BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tujuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada periode post partum adalah untuk membantu ibu dan keluarga selama masa transisi awal mengasuh anak. Fokus pemberian asuhan keperawatan adalah berfokus pada pemulihan, kesejahteraan kesejahte raan psikologis, dan kemampuan ibu i bu untuk merawat diri sendiri dan bayinya. Dalam beberapa dekade terakhir telah terlihat penurunan angka kematian anak di bawah umur lima tahun. Tetapi, penurunan pada angka kematian neonatal tidak menujukkan penurunan yang bermakna. Kematian neonatal merupakan komponen penting jika ingin menurunkan angka kematian anak di bawah umur lima tahun. Pada tahun 2000 sebanyak 130 juta kelahiran, sebanyak 4 juta meninggal pada masa neonatal, yang ini merupakan 2/3 dari kematian bayi. Dua pertiga kematian neonatal terjadi pada minggu pertama setelah kelahirannya. Dan 99% nya terjadi di negara berkembang. Konsentrasi waktu terjadinya kematian neonatal mirip dengan waktu terjadinya kematian maternal. Kematian maternal terbesar terjadi saat trimester ke-3 masa kehamilan, masa persalinan dan seminggu setelah persalinan. Maka, intervensi untuk kematian maternal dan kematian neonatal harus dilakukan secara bersama. Bukti telah menunjukkan dengan upaya yang sederhana dengan berbasis masyarakat dapat menurunkan angka kematian maternal dan neonatal secara bermakna.
1.2 Rumusan masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah 1.2.1 Bagaimana Asuhan keperawatan ibu post partum? a. Bagaimana Pengkajian dari ibu post partum? b. Bagaimana Diagnosis dari ibu post partum? c. Bagaimana Intervensi dari ibu post partum?
1
1.2.2 Bagaimana Home visit ibu post partum? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini adalah 1.3.1 mengetahui dan memahami Asuhan keperawatan ibu post partum 1.3.2 mengetahui dan memahami Home visit ibu post partum
2
1.2.2 Bagaimana Home visit ibu post partum? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari makalah ini adalah 1.3.1 mengetahui dan memahami Asuhan keperawatan ibu post partum 1.3.2 mengetahui dan memahami Home visit ibu post partum
2
BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN DAN HOME VISIT IBU POST PARTUM
2.1 ASUHAN KEPERAWATAN IBU POST PARTUM Masa post partum merupakan masa transisi fisik dan psikologis mayor bagi ibu baru dan seluruh keluarga. Orang tua dan anak (jika sudah ada) harus beradaptasi dengan struktur keluarga baru, mengintegrasikan bayi baru lahir ke dalam sistem keluarga mereka, dan mengembangkan suatu pola interaksi yang berbeda dalam unit keluarga tersebut. Karena adaptasi yang sangat ekstensif diperlukan maka peningkatan kerentanan keluarga selama masa post partum dapat terjadi. Tekanan dari berbagai sumber dapat berakibat negatif terhadap fungsi dan interaksi keluarga karena dampaknya pada kesehatan fisik dan mental (Mercer, et al., 1990). Selain itu sejumlah perubahan terjadi pada status fisiologis ibu segera setelah melahirkan dan berlangsung selama lebih dari 6 bulan setelah melahirkan. (Reeder, 2011) Post partum dimulai dari “birth to prepre - pregnant pregnant condition” dalam waktu 6 minggu. Sangat penting informasi untuk dibagikan kepada ibu dengan waktu yang teramat singkat, sehingga para ibu dapat membuat perencanaan dengan baik dan mengetahui permasalahan yang akan dihadapi. Fokus perawat dalam asuhan keperawatan post partum adalah : 1. Proses penyembuhan fisik 2. Psycological well-being 3. Kemampuan untuk merawat dirinya dan bayinya
Tujuan pemberian asuhan keperawatan pada ibu post partum yaitu : 1. Membantu dan mensuport kesembuhan ibu ke keadaan seperti sebelum hamil. 2. Mangkaji dan mengidentifikasi penyimpangan dari kondisi normal. 3. Memberikan pendidikan kepada ibu tentang perawatan bagi bayinya (infant care) dan dirinya sendiri (self care). (Mitayani, 2009)
3
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN Biodata klien berisi tentang : Nama, umur, pendidikan, pekerjaan, suku, agama, alamat, no. RM, nama penanggung jawab, umur, pendidikan, pekerjaan , suku, agama, alamat, tanggal pengkajian. 2. KELUHAN UTAMA Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak. 3. RIWAYAT HAID Umur menarche pertama kali, lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus. 4. RIWAYAT PERKAWINAN Kehamilan saat ini merupakan kehamilan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan tersebut sah atau tidak? 5. RIWAYAT OBSTETRI 1) Riwayat Kehamilan Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, hasil laboratorium : USG, darah, urin, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh. 2) Riwayat persalinan a. Riwayat persalinan lalu : Jumlah gravida, jumlah partal, dan jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini. b. Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami demam, keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktivitas setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon dan suport keluarga. c. Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his, pembukaan, bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan,
4
dengan epiostomi atau tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina dilakukan anastesi atau tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran plasenta, kelengkapan plasenta, jumlah perdarahan. d. Riwayat new born : Apakah bayi lahir spontan atau dengan induksi / tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis atau tidak), apakah membutuhkan resusitasi, jenis kelamin, BB, panjang badan, kelainan kongenital, apakah dilakukan bonding attachment secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau susu formula. 6. RIWAYAT KB & PERENCANAAN KELUARGA Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang. 7. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang? 8. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL Pengkajian faktor emosional, perilaku, dan sosial pada masa post partum memungkinkan perawat mengidentifikasi kebutuhan ibu dan keluarga terhadap dukungan, penyuluhan, dan bimbingan antisipasi respons mereka terhadap pengalaman kehamilan dan persalinan dan perawatan
post partum,
dan faktor-faktor
yang mempengaruhi
