Askep Gagal Ginjal Kronik Aplikasi Nanda NIC NOC Ana Nurkhasanah Sunday, October 18, 2015 Askep KMB
img by gagalginjalkronik.com
Definisi Kegagalan ginjal kronis terjadi bila ginjal sudah tidak mampu mempertahankan lingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi tidak dimulai. Pada kebanyakan individu transisi dari sehat ke status kronis atau penyakit yang menetap sangat lamban dan menunggu beberapa tahun. Barbara C Long, 1996).
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme
dan
keseimbangan
cairan
dan
elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001).
Gagal ginjal kronis adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit (toksik uremik) di dalam darah (Arif Muttaqin,2011). Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif, dan cukup lanjut. Hal ini
terjadi
apabila
laju
filtrasi
glomerulus
kurang
dari
50
ml/menit
(Arjatmo
Tjokonegoro,2001). Etiologi Begitu banyak kondisi klinis yang bisa menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis. Akan tetapi apapun sebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif. Kondisi klinis yang memungkinkan dapat mengakibatkan GGK bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan dari luar ginjal. Penyakit dari ginjal
penyakit pada saringan (glomerulus) : glomerulonefritis infeksi kuman : pyelonefritis, ureteritis batu ginjal : nefrolitiasis kista di ginjal : polcystis kidney trauma langsung pada ginjal keganasan pada ginjal sumbatan : tumor, batu, penyempitan/striktur
Penyakit umum di luar ginjal
penyakit sistemik : diabetes mellitus, hipertensi, kolesterol tinggi dyslipidemia infeksi di badan : tbc paru, sifilis, malaria, hepatitis preeklamsi obat-obatan kehilangan banyak cairan yang mendadak (luka bakar)
Patofisiologi Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefronnefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron –nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. ( Barbara C Long, 1996)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001) Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium yaitu:
Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal). Di tandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen (BUN) normal dan penderita asimtomatik. Stadium 2 (insufisiensi ginjal). Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal, azotemia ringan, timb ul nokturia dan poliuri. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir/uremia). Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri. (Price, 1992)
Manifestasi klinis Karena pada gagal ginjal kronis setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia, maka pasien akan memperhatikan sejumlah tanda dan gejala. Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.
Manifestasi kardiovaskuler, pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi system rennin-angiotenin-aldosteron), gagal jantung kongestif, dan edema pulmoner (akibat cairan berlebihan), dan perikarditis (akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh toksin uremik).
Gejala dermatologi yang sering terjadi mencakup rasa gatal yang parah (pruritis). Butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit, saat ini jarang terjadi akibat penanganan dini dan agresif terhadap penyakit ginjal tahap akhir. Gejala gastrointestinal juga sering terjadi dan mencakup anoreksia, mual, muantah dan cegukan. Perubahan neuromuskuler mencakup perubahan tingkat kesadaran, ketidak mampuan berkonsentrasi, kedutan otot dan kejang.
Manifestasi klinik antara lain (Long, 1996 : 369) :
Gejala dini : lethargi, sakit kepala, kelelahan fisik dan mental, berat badan berkurang, mudah tersinggung, depresi Gejala yang lebih lanjut : anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktui ada kegiatan atau tidak, udem yang disertai lekukan, pruritis mungkin tidak ada tapi mungkin juga sangat parah.
Manifestasi klinik menurut (Smeltzer, 2001) antara lain : hipertensi, (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sisyem renin-angiotensin –aldosteron), gagal jantung kongestif dan udem pulmoner (akibat cairan berlebihan) dan perikarditis (akibat iriotasi pada lapisan perikardial oleh toksik, pruritis, anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi). Manifestasi klinik menurut Suyono (2001) adalah sebagai berikut : Sistem kardiovaskuler
Hipertensi Pitting edema Edema periorbital Pembesaran vena leher Friction sub pericardial
Sistem Pulmoner
Krekel Nafas dangkal Kusmaull Sputum kental dan liat
Sistem gastrointestinal
Anoreksia, mual dan muntah Perdarahan saluran GI Ulserasi dan pardarahan mulut Nafas berbau ammonia
Sistem musculoskeletal
Kram otot Kehilangan kekuatan otot Fraktur tulang
Sistem Integumen
Warna kulit abu-abu mengkilat Pruritis Kulit kering bersisik Ekimosis Kuku tipis dan rapuh Rambut tipis dan kasar
Sistem Reproduksi
Amenore Atrofi testis
Mekanisme yang pasti untuk setiap manifestasi tersebut belum dapat diidentifikasi. Namun demikian produk sampah uremik sangat dimungkinkan sebagai penyebabnya Komplikasi
Hiperkalemia, Akibat penurunan eksresi asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diit berlebih Perikarditis, efusi perincalkdial dan temponade jantung Hipertensi, Akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi sistem rennin angioaldosteron Anemia, Akibat penurunan eritroprotein, rentang usia sel darah merah, pendarahan gasstrointestina akibat iritasi Penyakit tulang, Akibat retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah metabolisme vitamin D, abnormal dan peningkatan kadar aluminium
Pemeriksaan penunjang Laboratorium :
Laju Endap Darah : Meninggi yang diperberat oleh adanya anemia, dan hipoalbuminemia. Anemia normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah. Ureum dan kreatini : Meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin kurang lebih 20 : 1. Perbandingat meninggi akibat pendarahan
saluran cerna, demam, luka bakar luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandingan ini berkurang ketika ureum lebih kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun. Hiponatremi : Umumnya karena kelebihan cairan. Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunya dieresis Hipokalemia dan hiperfosfatemia: terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D3 pada GGK. Phosphate alkaline : meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama isoenzim fosfatase lindi tulang. Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia : umunya disebabkan gangguan metabolisme dan diet rendah protein. Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal (resistensi terhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer). Hipertrigliserida, akibat gangguan metabolisme lemak, disebabkan peninggian hormone insulin dan menurunnya lipoprotein lipase. Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukan Ph yang menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun, PCO2 yang menurun, semuanya disebabkan retensi asam-asam organic pada gagal ginjal.
