Analisa Parasetamol Metode Spektrofotometer UV-VIS ANALISA PARASETAMOL DENGAN SPEKTROFOTOMETER UV-VIS A. ACARA Analisa parasetamol dengan spektrofotometer UV-VIS B. PRINSIP Pengukuran kadar parasetamol pada panjang gelombang maksimum 244 nm setelah sampel diencerkan. C. TUJUAN Mengetahui kadar parasetamol dalam sampel D. DASAR TEORI a. Spektrofotometer Dalam analisis spektrofotometri digunakan sumber radiasi yang menjorok kedalam daerah ulatraviolet spectrum itu. Dari spectrum itu, dipilih panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm. Instrument ini sebenarnya terdiri dari dua instrument dalam satu kotak yaitu sebah spectrometer dan sebuah fotometer. spektrofotometer optis adalah sebuah instrument yang mempunyai system optis yang dapat menghasilkan sebaran (dispersi) radiasi elektromagnetik yang masuk, dan dengan mana dapat dilakukan pengukuran kuantitas radiasi yang diteruskan pada panjang gelombang terpilih dari jangka spectral itu. Sebuah fotometer adalah peranti untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan atau suatu fungsi intensitas ini, bila digabungkan dalam spektrofotometer, spectrometer dan fotometer itu digunakan secara gabungan untuk menghasilkan suatu isyarat yang berpadanan dengan selisih antar radiasi yang diteruskan oleh bahan pembanding dan radiasi yang diteruskan oleh contoh pada panjang-panjang gelombang yang terpilih. b. Parasetamol Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesic dan antipiretik yang populer dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, dan demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesic salesma dan flu. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi. Struktur molekul parasetamol Parasetamol (Asetaminofen) merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan sehari-hari. Obat ini berfungsi sebagai pereda nyeri dan penurun panas. Setelah berpuluh tahun digunakan, parasetamol terbukti sebagai obat yang aman dan efektif. Tetapi, jika diminum dalam dosis berlebihan (overdosis), parasetamol dapat menimbulkan kematian. Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin. Parasetamol dapat dijumpai di dalam berbagai macam obat, baik sebagai bentuk tunggal atau berkombinasi dengan obat lain, seperti misalnya obat flu dan batuk. Antidotum overdosis parasetamol adalah N-asetilsistein (N-acetylcysteine, NAC). Antidotum ini efektif jika diberikan dalam 8 jam setelah mengkonsumsi parasetamol dalam jumlah besar. NAC juga dapat mencegah kerusakan hati jika diberikan lebih dini. Overdosis parasetamol dapat menyebabkan kerusakan hati. Jika kerusakan sangat berat, mungkin perlu transplantasi hati agar korban bisa bertahan hidup. E. ALAT DAN BAHAN 1. Alat • Spektrofotometer UV-VIS • Neraca analitik • Spatula • Labu ukur 10, 25, 50, 100, 250 mL
• Batang pengaduk • corong gelas • Beaker glass 2. Bahan • Parasetamol murni • Methanol • Aquadest F. PROSEDUR 1. Larutan parasetamol standar a. larutan A (250 mg/L) • menimbang 0,0625 g parasetamol murni dan masukan dalam labu ukur 250 mL • melarutkannya dengan 10 mL methanol • menambahkan aquadest sampai tanda batas b. Larutan B • memipet 50 mL larutan A dan mengencerkannya dengan aquadest sampai 250 mL dalam labu ukur. 2. Pembuatan larutan standar kerja • mengambil larutan B sebanyak 5,00 ; 10,00 ; 15,00 ; 20,00 ; dan 25,00 mL dan memasukannya masing-masing kedalam labu ukur 100 mL, lalu menambahkan aquadest pada masing-masing labu ukur samapi tanda batas. 3. mengukur masing-masing larutan standar pada λ maksimal (200-300 nm) 4. mengukur masing-masing sampel pada λ maksimal, dan menghitung konsentrasi sampel dalam mg. G. DATA HASIL PENGAMATAN 1. Pengukuran larutan standar Standar C (ppm) A (Absorbansi) 1 0,25 0,2053 2 5 0,3657 3 7,5 0,5320 4 10 0,6977 5 12,5 0,8592 persamaan linier : Y = OX2 + 0,06559X+0,09004 r = 0,9999 2. Pengukuran sampel No Nama A (Absorbansi) C (ppm) Volume larutan (mL) Cakhir (mg) Csebenarnya (mg) 1 Adhyatnika Nugraha 0,734 10,586 100 1,0586 1 2 Bertha Julisti 0,892 13,039 250 3,2598 3 3 Fauziah 0,364 4,9313 1250 6,1641 6 4 Rahma Eka A 0,564 7,9851 125 0,9981 1 5 Yenih Kurniasih 0,679 9,7383 125 1,2172 1,25 H. PEMBAHASAN Sampel yang dipergunakan dalam analisa kadar parasetamol dengan spektrofotometri UV-VIS adalah parasetamol murni. Analisa parasetamol dalam sampel ini dilakukan oleh masing-masing personel dan konsentrasi parasetamol dalam sampel telah diketahui terlebih dahulu, dan hasil dari analisa oleh personel tersebut dibandingkan dengan konsentrasi sebenarnya. Persiapan larutan deret standar dilakukan dengan cara pengenceran dari larutan standar dengan konsentrasi 250 mg/L (ppm), larutan ini didapatkan dengan cara menimbang dengan teliti parasetamol murni sebanyak 0,0625 g dan dilarutkan dengan methanol sebanyak 10 mL kemudian ditambahkan aquadest sampai 250 mL pada labu ukur. Dari larutan dengan konsentrasi 250 ppm ini kemudian dipipet sebanyak 50 mL dan dimasukan kedalam
