersihkan mukosa oral, melindunginya dari
kekeringan, dan bahan-bahan karsinogen.
b) Membantu pencernaan makanan melalui aktivitas enzim (amylase atau
ptyalin) yang dikandungnya.
c) Sebagai buffer mukosa oral terhadap bahan yang bersifat asam dan
bakteri.
d) Aktivitas anti bakteri.
e) Membantu mempertahankan integritas gigi karena saliva berperan dalam
remineralisasi permukaan gigi.
f) Membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah).
g) Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukurang tentang
keseimbangan air dalam tubuh.
Berdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu
kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor
terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar
sublingualis (Dawes, 2008; Roth and Calmes, 1981).
1) Kelenjar Saliva Mayor
a) Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak
secara bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan
prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah
lengkung zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung
parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari
tepi kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis
berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki
rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas.
Sekretnya dituangkan ke dalam mulut melalui saluran parotis atau
saluran stensen. Ada dua struktur penting yang melintasi kelenjar
parotis, yaitu arteri karotis eksterna dan saraf kraial ke tujuh
(saraf fasialis).
b) Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar saliva terbesar kedua
setelah parotis, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula
dan berukuran kira-kira sebesar buah kenari. Seketnya dituangkan ke
dalam mulut melalui saluran submandibularis atau saluran Wharton,
yang bermuara di dasar mulut, dekat frenulum linguage.
c) Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan
terletak paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam
(almond shape), terletak pada dasar mulut antara mandibula dan otot
genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan
kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam
kuda di sekitar frenulum lingualis.
2) Kelenjar Saliva Minor
Terdapat lebih dari 600 kelenjar liur minor yang terletak di kacum oral
di dalam lamina propria mukosa oral dan berdiameter 1-2mm. Kelenjar ini
biasanya merupakan sejumlah asinus yang terhubung dalam lobulus kecil.
Kelenjar liur minor mungkin mempunyai saluran ekskresi bersama dengan
kelenjar minor yang lain, atau mungkin juga mempunyai saluran sendiri.
Secara alami, sekresi utamanya adalah mukous (kecuali Kelenjar Von Ebner)
dan mempunyai banyak fungsi, seperti membasahi kavum oral dengan saliva.
a) Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa
kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan inferior
dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar
mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis
posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari
lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus.
b) Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir.
Kelenjar ini bersifat mukus dan serus.
c) Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak
dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras.
d) Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan
kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan
glossopalatinal.
2. Definisi Parotitis
Parotitis merupakan penyakit infeksi pada kelenjar parotis akibat
virus. Penyakit ini merupakan penyebab edema kelenjar parotis yang paling
sering. Kejadian parotis saat ini berkurang karena adanya vaksinasi.
Insidens parotitis tertinggi pada anak-anak berusia 4-6 tahun. Onset
penyakit ini diawali dengan adanya rasa nyeri dan bengkak pada daerah
sekitar kelenjar parotis. Masa inkubasi berkisar antara 2 hingga 3 minggu.
Gejala lainnya berupa demam, malaise. Mialgia, serta sakit kepala (Susyana
Tamin, 2011). Pada saluran kelenjar ludah, terjadi kelainan berupa
pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Parotitis yang
juga dikenal sebagai penyakit gondong ini adalah penyakit yang biasanya
menyerang anak-anak berusia 2-12 tahun. Jika seseorang pernah menderita
penyakit ini, maka orang itu akan memiliki kekebalan seumur hidupnya.
Penyakit Parotitis (gondongan) adalah suatu penyakit menular dimana
sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar
ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan
pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit
gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau
epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun
(sekitar 85% kasus). (Warta Medika, 2009).
Parotitis merupakan penyakit virus akut yang biasanya menyerang
kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas
yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran
kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran
dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang
testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan
organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau
tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-
obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang
kekurangan zat Iodium dalam tubuh. (Sumarmo,2008). Dalam sebuah jurnal
penelitian oleh Puspita, Komang Yullan (2014), menjelaskan bahwa ada suatu
zat yakni chlorhexidine yang digunakan dalam jangka waktu 2 minggu
seringkali menimbulkan efek samping timbulnya parotitis dengan tanda
munculnya iritasi pada mukosa mulut, sensasi terbakar dan perubahan
persepsi rasa.
Obi Andareto (2015) menjelaskan faktor penyebab parotitis adalah
gangguan pada kelenjar tiroid sehingga tidak dapat mensekresikan hormon
tiorid sesuai dengan kebutuhan tubuh. Juga dapat terjadi karena kekurangan
kadar yodium yang menyebabkan gondok bersifat endemik. Demikian pula,
kekurangan yodium pada wanita hamil kadang-kadang menyebabkan bayi
meninggal dunia maupun dilahirkan dengan kelambatan mental atau tuli
(kretinisme). Penyakit ini di Indonesia disebut gondongan atau radang
kelenjar gondok, disebut juga parotitis infektiosa. Adapun biasanya
kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis, kelenjar sublingualis dan
kelenjar submaksilaris di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan
pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah (Chin, 2000).
Menurut Sumarmo (2008) penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat ditularkan
melalui kontak langsung, percikan ludah (droplet), muntahan, dan bisa pula
melalui air kencing.
Tidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-
40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka
dapat menjadi sumber penularan seperti halnya penderita parotitis yang
nampak sakit. Masa tunas (masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari
dengan rata-rata 17-18 hari. Ada dua macam klasifikasi dari parotitis,
yaitu sebagai berikut :
a) Parotitis kambuhan
Maksud kambuhan disini adalah, apabila pasien yang sebelumnya telah
terinfeksi, kemudian kambuh kembali. Anak-anak yang biasanya terkena
parotitis tipe ini adalah ketika sampai pada usia antara 1 bulan
hingga akhir usia kanak-kanak (sampai 12 tahun).
b) Parotitis akut
Tanda yang nampak dari parotitis akut ini adalah rasa sakit yang
tiba-tiba, kemerahan dan pembengkakan pada daerah parotis. Tanda-tanda
parotitis akut ini dapat timbul sebagai akibat pasca-bedah yang
dilakukan pada penderita terbelakang mental dan penderita usia lanjut.
Hal mengenai pasca-bedah ini khususnya apabila penggunaan anastesi
umum lama dan ada gangguan hidrasi.
3. Etiologi Parotitis
Agen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok
paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles,
dan virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar
90–300 mµ. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah,
urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus ini aktif dalam lingkungan
yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu
ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu <4 ºC, oleh formalin, eter,
serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik. Virus masuk dalam tubuh
melalui hidung atau mulut. Virus bereplikasi pada mukosa saluran napas atas
kemudian menyebar ke kalenjar limfa lokal dan diikuti viremia umum setelah
12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari. Selanjutnya
lokasi yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas,
tiroid, ginjal, jantung atau otak. Virus masuk ke sistem saraf pusat
melalui plexus choroideus lewat infeksi pada sel mononuclear. Masa
penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui dari ludah, cairan
serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus dapat
diisolasi dari saliva 6-7 hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah
munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam
sebelum pembengkakan kalenjar ludah dan 3 hari setelah pembengkakan
menghilang (Sumarmo, 2008).
