BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang kompleks. Ia melaksanakan berbagai
fungsi untuk mempertahankan kehidupannya. Salah satu diantara fungsi
tersebut adalah fungsi metabolisme yang didapat dari energi melalui
proses pencernaan. Proses pencernaan sendiri merupakan proses yang pasti
dilakukan oleh setiap makhluk hidup untuk menghasilkan nutrisi yang
berguna sebagai energi. Dalam prosesnya ini, ia melibatkan beberapa organ
yang salah satu diantaranya adalah rongga mulut. Kelainan atau masalah
yang terjadi pada rongga ini tentu akan berakibat kepada nutrisi yang
masuk ke dalam tubuh. Salah satu dari penyakit yang mungkin menyerang
rongga mulut adalah cancer oral cavity.
Kanker merupakan salah satu penyakit dengan angka keatian yang tinggi.
Data Global action against canser (2005) dari WHO (World Health
Organization) menyatakan bahwa kematian akibat kanker dapat mencapai
angka 45% dari tahun 2007 hingga 2030, yaitu sekitar 7,9 juta jiwa
menjadi 11,5 juta jia kematian. Di Indonesia, menurut laporan Riskesdes
(2007) prevelensi kanker mencapai 4,3 per 1000 penduduk dan mejadi
penyebab kematian nomo tujuh (5,7) setelah stroke, tuerkulosis,
hipertensi, trauma, perinatal dan diabetes melitus.
Cancer oral cavity atau yang lebih dikenal dengan kanker rongga mulut
merupakan gabungan beberapa kanker dari bagian-bagian dalam rongga mulut.
Diantara kanker rongga mulut (KRM) yang paling sering diketemukan adalah
kanker lidah (25-45%), terutama pada bagian lateral sepertiga tengah (40-
75%) dengan histopalogi berupa karsinoma sel skuamosa (epidermoid) jenis
well differentiated dan 60% nya sudah mencapai stadium lanjut (Levine,
2001).
Adanya pembuluh limfe yang ekstensif di daerah rongga mulut
menyebabkan resiko metastasis regional yang tinggi. Sedangkan jika
dilihat dari tipenya sendiri, kebanyakan kanker rongga mulut adalah tipe
karsinoma epidermoid (hampir 97%), 2-3% adenokarsinoma dan 1% adalah
keganasan yang jarang seperti limfoma, melanoma maligna dan fibrosarkoma.
(Sciubba, 2001).
Secara global, insiden ini menduduki tempat nomor 4 untuk laki-laki
dan nomer 6 untuk perempuan. Kanker mulut berhubungan dengan usia yang
dijumpai pada usia lebih dari 40 tahun dan semakin meningkat dengan
bertambahnya usia. Penyakit kanker bibir dan mulut menurun pada laki-laki
yang berkulit putih dan meningkat pada laki-laki kulit hitam serta
perempuan.
Kebanyakan penderita kaker jenis ini akan datang saat sudah mencapai
stadium lanjut sehingga nanti akan kesukaran dalam hal penanganannya,
khusunya dalam segi pembedahannya (Vermey, 1988; Pedersen, 1992).
Pencegahan yang tepat dan penanganan yang dini tentu akan membuat
prognosis penyakit ini menjadi lebih baik. Oleh karena itu sebagai bagian
dari tenaga pelayan kesehatan, kita sebagai perawat perlu mengetahui
bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dewasa ehingga taraf kesembuhan
pasien dapat meningkat.
2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi dan fisiologi mulut ?
2. Apakah definisi kanker rongga mulut ?
3. Apakah etiologi kanker rongga mulut ?
4. Bagaimana manifestasi klinis kanker rongga mulut ?
5. Bagaimana patofisiologi kanker rongga mulut ?
6. Apa saja klasifikasi kanker rongga mulut ?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada penderita kanker rongga mulut ?
8. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang harus dijalani pada penderita
kanker rongga mulut ?
9. Apa komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit kanker rongga
mulut ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita
kanker rongga mulut ?
3. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami dan melakukan peran sebagai perawat dalam
pencegahan dan penanganan masalah kanker rongga mulut.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi rongga mulut
b. Mengetahui dan memahami definisi kanker rongga mulut
c. Mengetahui dan memahami etiologi kanker rongga mulut
d. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis kanker rongga mulut
e. Mengetahui dan memahami patofisiologi kanker rongga mulut
f. Mengatahui dan memahami klasifikasi kanker rongga mulut
g. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada penderita kanker
rongga mulut
h. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik yang harus dijalani
penderita kanker rongga mulut
i. Mengetahui dan memahami komplikasi yang dapat ditimbulkan dari
penyakit kanker rongga mulut
j. Memahami dan mampu mempraktikkan asuhan keperawatan yang tepat
untuk penderita kanker rongga mulut
4. Manfaat
Menambah pengetahuan serta keterampilan mahasiswa dalam pengerjaan
makalah dan presentasi di depan kelas. Menambah kecakapan dan rasa
percaya diri mahasiswa serta lebih memahami masalah pencernaan terutama
masalah kanker rongga mulut serta memahami asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah kanker rongga mulut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi dan Fisiologi
1. Rongga mulut
Rongga mulut atau mulut merupakan titik masuknya makanan dan udara ke
dalam tubuh dan mulut dan bibir sangat penting bagi manusia untuk
memungkinkan pembicaraan dengan memodifikasi perjalanan udara. Rongga mulut
yang disebut juga rongga bukal, dibentuk secara anatomis oleh pipi, palatum
keras, palatum lunak, dan lidah. Pipi membentuk dinding bagian lateral
masing'masing sisi dari rongga mulut. Pada bagian eksternal dari pipi, pipi
dilapisi oleh kulit. Sedangkan pada bagian internalnya, pipi dilapisi oleh
membran mukosa,yang terdiri dari epitel pipih berlapis yang tidak
terkeratinasi. Otot-otot businator (otot yang menyusun dinding pipi) dan
jaringan ikat tersusun diantara kulit dan membran mukosa dari pipi. Bagian
anterior dari pipi berakhir pada bagian bibir (Tortoraet al., 2009).
2. Bibir dan Palatum
Bibir atau disebut juga labia, adalah lekukan jaringan lunak yang
mengelilingi bagian yang terbuka dari mulut. Bibir terdiri dari otot
orbicularis oridan dilapisi oleh kulit pada bagian eksternal dan membrane
mukosa pada bagian internal.
Secara anatomi bibir dibagi menjadi dua bagian yaitu bibir bagian atas
dan bibir bagian bawah, Bibir bagian atas terbentang dari dasar dari hidung
pada bagian superior sampai ke lipatan nasolabial pada bagian lateral dan
batas bebas dari sisi vermilion pada bagian inferor. Bibir bagian bawah
terbentang dari bagian atas sisi vermilion sampai ke bagian komisura pada
bagian lateral dan kebagian mandibular pada bagian inferor. Kedua bagian
bibir tersebut secara histologi tersusun dari epidermis, jaringan subkutan,
serat otot orbicularis oris, dan membrane mukosa yang tersusun dari bagian
superfisial sampai ke bagian paling dalam. Bagian vermilion merupakan
bagian yang tersusun atas epitel pipih yang tidak terkeratinasi.
3. Lidah
Lidah tersusun dari otot lurik yang dilapsi oleh membrane mukosa.
Lidah beserta otot-otot yang berhubungan dengan lidah merupakan bagian yang
menyusun dasar dari rongga mulut. Lidah dibagi menjadi dua bagian yang
lateral simetris oleh septum median yang berada di sepanjang lidah. Lidah
menempel pada tulang hyoid pada bagian inferor, prosesus styloid dari
tulang temporal dan mandibula.
