Republik Arab Mesir
Commented [sm1]: Commented [sm2]:
Al- Azhar – Kementerian Wakaf Majelis tinggi Urusan Agama Islam
AL – MUNTAKHAB MUNTAKHAB (
S E L E K T A )
Dalam Tafsir al- Qur’an al-Karim
Bahasa Indonesia Terjemahan Mesir
Kairo Ramadan 1422 H –Desember 2001 M
Indonesia Syafar 1437 H – Nopemeber 2015 M
Bismillahirromaanirrohiim
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
Terjemahan
Bismillahirromaanirrohiim
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
Terjemahan
Makna Ayat-ayat al-Qur’an Suatu Pengantar Oleh : Prof. Dr. Muhammad Sayyed Tantawy
Syeikh al-Azhar
Segala puji bagi Allah, Tuhan alam semesta, salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasulullah dan para pengikutnya. Al-Qur’an al-Karim adalah kitab suci Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk mengeluarkan umat manusia dari pelbagai kegelapan kepada cahaya terang benderang dan menyelamatkan mereka dari kekufuran , kezaliman, dan dan keburukan. keburukan. Allah swt. Berfirman : (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad), agar kamu dapat mengeluarkan umat manusia dari pelbagai kegelapan kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan yang Mahakuasa lagi Maha Terpuji. [Ibrahim: 1]
Allah swt. Menurunkan al-Qura ’an kepada Nabi Muhammad saw. untuk tujuan tujuan yang agung, luhur dan mulia yang utamanya – antara lain : Pertama, agar al- Qur’an menjadi petunjuk ke jalan yang lurus dan membawa
kebahagiaan hakiki yang menenteramkan menenteramkan jiwa, hati dan akal budi. Oleh sebab itu, Allah memaparkan dalam al-Qur’an berbagai system keyakinan (akidah) dan tata cara peribadatan yang benar, hukum - hukum yang luhur dan utama, nasihatnasihat serta tuntunan-tuntunan yang sarat makna, dan penuh hikmah. Kesemua itu adalah hal-hal yang diperlukan oleh sebuah sistem keyakinan (millah) yang sempurna, suatu umat yang utama, suatu komunitas yang tercerahkan, dan individu yang baik dalam akidah, moral, perilaku dan segala tingkah lakunya.
Dengan demikian, al-Qur’an merupakan kitab suci samawi yang paling unggul dan terlengkap dalam memenuhi segala kebutuhan manusia. Ia juga mengandung teramat banyak kebajikan-kebajikan dan bersifat kekal sepanjang masa. Kecuali itu, ia merupakan kitab suci yang paling konfrehensif dan terbaik untuk kemaslahatan umat manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Allah swt. Berfirman : Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menjelaskan. Dengan kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada mereka yang mengikuti keridlaan-Nya ke jalan-jalan keselamatan. Dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan mereka dari pelbagai kegelapan menuju cahaya terang benderang dengan seizing-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus [al - Ma’idah: 15;16], dan katakanlah (hai Muhammad), “Telah diwahyukan kepadaku bahwa sekumpulan jin telah mendengarkan (al- Qr’an). Lalu mereka berkata, ‘Sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Qur’an yang menakjubkan, (yang) memberi petunjuk ke jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami tidak akan pernah mempersekutukan sesuatu apa pun dengan T uhan kami’. “[al-jin: 1-2]. Kedua, di antara tujuan terpenting di turunkannya al- Qur’an adalah sebagai
mukjizat yang membuktikan kebenaran Nabi Muhammad saw. dengan semua yang disampaikannya dari Tuhan. Nabi Muhammad saw. di utus kepada umat manusia untuk mengajak mereka tulus ikhlas beribadah kepada Allah Yang Mahaesa. Beliau juga mengajak mereka untuk berakhlak mulia dan mencegah mereka dari mempersekutukan Allah dan segala bentuk perbuatan keji lainnya, baik yang tampak maupun yang tidak. Rasulullah bersabda, “Al -Quran yang di turunkan kepadaku ini adalah mukjizat yang membuktikan kebenaranku. Jika kalian meragukannya, buatlah yang sebanding dengannya, pasti kalian tidak akan mampu melakukannya.”
Kendatipun demikian, mereka diberi kesempatan dan ditantang untuk membuat sepuluh surat saja, tapi itu pun mereka tak mampu. Lalu mereka, yang di kenal sangat fasih dan memiliki kemampuan bahasa yang tinggi, masih diberi kesempatan lagi dan ditantang untuk membuat satu surat saja yang sebanding dengan al-Qur’an. Kali ini mereka terdiam dan menyerah kalah.
