Economics Journal of Airlangga University, Agustus Agustus 2015 Analis Analisis Upah pah Tenaga enaga Kerja Laki-laki Laki-laki dan dan Perempua Perempuan n di Indones Indonesia
FARIKHA HANUM NOVERIA 041111130 Dibawa Diba wa h Bimbinga Bimbing a n Dr. Hj. Sri Sri Kusreni, Kusreni, S.E., S.E., M.Si
ABSTRAC T
Lo w la b o r p a rt ic ic ip a t i o n o f w o m e n c o m p a re d t o m a le l a b o r fo fo r c e ra i se se s t h e su su sp sp i c io n of the exis existenc e of d isc rimina imina tion tion in the lab or m a rket. Ba Ba sed on ILO resea esea rc h, in in 201 20122 the w a g e o f w o m a n la la b o rs rs e a rn in in g a n a v e ra g e 8 1 p e rc rc e n t s o f t h e w a g e s o f m a le la la b o r fo fo rc rc e w ith ith simil similaa r ed uc a tion a nd exp erienc erienc e. This This stud y a im s to (1) exam ine a nd a na lyze yze th e in f lu lu e n c e o f re re l a t io io n sh sh ip ip a m o n g a g e , w o rk in in g h o u r s, s, a n d la st e d u c a t io io n a t t a i n m e n t a g a in st st m a le l a b o r w a g e ssiim u ltlt a n e o u sl sly , a n d p a r t ia ia l, (2 (2 ) e x a m in e a n d a n a ly ze ze t h e in f lu lu e n c e o f re l a t io io n sh sh ip ip a m o n g a g e , w o rkin g h o u rs rs, a n d la st st e d u c a t i o n a g a in st st f e m a l e la la b o r w a g e sim u ltlt a n e o u sl sly , a n d p a r t ia ia l , ( 3) 3) a n a ly ze ze t h e e xist e n c e o f a w a g e g a p b e t w e e n m a le a n d fem a le lab or force force in Ind Ind on esia. esia. This stud y uses uses sec sec on d a ry d a ta , tha t’ s d a ta c ross oss sec tion o f The The Na tion tion a l Em Em p loym en t Survey in 2012 orga nize nize d b y the C e ntral Burea Burea u o f Sta Sta tistics tistics (B (BPS). PS). The m e tho d use use s O rd ina ry Le a st Sq Sq ua re (OLS) (OLS) re re g re ssion. The The re sults sho w tha t the va riab le s o f a g e, w o rking king ho urs, urs, a nd las education significant effect against the wages of men and female labor force in In d o n e sia . In In a d d it io io n , t h e e x is ist e n c e o f a w a g e is f o u n d b e t w e e n t h e m a le a n d f e m a le l a b o r force.
KEYWORDS KEYWORDS: Wage Wag e Inequa lity lity,, Dis Disc rimination, mination, Men M en Lab or, Woman Lab or RESEARC EARC H SUBJ ECT ECT/ OBJ ECT ECT: Wage, Age, Work Hours, and Education AREA RESEARCH: EARCH: Indonesia
1. PENDAHULUAN
Proses
modernisasi
dan
globalisasi
telah
menunjukkan
adanya
peningkatan
partisipasi perempuan dalam angkatan kerja. Perempuan saat ini tidak hanya berperan sebagai ibu rumah tangga. Tuntutan sosial dan ekonomi rumah tangga yang cukup berat, mampu mengubah struktur kerja, peningkatkan pendidikan perempuan dan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan, mampu mendorong perempuan mencari nafkah untuk menambah penghasilan keluarga. Peningkatan keterlibatan perempuan dalam berbagai kegiatan ekonomi ditandai dengan adanya dua proses. Pertama, peningkatan dalam jumlah perempuan yang terlibat dalam pekerjaan di luar rumah tangga. Umumnya faktor yang mendorong adanya
Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
1
Economics Journal of Airlangga University, Agustus 2015 peningkatan partisipasi kerja perempuan adalah meningkatnya pendidikan perempuan. Perempuan berpendidikan tinggi mempunyai tingkat partisipasi relatif lebih tinggi bila dibandingkan dengan perempuan yang berpendidikan rendah. Kedua, peningkatan dalam jumlah bidang pekerjaan yang dapat dimasuki oleh perempuan. Bidang-bidang yang sebelumnya didominasi oleh tenaga kerja laki-laki berangsur-angsur mulai banyak dimasuki oleh tenaga kerja p erempuan. Berdasarkan data Sensus Penduduk oleh BPS tahun 2012 menunjukkan, jumlah tenaga kerja perempuan yang bekerja di sektor informal sebesar 70,4%, sed ang kan tenaga kerja perempuan yang bekerja di sektor formal sebesar 29,6%. Penyebab tingginya persebaran tenaga kerja perempuan pada sektor informal adalah lebih fleksibel serta mempunyai kemampuan bertahan hidup yang tinggi dalam menghadapi kondisi tekanan ekonomi apapun. Alasan lain yang menyebabkan perempuan memilih bekerja pada sektor informal adalah ketersediaan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan mereka. Penyebab tingginya persebaran tenaga kerja perempuan pada sektor informal adalah lebih fleksibel serta mempunyai kemampuan bertahan hidup (survive ) yang tinggi dalam menghadapi kondisi tekanan ekonomi apapun. Alasan lain yang menyebabkan perempuan memilih bekerja pada sektor informal adalah ketersediaan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan tingkat pendidikan mereka. Salah satu kegiatan yang biasanya dilakukan a da lah berdag ang a tau menjadi pembantu rumah tangga . Perempuan di Indonesia memiliki peluang sama besarnya dengan laki-laki dalam memasuki pasar tenaga kerja, Meningkatnya peluang kerja bagi perempuan di Indonesia disebabkan karena adanya kekuatan emansipasi perempuan dan kebutuhan pasar saat ini. Pertama, kebutuhan industri saat ini menuntut ketelitian dan ketekunan serta sifat-sifat lain yang biasanya dimiliki oleh perempuan, seperti halnya industri rokok, pakaian jadi, tekstil, makanan, minuman dan sebagainya. Faktor kedua adalah upah untuk tenaga kerja perempuan cenderung rela mendapatkan upah yang lebih rendah bila dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki. Perbedaan upah yang diterima oleh tenaga kerja laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti umur, lama jam kerja, pengalaman kerja, serta pendidikan.
