ARYA TULIS ILMIYAH (KTI) PENANGANAN OBAT RUSAK ATAU KADALUARSA BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Obat merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan juga pencegahan terhadap suatu penyakit. Obat yang sudah melewati masa
kadalursa
dapat
membahayakan karena berkurangnya stabilitas obat tersebut dan dapat mengakibatkan efek toksik (racun). Hal ini dikarenakan kerja obat sudah tidak optimal dan kecepatan reaksinya telah menurun, sehingga obat yang masuk kedalam tubuh hanya akan mengendap dan menjadi racun. Sebenarnya obat yang belum kadaluarsa juga dapat menyebabkan efek buruk yang sama, hal ini disebabkan karena penyimpanannya yang salah yang menyebabkan zat di dalam obat tersebut rusak. Perubahan obat rusak dan kadaluarsa mengalami perubahan fisik yang terjadi biasanya seperti terjadi perubahan rasa, warna (timbul noda/bintik), dan bau; kerusakan berupah pecah, retak, lubang, sumbing, noda, berbintik-bintik dan atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab pada jenis tablet tertentu ada yang menjadi basah dan lengket satu dengan tablet yang lainnya. Pada Kapsul, sediaan kapsul akan menjadi terbuka, tidak berisi, rusak atau lengket satu sama lainnya. Obat dapat rusak sebelum tanggal kadaluarsa yang ditetapkan oleh pabrik. Demikian pula obat masih dapat dikomsumsi meski sudah lewat dari tanggal kadaluarsa. Karena itu kita perlu mengetahui tanda-tanda kadaluarsa obat untuk menghindari penggunaan obat kadaluarsa.
Memperhatikan masa kadaluarsa suatu produk obat penting untuk menghindari dikonsumsinya suatu produk yang sebenarnya sudah tidak layak dikonsumsi. Cara penanganan obat rusak atau kadaluarsa yang ada di RS. Dr. Adjidarmo masih menggunakan prosedur lama, dengan cara memilah dan mengelompokkan obat-obat yang sudah rusak atau kadaluarsa. Tenaga ahli dalam penanganan obat rusak atau kadaluarsa yang ada masih kurang dan sarana serta prasarana di RS Dr. Adjidarmo Rangkasbitung yang belum representatif dengan ruangan pendingin. Penanganan obat rusak atau kadaluarsa di rumah sakit modern dengan cara sistem pembakaran tingkat tinggi ting gi yang tidak mencemari lingkungan sekitar baik lingkungan udara, ud ara, air, dan tanah. Di RS Dr. Adjidarmo sistem pembakaran obat rusak dan kadaluarsa menggunakan incinerator yang yang masih terbatas hanya mempunyai 1 alat, sehingga penanganan obat rusak atau kadaluarsa tidak bisa secara langsung ditangani harus menunggu 1 tahun. Dalam mengantisipasi penggunaan obat rusak atau kadaluarsa yang, maka Rumah Sakit harus mempunyai standar pemusnahan obat rusak atau kadaluarsa sesuai BPOM dan Depkes RI. Untuk itu penulis akan mengadakan penelitian serta observasi tentang “penanganan obat rusak atau obat kadaluarsa di Rumah Sakit Dr. Adjidarmo Rangkasbitung”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1)
Bagaimanakah penanganan obat rusak atau obat kadaluarsa di Rumah Sakit Dr. Adjidarmo Rangkasbitung?
2) Apakah penanganan obat rusak atau kadaluarsa sudah sesuai dengan prosedur?
1.3 Tujuan Penelitian 1 . Tujuan Umum
a. Mengetahui tata cara penanganan obat rusak atau obat kadaluarsa di Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo Rangkasbitung. b. Mengetahui sistem klasifikasi penanganan obat rusak atau obat kadaluarsa di Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo Rangkasbitung. 2. Tujuan Khusus
Mengetahui sesuai atau tidaknya penanganan obat rusak atau obat kadaluarsa di Rumah Sakit Umum Dr. Adjidarmo Rangkasbitung.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat memberikan tata cara atau prosedur penanganan obat rusak dan obat kadaluarsa serta kesesuaian penanganan obat rusak atau kadaluarsa. 2. Bagi Kesehatan Merupakan sumbangan pemikiran untuk RSUD Dr. Adjidarmo dalam penanganan obat rusak dan obat kadaluarsa agar memperhatikan tanggal kadaluarsa dan kondisi obat. 3. Bagi Akademik
Manfaat bagi akademik dalam penyusunan KTI ini dpat memberikan ilmu pengetahuan tentang penanganan obat rusak atau kadaluarsa serta prosedur-prosedur yang harus ditempuh oleh para mahasiswa STF Muhamadiyah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat Rusak Atau Kadaluarsa Obat rusak atau kadaluarsa adalah kondisi obat bila konsentrasinya sudah berkurang antara
