ANALISA KASUS TENTANG JOINT VENTURE DAN STRATEGI ALIANSI
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH BISNIS INTERNASIONAL
DOSEN MATA KULIAH
Adam Faritzal, S.E., M.M.
DISUSUN OLEH : RIAN PITE BUDI REZA
(0212U213)
FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN MANAJEMEN UNIVERSITAS WIDYATAMA 2014
Pengertian
Aliansi strategis adalah hubungan formal antara dua atau lebih kelompok untuk mencapai satu tujuan yang disepakati bersama ataupun memenuhi bisnis kritis tertentu yang dibutuhkan masing-masing organisasi secara independen. Aliansi strategis pada umumnya terjadi pada rentang waktu tertentu, selain itu pihak yang melakukan aliansi bukanlah pesaing langsung, namun memiliki kesamaan produk atau layanan yang ditujukan untuk target yang sama. Dengan melakukan aliansi, maka pihak-pihak yang terkait haruslah menghasilkan sesuatu yang lebih baik melalui sebuah transaksi. Rekanan dalam aliansi dapat memberikan peran dalam aliansi strategis dengan sumberdaya seperti produk, saluran distribusi, kapabilitas manufaktur, pendanaan proyek, pengetahuan, keahlian ataupun kekayaan intelektual. Dengan aliansi maka terjadi kooperasi atau kolaborasi dengan tujuan muncul sinergi. Keuntungan Aliansi Strategis
Keuntungan aliansi strategis antara lain:
Memungkinkan partner untuk konsentrasi pada aktivitas terbaik yang sesuai dengan kapabilitasnya Pembelajaran dari partner dan pengembangan kompetensi yang mungkin untuk memperluas akses pasar Memperoleh kecukupan sumber daya dan kompetensi yang sesuai agar organisasi dapat hidup.
Penggunaan Aliansi Strategis
Aliansi strategis pada umumnya digunakan perusahaan untuk:
Mengurangi biaya melalui skala ekonomi atau pengingkatan pengetahuan
Meningkatkan akses pada teknologi baru Melakukan perbaikan posisi terhadap pesaingMemasuki pasar baru
Mengurangi waktu siklus produk
Memperbaiki usaha-usaha riset dan pengembangan
Memperbaiki kualitas
Perencanaan Aliansi yang Berhasil
Pemikiran mendalam tentang struktur dan rincian bagaimana aliansi akan dikelola perlu mempertimbangkan hal berikut dalam perencanaan proses aliansi. Korporasi terlebih dahulu mendefinisikan outcome yang diharapkan melalui hubungan aliansi strategis dan menentukan elemenelemen apa saja yang dapat disediakan oleh masing-masing pihak dan keuntungan yang akan diperoleh. Korporasi juga perlu terlebih dahulu melakukan proteksi atas berbagai hak kekayaan intelektual (HAKI) melalui kesepakatan dan perjanjian legal. Korporasi juga harus sejak awal menentukan pada layanan atau produk apa yang akan dijalankan. Setelah beberapa kajian tersebut dilakukan, proses pembentukan aliansi strategis dapat melalui tahapan berikut:
Pengembangan Strategi
Penilaian Rekanan
Negosiasi Kontrak Operasionalisasi Aliansi Pemutusan Aliansi
Tipe Aliansi Strategis Ada empat tipe aliansi strategi, yaitu:
Joint venture adalah aliansi strategis dimana dua atau lebih perusahaan menciptakan perusahaan yang independen dan legal untuk saling berbagi sumber daya dan kapabilitas dengan mengkombinasikan sebagian aktiva mereka untuk mengembangkan keunggulan bersaing. Equity strategic alliance adalah aliansi strategis dimana dua atau lebih perusahaan memiliki persentase kepemilikan yang dapat berbeda dalam perusahaan yang dibentuk bersama namun mengkombinasikan semua sumber daya dan kapabilitas untuk mengembangkan keunggulan bersaing. Nonequity strategic alliance adalah aliansi strategis dimana dua atau lebih perusahaan memiliki hubungan kontraktual untuk menggunakan sebagian sumber daya dan kapabilitas unik tanpa berbagi ekuitas untuk mengembangkan keunggulan bersaing. Global Strategic Alliances adalah kerjasama secara partnerships antara dua atau lebih perusahaan lintas negara dan lintas industri.
Perusahaan Joint Venture Indofood dengan Nestle
Dua perusahaan yakni PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) dan Nestle S.A (Nestle), Switzerland, membentuk perusahaan patungan (joint venture). Perusahaan joint venture itu adalah PT Nestle Indofood Citarasa Indonesia. Perusahaan joint venture itu akan fokus di bisnis kuliner (bumbu penyedap makanan). Menurut CEO PT Indofood Anthoni Salim, pendirian usaha patungan baru ini, akan menciptakan peluang memperbesar pangsa pasar. Sebab, dua perusahaan besar ini akan saling memanfaatkan dan mengembangkan kekuatan yang dimilikinya. Produk-produk yang sudah dihasilkan oleh PT Nestle Indofood Citarasa Indonesia adalah sebagai berikut :
Indofood Bumbu Racik
Kelezatan Bumbu Alami. Bumbu Racik Indofood hadir sebagai solusi dalam pembuatan menu sehari-
hari yang lezat dan nikmat. Tersedia dalam lima varian yaitu Nasi Goreng, Ayam Goreng, Sayur Lodeh, Sayur Asem dan Tumis.Bumbu Racik Indofood terbuat dari bumbu dan rempah-rempah asli yang telah dikeringkan tanpa penambahan bahan pengawet dan pewarna. Penggunaannya praktis sehingga Anda tak perlu mengulek sendiri, sekaligus menjaga dapur tetap bersih.Dan masih banyak lagi seperti Maggi, Kecap Indofood, Kecap Enak Piring Lombok, bumbu Instan Indofood, dsb.