Dengan demikian menjadi jelaslah bahwa al- Qur’an adalah benar -benar diturunkan dari sisi Allah swt. Dan Rasul saw. yang menyampaikannya adalah benar dalam seruannya. Allah swt. berfiman, Dan jika kalian (tetap) meragukan kebenaran al-Qur’an yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat saja yang sebanding dengan al- Qur’an itu. Ajaklah para penolong kalian selain Allah, jika kalian memang benar. Jika kalian tidak mampu membuatnya – dan pasti kalian tidak akan mampu- maka peliharalah diri kalian dari neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu yang dipersiapkan untuk orang-orang kafir. [al-Baqarah: 23-24]. Ketiga , diantara tujuan utama diturunkannya al- Qur’an adalah agar manusia
dapat membedakan diri kepada Sang Maha Pencipta dengan cara membaca, menghafal, merenungi dan mengamalkan hukum-hukum pesan-pesan moral dan petunjuk – petunjuk yang terkandung di dalam al-Q ur’an. Dalam mukadimah tafsirnya, al-Qurthubi telah mengupas secara panjang lebar tentang keutamaan-keutamaan al- Qur’an, termasuk di dalamnya tentang keutamaan pembaca, penyimak dan yang melaksanakan petunjuk-petunjuknya, tentang tatacara membacanya dab tentang keutamaan penafsirannya. Dalam mukadimah tafsir tersebut, Imam al-Quthubi, antara lain mengatakan, “Ketahuilah, bahwa topik ini sebenarnya sangatlah besar dan luas yang telah di
tuangkan oleh para ulama dalam buku-buku mereka yang sangat banyak. Kita akan sebutkan di sini mutiara-mutiara hikmah yang menunjukkan keutamaan al-Qur’an dan membuktikan kebenaran janji Allah bagi para pecinta al- Qur’an (Ahl al-Qur’an) yang ikhlas mencari keridhaan-Nya lalu mengamalkan kandungan kitab
suci-Nya.
Yang paling pertama sekali adalah berkat keutamaan al- Qur’an ,
seorang mukmin akan meyakini bahwa ia adalah kalam Tuhan Pemelihara seluruh alam. Ada banyak atsar yang berkaitan dengan hal ini. Di antaranya adalah hadits yang di riwayatkan oleh al- Tarmizi dari Abu Sa’id bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Allah swt. Berfiman, ‘Barangsiapa yang menyibukkan diri dengan al-Qur’an ketimbang meminta-minta kepada-Ku, maka Aku akan memberikan kepadanya yang terbaik dari segala pemberian-ku kepada para peminta-minta itu’.”
Diriwayatkan dari ‘Abdullah ibn Mas’ud r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya al-Qur’an adalah hidangan Allah, maka kajilah hidangan -Nya itu semampu kalian.”
Al-Bukhari meriwayatkaan dari Utsman ibn ‘Affan r .a. bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, “Yang terbaik di antara kalian adalah orang yang mempelajari
al-Qu’an dan mengajarkannya. “
Muslim meriwayatkan dari A’isyah r.a., bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Orang yang pandai membaca al -Qur’an berada bersama para malaikat penulis
yang mulia lagi berbakti.
Sedangkan orang membacanya terbata-bata
(maksudnya membacanya dengan susah payah), maka baginya dua pahala.” [Lihat: Tafsir al-Qurthbi, juz2. Hal. 4 dst.]. Demikianlah beberapa tujuan terpenting diturunkannya al- Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia, sebagai mukjizat abadi yang membuktikan kebenaran Nabi Muhammad saw. atas apa yang disampaikannya dari Allah, dan agar manusia dengan membaca, merenungi dan mengamalkannya – dapat mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta. Al-Qur’an yang mlia ini telah di jamin orisinalitasnya dari berbagi perubahan dan pemalsuan, sebagaimana firman Allah swt. “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan
al-Dzikr
(al-Qur’an),
dan
Kamilah
yang
memelihara
dan
menjaganya.” [al-Hijr: 9]
Pemeliharaan dan perhatian Allah terhadap kitab suci-Nya ini terlihat, antara lain, dengan menjadikan al- Qur’an tetap terpelihara di setiap masa secara mutawatir dan tak mungkin diragukan lagi keaslian dan kemurnianya. Al- Qur’an disampaikan dan di terima dari satu generasi ke generasi selanjutnya secara berkesinambungan sesuai dengan bacaan Rasulullah saw. sendiri. Di setiap masa akan banyak ditemui para penghafal al- Qur’an (huffazh) dengan tingkat hafalan yang sempurna dan benar-benar tertanam dalam dada mereka. Selain itu, Allah telah menetapkan, untuk kitab suci-Nya ini, para ulama yang menjalani sebagian besar hidup mereka untuk “melayani” al -Qur’an dan mengkaji ilmu -ilmu yang
terkandung di dalamnya.
Sebagian mereka ada yang mnengkaji dari sudut
kemukjizatannya, sementara yang lain mengupas tentang kisah-kisah dan beritaberita yang termuat didalamnya, tentang sebab-sebab turunya ayat-ayat (asbab al-nuzul) , tatacara dan seni membaca (qira’at) dan penulisannya, ayat-ayat muhkamat dan mutasyabibat , makkiyah, dan madaniyyah , lafal-lafal yang sulit
dimengerti (gharib), dan berbagai kajian lainnya yang berkaitan dengan al- Qur’an. Tetapi dari sekian banyak kaijian yang bekaitan dengan al- Qur’an itu, kita mendapati kebanyakan ulama lebih memilih memusatkan diri untuk menjelaskan makna-makna, tujuan-tujuan dan kata-kata dalam al- Qur’an, yang kini lebih dikenal dengan ilmu tafsir. Maraknya kajian-kajian oleh para ulama ini, tidak lain karena didorang oleh satu kesadaran bahwa, bagaimanapun, kebahagiaan individu dan kelompok (umat) tidak akan terwujud tanpa adanya tuntunan dan petunjuk ajaran-ajaran al- Qur’an itu tidak akan terjelaskan dan terungkap dengan baik kecuali dengan mengupas lafal-lafal al- Qura’an.