25-30% dari konsentrasi awalnya serta bentuk fisik yang mengalami perubahan (Seto, 2002: 34). Obat rusak yaitu obat yang bentuk atau kondisinya yang tidak dapat digunakan lagi, sedangkan waktu kadaluarsa yaitu waktu yang menunjukan batas akhir obat masih memenuhi syarat dan waktu kadaluarsa dinyatakan dalam bulan dan tahun harus dicantumkan pada kemasan obat. Obat rusak dan kadaluarsa dengan kadar dan fungsi yang telah berubah mengakibatkan penyakit pada manusia serta dapat menimbulkan kematian (BPOM, 2009). Obat yang sudah melewati masa kadalursa dapat membahayakan karena berkurangnya stabilitas obat tersebut dan dapat mengakibatkan efek toksik (racun). Hal ini dikarenakan kerja obat sudah tidak optimal dan kecepatan reaksinya telah menurun, sehingga obat yang masuk kedalam tubuh hanya akan mengendap dan menjadi racun. Sebenarnya obat yang belum kadaluarsa juga dapat menyebabkan efek buruk yang sama. Hal ini disebabkan karena penyimpanannya yang salah yang menyebabkan zat didalam obat tersebut rusak. Tanda-tanda kerusakan zat tersebut biasanya disertai dengan perubahan bentuk, warna, bau, rasa atau
konsistensi. Maka dari itu harus diperhatikan juga cara penyimpanan obat yang baik (Depkes RI, 2004). 2.1.1 Kondisi Yang Mempercepat Kadaluarsa Obat
Meskipun obat belum mendekati tanggal kadaluarsa namun ada beberapa hal yang dapat mempercepat masa kadaluarsa, seperti penyimpanan yang tidak tepat. Menurut Lukman (2006: 45), faktor yang mempercepat kadaluarsa obat adalah sebagai berikut: 1). Kelembaban Tempat yang lembab akan mempercepat masa kadaluarsa obat karena akan mempengaruhi stabilitas obat kemudian dapat menyebabkan penurunan kandungan, hal ini yang mempercepat kadaluarsa. 2) Suhu Suhu penyimpanan obat bermacam-macam, pada umumnya obat banyak disimpan pada suhu kamar. Penyimpanan obat di kulkas. tidak dianjurkan jika tidak terdapat petunjuk. Obat-obat minyak seperti minyak ikan, sebaiknya jangan disimpan di tempat yang terlalu dingin. Insulin (Obat untuk penderita diabetes) merupakan contoh obat yang akan rusak jika ditempatkan pada ruangan dengan suhu panas. 3) Cahaya, Obat sebaiknya tidak diletakkan pada tempat yang terkena paparan sinar matahari ataupun lampu secara langsung. Misalnya : Vaksin bila terkena sinar matahari langsung maka dalam beberapa detik, vaksin akan menjadi rusak. Untuk melindunginya dari cahaya maka digunakan kemasan berwarna, misalnya ampul yang berwarna coklat disamping menggunakan kemasan luar. 2.1.2
Efek Meminum Obat Yang Rusak Atau Kadaluarsa
Efek meminum obat rusak atau kadaluarsa dapat menimbulkan: a)
Penyakit lama sembuhnya/tidak sembuh karena obat yang digunakan sudah berkurang kekuatannya. Hal ini disebabkan karena sebagian zat berkhasiat sudah berubah menjadi zat lain yang tidak berkhasiat.
b) Obat yang kadaluarsa berubah menjadi beracun yang menimbulkan bahaya baru. Menghindari obat yang sudah kadaluarsa diperlukan bagi obat-obat yang kurang stabil, terutama dalam bentuk sirup, hormon, antibiotik. Meskipun terdapat tanggal kadaluarsa dalam kemasan obat , kita tidak boleh menjadikan patokan dari tanggal kadaluarsa yang tercetak pada kemasan obat. Karena penampilan fisik obat yang berubah, baik warna (timbul bintik atau noda), rasa dan bau obat yang lain dari biasanya merupakan peringatan pada kita agar tidak mengkonsumsi obat tersebut. Kerusakan obat dapat saja terjadi walau tanggal kadaluarsa belum terlewati.
2.1.3 Prosedur Tetap Penanganan Obat Rusak Atau Kadaluarsa
Lukman (2006: 67) prosedur tetap penanganan obat rusak dan kadaluarsa adalah sebagai berikut: a) Mengidentifikasi obat yang sudah rusak atau kadaluarsa. b)
Memisahkan obat rusak atau kadaluarsa dan disimpan pada tempat terpisah dari penyimpanan obat lainnya.
c)
Membuat catatan nama,no.batch, jumlah dan tanggal kadaluarsa obat yang rusak dan atau kadaluarsa.
d) Melaporkan dan mengirim obat tersebut ke instalansi farmasi kabupaten/kota. e) Mendokumentasikan pencatatan tersebut.
