2.2 Patogenesis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelainan Kongenital Facio-Oral
Kelainan kongenital facio-oral adalah salah satu kelainan kongenital mayor dimana cacat lahir pada bayi terjadi malformasi atau tidak membentuk dengan sempurna pada area wajah janin. Salah satu kelainanny kelainannyaa adalah adalah sumbing. sumbing. Sumbing Sumbing adalah adalah pemisahan pemisahan dalam struktur tubuh, sering dihasilkan dari kegagalan jaringan untuk tumbuh bersama-sama dengan benar. Sumbing dapat melibatkan bibir, langit-langit mulut ( palatum durum) durum) atau jaringan lunak di bagian belakang mulut ( palatum ( palatum molle). molle). Bibir sumbing (cleft ( cleft lip) lip) adalah pemisahan dari dua sisi bibir dan sering meliputi tulang tulang rahang rahang dan atau gusi. Kelainan Kelainan bibir sumbing sumbing berariasi berariasi dari bibir hingga hingga ke bagian hidung. hidung. Sedangkan Sedangkan cleft cleft palatu palatum m adalah adalah sebuah sebuah lubang lubang di langit-lan langit-langit git mulut. Kedua sisi langit-langit gagal untuk bergabung. Bibir sumbing dengan atau tanpa sumbing langit-langit dan sumbing langit-langit terisolasi terisolasi adalah dua kondisi kondisi yang berbeda. Bayi dengan dengan bibir sumbing atau langit-lan langit-langit. git. !emiliki bibir sumbing dan kadang-kadang sumbing. "alam sumbing terisolasi, langit-langit sumbing terjadi dengan sendirinya, tanpa bibir sumbing atau kelainan lainnya #erkembangan prenatal #erkembangan prenatal terdiri dari tiga tahap yaitu, $. %ahap implantasi (implantation ( implantation stage), stage ), dimul dimulai ai pada saat pembu pembuahan ahan sampai akhir mingg minggu u ketiga kehamilan &. %ahap embrio (embryonic (embryonic stage), stage ), awal minggu keempat sampai minggu ketujuh kehamilan. a %erjadi diferensiasi jaringan dan pembentukan organ definitif. b 'aringan saraf berproliferasi sangat cepat dengan menutupnya tabung saraf ( neural tube) tube ) dan fleksi dari segmen anterior membentuk bagian-bagian otak. c 'antung mulai berdenyut, sehingga darah dapat bersirkulasi melalui sistem askularisasi yang baru terbentuk meskipun struktur jantung jantung belum terbentuk sempurna. d %erlihat primordial dari struktur wajah, ekstremitas dan organ dalam. . %ahap fetus ( fetal stage stage), ), dimulai minggu kedalapan sampai lahir. #ada tahap ini diferensiasi seluruh selur uh orga organ n telah sempurna, berta bertambah mbah dalam ukuran pertu pertumbuha mbuhan n progr progresif esif struk struktural tural skeletal, muskulus dan terutama otak. #erkembangan embrio awal meliputi beberapa fenomena yang berbeda* a Sel-sel membentuk jaringan, organ dan struktur tubuh. b #roliferasi sel sederhana terjadi dengan kecepatan yang berbeda pada berbagai bagian tubuh, baik sebelum maupun sesudah diferensiasi menjadi jaringan spesifik. c Beberapa tipe sel seperti melanosit mengalami migrasi ke sekitarnya sampai akhirnya ke lokasi yang jauh dari tempatnya semula. d Kematian sel yang terprogram, merupakan faktor penting dalam pembentukan beberapa struktur, seperti pada pemisahan jari tangan. e #enya #enyatuan tuan (fusi) antar antaraa jaring jaringan an yang berdekatan berdekatan juga merupakan merupakan mekan mekanisme isme penting dalam pembentukan beberapa struktur seperti bibir atas dan jantung.