pengembangan tanggung jawab ,enjadi orang tua baru. Perawat juga mengkaji pengetahuan dan kemampuan ibu yang terkait dengan perawatan diri, perawatan bayi baru lahir, dan pemeliharaan kesehatan serta perasaan tentang diri dan gambaran dirinya. 9. VARIASI BUDAYA Etnik dan kepercayaan serta praktik budaya memengaruhi perilaku orang tua selama masa post partum. Model penyakit sebagai akibat ketidakseimbangan tubuh, merupakan model yang umum
5
digunakan dalam budaya non barat. Keseimbangan dapat dipersepsikan sebagai aliran energi, panas dan dingin, atau yin dan yang (prinsip feminim-reseptif dan maskulin-aktif). Ibu post partum dipersepsikan berada dalam keadaan tidak seimbang dan rentan terkena penyakit kecuali jika ia melakukan praktik khusus yang biasanya terkait dengan istirahat dan menyepi, menghindari dingin, dan diet. Beberapa budaya mungkin membatasi peran ayah dalam pengalaman kelahiran anak dan post partum atau menentukan jenis aktivitas khusus menjadi orang tua. Menerapkan harapan dan metode barat pada pengkajian perilaku orang tua tidak tepat pada budaya ini. 10. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Adakah
anggota
keluarga
yang
menderita
penyakit
yang
diturunkan secara genetik, menular, kelainan kongenital atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh keluarga. 11. PROFIL KELUARGA Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, tipe rumah, community setting , penghasilan keluarga, hubungan sosial dan keterlibatan dalam kegiatan masyarakat. 12. KEBIASAAN SEHARI – HARI a. Pola nutrisi : Pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (kalori, protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi. b. Pola istirahat dan tidur : Lamanya, waktu (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum). c. Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya involunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol kandung kemih, terjadi over distensi kandung kemih atau retensi urin karena rasa takut luka episiotomi, apakah perlu bantuan
6
saat BAK. Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet. d. Personal hygiene : Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan pembalut dan kebersihan genetalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah. e. Aktivitas
:
Kemampuan
mobilisasi
beberapa
saat
setelah
melahirkan, kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan menyusui. f. Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks. 13. SEXUAL Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi frekuensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan melakukan seks, kontinuitas hubungan seksual. Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan intercourse postpartum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3). Bagaimana cara memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai yang dianut, fantasi dan emosi, apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman, tertawa, gestures, mannerism, dress, suara. Pada saat hubungan seks apakah menggunakan lubrikasi untuk kenyamanan. Posisi saat koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat menyusui
apakah
memberikan
kepuasan
seksual.
Faktor-faktor
pengganggu ekspresi seksual : bayi menangis, perubahan mood ibu, gangguan tidur, frustasi yang disebabkan penurunan libido. 14. KONSEP DIRI Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien bila mengalami operasi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.
7
15. PERAN Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orang tua dan tugas-tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus, perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahuan tentang keadaan umum bayi, tanda vital bayi, perubahan karakteristik feses bayi, kebutuhan emosional dan kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit. Kemampuan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hygiene, payudara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat, menyusui, memandikan, dan mengganti baju / popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan kakek / nenek) Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi. 16. PEMERIKSAAN FISIK 1) Keadaan umum pasien 2) Tanda-tanda vital Tanda vital ibu harus dimonitor secara teratur pada periode early postpartum, terutama untuk mengkaji adaptasi kardiovaskuler, fungsi genitourinaria, dan untuk mendeteksi infeksi. Umumnya tanda-tanda vital harus dimonitor setiap 4 jam selama 24 jam pertama postpartum dan setiap 8-12 jam untuk berikutnya. Fluktuasi dalam tanda vital mungkin mengindikasikan adanya komplikasi. 1. Suhu Suhu tubuh diukur setiap 4 sampai 8 jam selama beberapa hari
pascapartum
karena
demam
biasanya
merupakan gejala awal infeksi. Suhu tubuh 38
terjadi
yang
o
C mungkin
disebabkan oleh dehidrasi pada 24 jam pertama setelah persalinan atau karena awitan laktasi dalam 2 sampai 4 hari. Demam yang menetap atau berulang diatas angka ini pada 24 jam pertama dapat menandakan adanya infeksi. Selama
8
pemberian cairan IV, banyak ibu postpartum mengalami tremor dan kedinginan, hal ini bisa terjadi karena adanya : a) Penurunan tiba-tiba dari tekanan pada saraf pelvic setelah melahirkan b) Suatu respon antara fetus dan ibu dimana terdapat hubungan dengan lepasnya plasenta c) Reaksi produksi adrenalin ibu selama melahirkan dan sesudah kelahiran atau karena reaksi anastesia epidural. 2. Pernafasan a) Bradipnea : rata-rata frekuensi nafas dibawah 14-16x/menit terjadi akibat depresi pernafasan berhubungn dengan pemberian analgesik narkotik atau epidural. b) Takipnea
:
rata-rata
pernafasan
diatas
24x/menit
menunjukkan adanya kehilangan darah berlebih atau syok hipovolemik, infeksi dan demam, nyeri, atau menurunnya kualitas sistem pernafasan berhubungan dengan emboli paru atau edema paru. 3. Nadi a) Bradikardia : merupakan perubahan fisiologis normal selama 6 sampai 10 hari pasca partum dengan frekuensi nadi 40 sampai 70 kali/menit. b) Takikardia : frekuensi diatas 100 kali/menit dapat menunjukkan
adanya
infeksi,
hemoragi,
nyeri,
atau
kecemasan. Nadi yang cepat dan dangkal yang dihubungkan dengan hipotensi menunjukkan hemoragi, syok, atau emboli. 4. Tekanan darah Tekanan darah umumnya tetap dalam batasan normal selama kehamilan. a) Hipotensi : wanita post partum dapat mengalami hipotensi ortostatik karena diuresis dan diaforesis, yang menyebabkan pergeseran volume cairan kardiovaskuler.
