ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.T DENGAN ANEMIA DI RUANG ICU RSI PKU MUHAMMADIYAH ADIWERNA
Disusun Oleh: Anggun purwasih C1013042
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI Jl. Cut Nyak Dhien No.16 Slawi-52416 Tahun 2016
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal.Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita.Untuk laki-laki, anemia secara khas ditetapkan sebagai tingkat hemoglobin yang kurang dari 13.5 gram/100ml dan pada wanita-wanita sebagai hemoglobin yang kurang dari 12.0 gram/100ml. Hemoglobin adalah pigmen merah yang memberikan warna merah yang dikenal pada sel-sel darah merah dan pada darah.Secara fungsi, hemoglobin adalah senyawa kimia kunci yang bergabung dengan oksigen dari paru-paru dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke sel-sel seluruh tubuh.Oksigen adalah penting untuk semua sel-sel dalam tubuh untuk menghasilkan energi. Pada saat terjadi anemia transportasi oksigen akan terganggu dan jaringan tubuh orang yang anemia akan mengalami kekurangan oksigen guna menghasilkan energi. Sumsum tulang sebagai pabrik produksi sel darah juga bisa mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi dengan baik dalam menghasilkan sel darah merah yang berkualitas. Gangguan pada sumsum tulang biasanya disebabkan oleh karena mestatase sel kanker dari tempat lain. Anemia pada dasarnya disebabkan oleh : 1. Pengurangan produksi sel darah merah atau hemoglobin, atau 2. Kehilangan atau penghancuran darah. Selain itu, bermacam-macam penyakit-penyakit
sumsum
tulang
yang
luas
juga
dapat
menyebabkan anemia. Pada pasien dengan gagal ginjal mungkin kekurangan hormon yang diperlukan untuk menstimulasi produksi sel darah merah oleh sumsum tulang (bone marrow).
B.
TUJUAN 1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar dan asuhan keperawatan anemia. 2. Tujuan khusus a. Mahasiswa mengetahui definisi anemia b. Mahasiswa mengetahui etiologi anemia c. Mahasiswa mengetahui patofisiologi anemia d. Mahasiswa mengetahui klasifikasi anemia e. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan medis anemia f. Mahasiswa mengetahui komplikasi anemia g. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan anemia
BAB II KONSEP DASAR A. DEFINISI Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 100 ml darah (Ngastiyah, 1997).
Anemia adalah keadaan zat gizi yang berlangsung lama yang disebakan makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi atau suatu keadaan terganggunya sistem pencernaan sehingga mengakibatkan terjadinya
gangguan
penyerapan
makanan
yang
di
konsumsi
(Supandiman.1997). Anemia Adalah dimana kadar Hemoglobin menurun sehingga tubuh akan mengalami hipoksia sebagai akibat kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen berkurang. Sedangkan menurut Arif mansoer et al, (2000) menyebutkan bahwa Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan kurangnya mineral Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit. B. ETIOLOGI Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia secara umum antara lain : a. Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. b. Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah yang berlebihan. c. Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi. d. Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, penyakit kronis dan kekurangan zat besi.
C. TANDA DAN GEJALA 1. Pusing 2. Mudah berkunang-kunang 3. Lesu 4. Aktivitas kurang 5. Rasa mengantuk 6. Susah konsentrasi 7. Cepat lelah 8. prestasi kerja fisik/pikiran menurun 9. Konjungtiva pucat 10. Telapak tangan pucat
11.
Anoreksia
Gejala khas masing-masing anemia: 1. Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisioensi besi 2. Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin buncit pada anemia hemolitik 3. Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan. D. PATOFISIOLOGI Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera). Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan hemolitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia. E. KLASIFIKASI Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis: a) Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi: a. Anemia aplastik Penyebab: -
agen neoplastik/sitoplastik
-
terapi radiasi, antibiotic tertentu
-
obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
-
infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejala-gejala: - Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll) - Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat b.
Anemia pada penyakit ginjal Gejala-gejala: -
Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
-
Hematokrit turun 20-30%
Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin c. Anemia pada penyakit kronis Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan d. Anemia defisiensi besi Penyebab: - Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
- Gangguan absorbsi (post gastrektomi) - Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus, hemoroid, dll.) e.