labu ukur 250 mL, kemudian ditera dengan menggunakan aquadest. pengenceran 5 kali ini diperoleh konsentrasi 50 ppm. dari konsentrasi 50 ppm ini merupakan larutan standar yang akan dipergunakan untuk membuat larutan deret standar untuk pengukuran dengan spektrofotometer. Dengan memipet larutan 50 ppm sebanyak 5,00 ; 10,00; 15,00 ; 20,00 ; dan 25,00 mL dan masing-masing dimasukan kedalam labu ukur 100 mL maka dapat diketahui konsentrasi dari masing-masing secara berurutan adalah 2,5 ; 5 ; 7,5 ; 10 ; dan 12,5 ppm, hasil ini didapatkan dari hasil perhitungan menggunakan rumus pengenceran : Keterangan : V1 : Volume awal N1 : Konsentarasi awal V2 : Volume akhir N2 : Konsentrasi akhir Setelah konsentrasi dari larutan deret standar diketahui, proses selanjutnya adalah pengukuran absorbansi dan konsentrasi dengan spektrofotometer. dari hasil pengukuran maka dapat diketahui bahwa nilai absorbansi dari larutan deret standar tersebut adalah : Standar C (ppm) A (Absorbansi) 1 0,25 0,2053 2 5 0,3657 3 7,5 0,5320 4 10 0,6977 5 12,5 0,8592 Dengan persamaan linier Y = OX2 + 0,06559X+0,09004 dan regresi linear 0,9999. Regresi linear adalah ketelitian pembuatan standar yang dipergunakan untuk pengukuran dan regresi linear yang baik adalah mendekati 1, dan hal ini membuktikan nilai 0,9999 saat pengukuran berarti sangat baik. Pengukuran selanjutnya adalah pengukuran sampel, sampel parasetamol yang diberikan kepada masingmasing personel adalah parasetamol murni dengan konsentrasi yang sudah diketahui sebelumnya akan tetapi konsentrasi tersebut tidak diketahui oleh personel. Sampel diberikan dalam tabung reaksi dengan konsentrasi yang berbeda-beda untuk masing-masing personel, larutan dalam tabung reaksi tersebut dipindahkan secara kuantitatif kedalam labu ukur, untuk menghindari larutan yang terlalu encer maka labu ukur yang dipergunakan saat praktikum adalah labu ukur dengan volume 25 mL, jika larutan tersebut diencerkan kedalam labu ukur dengan volume yang lebih besar maka jika hasil pengukurannya terlalu rendah (encer) analisa tidak dapat dilanjutkan karena larutan sampel hanya diberikan 1 kali. Proses pengukuran dilakukan dengan menggunakan sinar tampak (VIS/ Visible) pada panjang gelombang atau lamda (λ) antara 200-300nm, dan setelah pengukuran larutan deret standar diketahui bahwa panjang gelombanag maksimumnya adalah 244 nm. Proses pengukuran sampel oleh masing-masing personel dengan volume awal 25 mL diketahui bahwa semuanya over range. Hal ini dikarenakan konsentrasinya terlalu pekat sehingga nilai absorbansinya terlalu besar dan tidak sesuai dengan nilai absorbansi dari larutan deret standar yang diukur terlebih dahulu. Karena terlalu pekat larutan sampel kemudian diencerkan kembali, karena setiap personel memiliki sampel dengan konsentrasi yang berbeda-beda maka volume akhir larutan sampel secara berurutan adalah 100, 250, 1250, 125, 125 mL. setelah pengukuran kembali maka dapat diketahui nilai absorbansi secara berurutan untuk masing-masing volume larutan adalah 0,734 ; 0,892 ; 0,364 ; 0,564 ; 0,679. Dan konsentrasi untuk masing-masing secara berurutan adalah 10,586 ; 13,039; 4,9313 ; 7,97383 ; 9,7383 ppm. K onsentrasi yang diinginkan adalah dalam mg, maka hasil dari konsentrasi akhir tersebut dikonversikan kedalam satuan mg, dengan menggunakan rumus :
dari hasil praktikum dan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, maka konsentrasi akhir parasetamol dalam sampel secara berurutan adalah 1,0586 ; 3,2598 ; 6,1641 ; 0,9981 ; 1,2172 mg. Hasil dari perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan konsentrasi yang sebenarnya yaitu 1 ; 3 ; 6 ; 1 ; 1,25. Dari hasil analisa tersebut dan dibandingkan dengan konsentrsai sebenarnya dalam sampel, maka hasil dari analisa tersebut memiliki nilai akurasi yang tinggi karena nilai konsentrasinya mendekati nilai sebenarnya.