Virus yang paling umum yang menyebabkan parotitis akut adalah mumps.
Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genus Rubulavirus subfamily
Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2
glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus
ini juga memiliki dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S
atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen
V yang berasal dari hemaglutinin permukaan. Vaksinasi rutin dilakukan
setiap kali insidens mumps. Mumps akan sembuh dengan sendirinya dalam 10
hari. Bakteri parotitis akut yang paling sering disebabkan oleh infeksi
bakteri Staphylococcus Aureus tetapi bisa juga disebabkan oleh bakteri
commensal. Parotitis ekstrapulmonary tuberculosis. Mikrobakterium ini
menyebabkan tuberkulosis dan dapat juga menyebabkan infeksi parotis.
Infeksi tersebut menyebabkan pembesaran tetapi nyeri sedang pada kelanjar
parotis. Diagnosis dibuat melalui penemuan tipe radiografi dada, kultur,
diagnosis histologi setelah kelenjar diangkat. Ketika didiagnosis dan
dirawat dengan pengobatan anti tuberkular, kelenjar mungkin kembali normal
dalam1 -3 bulan.
Penyebab autoimun diketahui sebagai parotitis kronis autoimun. Sindrom
Sjogren's meruapakan inflamasi kronis pada kelenjar saliva bisa menjadi
sebuah penyakit autoimun yang dikenal sebagai Sindrom Sjogren's. Penyakit
ini paling umum muncul pada orang berumur 40-60 tahun, tetapi bisa juga
menyerang anak kecil. Pada sindrom Sjogren's, prevalensi parotitis
perempuan : laki-laki berkisar 9 : 1. Sindrom ini sering bermanifestasi
dengan kekeringan berlebihan pada mata, mulut, hidung, vagtna dan kulit.
Blokade atau penyumbatan dari saluran parotis utama, satu dari cabangnya,
sering menyebabkan parotitis akut, inflamasi selanjutnya terhadap super
infeksi bakteri. Penyumbatan bisa terjadi akibat dari batu saliva, sumbatan
mucus, atau jarang dari tumor ganas. Batu saliva atau bisa dikenal dengan
sialolithiasis atau kalkulus saluran saliva merupakan bentukan dari kalsium
tetapi tidak mengindikasikan kelainan kalsium. Batu saliva pada kelenjar
parotis lebih sering terbentuk di hilum atau di dalam parenkim. Gejala yang
dirasakan pasien adalah terdapat bengkak yang hilang timbul disertai dengan
rasa nyeri. Dapat teraba batu pada kelenjar yang terlibat Batu saliva
didiagnosa melalui X-Ray, CT Scan atau USG (Professor of otolaryngology,
2009).
4. Patofisiologi Parotitis
Parotitis merupakan penyakit infeksi pada kelenjar parotis akibat
virus. Penyakit ini merupakan penyebab edema kelenjar parotis yang paling
sering. Kejadian parotitis saat ini berkurang karena adanya vaksinasi.
Insidens parotitis tertinggi pada anak-anak berusia antara 4-6 tahun. Onset
penyakit ini diawali dengan adanya rasa nyeri dan bengkak pada daerah
sekitar kelenjar parotis. Masa inkubasi berkisar antara 2 hingga 3 minggu.
Gejala lainnya berupa demam, malaise, mialgia, serta sakit kepala (Tamin,
Susyana & Duhita Yassi, 2011).
Parotitis tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic
atau epidemik. Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12
tahun. Parotitis sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari
dua tahun, hal tersebut karena umumnya mereka masih memiliki atau
dilindungi oleh antibody yang baik. Anak yang pernah menderita parotitis
akan memiliki kekebalan seumur hidupnya (Nahlieli, 2005). Penularan atau
penyebaran virus dapat ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah,
bahan muntah, mungkin dengan urine. Virus tersebut masuk tubuh bisa melalui
hidung atau mulut. Biasanya kelenjar yang terkena adalah kelenjar parotis.
Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis dibuktikan dengan
adanya kenaikan titer Ig-M dan Ig-G secara bermakna dari serum akut dan
serum konvalesens. Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga
terjadi proliferasi di parotis atau epitel traktus respiratorius kemudian
terjadi viremia (ikutnya virus ke dalam aliran darah) dan selanjutnya virus
berdiam di jaringan kelenjar atau saraf yang kemudian akan menginfeksi
glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis.
Masa inkubasi 15 sampai 21 hari kemudian virus bereplikasi di dalam
traktus respiratorius di dalam traktus respiratorius atas dan nodus
limfatikus servikalis, dari sini virus menyebar melalui aliran darah ke
organ-organ lain, termasuk selaput otak, gonad, pankreas, payudara,
thyroidea, jantung, hati, ginjal dan saraf otak. Bila testis terkena maka
terdapat pendarahan kecil dan nekrosis sel epitel tubuli seminiferus. Pada
pancreas kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan. Adenitis
kelenjar liur manifestasi viremia awal. Viruria biasanya terjadi dan
disertai oleh gangguan ginjal (Suprohaita et al, 2000). Perjalanan penyakit
klasik dimulai dengan demam, sakit kepala, anoreksia dan malaise. Dalam 24
jam anak mengeluh sakit telinga yang bertambah dengan gerakan mengunyah,
esok harinya tampak glandula parotis yang membesar dan cepat bertambah
besar, mencapai ukuran maksimal dalam 1-3 hari, biasanya demam menghilang 1-
6 hari dan suhu menjadi normal sebelum hilangnya pembengkakan
kelenjar.bagian bawah daun telinga terangkat keatas dan keluar oleh
pembengkakan glandula parotis. Pembengkakan dapat disertai nyeri hebat,
nyeri mulai berkurang setelah tercapai pembengkakan maksimal berlangsung
selama 6-10 hari. Biasanya satu glandula parotis membesar kemudian diikuti
yang lainnya dalam beberapa hari. Adakalanya kanan dan kiri membesar
bersamaaan parotis unilateral ditemukan kira-kira 25% (Berker, 2004).
Akibat terinfeksinya kelenjar parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi
demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot. Kemudian dalam 3 hari
terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang mula-mula unilateral kemudian
bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan. Pada manusia
selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni
dan liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis
jaringan (Mansjoer, 2000). Kondisi parotitis memberikan berbagai masalah
keperawatan pada pasien. Adanya respons inflamasi sistemik memberikan
manifestasi peningkatan suhu tubuh. Manifestasi respons ketidaknyamanan
sakit kepala dan anoreksia memberikan manifestasi peningkatan suhu tubuh.
