panjang gelombang
asorbansi
Kurva sebelum regresi
Konsentrasi (ppm)
Absorbansi
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Besi adalah logam yang beraneka ragam penggunaannya serta melimpah keberadaannya. Besi yang dapat dikonsumsi oleh manusia berada dalam bentuk ionnya yaitu Fe2+ dan Fe3+. Dalam tubuh, besi esensial memproduksi hemoglobin yang berfungsi dalam mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan tubuh, mengangkut elektron dalam sel dan mensistesis enzim yang mengandung besi yang dibutuhkan untuk menggunakan O2 selama memproduksi energi seluler. Pada tubuh manusia yang memiliki berat sekitar 70 kg hanya terkandung besi sebanyak 3,5 g, 70% diantaranya dalam bentuk hemoglobin. Namun apabila jumlah kadar besi yang dikonsumsi terlalu berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati, diabetes dan penyumbatan pembuluh jantung (Shyla B,dkk.,2012).
Besi merupakan salah satu sumber mineral yang terdapat dalam air minum. Fe logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam kadar tertentu sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, namun dalam kadar yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Dalam air minum, kadar besi dan mangan yang diperbolehkan yakni masing- masing 0,3 mg/L dan 0,4 mg/L.
Terkait dengan pemikiran inilah, maka dilakukan percobaan penentuan kadar besi (Fe) secara spektrofotometri sinar tampak.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu berapa kadar besi dalam darah?
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan yaitu menentukan kadar besi secara spektrofotometri sinar tampak.
Manfaat Percobaan
Untuk mengetahui kadar besi dalam darah dengan menggunakan spektrofotometri sinar tampak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Besi
Besi merupakan logam dengan kelimpahan terbanyak kedua setelah aluminium pada kulit bumi dan ditemukan dalam bentuk divalen dan trivalen dimana dalam bentuk divalent berperan sebagai mikronutrisi esensial. Penentuan besi dapat menggunakan berbagai metode, seperti spektrofotometri serapan atom, metode flow injection, dan fluorometri, namun yang banyak digunakan pada penentuan besi adalah spektrofotometri UV-tampak karena akurasi yang baik, cepat, dan mudah (Shyla B,dkk.,2012).
Besi merupakan salah satu logam transisi bernomor massa 26. Dilihat dari nomor massanya dapat diketahui bahwa besi memiliki elektron yang tidak berpasangan dalam bentuk ionnya. Sedangkan o-Phen memiliki pasangan elektron bebas (PEB) yang terdapat pada N sebanyak dua. Berdasarkan definisi dari Rivai tahun 1995, proses pembentukan senyawa kompleks koordinasi adalah perindahan satu atau lebih pasangan elektron dari ligan ke ion logam. Jadi ligan bertindak sebagai pemberi elektron (basa Lewis) dan ion logam sebagai penerima elektron (asam Lewis) dimana pada penelitian ini ligan yang digunakan adalah o-Phen, dan logam yang digunakan adalah besi (Rahayu, 2013).
Keberadaan besi pada kerak bumi berada pada urutan keempat terbesar. Besi ditemukan dalam bentuk kation Ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+) (Rahmayani, 2009). Besi Fe2+ maupun Fe3+ merupakan suatu logam transisi. Ion logam transisi berada dalam suatu keadaan oksidasi positif, dalam keadaan tersebut yang ditinjau adalah orbital d. Orbital d yang ada pada logam transisi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pada keadaan t2g dan eg. Kondisi penempatan elektron pada masing-masing orbital menyebabkan adanya konfigurasi low-spin dan high-spin (Rhicard, 1994).
2.2 Darah
Di dalam sel darah merah terdapat pigmen berwarna merah yang disebut dengan hemoglobin. Sebagian besar kandungan dari hemoglobin adalah unsur besi. Adanya unsur besi ini dapat berfungsi untuk mengatur sistem metabolisme dalam tubuh manusia (Trianjaya, 2009).
Dalam tubuh manusia terdapat 60 sampai 80 persen besi dalam hemoglobin. Hemoglobin merupakan senyawa protein heme yang mengandung Fe2+. Hemoglobin berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh yang lain. Pada hemoglobin tersebut besi berperan sebagai pusat pengikat oksigen. Meskipun protein heme tidak mampu mengikat oksigen, Fe2+ mempunyai kecenderungan cukup besar untuk mengikat oksigen sehingga pengangkutan oksigen dalam tubuh dapat berjalan (Rahmayani, 2009).