I. KESIMPULAN Proses pengukuran sampel parasetamol dengan menggunakan spektrofotometer adalah dengan menggunakan daerah sinar tampak (VIS / Visible), dan dengan panjang gelombang atau lamda λ 244 nm. Dari hasil pengukuran dengan menggunakan spektrofotometer diketahui bahwa absorbansi untuk masing-masing deret standar adalah 2,5 ppm 0,2053 ; 5 ppm 0,3657 ; 7,5 ppm 0,5320 ; 10 ppm 0,6977 ; 12,5 ppm 0,8592. Dengan persamaan linier Y = OX2 + 0,06559X+0,09004 dan regresi linear 0,9999. Dari hasil pengukuran sampel, diketahui bahwa pengukuran sampel yang pertama adalah over range sehingga konsentrasinya tidak dapat diketahui, sedangkan konsentrasi akhir untuk sampel parasetamol adalah 1,0586 ; 3,2598 ; 6,1641 ; 0,9981 ; 1,2172 mg, setelah dibandingkan dengan konsentrasi parasetamol yang sebenarnya maka dapat diketahui bahwa hasil dari analisa tersebut memiliki nilai akurasi yang tinggi karena nilai konsentrasinya mendekati nilai sebenarnya
http://btagallery.blogspot.com/2010/04/analisa-parasetamol-metode.html
A. PARASETAMOL Parasetamol atau asetaminofen atau N-asetil-para-aminofenol asetominofen adalah obat analgesik and antipiretik yang populer dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengalsengal dan sakit ringan, dan demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik salesma dan flu. Parasetamol aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi (http://www.wikipedia.org). Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin (http://www.wikipedia.org).
Asetaminofen (parasetamol) N-acetyl-para-aminophenol Berat molekul 151.17 Rumus empiris C8H9NO2 (Metabolisme) Hati Golongan hamil (farmasi) B (AS) A (Aus)
Sumber: (http://www.wikipedia.org) B. SPEKTROFOTOMETRI Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer umum digunakan karena kemampuannya dalam menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal preparasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisa (Herliani,2008). Spektrofotometri uv-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200 – 350 nm) dan sinar tampak (350 – 800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Panjang gelombang cahaya uv atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam daerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang lebih pendek (Herliani, 2008). 4. ALAT DAN BAHAN 4.1. ALAT Spektrofotometer UV Batang pengaduk Labu ukur 50 mL Labu ukur 25 mL Labu ukur 100 mL 5 buah Labu ukur 250 mL 1 buah Pipet volum 5 mL Pipet volum Corong gelas Pipet filler Hot plate 4.2. BAHAN Kertas saring Parasetamol murni
Tissue Air Methanol Aquadest Sampel “x” 5. PROSEDUR KERJA 5.1. Preparasi sampel a. Memasukkan larutan sampel ke dalam labu ukur 50 mL b. Mengencerkannya dengan aquadest sampai tanda tera. c. Mengencerkan kembali sampel apabila ternyata larutan sampel diatas masih terlalu pekat. 5.2. Pembuatan larutan standar parasetamol a. Larutan A (250 ppm) 1) Menimbang 0,0625 g parasetamol murni 2) Melarutkannya dengan 10 mL methanol 3) Menambahkan aquadest sampai dengan 250 mL pada labu ukur. b. Larutan B (50 ppm) 1) Memipet sebanyak 50 mL larutan A kemudian mengencerkannya dengan aquadest sampai dengan 250 mL pada labu ukur. c. Pembuatan larutan kalibrasi standar 1) Mengambil sebanyak 5,0; 10,0; 15,0; 20,0; dan 25,0 larutan B kemudian memasukkannya kedalam masing-masing labu ukur 100 mL 2) Menepatkannya sampai tanda tera. 5.3. Pengukuran dengan spektrofotometer 1) Mengukur masing-masing larutan standar pada λ maksimum. 2) Mengukur larutan sampel pada λ maksimum. 3) Mengencerkan sampel kembali apabila konsentrasinya terlalu pekat. 4) Manghitung konsentrasi sampel dalam mg. 5) 3) DATA HASIL PENGAMATAN Jenis sampel : sampel “x” Jenis pengujian : parasetamol Metode : spektrofotometri Panjang gelombang pengukuran : 244 a. Pengukuran kurva baku C (ppm) Abs. Persamaan linear 2,5 0,2053 y: 0x2+=0,06559x+0,04004 5,0 0,3657 r: 0,999 7,5 0,5320 10,0 0,6977 12,5 0,8592
b. Penentuan sampel Abs. V C penunjukan (ppm) C akhir C sebenarnya 0,364 1250 4,9313 6,1641 6 Keterangan: Abs : absorbansi C : konsentrasi V : volum larutan r : koefisien regresi Y : persamaan linearitas 4) PEMBAHASAN Praktikum ini bertujuan untuk menentukan kadar parasetamol (C8H9NO2) dalam larutan sampel ‘x’ yang tidak diketahui dengan metode spektrofotometri. Prinsipnya adalah pengukuran parasetamol pada panjang gelombang maksimum yang ditentukan yaitu 244 nm, setelah larutan sampel yang mengandung parasetamol dilakukan pengenceran. Penentuan parasetamol dibagi menjadi beberapa tahapan. Tahapan tersebut antara lain pembuatan larutan baku, pengenceran larutan sampel, pembuatan deret standar dan pengukuran dengan spektrofotometer UV. Larutan standar A parasetamol dibuat dengan cara menimbang sebanyak 0,0625 g parasetamol murni kemudian melarutkannya dengan 10 mL methanol kemudian menambahkan aquadest sampai tanda tera pada labu ukur 250 mL. larutan ini mengandung 250 ppm parasetamol. Parasetamol mempunyai kelarutan dalam 70 bagian air dan 7 bagian alkohol, sehingga pada pembuatan larutan standar dilakukan penambahan methanol yang berfungsi untuk melarutkan parasetamol bersama-sama dengan aquadest. Dari larutan A diatas dipipet sebanyak 50 mL kemudian mengencerkannya dengan aquadest sampai tanda tera pada labu ukur 250 mL sehingga konsentrasi larutan B adalah 50 ppm sesuai dengan perhitungan berikut: V1.N1=V2.N2 50. 