2. LANDASAN TEORI Teori Upah
Upah tenaga kerja dibedakan atas dua jenis, yaitu upah nominal dan upah riil. Upah nominal adalah uang yang diterima pekerja dari pengusaha sebagai pembayaran atas tenaga fisik/mental pekerja yang digunakan dalam proses produksi. Upah riil adalah tingkat
Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
2
Economics Journal of Airlangga University, Agustus 2015 upah pekerja yang diukur dari sudut kemampuan upah tersebut membeli barang/jasa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pekerja (Sukirno, 1995:93). Landasan sistem pengupahan di Indonesia adalah UUD, Pasal 27 ayat (2). Sistem pengupahan merupakan kerangka bagaimana upah diatur dan diterapkan. Sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya berdasarkan pada tiga fungsi upah, yaitu (Simanjuntak, 1998:125): 1. Menjamin kehidupan yang layak ba gi pekerja da n keluarga nya (fungsi sosial). 2. Mencerminkan imbalan atas hasil kerja seseorang. 3. Menyediakan insentif untuk mendorong meningkatkan produktifitas kerja dan pendapatan nasional.
Teori H um a n C a p i t a l
Gary Becker tahun 1976 mengembangkan banyak kerangka teori modal manusia da n penerap annya pa da seg reg asi da n diskriminasi pasar tena ga kerja. Bec ker berhipotesis bahwa perempuan memiliki keunggulan komparatif di pasar tenaga kerja yang lebih tradisional. Selain kerangka teori yang dikembangkan oleh Becker, teori modal manusia (h um a n c a p i ta l ) juga dikembangkan oleh pemikiran Tiano pada tahun 1987. Perspektif ini menekankan pada keterlibatan perempuan di pasar kerja (sektor publik) merupakan tuntutan pembangunan dan hal yang tidak dapat dijauhkan dalam proses modernisasi. Tanpa keterliba tan itu sulit bagi kaum perempuan untuk merubah d an memperbaiki kualitas hidup. Keterlibatan dalam pasar kerja diharapkan secara lambat laun dapat memperbaiki status perempuan. Teori di atas dapa t berjalan pa da kondisi sistem pa sar kerja terbuka. Artinya, proses rekrutmen da lam mema suki pasar kerja melalui proses seleksi kompetitif terbuka. Selain itu, pendidikan dan keterampilan dijadikan dasar dalam menentukan jabatan, karir, dan upah. Perspektif ini kurang mendapatkan dukungan realitas sosial di negara-negara berkembang. Di banyak negara berkembang termasuk Indonesia, persaingan terbuka yang didasarkan kualitas sumberdaya manusia (h um a n c a p it a l ) belum atau tidak berjalan seperti asumsi teori Neo-klasik.
Hubungan Antara Umur dengan Upah
Perbedaan umur antar pekerja secara umum berpengaruh signifikan terhadap penerimaan upah. Tenaga kerja usia produktif (15–64 tahun) akan menerima upah yang trendnya terus meningkat hingga melewati batas usia produktif, kemudian setelah itu trendnya akan menjadi negatif ketika pekerja sudah memasuki usia pensiun. Hubungan umur dengan upah membentuk kurva U terbalik. Hal ini disebabkan oleh kemampuan
Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
3
Economics Journal of Airlangga University, Agustus 2015 belajar pekerja yang berpendidikan lebih tingg i relatif lebih ba ik,sehingga pa da masa kerja yang sama pengalaman bekerja yang lebih tinggi juga akan lebih baik. Hubungan Antara J am Kerja dengan Upah
J am kerja merupakan jangka waktu jam yang digunakan untuk bekerja atau melakukan kegiatan perusahaan/usaha (tidak termasuk istirahat resmi), yang dimulai dari menyiap kan pekerjaa n sampai deng an usaha itu tutup jam ope rasiona l. Besaran jumlah jam kerja akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat upah, jika jam kerja lebih lama dari yang ditentukan maka upah yang diberikan akan lebih tinggi (Moekijat,1992:14). Hubungan Antara Pendidikan dengan Upah
Teori h u m a n c a p i ta l , menyatakan bahwa lamanya masa pendidikan berkorelasi positif dengan pendapatan. Individu yang memilki pendidikan yang relatif lama memiliki pendapa tan yang lebih tinggi bilamana dibandingkan dengan individu yang tida k memiliki pendidikan formal. Pendidikan yang tinggi secara tidak langsung akan membawa konsekuensi terhadap pilihan-pilihan individu dalam mendapatkan pekerjaan, sehingga untuk mendapa tkan pend ap atan tinggi cenderung dikuasai oleh tenaga berpendidikan.
3.