Anemia megaloblastik Penyebab: Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat Malnutrisi, malabsorbsi, infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
b) Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah disebabkan oleh destruksi sel darah merah: -
Pengaruh obat-obatan tertentu
-
Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik kronik
-
Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
-
Proses autoimun
-
Reaksi transfusi
-
Malaria
F. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG a. Kadar porfirin eritrosit bebas meningkat b. Konsentrasi besi serum menurun c. Saturasi transferin menurun d. Konsentrasi feritin serum menurun e. Hemoglobin menurun f. Rasio hemoglobin porfirin eritrosit lebih dari 2,8 ug/g adalah diagnostic untuk defisiensi besi g. Mean cospuscle volume ( MCV) dan mean cospuscle hemoglobin concentration ( MCHC ) menurun menyebabkan anemia hipokrom mikrositik atau sel-sel darah merah yang kecil-kecil dan pucat.
h. Selama pengobatan jumlah retikulosit meningkat dalam 3 sampai 5 hari sesuadh dimulainya terapi besi mengindikasikan respons terapeutik yang positif. i. Dengan pengobatan, hemoglobin kembali normal dalam 4 sampai 8 minggu mengindikasikan tambahan besi dan nutrisi yang adekuat. G. PENATALAKSANAAN ANEMIA Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu 1. Anemia aplastik: Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithimocyte globulin ( ATG ) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet ( Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995 ). 2. Anemia pada penyakit ginjal a. Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan 3. Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat. 4. Anemia pada defisiensi besi Dengan pemberian makanan yang adekuat.Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3 x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr %. Pada defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari. 5. Anemia megaloblastik a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi
disebabkan
oleh
defekabsorbsi
atau
tidak
tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi. c. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi. 6. Anemia pasca perdarahan ; Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia. 7. Anemia hemolitik ; Dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis. H. KOMPLIKASI ANEMIA 1. Gagal jantung 2. Kejang dan parestesia (perasaan yang menyimpang seperti rasa terbakar , Kesemutan ) 3. Gagal ginjal
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA A. PENGKAJIAN 1. Aktivitas / istirahat Gejala :keletihan, kelemahan, malaise umum. Kehilangan produktivitas, penurunan
semangat
untuk
bekerja.Toleransi
terhadap
latihan
rendah.Kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak. Tanda : takikardia/ takipnae ; dispnea pada waktu bekerja atau istirahat. Letargi, menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya.Kelemahan otot, dan penurunan kekuatan.Tubuh tidak tegak.Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lain yang menunujukkan keletihan. 2. Sirkulasi Tanda : TD : peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural. Disritmia : abnormalitas EKG, depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T; takikardia. Bunyi jantung : murmur sistolik (DB). Ekstremitas (warna) : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjuntiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. (catatan: pada pasien kulit hitam, pucat dapat tampak sebagai keabu-abuan). Kulit seperti berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (AP).Sklera : biru atau putih seperti mutiara (DB). Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke kapiler dan vasokontriksi kompensasi) kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok (koilonikia) (DB). Rambut : kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara premature (AP). 3. Integritas ego Gejala : Keyakinanan agama/budaya
mempengaruhi
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah. Tanda : Depresi.
pilihan
4. Eleminasi Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal. Flatulen, sindrom malabsorpsi (DB). Hematemesis, feses dengan darah segar, melena. Diare atau konstipasi.Penurunan haluaran urine. Tanda : distensi abdomen. 5. Makanan/cairan Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/masukan produk sereal tinggi (DB). Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring).Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia.Adanya
penurunan
berat
badan.Tidak
pernah
puas
mengunyah. Tanda : lidah tampak merah daging/halus (AP; defisiensi asam folat dan vitamin B12). Membrane mukosa kering, pucat. Turgor kulit : buruk, kering, tampak kisut/hilang elastisitas (DB). Stomatitis dan glositis (status defisiensi).Bibir : selitis, misalnya inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah. (DB). 6. Neurosensori Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidak mampuan berkonsentrasi. Insomnia, penurunan penglihatan, dan bayangan pada mata. Kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah ; parestesia tangan/kaki (AP) ; klaudikasi. Sensasi manjadi dingin. Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi cenderung tidur, apatis. Mental : tak mampu berespons, lambat dan dangkal. Oftalmik : hemoragis retina (aplastik, AP). Epitaksis : perdarahan dari lubang-lubang (aplastik). Gangguan koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar, dan posisi, tanda Romberg positif, paralysis (AP). 7. Nyeri/kenyamanan Gejala : sakit kepala 8. Pernapasan Gejala : riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan aktivitas. Tanda : takipnea, ortopnea, dan dispnea. 9. Keamanan Gejala : riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia,. Riwayat terpajan
pada
radiasi;
baik
terhadap
pengobatan
atau
kecelekaan.Riwayat kanker, terapi kanker.Tidak toleran terhadap dingin
dan
panas.Transfusi
darah
sebelumnya.Gangguan
penglihatan,
penyembuhan luka buruk, sering infeksi. Tanda : demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati umum. Ptekie dan ekimosis (aplastik). B. MASALAH KEPERAWATAN 1. Inefektif perfusi jaringan 2. Intoleransi Aktifitas 3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh 4. Kelelahan/ fatigue C. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI No 1
Diagnosa Perfusi
Tujuan Perfusi jaringan
Intervensi 1. Monitor tenda-
Rasional 1. Data dasar
jaringan in
terpenuhi setelah
tanda vital
mengetahui
efektif
dilakukan tindakan
2.
perkembangan pasien
b/d.penurunan
perawatan.
dengan kepala datar
2.
konsentrasi
Kriteria Hasil :
atau tubuh lebih
pernafasan
HB dan Darah
Kulit tidak
rendah
3.
pucat,tanda vital
3.
pasokan oksigen
dalam batas
pergerakan yang
4.
normal, nilai Hb
berlebihan
kesadaran pasien
dan eritrosit dalam
4.
rentang normal
dan tanda-tanda
darah
terhadap penurunan
6.
kesadaran
perfusi
5.