2.1.4 Cara Penanganan Obat yang Sudah Rusak Atau Kadaluarsa
a)
Jangan pernah membuang obat-obat kadaluarsa bersama-sama dengan sampah apalagi di lingkungan. Karena tanpa disadari sebenarnya hal ini dapat mempermudah pihak yang tidak bertanggung jawab untuk mengambil dan menyalahgunakan obat-obatan tersebut.
b) Food and Drug Administration ( FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan menganjurkan pada masyarakat untuk mengembalikan obat-obatan yang sudah tidak terpakai kembali ke pabriknya melalui daerahnya masing-masing. c)
Alternatif yang lain sebagai masyarakat yang sering mempunyai obat yang sudah kadaluarsa di rumah yaitu :
(1) Membuangnya dengan mencampurnya dengan bahan lain yang menjijikkan atau tidak menarik orang lain untuk menyentuhnya, seperti kotoran hewan piaraan, sisa makanan basi, ampas kopi atau susu, dll. Keluarkan obat dari wadah aslinya, tempatkan semua obat yang sudah tidak terpakai di satu tempat berisi bahan campuran yang lain lalu aduk jadi satu. Ini dapat mencegah penyalahgunaan obat. Setelah tercampur semua, masukkan ke dalam kantong plastik, ikat rapat dan buang ke tempat sampah. (2) Di buang ke toilet, rendam dulu obat dalam bentuk padat (tablet, kaplet, kapsul) dalam wadah yang sudah tidak dipakai lagi. Setelah obat hancur maka obat dapat diguyur di toilet. Untuk obat dalam bentuk cairan bisa langsung dibuang dalam toilet. Beberapa obat dapat mencemari lingkungan jika bercampur dengan air atau tanah, oleh karena itu pastikan anda membaca petunjuk pembuangan obat di kemasan. (3) Jangan pernah memusnahkan obat dengan cara dibakar secara terbuka karena asapnya dapat saja berbahaya (Depkes RI, 2004: 121).
2.1.5 Cara Penghancuran Obat Rusak Atau Kadaluarsa
Pemusnahan obat merupakan kegiatan penyelesaian terhadap obat-obatan yang tidak terpakai karena kadaluarsa atau rusak, ataupun mutunya sudah tidak memenuhi standar. Tujuan dilakukan pemusnahan ini ialah untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan obat atau perbekalan kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu keamanan dan kemanfaatan, selain itu pemusnahan juga bertujuan untuk menghindari pembiayaan seperti biaya penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan atas obat atau perbekalan kesehatan lainya yang sudah tidak layak untuk dipelihara. Pemusnahan obat yang tepat dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas kinerja, terutama dalam hal biaya penyimpanan, pemeliharaan, penjagaan atas obat. Salah satu bagian di dalam organisasi yaitu sistem yang baik dan sesuai dengan prosedur yang ada, maka terwujudlah peningkatan efisiensi dan kelancaran kinerja. Selain itu pemusnahan obat juga bertujuan untuk menjaga keselamatan kerja dan menghindarkan diri dari pengotoran lingkungan. Secara umum, obat-obatan kadaluarsa bukan merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat ataupun lingkungan. Pembuangan yang tidak layak dapat berbahaya jika kemudian menimbulkan kontaminasi pada sumber air setempat. Obat-obatan kadaluarsa dapat diambil pemulung atau anak-anak jika tempat pembuangan tidak diamankancurian dari timbunan obat-obatan tak terpakai atau saat pemilahan dapat berakibat dijualnya atau disalahgunakannya obat-obatan kadaluarsa. Sebagian besar obat-obatan yang telah melampaui batas waktu penggunaannya akan berkurang efektivitasnya dan sebagian kecil menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Terdapat beberapa
kelompok obat-obatan rusak dan kadaluarsa atau tindakan penghancuran obat-obatan yang tidak baik yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan masyarakat. BPOM (2009: 56), teknik dalam memusnahkan obat-obatan kadaluarsa yaitu: 1)
Pengembalian pada penyumbang atau produsen. Kemungkinan pengembalian obat-obatan yang tidak terpakai pada produsen dalam rangka pembuangan yang aman harus diusahakan bila mungkin; terutama obat-obatan yang menimbulkan masalah dalam pembuangan, seperti anti keganasan. Untuk sumbangan yang tanpa diminta atau tidak diinginkan, terutama yang telah melampaui atau dekat batas waktu kadaluarsanya dapat dikembalikan ke penyumbang. Saat ini tidak terdapat konvensi internasional yang mengatur pemindahan produk farmasi secara lintas batas. Namun demikian, obat-obatan yang rusak atau kadaluarsa dianggap sebagai limbah yang berbahaya sehingga jika dipindahkan melintasi perbatasan harus mengikuti Konvensi Basel mengenai Pengiriman Lintas Batas Bahan-bahan Berbahaya. Hal tersebut meliputi prosedur tertulis untuk mendapatkan ijin melintasi perbatasan internasional sepanjang rute transit sebelum pelaksanaan.