9
b) Hipertensi : peningkatan tekanan darah menunjukkan hipertensi akibat kehamilan, yang dapat muncul pertama kali pada masa pasca partum. Kejang eklamsia dilaporkan terjadi sampai lebih dari 10 hari post partum. 17. PENGKAJIAN STATUS FISIOLOGIS MATERNAL 1) Payudara (Breast) Pengkajian payudara selama masa post partum meliputi inspeksi ukuran, bentuk, warna, dan kesimetrisan serta palpasi konsistensi dan apakah ada nyeri tekan guna menentukan status laktasi. Pada 1 sampai 2 hari post partum, payudara tidak banyak berubah kecil kecuali sekresi kolostrum yang banyak. Pada ibu menyusui, saat ASI mulai diproduksi, payudara mulai menjadi lebih besar, keras, dan hangat dan mungkin terasa benjol-benjol atau bernodul. Wanita sering mengalami ketidaknyamanan dengan awitan awal laktasi. Pada wanita yang tidak menusui, perubahan ini kurang menonjol dan menghilang dalam beberapa hari. Banyak wanita mengalami pembengkakan nyata seiring dengan awitan menusui. Payudara menjadi lebih besar dan teraba keras dan tegang \, dengan kulit tegang dan mengilap serta terlihatnya pembesaran vena berwarna biru dan dapat teraba panas saat disentuh. Ketika menyusui dimulai, perawat dapat mengamati perubahan payudara, menginspeksi puting dan areola apakah ada tanda-tanda kemerahan dan pecah, serta menanyakan pada ibu apakah ada nyeri tekan. Payudara yang penuh dan bengkak akan menjadi lembut dan lebih nyaman setelah menyusui. 2) Rahim (Uterus) Involusi : Kemajuan involusi yaitu proses uterus kembali ke ukuran
dan kondisinya sebelum kehamilan, diukur dengan mengkaji tinggi dan konsistensi fundus uterus dan karakter serta jumlah lokia setiap 4 sampai 8 jam.
10
Mengkaji fundus (tonus, posisi, dan tinggi fundus)
Fundus dapat meninggi segera setelah persalinan dan pada hari pertama post partum, tetapi kemudian turun sekitar 1 cm atau 1 jari perhari. Pada hari ke-10 post partum atau lebih cepat dari itu, fundus tidak dapat dipalpasi per abdomen. Konsistensi fundus harus keras, dengan bentuk bundar mulus. Fundus yang lembek atau kendur menunjukkan atonia atau subinvolusi. Kandung kemih harus kosong agar pengukuran fundus akurat: kandung kemih yang penuh menggeser uterus dan meningkatkan tinggi fundus. Letak fundus pada masa kehamilan :
a. Pada 12 minggu kehamilan, fundus berada di atas tulang kemaluan (simfisis pubis) b. Pada kira-kira 20 minggu, fundus telah mencapai pusar (umbilikus) c. Setelah minggu ke-20, tinggi fundud (diukur dari atas tulang kemaluan) akan sama dengan jumlah minggu kehamilan. 3) Fungsi usus (Bowel) Konstipasi merupakan hal yang sering terjadi karena penurunan tonus usus dan motilitas usus akibat relaksasi otot-otot abdomen dan akibat pengaruh progesteron pada otot polos. Kurangnya asupan makanan dan dehidrasi selama proses persalinan dan kelahiran berperan terhadap terjadinya konstipasi. Pengkajian meliputi auskultasi bising usus, inspeksi dan palpasi apakah ada distensi
abdomen,
inspeksi
apakah
ada
hemoroid
dan
penmbengkakan atau ekimosis pada perineum, dan mengkaji apakah ada flatus. Terdengarnya bising usus menunjukkan proses usus aktif. Wanita post partum yang mengalami nyeri perineum yang signifikan sering merasakan nyeri pada saat defekasi, yang dapat menghambat defekasi spontan. Defekasi post patum biasanya terjadi pada 2 sampai 3 hari setelah persalinan dan biasanya dibantu dengan pelunak feses atau laksatif. Defekasi diharapkan kembali
11
normal setelah hari tersebut. Enema dapat diberikan jika tindakan lain tidak berhasil. 4) Kandung kemih (Bladder) Wanita post partum dianjurkan untuk berkemih sesegera mungkin setelah melahirkan guna menghindari distensi kandung kemih. Bahkan dengan kandung kemih yang penuh, wanita yang baru
melahirkan
mungkin
tidak
merasakan
desakan
untuk
berkemih.penurunan persepsi terhadap penuhnya kandung kemih ini disebabkan oleh peningkatan kapasitas kandung kemih, yang diakibatkan oleh penurunan tekanan intraabdomen, edema pada daerah trigonal di dasar kandung kemih yang disebabkan oleh trauma, dan rusaknya transmisi impuls saraf aferen akibat anastesi regional. Setelah kelahiran, kandung kemih mungkin terisi dengan cepat jika wanita tersebut mendapat cairan intravena pada saat persalinan dan juga disebabkan oleh peningkatan haluaran urin fisiologis pada masa post partum awal. Perawat mengkaji kondisi kandung kemih dengan palpasi, perkusi, dan pengamatan terhadap abdomen. Kontur abdomen, tinggi dan konsistensi fundus uterus, dan keadaan suprapubis dikaji. Jumlah lokia yang keluar diperiksa apakah ada peningkatan jumlah, yang
dapat
disebabkan
oleh
distensi
kandung
kemih
dan
mengganggu kontraksi uterus. 5) Lokia (Lochea) Karakter
dan
jumlah
lokia
secara
tidak
langsung
menggambarkan kemajuan penyembuhan endometrium. Pada proses
penyembuhan
normal,
jumlah
lokia
perlahan-lahan
berkurang dengan perubahan warna yang khas yang menunjukkan penurunan komponen darah dalam aliran lokia. Jumlah lokia bervariasi pada setiap individu dan pada umumnya lebih banyak pada multipara. Jumlah lokia yang dapat meningkat pada ambulasi dini karena terkumpul di vagina dan peningkatan kontraksi uterus. Penyerapan berbeda-beda menurut merek pembalut perineum.