7.
Atur posisi
Hindari
Awasi kesadaran 5.
Manajemen
terapi tranfusi sesuai terapi 6.
Pemberian
O2 pernasal sesuai program 7.
Monitoring
Meningkatkan Mempertahankan Mengetahui status Meningkatkan sel Meningkatkan Menjaga
keefektifan oksigen
keefektifan suplai O2 2
Intoleransi
Setelah dilakukan
1.
Ukur vital sign
1.
aktivitas
tindakan
2.
Kaji penyebab
mengetahui
berhubungan
keparawatan
intoleransiaktivitas
perkembangan pasien
dengan
selama 3x24 jam
klien
2.
berkurangnya
klien dapat
3.
suplay oksigen
meningkatkan
keadaan klien
3.
ke susunan
toleransi aktivitas
memungkinka
lama akan menyebabkan
saraf pusat.
dengan kriteria :
4.
dekubitus
- Bebas dari
teknikpenghematan
4.
Menghemat energi
kelelahan
energi
5.
Tidak kelelehan
1.
Merencanakan
setelah
Data dasar
Merencanakan
Latih ROM bila intervensi secara tepat
Ajarkan klien
Imobilisasi yang
untukberaktivitas
beraktivitas
5.
Tingkatkan
- Keseimbangan
aktivitas kliensesuai
kebutuhan
dengan kemampuan
aktivitas dan istirahat - Adanya peningkatan toleransi 3
Ketidak
aktivitas Setelah dilakukan
1.
seimbangan
tindakan
nutrisi pasien
intervensi yang tepat
nutrisi kurang
keperawatan
2.
2.
dari kebutuhan
selama 3x24 jam
selama perawatan per kebutuhan nutrisi
berhubungan
klien terpenuhi
shif
dengan mual;
kebutuhan
3.
muntah;
nutrisinya dengan
ketidaknyamanan
4.
anoreksia.
kriteria hasil :
(mual,muntah)
serlera makan dan intake
- Intake nutrisi
4.
makanan
Kaji status Kaji masukan
3. Kaji terhadap
Beri makanan
Observasi Merencanakan
makanan yang tepat Meningkatkan
adekuat.
dalam kondisi
- Mual, muntah,
hangat,porsi kecil tapi kepercayaan tentang
anoreksi hilang
sering
kebutuhan nutrisi
- Bebas dari tanda-
5.
6.
tanda malnutrisi.
untuk menghabiskan
meningkatkan nafsu
- Tidak terjadi
makanan dengan
makan
penurunan BB
melibatkan orang tua. 7. 6.
Motivasi anak
Lakukan oral
hygene 7.
5.
Meningkatkan
Oral yang bersih
Menentukan
makanan yang sesuai dengan klien
Kolaborasi
dengan ahli gizi akan kebutuhan kalori, protein dan cairan sesuai ndengan penyakit, usia dan kebutuhan 4
metabolism 1. Monitor intake
1.
Observasi
Kelelahan/
Konservasi energi
nutrisi adekuat
kebutuhan nutrisi
Keletihan
Setelah dilakukan
2.
2.
berhubungan
tindakan
vital dan respon klien mengetahui keadaan
dengan kondisi keperawatan fisik kurang
Monitor tanda
(wajah pucat,
Data dasar
pasien
selama 3 x 24 jam , konjunctiva).
3.
kelelahan dapat
3.
aktifitas klien
teratasi dengan
aktivitas yang mampu 4.
keriteria hasil :
dilakukan klien sesuai mengembalikan energi
-
dengan petunjuk
5.
menunjukkan
dokter.
kemandirian klien
peningkatan
4.
aktivitas bertahap
mobilisasi bertahap
-
dan peningkatan
klien
klien tidak
Tentukan
Ajarkan
Membatasi Membantu Meningkatkan
tampak lelah.
aktivitas fisik yang
-
TTV dbn.
sesuai
-
Aktivitas
5.
klien berjalan
Dorong
kemandirian klien.
normal.
D. EVALUASI Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah : 1. Kebutuhan nutrisi terpenuhi. 2. Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas. 3. Peningkatan perfusi jaringan. 4. Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA Bare, Brenda G dan Smelttzer, Susanne G. 2002 . Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC Engram,Barbara. 1998 .Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah.jakarta.EG CBrun Brunner, suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC