A. Web of Caution ADHD (Terlampir) B. Skenario Kasus (ADHD)
An.T Usia 2.5 tahun jenis kelamin laki-laki, di curigai dengan masalah ADHD atau GPPH di bawa orang tuanya ke poli tumbuh kembang. Saat di lakukan pengkajian pada tanggal 16 desember 2017, kondisi anak baik, TTV dalam batas normal suhu 37,2 C, nadi 120x/menit, dan RR 30x/menit. BB anak saat ini 15 Kg dan TB 90 cm, anak tampak gemuk tapi sangat hiperaktif di bandingkan anak seusianya. Orang tua mengatakan bahwa anak tidak kenal lelah, tidak mampu berkonsentrasi pada suatu aktifitas, sering bergerak atau berlatri secara tiba-tiba, dan sering mengganggu anak-anak di sekitarnya. Hasil pemeriksaan GPPH menunjukkan anak sering menggerak-gerakkan anggota badan dan kepala secara terus menerus, kurang fokus, mudah teralihkan dan terlihat menangisn keras karena menginginkan segera pulang. Skor hasilmpemeriksaan GPPH dengan nilai 20. Ibu mngatakan bahwa ayahnya di buat kesal karena perilaku anaknya dan sering mengurung anaknya di rumah. Orang tua menanyakan tindakan yang harus di lakukan agar Anaknya bisa pulih dan normal seperti anak lainnya. C. Analisa Data NO
ANALISA DATA
DIAGNOSA
ETILOGI
KEPERWATAN
1
DO : Suhu : 37,20 c
Resiko Cidera
- Nadi : 120x/menit -
RR 30x/menit
-
BB 15 kg
-
TB 90 cm
Efektif
DS: Orang tua mengatakan bahwa anak : -
tidak kenal lelah
-
tidak mampu berkonsentrasi
Gangguan Orientasi
pada suatu aktivitas,
Page 1
-
sering bergerak atau berlari secara tiba-tiba dan
sering menganggu anak-anak di sekitarnya 2
DS : Orang tua anak mengatakan
Resiko Perilaku Kekerasan
anak sering bergerak/berlari secara
Terhadap Orang Lain
Hiperaktif
tiba-tida dan sering menggangu anak-anak disekitanya. 3
DS : Ibu anak mengatakan bahwa
Hambatan Interaksi Sosial
ayahnya sering dibuat kesal perilaku
Gangguan Proses Pikir
anaknya sehingga sering mengurung anaknya dirumah.
D. Rencana Keperawatan NO
1.
DIAGNOSA
Nursing Outcome
NursingIntervention
KEPERAWATAN
( NOC)
(NIC)
Resiko Cidera B.D Gangguan
Setelah di lakukan tindakan
Peningkatan
Orentasi Efektif
keperwatan selama 3x24 jam di keamanan ( 5380) harapkan masalah resiko cidera
1.Bantu keluarga
b.d gangguan orentasi efektif
mengidentifikasi
teratasi dengan kriteria hasil:
respon koping yang
pengetahuan keamanan fisik
biasanya
anak(1801)
2. bantu pasien untuk
Indikasi 1.Strategi
awal akhir
mengidentifikasi
3
respon koping yang
4
untuk
biasanya
mencegah
3. Sedikan lingkungan
setruman listrik
yang tidak
2.Strategi untuk
Page 2
2
4
mengancam 4. Luangkan waktu
mencegah
bersama pasien.
siklus
5. Berada disisi pasien
kecelakaan
dan sediakan jaminan
3.Strategi
2
4
kemanan selama periode kecemasan.
untuk mencegah jatuh 4.Strategi
2
4
untuk mencegah kecelakaan bermain
2.