Lidah ditutupi oleh papilla pada bagian permukaan atas lidah dan
permukaan lateral lidah. Papila adalah proyeksi dari lamina popria yang
ditutupi oleh epitel ipih berlapis. Terdapat empat jenis papilla pada
lidah, yaitu :
a. Papila Filiformis
Jumlahnya sangat banyak di lidah. Bentuknya kerucut memanjang dan
terkeratinasi, hal tersebut menyebabkan arna keputihan atau keabuan
pada lidah. Papila jenis ini tidak mengandung kuncup perasa.
b. Papila Fungiformis
Jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan papilla filiformis.
Papila ini sedikit terkeratinasi dan berbentuk menyerupai jamur
dengan dasarnya adalah jaringan ikat. Papila ni memiliki beberapa
kuncup perasa pada bagian permukaan luarnya. Papila ini tersebar di
antara papilla filiformis.
c. Papila Foliata
Papila ini sedikit berkembang pada orang dewasa, tetapi mengandung
lipatan-lipatan pada bagian tepi dari lidah dan mengandung kuncup
perasa.
d. Papila Sirkumfalata
Merupakan papilla dengan jumlah paling sedikit, namum memiliki
ukuran papilla yang paling bear dan mengandung lebih dari setengah
jumlah keseluruhan papilla di lidah manusia.
Gambar 3. Penampang Lidah
4. Gigi
Manusia memiliki dua bah perangkat gigi , yaitu:
a. Gigi susu : gigi susu berjumlah 24 buah yaitu 4 buah gigi seri
(insisivus), 2 buah gigi taring (caninum) dan 4 buah gigi geraham
pada setiap rahang.
b. Gigi permanen : gigi permanen berjumlah 32 buah yaitu 4 buah gigi
seri, 2 buah gigi taring, 4 buah gigi premolar, dan 6 buah gigi
geraham pada setiap rahang.
Gigi melekat pada gusi dan yang tampak dari luar adalah bagian mahkota dari
gigi. Mahkota gigi memiliki lima buah permukaan pada setiap gigi. Kelima
permukaan tersebut adalah bakal ( menghadap kearah pipi atau bibir),
lingual (menghadap kearah lidah), mesial (menghadap kearah gigi), distal
(menghadap kearah gigi), dan bagian pengunyah.
Gambar 4. Gigi Susu dan Gigi Permanen
1. Kanker Rongga Mulut
1. Definisi
Menurut WHO, kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar
penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain
yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Salah satu fitur
mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang
tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian
sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastasis.
Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker (WHO, 2009).
Menurut Lippincott dan wilkins (2012), pengertian kanker rongga mulut
adalah tumor ganas yang mulai muncul pada mulut yang melibatkan beberapa
jenis jaringan dan sel sehingga mengakibatkan berbagai jenis kanker.
Sedangkan kanker rongga mulut adalah kegananasan yang terjadi didalam
rongga yang dibatasi vermilion bibir dibagian depan dan arkus faringeus
anterior dibagian belakang. Kanker rongga mulut meliputi kanker bibir
gingival, lidah, bukal, dasar mulut, palatum, dan arkus faringeus anterior
( Muttaqin, 2011 ).
Kanker rongga mulut merupakan tumor ganas dalam rongga mulut yang
tumbuh secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai
daerah endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan
sering asimtomatik pada tahap awal.
2. Etiologi
Eiologi dari kanker rongga mulut adalah :
a. Multifaktor
Bersifat multifaktor karena erat kaitannya dengan gaya hidup,
umumnya kebiasaan gaya hidup, umunya kebiasaan hidup dan diet
(terutama tembakau atau tembakau yang digunakan dalam sirih, dan
penggunaan alkohol), meskipun faktor lain seperti bahan infeksius,
kerusakan metabolisme karsinogen, kerusakan enzim yang memperbaiki
DNA yang rusak dan kombinasi faktor-faktor ini juga berperan dalam
terjadinya kanker rongga mulut.
b. Pajaan sinar matahari
Merupakan faktor presdiposisi kanker bibir efek dari sinar
ultraviolet.
c. Mutasi Gen
Mutasi gen supresor tumor (TSGs) yang mengontrol pertumbuhan sel .
mutasi TSGs berkaitan dengan sitokrom P450 yang berperan dalam
karsinogenesis karsinoma rongga mulut. Perubahan TSGs dan onkogen
dapat merusak kontrol pertumbuhan sel menjadi pertumbuhan kanker
yang tak terkontrol.
d. Alkohol
Penggunaan alkohol berat merupakan faktor risiko terkena kanker
mulut. Penggunaan alkohol terbukti mengalami peningkatan risiko
terkena kanker rongga mulut karena alkohol mengandung karsinogen
atau prokarsinogen , termasuk kontaminan dari nitrosamin dan uretan
selain etanol. Etanol dimetabolisme oleh alkohol-dehidrogenase dan
oleh sitokrom P450 menjadi asetalhedid yang bersifat karsinogen.
e. Tembakau dan alkohol
Alkohol memudahkan kerja tembakau dengan berfungsi sebagai pelarut
sehingga memudahkan bahan kanker untuk berpenetrasi ke dalam
jaringan mulut. Efek kombinasi penggunaan alkohol dan tembakau
menjadi berlipat ganda, lebih besar dari kumulatif efek masing-
masing bahan, sehingga risiko berkembangnya kanker rongga mulut
pada pasien pengguna alkohol dan perokok meningkat 80 kali lebih
tinggi.
f. Tembakau
Mengunyah atau mengisap tembakau menyebabkan iritasi dari kontak
langsung bahan-bahan karsinogen yang mengiritasi sel skuamosa
rongga mulut. Rangsangan asap rokok yang lama dapat menyebabkan
perubahan-perubahan yang bersifat merusak bagian mukosa mulut yang
terkena, yang bervariasi dan penebalan menyeluruh bagian epitel
mulut (smoker's keratosis) sampai bercak putih keratotik yang
menandai leukoplakia dan kanker mulut.
g. Nikotin
Merupakan bahan yang menyebabkan ketergantungan / adiksi. Saat
dihisap nikotin mencapai otak dalam waktu 7 detik, 2x lebih cepat
dari penggunaan obat IV. Kemudian mempengaruhi otak dan sistem
saraf pusat dengan mengubah kadar neurotransmiter dan bahan kimiawi
yang mengatur temperamen, belajar, dan kemampuan berkosenterasi.
Nikotin dapat bekerja sebagai sedatif, tergantung pada kadar
nikotin dalam tubuh dan lamamnya. Merokok juga menyebabkan
pelepasan endorfin yang membentuk efek tranquilizer. Nikotin
merupakan racun yang dalam dosis besar dapat mematikan.
h. Diet
Buah dan sayuran mempunyai kontribusi terhadap terjadinya kanker
mulut dan kanker lainnya. Buah dan sayuran mengandung antioksidan
yang mengikat molekul berbahaya penyebab mutasi gen sehingga dapat
mencegah terjadinya kanker.
i. Obat Kumur
Efek penggunaan obat kumur terhadap terjadinya kanker sama dengan
efek penggunaan alkohol tetapi dengan konstribusi yang lebih
rendah.
j. Kesehatan Gigi Mulut.
Terjadi peningkatan resiko pada pria yang menggunakan gigi palsu
dari logam. Iritasi kronis juga dapat ditimbulkan oleh gigi, gigi
palsu atau tambalan yang mengiritassi gigi, keadaan gigi-geligi
yang rusak atau hilang dapat merupakan faktor resiko penyebab
kanker.
k. Bahan infeksius
Bahan infeksius yaitu candida albicans dan virus. Virus herpes dan
virus papiloma dapat dijumpai pada beberapa kasus karsinoma sel
skuamosa. HPV terutama berperan dalam kanker orofaring
3. Manifestasi Klinis
Bintik putih atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakia)
di dalam mulut ataupun pada bibir.
1) Leukoplakia : Merupakan lesi putih keratolitik pada mukosa mulut.
Secara klinis leukoplakia dapat dibagi atas 4 grade (Ohrn,
2000), yaitu sebagai berikut.
a. Grade I : bercak kemerahan yang granuler yang secara bertahap
berubah menjadi keabuan.
b. Grade II : bercak putih kebiruan berbatas tegas, tanpa indurasi
c. Grade III : bercak keputihan berbatas tegas dengan indurasi,
mungkin ada kerutan
d. Grade IV : bercak mengalami indurasi, ada fisura, erosi, kadang-
kadang permukaannya mengalami proliferasi seperti veruka. Pada
pemeriksaan mikroskopis nampak perubahan keganasan dini.
2) Eritroplakia : Daerah mukosa yang kemerahan, memiliki tekstur
seperti beludru, dan berdasarkan pemeriksaan klinis serta
histopatologi tidak disebabkan inflamasi atau penyakit lain.
Sebagian besar lesi ini, terutama yang berada di bawah lidah, dasar
mulut, palatum molle, dan pilar faucial anterior memiliki
kecenderungan menjadi ganas. Diduga sebagai lesi awal kanker rongga
mulut. Jarang ditemukan karena tidak mencolok dan asimtomatik,
karena itu pemeriksaan mulut harus dilakukan dalam keadaan kering
dan dengan teliti.
3) Eritroleukoplakia : Merupakan lesi berwarna putih merah
a) Luka pada bibir ataupun rongga mulut yang sulit sembuh.
b) Perdarahan pada rongga mulut.
c) Kehilangan gigi.
d) Sulit atau timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah.
e) Kesulitan untuk menggunakan geligi tiruan.
f) Pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga.
Manifestasi klinis dari kanker rongga mulut jika dibedakan berdasarkan
tempat terjadinya kanker, yaitu :
1. Kanker pada Bibir
a. Warna bibir tidak nampak merah muda
b. Bibir nampak kering
c. Adanya ketidaksimetrisan antara bibir atas dan bawah
d. Adanya ulserasi fisura
e. Nyeri pada daerah sekitar bibir
f. Adanya bintik putih atau merah pada bibir
g. Jika terjadi luka, maka sulit sembuh
2. Kanker pada Lidah
a. Adanya bintik putih yang berbentuk V pada bagian dorsal lidah
b. Ada lesi pada mukosa lidah sehingga vena superficial di bawah
lidah terlihat
c. Nyeri tekan
d. Kadang disertai mati rasa
e. Warna lidah terlihat kemerahan
f. Papila terlihat tipis
3. Kanker pada Gusi
a. Terjadinya perdarahan gusi yang hebat
b. Kehilangan gigi
c. Kesulitan untuk mengunyah
d. Timbul rasa sakit ketika mengunyah
4. Kanker di sekitar faring
a. Sulit menelan
b. Sulit berbicara
c. Batuk disertau sputum yang mengandung darah
d. Kemungkinan terjadinya pembesaran nodus limfe servikal
4. Patofisiologi
Sel kanker muncul setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang
disebabkan oleh zat-zat karsinogen yang memicu terjadinya karsinogenesis
(transformasi sel normal menjadi sel kanker). Karsinogenesis terbagi
menjadi 3 tahap :
1. Tahap pertama merupakan Inisiaasi yaitu kontak pertama sel
normal dengan zat karsinogen yang memancing sel normal tersebut
menjadi ganas.
2. Tahap kedua yaitu Promosi dimana sel yang terpancing tersebut
membentuk klon melalui pembelahan (poliferasi).
3. Tahap terakhir yaitu Progresi dimana sel yang telah mengalami
poliferasi mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma
ganas.
Kanker rongga mulut dalam pertumbuhannya dimulai dengan lesi yang
sangat kecil. Dengan berjalannya waktu tumor tersebut lambat laun akan
mencapai ukuran yang besar.
5. Klasifikasi
a) Kanker pada bibir
Bibir terutama bibir bagian bawah merupakan tempat terjadinya
kerusakan karena cahaya matahari atau actinic keratosis sehingga
bibir tampak pecah dan kemerahan, keputihan atau campuran merah dan
putih. Kanker di bibir sebelah luar lebih sering terjadi pada daerah
beriklim panas. Kelainan pada bibir atas lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan bibir bawah, tetapi lebih mungkin menjadi ganas
dan memerlukan perhatian medis. Pada perokok, bisa tumbuh benjolan
putih di bagian dalam bibir. Benjolan ini bisa tumbuh menjadi
squamous cell carcinoma (Williams, 1990).
b) Kanker pada lidah
Kanker lidah adalah suatu keganasan yang timbul dari jaringan
epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma
(sel epitel gepen berlapis) dan terjadi akibat rangsangan menahun,
juga beberapa penyakit- penyakit tertentu (premalignant) seperti
sifilis dan plumer vision syndrome, leukoplakia, serta eritoplakia.
Kanker ganas ini dapat menginfiltrasi ke daerah di sekitarnya,
disamping itu dapat melakukan metastasis secara limfogen dan
hematogen (Sciubba, 1999).
c) Kanker dasar mulut
Kanker dasar mulut biasanya dihubungkan dengan penggunaan
alkohol dan tembakau. Pada tingkat awal mungkin tidak menimbulkan
gejala. Bila lesi berkembang, pasien akan mengeluhkan adanya
gumpalan dalam mulut atau perasaan tidak nyaman (Daftary, 1992).
Pada pemeriksaan klinis yang paling sering dijumpai adalah lesi
berupa nodul dengan tepi yang timbul dan mengeras yang terletak
dekat frenulum lingual. Bentuk yang lain adalah penebalan mukosa
yang kemerah- merahan, nodul yang tidak sakit atau dapat berasal
dari leukoplakia.
d) Kanker pada mukosa pipi
Pada beberapa pasien yang mempunyai kebiasaan mengunyah
campuran pinang, daun sirih, kapur dan tembakau akan memberikan
risiko peningkatan kanker pada mukosa pipi. Dengan kondisi material
yang melakukan kontak langsung dengan mukosa pipi kiri dan kanan
selama beberapa jam dan trauma pada mengunyah memberikan dampak
terhadap perubahan sel mukosa pipi (Daftary, 1992). Pada pemeriksaan
fisik rongga mulut, bagian pipi akan didapatkan adanya lesi
ulserasi, nodular dan infiltratif.
e) Kanker pada gusi
Kanker pada gusi biasanya dihubungkan dengan riwayat pasien
mengisap pipa tembakau. Daerah yang terlibat biasanya lebih sering
pada gusi bawah (mandibular) daripada gusi atas (maksila)
(Daftary, 1992).