Radiology
Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau adanya suatu obstruksi). Dehidrasi karena proses diagnostic akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa. Intra Vena Pielografi (IVP) Untuk menilai system pelviokalisisdan ureter.
USG Untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat. EKG Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia)
Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan pada gagal ginjal kronik adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan homeostasis selama mungkin. Semua factor yang berperan dalam terjadinya gagal ginjal kronik dicari dan diatasi.
Adapun penatalaksanaannya yaitu : Penatalaksanaan konservatif, Meliputi pengaturan diet, cairan dan garam, memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, mengendalikan hiperensi, penanggulangan asidosis, pengobatan neuropati, deteksi dan mengatasi komplikasi. Dan penatalaksanaan pengganti diantaranya dialysis (hemodialisis, peritoneal dialysis) transplantasi ginjal. Selain itu tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan mencegah komplikasi yaitu sebagai berikut : Dialisis Dialysis dapat dlakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan kecenderungan pendarahan, dan membantu menyembuhkan luka. Koreksi hiperkalemi Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat menimbulkan kematian mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa. Koreksi anemia Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misal pada adanya insufisiensi koroner. Koreksi asidosis. Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Hemodialisis dan dialysis peritoneal dapat juga mengatasi asidosis. Pengendalian hipertensi Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan. Mengurangi intake garam dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retensi natrium. Transplantasi ginjal Dengan pencangkokan ginjal yang sehat ke pasien GGK, maka seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru.
Data Fokus Pengkajian Keperawatan menggunakan 13 domain nanda
Promosi kesehatan
K esadaran perhadap kes ehatan atau meng urus kesehatan Subjektif:
Objektif:
Tidak tahu tentang penyakitnya
Tampak sakit sedang hingga berat TD biasanya tinggi
Nutrisi
K ons umsi/dig esti/abs orms i/metabolis me/hidrasi Subjektif:
Objektif:
BB biasanya menurun
BB turun
Nafsu makan juga menurun
Tampak tidak nafsu makan
Eliminasi
S is tem urinari us Subjektif:
Objektif:
Kencing biasanya sedikit
-
S is tem g astroi ntes tinal Subjektif:
Objektif:
Biasanya tidak ada masalah
-
S is tem integ umen Subjektif:
Objektif:
Kulit tampak berwarna gelap
-
Aktivitas dan istirahat
Tidur dan is tirahat Subjektif:
Objektif:
Tidur biasanya terganggu
-
A ktivitas Subjektif:
Objektif:
Kelemahan karena kondisi
Tampak tidak mampu melakukan
penyakit
aktivitas
Kasdiovaskular Subjektif:
Objektif:
Memiliki riwayat Hipertensi
TD tinggi
Tdbiasanya tinggi
Takikardi
Respirasi Subjektif:
Objektif:
Napas terkadang sesak
takipneau
Persepsi atau kognisi
Perhatian dan ori entas i Subjektif:
Objektif:
-
-
Persepsi/sensasi Subjektif:
Objektif:
BAK sedikit
Tampak BAK sedikit
Komunikasi Subjektif:
Objektif:
Klien mengungkapkan masalahnya
Bercerita dengan petugas
dan meminta bantuan untuk
kesehatan
penyembuhannya
Persepsi diri
K onsep dan g ambaran diri Subjektif:
Objektif:
Klien mengatakan dirinya sudah
Tampak putus asa
tidak berdaya
Peranan hubungan
Peran dalam keluarg a Subjektif:
Objektif:
-
-
Seksualitas Subjektif: -
Koping/toleransi stress Subjektif: Klien biasanya gelisah dan tidak
Objektif: -
Objektif: Tampak gelisah
kooperatif
Prinsip hidup
Ni lai dan keperc ayaan Subjektif:
Objektif:
Agama klien
-
Keamanan/perlindungan Subjektif:
Objektif:
-
Kenyamanan Subjektif: Klien biasanya tidak nyaman dengan penyakitnya
-
Objektif: Tampak gelisah
Pertumbuhan/perkembangan Subjektif: -
Objektif: -
DATA PENUNJANG Laboratorium Pada pemeriksaan ureum dan creatinin biasanya didapatkan meningkat Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul 1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih dan retensi cairan dan natrium 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut. 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, r etensi produk sampah dan prosedur 4. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Intervensi Keperawatan NIC Untuk melihat intervensi keperawatan NIC diagnosa diatas silahkan klik diagnosa dibawah ini. 1. Kelebihanvolume cairan berhubungan dengan penurunan keluaran urine, diet berlebih danretensi cairan dan natrium 2. Perubahannutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah,pembatasan diet dan perubahan membrane mukosa mulut. 3. Intoleransiaktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah danprosedur 4. Kurangnyapengetahuan tentang kondisi , prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungandengan kurangnya informasi.
Sumber: https://banyumasperawat.wordpress.com/2009/07/22/form-pengkajian-13-domainnanda/ di edit oleh admin Ilmu Keperawatan. Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC Supartondo. ( 2001 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit FKUI http://id.shvoong.com/medicine-and-health/medicine-history/2128674-komplikasigagal-ginjal-kronis-dan/#ixzz2MQRKcZRs