250= 250. N2, N2= 12.500/250 =50 ppm. Pembuatan larutan kalibrasi standar dilakukan dengan memipet sebanyak 5,0; 10,0; 15,0; 20,0; dan 25,0 larutan B kemudian masing-masing diencerkan dengan aquadest dan ditera pada labu ukur 100 mL sehingga konsentrasinya adalah sebagai berikut: V1.N1=V2.N2 5.50=100.N2 N2=2,5 ppm. V1.N1=V2.N2 10.50=100.N2 N2=5 ppm. V1.N1=V2.N2 15.50=100.N2 N2=7,5 ppm. V1.N1=V2.N2 20.50=100.N2 N2=10 ppm. V1.N1=V2.N2 25.50=100.N2 N2=12,5 ppm. Sebanyak ± 5 mL larutan sampel “x” yang tidak diketahui dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL kemudian menambahkan aquadest sampai tanda tera sehingga volumnya adalah 25 mL. Tahapan selanjutnya yaitu pengukuran menggunakan spektrofotometer daerah UV. Pengukuran pertama dilakukan terhadap blanko atau aquadest. Blanko adalah larutan yang mendapat perlakukan sama dengan analat tetapi tidak mengandung komponen analat. Blanko dibuat untuk mengetahui besarnya serapan yang disebabkan oleh zat yang bukan analat, baik hanya pelarut untuk melarutkan atau mengencerkan ataupun pelarut dan pereaksi tertentu yang ditambahkan. Selisih nilai serapan analat (Aa) dengan nilai serapan
blanko (Ab) menunjukan serapan yang disebabkan oleh komponen alat. Selanjutnya dilakukan pengukuran standar tengah yaitu 7,5 ppm untuk menentukan panjang gelombang maksimum. Setelah standar tengah diukur kemudian pada penunjukan instrument terbentuk grafik yang menunjukkan bahwa panjang gelombang maksimum adalah 244 nm. Setelah itu dilakukan pengukuran deret standar untuk mengetahui kurva baku. Kurva baku yang terbentuk adalah seperti yang disajikan dalam grafik berikut:
Regresi(r) : 0,9999 Slope (a) : 0,065592 Intercept(c) :0,04004, bila y: ax+c maka persamaan linearnya adalah y : 0x2+=0,06559x+0,040 Regresi linear (r) yaitu 0,9999 menunjukkan bahwa hasil analisis ini mempunyai ketelitian yang tinggi dan sangat presisi. Setelah deret standar diukur, terakhir dilakukan pengukuran sampel pada panjang gelombang maksimum. Setelah dilakukan pengukuran ternyata absorbansinya ±3,087 dan absorbansi tersebut terlalu tinggi dan tidak termasuk didalam absorbansi deret standar yang telah diukur sebelumnya (over range). Hal ini disebabkan konsentrasi sampel terlalu pekat sehingga harus dilakukan pengenceran. Untuk melakukan pengenceran harus diperhitungkan absorbansi yang telah terukur sebelumnya yaitu 3,087 agar absorbansinya termasuk dalam deret standar. Dari larutan sampel akan dilakukan pengenceran 5 kali dengan memipet sebanyak 10 mL larutan dan diencerkan dengan aqudest pada labu ukur 50 mL. Sehingga total volum larutan sampel adalah 25x5=125 mL. Setelah dilakukan pengukuran sampel, ternyata sampel tersebut masih terlalu pekat dan tidak termasuk dalam deret standar. Absorbansi yang ditunjukkan adalah 2,7 sehingga harus diencerkan kembali. Dengan memperhitungkan absorbansi yang ditunjukkan, yaitu 2,7 maka akan dilakukan pengenceran 10 kali sehingga perkiraan kisaran absorbansi yang akan ditunjukkan adalah 2,7/10=0,27. Bila dilakukan pengenceran 10 kali maka total volum larutan dari penngenceran awal adalah 125x10=1250 mL. Pada kisaran absorbansi 0,27 seharusnya terlalu pekat dan termasuk dalam deret standar. Pengukuran larutan sampel dengan spektrofotometri UV menunjukkan bahwa absorbansinya adalah 0,364 dengan konsentrasi parasetamol didalamnya 4,9313 ppm/1250 mL. Konsentrasi sampel diatas masih dalam bentuk ppm sehingga harus dikonversikan ke dalam mg : (4,9313 ppm/1000 mL).Volum larutan : (4,9313/1000).1250 = 6,1641 mg parasetamol. Konsentrasi parasetamol dalam sampel “x” yang tidak diketahui adalah sebesar 6,1641 mg. Parasetamol atau asetaminofen dengan rumus kimia C8H9NO2 merupakan obat yang berfungsi meredakan nyeri dan penurun panas. Obat ini dapat dijumpai dalam bentuk tunggal dan berkombinasi dengan obat lain misalnya flu atau batuk. Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin. Overdosis penggunaan parasetamol yaitu Kadar dalam darah antara 4-10 jam setelah minum obat, yang mencapai 300 µg/ml dapat menyebabkan kerusakan hati. Parasetamol sejumlah 10-15 gram dapat menyebabkan nekrosis hepatoseluler berat dan kadang-kadang nekrosis tubuli ginjal. Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari 1001,0% C8H9NO2.
