Proyek Mal Puri Village (bangunan podium (bangunan podium)) yang merupakan bagian dari The St. Moritz memiliki luas area yang sangat besar. Bangunan megastruktur ini juga membutuhkan ruang-ruang yang secara struktural memiliki bentangan lebar. Karena kebutuhan akan estetika arsitektural pada interior mal, maka keberadaan kolom tertentu di tengah – tengah ruangan berbentang lebar perlu ditiadakan. Untuk itulah beton prategang dijadikan satu solusi dalam mengatasi ruangan dengan bentang lebar tersebut, di samping efisiensi penggunaan material beton. Dengan mengaplikasikan beton prategang maka keberadaan kolom – kolom untuk menunjang balok bentang lebar dapat ditiadakan dan penampang balok dapat bekerja lebih efektif terhadap gaya-gaya luar. Pada proyek Mal The St. Moritz Moritz ini, balok yang ditinjau adalah balok struktur di lantai UG (Upper Ground) dengan kode PC6-UG-P2 dengan lokasi seperti terlihat pada gambar 4.1.
60
Gambar 4.1 Lokasi Balok Prategang yang Ditinjau
Dengan bentang selebar 24 m (3 kali lebar modul), maka direncanakan sebuah balok dengan dimensi lebar 80 cm dan tinggi 120 cm. Berikut adalah gambar penampang dari balok yang dimaksud.
Gambar 4.2 Penampang Balok PC6-UG-P2
61
Beton merupakan material yang tahan terhadap tekanan, namun tidak tahan terhadap tarikan. Sedangkan baja merupakan material yang sangat tahan terhadap tarikan. Dengan mengkombinasikan keduanya, beton dan baja ini akan menjadi material yang tahan terhadap tekanan dan tarikan dan disebut beton bertulang (reinforced concrete). Hal ini yang menyebabkan beton pada beton bertulang hanya menerima tegangan tekan, sedangkan tegangan tarik diterima oleh baja. Akibatnya penampang beton tidak digunakan secara efektif 100%, karena ada bagian yang mengalami tegangan tarik.
Gambar 4.3 Sketsa Penampang Beton Bertulang Pada Gambar 4.3 terlihat sebuah penampang beton bertulang dimana penampang beton yang diperhitungkan untuk memikul tegangan tekan adalah bagian di atas garis netral yaitu bagian yang diarsir, sedangkan bagian di bawahnya adalah bagian tarik yang tidak dapat diperhitungkan karena beton tidak tahan terhadap tegangan tarik. Kondisi ini semakin tidak efektif dimana beton memiliki berat jenis yang 3
sangat besar yaitu sekitar 2.400 kg/m , sehingga bagian yang tidak memikul
62 tegangan tekan juga memiliki berat yang sangat besar dan cukup membebani struktur. Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya tekanan pada beton sebelum beban-beban bekerja sehingga penampang beton dalam kondisi tertekan seluruhnya. Inilah yang mendasari konsep beton prategang atau prestressed concrete. Berikut adalah beberapa keuntungan beton prategang dibandingkan beton bertulang biasa : a.
Resiko terjadinya lendutan akan sangat minimum karena adanya gaya pratekan sebelum gaya-gaya dan beban bekerja yang melawan arah lendutan.
b.
Penampang struktur lebih kecil karena luas seluruh penampang digunakan secara efektif.
c.
Volume beton dan jumlah baja tulangan akan lebih sedikit sehingga lebih ekonomis.
d.
Secara berat akan lebih ringan karena volumenya lebih sedikit dibandingkan beton bertulang biasa sehingga dapat dipergunakan untuk bentangan-bentangan yang lebar (secara otomatis menghemat kolom dan menambah nilai estetika bangunan).
Untuk menjelaskan mengenai beton prategang, ada 3 konsep yang dipergunakan antara lain : a)
Sistem pratekan/prategang untuk mengubah beton yang getas menjadi bahan yang elastis.
63 Eugene Freyssiinett menggambarkan bahwa dengan memberikan tekanan terlebih dahulu (pratekan) pada beton yang pada dasarnya getas akan membuatnya menjadi bahan yang elastis. Dengan memberikan tekanan (menarik baja mutu tinggi), beton yang bersifat getas dan kuat memikul tekanan dapat memikul tegangan tarik akibat beban eksternal dengan adanya tekanan internal ini.
Gambar 4.4 Skema Konsep Beton Elastis Pada gambar 4.4 terlihat bahwa akibat diberi gaya tekan (gaya prategang) F yang bekerja pada pusat berat penampang beton akan memberikan tegangan tekan yang merata di seluruh penampang beton sebesar F/A, dimana A adalah luas penampang beton tsb. Akibat beban merata (termasuk berat sendiri beton) akan memberikan tegangan tarik di bawah garis netral dan tegangan tekan di atas garis netral yang besarnya pada serat terluar penampang adalah : Tegangan lentur :
64 dimana :
M : momen lentur pada penampang yang ditinjau c : jarak garis netral ke serat terluar penampang I : momen inersia penampang.
Jika kedua tegangan akibat gaya prategang dan tegangan akibat momen lentur ini dijumlahkan, maka tegangan maksimum pada serat terluar penampang adalah :
Di atas garis netral
Di bawah garis netral
b)
Sistem Prategang untuk Kombinasi Baja Mutu Tinggi dengan Beton Mutu Tinggi.
Konsep ini hampir sama dengan konsep beton bertulang biasa, yaitu beton prategang merupakan kombinasi kerja sama antara baja prategang dan beton, dimana beton menahan beban tekan dan baja prategang menahan beban tarik.
Gambar 4.5 Skema Kombinasi Baja dan Beton
65 Pada beton prategang, baja prategang ditarik dengan gaya prategang T yang mana membentuk suatu kopel momen dengan gaya tekan pada beton C untuk melawan momen akibat beban luar. Sedangkan pada beton bertulang biasa, besi penulangan menahan gaya tarik T akibat beban luar, yang juga membentuk kopel momen dengan gaya tekan pada beton C untuk melawan momen luar akibat beban luar. c)
Sistem Prategang untuk Mencapai Keseimbangan Beban (Load Balancing)
Konsep ini menggunakan gaya prategang sebagai suatu usaha untuk membuat keseimbangan gaya-gaya pada suatu balok. Saat mendesain struktur beton prategang, pengaruh dari gaya prategang dianggap sebagai keseimbangan berat sendiri, sehingga batang yang mengalami lendutan seperti plat, balok dan gelagar tidak akan mengalami tegangan lentur pada kondisi pembebanan yang terjadi.
Gambar 4.6 Skema Keseimbangan Beban dengan Prategang
66 Pada gambar 4.6 terlihat bahwa suatu balok beton di atas dua perletakan ( simple beam) yang diberi gaya prategang F melalui suatu kabel prategang dengan lintasan parabola. Beban akibat gaya prategang yang terdistribusi secara merata ke arah atas dinyatakan :
Dimana :
wb : beban merata ke arah atas, akibat gaya prategang F h : tinggi parabola lintasan kabel prategang. L : bentangan balok. F : gaya prategang.
Jadi beban merata akibat beban (mengarah ke bawah) diimbangi oleh gaya merata akibat prategang wb yang mengarah ke atas.
Dalam pengaplikasiannya, ada 2 metode yang digunakan untuk pemberian gaya prategang pada beton, yaitu : a)
Pratarik (Pre-Tension Method)
Pada metode ini, baja prategang diberi gaya prategang dulu sebelum beton dicor, oleh karena itu disebut pratarik/ pretension method .
67
Gambar 4.7 Metode Prategang Pratarik b)
Pasca Tarik ( Post Tension Method)
Pada methode ini, beton dicor lebih dahulu, namun sebelumnya telah disiapkan saluran (selongsong) kabel atau tendon yang disebut duct .
Gambar 4.8 Metode Prategang Pasca Tarik
68 Perhitungan tegangan pada beton prategang harus memperhitungkan hal-hal berikut : a.
Kondisi pada saat transfer gaya prategang awal dengan beban terbatas (dead load dan beban konstruksi).
b.
Kehilangan gaya prategang. Untuk perhitungan awal kehilangan gaya prategang ini biasanya ditentukan 25 % untuk sistem pratarik ( pre-tension) dan 20 % untuk sistem pascatarik ( post-tension).
c.
Pada kondisi servis dengan gaya prategang efektif (sudah diperhitungkan kehilangan gaya prategangnya) dan beban maksimum (beban mati, beban hidup dan pengaruh-pengaruh lain).
d.
Perlu diperhitungkan pengaruh-pengaruh lain yang mempengaruhi struktur beton prategang seperti adanya pengaruh sekunder pada struktur statis tak tentu, pengaruh P delta pada gedung bertingkat tinggi, serta perilaku struktur dari awal sampai waktu yang ditentukan.
Tegangan izin beton untuk struktur lentur sesuai SNI 03 – 2874 – 2002 yaitu : a.
Tegangan sesaat setelah penyaluran gaya prategang dan sebelum terjadinya kehilangan gaya prategang sebagai fungsi waktu, tidak boleh melampaui :
Tegangan tekan serat terluar
: 0,60 ’ ci
Tegangan tarik serat terluar ( kecuali item 1 dan 3 )
: 0,25 √
Tegangan tarik serat terluar diujung struktur diatas tumpuan : 0,50 √
Apabila tegangan melampaui nilai-nilai tersebut diatas, maka harus dipasang tulangan tambahan (non prategang atau prategang) untuk memikul gaya tarik total beton yang dihitung berdasarkan asumsi penampang penuh sebelum retak.
69 b.
Tegangan pada saat kondisi beban layan ( sesudah memperhitungkan semua kehilangan gaya prategang yang mungkin terjadi ), tidak boleh melampaui :
Tegangan tekan serat terluar akibat gaya prategang, beban mati dan beban hidup tetap
Tegangan tekan serat terluar akibat gaya prategang, beban mati dan beban hidup total
: 0,45 ’ c
: 0,60 ’ c
Tegangan tarik serat terluar dalam daerah tarik yang pada awalnya mengalami tekanan
: 0,50 √
Data – data yang perlu diketahui sebelum menganalisis tegangan beton prategang adalah sebagai berikut: a. Dimensi dari balok prategang yang akan ditinjau b. Gaya pratekan melalui tendon yang diaplikasikan kepada beton c. Cross section area atau luas penampang dari beton prategang yang ditinjau d. Momen inersia penampang balok prategang e. Momen yang bekerja pada beton (akibat berat sendiri, beban mati, dan beban hidup) f. Ekstentrisitas yaitu jarak lengkungan terendah tendon terhadap center gravity of concrete (c.g.c.) balok
Pada studi kasus ini, balok yang akan dianalisis adalah balok PC6-UG-P2 (gambar detail terlampir) yang terletak di lantai Upper Ground pada gedung Mal
70 The St. Moritz, Jakarta. Secara khusus balok ini dinotasikan sebagai B7118 (ETABS ID) oleh konsultan struktur. Data – data balok prategang B7118 adalah sebagai berikut:
Dimensi balok prategang A
Gambar 4.9 Penampang Memanjang Balok B7118
Gambar 4.10 Penampang Melintang Titik A Balok B7118
Berdasarkan Peraturan Beton Indonesia 1971, kuat tekan beton mutu tinggi pada umur 14 hari adalah 0,9 ’ c. Maka : ’ ci = 0,9 x 35 MPa = 31,5 MPa
Gaya pratekan (P) = 600.000 kg = 6000 kN = 6.000.000 N
71
Gambar 4.11 Sketsa Gaya yang Bekerja pada Balok Saat Transfer
Momen inersia penampang balok prategang
Di ujung bentang (Titik M43 dan M46)
Gambar 4.12 Penampang Melintang di Titik M43 dan M46 Saat Transfer
72 Tabel 4.1 Perhitungan Titik Berat Penampang di Ujung Bentang
Dimensi
No
Area
Titik Berat (yi)
A.yi
Titik Berat (
800x1200 5-19 5-10 5-10 5-19
1 2 3 4 5
960000,000 13860,615 7296,228 7296,228 13860,615 1002313,685
600,000 863,000 443,000 443,000 863,000
576000000,000 11961710,585 3232228,844 3232228,844 11961710,585 606387878,857
604,988
Σ
Luas area balok total Titik berat tendon =
2
= 917686,315 mm ()
mm
Tabel 4.2 Perhitungan Momen Inersia Penampang di Ujung Bentang
δyi yi -
Ai.δyi
800x1200
-4,988
23886154,145
115200000000,000
5-19 5-10 5-10 5-19
258,012 -161,988 -161,988 258,012
922702883,348 191454131,563 191454131,563 922702883,348 2252200183,967
1488451526,323 412445218,274 412445218,274 1488451526,323 119001793489,193
Σ
2
Ixi
Momen inersia di ujung bentang setelah transfer : 4
I = 2252200183,967 + 119001793489,193 = 121253993673,160 mm
73
Di tengah bentang (Titik A)
Gambar 4.13 Penampang Melintang di Titik A Saat Transfer Tabel 4.3 Perhitungan Titik Berat Penampang di Tengah Bentang Dimensi
No
AREA
Titik Berat (yi)
A.yi
800x1200
1
960000,000
600,000
576000000,000
5-19
2
13860,615
120,000
1663273,778
5-10
3
7296,228
120,000
875547,317
5-10
4
7296,228
120,000
875547,317
5-19
5
13860,615
120,000
1663273,778
Σ
1002313,685
Titik Berat (
579,736
581077642,189 2
Luas area balok total = 917686,315 mm Titik berat tendon
=
()
mm
Tabel 4.4 Perhitungan Momen Inersia Penampang di Tengah Bentang Dimensi
δyi yi -
Ai.δyi
800x1200
20,264
394192251,510
115200000000,000
5-19 5-10
-459,736 -459,736
2929544609,449 1542112282,414
1488451526,323 412445218,274
5-10 5-19
-459,736 -459,736
1542112282,414 2929544609,449 9337506035,235
412445218,274 1488451526,323 119001793489,193
Σ
2
Ixi
74 Momen inersia di tengah bentang setelah transfer : 4
I = 9337506035,235 + 119001793489,193 = 128339299524,428 mm
ya dan yb
Di ujung bentang (Titik M43 dan M46) ya = 1200 - 604,988 = 595,012 mm y b = 604,988 mm
Di tengah bentang (Titik A) ya = 1200 - 579,736 = 620,264 mm y b = 579,736 mm
Eksentrisitas
Di ujung bentang (Titik M43 dan M46) e = 718,157 - 604,988 = 113,169 mm
Di tengah bentang (Titik A) e = 579,736 – 120 = 459,736 mm
Tegangan ijin beton pada kondisi transfer:
√ √
MPa (tarik)
maka, f tt = 1,403 MPa (tekan) maka, f ct = 18,9 MPa
75
Momen akibat beban sendiri :
Penampang kiri
Penampang tengah = 146240.324 kg-m = 1462403240 N-mm
Penampang kanan = 225161.833 kg-m = 2251618330 N-mm
= 266819.676 kg-m = 2268196760 N-mm
Tegangan di serat atas f atas = f 1a + f 2a
-
Tegangan di serat bawah f bawah = f 1b + f 2b
Dimana
:
P = Gaya prategang yang diberikan A = Luas penampang beton e = Eksentrisitas tendon terhadap garis normal I = Momen inersia penampang M sw = Momen yang bekerja pada beton (berat sendiri) ya , yb = Jarak serat terluar atas dan bawah ke titik berat
Penampang kiri (Titik M43)
Serat atas (tarik)
-
-
= -6,538 - 3,332 + 11,130 = 1,260 MPa
f tt =
1,403 MPa
Maka : 1,260 MPa ≤ 1,403 MPa AMAN
76 Serat bawah (tekan)
-
-
= -6,538 + 3,388 - 11,130 f ct =
= - 14,467 MPa
-18,900 MPa
Maka : -14,467 MPa -18,900 MPa AMAN
Gambar 4.14 Diagram tegangan penampang kiri (Titik M43) Penampang tengah (Titik A)
Serat atas (tarik)
-
-
= -6,538 + 14,331 - 7,068 = 0,725 MPa
f tt =
1,403 MPa
Maka : 0,725 MPa ≤ AMAN Serat bawah (tekan)
-
-
= -6,538 - 12,460 + 6,606 = -12,392 MPa
f ct =
-18,9 Mpa
77 Maka : -12,392 MPa ≥ -18,9 MPa AMAN
Gambar 4.15 Diagram tegangan penampang tengah (Titik A) Penampang kanan (Titik M46)
Serat atas (tarik)
-
-
= -6,538 - 3,332 + 11,317 = 1,179 MPa
f tt =
1,403 MPa
Maka : 1,179 MPa ≤ 1,403 MPa AMAN Serat bawah (tekan)
-
-
= -6,538 + 3,388 - 11,234 = - 14,384 MPa
f ct =
-18,900 MPa
Maka : -14,384 MPa -18,900 MPa AMAN
78
Gambar 4.16 Diagram tegangan penampang kanan (Titik M46)
Gambar 4.17 Sketsa Gaya yang Bekerja pada Balok Saat Kondisi Layan Pada kondisi layan, artinya balok sudah menerima beban luar, maka akan ada kehilangan gaya pratekan. Diasumsikan telah terjadi kehilangan gaya pratekan sebesar 25%, sehingga: Tegangan di serat atas f atas = f 1a + f 2a
79 Tegangan di serat bawah f bawah = f 1b + f 2b Dimana :
M g
= Momen akibat beban mati
M q
= Momen akibat beban hidup
M sw
= Momen akibat beban sendiri
- 1 – 0,25 = 0,75 Momen akibat beban mati (Mg) : Penampang kiri
= 37996,954 kg-m
= 379969540 N-mm
Penampang tengah
= 25179,667 kg-m
= 251796670 N-mm
Penampang kanan
= 38225,596 kg-m
= 382255960 N-mm
Momen akibat beban hidup (Mq) : Penampang kiri
= 115791,377 kg-m
= 1157913770 N-mm
Penampang tengah
= 76580,123 kg-m
= 765801230 N-mm
Penampang kanan
= 116850,223 kg-m
= 1168502230 N-mm
Tegangan ijin beton pada kondisi layan:
maka, f cs = -17,5 MPa (tekan) MPa maka, f ts = 15,75 Mpa (tarik)
80
Momen inersia penampang balok prategang
Di ujung bentang (Titik M43 dan M46)
Gambar 4.18 Penampang Melintang di Titik M43 dan M46 Kondisi Layan
Tabel 4.5 Perhitungan Titik Berat Penampang di Ujung Bentang
Dimensi
No
Area
Titik Berat (yi)
A.yi
Titik Berat (
800x1187 5-19 5-10 5-10 5-19 2880x130
1 2 3 4 5 6
949600,000 13860,615 7296,228 7296,228 13860,615 374400,000 1366313,685
593,500 863,000 443,000 443,000 863,000 1135,000
563587600,000 11961710,585 3232228,844 3232228,844 11961710,585 424944000,000 1018919478,857
745,743
Σ
Luas area balok total Titik berat tendon =
2
= 1281686,315 mm ()
mm
81 Tabel 4.6 Perhitungan Momen Inersia Penampang di Ujung Bentang
δyi yi -
Dimensi 800x1187 5-19 5-10 5-10 5-19 2880x130
-152,243 117,257 -302,743 -302,743 117,257 389,257
Σ
2
Ai.δyi 22009892949,205 190570964,086 668725496,598 668725496,598 190570964,086 56729336239,199 80457822109,772
Ixi 111496413533,333 1488451526,323 412445218,274 412445218,274 1488451526,323 527280000,000 115825487022,527
Momen inersia di ujung bentang setelah kondisi l ayan : 4
I = 80457822109,772 + 115825487022,527 = 196283309132,299 mm
Di tengah bentang (Titik A)
Gambar 4.19 Penampang Melintang di Titik A Kondisi Layan Tabel 4.7 Perhitungan Titik Berat di Tengah Bentang
Dimensi
No
Area
Titik Berat (yi)
A.yi
800x1187 5-19 5-10 5-10
1 2 3 4
949600,000 13860,615 7296,228 7296,228
593,500 120,000 120,000 120,000
563587600,000 1663273,778 875547,317 875547,317
5-19 2880x130
5 6
13860,615 374400,000 1366313,685
120,000 1135,000
1663273,778 424944000,000 993609242,189
Σ
Titik Berat (
727,219
82 2
Luas area balok total = 1281686,315 mm Titik berat tendon
=
()
mm
Tabel 4.8 Perhitungan Momen Inersia Penampang di Tengah Bentang 2
δyi = yi -
Dimensi 800x1187 5-19 5-10 5-10 5-19 2880x130
-133,719 -607,219 -607,219 -607,219 -607,219 407,781
Σ
Ai.δyi 16979574633,571
Ixi 111496413533,333
5110615036,046 2690227754,975 2690227754,975 5110615036,046 62257239357,021 94838499572,634