12
Suatu studi memperkirakan bahwa pembalut perineum yang terwarnai lebih dari 15 cm mengandung 50 sampai 80 mL darah, sedangkan pembalut perineum yang terwarnai kurang dari 10 cm mengandung 10 sampai 25 mL darah. Karakteristik lokia Lokia
Waktu
Warna
Ciri-ciri
Rubra
1-3 hari
Merah
Terdiri
dari
sel
kehitaman dan desidua,
verniks
berisi
caseosa,
rambut
gumpalan
lanugo,
darah,
sisa
sisa miconeum,
selaput
dan
sisa darah
ketuban,
sisa
vernik,
dan
lanugo. Sanginolenta
3-7 hari
Putih
Sisa
darah
bercampu
bercampur lendir
merah Serosa
7-14 hari
Kekuningan kecoklatan
/
Lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan
laserasi
plasenta Alba
>14 hari
Putih
Mengandung leukosit,
selaput
lendir serviks, dan serabut yang mati.
13
6) Episiotomi / perineum (Episiotomy) Perawat melakukan pengkajian daerah perineum dan perianal dengan sering untuk mengidentifikasi karakteristik normal atau deviasi dari normal, seperti hematoma, memar (ekimosis), edema, kemerahan (eritema), dan nyeri tekan. Jika ada jahitan luka, kaji keutuhan,
hematoma,
perdarahan
dan
tanda-tanda
infeksi
(kemerahan, bengkak, dan nyeri tekan). Daerah anus dikaji apakah ada hemoroid dan fisura. Ibu diminta mengambil posisi sim lateral guna mengkaji daerah perineum dan perianal. Nyeri daerah perineum sering terjadi selama perbaikan laserasi atau episiotomi. Perineum yang mengalami edema menambah tekanan pada jahitan luka dan meningkatkan nyeri. Nyeri yang dirasakan bergantung pada luasnya prosedur bedah dan perbaikan. Ibu dengan persalinan spontan per vagina tanpa laserasi atau episiotomi sering mengalami nyeri perineum yang lebih ringan. Hemoroid tampak seperti tonjolan buah anggur pada anus dan merupakan sumber yang paling sering menimbulkan nyeri perianal. Hemoroid ini disebabkan oleh tekanan otot-otot dasar panggul oleh bagian terendah janin selama kehamilan akhir dan persalinan serta akibat mengejan selama fase ekspulsi. Hemoroid sangat nyeri selama 2 sampai 3 hari pertama setelah melahirkan, hemoroid secara bertahap akan mengecil dan sembuh. 7) Ekstremitas bawah (Lower ekstremity) Ekstremitas bawah diamati untuk mendeteksi tanda-tanda tromboflebitis post partum, yang merupakan suatu komplikasi yang serius. Ibu mempunyai faktor predisposisi tromboflebitis pada ekstremitas bawah selama kehamilan dan masa post partum awal karena penurunan aliran darah balik vena dari tungkai dan meningkatnya kecenderungan pembekuan. Tekanan yang lama pada pembuluh darah besar yang menyuplai tungkai yang disebabkan oleh mengejan pada tahap ekpulsi dapat juga menjadi penyebab pembentukan trombosis.
14
Pengkajian post partum pada ekstremitas bawah meliputi inspeksi ukuran, bentuk, kesimetrisan, warna, edema, dan varises. Suhu dan pembengkakan dirasakan dengan palpasi. Tanda-tanda tromboflebitis adalah bengkak unilateral, kemerahan, panas, dan nyeri tekan, biasanya terjadi pada betis. Trombosis pada vena femoralis menyebabkan nyeri dan nyeri tekan pada bagian distal paha dan daerah popliteal. Tanda Homan, munculnya nyeri betis saat gerakan dorsofleksi pada kaki, merupakan pengujian yang tidak dapat diandalkan untuk tromboflebitis. Nadi pada ekstremitas bawah mungkin menurun atau tidak teraba jika ada tromboflebitis. Klien yang mengalami persalinan seksio sesaria lebih berisiko mengalami tromboflebitis karena banyaknya tirah baring sebelum ambulasi pertama mereka. 8) Emosi (Emotion) Emosi merupakan elemen penting dari penilaian postpartum. Klien postpartum biasanya menunjukkan gejala dari “ baby blues” atau “ postpartum blues” ditunjukkan oleh gejala menangis, lekas marah, dan kadang-kadang insomnia. Postpartum blues disebabkan oleh banyak faktor, termasuk fluktuasi (ketidaktepatan) hormonal, kelelahan fisik, dan penyesuaian peran ibu. Ini adalah bagian normal dari pengalaman postpartum. Namun, apabila gejala ini berlangsung lebih lama dari beberapa minggu atau jika klien postpartum menjadi nonfunctional atau mengungkapkan keinginan untuk menyakiti dirinya sendiri atau bayinya, klien harus diajari untuk segera melaporkan hal tersebut kepada perawat, bidan, atau dokter. 18. PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1) Darah Untuk mengkaji apakah ada anemia, pemeriksaan hitung darah lengkap, hematocrit, atau hemoglobin dilakukan dalam 2 sampai 48 jam setelah persalinan. Karena banyaknya adaptasi fisiologis saat ibu kembali ke keadaan sebelum hamil, nilai darah
15
berubah setelah melahirkan. Dengan rata-rata kehilangan darah 400500 mL, penurunan 1g kadar hemoglobin atau 30% nilai hematokrit masih dalam kisaran yang diharapkan. Penurunan nilai yang lebih besar disebabkan oleh perdarahan hebat saat melahirkan, hemoragi, atau anemia pranatal. Selama 10 hari pertama post psrtum, jumlah sel darah putih dapat meningkat sampai 20.000/mm 3 sebelum akhirnya kembali ke nilai normal. Karena komponen selular selama infeksi, peningkatan ini dapat menutupi proses infeksi kecuali jika jumlah sel darah putih lebih tinggi dari jumlah fisiologis. (Reeder, 2011)
B. DIAGNOSIS
1. Nyeri akut b.d. kontraksi uterus (afterpain), episiotomi, laserasi, hemoroid, pembengkakan payudara, insisi bedah 2. Risiko
perdarahan
b.d.