Parasetamol mempunyai wujud berupa serbuk hablur berwarna putih tidak berbau dan mempunyai rasa yang pahit. Parasetamol larut dalam 70 bagian air dan 7 bagian etanol (95%), dalam 13 bagian aseton, dalam 40 bagian gliserol dan dalam 9 bagian propilenglikol, dan larut dalam larutan alkalihidroksida. Parasetamol diabsorpsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu 1/2 jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke sluruh cairan tubuh. Dalam plasma, 25 % parasetamol terikat oleh protein plasma. 5) KESIMPULAN Kadar parasetamol dalam sampel “x” yang tidak diketahui adalah 6,1641 mg. B. http://faulampung-sahabatlabkimia.blogspot.com/2009/10/laporan-praktikumpengujian-paracetamol.html Lambda-maks adalah nilai panjang gelombang yang memberikan nilaiabsorbansi maksimum terhadap larutan sampel. Pengukuran panjang gelombangmaksimum mutlak dilakukan sebelum melakukan analisis terhadap sampel,karena pada panjang gelombang maksimum memberikan nilai absorbansi yangstabil dan lebih akurat. Panjang gelombang maksimum (lambda-maks) tergantung pada gugus kromofor (gugus penyerap sinar) pada suatu molekul.Setelah melakukan penentuan lambdamaks, maka tahap penting selanjutnya pada analisis spektrofotometri adalah pembuatan deret standar. Deret standar inidilakukan dengan cara membuat suatu seri larutan standar dengan berbagaikonsentrasi dan absorbansi dari larutan tersebut diukur dengan Spektrofotometer.Langkah selanjutnya adalah membuat grafik antara konsentrasi (C) denganAbsorbansi (A) yang akan merupakan garis lurus melewati titik nol dengan slope= ε.b atau slope = a.b. Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansilarutan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkanke dalam persamaan garis lurus yang diperoleh dengan menggunakan programregresi linear pada kurva kalibrasi
Pembuatan Kurva kalibrasi I. II.
Tujuan Mampu memahami tahap-tahap dalam pembuatan kurva kalibrasi. Landasan Teori Pengukuran analitik memiliki peranan yang sangat penting dalam bidang kimia, khususnya dalam farmasi. Tujuan dari pengukuran analitik ini adalah untuk menentukan nilai sebenarnya dari suatu parameter kuantitas kimia, contohnya seperti: konsentrasi, pH, dan lainlain. Pengukuran analitik ini dapat menggunakan metode konvensional maupun modern, baik secara kualitatif maupun kuantitatif Nilai sebenarnya adalah nilai yang mengkarakterisasi suatu kuantitas secara benar dan didefinisikan pada kondisi tertentu yang eksis pada saat kuantitas tersebut diukur, beberapa contoh parameter yang dapat ditentukan secara analitik adalah konsentrasi, pH, temperatur, titik didih, kecepatan reaksi, dan lain lain Dalam pengamatan eksperimen secara umum, hasil yang diperoleh pasti tidak dapat terlepas dari faktor kesalahan. Nilai parameter sebenarnya yang akan ditentukan dari suatu perhitungan analitik tersebut adalah ukuran ideal. Nilai tersebut hanya dapat diperoleh jika semua penyebab kesalahan pengukuran dihilangkan dan jumlah populasi tidak terbatas. Faktor penyebab kesalahan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain adalah faktor bahan kimia, peralatan, analis, kondisi pengukuran, dan lain-lain. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran analitik ini adalah dengan proses kalibrasi. Validasi, Verifikasi, dan Kalibrasi Validasi metode analisis bertujuan untuk memastikan dan mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai untuk peruntukannya. Validasi biasanya diperuntukkan untuk metode analisa yang baru dibuat dan dikembangkan. Sedangkan untuk metode yang memang telah tersedia dan baku (misal AOAC, ASTM, dan lainnya), dimana metode tersebut baru pertama kali akan digunakan pada laboratorium tertentu, biasanya tidak perlu dilakukan validasi, namun hanya verifikasi. Tahapan verifikasi mirip dengan validasi,
hanya saja parameter yang dilakukan tidak selengkap validasi. Parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam metode validasi adalah : 1.
Akurasi (kecermatan)
2.
Presisi (keseksamaan, ketelitian)
3.