Pada pemeriksaan fisik, lesi awal terlihat sebagai ulkus,
granuloma kecil atau sebagai nodul. Sekilas lesi terlihat sama
dengan lesi yang dihasilkan oleh trauma kronis atau hyperplasia
inflamatori (Daftary, 1992). Lesi yang lebih lanjut berupa
pertumbuhan eksofitik atau pertumbuhan infiltrative yang lebih
dalam. Pertumbuhan eksofitik terlihat seperti bunga kol dan mudah
berdarah. Pertumbuhan infiltrative biasanya tumbuh invasive pada
tulang mandibula dan menimbulkan dekstruktif (Tambunan, 1993).
f) Kanker pada palatum
Predisposisi merokok meningkatkan risiko kanker pada palatum.
Kebanyakan kanker palatum merupakan pertumbuhan eksofitik dengan
dasar yang luas dan permukaan bernodul. Jika lesi terus berkembang
mungkin akan mengisi seluruh palatum. Kanker pada palatum dapat
menyebabkan perforasi palatum dan meluas sampai ke rongga hidung
(Daftary, 1992).
Menurut American Joint Committee on Cancer (AJCC) klasifikasi
kanker rongga mulut menggunakan sistem TNM. Sistem TNM ini terdiri
atas :
T (Tumor) : gambaran dari level pembesaran tumor
N (Nodus) : sejauh mana keterlibatan nodus limfe sebagai sistem imun
tubuh
M (Metastasis) : kondisi metastasis menggambarkan keterlibatan organ
lain pada bagian distal.
"Tabel 1. Sistem TNM dalam menilai klasifikasi stadium kanker rongga"
"mulut "
"Stadium T "Stadium N "Stadium M "
"T0 "Tidak ada tampilan "N0 "Tidak ada "M0 "Tidak ada "
" "tumor " "keterlibatan nodus " "penyebaran "
" " " "limfe " " "
"Tis "Carcinoma in situ. "N1 "Terdapat " " "
" "Terdapat massa pada" "keterlibatan " " "
" "jaringan " "limfatik regional, " " "
" " " "tetapi ukuran nodus " " "
" " " " 3 cm " " "
"T2 "Ukuran tumor " " "M1 "Kanker "
" "4 cm " " " "menyebar ke"
" " " " " "organ "
" " " " " "bagian "
" " " " " "distal "
" " " " " " "
" " " " " " "
"T4 "
"Stadium "TNM "Keterangan "
"Stage I "TI, N0, M0 "Pada stadium ini pembesaran pada "
" " "jaringan masih belum dianggap kanker "
" " "dan tumor < 2 cm "
"Stage II "T2, N0, M0 "Pada stadium ini tumor < 4 cm "
"Stage IIIA"T3, N0, M0 "Pada stadium ini pembesaran >4cm, "
" " "tetapi tidak didapatkan pembesaran "
" " "nodus limfe dan tidak ada metastasis "
" " "ke organ lainnya "
"Stage IIIB"T1, T2, T3, N1, "Pada stadium ini tumor dapat berukuran"
" "M0 "kurang dari 2 cm, dibawah 4 cm atau "
" " "lebih tetapi kanker belum mempengaruhi"
" " "nodus homolateral limfatik. "
"Stage IVA "T4, N0, M0 "Pada stadium ini tumor melebihi 4 cm "
" " "dan tertanam dalam pada otot, tulang, "
" " "atau struktur jaringan di bawahnya. "
"Stage IVB "Any T, N2 or N3, "Pada stadium ini tumor bisa berbagai "
" "M0 "ukuran, tetapi tertanam dalam pada "
" " "otot, tulang atau struktur jaringan di"
" " "bawahnya serta terdapat keterlibatan "
" " "dari nodus homolateral atau bilateral "
" " "limfatik "
"Stage IVC "Any T, any N, any"Pada stadium ini terjadi berbagai "
" "M "situasi berat baik ukuran tumor, "
" " "keterlibatan nodus limfatik dan "
" " "metastasis ke organ lain. "
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien kanker rongga mulut
adalah :
1. Pembedahan
Pembedahan dapat dilakukan pada jaringan lunak dan jaringan
keras. Sering dilakukan pembedahan pada kanker yang melibatkan
tenggorokan, tetapi dapat juga dilakukan pada kanker rongga mulut.
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat keseluruhan lesi untuk
mencegah terjadinya penyebaran sel kanker pada nodul limfa, pembuluh
darah, dan saraf. Setelah pembedahan untuk mengangkat sel kanker,
dilakukan pembedahan rekonstruktif bertujuan untuk mempercepat
proses penyembuhan, mengembalikan fungsi, serta meningkatkan
kualitas hidup pasien.
1. Radiasi
Radiasi merupakan pengobatan yang menggunakan sinar ion. Terapi
radiasi ini dapat menghasilkan energi yang bisa menghancurkan sel-
sel kanker, dengan menghancurkan sel DNA pada sel kanker tersebut
sehingga sel kanker tersebut tidak dapat berkembang lagi. Radiasi
jarang digunakan sebagai pengobatan yang utama. Radiasi sering
digunakan untuk mengecilkan sel kanker sebelum dilakukan pembedahan,
dan untuk mencegah sel kanker timbul kembali atau untuk
menghancurkan sisa-sisa sel kanker yang tidak terambil
keseluruhannya ketika pembedahan.
Dosis yang digunakan pada perawatan ini kecil. Terapi radiasi ini
dilakukan lima hari berturut-turut dan diberikan selang waktu dua
hari untuk istirahat. Waktu yang digunakan untuk terapi radiasi ini
antara 10-15 menit. Terapi ini dilakukan antara 2-8 minggu, agar sel
yang baru dapat tumbuh dan meminimalkan efek yang timbul akibat
radiasi.
2. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan salah satu bentuk terapi paliatif,
digunakan apabila sel kanker timbul kembali pada pasien atau telah
terjadi metastase. Kemoterapi merupakan terapi yang menggunakan
bahan kimia yang berfungsi untuk menghancurkan sel kanker. Terdapat
enam jenis bahan yang digunakan untuk kemoterapi, di antaranya
alkylating agent, nitrosoureas, anti metabolite, anti tumor
antibiotic, plant alkoloid, dan steroid hormone.
Bahan alkylating agent bekerja dengan mengikat DNA di inti sel,
sehingga sel-sel tersebut tidak dapat melakukan replikasi. Contoh
bahan ini adalah Cyclophosphamide dan Mechlorethamine. Bahan
nitrosoureas bekerja seperti alkylating agent yaitu menghalangi
perubahan pada sel DNA, misalnya Carmustine dan Lomustine. Bahan
anti metabolite dapat bekerja langsung pada molekul basal inti sel,
yang berakibatmenghambat sintesis DNA, misalnya 6-mercaptopurine dan
5-fluorouracil.
Sementara bahan anti tumor antibiotik bekerja dengan menghambat
sintesis RNA, misalnya Doxorubicin dan Mitomycin-C. Bahan plant
alkoloid bekerja dengan menghalangi pembelahan sel, antara lain
Vincristine dan Vinblastine. Sementara bahan steroid hormone bekerja
dengan memodifikasi pertumbuhan hormon yang menyebabkan terjadinya
kanker. Contoh bahan ini adalah Tamoxifen dan Flutamide.
3. Terapi Kombinasi
Bagi pasien yang pertumbuhan sel kanker telah menyebar luas atau
telah terjadi regional metastase dapat dilakukan terapi kombinasi
yang terdiri dari pembedahan, radiasi dan kemoterapi.