Resiko Perilaku Kekerasan
Setelah di lakukan tindakan
Peningkatan Koping
Terhadap Orang Lain B.D
keperwatan selama 3x24 jam di
(5230)
Hiperaktif
harapkan masalah Resiko
1. Bnatu pasien dalam
perilaku kekerasan terhadap
mengidentifikasi
orang lain b.d Hiperaktif teratasi
respon positif dari
dengan kriteria hasil:
orang lain
Tingkat hiperaktivitas (0915)
2. bantu pasien untuk
Indikasi
awal akhir
menidentifiasi
1.menghindari
2
informsi yang dia
3
lingkungan
paling tertarik untuk
beresiko tinggi
mendapatkan
2.menghindari
2
3
3. gunakan
situasi yang
pendekatan yang
beresiko tinggi
tenang dan
3.mengontrol
2
3
memberikan jaminan 4. tumbuhkan cara
implus
penyaluran 4.menggunakan 2
Page 3
3
kemarahan dan
dukungan
permusuhan yang
sosial yang ada
konstuktif 5. evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
3.
Hambatan Interaksi Sosial B.D
Setelah di lakukan tindakan
Membangun
Gangguan Proses Pikir
keperawatan selama 3x24 jam
Hubungan Yang
di harapkan masalah Hambatan
Kompleks (5000)
interaktif sosial b.d gangguan
1. Identifikasi
proses pikir teratasi dengan
kesiapan pasien untuk
kriteria hasil:
menggali masalah-
Tingkat Hiperaktivitas (0915)
masalah yang telah
Indikator 1. Tidak
Awal akihr
teridentifikasi dan
2
mengembangkan
3
strategi untuk
Perhatian 2.Sulit
2
3
2. Sediakan
Mendengarkan 3.Sangat
2
3
kenyamnana fisik sebelum mulai
Mudah Teralih 4.Perilaku
berubah.
2
3
berinteraksi.
Motorik
3. Ciptakan suasana
Berlebihan
hangat dan penuh penerimaan. 4. Dampingi pasien pada saat mengidentifikasi perasaan yang mempengaruhi kemampuannya untuk berinterkasi dengan
Page 4
orang lain (mis: marah, cemas, bermusuhan, sedih) 5. Sampaikan pengakuan atau pujian terhadap prestasi pasien selama berinteraksi.
E. Evaluasi Keperawatan NO
DIAGNOSA KEPERAWTAN
SOAP
Paraf & Nama Perawat
1.
Resiko Cidera B.D Ganggun
S: Orang tua mengatakan
Rista
Otientasi Efektif
bahwa anak masih tidak
Marinda
kenal lelah, masih tidak
Ulil
mampu berkonsentrasi pada
Shella
suatu aktifitas, masih sering
Rian
bergerak berlari
Rivan
O:Anak tampak gemuk dan terlihat sangat hiferaktif A:Masalah keperawatan teratasi sebagian P:Lanjutkan intervensi peningkatan keamanan 2.
Resiko Perilaku Kekerasan
S: Orang tua mengatakan
Rista
Terhadap,Orang Lain B.D
bahwa anak masih tidak
Marinda
Hiferaktif
kenal lelah, tidak mampu
Ulil
berkonsentrasi saat pada
Shella
beraktifitas,sering bergerak
Rian
dan berlari secara tiba-tiba
Rivan
Page 5
sering menganggu anak di sekitar O: Anak masi terlihat menganggu teman-teman di sekitar A: Masalah keperawatan teratasi sebagian P:lanjutkan intervensi peningkatan koping 3.