Di sinilah terlihat jelas
signifikansi tafsir al-Qur’an itu. Dengan demikian, tafsir al-Qur’an adalah kunci yang membuka berbagai petunjuk, nasehat, tuntunan dan pelbagai “harta karun” lainnya y ang terdapat di
dalam al-Qur’an. Dengan lain perkataan, tanpa adanya tafsir al- Qur’an yang benar dan dapat di pertanggungjawabkan, dirasa sulit untuk memahami kandungannya, meskipun banyak yang membaca dan mengulang-ulang lafal-lafalnya. Dari sekian banyak permasalahan yang berkaitan dengan ilmu-ilmu alQur’an dan telah banyak dib ahas oleh para ulama adalah masalah “terjemah
makna ayat-ayat al-Qur’an” , atau “terjemah tafsir al -Qr’an” kedalam bahasa bahasa selain bahasa Arab. Di anatara ulama yang menulis tentang hal ini secara luas dan terperinci adalah Imam Zarqani dalam masterpiece-nya, Manahil al-Irfan fi ‘Ulum al -Qur’an, juz 2, dan Syekh Musthafa al-Maraghi dalam Jurnal al-Azhar,
volume III, tahun 1937. Dalam kitab yang disebut di atas, al- Zarqani , antara lain, menulis, Terjemah makna ayat-ayat al- Qur’an kedalam bahasa selain bahasa Arab dapat kita sebut sebaga i ‘terjemah tafsir al-Qur’an’. Terjemah dalam bentuk seperti ini sebenarnya memiliki banyak keuntungan , diantaranya : Pertama, membantu menyingkap tabir keindahan dan keunikan al- Qur’an
bagi kaum muslimin non- Arab, dan memudahkan mereka unutk memahami
makna-maknanya, sehingga keimanan mereka semakin bertambah dan kecintaan mereka kepada al- Qur’an semakin besa r. Dengan demikian mereka dapat mencari petunjuk dari al- Qur’an dan menikmati serta menghayati kehebatan dan keagungan makna-makna dan ajaran-ajrannya. Manfaat seperti ini akan terpampang jelas jika Anda menyaksikan seorang guru yang mumpuni tengah mengajarkan tafsir al- Qur’an di hadapan khalayak ramai.
Dengan
kemahirannya, ia menguraikan makna-makna ayat al- Qur’an
sesuai dengan kemampuan pendengarnya.
Ia akan berbicara dengan bahasa
mereka, memilih makna-makna yang lebih menyentuh kebutuhan mereka, serta dalam kesempatan yang tepat berusaha memperbaiki ketidaktahuan dan kesalah pahaman yang ada pada mereka. Keuntungan seperti ini sebenarnya telah terbukti secara empiris. Banyak kita temukan
mereka yang sebelumnya hanya dapat merasakan keindahan dan keagungan alQur’an melalui tafsirnya , kemudian tertarik untuk menghafal dan mempelajari
bahasa al-Qur’an beserta ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya. Dengan demikian , mereka pada gilirannya dapat memenuhi rasa dahaga mereka pada alQur’an langsung dari mata airnya yang bersih, dan memenuhi rasa lapar mereka
langsung dari hidangannya yang membangkitkan selera. Kedua , dengan terjemahan tafsir al- Qur’an kedalam bahasa -bahasa selain
bahasa Arab akan menghindari terjadinya berbagai kesalahfahaman yang sengaja disebarkan oleh para musuh Islam. Berbagai kesalahfahaman tersebut sering mereka sebarkan dalam bentuk t erjemahan-terjemahan yang menyesatkan kaum muslimin yang tidak memahami bahasa Arab. Ketiga, adanya terkemahan tafsir seperti ini akan banyak membantu
menjelaskan kepada non-Muslim selain Arab mengenai hakikat Islam dan ajranajarannya . Hal ini menjadi mendesak, terutama ketika kita berada di era yang penuh dengan agitasi dan distorsi seperti sekarang ini, ketika suara Islam dan kebenaran tak terdengar atau hampir tenggelam di tengah hiruk-pikuk berbagai isme dan agama-agama yang menyimpang.
Keemapat, menyingkirkan berbagai penghalang dan kendala yang dibangun
oleh para pembuat makar yang keji untuk menghalangi antara Islam dan para pencari kebenaran dari bangsa-bangsa non – Arab. Penghalang – penghalang tersebut , biasanya muncul dalam bentuk kebohongan-kebohongan yang mereka sematkan terhadap Islam atau Nabi umat Islam. Tetapi kebanyakannya adalah kebohongan yang dinisbatkan kepada al- Qur’an beserta tafsirnya dan sirah Rasulullah saw. Lalu kebohongan – kebohongan tersebut mereka sembunyikan di balik kedok “terjemahan al -Qur’an”.