4. Edukasi
Edukasi dapat diberikan kepada pasien kanker rongga mulut
melalui dokter gigi atau ahli kesehatan yang lain. Bagi pasien yang
sering merokok, mengkonsumsi alkohol, dan menyirih agar mengurangi
atau menghentikan kebiasaan tersebut. Di India, beberapa kampanye
yang dilakukan untuk mengurangi penggunaan tembakau berhasil
mengurangi resiko terjadinya kanker. Beberapa peneliti dari
University of Harvard membuktikan bahwa lelaki yang banyak
mengkonsumsi buah-buahan sitrus, vitamin C, dan sayur-sayuran, 30-
40% dapat mencegah dan mengurangi resiko terjadinya kanker.
5. Perawatan pemulihan setelah operasi
a. Setelah operasi pasien kanker rongga mulut diberikan makanan cair,
setelah satu minggu kemudian berubah menjadi semi-cair.
b. Setelah operasi perhatikan warna, suhu dan elastisitas flap pasien
kanker rongga mulut, apabila suhu flap menurun, menunjukkan warna
hijau keunguan dan semakin memburuk, segera melaporkan ke dokter.
c. Secara tepat waktu menghisap keluar sekresi dimulut, hidung dan
kerongkongan pasien kanker rongga mulut, demi menjaga kelancaran
saluran pernafasan.
Apabila pasien kanker rongga mulut setelah operasi tidak dapat
berbicara, tidak dapat mengatakan gejala tidak enak yang dirasakan,
perlu secara teliti mengamati ada tidaknya gejala dysphoria (cemas,
gelisah, tidak tenang), nasal inflamasi dan gejala penyumbatan
saluran pernafasan lainnya pada pasien kanker rongga mulut dan
segera melaporkan kepada dokter.
7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Sitologi mulut
Sitologi mulut telah banyak digunakan untuk menyelidiki
berbagai macam penyakit mulut, dimana prosedurnya paling bermanfaat
dalam evaluasi terhadap suatu keadaan yang dicurigai sebagai suatu
keganasan, khususnya bila keadaan tersebut merupakan suatu lesi
merah yang tidak berkeratin (Lynch, 1994).
Secara defenisi, pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu
pemeriksaan mikroskopik gel-gel yang dikerok/dikikis dari permukaan
suatu lesi di dalam mulut (Coleman dan Nelson, 1993). Klasifikasi
dan interpretasi yang digunakna dalam laporan sitologi mulut
adalah:
a. Kelas I: gel-gel normal
b. Kelas II: gel-gel yang tidak khas (stipik), tidak ada bukti
keganasan
c. Kelas III: perubahan pada pola nuklear yang sifatnya tidak
jelas, tidak ada tanda-tanda keganasan, tetapi terdapat gel yang
menyimpang dari normal
d. Kelas IV: memebri kesan kepada suatu keganasan
e. Kelas V: perubahan keganasan terlihat jelas
Untuk kelas I-III lakukan ulangan sitologi III bulan
kemudian, bila hasil sama dapat dilakukan biopsi. Untuk kelas IV
dan V indikasi untuk dilakukan biopsi.
2. Biopsi
Biopsi merupakan pengambilan spesimen baik total maupun
sebagian untuk pemeriksaan mikroskopis dan diagnosis (Pedersen,
1996; Coleman dan Nelson, 1993). Cara ini merupakan cara yang
penting dan dapat dipercaya untuk menegakkan diagnosa defenitif
dari lesi-lesi mulut yang dicurigai (Bolden, 1982).
Teknik biopsi memerlukan bagian dari lesi yang mewakili dari
tepi jaringan yang normal. Biopsi dapat dilakukan dengan cara
insisional atau eksisional. Biopsi insisional dipilih apabila lesi
permukaan besar (>1cm) dan biopsi eksisional yaitu insisi secata
intoto apabila lesi kecil (Pedersen, 1996; Bolden, 1982; Coleman
dan Nelson, 1993). Untuk memenuhi kebutuhan yang lebih seksama
dalam mengidentifikasi kanker rongga mulut pada tahap ini, telah
dikembangkan suatu cara biopsi dengan menggunakan sikat (Oral CDx).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sciubba (1999) dengan
menggunakan biopsi dengan cara sikat menunjukkan bahwa cara ini
dapat memberikan bantuan yang tidak terhingga nilainya dalam
memeriksa lesi di rongga mulut. Pada penelitian tersebut, biopsi
dengan memakai sikat merupakan alat deteksi yang sepadan dengan
biopsi memakai skalpel. Walaupun begitu, harus ditekankan bahwa
Oral CDx bukanlah pengganti untuk biopsi dengan memakai skalpel
(Sciubba, 1999).
3. Pemeriksaan Toluidine Blue
Pemeriksaan Touluidine Blue dilukakan dengan cara berkumur
menggunakan suatu larutan. Larutan ini akan memberikan warna biru
pada sel kanker dan pada jaringan yang normal tidak akan menyerap.
Teknik memberikan warna rongga mulut adalah :
1) Kumur dengan larutan asam asetat 1%: 20 detik
2) Kumur dengan air: 20 detik 2 kali
3) Kumur larutan toluidine blue 1% 5-10 cc
4) Kumur lagi dengan larutan asam asetat 1%: 1 menit
5) Kumur dengan air
Pembacaan hasil pemeriksaan dilakukan 24 jam kemudian.
4. Pemeriksaan Positron Emission Tomography (PET)
Positron Emission Tomography (PET) adalah pemeriksaan non
invasif yang dapat menggambarkan fungsi metabolisme molekuler dari
tubuh pasien secara tiga dimensi dengan menggunakan cairan
radiofarmaka FDG (Fluorodeoxyglucose). PET scan dengan radiofarmaka
FDG akan mendeteksi aktivitas metabolik dari sel-sel tubuh, seperti
sel-sel kanker yang mempunyai aktivitas metabolik berlebih.
Cara kerja PET CT ini ialah dengan menyuntikkan radiofarmaka
FDG ke dalam pembuluh darah pasien. Radiofarmaka akan ditangkap sel-
sel kanker, karena sel kanker membutuhkan banyak glukosa dan
metabolisme dalam pertumbuhannya. Ketika sel kanker berkumpul, PET
akan mengambil citra dari seluruh tubuh pasien. Pencitraan ini akan
menunjukkan lokasi radiofarmaka berkumpul. Artinya, di situlah
lokasi sel-sel kanker yang hidup.
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi tumor <4 mm, untuk staging
memiliki sensitivitas 71% dan spesifitas 99%, sedangkan untuk
deteksi kekambuhan sensitivitas 92% dan spesifitas 81%.
8. Komplikasi
a. Efek samping pembedahan
Pembedahan untuk kanker yang besar atau sulit dijangkau mungkin sangat
rumit, efek samping dapat berupa infeksi, gangguan luka, masalah dengan
makan dan berbicara, atau kematian sangat jarang terjadi selama atau segera
setelah prosedur. Operasi juga dapat berbekas terutama operasi tulang wajah
atau rahang.
b. Efek samping terapi radiasi
Radiasi dari daerah mulut dapat menyebabkan beberapa efek samping jangka
pendek termasuk:
1) Kulit seperti terbakar sinar matahari di kepala dan leher yang
perlahan menghilang
2) Suara serak
3) Kehilangan indra pengecap
4) Kemerahan dan nyeri pada mulut dan tenggorokan
5) Kadang-kadang luka terbuka berkembang di mulut dan tenggorokan,
sehingga sulituntuk makan dan minum selama pengobatan.
Radiasi juga dapat menyebabkan efek samping jangka panjang atau
permanen:
1) Kerusakan kelenjar ludah. Kerusakan permanen pada kelenjar ludah
dapat menyebabkan mulut kering. Hal ini dapat menyebabkan masalah
makan dan menelan
2) Kerusakan pada tulang rahang yang dikenal sebagai
osteoradionecrosis rahang. Lebih umum terjadi setelah infeksi gigi,
ekstraksi, atau trauma, dan sulit diobati. Gejala utama adalah
nyeri pada rahang. Dalam beberapa kasus dapat menyebabkan tulang
rahang retak dan jika berat diperlukan terapi pembedahan untuk
mengatasinya.
3) Kerusakan pada kelenjar pituitary atau tiroid. Jika kelenjar
hipofisis atau tiroid terkena radiasi, produksi hormon dapat
menurunkan dari waktu ke waktu. Hal ini dapat menyebabkan masalah
metabolisme yang mungkin perlu dikoreksi dengan obat. Radiasi Efek
samping ini biasanya akan lebih parah pada orang yang mendapatkan
kemoterapi pada saat yang sama. Untuk mengurangi efek samping
tersebut diperlukan perawatan sebelum diradiasi ataupun kemoterapi.
c. Efek samping kemoterapi
Kemoterapi adalah obat yang menyerang sel-sel yang membelah dengan
cepat. Tetapi sel lain didalam tubuh seperti yang di sumsum tulang,
lapisan mulut dan usus, dan folikel rambut juga terpengaruh. Hal
ini dapat menyebabkan efek samping. Efek samping darikemoterapi
tergantung pada jenis, dosis, dan berapa lama obat diberikan. Efek
samping tersebut adalah :
1) Rambut rontok
2) Mulut luka
3) Kehilangan nafsu makan
4) Mual dan muntah
5) Diare
6) Peningkatan infeksi (karena jumlah rendah sel darah putih
berkurang)
7) Mudah memar atau pendarahan (karena jumlah platelet darah
rendah)
8) Kelelahan (karena rendahnya jumlah sel darah merah)
9. WOC
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Asuhan Keperawatan Kanker Rongga Mulut
1. Pengkajian
a. Biodata
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, nomor rekam
medic, tanggal pengkajian.
b. Keluhan Utama : nyeri saat menelan atau massa yang tidak sembuh.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Memungkinkan untuk menentukan kebutuhan penyuluhan dan pembelajaran
pasien mengenai hyegine oral prefentif, serta untuk
mengidentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi medis. Pertanyaan
yang diajukan mencakup :
1. Memar dan aktivitas flossing
2. Frekuensi kunjungan ke dokter gigi
3. Kesadaran akan adanya lesi atau area iritasi pasa mulut, lidah
atau tenggorok
4. Kebutuhan menggunakan gigi palsu atau lempeng parsial
5. Riwayat baru sakit tenggorok atau sputum berdarah
6. Ketidaknyamanan yang disebabkan oleh makanan tertentu
7. Masukan makanan yang dicerna setiap hari
8. Penggunaan alkohol dan tembakau
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Apakah klien pernah mengalami riwayat tumor atau kanker sebelumnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga klien mengalami riwayat tumor atau kanker pada
mulut.
f. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, perawat melakukan inspeksi dan palpasi pada
rongga mulut dengan panduan pemeriksaan penting meliputi hal-hal
berikut :
1. Periksa kondisi perubahan warna, apakah mukosa mulut berwarna
abnormal ,misalnya putih, merah, hitam. Kebanyakan pasien
kanker rongga mulut mempunyai riwayat lesi atau keadaan
prakanker mulut, seperti leukoplakia, eritoplakia, submukus
fibrosisi dan lain-lain
2. Inspeksi kondisi kontur apakah permukaan mukosa kasar,
ulserasi, asimetri, atau pembengkakan. Seringkali awal dari
keganasan diawalai ditandai adanya ulkus. Apabila terdapat
ulkus tidak sembuh selama dua minggu maka keadaan ini sudah
dapat dicurigai sebagai awal proses keganasan. Tanda lain dari
ulkus proses keganasan meliputi ulkus yang tidak sakit, tepi
bergulung lebih tinggi dari sekitarnya dan indurasi (lebih
keras) dasarnya dapat berbintil-bintil dan mengelupas.
Pertumbuhan karsinoma bentuk ulkus tersebut disebut pertumbuhan
endofitik.
3. Palpasi tentang konsistensi apakah jaringan keras kenyal,
lunak, fluktuan atau nodular. Umumnya kanker rongga mulut tahap
dini tidak menimbulkan gejala diameter kurang dari 2 cm
kebanyakan berwarna merah dengan atau tanpa disertai komponen
putih, licin, halus, dan memeperlihatkan evelasi yang minimal.
4. Kaji kemampuan pasien apakah dapat membuka mulut dengan
sempurna
5. Periksa adanya keterlibatan dari pembesaran kelenjer limfe.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat
2. Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan
pada sistem anatomi
3. Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi
fisologis ditandai dengan susahnya berbicara
3. Intervensi Keperawatan
"Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) "
"berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat. "
"Definition: Intake of nutrients insufficient to meet metabolic needs "
"Domain 2. Nutrition "
"Class 1. Ingestion "
"NOC "NIC "
"Setelah dilakukan asuhan "Nutrition Management (1100) "
"keperawatan selama 2x24 jam "Menentukan status nutrisi klien dan "
"kebutuhan nutrisi klien dapat "kemampuan untuk memenuhi kebutuhan "
"terpenuhi, dengan kriteria "nutrisi "
"hasil: "Mengidentifikasi alergi makanan pada "
"Nutritional Status (1004) "klien atau intoleransi terhadap "
"Asupan nutrisi "makanan "
"Asupan makanan "Menginstruksikan klien untuk "
" "mewajibkan diet untuk tingkat penyakit"
" "tertentu "
" "Monitor asupan kalori dan diet "
" "Monitor pola penurunan atau "
" "peningkatan berat badan klien "
"Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan "
"pada sistem anatomi "
"Definition: Abnormal functioning of the swallowing mechanism "
"associated with deficit in oral, pharyngeal, or esophageal structure "
"of function "
"Domain 2. Nutrition "
"Class 1. Ingestion "
"NOC "NIC "
"Setelah dilakukan asuhan "Swallowing Therapy (1860) "
"keperawatan selama 2x24 jam "Memantau hidrasi tubuh (misalnya "
"kemampuan menelan klien "intake, output, turgor kulit, membran "
"dapat ditingkatkan, dengan "mukosa) "
"kriteria hasil: "Berikan perawatan mulut yang diperlukan"
"Swallowing Status (1010) "Konsultasikan dengan terapis dan / atau"
"Kemampuan menelan "dokter untuk secara bertahap "
"Produksi saliva "meningkatkan konsistensi makanan "
"Waktu reflek menelan "pasien. "
" "Membantu pasien untuk menempatkan "
" "makanan di belakang mulut dan di sisi "
" "yang tidak terganggu (yang tidak "
" "sakit). "
" " "
" "Enteral Tube Feeding (1056) "
" "Masukkan selang nasogastrik, "
" "nasoduodenal, atau nasojejunal, sesuai "
" "dengan prosedur "
" "Memantau untuk penempatan yang tepat "
" "dari selang dengan memeriksa rongga "
" "mulut, memeriksa residu lambung, atau "
" "mendengarkan udara yang disuntikkan "
" "sementara dan ditarik sesuai dengan "
" "prosedur "
" "Monitor adanya bising usus setiap 4 - 8"
" "jam sesuai dengan kondisi "
" "Pantau status cairan dan elektrolit "
" "Konsultasikan dengan anggota tim "
" "perawatan kesehatan lainnya dalam "
" "memilih jenis dan kekuatan makanan "
" "enteral "
" "Pantau adanya sensasi kenyang, mual, "
" "dan muntah "
" "Monitor berat badan setidaknya tiga "
" "kali seminggu, yang sesuai dengan "
" "usianya "
"Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi "
"fisologis ditandai dengan susahnya berbicara "
"Definition: Decreased, delayed, or absent ability to receive, "
"process, transmit, and/ or use a system of symbols "
"Domain 5. Perception/Cognition "
"Class 5. Communication "
"NOC "NIC "
"Setelah dilakukan asuhan "Communication Enhancement : Speech "
"keperawatan selama 2x24 jam "Deficit (4976) "
"komunikasi verbal klien "Memberikan metode alternatif komunikasi"
"dapat meningkat, dengan "bicara (misalnya, menulis tablet, "
"kriteria hasil: "berkedip mata, papan komunikasi dengan "
"Communication (0902) "gambar dan huruf, kode tangan atau "
"Menggunakan bahasa berbicara"gerakan lainnya, dan komputer) "
" "Anjurkan pasien untuk berbicara "
" "perlahan "
" "Kolaborasikan dengan keluara dan terapi"
" "untuk menyusun rencana komunikasi "
" "efektif "
2. Asuhan Keperawatan Klien dengan Kasus Kanker Rongga Mulut
Pada hari Senin 11 April 2016, Tn. A (50 tahun) datang ke Rumah
Sakit Universitas Airlangga dengan keluhan munculnya plak putih disekitar
rongga mulut (leukoplakia) disertai lesi ulserasi yang mengeras pada
rongga mulutnya. Lesi tersebut sebenarnya sudah muncul sejak tiga bulan
yang lalu, akan tetapi karena semakin lama semakin nyeri maka dibawa ke
rumah sakit. Tn. A sekarang bekerja sebagai tukang bangunan. Karena
kondisi pada mulutnya tersebut, pasien menolak untuk makan, karena
mulutnya perih dan terasa kering. Pasien mengungkapkan secara verbal
ataupun dengan isyarat tentang nyeri yang dirasakan, sehingga dia malu
akan kondisinya saat ini. Keluarga mengatakan pasien kesulitan dalam
berbicara dan dulu nenek pasien menderita kanker mulut.
1. Pengkajian
a. Biodata/Identitas pasien
Nama : Tn. A
Umur : 50 tahun
Alamat : Surabaya
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tukang Bangunan
Tnggal MRS : Senin 11 April 2016
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri karena munculnya plak putih disekitar rongga
mulut (leukoplaking). Pasien juga mengeluh nafsu makannya menurun
karena mulutnya perih dan terasa kering.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Munculnya plak putih disekitar rongga mulut (leukoplakia) disertai
lesi ulserasi yang mengeras pada rongga mulutnya.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien tidak pernah masuk rumah sakit, klien hanya pernah menderita
penyakit ringan seperti demam, batuk, pilek.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Nenek pasien menderita kanker mulut.
f. Pemeriksaan Fisik
B1 (breathing) : Tidak ditemukan/normal
B2 (blood) : Tidak ditemukan/normal
B3 (brain) : Cemas akibat manifestasi klinis
B4 (bladder) : Tidak ditemukan/normal
B5 (bowel) :
Sistem pengkajian fisisk, baik struktur internal dan eksternal mulut
dan tenggorok diinspeksi dan palpasi. Secara umum, pemeriksaan dapat
diselesaikan dengan penggunaan sumber lampu terang (penlight) dan
depressor lindah. Sarung tangan digunakan untuk mempalpasi lidah dan
adanya abnormalitas.
1. Bibir
Pemeriksaan mulai dengan inspeksi terhadap bibir untuk
kelembaban, hidrasi warna, tekstur, simetrisitas, dan adanya
ulserasi atau fisura. Bibir harus lembab, merah muda, lembut
dan simetris.
2. Gusi
Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan retraksi, dan
perubahan warna. Bau napas juga dicatat.
3. Lidah
Lidah dorsal diinspeksi untuk tekstur, warna, dan lesi. Papilla
tipis lapisan putih, dan besar berbentuk V pada bagian distal
dorsal lidah, selanjutnya dibagian permukaan ventera lidah dan
dasar mulut lidah. Adanya lesi pada mukosa yang melibatkan vena
superfissial pada permukaan bawah lidah terlihat. Spatel lidah
digunakan untuk menekan lidah guna mendapatkan visualisasi
adekuat terhadap faring.
4. Rongga Oral
Pengkajian rongga oral sangat penting, karena banyak gangguan
seperti kanker, diabetes, dan kondisi imunosupresi dari terapi
obat atau AIDS dimanifestasikan oleh perubahan pada rongga
oral. Leher diperiksa terhadap pembesaran nodus limpa.
B6 (bone) : Kelemahan tonus otot, Malaise
2. Analisa Data
"DATA "ETIOLOGI "MASALAH KEPERAWATAN "
"DS : Pasien menolak "Kanker rongga mulut "Nutrisi kurang dari "
"untuk makan " "kebutuhan "
"DO : Tonus otot buruk," " "
"membrane mukosa pucat,"Kerusakan pada sistem " "
"inflamasi rongga "anatomi " "
"mulut. " " "
" " " "
" "Intake nutrisi tidak " "
" "adekuat " "
" " " "
" "Nutrisi kurang dari " "
" "kebutuhan " "
"DS : Pasien mengeluh "Kanker rongga mulut "Ketidakmampuan menelan "
"mulutnya perih dan " " "
"terasa kering "Kerusakan pada sistem " "
"DO : Rongga mulut "anatomi " "
"terluka (inflamasi) " " "
" "Ketidakmampuan menelan " "
"DS : Keluarga "Kanker rongga mulut "Gangguan komunikasi "
"mengatakan pasien " "verbal "
"kesulitan dalam "Benjolan pada rongga " "
"berbicara "mulut " "
"DO : Pasien lebih " " "
"banyak diam, pasien " " "
"meminta tolong bantuan"Benjolan semakin besar " "
"dengan isyarat "dan memenuhi rongga " "
" "mulut " "
" " " "
" "Mempengaruhi fungsi " "
" "lidah " "
" " " "
" "Gangguan komunikasi " "
" "verbal " "
3. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002)
berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat.
2. Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan
pada sistem anatomi.
3. Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi
fisologis ditandai dengan susahnya berbicara.