1488451526,323 412445218,274 412445218,274 1488451526,323 527280000,000 115825487022,527
Momen inersia di tengah bentang setelah kondisi layan : 4
I = 94838499572,634 + 115825487022,527 = 210663986595,161 mm
Eksentrisitas
Di ujung bentang (Titik M43 dan M46) e = 745,743- 718,157 = 27,586 mm
Di tengah bentang (Titik A) e = 727,219 – 120 = 607,219 mm
Penampang Kiri (Titik M43)
Serat atas (tarik)
-
-
= -3,511 – 0,287 + 5,249 + 0,879 + 2,680 = 5,010 MPa
f ts
= 15,75 MPa
Maka : 5,010 MPa ≤ 15,75 MPa AMAN
83 Serat bawah (tekan)
-
-
-
= -3,511 + 0,287 - 5,249 - 0,879 - 2,680 = -17,500 MPa
f cs
= -17,5 MPa
Maka : -17,500 MPa -17,5 MPa AMAN
Gambar 4.20 Diagram tegangan penampang kiri (Titik M43) Penampang tengah (Titik A)
Serat atas (tekan)
-
-
-
-
= -3,511 + 6,132- 3,282 - 0,565 – 1,719 = -2,944 MPa
f cs
= -17,5 MPa
Maka : -2,944 MPa -17,5 MPa AMAN Serat bawah (tekan)
-
-
-
84
= -3,511 - 9,433 + 5,048 + 0,869 + 2,644 = -4,383 MPa
f cs
= -17,5 MPa
Maka : -4,383 MPa -17,5 MPa AMAN
Gambar 4.21 Diagram tegangan penampang tengah (Titik A) Penampang kanan (Titik M46)
Serat atas (tarik)
-
-
= -3,511 – 0,287 + 5,211 + 0,885 + 2,704 = 5,002 MPa
f ts
= 15,75 MPa
Maka : 5,002 MPa ≤ 15,75 MPa AMAN Serat bawah (tekan)
-
-
-
-
85 = -3,511 + 0,472 – 8,555 – 1,452 – 4,440 = -17,486 MPa
f cs
= 17,5 MPa
Maka : -17,486 MPa -17,5 MPa AMAN
Gambar 4.22 Diagram tegangan penampang kanan (Titik M46)
Berdasarkan hasil perhitungan tegangan pada balok B7118, didapat hasil sebagai berikut : Saat transfer gaya pratekan : a) Pada penampang kiri (Titik M43), tegangan di serat atasnya adalah 1,260 MPa (tegangan izin = 1,403 MPa) dan tegangan di serat bawahnya adalah – 14,467 (tegangan izin = -18,9 MPa). b) Pada penampang tengah (Titik A), tegangan di serat atasnya adalah 0,725 MPa (tegangan izin = 1,403 MPa) dan tegangan di serat bawahnya adalah 12,392 MPa (tegangan izin = -18,9 MPa). c) Pada penampang kanan (Titik M46), tegangan di serat atasnya adalah 1,179 MPa (tegangan izin = 1,403 MPa) dan tegangan di serat bawahnya adalah 14,384 MPa (tegangan izin = -18,9 MPa). Saat kondisi beban layan :
86 a) Pada penampang kiri (Titik M43), tegangan di serat atasnya adalah 5,010 MPa (tegangan izin = 15,75 MPa) dan tegangan di serat bawahnya adalah 17,500 Mpa (tegangan izin = -17,5 MPa). b) Pada penampang tengah (Titik A), tegangan di serat atasnya adalah -2,944 MPa (tegangan izin = 15,75 MPa) dan tegangan di serat bawahnya adalah 4,383 MPa (tegangan izin = -17,5 MPa). c) Pada penampang kanan (Titik M46), tegangan di serat atasnya adalah 5,002 MPa (tegangan izin = 15,75 MPa) dan tegangan di serat bawahnya adalah 17,486 MPa (tegangan izin = -17,5 MPa). Mengacu kepada hasil perhitungan tegangan di 3 penampang balok, maka : a) Sesaat setelah transfer gaya pratekan, pada penampang kiri (Titik M43), penampang tengah (Titik A), maupun penampang kanan (Titik M46), tegangan serat atas dan serat bawahnya masih memenuhi tegangan izin beton. b) Setelah dalam kondisi layan (ada momen akibat beban luar), pada penampang kiri (Titik M43), penampang tengah (Titik A), maupun penampang kanan (Titik M46), tegangan serat atas dan serat bawahnya masih memenuhi tegangan izin beton.