Dengan demikian , jika kita menerjemahkantafsir al-Qur’an ke dalam b ahasabahasa non-Arab –tentu setelah kita mengindahkan syarat-syaratnya dan memperhatikan berbagai kesalahpahaman dan kebatilan yang dibuat musuhmusuh Islam – berarti kita telah meruntuhkan bangunan kebatilan dan omong kosong yang mereka bangun itu, dan dalam waktu yang sama – membuka jalan bagi para pencari dan pencinta kebenaran dari berbagai negeri untuk mendapatkan keagungan Islam. Kelima , dengan terjemahan seperti ini kita pun telah terbebaskan dari
kewajiban menyampaikan al- Qur’an , baik lafal maupun maknanya. Sebab terjemahan tafsir al-Qur’an seperti ini mengandung dua aspek di atas sekaligus : lafal dan tulisannya dengan bahasa Arab di satu sisi , dan makna al- Qur’an yang telah ditafsirkan dan ditulis dengan bahasa selain Arab di sisi lain. Al-Suyuthi, Ibn Batthal , Ibn Hajar dan lain sebagainya menulis, ‘Sesungguhnya wahyu itu wajib disampaikan ( Tabligh) . Hanya saja ia terbagi menjadi dua aspek : aspek yang harus disampaikan sesuai dengan lafal dan maknanya, inilah al- Qur’an da n aspek yang dapat disapmpaikan melalui maknanya saja, tidak lafalnya, yaitu selain al’Qur’an. Dengan begitu tercapailah kewajiban tabligh (menyampaikan)’.”
Demikian al-Zarqany menulis. Al-Maraghi, pada akhir pembahasannya tentang “terjemahan tafsir alQur’an”, mengatakan, “Adalah sangat disayangkan jika makna -makna yang
dikandung al- Qur’an dibiarkan begitu saja tertutup dari pemahaman manusia karena sekedar menghindarkan diri dari praduga-praduga orang-orang yang takutdan mengikuti rasa iba orang-or ang yang tak sehat.”
Mereka yang ikhlas melakukan upaya terjemahan yang benar, pada dasarnya telah memberikan suatu bentuk pengabdian yang besar bagi agama Islam yang diridhai-Nya. Di samping itu, mereka juga telah meembantu mempermudah orang-orang yang berminat mendalami hakikat-hakikat wahyu samawi.
Allah
yang akan menyempurnakan cahaya-Nya : Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Q ur’an itu adalah benar
[Fushshilat : 53]. Singkat kata, suatu terjemahan tafsir al-Qur’an ke dalam bahasa -bahasa selain bahasa Arab – jika telah memenuhi syarat-syaratnya, semisal keakurasian ketekunan dan keseriusan, kejujuran ilmiah, ketulusan dalam menyampaikan kebenaran, dan kejujuran dalam perkataan dan perbatan – merupakan bagian dari amal saleh yang, mudah-mudahan, mejadi timbangan kebaikan , baik bagi para penerjemah maupun mereka yang membantu mempersiapkan dan mempublikasikannya. Semoga terjemahan yang ada ini dapat dimanfaatkan dan menjadi salah satu sarana penyebaran Islam bagi mereka yang tidak memahami bahasa Arab, untuk kemudian mendorong mereka mempelajari bahasa al-Qur ’an sehingga dapat mengetahui hukum-hukumnya dan memperluas wawasan dari ilmu-ilmunya. Wa Allah yahdi man yasya’ila shirat al-mustaqim.
Prof.Dr. Muhaammad Sayyed Tantawy Syeikh al-Azhar Ramadan 1422 H / Shafar 1437 H Desember 2001 / Nopember 2015
Kata Pengantar Oleh : Prof. dr. Mahmoud Hamdy Zaqzouq Menteri Wakaf dan Ketua Majelis Tinggi Urusan Agama Islam Al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam dan merupakan wahyu Illahi yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad saw. Dari segi format , ayat-ayat yang terkandung di dalam al- Qur’an terbagi ke dalam 114 surat yang di susun tidak menurut kronologis turunnya, melainkan dapat dikatakan kurang lebih menurut panjang dan pendeknya surat.
Masing-masing surat tersebut terdiri atas
beberapa ayat, yang dalam surat terpanjang jumlahnya mencapai 286 ayat, dan dalam surat yang terpendek berjumlah 3 ayat. Sedangkan dari segi isi, al- qur’an mengandung pokok-pokok akidah, syariah, moral, kisah nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw., kejadian alam, alam akhirat, dan lain sebagainya. Berdasarkan studi yang mendalam tentang al- Qur’an, munculah, selama beberapa abad, berbagai disiplin ilmU keislaman, termasuk di dalamnya ilmu tafsir. Studi tentang hUkum-hukum yang terdapat di dalam al- Que’an , misalnya, melahirkan Ilmu Fikih dengan beragam macam mazhabnya. Begitu pula dengan pemikiran filsafat dan sufisme, al- Qur’an selalu merupakan sumber inspirasi utamanya. Yang menjadi titik temu dari berbagai upaya tersebut di atas adalah upaya penafsiran terus menerus terhadap al- Qur’an dengan berbagai penafsir baru. Upaya-upaya seperti itu bertujuan untuk memberikan arahan yang dibutuhkan oleh umat manusia sesuai dengan perkembangan kondisi zaman yang selaalu berubah. Sampai saat ini, kajian tafsir al- Qur’an masih terus berkembang dan berupaya melakukan pembaharuan dengan berbagai pendekatan dan aliran yang ada. Ajaran al-Qur’an itu sendiri pada hakikatnya m udah dipahami. Ajaran itu tercantum dalam ayt-ayat yang makna dan maksudnya sangat jelas . Ayat-ayat itulah yang yang merupakan sumber dan rujukan, seperti disebutkan dalam al-
Qur’an: Allahlah yang menurunkan al-Qur’an ini kepadamu. Di antara ay atayatnya ada ayat-ayat muhkamat (jelas) yang merupakan umm al-Kitab ( pokok kandungan al-Qur’an) dan yang lain merupakan ayat mutasyabihat ( samar ). Adapun orang-orang yang di dalam kalbunya terdapat kecondongan kepada kemaksiatan,
mengikuti
sebagian
ayat
mustasyabihat
untuk
membuat
kerusakan….. [Al ‘Imran : 7].