METODE PENELITIAN
Metode O rd ina ry Le a st Sq ua re (OLS) untuk menggambarkan pengaruh dari tiap-tiap variab el beba s (in d e p e n d e n t v a ria b le ), yaitu umur, jumlah jam kerja, dan tingkat pendidikan terakhir terhadap variabel terikat (d e p e n d e n t v a ria b le ) yakni upah tenaga kerja laki-laki dan perempuan di Indonesia. Analisis statistik deskriptif yang digunakan adalah uji beda dua rata-rata. Prinsip pengujian uji beda dua rata-rata adalah melihat ada atau tidak adanya perbedaan rata-rata upah pada kedua kelompok data, yaitu kelompok tenaga kerja lakilaki dan perempuan. Analisis statistik deskriptif lain yang digunakan adalah analisis komparasi, yaitu pengelompokan antara tenaga kerja laki-laki dan perempuan dengan karakteristik yang sama untuk melihat besaran perbedaan rata-rata upah antara kedua kelompok terseb ut. Prosedur
pengumpulan
data
pada
penelitian
ini
dilakukan
dengan
cara
mengumpulkan data yang diperlukan dari sumber-sumber yang telah disebutkan diatas. Proses penyaringan (filter ) responden, dimulai dari pemisahan data antara laki-laki dan perempuan. Data umur, jam kerja, dan tingkat pendidikan secara langsung akan terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok data laki-laki dan perempuan.
Definisi Operasional 1. Upah
Upah/Gaji
bersih/pendapatan
buruh/karyawan/pegawai
yang
berupa
diterima uang
selama
yang
Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
sebulan
dibayarkan
oleh oleh
4
Economics Journal of Airlangga University, Agustus 2015 perusahaan/kantor/majikan.
Upah/Gaji
bersih
yang
dimaksud
adalah
setelah
dikurangi dengan potongan-potongan, iuran wajib, pajak penghasilan, dan lain sebagainya oleh perusahaan/kantor/majikan dalam satuan rupiah. 2. Umur
Menyatakan usia responden yang masuk dalam kelompok usia 15 tahun sampai 64 tahun yang bekerja, dinyatakan dalam satuan tahun. 3. J umlah jam kerja
J umlah jam kerja ad alah waktu yang digunakan untuk bekerja da lam jangka waktu seminggu minimum dalam satuan jam. 4. Tingkat pendidikan
Variabe l tingkat pendidikan terakhir merupakan variab el yang menunjukkan tama tan pendidikan terakhir yang ditempuh oleh responden. Tingkat pendidikan digolongkan ke dalam 6 kategori, yakni: a. b.
D u m m y TS untuk responden tida k pernah sekolah D u m m y SD untuk responden dengan tamatan pendidikan terakhir sekolah
dasar. c.
D u m m y SMP untuk responden dengan tamatan pendidikan terakhir sekolah
menengah pertama. d.
D u m m y SMA untuk responden dengan tamatan pendidikan terakhir sekolah
menengah atas. e.
D u m m y SMK untuk responden dengan tamatan pendidikan terakhir sekolah
meneng ah kejuruan. f.
D u m m y Univ untuk responden dengan tamatan pendidikan terakhir D1, D2,
D3, S1/D4, S2, da n S3.
Teknik Analisis
Analisis yang digunakan dalam penelitian adalah metode regresi Ordinary Least Square (OLS). Metode ini merupakan metode kuad rat terkecil yang memiliki bebe rap a sifatsifat statistik yang sangat menarik dan telah membuat metode ini sebagai salah satu metode paling kuat dan dikenal dalam analisis regresi (Gujarati, 2000:71). Analisis kedua yang digunakan dalam penelitian adalah analisis statistik deskriptif. Hasil pengolahan tersebut selanjutnya dipaparkan dalam bentuk angka-angka sehingga memberikan gambaran umum mengenai adanya gejala yang diteliti. Penelitian ini menggunakan variabel bebas dan variabel terikat, kemudian varibel-variabel tersebut diuji secara kuantitatif. Analisis kuantitatif yang digunakan pada penelitian ini menggunakan alat bantu ekonometrika yaitu so ftw a re STA TA ve rsi 13 dan Mic rosoft exce l 2010.
Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
5
Economics Journal of Airlangga University, Agustus 2015
Analisis Ord inary Lea st Sq ua re (OLS)
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi O ridn a ry Le a st Sq ua re (OLS). Ana lisis ini digunakan untuk menguji mod el upa h, adapun p ersamaa nya seb ag ai berikut: Ln (W) = f (AG E, HOURS, EDU) Keterangan: Ln (W)
: upah tenaga kerja yang diterima oleh pekerja selama seb ulan
dalam rupiah. AG E
: usia responde n yang bekerja da lam satuan tahun.
HOURS
: jumlah jam kerja yang diguna kan be kerja dalam seminggu da lam
satuan jam. EDU
: tingkat pe ndidikan terakhir yang ditempuh responden
Metode O LS adalah mengestimasi suatu garis regresi dengan jalan meminimalkan jumlah dari kuadrat kesalahan setiap observasi terhadap garis tersebut. Suatu metode ekonometrik yang terdpat variabel independen sebagai variabel penjelas dan variabel dependen sebaga i variabel yang dijelaskan dalam suatu persama an linea r. Berikut persama annya:
Ŷi = β0 + β1Xi + β2Xi+… + βnXni +εi Dimana Ŷ dibaca “Y topi” atau “Y yang diestimasi” merupakan variabel dependen, β 0 . adalah intersep, β1 adalah slope, X adalah independen variabel dan εi adalah error
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif yang digunakan adalah uji beda dua rata-rata dan analisis kompa rasi. Prinsip pengujian uji beda dua rata-rata ad alah melihat a da atau tida k adanya perbedaan rata-rata variasi kedua kelompok data . Persyaratan yang harus dipenuhi sebelum pengujian ad alah data masing-masing terdistribus normal, da ta d ipilih sec ara acak, dan data masing-masing homogen. Hipotesa uji beda dua rata-rata adalah sebagai berikut: 1. H0 : tida k ad a p erbeda an upa h tenaga kerja laki-laki da n perempuan H1: ad a p erbeda an upa h tenaga kerja laki-laki da n perempuan 2. H0 tida k ditolak jika F-statistik < F-tabel H0 ditola k jika F-statistik > F-tabel J ika H0 tidak ditolak maka tidak ada perbedaan upah tenaga kerja laki-laki dan perempuan, sedangkan jika H0 ditolak terda pa t perbedaa n upah tenaga kerja laki-laki da n perempuan. Analisis kedua yang digunakan adalah analisis komparasi. Analisis komparasi adalah teknik analisis statistik yang bertujuan untuk membandingkan antara kondisi dua buah kelompok atau lebih yang berfungsi untuk memberikan ga mba ran sec ara umum.
Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
6
Economics Journal of Airlangga University, Agustus 2015 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Estimasi Upah Tenaga Kerja Laki-laki
TabeL 4.1 Hasil Regresi Robust Tenaga Kerja Laki-laki Variabel
Koefisien
Standar Eror
t-statistik
Sign
Konstanta
12,583
0,012
1066,85
0,000*
Umur
0,012
0,000
64,74
0,000*
J am Kerja
0,012
0,000
75,69
0,000*
SD
0,106
0,007
16,15
0,000*
SMP
0,255
0,007
36,12
0,000*
SMA
0,513
0,007
71,16
0,000*
SMK
0,505
0,008
60,19
0,000*
Universitas
1,107
0,009
126,32
0,000*
Pendidikan terakhir tenaga kerja (d u m m y )
N
120663
p-value
0,000
R-squared
0,228
F (7,120655) Ro o t M SE
4610,73 0,704
Sumber: Sakernas 2012 (diolah)
Berdasarkan analisis regresi robust menunjukkan ba hwa sec ara simultan, karakteristik individu tenaga kerja seperti umur, jam kerja, dan pendidikan terbukti berpengaruh terhadap besaran upah pada setiap tenaga kerja laki-laki di Indonesia. Secara parsial, umur terbukti mempenga ruhi upah tenaga kerja laki-laki di Indonesia. Koefisien umur seb esar 0,012 menunjukkan bahwa setiap pertambahan umur tenaga kerja laki-laki setiap tahunnya akan meningkatkan upah tenaga kerja laki-laki sebesar 12,595 persen dengan estimasi faktor lain dianggap konstan (c ete ris p a ribus ). J am kerja terbukti mempengaruhi upah tenaga kerja laki-laki di Indonesia. Nilai koefisien jam kerja sebesar 0,012 menunjukkan bahwa setiap penambahan jam kerja tenaga kerja laki-laki per jamnya meningkatkan upah sebesar 12,595 persen. Penelitian serupa mengenai penambahan jam kerja akan meningkatkan upah juga dilakukan oleh Maume dan Rupanner (2015) dengan memasukan variabel jam kerja untuk mengestimasi indeks upah tenaga kerja laki-laki. J am kerja memiliki hubungan yang erat dengan tingkat pendapatan. Hubungan jam kerja dengan pendapatan didasari oleh teori alokasi waktu, dimana pendapatan dapat ditingkatkan melalui peningkatan jam kerja sehingga mengurangi waktu luang yang tersed ia (sub stitution effec t ).
Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
7
Economics Journal of Airlangga University, Agustus 2015 Faktor lain yang mempengaruhi perbedaan upah tenaga kerja laki-laki di Indonesia adalah pendidikan. Hal ini terbukti, nilai koefisien SD sebesar 0,106 menunjukkan bahwa tenaga kerja laki-laki dengan latar belakang pendidikan lulusan SD mendapatkan upah lebih tinggi sebesar 12,689 persen dibandingkan tenaga kerja laki-laki yang tidak bersekolah denga n asumsi faktor-faktor lain diangga p konstan (c ete ris p a ribus ). Nilai koefisien SMP sebesar 0,255 persen menunjukkan bahwa tenaga kerja laki-laki dengan pendidikan tamatan SMP mendapatkan upah lebih tinggi sebesar 12,838 persen dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki dengan lulusan SD, dan tidak bersekolah. Nilai koefisien SMA 0,513 menunjukkan bahwa tenaga kerja laki-laki dengan latar belakang pendidikan SMA akan mendapatkan upah lebih tinggi sebesar 13,096 persen dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki yang memiliki latar belakang pendidikan SMP, SD, dan tidak bersekolah. Nilai koefisien SMK sebesar 0,505 menunjukkan bahwa tenaga kerja dengan tamatan SMK akan mendapatkan upah lebih tinggi sebesar 13,088 persen dibandingkan dengan tenaga kerja tamatan SMP, SD, dan tidak bersekolah. Pendidikan terakhir universitas merupakan pe ngelompokan jenjang pe ndidikan, yaitu D1, D2, D3, D4/ S1, S2, da n S3. Nilai koe fisien universitas sebesar 1,107 menunjukkan bahwa tenaga kerja laki-laki dengan latar belakang pendidikan universitas akan mendapatkan upah lebih tinggi sebesar 13,69 persen dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki dengan latar belakang pendidikan SMA atau SMK, SMP, SD, dan tidak bersekolah dengan asumsi faktor-faktor lain diang ga p konstan (ce teris p a rib us ). Hasil ini didukung oleh penelitian Ehreinberg dan Smith yang dikutip dalam Arfiah (2010) dengan menggunakan data Biro Sensus Amerika tahun 1984, mereka menemukan dua hal yaitu: 1. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat upah 2. Perbedaan dalam tingkat upah akan semakin besar pada pekerja-pekerja yang lebih tua. Hal ini disebabkan oleh kemampuan belajar pekerja yang berpendidikan lebih tingg i dan memiliki pe ngalaman kerja relatif lebih baik. Berdasarkan pendekatan teori h um a n c a p i ta l , pendapatan dapat ditingkatkan dengan pendidikan. Tenaga kerja yang berinvestasi pada pendidikan dan memutuskan untuk tidak masuk dalam pasar kerja, berasumsi akan mendapatkan upah lebih tinggi di masa yang akan datang (Borjas, 2013:235). Semakin tinggi tingkat pendidikan akan menyebabkan semakin tingginya produktivitas. Tingginya produktivitas ini akan menyebabkan tingginya pendapatan. Semakin produktif seorang tenaga kerja semakin tinggi pendapatan yang akan diperolehnya. Oleh sebab itu, pendidikan adalah salah satu metode yang dapat digunakan da lam mengurangi ketimpang an p enda pa tan di Indonesia.
Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
8
Economics Journal of Airlangga University, Agustus 2015 Estimasi Upah Tenaga Kerja Perempuan
Tabel 4.2 Hasil Regresi Robust Tenaga Kerja Perempuan Variabel
Koefisien
Standar Eror
t-statistik
Sign
Konstanta
11,828
0,018
657,21
0,000*
Umur
0,016
0,000
52,21
0,000*
J am Kerja
0,014
0,000
70,36
0,000*
SD
0,163
0,010
15,65
0,000*
SMP
0,395
0,012
32,23
0,000*
SMA
0,692
0,012
59,43
0,000*
SMK
0,815
0,014
58,85
0,000*
Universitas
1,427
0,011
132,01
0,000*
N
58521
F (7,58513)
p-value
0,000
Ad j R-sq ua red
R-sq ua re d
0,322
Ro o t M SE
Pendidikan terakhir tenaga kerja (d u m m y )
3964,59 0,3216 0.77528
Sumber: Sakernas 2012 (diolah)
Hasil studi menunjukkan bahwa secara simultan, karakteristik individu tenaga kerja seperti umur, jam kerja, dan pendidikan terbukti berpengaruh terhadap perbedaan upah yang didapatkan setiap tenaga kerja perempuan di Indonesia. Secara parsial, umur terbukti mempengaruhi upah tenaga kerja perempuan di Indonesia. Nilai koefisien umur sebesar 0,016 menunjukkan bahwa setiap pertambahan umur tenaga kerja perempuan setiap tahunnya akan meningkatkan upah tenaga kerja perempuan sebesar 11,844 persen denga n estimasi faktor lain diangg ap konstan. Faktor lain yang mempengaruhi perbedaan upah tenaga kerja perempuan adalah jam kerja. Nilai koefisien jam kerja sebesar 0,014 menunjukkan ba hwa setiap penambahan jam kerja tenaga kerja perempuan per jamnya meningkatkan upah sebesar 11,842 persen. Sesuai dengan analisis model pertama tentang tenaga kerja laki-laki, jam kerja memiliki keterkaitan terhada p tingkat penda pa tan. J am kerja memilikisub stitution effec t dan i n c o m e e f f e c t yang telah dijelaskan sebelumnya. Umumnya, tenaga kerja wanita banyak bekerja pada sektor informal karena jam kerja yang lebih fleksibel. Permasalahan jam kerja telah diatur UU No.13 tahun 2003 pasal 76, yaitu pekerja p erempuan yang berumur <18 tahun dilarang dipe kerjakan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00. Peraturan ini juga berlaku bagi tenaga kerja perempuan hamil
Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
9
Economics Journal of Airlangga University, Agustus 2015 yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatannya. Secara tidak langsung, pemerintah telah berusaha melindungi hak tenaga kerja perempuan dan keselamatannya. Faktor lain yang mempengaruhi perbedaan upah tenaga kerja perempuan di Indonesia adalah pendidikan Nilai koefisien SD sebesar 0,163 menunjukkan bahwa tenaga kerja perempuan lulusan SD akan mendapatkan upah lebih tinggi sebesar 11,991 persen dibandingkan tenaga kerja perempuan yang tidak bersekolah dengan asumsi faktor-faktor diluar pendidikan dianggap konstan. Nilai koefisien SMP sebesar 0,395 menunjukkan bahwa tenaga kerja p erempuan deng an latar belakang pendidikan SMP akan mendap atkan upa h lebih tinggi sebesar 12,223 persen dibandingkan dengan tenaga kerja perempuan dengan lulusan SD dan tidak bersekolah. Pada jenjang SMA, nilai koefisien SMA sebesar 0,692. Hal ini menunjukkan ba hwa tenaga kerja perempuan dengan latar belakang pendidikan terakhir SMA akan mendapatkan upah lebih tinggi sebesar 12,52 persen dibandingkan dengan tenaga kerja perempuan yang memiliki latar belakang pendidikan SMP, SD, dan tidak bersekolah. Nilai koefisen SMK sebesar 0,815 menunjukkan bahwa tenaga kerja perempuan dengan tamatan SMK akan mendapatkan upah lebih tinggi sebesar 12,643 persen dibandingkan dengan tenaga kerja perempuan tamatan SMP, SD, dan tidak bersekolah. Pendidikan terakhir universitas merupakan pe ngelompokan jenjang pe ndidikan, yaitu D1, D2, D3, D4/ S1, S2, dan S3. Pada tingkat pendidikan universitas, nilai koefisien sebesar 1,423 menunjukkan bahwa tenaga kerja perempuan dengan latar belakang pendidikan universitas akan mendapatkan upah lebih tinggi sebesar 13,251 persen dibandingkan dengan tenaga kerja perempuan dengan latar belakang pendidikan SMA atau SMK, SMP, SD, dan tidak bersekolah dengan asumsi faktor-faktor lain dianggap konstan (ceteris p a r i b u s). Tenaga kerja perempuan dengan pend idikan yang sama dengan tenaga kerja lakilaki mendapatkan upah lebih rendah daripada tenaga kerja laki-laki dalam penelitian ini. Kesenjangan upah antara tenaga kerja laki-laki dan perempuan di Indonesia dipicu a da nya diskriminasi yang berawal dari sudut pandang masyarakat mengenai tenaga kerja perempuan yang dianggap sebag ai tenaga kerja inferior. Kesenjangan Upah Tenaga Kerja Laki-laki dan Perempuan