Selektivitas
4.
Linearitas dan rentang
5.
Batas deteksi dan batas kuantitasi
6.
Ketangguhan metode (ruggedness)
7.
Kekuatan (robustness) Sedangkan pengertian kalibrasi menurut ISO/IEC Guide 17025:2005 dan Vocabulary of International Metrology (VIM) adalah serangakaian kegiatan yang membentuk hukuman antara nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran atau nilai yang diwakili oleh bahan-bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dengan besaran yang diukur dalam kondisi tertentu. Dengan kata lain, kalibrasi adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu telusur (traceable) ke standar nasional untuk satuan ukuran dan/atau internasional. Sementara interval kalibrasi adalah : 1.
Kalibrasi harus dilakukan secara periodik.
2.
Selang waktu kalibrasi dipengaruhi oleh jenis alat ukur, frekuensi pemakaian, dan pemeliharaaan.
ü Bisa dinyatakan dalam beberapa cara :
Dengan waktu kalender
Dengan waktu pemakaian
Kombinasi cara pertama dan kedua, tergantung mana yang lebih dulu tercapai. Spektrofotometer UV-Visible
Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm. Proses ini memerlukan penggunaan instrumen yang lebih rumit dan karenanya lebih mahal. Instrumen yang digunakan untuk maksud ini adalah spektrofotometer, dan seperti tersirat dalam nama ini, instrumen ini sebenarnya terdiri dari dua instrumen dalam satu kotak sebuah spektrometer dan sebuah fotometer. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau absorbans suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang; pengukuran terhadap suatu deretan contoh pada suatu panjang gelombang tunggal mungkin juga dapat dilakukan. Alat-alat demikian dapat dikelompokkan naik sebagai manual atau perekam, maupun sebagai sinar-tunggal atau sinar-rangkap. Dalam praktek, alat-alat sinar tunggal biasanya dijalankan dengan tangan dan alat-alat sinar-rangkap biasanya menonjolkan pencatatan spektrum absorbsi, tetapi adalah mungkin untuk mencatat satu spektrum dengan suatu alat sinar tunggal. Unsur-unsur terpenting suatu spektrofotometer adalah sebagai berikut:
1. 2.
3. 4. 5. 6.
Sumber energi radiasi yang kontinyu dan meliputi daerah spektrum Monokromator, yang merupakan suatu alat untuk mengisolasi suatu berkas sempit dari panjang gelombang-panjang gelombang dari spektrum luas yang disiarkan oleh sumber (tentu saja tepat monokromatisitas tidak dicapai). Wadah untuk contoh Detektor yang merupakan suatu transducer yang mengubahenergi radiasi menjadi isyarat listrik. Penguat dan rangkaian yang bersangkutan yang membuat isyarat listrik cocok untuk diamati. Sistem pembacaan yang dapat mempertunjukkan besarnya isyarat listrik.
Spektrofotometer UV-Visible, alat ini banyak bermanfaat untuk penentuan konsentrasi senyawa-senyawa yang dapat menyerap radiasi pada daerah ultraviolet (200 – 400 nm) atau daerah sinar tampak (400 – 800 nm) (Sastrohamidjojo, 1991). Analisis ini dapat digunakan yakni dengan penentuan absorbansi dari larutan sampel yang diukur. Prinsip penentuan spektrofotometer UV-Vis adalah aplikasi dari Hukum Lambert-Beer, yaitu: Jika sinar monokromatic dilewatkan suatu larutan maka penurunan insensitas sinar berbanding langsung dengan insensitas radiasi ( I ), konsentrasi spesies (c), dan dengan ketebalan lapisan larutan (b). A = - log T = - log It / Io = ε . b . C Dimana : A = Absorbansi dari sampel yang akan diukur T = Transmitansi I0 = Intensitas sinar masuk It = Intensitas sinar yang diteruskan ε = Koefisien ekstingsi b = Tebal kuvet yang digunakan C = Konsentrasi dari sampel Penyerapan sinar UV & Visibel oleh Molekul. Penyerapan (absorbsi) sinar UV dan Visibel pada umumnya dihasilkan oleh eksitasi elektron-elektron ikatan. Yaitu: •
Penyerapan oleh transisi elektron ikatan dan elektron anti ikatan
•
Penyerapan oleh transsi elektron d dan f dari molekul kompleks
•
Penyerapan oleh perpindahan muatan
Panjang gelombang cahaya UV atau cahaya tampak bergantung pada mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan energi yang lebih sedikit akan menyerap cahaya dalam daerah tampak (yakni senyawa berwarna) mempunyai elektron yang lebih mudah dipromosikan daripada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang lebih pendek.