Fungsi utama dari sel darah merah (eritrosit) adalah mentransfer hemoglobin. Eritrosit normal berbentuk bulat atau agak oval dengan diameter 7 – 8 mikron (normosit). Dilihat dari samping, eritrosit nampak seperti cakram atau bikonkaf dengan sentral akromia kira-kira - ½ diameter sel. Dalam mengevaluasi morfologi sel darah merah pada sediaan apus, ada 4 hal yang harus diperlihatkan : 1. bentuknya (shape), 2. ukurannya (size), 3. warnanya (staining), dan 4. struktur intraselluler (structure) (Patologi klinik, 2006).
Pada molekul hemoglobin, oksigen dapat berikatan dengan zat besi pada kondisi tekanan parsial yang tinggi. Agar dapat berikatan dengan zat besi yang terkonjugasi dengan hemoglobin, oksigen memberikan lone pair-nya pada ion Fe2+ yang berada dalam keadaan low spin (Winter, 1994).
2.3 Spektrofotometri Sinar Tampak
Dalam analisis kimia dikenal berbagai macam cara untuk mengetahui data kualitatif dan kuantitatif baik yaang menggunakan suatu peralatan optik (instrumen) ataupun dengan cara basah. Alat isntrumen biasanya dipergunakan untuk menentukan suatu zat berkadar rendah, biasanya dalam satuan ppm (part per million) atau ppb (part per billion) (Triyati, 1985).
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum pada panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi (Trianjaya, 2009).
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Pada spektrofotometer sinar tampak, sumber cahaya biasanya menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram. Wolfram digunakan sebagai lampu pada spektrofotometri tidak terlepas dari sifatnya yang memiliki titik didih yang sangat tinggi yakni 5930 °C. Lampu ini mirip dengan
bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l ) adalah 350 – 2200 nanometer (nm) (Jaya Hardi, 2015 ).
Menurut Khopkar (2003), komponen-komponen terpenting dari spektrofotometer yaitu :
Sumber Spektrum
Sinar yang biasa digunakan pada spektroskopi absorbsi adalah lampu wolfram. Lampu hidrogen atau deuterium digunakan sebagai sumber spektrum pada daerah UV. Untuk mendapatkan tegangan yang stabil dapat digunakan transformator.
Monokromator
Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat berupa prisma atau grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian dapat digunakan celah.
Sel Absorbsi
Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat digunakan.
Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang.
Gambar Instrumentasi alat Spektofotometri Visible
Sumber : Jaya Hardi, 2015
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan pada tanggal 07 Desember 2015 di Laboratorium Kimia Analitik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Tadulako.
Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain spektofotometer 20, kuvet, gelas kimia 100 mL, gelas ukur 100 mL dan 10 mL, labu ukur (100 mL, 50 mL, dan 25 mL) dan 50 mL, pipet tetes, botol semprot, rak tabung, kuvet, sendok zat, batang pengaduk, lemari asam, neraca analitik, dan botol bekas.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain feri ammonium sulfat, akuades, HCl pekat, serbuk besi, kalium tiosianat, larutan HCl 4 N, dan KSCNS 2 M, darah, larutan standar besi 100 ppm, dan tissu.S
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan Larutan Standar
Feri ammonium sulfat sebanyak 0,216 g dilarutkan dalam air, lalu ditambahkan 2,5 mL larutan HCl pekat dan diencerkan hingga 0,250 mL. Selanjutnya 25 mg serbuk besi dilarutkan dalam 25 mL HNO3 1:3 dan diencerkan hingga 250 mL. selanjutnya 5 g kalium tiosianat dilarutkan dalam 25 mL akuades.
3.3.2 Penentuan panjang gelombang maksimun
Larutan standar besi sebanyak 0,3 mL dimasukkan dalam labu takar 25 mL kemudian ditambahkan 2,5 mL larutan tiosianat (KSCN 2 M) dan 1.5 mL HCl 4 N, lalu ditambahkan akuades hingga tanda batas. Kemudian diukur serapan dari larutan tersebut pada panjang gelombang antara 375-525 nm. Lalu dibuat kurva serapan vs panjang gelombang dan ditentukan panjang gelombang maksimumnya.
3.3.3 Penentuan kurva kalibrasi
Larutan standar besi dimasukkan dalam labu ukur 25 mL masing-masing sebanyak 0 mL; 0,05 mL; 0,1 mL; 0,15 mL; dan 0,2 mL. Kemudian dalam masing-masing labu takar dimasukkan 2,5 mL larutan tiosianat dan 1,5 ml HCN 4 N, lalu ditambahkan aquadest sampai tanda batas. Kemudian diukur serapan dari semua larutan pada panjang gelombang maksimum dan dibuat kurva kalibrasinya.