Patriarki terus melanggengkan ketidaksetaraan yang ada dalam pasar tenaga kerja dan diskriminasi upah serta bentuk-bentuk diskriminasi kerja lain, semakin memperparah sulitnya kondisi kerja yang dihadapi oleh perempuan. Salah satu penyebab rendahnya partisipasi perempuan dalam pasar tenaga kerja adalah adanya perbedaan upah yang diperoleh dengan tenag a kerja laki-laki. Hasil penelitian menunjukkan, sebesar 6,72 persen perempuan merupakan lulusan diploma IV atau universitas (S1). Angka ini lebih besar dibandingkan dengan lulusan sarjana
Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
10
Economics Journal of Airlangga University, Agustus 2015 laki-laki yang memiliki persentase seb esar 5,23 persen. J ika mengg unakan pe nde katan teori h um a n c a p i ta l dalam pasar tenaga kerja, tenaga kerja perempuan mampu bersaing denga n tenaga kerja laki-laki. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian C abegin (2012) be rda sarkan data survei ketenagakerjaan di Filipina menemukan bahwa perempuan rata-rata memiliki pendidikan yang lebih tinggi daripada laki-laki, namun masih cenderung menerima upah lebih rendah dari tenaga kerja laki-laki. Kesenjangan upah gender ini dikaitkan dengan adanya diskriminasi gender serta keadaan makroekonomi yang fluktuatif, misalnya pertumbuhan ekonomi. Analisis pertama yang digunakan untuk melihat adanya perbedaan upah antara tenaga kerja laki-laki dan perempuan menggunakan analisis uji beda dua rata-rata. Tabel 4.3 Uji Beda Rata-rata Tenaga Kerja Laki-laki dan Perempuan Kelompok
Laki-la ki Perempuan
J umlah Observasi
Rata-rata
120.664
1.517.169
58.521
1.175.179
Standar Eror
5.088,54
Standar Deviasi
1.767.592
6.385,219 1.544.656 F-statistik = 1,3095 df = 120.663, 58.520
Sumber: Sakernas 2012 (diolah) Berdasarkan hasil uji beda dua rata-rata menunjukkan bahwa secara statistik terdapat perbeda an upah tenaga kerja laki-laki da n perempuan di Indonesia. Uji beda dua rata-rata menggunakan data Sakernas tahun 2012 yang membenarkan adanya dugaan diskriminasi upah antara tenaga kerja laki-laki dan perempuan di Indonesia. Analisis kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis komparasi. Analisis komparasi bertujuan untuk melihat dan membandingkan rata-rata upah tenaga kerja laki-laki dan perempuan dengan kriteria yang sama yaitu jumlah jam kerja dan pendidikan yang sama. asil penelitian menunjukkan tenaga kerja perempuan mendapatkan upah lebih rendah dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki di Indonesia. Rata-rata upah riil perempuan sebesar 14 persen leb ih renda h dari tena ga kerja lakilaki. Kesenjangan upah gender ada pada setiap jenjang pendidikan. Rata-rata jam kerja yang digunakan dalam penelitian adalah 38 jam. Angka ini didapatkan berdasarkan perhitungan rata-rata jam kerja tenaga kerja laki-laki da n perempuan. J umlah ob servasi da lam penelitian ini seb esar 1.688 individu dengan rinc ian, 544 individu untuk tena ga kerja perempuan dan 1124 individu untuk tenaga kerja laki-laki. T abel tersebut merupakan hasil pengolahan data Sakernas tahun 2012 dengan membandingkan jumlah jam kerja dan pendidikan yang sama pa da tenaga kerja laki-laki da n pe rempuan.
Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
11
Economics Journal of Airlangga University, Agustus 2015
Tabel 4.4 Kesenjangan Upah Rata-rata Tenaga Kerja Laki-laki dan Perempuan J enjang Pendidikan
Rata-rata J am Kerja (jam)
Tida k sekolah
38
886.143
568.544
Tida k Tamat SD
38
991.866
624.346
SD
38
945.121
651.663
SMP
38
1.164.482
978.673
SMA
38
2.027.577
1.705.080
SMK
38
1.847.043
1.634.584
Diploma I/II/III
38
2.665.278
2.157.635
Universitas
38
3.357.822
2.483.936
Rata-rata Upah (rupiah) Laki-laki
Perempuan
Sumber: Sakernas 2012 (diolah)