Prosedur
tersebut
memerlukan
waktu
hingga
beberapa
bulan
untuk
menyelesaikannya. 2) Penimbunan berarti penempatan limbah langsung ke lahan penimbunan sampah tanpa perlakuan atau persiapan sebelumnya. Penimbunan merupakan metode yang tertua dan paling sering dipergunakan dalam pembuangan limbah padat. Terdapat tiga macam cara penimbunan yaitu: (a) Pembuangan terbuka sederhana dan tanpa pengendalian. Pembuangan sederhana barangkali merupakan metoda pembuangan yang paling sering dilakukan di negara berkembang. Pembuangan sampah yang tidak diolah ke tempat penimbunan sampah terbuka secara sederhana dan tanpa pengendalian merupakan langkah yang tidak ramah lingkungan dan harus dihindari. Pembuangan limbah farmasi tanpa pengelolaan ke tempat
tersebut tidak disarankan kecuali bila tidak ada pilihan lain. Sebaiknya limbah tersebut dibuang setelah diimobilisasi dengan enkapsulasi atau inersiasi. Sebagai cara terakhir, bila upaya imobilisasi limbah farmasi tidak memungkinkan, limbah yang tidak diolah harus ditutupi segera dengan sampah rumah tangga dalam jumlah yang besar untuk menghindari pemulungan. Harus diperhatikan bahwa pembuangan ke tempat penimbunan sampah yang terbuka tanpa pengendalian dan tanpa isolasi yang cukup terhadap lapisan air tanah atau sumber air lainnya dapat menimbulkan polusi, dengan risiko terburuk adalah kontaminasi air minum. (b) Penimbunan berteknologi Tempat pembuangan seperti ini menerapkan beberapa cara yang dapat melindungi terjadinya kehilangan bahan-bahan kimia ke dalam lapisan air tanah. Penyimpanan obat-obatan secara langsung merupakan pilihan kedua setelah pembuangan limbah farmasi yang telah diimobilisasi ke tempat penimbunan sampah. (c) Penimbunan berteknologi tinggi Lokasi penimbunan sampah yang dibangun dan dioperasikan secara tepat merupakan cara pembuangan sampah rumah tangga yang relatif aman, juga bagi limbah farmasi. Prioritas utama adalah perlindungan lapisan air tanah. Tempat penguburan yang memadai harus memiliki saluran pengeluaran yang terisolasi dari sumber air dan berada di atas lapisan air tanah. Setiap harinya limbah padat dipadatkan dan ditutupi dengan tanah untuk menjamin kebersihan. Istilah “penimbunan sampah yang aman” menunjukkan bahwa lokasi tersebut dipilih, dibangun dan dikelola secara memadai. Pengembangan lokasi penimbunan sampah tanpa pengendalian agar memenuhi standar yang benar harus difikirkan. 3) Imobilisasi Limbah
Enkapsulasi berarti peng-imobilisasian obat-obatan dengan memadatkannya dalam tong plastik atau besi. Sebelum dipergunakan, tong harus dibersihkan dan kandungan sebelumnya harus bukan berupa bahan yang mudah meledak atau berbahaya. Tong tersebut diisi hingga 75% kapasitasnya dengan obat-obatan padat atau setengah padat, kemudian sisa ruang dipenuhi dengan menuangkan bahan-bahan seperti semen atau campuran semen dengan kapur, busa plastik atau pasir batu bara. Untuk memudahkan dan mempercepat pengisian, tutup tong harus dipotong hingga terbuka kemudian dilipat ke belakang. Penempatan obat-obatan ke dalam tong harus berhati-hati agar tidak terpotong. Bila tong telah terisi hingga 75% kapasitasnya, tambahkan campuran kapur, semen dan air dengan perbandingan 15:15:5 (berat) hingga tong terisi penuh. Untuk memperoleh cairan dengan konsistensi yang diinginkan, kadangkala diperlukan air yang lebih banyak. Kemudian tutup tong besi dilipat kembali ke tempatnya dan disegel, sebaiknya dengan dikelim atau pengelasan. Tong yang sudah disegel kemudian harus ditempatkan di dasar lubang pembuangan dan ditutupi dengan sampah padat rumah tangga. Agar mudah dipindahkan, tong dapat ditempatkan di atas pallet kemudian diletakkan ke pemindah pallet.
4) Imobilisasi Limbah ( Inersiasi) Inersiasi merupakan
varian
enkapsulasi
yang
meliputi
pelepasan
bahan-bahan
pembungkus, kertas, karton dan plastik dari obat-obatan. Pil harus dilepaskan dari blisternya. Obat-obatan tersebut lalu ditanam kemudian ditambahkan campuran air, semen dan kapur hingga terbentuk pasta yang homogen. Pekerja perlu dilindungi dengan penggunaan pakaian pelindung dan masker terhadap risiko timbulnya debu. Pasta tersebut kemudian dipindahkan dalam keadaan cair dengan mempergunakan truk pengaduk konstruksi ke tempat pembuangan dan dituang ke
dalam tempat pembuangan sampah biasa. Pasta akan berubah menjadi massa padat yang bercampur dengan limbah rumah tangga. Proses ini relatif murah dan dapat dilaksanakan tanpa peralatan canggih. Yang perlu disediakan adalah alat penggiling untuk menghancurkan obatobatan, alat pengaduk konstruksi, serta sejumlah semen, kapur dan air. Perbandingan berat yang digunakan adalah sebagai berikut: a) Obat-obatan: 65% b) Kapur: 15% c) Semen: 15% d) Air: 5% atau lebih untuk mendapatkan konsistensi cairan yang sesuai. e) Pembuangan melalui saluran pembuangan air. 5) Pembakaran Dengan Teknologi Teknologi incinerator ini adalah salah satu alat pemusnah limbah yang dilakukan pembakaran pada suhu tinggi, dan secara terpadu dapat aman bagi lingkungan sehingga pengoperasiannya pun mudah dan aman, karena keluaran emisi yang dihasilkan berwawasan lingkungan dan dapat memenuhi persyaratan dari Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan Kep.Men LH No.13/ MENLH/3/1995. Keuntungan dari Incinerator adalah : a) tidak diperlukan lahan besar; b) mudah dalam pengoperasian; c) hemat energi (minyak tanah); d) temperatur tidak terlalu tinggi ( 800/ 15000C ); e) tidak terdapat asap sisa pembakaran yang akan mencemari lingkungan, f)
tidak bising dan kemasan kompak per unit;
g) tidak menimbulkan panas pada tabung pembakar; dan h) serta sisa abu dapat dimanfaatkan menjadi produksi batu bata/ bataco. Lokasi penimbunan sampah yang dibangun dan dioperasikan secara tepat merupakan cara pembuangan sampah rumah tangga yang relatif aman, juga bagi limbah farmasi. Prioritas utama adalah perlindungan lapisan air tanah. Tempat penguburan yang memadai harus memiliki saluran pengeluaran yang terisolasi dari sumber air dan berada di atas lapisan air tanah. Setiap harinya limbah padat dipadatkan dan ditutupi dengan tanah untuk menjamin kebersihan. Istilah “penimbunan sampah yang aman” menunjukkan bahwa lokasi tersebut dipilih, dibangun dan dikelola secara memadai. Pengembangan lokasi penimbunan sampah tanpa pengendalian agar memenuhi standar yang benar harus difikirkan.