koagulopati
inheren
(trombositopenia),
komplikasi pascapartum (mis., atoni uterus, retensi plasenta) 3. Risiko infeksi b.d. pecah ketuban lama, kerusakan integritas kulit dan trauma jaringan akibat kelahiran anak 4. Keletihan b.d. partus lama 5. Gangguan eliminasi urin b.d. diuresis post partum, retensi urin akibat edema pasca persalinan 6. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan kebutuhan karena laktasi 7. Kekurangan volume cairan b.d. penurunan asupan oral atau kehilangan darah 8. Konstipasi b.d. obstruksi pasca bedah, penurunan motilitas usus dan tonus abdomen, dehidrasi, nyeri pada saat defekasi 9. Kerusakan integritas kulit b.d. insisi bedah atau laserasi 10. Defisit perawatan diri : mandi b.d. kelemahan, nyeri 11. Gangguan pola tidur b.d. ketidaknyamanan fisik atau kebutuhan menyusui bayi baru lahir
16
12. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d. anomali payudara ibu, kurang pengetahuan orang tua tentang teknik menyusui 13. Ketidakefektifan
pola seksual
b.d. proses penyembuhan dari
persalinan. (Nurbaeti, 2013)
C. INTERVENSI No 1.
Diagnosa 1. Nyeri akut b.d. kontraksi uterus (afterpain), episiotomi, laserasi, hemoroid, pembengkak an payudara, insisi bedah
NOC 1. Kontrol nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : 1) Melaporkan nyeri yang terkontrol 2 4 2) Mengenali kapan nyeri terjadi 1 5 3) Menggunakan tindakan pencegahan 1 5 4) Menggunakan tindakan pengurangan (nyeri) tanpa analgesik 1 4 Ket : 1 = tidak pernah menunjukkan 2 = jarang menunjukkan 3 = kadang menunjukkan 4 = sering menunjukkan 5 = secara konsisten menunjukkan 2. Pengetahuan : manajemen nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : 1) Strategi untuk mengontrol nyeri 1 4 2) Pembatasan aktivitas 1 4 3) Teknik posisi yang efektif 1 4 4) Teknik relaksasi yang efektif 1 4
NIC 1. Manajemen lingkunagn : kenyamanan a. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung b. Sediakan lingkungan yang aman dan bersih c. Posisikan pasien untuk memfasilitasi kenyamanan d. Sesuaikan suhu ruangan yang paling menyamankan individu, jika memungkinkan 2. Terapi relaksasi a. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi dengan lampu yang redup dan suhu lingkungan yang nyaman, jika memungkinkan b. Minta klien untuk rileks dan merasakan sensasi yang terjadi c. Dorong klien untuk mengambil posisi yang nyaman dengan pakaian longgar dan mata tertutup 3. Pemberian analgesik a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan keparahan nyeri
17
2.
Risiko perdarahan b.d. koagulopati inheren (trombositopeni a), komplikasi pascapartum (mis., atoni uterus, retensi plasenta)
Ket : 1 = tidak ada pengetahuan 2 = pengetahuan terbatas 3 = pengetahuan sedang 4 = pengetahuan banyak 5 = pengetahuan sangat banyak
sebelum mengobati pasien b. Monitor tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik c. Berikan kebutuhan kenyamanan dan aktivitas lain yang dapat membantu relaksasi untuk memfasilitasi penurunan nyeri
1. Status sirkulasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : 1) Tekanan sistol 1 4 2) Tekanan diastol 1 4 3) PaO2 (tekanan parsial oksigen dalam darah arteri) 1 4 4) PaCO2 (tekanan parsial karbondioksida dalam darah arteri) 1 4 5) Saturasi oksigen 1 4 2. Status maternal : postpartum Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : 1) Penyembuhan perineum 1 4 2) Jumlah lokia 1 5 3) Eliminasi kemih 1 4 4) Penyembuhan insisi 1 4 5) Perdarahan di vagina 1 4 Ket : 1 = deviasi berat 2 = deviasi cukup besar 3 = deviasi sedang 4 = deviasi ringan 5 = tidak ada deviasi
1. Pengurangan perdarahan : uterus postpartum a. Letakkan es di fundus b. Monitor tanda vital maternal setiap 15 menit atau lebih c. Tinggikan tungkai d. Pasang invus IV 2. Perawatan postpartum a. Pantau tanda-tanda vital b. Monitor lokia terkait dengan warna, jumlah, bau, dan adanya gumpalan c. Pijat lembut fundud sampai lunak, sesuai kebutuhan 3. Identifikasi risiko a. Identifikasi adanya sumber-sumber agensi untuk membantu menurunkan faktor risiko b. Pertimbangkan status pemenuhan kebutuhan sehari-hari
18
3.
4.
Risiko infeksi b.d. pecah ketuban lama, kerusakan integritas kulit dan trauma jaringan akibat kelahiran anak
Keletihan b.d. partus lama
1. Kontrol resiko : proses infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : a. Mengidentifikasi faktor resiko infeksi 1 4 b. Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi 1 4 c. Mempertahankan lingkungan yang bersih 1 4 d. Mempraktikkan strategi untuk mengonterol infeksi 1 5 Ket : 1 = tidak pernah menunjukkan 2 = jarang menunjukkan 3 = kadang menunjukkan 4 = sering menunjukkan 5 = secara konsisten menunjukkan 2. Pemulihan pembedahan : penyembuhan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : a. Penyembuhan luka 1 4 b. Pelaksanaan perawatan luka yang diresepkan 1 4 Ket : 1 = deviasi berat 2 = deviasi cukup besar 3 = deviasi sedang 4 = deviasi ringan 5 = tidak ada deviasi
1. Identifikasi risiko a. Identifikasi adanya sumber-sumber agensi untuk membantu menurunkan faktor risiko. b. Pertimbangkan status pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
1. Kelelahan : efek yang mengganggu Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan
1. Manajemen energi a. pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai dengan konteks usia
2. Manajemen elektrolit / cairan a. Tingkatkan intake / asupan cairan per oral b. Jaga infus IV yang tepat, transfusi darah, atau laju aliran enternal, terutama jika tidak diatur oleh pompa c. Pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan 3. Monitor tanda-tanda vital a. Monitor TD, N, S, dan RR dengan cepat b. Monitor warna kulit, suhu, dan kelembapan c. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital
19
kriteria hasil : a. Penurunan energi 1 4 b. Gangguan aktivitas fisik 1 4 c. Gangguan pada rutinitas 1 4 2. Tingkat kelelahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : a. Penurunan motivasi 1 4 b. Tingkat stres 1 4 Ket : 1 = berat 2 = cukup berat 3 = sedang 4 = ringan 5 = tidak ada
dan perkembangan b. Monitor intake / asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat 2. Manajemen nutrisi a. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi b. Monitor kalori dan asupan makanan c. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi 3. Peningkatan tidur a. Tentukan pola tidur / aktivitas pasien b. Monitor / catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidur c. Sesuaikan lingkungan (cahaya, kebisingan, suhu, kasur, dan tempat tidur)
5.