3.3.4 Penentuan kadar besi dalam larutan
Larutan cuplikan dimasukkan dalam labu ukur 25 mL masing-masing sebanyak 0.125 mL. Kemudian ditambahkan 2,5 mL larutan tiosianat dan 1,5 mL HCN 4 N, lalu ditambahkan aquades hingga tanda batas. Kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang dan dialurkan serapan tersebut. Kemudian menentukan kadar besi dari cuplikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
4.1.1 Penentuan panjang gelombang maksimun
λ (nm)
A
400
-0,008
420
0,002
440
-0,018
460
0,038
480
0,050
500
0,043
520
0,040
λ maks = 480 nm
4.1.2 Penentuan kurva kalibrasi.
Fe ( mL)
A
0
0,030
0,05
0,050
0,1
0,046
0,15
0,049
0,2
0,049
4.1.2 penentuan kadar besi dalam larutan
Fe ( sampel darah )
A
λ 480
0,030
Pembahasan
Besi adalah metal berwarna putih keperakan, liat, dan dapat dibentuk. Besi merupakan elemen kimiawi yang dapat dipenuhi hampir di semua tempat di muka bumi, pada semua bagian lapisan geologis dan semua badan air. Tubuh manusia hanya mengandung besi sebanyak 4 gram. Adanya unsur besi di dalam tubuh berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan unsur tersebut dalam mengatur metabolisme tubuh. Dalam tubuh, sebagian besar unsur besi terdapat dalam hemoglobin, pigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah.
Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan kadar besi dalam dalam secara spektrofotometer sinar tampak. Sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan panjang gelombang 400-800 nm. Spektrofotometer sinar tampak yang digunakan pada percobaan ini yaitu spektronik 20.
Perlakuan pertama adalah menentukan panjang gelombang maksimum dari besi. Sebanyak 0,15 ml larutan standar besi 100 ppm ditambahkan dengan 2,5 ml larutan tiosianat dan 1,5 ml HCl 4 N dalam labu ukur 25 ml. Kemudian mengukur serapan dari larutan tersebut pada panjang gelombang antara 400 – 520 nm, pada tiap kenaikan 20 nm. Kemudian menentukan panjang gelombang maksimum. Menurut Day dan Underwood (1994), bahwa Panjang gelombang maksimum pada besi adalah 580-590 nm. Namun hasil yang diperoleh panjang gelombang maksimum yaitu pada 440 nm sehingga diperoleh nilai serapan sebesar 0,050.
Perlakuan kedua adalah penentuan kurva kalibrasi. Tujuannya adalah untuk membuat kurva kalibrasi yang nantinya akan digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sampel air. Kurva kalibrasi yaitu plot kedalam grafik hubungan antara konsentrasi dan transmitansi. Pertama-tama memasukkan dalam 5 labu 25 ml dengan larutan standar besi 100 ppm masing-masing 0 ml, 0,05 ml, 0,1 ml, 0,15 ml dan 0,2 ml. kemudian menambahkan pada masing-masing labu ukur larutan tiosianat 2,5 ml dan 1,5 ml larutan HCl 4 N sambil menambahkan aquades sampai tanda batas. Dalam keadaan dasar, larutan besi tidak berwarna sehingga perlu menambahkan larutan tiosianat agar membentuk kompleks larutan berwarna dan menambahkan HCl 4 N agar larutan bersifat asam. Selanjutnya mengukur serapan masing-masing larutan menggunakan spektronik 20 pada panjang gelombang maksimum yakni 480 nm. Metode yang digunakan adalah metode tiosianat. Di mana Besi bervalensi dua maupun besi bervalensi tiga dapat membentuk kompleks berwarna dengan suatu reagen pembentuk kompleks dimana intensitas warna yang terbentuk dapat diukur dengan spektrofotometri sinar tampak. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa nilai serapan tidak berbanding lurus dengan jumlah Fe (besi) dalam larutan. Hal ini tidak sesuai literatur. Di mana menurut Kartasasmita (2008), semakin banyak jumlah Fe (besi) dalam larutan, maka nilai serapan akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan semakin banyak elektron valensi yang menyerap cahaya sehingga meningkatkan nilai absorbansinya. Karena reaksi antara Fe (besi) dengan larutan tiosianat akan membentuk kompleks berwana.