Berdasarkan patogenesisnya kelainan kongenital dibagi sebagai berikut* a . !a lf lfo rm rm as asi !alformasi adalah suatu proses kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau ketidakse ketid aksempurna mpurnaan an dari satu atau lebih proses embr embriogen iogenesis. esis. #erkembangan #erkembangan awal dari suatu jaringan atau orga organ n terse tersebut but berhe berhenti, nti, melam melambat bat atau menyimpang menyimpang sehin sehingga gga menyebabk meny ebabkan an terja terjadinya dinya suatu kela kelainan inan struk struktur tur yang menetap. Kelainan ini mungk mungkin in terbatas hanya pada satu daerah anatomi, mengenai seluruh organ atau mengenai berbagai sistem tubuh yang berbeda. b. "eformasi "eformasi "efor masi terbentuk akibat adany adanyaa tekan tekanan an meka mekanik nik yang abnormal sehin sehingga gga mengubah bentuk, ukuran atau posisi sebagian dari tubuh yang semula berkembang normal, misaln mis alnya ya kak kakii ben bengko gkok k ata atau u micr microgna ognatia tia (mand (mandibula ibula yang kecil kecil). ). %e %ekanan kanan ini dapat disebabkan oleh keterbatasan ruang dalam uterus ataupun faktor ibu seperti primigraida, panggul sempit, abnormalitas uterus seperti uterus bikornus, bikornus, kehamilan kembar. c. "isrupsi "efek struktur juga dapat disebabkan oleh destruksi pada jaringan yang semula berkembang normal. Berbeda dengan deformasi yang hanya disebabkan oleh tekanan mekanik, disrupsi dapat disebabkan oleh iskemia iskemia,, perdarahan atau perlekatan. d . "i sp sp la las ia ia #atogenesi #atog enesiss lain yang penting dalam terjadinya terjadinya kela kelainan inan konge kongenital nital adalah displasia. +stilah displasia dimaksudkan dengan kerusakan (kelainan struktur) akibat fungsi atau organisasi sel abnormal, mengenai satu macam jaringan di seluruh tubuh. Sebagian kecil dari kelainan ini terdapat penyimpangan biokimia di dalam sel, biasanya mengenai kelainan produksi enim atau sintesis protein. Sebagian besar disebabkan oleh mutasi gen. Karena jaringan itu sendiri abnormal secara intrinsik, efek klinisnya menetap atau semakin buruk. +ni berbeda dengan ketiga patogenesis patogenesis terdahulu. 2.3 Embriogenesis 2.3.1 Embriogenesis Wajah
ambar $. . 'anin pada akhir minggu keempat yang mempe ambar memperliha rlihatkan tkan posisi arkus-arkus arkus-arkus faring. farin g. B. 'anin berumur /,0 mingg minggu u yang memperlihatka memperlihatkan n prom prominens inensia ia mandi mandibular bularis is dan maksilaris.$
#ada akhir minggu keempat, muncul prominensia fasialis yang terutama terdiri dari mesenkim yang berasal dari krista neuralis dan dibentuk terutama oleh pasangan pertama arkus faring . Prominensia frontonasalis yang dibentuk oleh proliferasi mesenkim yang terletak ventral dari vesikula otak, membentuk batas atas stomodeum. "i kedua sisi prominensia frontonasalis, muncul penebalan lokal permukaan ektoderm, plakoda nasalis. Selama minggu kelima, plakoda nasalis (lempeng hidung) tersebut mengalami invaginasi untuk membentuk fovea nasalis (lekukan hidung). Selama dua minggu berikutnya, prominensia maksilaris tersebut bertambah besar. Secara bersamaan, tonjolan ini tumbuh ke arah medial, menekan prominensia nasalis mediana ke arah garis tengah. Selanjutnya, celah antara prominensia nasalis mediana dan prominensia maksilaris lenyap dan keduanya menyatu. Karena itu, bibir atas dibentuk oleh dua prominensia nasalis mediana dan dua prominensia maksilaris. Bibir bawah dan rahang dibentuk oleh prominensia mandibularis yang menyatu di garis tengah. 2.3.2 Embriogenesis i!"ng ambar &. . #otongan frontal melalui kepala janin 1,0 minggu. 2idah telah bergeser ke bawah dan bilah-bilah palatum telah mencapai posisi horiontal. B. #andangan entral bilah-bilah palatum setelah rahang dan lidah diangkat. Segmen intermaksila terbentuk akibat pertumbuhan prominensia maksilaris ke medial, kedua prominensia nasalis mediana menyatu tidak hanya di permukaan tetapi juga di bagian yang lebih dalam. Struktur ini terdiri dari komponen bibir yang membentuk filtrum bibir atas komponen rahang atas yang membawa empat gigi seri dan komponen palatum yang membentuk palatum primer yang berbentuk segitiga. Segmen intermaksila bersambungan dengan bagian rostral septum nasale yang dibentuk oleh prominensia frontalis.