1. Gangguan eliminasi urin b.d. diuresis post partum, retensi urin akibat edema pasca persalinan
1. Eliminasi urin 1. Manajemen cairan Setelah dilakukan tindakan a. Timbang BB setiap keperawatan selama 2x24 hari dan monitor status jam masalah teratasi dengan pasien kriteria hasil : b. Jaga intake / asupan a. Pola eliminasi 1 5 yang akurat dan catat b. Jumlah urin 1 5 output c. Mengosongkan kantong c. Monitor tanda-tanda kemih sepenuhnya 1 vital pasien 5 d. Berikan cairan dengan Ket : tepat 1 = sangat terganggu e. Berikan terapi IV 2 = banyak terganggu seperti yang 3 = cukup terganggu ditentukan
20
4 = sedikit terganggu 5 = tidak terganggu
2. Perawatan retensi urin a. Lakukan pengkajian komperehensif sistem perkemihan fokus terhadap inkontinensia (misalnya, urine output, pola berkemih, fungsi kognitif, masalah perkemihan sebelumnya) b. Monitor intake dan output 3. Bantuan perawatan diri : eliminasi a. Monitor integritas kulit pasien b. Pertimbangkan budaya dari pasien saat mempromosikan aktivitas perawatan diri
6.
Ketidakseimban gan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d. peningkatan kebutuhan karena laktasi
1. Status nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : a. Asupan gizi 1 4 b. Asupan makanan 1 4 c. Asupan cairan 1 4 d. Energi 1 4 e. Hidrasi 1 4 Ket : 1 = sangat menyimpang 2 = banyak menyimpang 3 = cukup menyimpang 4 = sedikit menyimpang 5 = tidak menyimpang
1. Manajemen nutrisi a. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi b. Monitor kalori dan asupan makanan c. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi 2. Terapi nutrisi a. Monitor intake makanan / cairan dan hitung masukan kalori perhari, sesuai kebutuhan b. Tentukan jumlah kalori dan tipe nutrisi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
21
nutrisi dengan berkolaborasi bersama ahli gizi, sesuai kebutuhan 7.
Kekurangan volume cairan b.d. penurunan asupan oral atau kehilangan darah
1. Keseimbangan cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : a. Turgor kulit 1 5 b. Keseimbangan intake dan output dalam 24 jam 1 5 c. Kelembapan membran mukosa 1 5 d. Tekanan darah 1 5 e. Denyut nadi radial 1 5 Ket : 1 = sangat terganggu 2 = banyak terganggu 3 = cukup terganggu 4 = sedikit terganggu 5 = tidak terganggu
1. Pengurangan perdarahan : uterus post partum a. Kaji riwayat obstetrik dan catatan persalinan terkait dengan faktor risiko perdarahan post partum b. Letakkan es di fundus c. Evaluasi adanya distensi kandung kemih 2. Manajemen elektrolit / cairan a. Tingkatkan intake / asupan cairan per oral b. Jaga infus IV yang tepat, transfusi darah, atau laju aliran enternal, terutama jika tidak diatur oleh pompa c. Pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan 3. Monitor tanda-tanda vital a. Monitor TD, N, S, dan RR dengan cepat b. Monitor warna kulit, suhu, dan kelembapan c. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-tanda vital
8.
Konstipasi b.d. obstruksi pasca bedah, penurunan motilitas traktus gastrointestinal
1. Eliminasi usus Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : a. Pola eliminasi 1 4 b. Kemudahan BAB 1 4
1. Manajemen nutrisi a. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi
22
2. Fungsi gastrointestinal Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : a. Peningkatan peristaltik 1 4 b. Konsistensi feses 1 4 Ket : 1= sangat terganggu 2 = banyak terganggu 3 = cukup terganggu 4 = sedikit terganggu 5 = tidak terganggu
9.
Kerusakan integritas kulit b.d. insisi bedah atau laserasi
b. Monitor kalori dan asupan makanan c. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi 2. Manajemen elektrolit / cairan a. Tingkatkan intake / asupan cairan per oral b. Jaga infus IV yang tepat, transfusi darah, atau laju aliran enternal, terutama jika tidak diatur oleh pompa c. Pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan
1. Integritas jaringan : kulit & 1. Perawatan kulit : membran mukosa pengobatan topikal Setelah dilakukan tindakan a. Pakaikan popok yang keperawatan selama 2x24 longgar, dengan tepat jam masalah teratasi dengan b. Berikan pijatan di kriteria hasil : sekitar area yang a. Sensasi 1 5 terkena b. Elastisitas 1 5 c. Tekstur 1 5 2. Manajemen elektrolit / d. Perfusi jaringan 1 5 cairan e. Integritas kulit 1 5 a. Tingkatkan intake / Ket : asupan cairan per oral 1 = sangat terganggu b. Jaga infus IV yang 2 = banyak terganggu tepat, transfusi darah, 3 = cukup terganggu atau laju aliran 4 = sedikit terganggu enternal, terutama jika 6 = tidak terganggu tidak diatur oleh pompa c. Pantau adanya tanda dan gejala retensi cairan 3. Perawatan perineum a. Bantu pasien membersihkan perineum b. Jaga agar area perineum tetap kering
23
c. Inspeksi kondisi insisi atau robekan (episiotomy) 10.