2.2 Sejarah Singkat RSUD dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lebak didirikan pada tanggal 2 Mei 1952. Diprakarsai oleh dr. Adjidarmo. Pada saat didirikan, tenaga dokter yang ada adalah dr. Adjidarmo dan dr. Hank (seorang dokter dari Jerman ). Pada tahun 1984 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lebak yang sebelumnya merupakan Rumah Sakit kelas D, ditingkatkan menjadi Rumah Sakit kelas C berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 2 IPD-DPRD/1984 dan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah TK I Jawa Barat Nomor 118-342/SK1132.HNK/84 tanggal 20 Juni 1984. Sejak didirikan RSUD Kabupaten Lebak telah mengalami beberapa kali pergantian pimpinan yaitu :
No
1
Nama Pimpinan
dr. Adjidarmo
Periode
Tahun 1952 – 1958
No
Nama Pimpinan
Periode
2
dr. Soewarto
Tahun 1958 – 1961
3
dr. Lim Teng Jin
Tahun 1961 – 1962
4
dr. Soeranto
Tahun 1962 – 1971
5
dr. H. Karsadi
Tahun 1971 – 1981
6
dr. H. Haikin Rachmat
Tahun 1981 – 1983
7
dr. H. Karsadi, SKM
Tahun 1983 – 1985
8
dr. Hj. Rosma Yeni S. Anwar
Tahun 1985 – 1994
9
dr. Hj. Farida Salim
Tahun 1994 – 1999
10
dr. H. Noor Sardono, M.Kes
Tahun 1999 – 2004
11
drg. Indra Lukmana
Tahun 2004 - Sampai Sekarang
Melalui Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 29 Tahun 1996, maka ditetapkan dokter Adjidarmo sebagai nama Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Lebak. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 651/Menkes/SK/VII/2008 tanggal 16 Juli 2008 tentang Penetapan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah dr. Adjidarmo Milik Pemerintah Kabupaten Lebak Provinsi Banten, maka RSUD dr.Adjidarmo mendapatkan peningkatan kelas Rumah Sakit dari Kelas C menjadi Kelas B yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, Organisasi, Dan Tata Kerja RSUD dr.Adjidarmo. RSUD Dr. Adjidarmo kabupaten Lebak merupakan salah satu perangkat dari Pemerintah Daerah yang secara terus menerus berupaya meningkatkan mutu pelayanan dengan menerapkan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, SPO (Standar Prosedur Operasional) Pelayanan Medis, Keperawatan, Penunjang Medik, Administrasi dan Keuangan. Untuk mencapai standar
tersebut Rumah Sakit berupaya melengkapi kekurangan-kekurangan dalam pelayanannya. Diantaranya ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana serta Sumber Da ya Manusia yang handal dan professional dibidangnya. Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, RSUD Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak tentunya dihadapkan pada beberapa masalah yang menyangkut kegiatan operasionalnya.