Jenis$Jenis Kelainan Kongenital Facio-Oral #ada penelitian yang dilakukan di 4S "r. 5ahidin Sudirohusodo, !akassar periode $ 'anuari &66/ sampai dengan $ "esember &661 didapatkan bahwa dalam kurun waktu / tahun dari $/$ persalinan, ditemukan &7 kasus (6,789) kelainan kongenital dan yang terbanyak adalah kasus kelainan kongenital mayor sebanyak &: kasus (8&,79). #enelitian di Boliia menunjukkan bahwa ditemukan &7 bayi dengan oral cleft dari &&.1/: bayi lahir hidup antara tahun$880-&66$. #enelitian lain di Kanada menyatakan bahwa angka insidensi dari ;<4= (; oloboma, Heart defects, Choanal atresia, Retarded growth and development, enital abnormalities, and !ar anomalies ) syndrome sulit untuk didapatkan angka pasti nya, namun diperkirakan sekitar 6,$-$,& tiap $6.666 kelahiran bayi hidup.&$ 2.%.1 Choanal Atresia >bstruksi total hidung pada bayi baru lahir yang dapat menyebabkan kematian akibat asfiksia. Selama mencoba inspirasi, lidah ditarik ke palatum mulut dan terjadi obstruksi dari hasil jalan napas oral. ?paya pernapasan kuat menghasilkan retraksi dinding dada. ngka kejadian sianosis dan kematian dapat meningkat jika pengobatan yang sesuai tidak tersedia. Choanal atresia dapat diketahui jika bayi menangis dan mengambil napas melalui mulut. Kemudian saat berhenti menangis, mulut tertutup dan siklus obstruksi akan berulang. Choanal atresia dapat didiagnosis dengan menggunakan pemeriksaan posterior rhinoscopy (lihat gambar 0.), Rhinography dan ;%-scan (lihat gambar 0.B) yang dapat pula digunakan sebagai radiografi pilihan dalam ealuasi atresia choanal
2.3.2.1 Palat"m Se#"n!er !eskipun palatum primer berasal dari segmen intermaksila, bagian utama palatum definitif dibentuk oleh dua pertumbuhan berbentuk bilah ( shelves) dari prominensia maksilaris. #ertumbuhan keluar ini, palatine shelves (bilah-bilah palatum), muncul pada minggu keenam perkembangan dan mengarah oblik ke bawah di kedua sisi lidah. 3amun, pada minggu ketujuh, bilah-bilah palatum bergerak ke atas untuk memperoleh posisi horizontal di atas lidah dan menyatu, membentuk palatum sekunder (lihat ambar &).