Manifestasi respon ketidaknyamanan sakit kepala dan anoreksia memberikan
manifestasi nyeri dan ketidak seimbangan pemenuhan nutrisi. Raad et al
(1990), setelah kajian literatur, menyimpulkan bahwa faktor utama
dalam patogenesis adalah dilatasi duktus dengan atau tanpa bukti obstruksi
dan infeksi persisten derajat rendah.
WOC PAROTITIS
5. Manifestasi Klinis
Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus Paramyxovirus mengalami
keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda
sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya
yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit
tersebut.
Masa tunas (masa inkubasi) penyakit gondong sekitar 12-24 hari dengan
rata-rata 17-18 hari. Adapun tanda dan gejala yang timbul setelah
terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sebagai berikut
(Obi Andareto, 2015) :
1) Pada tahap awal (1-2 hari) penderita gondong mengalami gejala, demam
(suhu badan 38,5-40oC), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu
makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya
disertai kaku rahang (sulit membuka mulut)
2) Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis)
yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar kemudian
kedua kelenjar mengalami pembengkakan
3) Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur-
angsur mengempis.
4) Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar dibawah rahang
(submandibula) dan kelenjar dibawah lidah (sublingual) . pada pria
akil balik adakalanya terjadi pembengkakan buah akar (testis) karena
penyebaran melalui aliran darah.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a) Darah rutin
Tidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya
leukopenia ringan yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun.
Normalnya leukosit dalam darah adalah 4x109/L darah dengan limfositosis
relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis
polimorfonuklear tingkat sedang.
b) Amilase serum
Biasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan
pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2
minggu. Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.
c) Pemeriksaan serologis
Ada tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan
adanya infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:
1) Hemaglutination inhibition (HI) test
Uji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset
cepat dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika
perbedaan titer spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka
kemungkinannya parotitis.
2) Neutralization (NT) test
Dengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan
fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi
hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi
dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi
asam serum adalah metode yang paling dapat dipercaya untuk menemukan
imunitas tetapi tidak praktis dan tidak mahal.
3) Complement – Fixation (CF) test
Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah
respon antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa
infeksi parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V
mencapai titer puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan
berikutnya dan kemudian menurun secara lambat 2 tahun sampai suatu
jumlah yang rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali lipat dalam
titer dengan analisis standar apapun menunjukan infeksi yang baru
terjadi. Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering mencapai
maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6
sampai 12 minggu.
d) Pemeriksaan Virologi
Isolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus
dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor
serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat
hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada
pada biakan yang diberi serum hiperimun.
7. Penatalaksanaan
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat self-limited (sembuh atau
hilang sendiri) yang berlangsung kurang lebih dalam satu minggu. Tidak ada
terapi spesifik bagi infeksi virus "Mumps" oleh karena itu pengobatan
parotitis seluruhnya simptomatis dan suportif.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog
seperti tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena
mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral.
Jika respons suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi, maka
antibiotik intravena mungkin lebih sesuai.
Berikut tata laksana yang sesuai dengan kasus yang diderita :
1) Penderita rawat jalan
Penderita baru dapat dirawat jalan bila tidak ada komplikasi (keadaan
umum cukup baik).
a) Istirahat yang cukup, di berikan kompres
b) Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c) Medikamentosa : Analgetik-antipiretikPenderita rawat inap
2) Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepala hebat,
gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasi.
a) Diet lunak, cair dan tidak kering
b) Analgetik-antipiretik
c) Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi
3) Terapi komplikasi
A) Encephalitis
Simptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk
mengurangi sakit kepala.
B) Orkhitis
a) Istrahat yang cukup
b) Pemberian analgetik
c) Sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg/kg/24 jam,
peroralm, selama 2 – 4 hari)
4) Pankreatitis
Terapi simptomatis dengan cairan yang cukup.
8. Pencegahan
Pencegahan adalah solusi terbaik supaya terhindar dari penyakit ini.
Cara pencegahan terbaik untuk parotitis adalah dengan imunisasi rutin
rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) 2011. Vaksin ini merupakan
kombinasi dengan vaksin measles (campak) dan rubella (campak Jerman).
Diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada usia 15 bulan dan kemudian usia 5–6
tahun (FK UNUD, 2011). Penecegahan bisa dilakukan secara pasif dan aktif.
Berikut adalah perbedaan pencegahan secara pasif dan aktif.
A) Pasif : Gamma globulin parotitis hiperimun tidak efektif dalam
mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi.
B) Aktif : Pemberian rutin vaksin parotitis hidup yang dilemahkan.
Anak yang divaksinasi biasanya tidak mengalami demam atau reaksi
klinis lain yang dapat dideteksi, tidak mengeksresi virus, dan tidak
menular terhadap kontak yang rentan. Jarang parotitis dapat
berkembang 7 – 10 hari sesudah vaksinasi. Vaksin memicu antibody
pada sekitar 96% resipien seronegatif dan mempunyai kemanjuran
protektif sekitar 97% terhadap infeksi parotitis alamiah. Proteksi
tampak berakhir lama. Pada suatu wabah parotitis, beberapa anak yang
telah diimunisasi dengan vaksin parotitis sebelumnya mengalami sakit
yang ditandai dengan demam, malaise, mual, dan ruam popular merah
yang melibatkan badan dan tungkai tetapi mentelamatkan telapak
tangan dan kaki. Ruam berakhir sekitar 24 jam. Tidak ada virus yang
diisolasi dari anak, tetapi kenaikan titer antibody parotitis
ditunjukkan.
9. Komplikasi
Hampir semua anak yang menderita gondongan akan pulih total tanpa
penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2
minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus
dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi
terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas. Dibawah ini adalah
komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang
kurang dini :
a) Meningoensepalitis : Penderita mula-mula menunjukan gejala nyeri
kepala ringan, yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan
suhu tubuh yang tinggi (hiperpireksia). Komplikasi ini merupakan
komplikasi yang sering pada anak-anak.
b) Ketulian : Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral
walaupun insidensinya rendah (1:15.000), parotitis adalah penyebab
utama tuli saraf unilateral, kehilangan pendengaran mungkin sementara
atau permanen.
c) Orkitis : Peradangan pada salah satu atau kedua testis. Setelah
sembuh, testis yang terkena mungkin akan menciut. Jarang terjadi
kerusakan testis yang permanen Sehingga kemandulan dapat terjadi pada
masa setelah puber dengan gejala demam tinggi mendadak, menggigil
mual, nyeri perut bagian bawah, gejala sistemik, dan sakit pada
testis.
d) Ensefalitis atau Meningitis : Peradangan otak atau selaput otak.
Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau
kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan
sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita yang mengalami
ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang
permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah.
e) Ooforitis : Timbulnya nyeri dibagian pelvis ditemukan pada sekitar 7%
pada penderita wanita pasca pubertas.
f) Pankreatitis : kelainan berat tetapi jarang terjadi. Pankreatitis
dapat terjadi karena infeksi virus parotitis yang menyebabkan jejas
primer sel asiner dan terjadi efek destruktif enim-enim pankreas yang
dilepas oleh sel asiner sehingga leukosit akan meleppaskan sitokin
pro inflamatorik yang menyebabkan terjadinya inflamasi lokal dam
edema pada pankreas
Peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama.
Penderita merasakan mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini
akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total.
g) Nefritis : Kadang kelainan fungsi ginjal terjadi pada setiap
penderita dan viruria terdeteksi pada 75%. Frekuensi keterlibatan
ginjal pada anak-anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan,
terjadi 10-14 hari sesudah parotitis. Nefritis ringan dapat terjadi
namun jarang. Dapat sembuh sempurna tanpa meninggalkan kelainan pada
ginjal.
h) Miokarditis : Manifestasi jantung yang serius sangat jarang terjadi,
tetapi infeksi ringan miokardium mungkin lebih sering daripada yang
diketahui. Miokarditis ringan dapat terjadi dan muncul 5–10hari pada
parotitis. Gambaran elektrokardiografi dari miokarditis seperti
depresi segmen S-T, flattening atau inversi gelombang T. Dapat
disetai dengan takikardi, pembesaran jantung dan bising sistolik.
i) Artritis : Jarang ditemukan pada anak-anak. Atralgia yang disertai
dengan pembengkakan dan kemerahan sendi biasanya penyembuhannya
sempurna. Manifestasi lain yang jarang tapi menarik pada parotitis
adalah poliarteritis yang sering kali berpindah-pindah. Gejala sendi
mulai 1-2minggu setelah berkurangnya parotitis. Biasanya yang terkena
adalah sendi besar khususnya paha atau lutut. Penyakit ini berakhir 1-
12 minggu dan sembuh sempurna.
10. Prognosis
Prognosis pasien parotitis hidup karena gejala ringan dan tidak
ditemukan keterlibatan infeksi susunan saraf pusat. Parotitis bersifat
self-limiting dan hanya memerlukan pengobatan suportif. Prognosis fungsi
karena walaupun pasien sudah memasuki usia pubertas, orkitis terjadi
unilateral. Sehingga kecil kemungkinan terjadi atro testis kecil. Infeksi
virus parotitis epidemika memberikan imunitas jangka panjang, dan tidak
menyebabkan kekambuhan pada pasien sehingga prognosis sanactionam baik
(Pudjiadi & Hadinegoro, 2009).
Karena sifat dari penyakit yang mendasarinya, mayoritas pasien dengan
ascending parotitis adalah pada usia paruh baya atau lebih tua. Pada pasien
yang dilaporkan oleh Raad et al (1990), 83% kasus parotitis bakteri akut
dan 76% dari sialadenitis submandibular akut pada wanita dan usia rata-rata
adalah 47,5 tahun.
Secara umum prognosis parotitis baik, kecuali pada keadaan tertentu yang
menyebabkan terjadinya ketulian, sterilitas karena atrofi testis dan
sekuele karena meningoensefalitis.
2.11 Proses Keperawatan
2.11.1 Pengkajian
1) Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, suku / bangsa, agama,
pendidikan, alamat.
2) Keluhan Utama
Umumnya pada pasien penderita parotitis, pasien mengeluhkan demam,
nyeri di bawah telinga, bengkak, nafsu makan menurun, sakit kepala,
muntah, nyeri otot dan sulit menelan.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya pasien mengelukan mengalami demam dan merasakan nyeri pada
belakang telinga dan pipi. Beberapa hari kemudian timbul bengkak dan
kemerahan kemudian menjadi sukar menelan dan nafsu makan menurun,
adanya rasa nyeri dan bengkak menyebar ke daerah pipi.
4) Riwayat Penyakit Dahulu:
a) Tanyakan apakah pasien pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala
yang sama.
b) Tanyakan punya riwayat penyakit menular, dan riwayat penyakit
alergi.
c) Tanyakan apakah pasien pernah di imunisasi MMR (Mumps, Measles,
Rubela).
5) Riwayat Penyakit Keluarga:
Biasanya semua anggota keluarga sudah pernah mengalami gejala yang
sama dan kemungkinan bisa tertular
6) Pemeriksaan Fisik:
a) B1 (breathing) : Takipnea
b) B2 (blood) : kelemahan fisik dan takikardi
c) B3 (brain) : compos mentis, mengalami kecemasan dan terus
menerus gelisah akibat manifestasi klinis
dari parotitis, sakit kepala dan kaku leher
d) B4 (bladder) : normal
e) B5 (bowel) : sulit menelan nafsu makan menurun BB
menurun
f) B6 (bone) : kelemahan otot, malaise
7) Pemeriksaan Penunjang:
a) Pemeriksaan darah di dapatkan leucopenia ringan dengan limfositosis
relative.
b) Kadar leukosit < 4 x 109/L darah.
c) Pemeriksaan kadar amilase dalam serum naik >137 U/L darah.
2.11.2 Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan ketidakcukupan intake makanan akibat kesulitan
menelan
2) Hipertermi (00007) berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme:
proses inflamasi
3) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan penyakit yang diderita.
4) Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan kelemahan fisik
5) Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan penyakit (perubahan
fungsi dan struktur tubuh akibat parotitis)
6) Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan gangguan
orofaring (parotitis)
2.11.3 Intervensi Keperawatan
"Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh "
"(00002) berhubungan dengan ketidakcukupan intake makanan akibat "
"kesulitan menelan "
"Domain 2: Nutrition "
"Class 1. Ingestion "
"Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 "
"jam pemenuhan intake nutrisi klien dapat tercukupi "
"Kriteria hasil: berat badan dalam batas normal & kebutuhan nutrisi "
"adekuat "
"NOC "NIC "
"Domain II Physiologic Health "Nutrition Therapy (1120) "
"Class K Digestion & Nutrition "Monitor intake makanan dan cairan "
"Nutritional Status (1004) "serta hitung kalori harian yang "
"Intake nutrisi (100401) "dibutuhkan "
"Intake makanan (100402) "Ajarkan pasien untuk memilih "
"Intake cairan (100408) "makanan halus, lunak dan tidak "
"Hydrasi (100411) "mengandung asam "
" "Dorong pasien untuk memilih "
" "makanan yang lunak untuk "
" "memudahkan proses menelan "
" "Instruksikan pasien dan keluarga "
" "tentang diet yang diresepkan "
"Diagnosa 2 : Hipertermi (00007) berhubungan dengan peningkatan laju"
"metabolisme: proses inflamasi "
"Domain 11: Safety/Protection "
"Class 6. Thermoregulation "
"Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1 x 24 "
"jam terjadi penurunan suhu tubuh klien (suhu tubuh klien kembali "
"dalam batas normal) "
"Kriteria hasil: suhu tubuh dalam batas normal "
"NOC "NIC "
"Domain-Physiologic Health (II)"Vital Sign Monitoring (6680) "
"Class-Metabolic Regulation (I)"Monitor tekanan darah, nadi, suhu, "
"Thermoregulation (0800) "dan RR "
"Respiratory rate (080013) "Monitor gejala hipertermi "
"Temperature kulit naik "Monitor warna kulit, suhu, dan "
"(080001) "kelembaban "
" "Identifikasi kemungkinan penyebab "
" "perubahan tanda – tanda vital "
" "Monitor adanya sianosis "
"Diagnosa 3 : Nyeri akut (00132) berhubungan dengan penyakit yang "
"diderita "
"Domain 12: Comfort "
"Class 1. Physical Comfort "
"Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 "
"jam klien menunjukkan nyeri berkurang sampai hilang "
"Kriteria hasil : nyeri berkurang sampai dengan hilang "
"NOC "NIC "
"Domain IV Health Knowledge & "Pain Management (1400) "
"Behavior "Mengobservasi rasa nyeri termasuk "
"Class Q Health Behavior "lokasi, karakteristik, surasi, "
"Pain Control (1605) "frekuensim dan intensitas nyeri dan "
"Mengenali timbulnya nyeri "factor pencetus "
"(160502) "Mengamati tanda nonverbal dari nyeri"
"Mendiskripsikan penyebab nyeri"Menggunakan analgesic yang sesuai "
"(160501) "Mempertimbangkan jenis dana sumber "
"Melaporkan tanda perubahan "nyeri untuk memilih strategi "
"nyeri pada professional "penanganan nyeri "
"kesehatan (160513) "Ajarkan teknik nonfarmakologi "
"Melaporkan control nyeri "seperti hipnotis, relaksasi, terapi "
"(160522) "music "
" "Hilangkan factor presipitasi atau "
" "yang menimbulkan nyeri "
"Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas (00092) berhubungan dengan "
"kelemahan fisik "
"Domain 4: Activity/Rest "
"Class 4. Cardiovascular/Pulmonary Responses "
"Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 "
"jam klien menunjukkan dapat kembali beraktivitas seperti biasa "
"Kriteria hasil : klien dapat beraktivitas seperti biasa tanpa "
"bantuan orang lain "
"NOC "NIC "
"Domain-Functional Health (I) "Activity Therapy (4310) "
"Class-Energy Maintenance (A) "Membantu klien untuk focus pada "
"Activity Tolerance (0005) "kemampuan, dari pada kekurangan "
"Mudah melakukan aktivitas "Membantu klien untuk "
"sehari-hari (ADL) (000518) "mengidentifikasi aktivitas yang "
" "bermanfaat "
" "Membantu klien untuk memilih "
" "aktivitas dan pencapaian tujuan "
" "untuk aktivitas yang konsisten "
" "dengan kemampuan fisik, fisiologis, "
" "dan sosial "
"Diagnosa 5 : Gangguan citra tubuh (00118) berhubungan dengan "
"penyakit (perubahan fungsi dan struktur tubuh akibat parotitis) "
"Domain 6: Self-Perception "
"Class 3. Body Image "
"Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 "
"jam klien menunjukkan citra tubuh yang positif / kembali normal "
"Kriteria hasil : citra tubuh klien positif / kembali normal "
"NOC "NIC "
"Domain-Psychosocial Health "Body Image Enhancement (5220) "
"(III) "Menentukan harapan citra tubuh "
"Class-Psychological Well-being "klien berdasarkan pada tingkat "
"(M) "perkembangan "
"Body Image (1200) "Membantu klien untuk mendiskusikan "
"Gambaran internal diri (120001)"stressor yang mempengaruhi citra "
"Deskripsi pengaruh bagian tubuh"tubuh akibat penyakit "
"(120003) " "
"Kepuasan penampilan tubuh " "
"(120005) " "
"Penyesuaian diri terhadap " "
"perubahan penampilan fisik " "
"(120007) " "
"Penyesuaian diri terhadap " "
"perubahan status kesehatan " "
"(120009) " "
"Diagnosa 6 : Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan "
"gangguan orofaring (parotitis) "
"Domain 5: Perception/Cognition "
"Class 5. Communication "
"Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1x24 "
"jam komunikasi verbal klien kembali normal "
"Kriteria hasil : komunikasi verbal klien kembali normal "
"NOC "NIC "
"Domain-Physiologic Health (II)"Communication Enhancement: Speech "
"Class-Neurocognitive (J) "Deficit (4967) "
"Communication (0902) "Monitor kecepatan, tekanan, "
"Menggunakan bahasa lisan "pengucapan (bolak-balik), kuantitas,"
"(090202) "volume dan artikulasi dari kemampuan"
"Pertukaran pesan secara akurat"bicara "
"dengan yang lain (090208) "Menginstruksikan klien / keluarga "
" "pada kognitif, anatomis, fiiologis "
" "yang melibatkan diri dalam kemampuan"
" "bicara "
" "Menginstruksikan klien untuk "
" "berbicara dengan pelan "
" "Mengulang apa yang klien katakan "
" "untuk memastikan keakuratan "
2.11.4 Evaluasi Tindakan
Memastikan kriteria hasil yang di inginkan dapat tercapai, seperti:
1) Klien menunjukkan nyeri yang berkurang
2) Klien dapat melakukan distraksi positif ketika nyeri
3) Klien mempunyai masukan nutrisi yang adekuat
4) Klien menunjukkan suhu tubuh dan TTV dalam rentang normal.
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
3.1 Kasus
Nn. G berusia 27 tahun datang ke rumah sakit pada tanggal 10 Maret
2016. Klien datang dengan mengeluh demam, nyeri pada pipi kanan dan sulit
menelan sejak 3 hari yang lalu. Berat badan klien turun karena kehilangan
nafsu makan akibat nyeri saat menelan sehingga klien mengalami penurunan
badan sekitar 2 kg dari berat badan sebelumnya. Klien mengatakan bahwa
belum pernah mengalami riwayat penyakit menular, namun beberapa anggota
keluarga pernah mempunyai gejala yang sama seperti klien saat ini. Suhu:
39ºC , Nadi: 110x/menit, RR: 22x/menit, TD: 130/80 mmHg.