2.3 Penelitian Yang Relevan
Dewi (pada tanggal 26 Juli tahun 2013) menuliskan judul “Bagaimana mekanisme pengadaan, penarikan dan pemusnahan obat rusak atau kadaluarsa di UPT gudang farmasi Kabupaten Kutaikatanegra” Hasil penelitian menjelaskan obat-obat tersebut diadakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara dan bantuan dari pihak-pihak lain kemudian dikelola oleh UPT. Gudang Farmasi Kabupaten di mana obat tersebut didistribusikan untuk seluruh UPTD Puskesmas di wilayah Kabupaten Kutaikatanegra . Pengadaan obat dilakukan setiap tahun jumlah dan jenis obat disesuaikan dengan DOEN Formularium Nasional dan Kebutuhan di UPTD Puskesmas. Petugas Gudang Farmasi dan Puskesmas selalu melakukan (check and
) keberadaan obat tersebut, dan apabila mendapatkan obat sudah kadaluarsa ataupun recheck rusak maka dipisahkan dan diletakkan pada tempat khusus kemudian dilakukan prosedur pemusnahan tersebut. Sediaan farmasi yang dimusnahkan antara lain : cairan dalam botol, vial dan ampul, tablet/kaplet dan kapsul dilakukan dengan cara dihancurkan, dipendam kemudian ditimbun kembali dengan tanah. 2.4 Kerangka Konsep Obat Rusak Atau Kadaluarsa
Pemisahan obat dan alkes rusak atau kadaluarsa di depo RS dr. Adjidarmo
Pembuatan berita acara di depo RS. dr. Adjidarmo Rangkasbitung Pemusnahan obat rusak atau kadaluarsa dengan cara pembakaran menggunakan I ncinerator Penyerahan obat rusak atau kadaluarsa ke gudang RS. dr. Adjidarmo Rangkasbitung
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian yaitu semua obat yang rusak atau kadaluarsa ada di RS dr. Adjidarmo Rangkasbitung. Dalam penelitian ini penulis mengambil tentang (studi kasus penanganan obat rusak atau kadaluarsa di RS. dr. Adjidarmo Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit dr. Adjidarmo Rangkasbitung dari tanggal 2 April sampai dengan 2 Juni 2015.
3.3 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi kasus dengan metode deskriptif empiris kualitatif (Arikunto, 2010: 112), yaitu penelitian dengan observasi langsung dan wawancara mengenai penanganan obat rusak dan obat kadaluarsa.
3.3.1 Observasi
Penulis melakukan tinjauan langsung ke lapangan dan melakukan observasi tentang obat rusak atau kadaluarsa di RS dr. Adjidarmo Rangkasbitung. Observasi merupkan slah satu teknik pengumpulan data atau fakta yang cukup efektif untuk mempelajari suatu sistem. Observasi juga merupkan pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan fisiknya dan pengamatan langsung suatu kegitan yang berjalan (Arikunto, 2010: 125). Observasi dibagi menjadi dua yaitu: (a)
Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan intrumen pengamatan.
(b) Observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai intrumen pengamatan.
3.3.2 Wawancara
1) 2) 3) 4)
Wawancara yang disering juga dengan interview atau kuesioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh penulis untuk menemukan informasi dari terwawancara, interview digunakan oleh peneliti untuk menilai keadaan secara langsung melalui lisan menjelaskan data yang dibutuhkan, sedangkan responden secara lisan dapat menjawab atau memberikan data yang dibutuhkan (Arikunto, 2010: 255). Dalam kegiatan wawancara ini pewawancara harus memperhatikan beberapa hal, di antaranya: Mampu menciptakan hubungan baik dengan responden. Mencatat semua pertanyaan yang akan diajukan kepada responden. Menyampaikan pertanyaan dengan baik, tepat dan terorganisir. Mencatat semua jawaban lisan yang diberikan oleh responden.
3.3.3 Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengabdian suatu peristiwa penting mengenai objek penelitian dengan menggunakan gambar, foto, pengarsipan dan lain-lain yang dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang diperlukan.
Adapun alur proses menggunakan dokumentasi yang terdapat di Rumah Sakit Dr. Adjidarmo mengenai penanganan obat rusak atau obat kadaluarsa.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Prosedur Pemusnahan Obat Rusak dan Kadaluarsa di RS dr. Adjidarmo
Pemusnahan obat kadaluarsa ( Expire Date) dan obat yang ditarik izin edarnya yang dilaksanakan oleh RS dr. Adjidarmo Rangksbitung mengacu kepada ketentuan dan prosedur yang sudah ditetapkan didalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 72 Tahun 1998. Menjelaskan bahwa obat rusak atau kadaluarsa ( Expire Date) adalah batas waktu maksimal diperbolehkannya obat tersebut untuk dikonsumsi karena masih memenuhi spesifikasi yang ditetapkan. Umumnya masa kadaluarsa obat 2-3 tahun sejak obat dikemas, melebihi waktu yang telah ditentukan maka secara fisik dan kimiawi kandungan obat tersebut mengalami perubahan dan sangat berbahaya apabila masih digunakan pada manusia. Mekanisme penanganan obat rusak atau kadaluarsa diadakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak dan bantuan dari pihak-pihak lain kemudian dikelola oleh Gudang RS Dr. Adjidarmo. Petugas Gudang Farmasi selalu melakukan (check and recheck ) keberadaan obat tersebut, dan apabila mendapatkan obat sudah kadaluarsa ataupun rusak maka dipisahkan dan