Suatu spektrofotometer standar terdiri atas spektrofotometer untuk menghasilkan cahaya dengan panjang gelombang terseleksi yaitu bersifat monokromatik serta suatu fotometer yaitu suatu piranti untuk mengukur intensitas berkas monokromatik, digabungkan bersama dinamakan sebagai spektrofotometer. Spektrofotometer dapat berupa sinar tunggal atau sinar ganda. Dalam berkas satu instrumen (seperti Spectronic 20), semua cahaya melewati sel sampel. I o harus diukur dengan membuang sampel. Ini adalah desain awal, tetapi masih umum digunakan baik dalam pengajaran dan laboratorium industri. Dalam berkas ganda instrumen, cahaya dibagi menjadi dua berkas sebelum mencapai sampel. Satu berkas digunakan sebagai acuan, yang lain melewati sinar sampel. Beberapa instrumen double-beam memiliki dua detektor (photodiodes), dan sampel dan berkas referensi diukur pada waktu yang sama. Dalam instrumen lain, kedua balok melewati sebuah balok helikopter, yang menghambat satu berkas pada suatu waktu. Detektor-ubah antara mengukur sampel balok dan balok referensi. Pembatasan dalam Hukum Lambert-Beer :
Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
Peyerapan terjadi daam volume yang memiliki penampang luas yang sama
Tidak ada senyawa lain yang menyerap dalam larutan senyawa
Tidak terjadi fluoresensi atau fosforesensi
Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
Hal-hal penting dalam pengukuran spektrofotometri UV-Visibel :
III.
Terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna dan akan diukur dengan spektrofotometer Visibel dilakukan derivatisasi.
Waktu operasional (operating time) untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil.
Pemilihan panjang gelombang maksimum (λ max)
Pembuatan kurva baku sebaiknya sering diperiksa ulang.
Pembacaan absorbansi sampel/cuplikan sebaiknya dalam rentang 0,2 – 0,8.
Alat dan Bahan v Alat : 1. Beker glass 2. Spektrofotometer 3. Kertas grafik 4. Labu ukur 100 ml 5. Pipet volumetrik v Bahan : 1. Aquadest 2. Parasetamol 3. NaOH
IV.
Prosedur Kerja v Membuat larutan baku (NaOH) 1. Menimbang NaOH 4 gram dilarutkan dalam 1000 ml aquadest, maka didapat larutan NaOH 0,1 N v Membuat larutan parasetamol 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
VI.
Menimbang 100 mg parasetamol dan dilarutkan dalam 100 ml NaOH, maka didapat larutan dengan konsentrasi 1000 ppm Membuat larutan dengan konsentrasi 100 ppm dengan melarutkan 10 ml larutan induk dalam 100 ml NaOH Membuat larutan dengan konsentrasi 4 ppm dengan melarutkan 0,4 ml (larutan dengan konsentrasi 100 ppm) dalam 100 ml NaOH Membuat larutan dengan konsentrasi 6 ppm dengan melarutkan 0,6 ml (larutan dengan konsentrasi 100 ppm) dalam 100 ml NaOH Membuat larutan dengan konsentrasi 8 ppm dengan melarutkan 0,8 ml (larutan dengan konsentrasi 100 ppm) dalam 100 ml NaOH Membuat larutan dengan konsentrasi 10 ppm dengan melarutkan 1 ml (larutan dengan konsentrasi 100 ppm) dalam 100 ml NaOH Membuat larutan dengan konsentrasi 12 ppm dengan melarutkan 1,2 ml (larutan dengan konsentrasi 100 ppm) dalam 100 ml NaOH Pembahasan Pada percobaan kali ini dilakukan pembuatan kalibrasi dari larutan uji parasetamol, yang diawali dengan pembuatan larutan NaOH 0,1N. Larutan ini digunakan sebagai pelarut parasetamol karena parasetamol sukar larut dalam air. Adapun tujuan kalibrasi adalah untuk mencapai ketertelusuran pengukuran. Hasil pengukuran dapat dikaitkan atau ditelusur sampai ke standar yang lebih teliti atau tinggi (standar primer nasional atau internasional) melalui rangkaian perbandingan yang tidak terputus, dalam artian standar ukur itu akan lebih baik apabila berupa standar yang rantainya mendekati SI sehingga tingkat ketidakpastian (error) makin kecil. Manfaat kalibrasi adalah sebagai berikut :
b.
Untuk mendukung sistem mutu yang diterapkan diberbagai industri pada peralatan laboratorium dan produksi yang dimiliki.
c.
Mengetahui seberapa jauh perbedaan (penyimpangan) antara harga yang benar dengan harga yang ditunjukkan oleh alat ukur.
·
Obyek ukur (Unit Under Test)
·
Standar ukur, alat standar kalibrasi, prosedur atau metode standar yang mengacu pada standar kalibrasi internasional atau prosedur yang dikembangkan sendiri oleh laboratorium yang sudah terujui (diversifikasi).
·
Operator atau teknisi, dipersyaratkan mempunyai kemampuan teknik kalibrasi (bersertifikat).
·
Lingkungan yang dikondisikan, suhu dan kelembaban selalu dikontrol, gangguan dari faktor lingkungan luar selau diminimalkan (sumber ketidakpastian pengukuran).