Tenaga kerja laki-laki yang tida k memiliki latar belakang pendidikan (tida k sekolah) mendapatkan upah rata-rata sebesar 886.143 rupiah per bulan sedangkan tenaga kerja perempuan dengan latar belakang pendidikan yang sama mendapatkan upah sebesar rata-rata sebesar 568.544 rupiah per bulan. Tenaga kerja laki-laki yang tidak tamat SD mendapatkan upah rata-rata selama sebulan sebesar 991.866 rupiah, sedangkan tenaga kerja pe rempuan mendap atkan upah setiap bulannya seb esar 624.346 rupiah. Tena ga kerja laki-laki dengan pendidikan tamatan SD, mendapatkan upah rata-rata sebesar 945.121 rupiah per bulan, dan tenaga kerja perempuan mendapatkan upah rata-rata sebesar 651.663 rupiah per bulan. Tenaga kerja perempuan tamatan SMP mendapa tkan penghasilan rata-rata sebe sar 978.673 rupiah per bulan dan tenaga kerja laki-laki rata-rata sebesar 1.164.482 rupiah per bulan. Tenaga kerja perempuan dengan tamatan pendidikan SMA memiliki upah rata-rata sebesar 1.705.080 rupiah per bulan, sedangkan tenaga kerja laki-laki mendapatkan upah rata-rata sebesar 2.027.577 rupiah per bulan. Tenaga kerja dengan latar belakang tamatan SMK, memiliki upah lebih rendah bila dibandingkan dengan tamatan SMA. Secara strata, tingkat pendidikan SMA dan SMK memiliki kedudukan yang setara. Tenaga kerja laki-laki dengan tamatan SMK mendapatkan upah rata-rata sebesar 1.847.043 rupiah per bulan dan tenaga kerja perempuan menda pa tkan upa h rata-rata seb esar 1.643.584 rupiah p er bulan. Tenaga kerja laki-laki dengan latar belakang pendidikan D1, D2, D3 menda pa tkan upah rata-rata sebesar 2.665.278 rupiah per bulan dan tenaga kerja perempuan mendapatkan upah rata-rata sebesar 2.157.635 rupiah per bulan. Pada jenjang pendidikan universitas yang terdiri dari tenaga kerja dengan tamatan universitas merupakan tenaga
Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
12
Economics Journal of Airlangga University, Agustus 2015 kerja denga n tama tan p endidikan D4/ S1, S2, dan S3. Pembag ian ini berdasarkan publikasi yang diterbitkan Badan Pusat Statistik tahun 2012. Tenaga kerja laki-laki mendapatkan upah rata-rata sebesar 3.357.822 rupiah per bulan dan tenaga kerja perempuan mendapatkan upa h rata-rata sebesar 2.483.936 rupiah p er bulan. Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja di Indonesia terindikasi pasar yang tidak sempuna. Adanya kesenjangan upah antara tenaga kerja lakilaki dan perempuan dengan alasan non-pasar merujuk adanya praktik diskriminasi. Praktik diskriminasi pada pa sar tenaga kerja di Indonesia, a kan menimbulkan banyak kerugian bag i kelompok yang terdiskriminasi (tenaga kerja perempuan) dan perusahaan pelaku diskriminasi. Perusahaan akan kehilangan keuntungan (profit ) karena kehilangan pekerja yang memiliki kemampuan lebih baik (high q ua lified ). Tenaga kerja laki-laki da n perempuan yang melakukan pekerjaa n dengan latar pendidikan yang sama, harus dihargai dan diperlakukan setara serta menerima upah yang setara. Ini berarti bahwa jenis status pekerjaan atau durasi kerja mereka tidak bisa dijadikan alasan untuk upah yang tidak sama. Perusahaan setidaknya dapat memberikan transparansi upah dan memperhatikan peluang promosi yang adil bagi laki-laki dan perempuan. Pengusaha juga da pa t memfasilitasi ba gi pekerja perempuan khususnya untuk menyeimbangkan kerja dan kehidupan keluarga mereka, terutama tenaga kerja perempuan yang memiliki anak usia balita. Sebagai contoh, menawarkan pengaturan jam kerja yang fleksibel, penyediaan penitipan anak di lingkungan kerja. Pengusaha juga dapat memonitor skala upah laki-laki dan perempuan untuk mencoba menghindari kesenjangan upah berdasarkan gender. Selain itu, pemerintah berkewajiban untuk mempersempit kesenjangan gender tersebut melalui reformasi kebijakan ketenagakerjaan dari kedua sisi. Pemerintah
wajib
melakukan
pengawasan
terhadap
efektifitas
undang-undang
ketenagakerjaa n untuk melindungi tena ga kerja khususnya tena ga kerja pe rempuan. 5. SIMPULAN
Semua variabel bebas (independen) yakni umur, tenaga kerja dan d u m m y pendidikan terakhir terbukti signifikan mempengaruhi upah tenaga kerja laki-laki dan perempuan di Indonesia secara simultan maupun parsial. Pasar tenaga kerja di Indonesia terindikasi pasar yang tidak semp urna. Hasil penelitian menunjukkan
tenaga kerja
perempuan mendapatkan upah lebih rendah rata-rata sebesar 14 persen terhadap upah tenaga kerja laki-laki de nga n latar pendidikan terakhir da n jumlah jam kerja yang sama . Daftar Referensi
Akhmedjonov, Alisher. 2012. New Evidenc e on Pay Gap Between Men and Women in Turkey. Jo urna l Ec o no m ic Le tte rs 117 , 32-34.
Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
13
Economics Journal of Airlangga University, Agustus 2015 Arfiah, Aryati. 2010. A na lisis Pro d uktivita s Peke rja Wa nita Etnis Bug is, Ma ka ssa r d a n To raja pada Sektor Industri di Makassar Sulawesi Selatan . Disertasi. Ma lang: Universitas Brawijaya. Badan Pusat Statistik. 2010. K e a d a a n A n g k a t a n K e r j a I n d o n e s i a . J akarta: Bada n Pusat Statistik Indonesia Badan Pusat Statistik. 2011. K e a d a a n A n g k a t a n K e r j a I n d o n e s i a . J akarta: Bada n Pusat Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. 2012. K e a d a a n A n g k a t a n K e r j a I n d o n e s i a . J akarta: Bada n Pusat Statistik Indonesia. Baron, R.A., Byrne, D. 1997. Soc ial Psyc ho log hy . Edisi kedelapan. Massachusetts: A Viacom. Becker, Gary. 1964. The Ec o no m ics o f Disc rimina tion . Disertasi. Amerika Serikat: C hica go University Blau, Francine D. dan Lawrence M. Kahn. 1999. Analyzing The Gender Pay Gap. Journal Q u a rt e l y Re v i e w o f Ec o n o m i c s a n d Fin a n c e (39), 625-646. Borjas, Geo rge J . 2000. La b o r Ec o n o m i c s ed isi kedua. USA: Mc G raw. Hill. Borjas, George j. 2013. La b o r Ec o n o m i c s edisi kee nam. USA: Mc G raw. Hill. Budiman, Arief. 1985. Pem b a gia n Kerja Sec a ra Seksua l . J akarta: PT. G ramedia C abegin, Emily Christi A. 2012. Wide ning G ender Wage Gap in Economic Slowdown: The Philipp ine C ase. ILERA W o rld C o ng ress. Quezon C ity: University of The Philippines. Dewi, Putu Martini. 2012. Partisipasi Tenaga Kerja Perempuan dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga. Jurna l Ekon o m i Kua ntita tif Te ra p a n 5(2), 119-124 . G ujarati, Damoda r. 2003. Ekono m etrika Da sa r : Edisi Keenam. J akarta: Erlangga . Hurloc k B. Elizabeth. 1980. Psik o lo g i Pe r ke m b a n g a n ( Su a t u Pe n d e k a t a n Se p a n j a n g Re n t a n K e h i d u p a n ) . J akarta: Erlangga International Labour Organization. 2013. Perempuan dalam Kepemimpinan-Penelitian Mengenai Hambatan terhadap Ketenagakerjaan dan Pekerjaan yang Layak bagi Perempuan. Tinjau a n Pusta ka . J akarta: ILO. J oliffe, Dean. 2002. The Gender Wage G ap in Bulga ria: A Semipa rametric Estimation of Discrimination. Jo u rn a l o f C o m p a ra t iv e Ec o n o m ic s 30, 276-295. Kercheval, J ac quelyn dkk. 2012. Pe re m p u a n d a l a m Ke p e m im p in a n : Pe n e lit ia n m e n g e n a i Ha m b a t a n Te r h a d a p Ke t e n a g a k e rja a n d a n Pe k e rja a n y a n g La y a k Ba g i Pe re m p u a n . Tinja ua n Pusta ka. J akarta : ILO. Online. (http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/--asia/---ro-bangkok/---ilo-jakarta/documents/publication/wcms_215006.pdf, diakses 9 April 2015). Kunze, Astrid. 2000. The Determination of Wages and the Gende r Wag e G ap: A Survey. Disc ussion Pa p e r Se ries IZA DP 193. J erman: IZA. Ma nkiw, G reg ory N. 2003. Teo ri Ma kroe kono mi . Terjemahan. J akarta: Erlangg a.
Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
14
Economics Journal of Airlangga University, Agustus 2015 Mardia. 2011. Penguatan Kapasistas Perempuan “Paddaros” di Kabupaten Pinrang: Penguatan Berpe rspektif G ender. Jurna l Pa la strèn 4(2). Ma ume, David J . da n Leah Rupanner. 2015. State Liberalism, Fema le Supervisors, and The Ge nder Wage Ga p. Jo urna l So c ial Sc ie nc e Re se a rc h 50 , 126-138. Mo ekijat, 1992. Ad m inistra si Ga ji da n Upa h . Bandung: Pandan Maju Noveria, Farikha Hanum-041111130. 2015. Analisis Upah Tenaga Kerja Laki-laki dan Perempuan di Indonesia. Surabaya: Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Airlangga. Oaxaca, Ronald. 1973. Male-female Wage Differentials in Urban Labor Markets. Journal Inte rna tiona l Ec ono m ic Review 14(3) , 693-700. Reynolds, Lloyd G dkk. 1978. La b or Ec ono m ics a nd La b or Relations Edisi 7. Englewood Cliffs, NJ : Prentice Hall, Inc. Simanjuntak, Payama n J . 1998. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia . J akarta: Lemb aga Pene rbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Soebiyanto, A. Widanti. 1997. Buruh Perem p ua n d i Sekto r Ind ustri da la m Era Perda g a ng a n G l o b a l . Majalah Ilmiah Pranata 793). ISSN 0852-0887. Online. (http://eprints.unika.ac.id/5295/1/buruh_perempuan.pdf, diakses 5 April 2015). Sukirno, Sadono. 1995. Pen g an ta r Teo ri Mikroe kono m i. Edisi Kedua. J akarta: PT Raja G rafindo Persada. Sunarto, Kamanto. 1993. Pen g an ta r Sosiolog i . J akarta: Lembag a Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Susilastuti, Hudayana . 1994. Fe m inisa si Pasa r Te na g a Kerja . Yogyakarta: PPK-UGM. Suwa rdi, Akbar. 2011. Stata: Regresi Linea r (OLS)-C ross Section. M o d u l . Depok: Laboratorium Komputasi Dep artemen Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia Taniguchi, Kiyoshi da n Alika Tuwo. 2014. New Evidence On The Gende r Wage G ap in Indonesia. A DB Ec o no m ics Wo rking Pa p e r Se ries . Ma nila: Asian Development Bank. Todaro, Michael P. da n Stephen C . Smith. 2006. P e m b a n g u n a n E k o n o m i . J ilid 1 Edisi Kesemb ilan. Terjema han oleh Haris Muna ndar. 2006. Erlangga: J akarta. Trisnawa ti, Rina. 2011. M o d e l Diskrimina si Up a h Profe si Aud itor di Ind o ne sia . Seminar Nasional Ilmu Ekonomi Terapan, Fakultas Ekonomi UNIMUS. Online. (http://do wnload.portalgaruda.org/ article.php?article=4526&val=426, diakses 10 Mei 2015). Waluyo, Eko Dwi. 2001. Te o ri Ekon om i Ma kro . Ma lang: Universitas Muhammad iyah M alang. Widodo, Slamet. 2009. Analisis Peran Perempuan dalam Usaha Tani Tembakau. Jurnal EM BRYO 6 (2) , 148-153.
Program Studi Ekonomi Pembangunan Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya
15