Perlakuan ketiga adalah penentuan kadar besi dalam larutan. Dengan cara mengambil sampel darah manusia sebanyak 0,125 ml atau sebanyak 3 tetes. Kemudian memasukkan sampel darah kedalam labu ukur 25 ml dan menambahkan dengan 2,5 ml larutan tiosianat dan 1,5 ml larutan HCl 4 N sambil menambahkan aquades sampai tanda batas. Karena warna besi relatif lemah yaitu warna kuning maka dicampurkan dengan larutan tiosianat yang mempunyai warna yang kuat yaitu merah. Proses ini disebut juga pembentukan kompleks. Penggunaan aquadest dikarenakan aquadest merupakan pelarut yang tidak akan ikut bereaksi dengan sampel dan merupakan penyerap cahaya yang baik. Dan penambahan HCl adalah untuk mempermudah proses pembentukan kompleks tiosinat dan besi. Dengan reaksi sebagai berikut :
Fe3+ + SCN- (FeSCN)2+
Proses selanjutnya mengukur serapan pada panjang gelombang maksimum yakni 480 nm. Hasil yang diperoleh nilai serapan adalah 0,050. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa kadar besi dalam darah adalah 1,6216 g/ 100 mL. Menurut Trianjaya dan Zunaidi (2009) Tubuh manusia hanya mengandung besi sebanyak 4 g. Adanya unsur besi di dalam tubuh berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan unsur tersebut dalam mengatur metabolisme tubuh. Dalam tubuh, sebagian besar unsur besi terdapat dalam hemoglobin, pigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah.
Jadi dapat dikatakan hasil percobaan yang dilakukan sangat berbeda jauh dengan literatur yang ada, hal ini disebabkan oleh kurangnya ketepatan, ketelitian, dan kecermatan pada saat praktikum sehingga data yang diperoleh kurang akurat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
Spektrofotometer adalah sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi.
Spektrofotometer sinar tampak terdiri dari : sumber cahaya, monokromator, kuvet/tempat sampel, detector dan amplifier.
Panjang gelombang maksimum larutan standar adalah 460 nm yang nilai absorbansi tertinggi sebesar 0,473 nm.
Diperoleh nilai kadar besi dalam sampel darah 8, 4486 g/ 100 mL.
Pada pembentukan kompleks, larutan Fe berfungsi sebagai atom pusat, larutan tiosianat berfungsi sebagai ligan, larutan asam kuat yang digunakan berupa larutan HCl, dan blanko yang digunakan berupa aquades.
5.2 Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya agar dilakukan lebih teliti agar memperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah Rahmayani. 2009. Analisa Kadar Besi (Fe) Dan Tembaga (Cu) Dalam Air Zamzam Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
Hardy, J. 2015. Bahan Ajar Analisis Instrumen. FMIPA UNTAD. Palu.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. Universitas Indonesia Press.
Patologi Klinik, Laboratorium (2006). Diktat Hematologi 2002. Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin.
Rahayu Dinararum R dan R. Djarot Sugiarso K. S.2013. Studi Gangguan Krom (III) pada Analisa Besi dengan Pengompleks 1, 10-Fenantrolin pada pH 4,5 secara Spektrofotometri UV-tampak. Jurnal Sains dan Seni POMITS. Vol.,2. No.,02.
Rhicard, W, G,. Scott,P.R. 1994. Energy Level in Atoms and Molekuls. Oxford : Oxford University Press.
Shyla B., Bhaskar C. V. and Nagendrappa G. (2012). Iron (III) Oxidized Nucleophilic Coupling of Catechol with o-tolidine/p-toluidine Followed by 1,10-Phenantrolin as New and Sensitivity Improved Spectrophotometric Methods for Iron Present in Chemical, Pharmaceutical, Edible Green Leaves, Nuts, and Lake Water Samples. Spectrochimica Acta Part A: Molecular and Biomolecular Spectroscopy 86, 152–158.
Slamet, J. S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta. Penerbit Andi.
Triyati, Etty. 1985. Spektrofotometri Ultra Violet dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya Dalam Oseanologi.
Winter, J.M. 1994. d-Block Chemistry. Oxford University Press Inc. New York .
Zunaidi Trianjaya. 2009. Penentuan Kadar Besi Pada Soft Water Secara Spektrofotometri Di PT Coca Cola Bottling Indonesia.