Defisit perawatan diri : mandi b.d. kelemahan, nyeri
1. Perawatan diri : mandi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : a. Masuk dan keluar dari kamar mandi 1 4 b. Mencuci badan bagian bawah 1 4 2. Perawatan diri : kebersihan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : a. Membersihkan area perineum 1 4 Ket : 1 = sangat terganggu 2 = banyak terganggu 6 = cukup terganggu 4 = sedikit terganggu 5 = tidak terganggu
1. Manajemen energi a. pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai dengan konteks usia dan perkembangan b. Monitor intake / asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat 2. Bantuan perawatan diri a. Pertimbangkan budaya dari pasien saat mempromosikan aktivitas perawatan diri b. Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri c. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas normal sehari-hari sampai batas kemampuan (pasien) 3. Perawatan perineum d. Bantu pasien membersihkan perineum e. Jaga agar area perineum tetap kering f. Inspeksi kondisi insisi atau robekan (episiotomy)
11.
Gangguan pola tidur b.d. ketidaknyamana n fisik atau kebutuhan menyusui bayi baru lahir
1. Kelelahan : efek yang mengganggu Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : a. Penurunan energi 1 4 b. Gangguan aktivitas
1. Manajemen lingkungan : kenyamanan a. Ciptakan lingkungan yang tenang dan mendukung b. Sediakan lingkungan yang aman dan bersih c. Posisikan pasien untuk memfasilitasi
24
fisik 1 4 c. Gangguan pada rutinitas 1 4 2. Tidur Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : a. Pola tidur 1 4 b. Kualitas tidur 1 4 c. Perasaan segar setelah tidur 1 4 Ket : 1 = berat 2 = cukup berat 4 = ringan 7 = sedang 8 = tidak ada 12.
Ketidakefektifan 1. Keberhasilan menyusui pemberian ASI maternal b.d. anomali Setelah dilakukan tindakan payudara ibu, keperawatan selama 2x24 kurang jam masalah teratasi dengan pengetahuan kriteria hasil : orang tua a. Kesejajaran tubuh yang tentang teknik sesuai dan (bayi) menyusui menempel dengan baik 1 4 b. Refleks menghisap 1 4 2. Mempertahankan pemberian ASI Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam masalah teratasi dengan kriteria hasil : a. Pertumbuhan bayi dalam rentang normal 1 4 b. Perkembangan bayi dalam rentang normal 1 4 Ket : 1 = tidak adekuat 2 = sedikit adekuat 3 = cukup adekuat 4 = Sebagian besar adekuat
kenyamanan d. Sesuaikan suhu ruangan yang paling menyamankan individu, jika memungkinkan 2. Peningkatan tidur a. Tentukan pola tidur / aktivitas pasien b. Monitor / catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidur c. Sesuaikan lingkungan (chaya, kebisingan, suhu, kasur, dan tempat tidur) untuk meningkatkan tidur 1. Manajemen nutrisi a. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi b. Monitor kalori dan asupan makanan c. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi 2. Pendidikan orang tua : bayi a. Ajarkan orangtua keterampilan dalam merawat bayi yang baru lahir b. Berikan bimbingan antisipatif mengenai perubahan perkembangan selama tahun pertama kehidupan c. Berikan informasi mengenai
25
5 = sepenuhnya adekuat
karakteristik perilaku bayi lahir 3. Pengecekan kulit a. Periksa kulit dan selaput lendir terkait dengan adanya kemerahan, kehangatan ekstrim, edema, atau drainase b. Periksa pakaian yang terlalu ketat
13.
Ketidakefektifan 1. Identitas seksual pola seksual b.d. Setelah dilakukan tindakan proses keperawatan selama 2x24 penyembuhan jam masalah teratasi dengan dari persalinan. kriteria hasil : a. Menggambarkan risiko yang terjadi pada aktivitas seksual 1 4 b. Menngunakan pencegahan untuk meminimalkan risiko berhubungan dengan aktivitas seksual 1 4 Ket : 1 = tidak pernah menunjukkan 2 = jarang menunjukkan 3 = kadang menunjukkan 4 = sering menunjukkan 5 = secara konsisten menunjukkan
1. Perawatan postpartum a. Pantau tanda-tanda vital b. Monitor lokia terkait dengan warna, jumlah, bau, dan adanya gumpalan c. Pijat lembut fundud sampai lunak, sesuai kebutuhan
(Bulechek, 2016), (Moorhead, 2016)
2.2 HOME VISIT IBU POST PARTUM Home visit (kunjungan rumah) ibu postpartum adalah kunjungan yang dilakukan oleh perawat dengan tujuan untuk memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien dirumahnya, yang merupakan sintesa dari pelayanan keperawatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang berasal dari spesialisasi kesehatan tertentu, yang berfokus pada asuhan keperawatan individu dengan melibatkan 26
keluarga,
dengan
tujuan
memulihkan,
mempertahankan,
dan
meningkatkan kesehatan fisik, mental atau emosi pasien. (Mitayani, 2009) Pelayanan nifas merupakan pelayanan kesehatan yang sesuai standar pada ibu mulai 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Asuhan masa nifas penting diberikan pada ibu dan bayi, karena pada masa tersebut merupakan masa krisis baik ibu dan bayi. Enam puluh persen (60%) kematian ibu terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama. Demikian halnya dengan masa neonatus juga merupakan masa krisis dari kehidupan bayi. Dua pertiga kematian bayi terjadi 4 minggu setelah persalinan, dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi 7 hari setelah lahir. A. Jadwal Kunjungan Rumah Pada Masa Nifas Kunjungan pada masa nifas dilakukan minimal 4x. Tujuan melakukan kunjungan rumah yaitu untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir serta mencegah, mendeteksi, dan menangani komplikasi pada masa nifas. Manfaat melakukan kunjungan rumah yaitu:
1. Perawat dapat melihat dan berinteraksi dengan keluarga dalam lingkungan yang alami dan aman. 2. Perawat mampu mengkaji kecukupan sumber daya yang ada, keamanan dan lingkungan di rumah. Kekurangan dalam melakukan kunjungan rumah yaitu :
1. Memerlukan biaya yang banyak. 2. Jumlah perawat terbatas. 3. Kekhawatiran tentang keamanan untuk mendatangi pasien di daerah tertentu.