3.2 Form Pengkajian
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
LEMBAR PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Tanggal MRS : 10 Maret 2016 Jam Masuk : 10.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 10 Maret 2016 No. RM :
Jam Pengkajian : 10.30 WIB Diagnosa Masuk :
Parotitis
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Ny G Penanggung jawab Biaya : Mandiri
2. Umur : 27 Tahun Nama :-
3. Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Alamat :-
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : -
6. Pekerjaan : Karyawan
7. Alamat : Surabaya
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
1. Keluhan Utama : Demam, nyeri pipi kanan, dan sulit menelan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Nn. G mengalami demam, nyeri pipi serta
bengkak yang disertai dengan keluhan nyeri menelan 3 hari ini. Hal
tersebut menyebabkan nafsu makannya menurun sehingga berat badan turun 2kg
dari 47kg menjadi 45kg.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
1. Pernah dirawat : ya tidak kapan :-
diagnosa :-
2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak jenis: -
Riwayat kontrol : -
Riwayat penggunaan obat : -
3. Riwayat alergi ya tidak jenis: -
4. Riwayat operasi ya tidak kapan: -
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Ya tidak jenis: Parotitis
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda tanda vital
S : 39ºC N : 110x/menit T : 130/80 mmHg RR :
22x/menit
Kesadaran Compos Mentis Apatis Somnolen
Sopor Koma
2. Sistem Pernafasan
a. Keluhan : sesak nyeri waktu nafas
Batuk produktif tidak produktif
Sekret :- Konsistensi :-
Warna :- Bau :-
b. Irama nafas teratur tidak teratur
c. Jenis Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes
d. Suara nafas Vesikuler Bronko vesikuler
Ronki Wheezing
e. Alat bantu napas ya tidak
Jenis...................
Flow..............lpm
Lain-lain :
3. Sistem Kardio vaskuler
a. Keluhan nyeri dada ya tidak
b. Irama jantung reguler ireguler
S1/S2 tunggal ya tidak
c. Suara jantung normal murmur
gallop lain-lain.....
d. CRT : 3 detik
e. Akral hangat panas dingin
kering basah
f. JVP normal meningkat menurun
Lain-lain : -
4. Sistem Persyarafan
a. GCS : 4
b. Refleks fisiologis patella triceps biceps
c. Refleks patologis babinsky budzinsky kernig
d. Keluhan pusing ya tidak
e. Pupil Isokor Anisokor Diameter……..
f. Sclera/Konjunctiva anemis ikterus
g. Gangguan pandangan ya tidak Jelaskan……..
h. Gangguan pendengaran ya tidak Jelaskan……..
i. Gangguan penciuman ya tidak Jelaskan……..
j. Isitrahat/Tidur : 5 Jam/Hari Gangguan tidur : Nyeri pada
bagian pipi dan leher
5. Sistem perkemihan
a. Kebersihan Bersih Kotor
b. Keluhan Kencing Nokturi Inkontinensia
Gross hematuri Poliuria
Disuria Oliguria
Retensi Hesistensi
Anuria
c. Produksi urine : ………….. ml/hari Warna…… Bau………..
d. Kandung kemih : Membesar ya
tidak
Nyeri tekan ya
tidak
e. Intake cairan oral : ……… cc/hari parenteral : ……… cc/hari
f. Alat bantu kateter ya tidak
Jenis :............. Sejak
tanggal : .........
Lain-lain :
6. Sistem Pencernaan
a. Mulut bersih kotor berbau
b. Mukosa lembab kering stomatitis
c. Tenggorokan sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
d. Abdomen tegang kembung ascites
Nyeri tekan ya tidak
Luka operasi ada tidak Tanggal
operasi : .............
Jenis operasi :.............. Lokasi : ................
Keadaan : Drain ada tidak
Jumlah :........... Warna
:...................
Kondisi area sekitar insersi :...............
e. Peristaltik : 20 x/menit
f. BAB : 2x/hari Terakhir tanggal : 9 Maret 2016
Konsistensi keras lunak cair lendir/darah
g. Diet padat lunak cair
h. Nafsu makan baik menurun Frekuensi:
2x/hari
i. Porsi makan habis tidak Keterangan : Nyeri
menelan
Lain-lain:
7. Sistem muskulo skeletal dan integumen
a. Pergerakan sendi bebas terbatas
b. Kekuatan otot
c. Kelainan ekstremitas ya tidak
d. Kelainan tulang belakang ya tidak
e. Fraktur ya tidak
f. Traksi / spalk /gips ya tidak
g. Kompartemen syndrome ya tidak
h. Kulit ikterik sianosis kemerahan
hiperpigmentasi
i. Turgor baik kurang jelek
j. Luka jenis :........... luas : ......... bersih
kotor
Lain-lain:
8. Sistem Endokrin
Pembesaran kelenjat tyroid ya tidak
Pembesaran Kelenjar getah bening ya tidak
Hipoglikemia ya tidak
Hiperglikemia ya tidak
Luka gangren ya tidak
Lain-lain:
PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Persepsi klien terhadap penyakitnya
Cobaan Tuhan hukuman lainnya
b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam gelisah tegang
marah/menangis
c. Reaksi saat interaksi kooperatif tidak kooperatif
curiga
d. Gangguan konsep diri ya tidak
Lain-lain:
PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN
a. Mandi :............. x/hari f. Ganti pakaian
:.................x/hari
b. Keramas :....................x/hari g. Sikat gigi :
......................x/hari
c. Memotong kuku :..................
d. Merokok : ya tidak
e. Alkohol : ya tidak
PENGKAJIAN SPIRITUAL
Kebiasaan beribadah
a. Sebelum sakit sering kadang- kadang tidak pernah
b. Selama sakit sering kadang- kadang tidak pernah
PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG )
1) Pemeriksaan darah: Infeksi oleh virus ditunjukkan dengan terjadinya
leukopenia (limfosit) 3,7x103/uL. Kenaikan kadar amilase menjadi 180
U/L.
2) Pemeriksaan Immunoglobulin: Ig G dan Ig M positif terdapat virus
paramyxovirus menunjukkan bahwa klien sedang terinfeksi.
3) Pemeriksaan virologi: Terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi
cairan fosfat-NaCl.
4) CT-Scan: Terdapat pembengkakan pada kelenjar parotis serta terlihat
penyumbatan saluran saliva oleh batu saliva.
TERAPI
DATA TAMBAHAN LAIN :
1) B1(Breathing): Takipnea karena virus bereplikasi di traktus
respiratorius sebelum bergerak ke organ target.
2) B2 (Blood): Takikardi terjadi karena keadaan gelisah yang dapat
meningkatkan kerja jantung.
3) B3 (Brain): Kesadaran kompos mentis, demam akibat perjalanan penyakit,
gelisah, sakit kepala.
4) B4 (Bladder): Nokturia terjadi akibat virus yang telah mengganggu
pankreas dan produksi insulin sehingga klien sering kencing.
5) B5 (Bowel): Nafsu makan turun akibat gangguan sulit menelan
menyebabkan BB turun pula, merasa tidak enak badan diikuti mual
muntah, pembengkakan pada daerah kelenjar ludah disertai dengan rasa
nyeri, mulut kering karena saliva tidak mengalir dengan lancar akibat
sumbatan batu saliva pada saluran kelenjar parotis..