ambar 0. . #asien dengan choanal atresia pada pemeriksaan rhinography. rhinoscopy. B. #encitraan dengan menggunakan ;%- scan pada choanal atresia. #enelitian lain mengatakan bahwa //9 penderita sindroma ;<4= memiliki kelainan kongenital choanal atresia, $19 memiliki tiga atau lebih malformasi pada sindroma ;<4= dan 0$9 memiliki dua atau lebih malformasi.& ?ntuk kelainan kongenital choanal atresia sendiri didapatkan angka prealensinya adalah 6,7& kasus per $6.666 indiidu. Kelainan Choanal atresia unilateral lebih sering terjadi. ngka perbandingan antara Choanal
atresia unilateral dan bilateral adalah &*$. Sebagian besar penderita atresia koana :09 sampai 109 adalah unilateral, sekitar 69 disertai penonjolan tulang dan 169 diantaranya adalah campuran membranous dan penonjolan tulang. #ustaka lain mengatakan $ dari 1.666 kelahiran hidup. 4asio wanita sekitar dua kali lebih sering dari pria. 2ebih dari setengahnya memiliki kelainan kongenital lain. 2.%.2 Nasal Dermoid "asal dermoid adalah neoplasma jinak yang berasal dari mesodermal dan ektodermal (lihat gambar :.). 4ongga nasal dermoid yang terbentuk berasal dari epitel s#uamosa atau berupa saluran sinus yang terdapat folikel rambut, kelenjar sabasea dan kelenjar eccrine. $ermoid diasumsikan timbul sebagai hasil dari beberapa sel totipotent yang terjebak saat proses ektodermal berlangsung atau disebabkan karena kegagalan ekstensi ektodermal ke septum hidung janin dan menghilang sebagai penyatuan septum dan mengeras. "asal dermoid dapat didiagnosis dengan studi pencitraan seperti radiografi, ;%- scan (lihat gambar :.B) dan !4+ sangat membantu dalam membuat diagnosis diferensial yang benar dari kista dermoid.
ambar :. . Bayi dengan nasal dermoid daerah pangkal hidung. B. 3asal dermoid menggunakan ;%- scan untuk membedakan encephalocele "asal dermoid merupakan salah satu kelainan kongenital pada daerah nasal yang sering terjadi. "asal dermoid memiliki persentase sebesar $&9 dari angka kejadian dermoid di daerah kepala-leher. Sekitar sebesar $,$9 dari angka kejadian dermoid di seluruh tubuh. #aling sering terjdi di garis tengah nasi dan dorsum nasi. Sebesar 109 didiagnosis pada awal-awal tahun kehidupan 2.%.& Cleft Lip, Cleft Palate, Cleft Lip-Palate Bibir sumbing dengan atau tanpa sumbing palatum adalah cacat bawaan kraniofasial yang paling banyak ditemukan (lihat gambar $6). #enyebab sumbing cukup kompleks dan melibatkan banyak faktor genetik dan lingkungan. "erajat dan kompleksitas sumbing sangat berariasi yang nantinya akan menentukan tata laksana dan hasil akhir rekonstruksi untuk tiap indiidu. Sumbing dibentuk saat bagian kanan dan kiri bibir atau palatum tidak berfusi secara sempurna saat pertumbuhan intrauterin. Sehingga menghasilkan gap atau celah diantaranya. Sumbing bibir dengan atau tanpa sumbing palatum menitik beratkan pada fungsi, struktur dan
estetika organ tersebut. Sumbing dapat didiagnosis dengan menggunakan ?S dan !4+ pada saat masa kehamilan. Biasanya terdeteksi saat kunjungan rutin antenatal care 2.' (a#tor$(a#tor )isi#o Kelainan Kongenital Facio-Oral 2.%.1 (a#tor )isi#o Ib" 2.%.1.1. *bat$*batan a. Kelainan kongenital mayor yang terjadi pada bayi baru lahir yang terpapar obat antiepileptik saat di kandungan mempunyai rentang ,-8,69 atau sekitar dua hingga tiga kali lipat jika dibandingkan dengan bayi yang tidak terpapar. Beberapa obat antiepileptik, seperti carbamaepin, fenobarbital, fenitoin dan primidone, mengubah metabolisme asam folat dan mengakibatkan kadar asam folat dalam darah menurun seiring dengan meningkatnya kadar obat antiepileptik dalam darah. %idak ditemukan bahwa suplementasi asam folat pada wanita yang mengkonsumsi obat antiepileptik memberi efek perlindungan terhadap risiko malformasi pada janin. 