Prinsip-prinsip dasar kalibrasi adalah sebagai berikut :
· ·
Mulanya dibuat larutan induk parasetamol 1000 ppm yang kemudian larutan ini di encerkan hingga 10 ppm dengan menggunakan pelarut NaOH. Tujuan dari pengenceran ini adalah untuk mengetahui absorbansi dari larutan parasetamol yang akan di uji. Setelah dilakukan uji spekrofotometer didapat absorbansi dari larutan parasetamol 0,6 untuk 10 ppm. Dari absorbansi ini dapat diperoleh absorptivitas molar 0,06 . Tujuan pengujian larutan parasetamol di awal ini merupakan suatu simulasi yang mana dimaksudkan untuk mengetahui berapa konsentrasi parasetamol yang akan di uji. Berdasarkan literatur absorbansi terbaik suatu larutan berkisar rentang nilai 0,2 hingga 0,8. Sehingga dengan menggunakan persamaan A = ε . b . c didapat konsentrasi terbaik berkisar 3,33 ppm hingga 13,33 ppm. Dari nilai konsentrasi yang diperoleh baru dapat dilakukan pembuatan kurva kalibrasi. Larutan parasetamol yang di uji dibuat dalam konsentrasi 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, 12 ppm. Nilai regresi yang diperoleh adalah 0,9955. Sedangkan nilai regresi yang baik adalah mendekati 1 karena kesalahan inilah yang menyebabkan garis kurva kalibrasi tidak linear ( garis lurus ). Namun hasil ini tidak terlalu jauh dari literatur yang ada, sehingga masih dapat digunakan sebagai acuan. Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, didapat panjang gelombang dari larutan parasetamol adalah 256,5 nm. Sedangkan panjang gelombang larutan parasetamol berdasarkan literatur adalah 257 nm. Kesulitan-kesulitan saat melakukan percobaan pun kerap kali terjadi sehingga untuk memperoleh hasil yang baik, percobaan dilakukan berulang-ulang. Penyimpangan-penyimpangan tersebut mungkin disebabkan oleh: Masih adanya zat pengotor dari larutan tersebut. Pengotor seperti pencucian alat yang tidak bersih dimungkinkan membawa dampak terhadap hasil yang diperoleh dari percobaan ini. Kekurangtelitian dari praktikan.
Kurangnya Ketelitian praktikan dapat memungkinkan perbedaan panjang gelombang yang diperoleh seperti kurang telitinya dalam penimbangan bahan, pengambilan pelarut, maupun ketidak homogenan dalam pengocokan. VII. 1. 2. 3. 4. 5.
Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan diperoleh : Nilai panjang gelombang dari larutan uji parasetamol adalah 256,5 nm. Nilai regresi dari kurva kalibrasi larutan parasetamol adalah 0,9955. Adanya perbedaan yang diperoleh dengan literatur yang ada kemungkinan disebabkan adanya zat pengotor dari larutan uji. Untuk absorbansi terbaik ( 0,2 hingga 0,8 ) larutan parasetamol berada pada konsentrasi 3,33 – 13,33 ppm. Pada uji konsentrasi larutan parasetamol 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm dan 12 ppm diperoleh nilai absorbansi yang baik yaitu 0,212 hingga 0,799.
http://yuniethafafa.blogspot.com/2012/05/pembuatan-kurva-kalibrasi.html
Spektrofotometer UV-Visible Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm. Proses ini memerlukan penggunaan instrumen yang lebih rumit dan karenanya lebih mahal. Instrumen yang digunakan untuk maksud ini adalah spektrofotometer, dan seperti tersirat dalam nama ini, instrumen ini sebenarnya terdiri dari dua instrumen dalam satu kotak sebuah spektrometer dan sebuah fotometer. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau absorbans suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang; pengukuran terhadap suatu deretan contoh pada suatu panjang gelombang tunggal mungkin juga dapat dilakukan. Alatalat demikian dapat dikelompokkan naik sebagai manual atau perekam, maupun sebagai sinar-tunggal atau sinar-rangkap. Dalam praktek, alat-alat sinar tunggal biasanya dijalankan dengan tangan dan alat-alat sinar-rangkap biasanya menonjolkan pencatatan spektrum absorbsi, tetapi adalah mungkin untuk mencatat satu spektrum dengan suatu alat sinar tunggal. Unsur-unsur terpenting suatu spektrofotometer adalah sebagai berikut: 1. Sumber energi radiasi yang kontinyu dan meliputi daerah spektrum 2. Monokromator, yang merupakan suatu alat untuk mengisolasi suatu berkas sempit dari panjang gelombang-panjang gelombang dari spektrum luas yang disiarkan oleh sumber (tentu saja tepat monokromatisitas tidak dicapai). 3. Wadah untuk contoh 4. Detektor yang merupakan suatu transducer yang mengubahenergi radiasi menjadi isyarat listrik. 5. Penguat dan rangkaian yang bersangkutan yang membuat isyarat listrik cocok untuk diamati. 6. Sistem pembacaan yang dapat mempertunjukkan besarnya isyarat listrik Pembatasan dalam Hukum Lambert-Beer : Sinar yang digunakan dianggap monokromatis Peyerapan terjadi daam volume yang memiliki penampang luas yang sama Tidak ada senyawa lain yang menyerap dalam larutan senyawa Tidak terjadi fluoresensi atau fosforesensi Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan Hal-hal penting dalam pengukuran spektrofotometri UV-Visibel : Terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna dan akan diukur dengan spektrofotometer Visibel dilakukan derivatisasi. Waktu operasional (operating time) untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil.
Pemilihan panjang gelombang maksimum (λ max) Pembuatan kurva baku sebaiknya sering diperiksa ulang. Pembacaan absorbansi sampel/cuplikan sebaiknya dalam rentang 0,2 – 0,8.