Hambatan Interaktif Sosial B.D
S:Si ibu mengatakan bahwa
Rista
Gangguan Proses Fikir
ayahnya masih terlihat kesel
Marinda
karena perilaku anaknya di
Ulil
rumah
Shella
O:Anak masih terlihat
Rian
hiperaktif dan belum bisa
Rivan
mengontrol emosi dan kecemasan A:Masalah keperawatan teratasi sebagian P: Lanjutkan intervensi membangun hubungan yang kompleks
Page 6
F. Tatalaksana Edukasi Yang Dapat Diberikan Orang Tua Pada Anak ADHD
Berdasarkan National Institute of Mental Health, serta organisasi profesi lainnya di dunia seperti American Academi of Child and Adolecent Psychiatry (AACAP), penanganan anak ADHD dilakukan dengan
pendekatan
komprehensif
berdasarkan prinsip pendekatan yang
multidisiplin dan multimodal. Tujuan utama penanganan anak dengan ADHD ialah : 1. Memperbaiki pola perilaku dan sikap anak dalam menjalankan fungsinya sehari-hari terutama dengan memperbaiki fungsi pengendalian diri. 2. Memperbaiki pola adaptasi dan penyesuaian sosial anak sehingga terbentuk kemampuan adaptasi yang lebih baik dan matang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pada anak ADHD dapat juga diberikan penanganan rehabillitasi medik dengan cara : a. Terapi Okupasi Terapi okupasi ini terdiri dari terapi relaksasi, terapi perilaku kognitif , terapi sensori integrasi, terapi snoezellen dan terapi musik. b. Terapi Psikologi Psikoterapi yang diberikan pada penderita ADHD termasuk dalam pelatihan kepada orang tua untuk memperbaiki lingkungan sekolah maupun rumah. Memperbaiki lingkungan di rumah dan sekolah dapat memperbaiki perilaku anak ADHD, namun kendalanya ialah orang tua drai anak ADHD memperlihatkan kekurangan yang sama terhadap mereka sendiri, sehingga mereka tidak cukup membantu anaknya dalam kesulitannya. Intervensi pendidikan yang berbeda untuk orang tua disebut sebagai parent management training. Teknik ini meliputi operant conditioning yaitu sebuah aplikasi rewards untuk suatu perilaku yang baik dan hukuman untuk perilaku yang buruk.
Page 7
c. Terapi Sosial Medik Penanganan ADHD dalam
peran sosial medik difokuskan pada bantuan
perorangan dan keluarga yang kesulitan dalam penyusuaian diri dan pelaksanaan fungsifungsi sosial diakibatkan oleh kondisi-kondisi yang disfungsi. d. Terapi Perilaku
Reward System : anak diberikan hadiah jika mengerjakan tugas dan berperilaku baik .
Time Out : anak yang memukul adiknya dihukum duduk dipojok selama 5 menit.
Respons Cost : anak dilarang menonton televisi jika tidak selesai mengerjakan tugas.
Token Economy : anak mendapatkan “bintang” jika mneyelesaikan tugas dan kehilangan
“bintang”
jika
anak
berjalan-jalan
dikelas.
Jumlah
bintang
menentukan reward yang akan diterima si anak. Penting pula ditekankan bahwa dukungan orang tua sangat menetukan suksesnya terapi sehingga terapi perilaku ini disertai dengan edukasi dan pelatihan pasien serta keluarganya. Kemudian menurut pandangan islam, sebagai orang tua hendaklah merawat anaknya dengan baik tanpa harus terbebani oleh anaknya. Kedua orang tua memiliki kewajiban masing-masing terhadap anaknya. Apapun bentuk seorang anak, orang tua wajib menerima dengan ikhlas tanpa mengeluh . Masa anak-anak memerlukan dorongan dan dukungan dari kedua oran tuanya. Masa perkembangan yang dialami oleh setiap anak juga berbeda-beda dengan anak yan lain, tergantung individu masing-masing seiring dengan pertumbuhan seorang anak.
Page 8
G. NURSING THEORY (TEORI KEPERAWATAN BERDASARKAN KASUS) Teori Keperawatan Marta E. Rogers
“Model konsep dan teori keperawatan menurut Martha E. Rogers dikenal dengan nama konsep manusia sebagai unit. Dalam memahami konsep model dan teori ini, Martha berasumsi bahwa manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi, serta dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu dengan yang lain dan manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri”. . Asumsi tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu keutuhan manusia dan lingkungan, kemudian system ketersediaan sebagai satu kesatuan yang utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep homeodinamik yang terdiri dari : a. Integritas : Individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. b. Resonansi : Proses kehidupan antara individu dengan lingkungan berlangsung dengan berirama dengan frekuensi yang bervariasi. c. Helicy : terjadinya proses interaksi antara manusia dengan lingkungan akan terjadi perubahan baik perlahan-lahan maupun berlangsung dengan cep at.
Teori Keperawatan Callista Roy
Bebepara elemen penting dalam model adaptasi Callisat Roy
Elemen Sehat
Elemen Keperawatan : keperawatan sebagai ilmu dan praktik
beroeran dalam
meningkatkan adaptasi individu kelompok terhadap kesehatan.