3amun wanita hamil yang menggunakan obat antiepileptik tetap disarankan untuk mengkonsumsi suplementasi asam folat dosis tinggi. b. +bu dengan mengkonsumsi obat-obat yang mengakibatkan asoaktif, seperti pseudoephedrine, aspirin, ibuprofen, amphetamine, kokain atau ekstasi, serta merokok, dikaitkan dengan peningkatan risiko terjadinya oral cleft . c. Sedangkan obat-obat anti konulsif seperti fenobarbital, trimethadione, alproate dan dilantin telah dilaporkan dapat meningkatan risiko untuk memiliki bibir sumbing dengan atau tanpa palatum serta sumbing palatum. d. +sotretinoin telah diidentifikasi sebagai faktor yang berpotensi sebagai penyebab terbentuknya oral cleft . minopterin (obat kanker) juga telah dikaitkan dengan pembentukan oral cleft . +sotetinoin juga dapat menyebabkan kelainan kongenital lain seperti microtia, microphthalmos, craniofacial dan kelainan jantung bawaan. e. Kortikosteroid baik digunakan secara topikal maupun sistemik memiliki sedikit hubungannya dengan peningkatan risiko terjadinya oral cleft . f. Satu studi menemukan bahwa penggunaan dimenhydrinate (anti-mual atau obat antitumpah) ditemukan pada ibu dari janin yang memiliki sumbing palatum, sedangkan besi (@e) memiliki efek perlindungan terhadap kondisi ini. 4isiko lebih rendah untuk terjadinya oral cleft pada janin dengan ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum (Amorning sicknessA yang berat dengan muntah). 2.%.1.2. +ero#o# !erokok $0 batang rokok per hari atau lebih pada wanita akan mengurangi kadar enim S%%$ (lutathione % &ransferase &heta-') yang dapat meningkatkan risiko untuk melahirkan bayi dengan sumbing. %emuan di +owa dan "enmark dan mereka mencatat dalam database ;>=3= bahwa gen ini ada dalam perkembangan struktur kraniofasial .0 +bu merokok dapat memberikan risiko untuk memiliki bibir sumbing dengan atau tanpa palatum serta sumbing palatum terisolasi pada janinnya. !erokok selama kehamilan merupakan faktor risiko minor dalam terbentuknya oral cleft dan hal tersebut dikaitkan dengan banyaknya rokok. Selain itu, ada bukti bahwa mungkin ada interaksi yang kuat antara ibu tertentu dan atau ariasi gen bayi dan merokok menyebabkan sumbing mulut pada bayi. #enelitian lain menunjukkan rokok memiliki sifat teratogenik yang tidak terlalu besar, kecuali untuk kelainan oral cleft .
di atas bahwa tidak ada peningkatan kongenital malformasi yang berkaitan dengan merokok tembakau prenatal . 3amun, dalam penelitian tersebut mengidentifikasi peningkatan risiko terjadinya malformasi pada non-perokok yang menggunakan pengganti nikotin . 2.%.1.%. Pa,aran Bahan Kimia #ajanan ibu terhadap eter glikol, bahan kimia yang ditemukan dalam berbagai produk industri, telah dilaporkan untuk meningkatkan kejadian bibir sumbing. #aparan organik pelarut seperti ilena, toluena dan aseton juga telah dilaporkan untuk meningkatkan terjadinya oral cleft . #aparan bahan kimia laboratorium pada ibu hamil umumnya tidak terlihat secara signifikan, namun untuk beberapa bahan organik pelarut, khususnya bensin, didapati sebagai faktor yang berkontribusi terhadap meningkatkannya risiko terjadinya malformasi pada janin, termasuk facio-oral. 2.%.1.'