Perusahaan yang menerapkan Strategi Aliansi Contoh : industri PC ( personal computer ). IBM menjalin kerjasama dengan lebih dari 400 perusahaan yang menjadi pemasok komponen-komponen PC yang dibuatnya. Microsoft menjalin kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang siap mengembangkan perangkat lunak baru. Demikian juga dengan Coca Cola, beraliansi strategik dengan perusahaan lain untuk mensuplai kemasan baik kaleng maupun botol.
Perusahaan Jepang Lakukan dengan PT Kinosentra
Joint
Venture
Akbar - depoknews.com | Tuesday, 11/3/14 , 12:30 WIB | 659 Views | 0 Comments
depoknews.com | Perusahaan asal Jepang Morinaga & CO., Ltd tertarik melakukan joint venture atau penggabungan usaha dengan perusahaan Indonesia, Kino melalui salah satu anak perusahaannya PT Kinosentra Industrindo.
Upaya penggabungan tersebut dilakukan karena adanya kesesuaian kepentingan dari kedua belah pihak dimana Morinaga & Co., Ltd sedang giat mencari lokasi produksi di Asia Tenggara, agar lebih mampu bersaing secara global, dan melihat Indonesia sebagai negara berpotensi.
CEO PT Morinaga Kino Indonesia, Harry Sanusi mengatakan perusahaannya sudah lama bergerak dalam bidang consumer goods dan ritel. Menurut Harry, Indonesia menjadi primadona investasi negara – negara maju dengan jumlah GDP yang mengesankan yakni 56,5 persen.
“Kelas menengah yang terus berkembang pesat membuat pasar ritel dan investasi di Indonesia menggiurkan, dan biaya produksi lebih rendah. Melalui kerjasama ini, Morinaga memiliki 51 persen saham, dan 49 persen saham dimiliki Kino,” katanya di Depok, Senin (10/3).
Harry menambahkan bahwa pihaknya bersedia bekerjasama karena Morinaga merupakan perusahaan global yang sudah berpengalaman 100 tahun.
“Dapat saling melengkapi dengan produk Kino yakni cokelat, eskrim, permen seiring meningkatnya daya beli Indonesia, karena Morinaga Jepang perusahaan go publik. Kita anggap mereka yang beri kontribusi
ke Indonesia. Nanti distribusi dilakukan anak perusahaan kita. Distribusi 100 persen oleh perusahaan kita,” paparnya.
Presdir Morinaga Company LTD, Toru Arai mengatakan, Morinaga selalu menciptakan maakanan manis, bahan makanan, pencuci mulut, dan minuman berenergi. Kedepan, lanjutnya, di bidang kesehatan dan bisnis internasional menjadi tantangan. Pihaknya juga ada niat untuk berekspansi ke Amerika Serikat, China, dan Asia Tenggara.
“Masuk pasar dalam waktu dekat. Tak hanya di Indonesia, tujuan ekspor ke Asia Tenggara dan Timur Tengah,” imbuhnya.
Sementara itu, Presdir Morinaga Kino Indonesia Toshifumi Kume mengatakan. tahun ini produk – produk yang bakal diproduksi masih sama dengan sebelumnya meskipun akan meningkatkan kualitas. Sementara di tahun 2015 PT Morinaga Kino Indonesia baru akan menciptakan soft candy di Asia Tenggara.
Penerapan Aliansi Strategi di Indonesia, contohnya yang telah dilakukan Bank Muamalat: Yang dilakukan Bank Muamalat adalah melakukan aliansi strategis dengan seluruh jaraingan kantor pos di Indonesia ketika meluncurkan dan menjual produk Shar-E. Dengan berbagai kemudahan dan jaringan yang luas sampai ke tingkat kelurahan, maka aliansi strategis dengan kantor pos menjadi solusi ampuh dalam meningkatkan pasar perbankan syariah di Indonesia. Memang, Shar-E Card ditujukan untuk menjadi brand yang dapat digunakan oleh mitra aliansi Bank Muamalat. Baik mitra yang berupa bank maupun lembaga keuangan lainnya. Misalnya Shar-E Pegadaian, multi finance, maupun bank-bank konvensional yang ingin mengelola dana nasabahnya secara syariah tanpa harus membuka unit syariah, melainkan cukup dengan beraliansi dengan Bank Muamalat. Selain itu, dengan berbagai kemudahan dan jaringan yang luas, karena bekerjasama dengan kantor pos di seluruh daerah di Indonesia, maka produk Shar-E akan bisa meningkatkan loyalitas nasabah Bank Muamalat. Agar loyalitas nasabahnya terus meningkat dan sustainable, Bank Muamalat juga berusaha untuk selalu memberikan berbagai kemudahan. Misalnya dengan memberikan kemudahan kepada pemegang kartu Shar-E sehingga dapat mengaktivasi nomor rekening pada kartu tersebut dan memiliki nomor rekening di Bank Muamalat. Dengan kemudahaan tersebut, pengguna Shar-E juga dapat mengakses seluruh Debit BCA dan memperoleh akses penarikan tunai secara halal dan free of charge pada seluruh ATM BCA dan ATM Bersama. Hal ini sangat cerdas dilakukan Bank Muamalat mengingat tanpa perlu mengeluarkan investasi yang besar untuk membuka cabang-cabang yang banyak dan mengadakan mesin-mesin ATM, Bank Muamalat telah berhasil menjangkau masyarakat sampai tingkat kelurahan.