Selain itu al-Qur’an mengimformasikan bahwa Allah swt. menjadikan Nabi Mhammad saw. sebagai panutan, qudwah, bagi oring-orang yang beriman: Sesungguhnya dalam diri Rasulullah terdapat teladan yang baik bagi kalian, yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari akhir, dan banyak berzikir kepada Allah [al-Ahzab: 2].
Oleh karena itu , sunnah - yaitu apa saja yang dikatakan dan yang dilakukan oleh Rasulullah saw. –merupakan interpretasi terhadap al- Qur’an. Dalam hal ini , al-Qur’an menyatakan : Dan Kami menurunkan kepadamu penjelasan (sunnah) agar kamu menerangkan kepada manusia apa-apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka berfikir [al-Nahl : 44].
Umat Islam telah mulai mengumpulkan hadits-hadits Rasulullah saw. sejak dini,
kemudian
mewariskannya
kepada
generasi
berikutnya
secara
berkesinambungan, tanpa perubahan. Salah satu dari hadits-hadits tersebut adalah hadits yang diriwayatkan dan dinilai sahih oleh al-Hakim : Sesungguhnya aku meninggalkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian pegang teguh, kalian tidak akan sesat setelah aku nanti, yaitu Kitabullah (al-Qur’an) dan sunnahku.
Nabi Muhammad saw. menerima wahyu pertama yang disampaikan oleh malaikat Jiberil a.s. pada tahun 610 M., ketika berusia 40 tahun. Hal itu terus berlangsung selama kurang lebih 20 tahun. Wahyu yang berupa ayat-ayat alQur’an itu mengimformasikan kepada kita bahwa Muhammad, seperti halnya
nabi-nabi lain sebelumnya, diutus oleh Allah swt. Sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan.
Risalah yang dibawanya berbicara tentang
kasih sayang dan tentang keadilan Allah, Tuhan Yang Mahakuat dan Mahaagung, dan menerangkan jalan kepada umat manusia untuk mencapainya. Ayat-ayat itu semua diterima oleh Muhammad saw. tidak dalm satu waktu, tetapi secara
berangsur-angsur, dengan maksud untuk memperteguh hatinya (seperti terdapat dalam surat al-Furqan : 32) dan agar ia memperoleh kekuatan untuk menjalankan misi itu. Demikianlah , wahyu itu disampaikan kepada Nabi Muhammad saw. untuk menjelaskan bahwa al-Qur.an adalah benar ( haqq) dan datang dari sisi Allah Yang Mahakuasa, serta untuk memberi peringatan kepada umat-umat yang kepada mereka Allah tidak mengutus rasul sebelumnya [al-Sajdah: 3]. Disamping itu alQur’an juga menerangkan bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad saw. sebagai
rahmat bagi alam semesta [al-Anbiya : 107], dan bahwa al- Qur ‘an mengandung penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman [al-Isra : 82]. Al-Qur’an juga menjelaskan bahwa secara asensial wahyu yang diturunkan kepada Muhammad saw. sama dengan wahyu yang diturunkan kepaada rasurasul sebelumnya., yaitu bahwa Allah adalah Tuhan Pencipta semua makhluk, Allah adalah Tuhan Pemelihara alam semesta, dan Allah adalah Pemilik ampunan dan siksaan yang pedih. Kesamaan itu juga terletak pada pernyataan bahwa kasih sayang Allah meliputi setiap orang yang beriman dan berserah diri kepada-Nya dengan hati yang tulus ikhlas dan percaya, dan bahwa siksaan-Nya akan dirasakan oleh orang-orang yang zalim [Fushshilat : 43]. Al-Qur’an berbicara tentang hakikat. Al -Qur’an juga menujukkan kita cara yang harus kita tempuh untuk mencapai keadilan dan jalan yang lurus. Selain itu , di dalam al-Qur’an juga terdapat keterangan bahwa penurunan al -Qur’an kepada Nabi Muhammad saw. tidak lain hanyalah untuk menjelaskan kepada manusia apa-apa yang mereka perselisihkan dan untuk menjadi petunjuk bagi orang -orang mukmin [al- Nahl : 64]. Sehbungan dengan hal ini , pada banyak tempat, al- Qur’an menerangkan bahwa Allah swt. Mengangkat derajat orang-orang mukmin melalui pengutusan Muhammad kepada mereka sebagai seorang rasul. Tugas rasul yang diutus itu, antara lain, adalah untuk menerangkan kepada mereka bahwa orang yang berusaha berlaku adil akan menemukan jalan menuju Allah, Tuhan Pemelihara alam semesta Yang Maha Pengasuh kepada hamba-hamba-Nya, Tuhan Yang
memiliki al-Kitab yang mengandung ilmu azali dan sumber wahyu Qur’ani [al Ra’ad : 39].