6) B6 (Bone): Rahang terasa kaku ketika membuka mulut, lemah otot dan
nyeri otot.
TINDAKAN OPERASI :
Surabaya, 10 Maret 2016
(………………………)
3.3 Analisa Data
"No. "Data "Etiologi "Masalah Keperawatan "
"1. "DS: Klien mengatakan "Proses inflamasi "Nyeri akut "
" "bahwa ia mengalami " " "
" "nyeri pada pipi "Edema parotis " "
" "kanan. " " "
" " "Kesulitan menelan" "
" "DO: TD 130/80 mmHg. " " "
" "P- Nyeri karena "Nyeri " "
" "terjadi pembengkakan " " "
" "Q- Nyeri seperti " " "
" "berdenyut-denyut " " "
" "R- Nyeri pada pipi " " "
" "sebelah kanan " " "
" "S- Nyeri sampai " " "
" "menangis " " "
" "T- Nyeri ketika " " "
" "membuka mulut dan " " "
" "makan " " "
"2. "DS: Klien mengatakan "Proses inflamasi "Ketidakseimbangan "
" "sulit menelan makanan" "kebutuhan nutrisi: "
" " "Edema parotis "Nutrisi kurang dari "
" "DO: Mual muntah, " "kebutuhan "
" "nafsu makan menurun, "Kesulitan menelan" "
" "BB turun dari 47kg " " "
" "menjadi 45kg. "Intake nutrisi " "
" "IMT= 47 : (160)2= "menurun " "
" "17,5 " " "
" "Indeks Massa Tubuh "Nutrisi kurang " "
" "(IMT) 17,5 "dari kebutuhan " "
" "menunjukkan klien " " "
" "dalam kondisi gizi " " "
" "kurang. " " "
"3. "DS: Klien mengatakan "Proses inflamasi "Hipertermia "
" "bahwa ia demam selama" " "
" "3 hari. "Peningkatan laju " "
" " "metebolisme " "
" "DO: Suhu badan: 39ºC," " "
" "HR: 110x/menit, RR: "Suhu tubuh " "
" "22x/menit : CRT 3 "meningkat " "
" "detik. " " "
" " "Demam " "
" " "(hipertermia) " "
3.4 Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cedera biologi yang
ditandai dengan perubahan fisiologi tekanan darah.
2) Ketidakseimbanagn nutrisi (00002) kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan kemampuan untuk menelan makanan.
3) Hipertermia (00007) berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme
tubuh yang ditandai dengan takikardi dan takipnea.
3.5 Intervensi Keperawatan
1) Nyeri akut (00132) berhubungan dengan agen cedera biologi yang
ditandai dengan perubahan fisiologi tekanan darah.
Domain 12 : Rasa nyaman
Kelas 1 : Kenyamanan fisik
"NOC "NIC "
"Setelah dilakukan tindakan "Manajemen Nyeri (1400) "
"asuhan keperawatan selama 2x24 "Mencari tahu pengetahuan klien "
"jam, klien dapat mengontrol "mengenai kepercayaannya terhadap "
"nyerinya (1605) dengan kriteria "nyeri dengan cara memberi edukasi "
"hasil: "tentang sumber dan penyebab nyeri. "
"(160507) Klien mempunyai "Gunakan komunikasi terapeutik untuk "
"kepercayaan untuk melaporkan "menyatakan pengalaman nyeri dan "
"gejala yang tidak dapat "penerimaan klien terhadap respon "
"dikontrol kepada petugas "nyerinya. "
"kesehatan (3) "Mengontrol faktor lingkungan yang "
"(160502) Klien mengenali "dapat mempengaruhi respon "
"serangan nyeri dengan baik "ketidaknyamanan klien seperti suhu "
"sehingga dapat dilakukan "ruangan, pencahayaan, dan suara "
"penanganan dengan lebih cepat "keras. "
"(4) "Dukung klien untuk memonitor "
"(160501) Klien menggambarkan "nyerinya sendiri seperti mengajarkan"
"faktor penyebab nyeri kepada "distraksi musik atau buku bacaan. "
"petugas kesehatan (4) "Ajarkan tentang metode farmakologi "
" "untuk menghilangkan nyeri. "
2) Diagnosa 2: Ketidakseimbanagn nutrisi (00002) kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan kemampuan untuk menelan makanan.
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 1 : Pencernaan
"NOC "NIC "
"Setelah dilakukan tindakan asuhan"Manajemen Nutrisi (1100) "
"keperawatan selama 1x24 jam, "Menyediakan pilihan makanan untuk "
"klien menunjukkan status nutrisi "ditawarkan dengan menggunakan "
"(1004) yang adekuat dengan "pilihan yang lebih sehat, apabila "
"kriteria hasil: "memingkinkan. "
"(100401) Klien mendapatkan "Tentukan kalori dan tipe nutrisi "
"masukan makanan yang adekuat (4) "yang dibutuhkan untuk memenuhi "
"(100402) Klien memperokeh masukan"kebutuhan nutrisi klien. "
"cairan yang cukup untuk "Menyediakan lingkungan yang "
"mengurangi dehidrasi (4) "optimal untuk mengonsumsi makanan "
"(100405) Klien menunjukkan bahwa "seperti menjaga kebersihannya, "
"berat badannya mengalami "ventilasinya, dan bebas dari "
"peningkatan atau membaik seperti "bau-bau menyengat. "
"semula (3). "Dukung klien untuk duduk tegak di "
" "kursi, bila memungkinkan. "
" "Dukung keluarga klien untuk "
" "membawa makanan kesukaan klien "
" "ketika di Rumah Sakit, bila "
" "memungkinkan. "
3) Diagnosa Keperawatan: Hipertermia (00007) berhubungan dengan
peningkatan laju metabolisme tubuh yang ditandai dengan takikardi dan
takipnea.
Domain 11: Keselamatan/Proteksi
Kelas 6 : Termoregulasi
"NOC "NIC "
"Setelah dilakukan tindakan asuhan "Monitor tanda-tanda vital (6680) "
"keperawatan selama 2 x 24 jam, "Monitor warna kulit, temperatur, "
"klien dapat mempunyai "dan kelembutannya untuk mengetahui"
"termoregulasi (0800) yang seimbang"kondisi dehidrasi "
"dengan kriteria hasil: "Mengidentifikasi kemungkinan "
"(080015) Klien melaporkan "penyebab terjadinya perubahan TTV "
"kenyamanan suhu tubuh dan "Mempertahankan suhu terus-menerus "
"lingkungannya (4) "dengan menggunakan alat, bila "
"(080014) Klien menunjukkan "memungkinkan. "
"dehidrasi tubuh yang sudah "Monitor kemungkinan adanya "
"berkurang (3) "sianosis sentral atau periferal. "
"(080010) Klien berkeringat ketika " "
"panas menunjukkan bahwa " "
"termoregulasi tubuhnya membaik (3)" "
3.6 Evaluasi Tindakan
Memastikan kriteria hasil yang di inginkan dapat tercapai, seperti:
5) Klien menunjukkan nyeri yang berkurang
6) Klien dapat melakukan distraksi positif ketika nyeri
7) Klien mempunyai masukan nutrisi yang adekuat
8) Klien menunjukkan suhu tubuh dan TTV dalam rentang normal.