diletakkan pada tempat khusus kemudian dilakukan prosedur pemusnahan tersebut. Adapun obat rusak atau kadaluarsa antara lain:
Tabel 1. Daftar Obat Rusak atau Kadaluarsa Periode Januari s/d November 2014 No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Nama Obat
Buvanest 0,5% Decain 0,5% Diphenidramin Travatan Iodomer Cepezet Depakote Probenid Nitral(Glyceryl Trinitrate) Furosemid Tramadol Hcl Ceftriaxone Ampiccilin Chloramex Citicolin Omeprazole Ketoprofen Ephinephrine Sibital Piracetam Cefoperazone sulbactam Kaen 3 B Farbivent Clopidogrel Cepezet Ibuprofen Rifampicin 600 mg Piroxicam 20 mg Hdyroklortriazit Fluconazole drip Pan A Min G drip
Jenis/Sediaan
Ampul Ampul Ampul Vial Ampul Tablet Tablet Tablet Tablet Ampul Injeksi Injeksi Injeksi Injeksi Injeksi Injeksi Injeksi Injeksi Injeksi/tablet Injeksi Injeksi Infuse Injeksi Injeksi Injeksi Tablet Tablet Tablet Tablet Salep Infuse
Jumlah
5 25 20 23 9 8 8 32 34 11 6 22 pcs 12 pcs 14 pcs 8 pcs 9 pcs 12 pcs 9 pcs 8 pcs 10 pcs 10 pcs 10 pcs 9 pcs 13 pcs 12 pcs 40 pcs 23 pcs 42 pcs 42 pcs 5 pcs 12 pcs
Bulan/Tahun Ed
Januari 2014 Februari 2014 Juni 2014 Juni 2014 Juni 2014 Juni 2014 Juni 2014 Juni 2014 Juli 2014 Juli 2014 Juli 2014 Juli 2014 Juni 2014 Juli 2014 Juli 2014 Juli 2014 Juli 2014 Juni 2014 Juli 2014 Juli 2014 Juli 2014 Juli 2014 Agustus 2014 Agustus 2014 Agustus 2014 Agustus 2014 September 2014 September 2014 Oktober 2014 Oktober 2014 November 2014
4.2 Teknik Pemusnahan Obat Rusak atau Kadaluarsa di RS dr. Adjidarmo
Pada hari Rabu tanggal 26 November 2014 pemusnahan obat ini dilakukan berkaitan karena produk-produk tersebut telah rusak dan kadaluwarsa. Kegiatan pemusnahan dilakukan di gudang yang lokasinya di belakang RS. Dr. Adjidarmo Rangkasbitung. Pemusnahan obat tersebut juga disaksikan oleh perwakilan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak. Adapun langkah-langkah pemusnahan obat di RS Dr. Adjidarmo sebagai berikut: 1)
Obat dikumpulkan dari masing-masing depo.
2)
Obat rusak atau kadaluarsa disatukan dalam kardus.
3)
Pembuatan berita acara pemusnahan obat rusak atau kadaluarsa dari depo dengan penanggung jawab apoteker.
4)
Obat dibawa ke gudang.
5)
Penyerahan obat rusak atau kadaluarsa ke pihak gudang farmasi.
6)
Pembuatan berita acara seluruh obat di gudang farmasi RS. dr. Adjidarmo dengan penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi.
7)
Pemusnahan obat yang berupa sediaan padat dilakukan dengan cara dibakar dengan memasukan ke dalam tabung (tube) yang bersuhu 1500o C.
8)
Hasil dari pembakaran obat rusak atau kadaluarsa di timbun dalam ruangan tanah.
9)
Pembakaran dengan incinerator suhu tinggi mempergunakan teknologi dengan suhu tinggi seperti tempat pembakaran semen, stasiun tenaga panas bumi yang berbahan bakar batu bara atau tempat pengecoran biasanya memiliki tempat pembakaran yang bekerja pada suhu yang jauh lebih tinggi dari 15000C, memiliki waktu retensi pembakaran yang lebih lama dan mengeluarkan gas buangan melalui cerobong yang tinggi. Banyak negara yang tidak memiliki fasilitas pembuangan limbah kimia yang mahal dan canggih sehingga penggunaan alat pembakaran industri dapat menjadi pilihan yang dapat terlaksana dan murah. Pembakaran semen merupakan
yang paling memadai untuk pembuangan obat-obatan kadaluarsa, limbah kimia, minyak bekas, ban karet, dan lain sebagainya. Beberapa karakteristik pembakaran semen menjadikannya cocok untuk pembuangan obat-obatan. Selama proses pembakaran, bahan baku semen mencapai suhu 22500C sementara gas pembakaran mencapai suhu 25000C. Pada suhu setinggi ini waktu tinggal gas hanya beberapa detik. Pada keadaan ini semua komponen organik limbah akan hancur secara efektif. Beberapa hasil pembakaran yang beracun atau berbahaya terserap oleh produk kerak semen atau dikeluarkan oleh pertukaran panas. Obat-obatan harus dimasukkan ke dalam tungku dengan penambahan bahan bakar dalam jumlah kecil secukupnya. Terdapat aturan sederhana bahwa bahan bakar yang dimasukkan dalam tungku untuk setiap pembakaran bahan farmasi tidak melebihi 5%. Pembakaran semen biasanya menghasilkan 1500 hingga 8000 ton semen per hari, karena itu sangat banyak obat-obatan yang dapat disingkirkan dalam waktu singkat. Untuk menghindari penyumbatan mekanisme penyaluran bahan bakar, sebaiknya kemasan dibuka atau dilakukan penggilingan obat-obatan terlebih dahulu. Tanggal/waktu kadaluarsa adalah tanggal/bulan yang ditetapkan pabrik produsen obat untuk untuk menjamin potensi yang penuh dan keamanan obat sebelum tanggal kedaluarsa. Tanggal kadaluarsa bukanlah tanggal yang ditentukan pemerintah dan tanggal ini tidak menunjukkan berapa lama suatu obat layak untuk dikomsumsi. Tanggal/waktu kadaluarsa adalah batas produsen menjamin bahwa obat sesuai yang tercantum dalam penandaan (label/etiket) dan dikelola (penyimpanannya) sebagaimana tercantum dalam penendaan obat tersebut. Obat dapat rusak sebelum tanggal kadaluarsa yang ditetapkan oleh pabrik. Demikian pula obat masih dapat dikomsumsi meski sudah lewat dari tanggal kadaluarsa. Karena itu kita perlu mengetahui tanda-tanda kadaluarsa obat untuk menghindari penggunaan obat kadaluarsa.
Memperhatikan masa kadaluarsa suatu produk obat penting untuk menghindari dikonsumsinya suatu produk yang sebenarnya sudah tidak layak dikonsumsi. Kemungkinan yang dapat terjadi pada obat yang sudah kedaluarsa, kadar obat/potensinya sudah tidak berada dalam rentang yang dipersyaratkan untuk penggunaan, antara lain dapat menyebabkan obat tersebut tidak bekerja optimal atau mungkin menjadi toksin (racun). Hal ini akan sangat berbahaya seperti obat-obat jenis antibakteri (antibiotik), antihipertensi, antidiabet. Maka menghentikan penggunaan obat yang sudah kadaluarsa tepat. Tidak optimalnya kerja obat disebabkan turunnya kadar/potensi obat, dapat memberikan yang sangat luas, seperti dapat mengancamkeselamatan jiwa, mengacaukan diaknosa penyakit, menimbulkan/meninggkatkan kasus resistensi (untuk antibiotek). Karena penyimpangan yang tidak baik, obat yang belum kadaluarsa bisa jadi rusak sehingga tidak layak konsumsi.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1) Penanganan obat rusak atau obat kadaluarsa di Rumah Sakit Dr. Adjidarmo Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten adalah sebagai berikut: a) Obat dikumpulkan dari masing-masing depo. b) Obat rusak atau kadaluarsa disatukan dalam kardus. c)
Pembuatan berita acara pemusnahan obat rusak atau kadaluarsa dari depo dengan penanggung jawab apoteker.
d) Obat dibawa ke gudang.
e) Penyerahan obat rusak atau kadaluarsa ke pihak gudang farmasi. f)
Pembuatan berita acara seluruh obat di gudang farmasi RS. dr. Adjidarmo dengan penanggung jawab Kepala Instalasi Farmasi.
g) Pemusnahan obat yang berupa sediaan padat dilakukan dengan cara dibakar dengan memasukan ke dalam tabung (tube) yang bersuhu 1500o C. h) Hasil dari pembakaran obat rusak atau kadaluarsa di timbun dalam tanah. 2) Penanganan obat rusak atau kadaluarsa di RS dr. Adjidarmo Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten sesuai dengan prosedur yang ditetapkan oleh BPOM RI dan DEPKES RI. 5.2 Saran-saran
Adapun saran-saran yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: Bagi Rumah Sakit dr. Adjidarmo a.
Obat yang rusak dan kadalursa sebaiknya jangan dibakar di tempat terbuka dan tidak boleh dibuang ke sungai.
b.
Penanganan obat rusak dan kadaluarsa Rumah Sakit (RS) harus mempunyai tempat yang resentatif mendukung pencegahan dari efek obat rusak dan kadaluarsa. Bagi Akademik Bagi akdemik farmasi diharapkan KTI ini menjadikan bahan referensi untuk mengetahui penanganan obat rusak atau kadaluarsa. Bagi Penulis Penelitian KTI ini dapat memberikan pengetahuan tenang penanganan obat rusak atau kadaluarsa yang ada di RS. Dr. Adjidarmo Rangkasbitung, Lebak, Banten.
DAFTAR PUSTAKA
Aditara, Tjandra. 2007. Manajemen ADM RS . Jakarta UI Press. Arikunto, Suhrsimi. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka. Bowerssox. 2002. Manajemen Logistik . Jakarta Bumi Aksara. Depkes RI. 2004. Pedoman Pengelolaan Obat . Jakarta: Depkes. Darmawandan Kunkun. 2013. Penanganan Obat . Jakarta: Rineka Lukman. 2006. Penyimpanan Obat-obat . Jakarta: Rineka. Seto. 2002. Manajemen Farmasi. Surabaya: Airlangga Press. BPOM RI.2013. Pemusnahan Obat
RS. Adjidarmo. 2009. Prosedur Penanganan Obat Rusak dan Kadaluarsa. Rangkasbitung. http://cloapdeveloper.blogspot.co.id/2015/12/karya-tulis-ilmiyah-kti-penanganan-obat.html