Al-Qur’an mengajarkan kita bahwa bagi orang yang berlaku zalim tidak ada teman maupun saudara, sebab orang-orang seperti itu tidak memiliki pelindung dan penolong [al-Syura : 8]. Dan pelindung yang sebenarnya adalah Allah, Tuhan Yang Mahahidup (al-Hayy), Yang Berdiri Sendiri (al- Qoyyum), Yang Mahaperkasa (al-Aziz), dan Yang Mahakuasa (al-Qadir). Oleh karena itu, manusia harus percaya sepenuhnya kepada Allah yang memelihara dan menjaganya. Cukuplaah Allah sebagai pelindung (wakil) [ al-Ahzab : 3]. Meskipun demikian, keputusan manusia untuk beriman adalah keputusan yang dilakukan atas dasar kebebasan untuk memilih. Tetapi , pada saat yang sama, al-Qur’an juga mengancam orang-orang yang ingkar kepada-Nya dari sikaf kufurnya itu. Sebab Allah memiliki kerajaan langit dan bumi dan Dia Maha Mengetahui (al-Alim) dan Maha Bijaksana ( al-Hakim ) yang mengetahui segala sesuatu. Allah
mengutus
Muhammad
saw.
kepada
umat
manusia
untuk
menyampaikan kepada mereka ayat-ayat-Nya yang termaktub di dalam al-Qur’an dan juga untuk mengajak mereka agar selalu membersihkan dan menyucikan diri : Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang mukmin ketika mengutus kepada mereka seorang rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan ayt-ayat Nya, menyucikan mereka dan mengajarkan mereka alKitab dan al- Hikmah.
Sebelumnya mereka, sungguh benar-benar berada di
dalam kesesatan yang nyata [Al-Imran: 64].
Keterangan tentang makna ayat-ayat-Nya, menyucikan, al-Kitab dan alHikmah yang terdapaat pada ayat di atas dapat kita t emukan pada banyak tempat
di dalam al- Qur’an. Ayat-ayat –N ya – yaitu ayat-ayat al- Qur’an dan berbagai fenomena alam – pada dasarnya cukup jelas sehingga mudah diketahui oleh setiap orang melalui perenungan dan penalaran. Al- qur’an sendiri sangat memuji aktifitas perenungan dan penalara dengan akal dan menganggap fitrah (kesucian jiwa) itu sebagai pancaran cahaya Ilahi dalam diri manusia [al-Hijr: 29]. Cahaya ilahi itulah yang memberi peluang kepada manusia untuk mengetahui ayat-ayat-
Nya di mana saja, baik yang berada di alam raya maupun di dalam diri manusia
sendiri [al-Dzariyat : 20 dan seterusnya]. Orang yang dapat melihat ayat-ayat-Nya yang terdapat di alam raya itu hanyalah orang-orang
yang berpredikat muttaqun, yaitu orang-orang yang
bertaqwa [ Yunus: 6]. Semua ayat itu berasal dari sisi Allah swt. [ al –Ankabut: 50]. Di samping itu, al- Qur’an mengimformasikan pula bahwa Allah akan memperlihatkan ayat dan tanda-tanda kekuasaan-Nya, baik yang berada di alam raya maupun di dalam diri manusia., kepada manusia supaya tampak jelas kepada mereka bahwa Dialah memiliki predikat Mahabenar ( al-Hqq) [Fushshilat: 53]. Allah juga akan menunjuki jalan yang harus di tempuh oleh manusia untuk dapat memahami pesan-pesan al-Qur’an . Al-Qur’an adalah ayat-ayat yang jelas di dalam dada orang-orang yang diberi ilmu [al—Ankabut: 49]. Untuk dapat
memahami pesan-pesan yang dikandung di dalam al-Qur’an itu, manusia harus membersihkan hatinya. Jika emas harus dibersihkan dari berbagai kotoran agar tampak keindahannya, maka hati manusia pun harus dibersihkan dari berbagai sifat yang buruk dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang, agar hati nurani dan jiwanya menjadi tinggi dan terhoramt. Itu semua baru akan tercapai melalui kerja keras.