3.7 WOC Kasus
BAB IV
SIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Parotitis adalah suatu penyakit virus dengan tanda membesarnya kelenjar
ludah dan terasa nyeri. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang akut
(Yvonne). Parotitis yang juga dikenal sebagai penyakit gondong ini adalah
penyakit yang biasanya menyerang anak-anak berusia 2-12 tahun. Penyakit
Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana
sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar
ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan
pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Ada dua macam
klasifikasi dari parotitis, yaitu parotitis kambuhan dan parotitis akut.
Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada
orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf
pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Menurut Sumarmo
(2008) penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat ditularkan melalui kontak
langsung, percikan ludah (droplet), muntahan dan bisa pula melalui air
kencing. Masa tunas (masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan
rata-rata 17-18 hari.
Penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok
paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles,
dan virus newcastle disease. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan
serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus mumps
mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan
protein. Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya
dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruanganMasa penyebaran virus ini
adalah 2-3 minggu melalui dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin,
otak dan jaringan terinfeksi lain. Virus dapat diisolasi dari saliva 6-7
hari sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada
kalenjar ludah. Penularan terjadi 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar
ludah dan 3 hari setelah pembengkakan menghilang (Sumarmo,2008).
Parotitis tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic
atau epidemik. Kondisi parotitis memberikan berbagai masalah keperawatan
pada pasien. Adanya respons inflamasi sistemik memberikan manifestasi
peningkatan suhu tubuh. Manifestasi respons ketidaknyamanan sakit kepala
dan anoreksia memberikan manifestasi peningkatan suhu tubuh. Manifestasi
respon ketidaknyamanan sakit kepala dan anoreksia memberikan manifestasi
nyeri dan ketidak seimbangan pemenuhan nutrisi. Ada tahapan-tahapan yang
nampak dari tanda-tanda pasien parotitis yaitu tahap prodromal, tahap akut
serta adanya gejala lain yang mencakup malaise, anoreksia, dan
limfadenopati umum.
Pasien dengan parotitis harus ditangani dengan kompres hangat, sialagog
seperti tetesan lemon, dan pijatan parotis eksterna. Cairan intravena
mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi karena terbatasnya asupan oral.
Jika respons suboptimal atau pasien sakit dan mengalami dehidrasi, maka
antibiotik intravena mungkin lebih sesuai. Penecegahan bisa dilakukan
secara pasif dan aktif. Hampir semua anak yang menderita gondongan akan
pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk
setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi,
dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur.
4.2 Saran
Sebagai seorang perawat diharapkan mampu memahami dan mengetahui
masalah yang berhubungan dengan gangguan sistem pencernaan pada pasien,
agar perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien tersebut.
Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang sering berinteraksi dengan pasien,
perawat harus mampu memenuhi kebutuhan pasien, salah satunya adalah
kebutuhan yang berhubungan dengan sistem pencernaan. Penyusunan makalah ini
belum sempurna, untuk itu diperlukan peninjauan ulang terhadap isi dari
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Bang HO, Bang J. 1943. Involvement of the central nervous system in mumps.
United state: Acta Med Scand
Bulechek, Gloria M., [et al.]. (2013). Nursing Interventions Classification
(NIC), Sixth Edition. United States of America: Mosby Elsevier
Chin, James M D. 2000. Control of Communicable Diseases Manual. American
Public Health Asociation: Washington
Dayan, H, Gustavo. 2008. Recant Resurgence of Mumps United States. The New
England
George, C. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Harrison Edisi XIII.
Jakarta: EGC
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing
Diagnoses: Definitions & Classification, 2015-2017, Tenth Edition.
Oxford: Wiley Blackwell
Moorhead, Sue., [et al.]. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC):
measurement of health outcomes, Fifth Edition. United States of America:
Mosby Elsevier
Muscary, Marry E. 2001. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 3.
Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Muttaqin, A dan Sari, K. 2011. Asuhan Keperawatan perioperatif Konsep,
Proses,
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Ngastiyah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran
EGC.
Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak Gangguan Sistem Gastrointestinal dan
Hepatobilier. Jakarta: Salemba Medika
Soemarmo.2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.
Jakarta:Penerbit IDAI
-----------------------
Pamyxovirus
MK : Gangguan Rasa Nyaman
MK : Nyeri Akut
Nyeri
Meningoensephalitis, orkitis, meningitis, ooforitis, nefritis, miokarditis,
artritis
MK : Potensial Komplikasi
Neurisitis saraf
pendengaran
Peningkatan
IgG & IgM
Difusi protein & filtrasi air ke interstisiel
Permeabilitas kapiler & venul yang terinfeksi terhadap protein meningkat
Respon inflamasi sistemik
Demam
MK : Hipertermi
Panas
Nyeri kepala
Nyeri telinga
Aliran darah meningkat
Vasodilatasi sistem mikrosirkulasi area yang terinfeksi
Respon inflamasi
lokal
Anoreksia
Sakit menelan
Kaku otot
Kelenjar parotid membesar
Bengkak
Proses infeksi
Parotitis
Virus berdiam di kelenjar parotid
Viremia (virus ikut aliran darah)
Virus menumpuk dalam tubuh
Poliferasi
Masuk mulut/ hidung
MK : Ketidak-seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kemerahan
Tiroiditis
Di kelenjar tiroid
Tuli
Tinitus
Masalah Keperawatan : Hipertermi
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
Masalah Keperawatan :
Nyeri Akut
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
Masalah Keperawatan :
Ketidak-seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
Masalah Keperawatan :
Tidak ditemukan masalah keperawatan
Paramyxovirus, Mumps virus
Masuk tubuh: Hidung & mulut, melalui:
a) Percikan ludah
b) Kontak lanhsung dengan penderita
c) Muntahan
d) Urin
Penumpukan virus di dalam tubuh
Poliferasi parotis
Viremia
Berdiam diri di kelenjar
Infeksi virus pada kelenjar parotis
Proses inflamasi
Parotitis
Tidak tertangani
Penyebaran ke organ lain
MK. Resiko Komplikasi
Edema parotis
MK. Gangguan Komunikasi Verbal
MK. Gangguan Citra Tubuh
Kesulitan menelan
Intake nutrisi menurun
MK. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
MK. Nyeri Akut
Peningkatan laju metabolisme
Suhu tubuh meningkat
MK. Hipertermia