27
Jadwal kunjungan rumah pada masa nifas sesuai dengan program pemerintah meliputi:
1. Kunjungan I (6-8 jam post partum), bertujuan untuk : a. Mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri (keadaan lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi palsenta setelah bayi lahir). b. Mendeteksi
dan
melakukan
perawatan
penyebab
lain
perdarahan serta melakukan rujukan apabila perdarahan berlanjut. c. Pemberian ASI awal. d. Konseling
ibu
dan
keluarga
tentang
cara
mencegah
perdarahan karena atonia uteri. e. Mengajarkan cara mempererat hubungan ibu dan bayi baru lahir. f. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi. 2. Kunjungan II (6 hari post partum), bertujuan untuk : a. Memastikan
involusi
uterus
berjalan
normal,
uterus
berkontraksi baik, tunggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal. b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan. c. Memastikan ibu cukup istirahat, makanan, dan cairan. d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui. e. Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir. 3. Kunjungan III (2 minggu post partum) Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum. 4. Kunjungan IV (6 minggu post partum), bertujuan untuk : a. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas. b. Memberikan konseling KB secara dini.
28
B. Pendidikan Kesehatan Masa Nifas
Pendidikan kesehatan masa nifas meliputi: 1. Gizi Pendidikan kesehatan gizi untuk ibu menyusui antara lain: konsumsi tambahan 500 kalori setiap hari, makan dengan diet seimbang, minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, tablet zat besi harus diminum selama 40 hari pasca bersalin dan minum kapsul vitamin A (200.000 unit). 2. Kebersihan diri dan bayi Pendidikan kesehatan kebersihan diri untuk ibu nifas antara
lain:
mengajarkan
menganjurkan ibu
cara
kebersihan
membersihkan
seluruh daerah
tubuh, kelamin,
menyarankan ibu untuk mengganti pembalut, menyarankan ibu untuk cuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelamin, jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, menyarankan untuk menghindari menyentuh daerah luka. 3. Istirahat / tidur Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam hal istirahat atau tidur meliputi: menganjurkan ibu untuk cukup istirahat, menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah secara perlahan-lahan, menjelaskan pada ibu bahwa kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi serta diri sendiri. 4. Pemberian ASI Pendidikan kesehatan untuk ibu nifas dalam pemberian ASI sangat bermanfaat, karena pemberian ASI merupakan cara yang terbaik untuk ibu dan bayi. Oleh karena itu, berikan KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi) tentang proses laktasi dan ASI, mengajarkan cara perawatan payudara.
29
5. Latihan atau senam nifas Pendidikan kesehatan tentang latihan atau senam nifas meliputi: mendiskusikan pentingnya pengembalian otot-otot perut dan panggul untuk kembali normal, menjelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu mempercepat pengembalian otot-otot perut dan panggul kembali normal. 6. Hubungan seks dan keluarga berencana Pendidikan
kesehatan
tentang
seks
dan
keluarga
berencana yaitu: hubungan seks dan KB dapat dilakukan saat darah nifas sudah berhenti dan ketika ibu sudah merasa nyaman, keputusan untuk segera melakukan hubungan seks dan KB tergantung pada pasangan yang bersangkutan, berikan KIE tentang alat kontrasepsi KB. 7. Tanda-tanda bahaya selama masa nifas Pendidikan kesehatan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas meliputi: pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya masa nifas untuk mendeteksi komplikasi selama masa nifas. Tanda bahaya dapat berupa: perdarahan dan pengeluaran abnormal, sakit pada daerah abdomen atau punggung, sakit kepala terus menerus, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, bengkak pada ekstremitas, demam, muntah, sakit saat BAK, perubahan pada payudara, nyeri, kemerahan pada betis, depresi postpartum, pasien postpartum blues. (Regina, 2011)
30
BAB 3 PENUTUP 3.1 Simpulan Tujuan dari pemberian asuhan keperawatan pada ibu post partum yaitu : 1. Membantu dan mensuport kesembuhan ibu ke keadaan seperti sebelum hamil, 2. Mangkaji dan mengidentifikasi penyimpangan dari kondisi normal, 3. Memberikan pendidikan kepada ibu tentang perawatan bagi bayinya (infant care) dan dirinya sendiri (self care). Pengkajian pada ibu postpartum meliputi : 1. pengkajian, 2. keluhan utama, 3. riwayat haid, 4. riwayat perkawinan, 5. riwayat obstetri, 6. Riwayat KB & perencanaan keluarga, 7. Riwayat penyakit dahulu, 8. Riwayat psikosoial-kultural, 9. Riwayat kesehatan keluarga, 10. Profil keluarga, 11. Kebiasaan sehari-hari, 12. Sexual, 13. Konsep diri, 14. Peran, 15. Pemeriksaan fisik, dan 16. Pemeriksaan laboratorium. Home visit (kunjungan rumah) ibu postpartum adalah kunjungan yang dilakukan oleh perawat dengan tujuan untuk memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien dirumahnya yang berfokus pada asuhan keperawatan individu dengan melibatkan keluarga, dengan tujuan memulihkan, mempertahankan, dan meningkatkan kesehatan fisik, mental atau emosi pasien.
3.2 Saran Berdasarkan
pembahasan
masalah
ini
makalah
kami
dapat
mengemukakan beberapa saran yang mungkin dapat menjadi masukan yang bersifat positif antara lain : Diharapkan agar mahasiswa mahasiwi dapat menguasai dan menerapkan Asuhan Keperawatan dan home visit pada ibu post partum juga dapat terus megembangkannya dalam tindakan nyata pada kehidupan masyarakat. Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebaai acuan tambahan pembelajaran bagi ilmu keperawatan. Diharapkan
makalah
ini
dapat
dijadikan
referensi
tambahan
di
perpustakaan.
31