4. Intervensi dan Rasional
"Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) "
"berhubungan dengan intake nutrisi tidak adekuat. "
"Definition: Intake of nutrients insufficient to meet metabolic needs "
"Domain 2. Nutrition "
"Class 1. Ingestion "
"NOC "NIC "
"Setelah dilakukan asuhan "Nutrition Management (1100) "
"keperawatan selama 2x24 jam "Menentukan status nutrisi klien dan "
"kebutuhan nutrisi klien dapat "kemampuan untuk memenuhi kebutuhan "
"terpenuhi, dengan kriteria "nutrisi "
"hasil: "Mengidentifikasi alergi makanan pada "
"Nutritional Status (1004) "klien atau intoleransi terhadap "
"Asupan nutrisi "makanan "
"Asupan makanan "Menginstruksikan klien untuk "
" "mewajibkan diet untuk tingkat penyakit"
" "tertentu "
" "Monitor asupan kalori dan diet "
" "Monitor pola penurunan atau "
" "peningkatan berat badan klien. "
"Ketidakmampuan menelan (00103) berhubungan dengan terjadi kerusakan "
"pada sistem anatomi "
"Definition: Abnormal functioning of the swallowing mechanism "
"associated with deficit in oral, pharyngeal, or esophageal structure "
"of function "
"Domain 2. Nutrition "
"Class 1. Ingestion "
"NOC "NIC "
"Setelah dilakukan asuhan "Swallowing Therapy (1860) "
"keperawatan selama 2x24 jam "Memantau hidrasi tubuh (misalnya "
"kemampuan menelan klien "intake, output, turgor kulit, membran "
"dapat ditingkatkan, dengan "mukosa) "
"kriteria hasil: "Berikan perawatan mulut yang diperlukan"
"Swallowing Status (1010) "Konsultasikan dengan terapis dan / atau"
"Kemampuan menelan "dokter untuk secara bertahap "
"Produksi saliva "meningkatkan konsistensi makanan "
"Waktu reflek menelan "pasien. "
" "Membantu pasien untuk menempatkan "
" "makanan di belakang mulut dan di sisi "
" "yang tidak terganggu (yang tidak "
" "sakit). "
" " "
" "Enteral Tube Feeding (1056) "
" "Masukkan selang nasogastrik, "
" "nasoduodenal, atau nasojejunal, sesuai "
" "dengan prosedur "
" "Memantau untuk penempatan yang tepat "
" "dari selang dengan memeriksa rongga "
" "mulut, memeriksa residu lambung, atau "
" "mendengarkan udara yang disuntikkan "
" "sementara dan ditarik sesuai dengan "
" "prosedur "
" "Monitor adanya bising usus setiap 4 - 8"
" "jam sesuai dengan kondisi "
" "Pantau status cairan dan elektrolit "
" "Konsultasikan dengan anggota tim "
" "perawatan kesehatan lainnya dalam "
" "memilih jenis dan kekuatan makanan "
" "enteral "
" "Pantau adanya sensasi kenyang, mual, "
" "dan muntah "
" "Monitor berat badan setidaknya tiga "
" "kali seminggu, yang sesuai dengan "
" "usianya "
"Gangguan komunikasi verbal (00051) berhubungan dengan kondisi "
"fisologis ditandai dengan susahnya berbicara "
"Definition: Decreased, delayed, or absent ability to receive, "
"process, transmit, and/ or use a system of symbols "
"Domain 5. Perception/Cognition "
"Class 5. Communication "
"NOC "NIC "
"Setelah dilakukan asuhan "Communication Enhancement : Speech "
"keperawatan selama 2x24 jam "Deficit (4976) "
"komunikasi verbal klien "Memberikan metode alternatif komunikasi"
"dapat meningkat, dengan "bicara (misalnya, menulis tablet, "
"kriteria hasil: "berkedip mata, papan komunikasi dengan "
"Communication (0902) "gambar dan huruf, kode tangan atau "
"Menggunakan bahasa berbicara"gerakan lainnya, dan komputer) "
" "Anjurkan pasien untuk berbicara "
" "perlahan "
" "Kolaborasikan dengan keluara dan terapi"
" "untuk menyusun rencana komunikasi "
" "efektif. "
BAB 4
KESIMPULAN
Kanker rongga mulut adalah tumor ganas yang mulai muncul pada
mulut yang melibatkan beberapa jenis jaringan dan sel sehingga
mengakibatkan berbagai jenis kanker (Lippincott dan wilkins, 2012).
Kanker rongga mulut merupakan tumor ganas dalam rongga mulut yang tumbuh
secara cepat dan menginvasi jaringan sekitar, berkembang sampai daerah
endontel, dan dapat bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan sering
asimtomatik pada tahap awal.
Etiologi dari kanker rongga mulut adalah bersifat multifaktor,
pajaan sinar matahari, mutasi gen, alkohol, tembakau dan alkohol,
tembakau, nikotin, diet, obat kumur, kesehatan gigi dan mulut dan bahan
infeksius.
Manifestasi dari kanker rongga mulut antara lain bintik putih
atau merah (leukoplakia, eritroplakia, atau eritroleukoplakidi dalam
mulut ataupun pada bibir, luka pada bibir ataupun rongga mulut yang
sulit sembuh, perdarahan pada rongga mulut, kehilangan gigi, sulit atau
timbulnya rasa sakit pada waktu mengunyah, kesulitan untuk menggunakan
geligi tiruan, pengerasan pada leher, serta rasa sakit pada telinga.
Kanker rongga mulut dalam pertumbuhannya dimulai dengan lesi yang sangat
kecil. Dengan berjalannya waktu tumor tersebut lambat laun akan mencapai
ukuran yang besar.
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah sitolgi
mulut, biopsi, pemeriksaan Toluidine blue, dan pemeriksaan Positron
Emission Tomography (PET).
Sedangkan penatalaksanaannya dapat bervariasi sesuai dengan
sifat lesi, pilihan dokter, dan pilihan pasien, diantaranya yaitu
pembedahan, radiasi, kemoterapi, terapi kombinasi, edukasi, dan
perawatan pemulihan setelah operasi.
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C,. JoAnn C. Hackley. 2000. Keperawatan Medikal-Bedah
dari Brunner & Suddarth. Jakarta : EGC
Gloria M. Bulechek et al. 2013. Nursing Intervention Classification
(NIC). St Louis, Missouri. Mosby
Hasibuhan, Sayuti. 2004. Prosedur Deteksi Dini dan Diagnosa Kanker
Rongga Mulut. Melalui
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1159/1/fkg-sayuti2.pdf
diakses pada tanggal 20 April 2016 pukul 14.00
John Wiley & Sons. 2014. Nursing Diagnosis: Definitions and
Classification 2015-2017. UK Wiley Blackwell.
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal:
aplikasi asuhan keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC
Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
Volume 2 edisi 8. Jakarta: EGC
Sudiono, Janti. 2008. Pemeriksaan Patologi untuk Diagnosis Neoplasma
Mulut. Jakarta : EGC
Sue Moorhead et al . 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) :
Measurement of Health Outcomes. St Louis, Missouri. Mosby.
Vermey A, 1988. Treatment of parotid tumors and cancer of the oral
cavity. Head and Neck Oncology. Dutch Foundation For Post Graduate Courses
In Indonesia, FK Unair-RSU Dr. Soetomo : 91-130
-----------------------
Karsinoma sel mukosa yang makroskopik bersifat tukak
lesi yang terus menetap
menginflamasi jaringan tulang terutama mandibula sampai endotel
bermetastasis ke bagian tubuh yang lain dan memperlihatkan gejala-gejala
klinis
Sulit atau pada waktu mengunyah
Bintik putih atau merah di dalam mulut ataupun pada bibir
timbulnya rasa sakit
Agen infeksi, merokok, perawatan mulut kurang dan etiologi lainnya
Kanker rongga mulut
Poliferasi
Genetik
Faktor Lokal
Rongga mulut kotor
Memicu tumbuhnya bakteri/jamur
Infeksi
Terjadi lesi yang berulang
Sel membelah secara berlebihan
Faktor Host
Sel turunan yang abnormal
Fungsi sistem imun menurun
Faktor Luar
Karsinogen Kimia
Rokok
Kontak sel normal dengan zat karsinogenik
Membentuk Klon melalui pembelahan
Muncul karakteristik neoplasma ganas
Kanker Oral Cavity
Benjolan pada rongga mulut
Kerusakan pada sistem anatomi
Benjolan semakin besar dan memenuhi rongga mulut
Mempengaruhi fungsi lidah
MK : Gangguan komunikasi verbal
MK : Ketidakmampuan menelan
Intake nutrisi tidak adekuat
MK : Nutrisi kurang dari kebutuhan