. N"trisi 3utrisi berperan dalam manifestasi dari oral cleft . %ingkat risiko bibir sumbing dan palatum dengan penggunaan asam folat dapat diturunkan. Beberapa ambiguitas penelitian dapat dijelaskan oleh sebuah studi yang menemukan bahwa risiko oral cleft dapat dikurangi hanya dengan dosis mengkonsumsi asam folat tinggi pada saat pembentukan bibir dan palatum. Citamin B dan seng juga telah dilaporkan untuk mengurangi risiko oral cleft , serta itamin . supan folat yang rendah saat masa perikonsepsional ditemukan memiliki peningkatan risiko bibir sumbing dengan atau tanpa palatum sumbing.$& Suplementasi asam folat dalam penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dengan mengkonsumsi lebih dari /66 Dg per hari dapat mengurangi terjadinya kelainan kongenital bibir sumbing dengan atau tanpa sumbing langit-langit sepertiganya. 2.%.1.-. Al#ohol (etal alcohol syndrome (@S) adalah suatu kondisi pada janin yang disebabkan oleh karena konsumsi alkohol yang kronis pada ibu selama kehamilan. Konsumsi alkohol kronik diperkirakan menjadi penyebab paling sering kelainan non-herediter yaitu terhadap gangguan pemahaman pada bayi. Kelainan pada mata adalah penanda yang sensitif dan dapat diandalkan sebagai penanda teratogenesis dan memberikan tambahan informasi yang berguna untuk diagnosis fetal alcohol syndrome (@S), dengan adanya kelainan mata yang terjadi pada janin, telah terbukti pada lebih dari 869 anak-anak dengan kondisi fetal alcohol syndrome. Seperti halnya pada kelainan kongenital seperti coloboma, biasanya celah choroid menutup selama minggu ketujuh perkembangan janin. 3amun hal ini dapat terjadi kegagalan hasil penutupan dalam pembentukan celah khas pada iris, yang sering dikenal sebagai coloboma iridis.06 lkohol dalam suatu studi dikatakan dapat meningkatkan risiko oral cleft .3amun, peneliti lain tidak menemukan hubungan ini. 2.%.1.. ormonal
>besitas dikaitkan dengan komplikasi pada kehamilan, termasuk peningkatan risiko cacat lahir. #enelitian lain mengatakan bahwa wanita gemuk telah terbukti memiliki risiko yang tinggi terjadinya cacat dinding perut, cacat jantung bawaan dan facio-oral cleft , namun temuan ini belum konsisten antara berbagai studi. 5anita obesitas ditemukan dapat meningkatkan risiko terjadinya kelainan pada mata dan kelainan urogenitalia interna, atresia esofagus, Potter se#uence, kelainan pada usus dan clubfoot . 4isiko terjadinya kelainan kongenital meningkat pada janin dengan ibu hamil yang mengalami obesitas. Ketidakseimbangan hormon kortison juga dapat meningkatkan risiko kelainan langit-langit sumbing pada hewan coba. 2.%.1.&. )a!iasi 4adiasi memiliki efek teratogenik, terutama radiasi pengion. Kelainan kongenital yang ditemukan seperti microcephali, defek pada tengkorak kepala, spinda bifida, kebutaan, sumbing palatum dan defek pada ekstrimitas, baik secara langsung maupun tidak memberikan efek pada sel germinativum. #otensi biologis pada paparan radiasi memberikan dampak terhadap perkembangan janin selama di dalam rahim termasuk dalam kematian pada masa perinatal , terbatasnya pertumbuhan intrauterin, mengecilnya ukuran kepala, keterbelakangan mental, kelainan organ dan potensi kanker pada masa nantinya. 4isiko terhadap masing masing efek paparan radiasi, tergantung pada usia kehamilan saat waktu pemaparan, mekanisme perbaikan sel pada janin dan tingkat dosis penyerapan radiasi. 2.%.1.1/. Usia *rang T"a Beberapa penelitian sebelumnya telah melaporkan peningkatan risiko terjadinya oral cleft seiring dengan bertambahnya usia ibu. #enelitian lain mengatakan bahwa tingginya usia ibu dan usia ayah berpengaruh terhadap risiko kejadian bibir sumbing dengan atau tanpa palatum. 