LAMPIRAN
Diagram Alir
Penentuan Larutan Standar
1.1.1 Larutan standar besi0,216 gr feri ammonium sulfat
0,216 gr feri ammonium sulfat
+ Air
+ 2,5 ml HCl pekat
Mengencerkan hingga 250 ml
Mengencerkan hingga 250 ml
5 gram kalium tiosianat 1.1.2 Larutan KCNS 2 M
5 gram kalium tiosianat
25 ml akuades
25 ml akuades
0,15 ml larutan standar besiPenentuan Panjang Gelombang Maksimun
0,15 ml larutan standar besi
+ 2,5 ml larutan tiosianat
Spektrofotometri visible+ 1,5ml HCl 4 N
Spektrofotometri visible
penentuan kurva kalibrasi
larutan standar besi
2.5 ml larutan tiosianat dan 3 ml HCL+ 0 ml; 0,05 ml; 0,1ml;1,5 ml; dan 2 ml larutan besi
2.5 ml larutan tiosianat dan 3 ml HCL
ukur serapan dan
dan panjang gelombang
Larutan cuplikan 0.125 mlPenentuan kadar besi dalam larutan
Larutan cuplikan 0.125 ml
+ 2.5 ml larutan tiosianat
Ukur serapan dan panjang gelombang maksimum+ 1,5 ml HCN4 N
Ukur serapan dan panjang gelombang maksimum
Analisa Data
Penetapan kadar besi dalam larutan
Perhitungan konsentrasi larutan standar Fe
Untuk V1 = 0 mL
V1 . M1 = V2 . M2
0 mL .100 ppm = 25 mL . M2
0 ppm . 100 mL = 25 mL . M2
M2 = 0 ppm . 100 mL50 mL
= 0 ppm
Untuk V1 = 0.05 mL
V1 . M1 = V2 .M2
0.05 mL .100 ppm = 25 mL . M2
0.05 ppm .100 mL = 25 mL . M2
M2 = 0.05 ppm . 100 mL25 mL
= 0.2 ppm
Untuk V1 = 0.1 mL
V1 . M1 = V2 .M2
0.1 mL .100 ppm = 25 mL . M2
0.1 ppm . 100 mL = 25 mL . M2
M2 = 0.1 ppm . 100 mL25 mL
= 0.4 ppm
Untuk V1 = 0.15 mL
V1 . M1 = V2 .M2
0.15 mL .100 ppm = 25 mL . M2
0.15ppm . 100 mL = 25 mL . M2
M2 = 0.15ppm . 100 mL25 mL
= 0.6 ppm
Untuk V1 = 0.2 mL
V1 . M1 = V2 .M2
0.2 mL .100 ppm = 25 mL . M2
0.2 ppm . 100 mL = 25 mL . M2
M2 = 0.2 ppm . 100 mL25 mL
= 0.8 ppm
Perhitungan Regresi
x (ppm)
y (A)
xy
X2
0
0,044
0
0
0,2
0,077
0,0154
0,04
0,4
0,064
0,0256
0,16
0,6
0,067
0,0402
0.36
0,8
0,156
0,1248
0,64
x = 2
y = 0,408
xy =0,206
x2 = 1,2
x = xn=25=0,4
y = yn=0,4085=0,0816
b = n xy- x( y)n x2-( x)²
= 5 0,206-2(0,408)5 1,2- (2)²
= 0,107
y = y + b ( xi – x)
y1 = 0,0816+ 0,107 (0 – 0,4) = 0,0388
y2 = 0,0816+ 0,107 (0,2 – 0,4) = 0,0602
y3 = 0,0816+ 0,107 (0,4– 0,4) = 0,0816
y4 = 0,0816+ 0,107 (0,6 – 0,4) = 0,1030
y5 = 0,0816+ 0,107 (0,8 – 0,4) = 0,1244
GRAFIK SEBELUM DAN SESUDAH REGRESI
SEBELUM REGRESI
SESUDAH REGRESI
I
Penentuan Kadar Besi dalam Larutan Sampel Darah
Tg α = k = dydx
k = y3-y2x3-x2
k=......?
k = 0,0816-0,06020,4-0,2
k = 0,107
Dimana :
A= k C
ket: A = Absorbansi Darah
C = Ak
= 0,9040,107
= 8, 4486 g/ 100 mL
Jadi kadar besi dalam sampel darah adalah 8, 4486 g/ 100 mL.
Kurva serapan (A) VS Panjang Gelombang (λ)
LEMBAR ASSISTENSI
NAMA : ANDINI PRATIWI
STAMBUK : G 301 13 013
KELOMPOK : II (Dua)
ASISTEN : DINI NOVIYANDARI
No
Hari/tanggal
Keterangan
Paraf
Kurva sesudah regresi
Konsentrasi (ppm)
Absirbansi