Elemen
Manusia
:
manusia
berperan
sebagai
kognator
dan
regulator
untuk
mempertahankan adaptasi.
Elemen Lingkungan : semua kondisi, keadaan, dan faktor yang mempengaruhi perkembangan dan perilaku individu atau kelompok. “Model ini digunakan sebagai pedoman dalam memberikan keperawatan pada anak,
lansia dan komunitas dan lebih menekankan pada faktor psikologis”.
Page 9
H. EVIDANCE BASED PRACTICE
EFEKTIVITAS TERAPI MENULIS UNTUK MENURUNKAN HIPERAKTIVITAS DAN IMPULSIVITAS PADA ANAK dengan ATTENTION DEFICIT HYPERAKTIVITY DISORDER (ADHD) Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah megetahui efektivitas terapi menulis untuk menurunkan hiperaktivitas dan implusivitas pada anak dengan ADHD ( Attention Deficit Hyperaktivity Disorder ). Jumlah subjek pada penelitian ini adalah 1 orang. Teknik pengumpulunan data yang digunakan pada penelitian ini adalah Behavioral checklis. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan adalah desain khusus tunggal dengan desain AB-A. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis visual dengan metode Concervative Dual-Criterion (CDC), yakni dengan
menghitung jumlah poin yang berada
dibawah kedua garis (level line and trend line). Hasil pemelitian ini menunjukan bahwa pemberian terapi menulis efektif dalam menurunkan perilaku hiperaktivitas dan implusivitas subjek. Denan menunjukan hasil penurunan frekuensi pada fase bestline 2 sebanyak 6 poin. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terapi menulis efektif untuk menurunkan perilaku hiperaktivitas dan implusivitas pada anak ADHD. Metode penelitian : Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menggunakan observasi dengan metode pencatatan
behavioral checklis untuk mencatat
frekuensi perilaku hyperaktivitas dan implusivitas subjek. Observasi dilakukan sebelum, selama dan setelah proses eksperimen berlangsung. Observasi dilakukan untuk melihat ada tidaknya perubahan perilaku anak sebelum dn setelah diberi perlakuan dengan terapi menulis. Penelitian ini menggunakan single-case experimental design yang merupakan sebuah desain penelitian untuk mengevaluasi efek suatu perlakuan dengan kasus tunggal dari beberapa subjek dalam
satu
kelompok atau subjek tunggal (N=1). Format desain eksperimen kasus
tunggal ( single-case experimental design) yang digunakan yaitu format A-B-A withdrawal yang melibatkan fase bestline (A) dan fase perlakuan (B), kemudian menghentikan perlakuan dan
Page 10
kembali pada baseline (withdrawal). Variasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah A-B-A. Desain A-B-A dilakukan dengan menambah fase baseline kedua setelah fase perlakuan. Kesimpulam : Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulakan bahwa terapi menulis efektif untuk menurunkan perilaku hyperaktivitas dan implusivitas pada anak dengan ADHD. Oleh karena itu, terapi menulis diharapkan mampu digunakan sebagai salah satu alternatif terapi yang murah dan aman bagi anak dengan ADHD.
Page 11
Daftar Pustaka
Herman, T.Heather. Nanda Internasional, Diagnosa Keperawatan 2015-2017 Edisi 10. 2015.EGC. Jakarta Intansari Nurjannah. Roxsana Devi Tumanggor. Nursing Outcames Classifocation (NOC).2016.Elsevier. Singapore Intansari Nurjannah. Roxsana Devi Tumanggor. Nursing Intervantions Classifocation (NOC).2016.Elsevier. Marta Raile Alligood. Pakar Teori Keperwatan. 2016. Elsevier. Singapore. Jurnal Diagnosis dan Penanganan Rehabilitasi Medik Pada Anak Dengan ADHD. Jurnal Efektivitas Terapi Menulis Untuk Menurunkan Hiperaktivitas Dan Impulsivitas Pada Anak dengan Attention Deficit Hyperactive Disorder.2014.Fakultas Psikologi.
Page 12