3amun untuk sumbing palatum terisolasi, tingginya usia ibu tidak menunjukkan pengaruhnya terhadap sumbing palatum, yang berpengaruh terhadap kejadian sumbing palatum hanya lamanya masa hamil. #enelitian sebelumnya usia ibu berpengaruh terhadap terjadinya kelainan kongenital facio-oral dengan >4 &,7&. 2.%.1.12. )as da perbedaan ras atau etnis sebagai faktor risiko untuk oral cleft . sia memiliki risiko tertinggi ($/*$6.666 kelahiran), diikuti oleh putih ($6*$6.666 kelahiran) dan frikamerika (/*$6.666 kelahiran). "i antara orang-orang sia, risiko oral celft adalah lebih tinggi pada ras sia %imur ('epang, ;ina, Korea) dan @ilipina dari Kepulauan #asifik. #opulasi merika-indian di merika Selatan telah ditemukan memiliki tingkat yang lebih tinggi dari campuran populasi yang lain. ?ntuk kasus tertentu seperti oral cleft paling sering terjadi pada orang-orang di sia dan merika 2atin ($*066 kelahiran), ditemukan beberapa kasus terjadi pada ras Kaukasia ($*$666 kelahiran) dan sangat jarang ditemukan pada ras merika-frika ($*&666 kelahiran).//
#enelitian lain menambahkan bahwa angka prealensi dan insidensi kelainan kongenital faciooral cleft menunjukkan adanya perbedaan pada tiap ras. 2.%.2 (a#tor risi#o janin 2.%.2.1. Kehamilan #embar Kembar, terutama kembar monokorionik , memiliki risiko lebih tinggi terhadap anomali kongenital dibanding yang tidak kembar. Komplikasi terjadinya anomali kongenital terjadi $: kehamilan, yang melibatkan $7& orang (86,1 per $6 666 kembar yang terdaftar). #realensi kembar lahir hidup adalah $,/ per $6 666 kelahiran hidup.#ada kehamilan kembar jenis kelainan kongenital yang sering terjadi adalah* kelainan kardiovaskular (0$, &7,69), kelainan sistem saraf pusat (&/, $,&9), kelainan genitourinary system (&0, $,19), kelainan kromosom (&$,$$,09), kelainan muskuloskeletal ($8, $6,/9) dan lain-lain ($, $1,69) termasuk facial cleft , atresia esofagus, kelainan kongenital lain seperti sistem pencernaan, sindrom (&,19) dan multiple anomali (&,&9). Kelainan kongenital yang terkait dengan kehamilan bayi kembar dipengaruhi oleh twin reversed arterial perfusion (%4#). 2.%.2.2. Jenis Kelamin Ba0i 'enis kelamin bayi mempengaruhi risiko untuk terjadinya oral celft . #ada laki-laki lebih besar terjadinya bibir sumbing dengan atau tanpa sumbing palatum dibandingkan dengan perempuan, sementara perempuan memiliki risiko yang sedikit lebih besar untuk terjadinya sumbing pada palatum dibandingkan dengan laki-laki. Bayi lahir dengan kelainan kongenital lainnya yang melibatkan sistem pernapasan, mata, telinga, saluran pencernaan atas dan anomali muskuloskeletal lainnya dapat meningkatan risiko untuk memiliki bibir sumbing dengan atau tanpa palatum serta sumbing palatum terisolasi. 'enis kelamin laki-laki lebih sering untuk terkena kelainan kongenital pada mata dengan infeksi %>4;< saat dikandungan. 2.%.2.3. eneti# @aktor genetik yang sering diyakini berperan dalam beberapa kelainan kongenital, sering di dalamnya merupakan suatu kombinasi dengan satu atau lebih faktor lingkungan. Beberapa lokus telah diidentifikasi untuk bibir sumbing dengan atau tanpa sumbing palatum dan di kasus lain juga ditemukan bahwa gen tertentu merupakan penyebabnya. "alam sebuah penelitian menyatakan bahwa sumbing palatum saja, satu gen telah teridentifikasi, tetapi mungkin masih banyak lagi gen yang ikut terlibat. %ipe pertama dikendalikan oleh gen tunggal, yang mungkin mengkode untuk transforming-growth-factor-alpha (%@-alpha). "an tipe kedua adalah multifaktorial dari alam sekitar.
!alformasi kongenital yang dapat ditemukan dengan ultrasonografi antara lain adalah cacat tabung saraf, anensefalus dan spina bifida cacat dinding abdomen cacat jantung cacat wajah termasuk bibir dan palatum atau sumbing. ?ltrasonografi, sebagai metode pencitraan utama, pemeriksaan yang menunjukkan kondisi janin saat itu, selain itu mudah untuk dilakukan dan tidak mahal. 3amun, pemeriksaan menggunakan sonografi pada masa prenatal dengan bibir sumbing dan palatum dapat menjadi sulit karena EmembayangiF dari struktur tulang di sekitarnya. "alam penelitian lain menambahkan bahwa lateral facial clefting (macrostomia) adalah kelainan kongenital langka dimana kelainan ini dapat terjadi baik sebagai terisolasi atau dalam kombinasi dengan anomali kongenital lainnya. "apat didiagnosis dengan ?S antenatal pada minggu ke-&: masa kehamilan. #ada suatu penelitian dikatakan bahwa kebanyakan pemeriksaan a na tom i dengan menggunakan pencitraan dua dimensi transabdominal menggunakan ,0-to-0 !< transduser yang dapat menunjukkan kejadian bibir sumbing pada janin dari usia kehamilan $: minggu dengan akurat. 3amun, pemeriksaan untuk mendeteksi beberapa kelainan sumbing, seperti pada sumbing bibir atau palatum terisolasi, tidak terlalu menggambarkan hasil baik. 2.'.2. 3$imensi ata" %$imensi US !an +)I #ada pencitraan di wajah memiliki keuntungan untuk dapat melihat tingkat midlineanomaly yang kompleks, yang mungkin terbatas jika dilakukan pada pencitraan gambar dua dimensi biasa. Studi lain mengatakan bahwa !4+ mampu untuk menentukan tingkat keterlibatan posterior palatum dan penyebaran ke arah lateral sumbing pada ;2G# (Cleft lip with or without palate) atau ;# (Cleft palate) mempunyai akurasi diagnostik lebih tinggi dari pemeriksaan ultrasound. Selain itu, !4+ menyajikan secara lengkap struktur kepala janin dan biometrik perkembangan tulang wajah, sehingga memungkinkan deteksi dini potensi untuk terjadinya kelainan sindrom. #enelitian lain berpendapat bahwa !4+ pada diagnosis prenatal untuk mengealuasi palatum primer dan sekunder. 2.'.3. Amniosentesis ;airan amnion ini dianalisis untuk berbagai faktor biokimia, misalnya @# ( )lpha (etoprotein) dan asetil-kolin-esterase. Selain itu, sel janin yang terlepas ke dalam amnion, dapat ditemukan dan digunakan untuk penentuan kariotype metafase dan analisis genetik lainnya. "alam penelitian dikatakan bahwa sel-sel janin yang cocok untuk pengujian genetik dapat diperoleh dari darah ibu atau pra implantasi embrio. Suatu studi !4; Kanada melaporkan bahwa tingkat keberhasilan dari kultur hanya 7&9 pada kehamilan dibawah $0 minggu, dibandingkan dengan kehamilan pada usia $: minggu ke atas dapat mencapai keberhasilan hingga 8/9.
2.'.%. Chorionic Villus sampling #rosedur ini melibatkan aspirasi jaringan plasenta. #emeriksaan ini untuk mendeteksi kelainan genetik pada janin selama masa kehamilan berlangsung. #emeriksaan chorionic villus sampling ini biasa digunakan dengan bantuan ?S dalam mendeteksi risiko fetus mengalami kelainan sindroma dan dari aspirasi jaringan plasenta janin ini merupakan pemeriksaan definitif untuk mengetahui adanya kelainan kromosom pada bayi. 2.'.'. Pemeri#saan arah ?ntuk memperkirakan adanya kongenital toksoplasmosis, #en yakit Chagas, cytomegalovirus dan rubella, sampel darah dried-blood-spot untuk dilakukan pemeriksaan
kadar imunoglobulin +g! terhadap &o*oplasma gondii, cytomegalovirus, irus rubella dan +g terhadap &rypanosoma cruzi. Sampel yang positif tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui kadar +g! dan +g dalam serum darah dari neonatus dan ibu. Seorang neonatus diklasifikasikan sebagai terinfeksi dan dilanjutkan pada pemeriksaan yang lebih lanjut bila memenuhi salah satu kriteria berikut* antigen-spesifik +g! dan +g pada neonatus dan pada ibu, antigen-spesifik +g! pada neonatus saja, antigen-spesifik +g! pada ibu saja atau peningkatan jumlah antigen-spesifik +g dalam neonatus.