Dengan kerja keras
semacam itu, manusia dapat menundukkan egonya dan menantang berbagai bentuk ketidak adilan yang ada di muka bumi. Usaha keras itu pulalah yang memungkinkan manusia untuk menerima al-Kitab dan al-Hikmah, yaitu risalah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Usaha keras itu pulalah yang memungkinkan manusia untuk memahami risalah Muhammad dan berjuang demi menegakkan keadilan dalam kehidupan nyata. Al-Qur’an menyebutkan dengan jelas bahwa manusia be rtugas sebagai khalifah Allah dimuka bumi [al-Baqarah: 30]. Mereka semua bertanggung jawab dihadapa Allah yang telah menunjukkan mereka jalan untuk dapat mengemban tugas itu. Allah telah mengutus semua rasul dan menurunkan sema kitab suciNya supaya manusia belajar bagaimana berbuat dengan segaala daya upaya demi menegakkan kebenaran dan berlaku adil [al-Hadid: 25].
Allah menugaskan Nabi Muhammad saw. untuk mengajak umat manusia beriman kepada Allah Yang Mahaesa, mengajurkan orang-orang mukmin agar melakukan amal saleh yang tumbuh dari keimanan yang kuat dan hidup, dan untuk mngeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya terang [al-Thalaq: 11]. Di samping itu, hadits-hdits Nabi saw. juga menjelaskan bahwa ketakwaan dan akhlak mulia bagaikan dua ranting dari satu pohon, dan bahwa orang yang tidak memeliki sifat ramah adalah orang yang tidak baik. Orang yang tidak menyayangi sesama manusia tidak akan disayangi oleh Allah. Dalam hal ini
Rasulullah saw. merupakan manusia yang berakhlak sangat mulia seperti disebutkan di dalam al- Qur’an.
Oleh karena itu semua umat Islam sangat
mencintainya dan mengikuti jejaknya tatkala mereka percaya sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Pengasih dan t idak pernah berlaku zalim terhap seseorang. Dengan demikian, kehidupan mereka menjadi penuh makna dan penuh harapan, bahkan di alam yang oleh banyak orang dianggap sebagai alam yang tidak mengandung makna dan harapan. Sikap alienasi di alam yang tampak tidak adil dan tidak bermakna mengingatkan manusia yang tidak pernah menyerah dan putus asa akan adanya alam laindi balik sikap alienasi itu. Dengan hati nurani ia akan memahami apa yang di maksud oleh al- Qur’an: Kehidupan dunia ini tidak lain daripada permainan dan senda gurau, dan sesungguhnya kehidupan akhirat adalah kehidupan yang sebenarnya [al-Ankabut: 64].
Sejak wahyu pertama diturunkan sampai zaman kita sekarang upaya untuk menafsirkan risalah al- Qur’an secara benar tidak pernah berhenti. Tidak lama setelah Rasulullah saw. wafat, para ulama menentukan apa yang dinamakan penafsiran al-Qur’an dengan ayat yang lain (tafsir al-Qur’an bi al -Qur’an), atau penafsiran dengan bersandar pada apa yang pernah diucapkan baik oleh Rasulullah maupun oleh Sahabat . Setelah itu, yaitu pada masa tabiin, umat Islam mulai membahas berbagai persoalan yang muncul berkenaan dengan penafsiran al-Qur’an seperti, misalnya, masalah hubungan antara qadla’ dan qadar dengan kehendak manusia. Kemudian para musafir mencoba menafsirkan al- Qur’an ayat demi ayat. Tampaknya tidak di ragukan lagi bahwa berbagai corak penafsiran yang ada dan sampai kepada kita sekarang -jika orang-orang kemudian tidak
pernah menstransforma-sikannya dari generasi sebelumnya – mencerminkan adanya perbedaan pandangan ulama-ulama kita. Di zaman kita, mantan Imam Besar Al – Azhar, almarhum Sheikh Mahmoud Shaltout (wafat tahun 1963 M.), menegaskan bahwa al- Qur’an pada prinsipnya
adalah kitab petunjuk seperti dapat kita baca pada ayat 2 surat al-Baqarah. Al-Qur’an mengajarkan kepada kita bahwa barang siapa berserah diri kepada Allah dalam keadaan berbuat ihsan, maka berarti ia telah berpegang teguh kepada al-‘urwah al -wutsqa (tali yang kuat). Dan kepada Allahlah akibat segala urusan
[Luqman: 22].
Sejak diturunkannya kepada Nabi Muhammad saw.
melalui pewahyuan, al- Qur’an merupakan sumber yang memancarkan cahaya yang menerangi kalbu dan menenteramkan jiwa. Dari titik tolak tanggung jawab sebagai Muslim dalam menyebarluaskan risalah Islam kepada semua umat manusia dengan berbagai bahasa dunia, Majelis Tinggi Urusan Agama Islam memilih buku tafsir al- Qur’an yang sederhana tetapi mencapai tujuan dimaksud tadi yang terlepas dari perbedaan mazhab dan penggunaan kata-kata yang sulit. Tafsir itu dikenal dengan nama al- Muntakhab yang telah diterbitkan oleh Majelis Tinggi Urusan Agama dalam bahasa Arab. Tafsir al-Muntakhab memang sengaja dirancang untuk dapat diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa dunia selain bahasa Arab dalam rangka mengenalkan ajaran al-Qur’an secara lebih luas. Terjemahan di hadapan kita ini adalah edisi pertama bahasa Indonesia yang diterbitkan di Mesir.
Terjemahan ini, seperti telah disinggung sebelumnya,
bukan merupakan terjemahan harfiah dari ayat-ayat al-Qur’an, terjemahan dari tafsir Al-muntakhab yang disebutkan tadi.
melainkan
Terjemahan edisi bahasa Indonesia ini dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri atas orang-orang yang menekuni berbagai disiplin ilmu agama dan bahasa Arab di beberapa perguruan tinggi di Mesir. Mereka adalah : 1. H. Abdul Hafidz bin Zaid, Lc., alumni Fakultas Bahasa Arab, Universitas Al – Azhar, Kairo. 2. H. Ahmad Zamroni, Lc., alumni Fakultas Ushuluddin (Tafsir) , Universitas
Al-Azhar, Kairo. 3. H. Amanullah Halim, Lc., alumni Fakultas Syariah, Universitas Islam,
Madinah, Arab Saudi. 4. H. Irfan Mas’ud Abdullah, Lc., alumni Fakultas Ushuluddin, (Akidah dan Filsafat), Universitas Al-Azhar, Kairo. 5. H. Muchlis Muhammad Hanafi, M.A., alumni Fakultas Ushuluddin, (Tafsir),
Universitas Al-Azhar, Kairo. 6. H. MuhlaShon Jalaluddin, Lc., alumni Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Al-Azhar, Kairo. 7. H. Salim Rusydi Cahyono, Lc., alumni Fakultas Ushululddin (Akidah dan
Filsafat), Universitas al-Azhar, Kairo. 8. H. Uzeir Hamdan, Lc., alumni Fakultas Bahasa Arab, Universitas Al-Azhar, Kairo. Editing bahasa dilakukan oleh H. Muhammad Arifin, M.A., alumni Khartoum Internnational Institute for Arabic Language, Khartoum, Sudan, sedangkan supervisi dan editing naskah dilakukan oleh Prof. Dr. H. M. Quraish Shihab, M.A., Duta besar Republik Indonesia di Kairo dan anggota
Lajnah Pentashih Mushaf al- Qur’an pada Departemen Agama Republik Indonesia. Mereka semua telah melakukan banyak hal demi terbitnya edisi bahasa Indonesia dalam bentuk yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada mereka semua atas
karya yang sangat berharga ini. Semoga Allah swt. Memberi pahala yang berlipat ganda kepada kita semua. Majelis Tinggi Urusan Agaama Islam menyambut gembira berbagai bentuk kritik dan masukan, terutama dari kalangan cendekiawan, para ahli dan lembagalembaga yang terkait dengan terjemah edisi bahasa Indonesia ini, demi peningkatan mutu pada edisi-edisi mendatang, insya Allah. Sebelum mengakhiri Kata Pengatar ini, saya tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Presiden Mohamad Hosni Mubarak atas dukungan dan dorongan yang diberikan kepada Majelis Tinggi
Urusan Agama Islam dalam rangka menyebarluaskan persepsi yang benar tentang agama Islam dalam berbagai bahasa dunia. Saya berharap semoga terjemahan Al-Muntakhab edisi bahasa Indonesia ini mampu memberi manfaat yang besar bagi siapa saja – terutama bagi penutur lebih jauh pesan-pesan yang dibawa oleh al- Qur’an.
Semoga edisi bahasa
Indonesia ini juga dapat memainkan peran dalam menghilangkan kesalah pahaman tentang Islam selama berabad-abad lamanya yang di akibatkan oleh kurangnya informasi yang benar dan memadai tentang agama yang diturunkan sebagai rahmat bagi alam semesta ini.
Prof. Dr. Mahmoud Hamdy Zaqzouq Menteri Wakaf Ketua Majelis Tinggi Urusan Agama Islam Ramadan 1422 H. Desember 2001 M.
(
S
E
L
E
K
T
A
)
Dalam Tafsir al-Qur’an al-Karim
Arab – Indonesia Direjemahkan oleh : Muchlis M.Hanafi Muhlason Jalaluddin
Amanullah Halim Irfan Mas’ud Abdullah
Salim Rusydi Cahyono Abdul Hafidz al-Kindi Uzeir Hamdan
Ahmad Zmroni
Editor Bahasa Mahammad Arifin
Supervisor: Prof. Dr. Quraish Shihab, MA Guru Besar Ilmu Tafsir IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Dan Duta Besar RI di Kairo SURAT 1 AL-FATIHAH ( PEMBUKA ) Pendahuluan Surat al-Fatehah ini diturunkan di Mekah sebelum hijrah. Disebut al-Fatihah (pembuka), karena letaknya yang berada pada urutan per-tama surat-surat alQur’an. Surat yang pertama diturunkan secara lengkap di antara surat-surat alQur’an ini merepakanintisari dari seluruh kandungan al -Qur’an yang kemudian diperinci oleh surat-surat sesudahnya. Tema-tema pokok al-Qur’an –seperti penjelasan tawhid dan keimanan, janji dan kabar gembira bagi orangh-orang mukmin, ancaman dan peringatan bagi orangorang kafir dan pelaku kejahatan, tentang ibadah, kisah orang-orang yang beruntung karena taat kepada Allah dan sengsara karena mengingkari-Nya- semua itu tercermin secara singkat dalam surat ini. Oleh sebab itu, surat ini juga disebut dengan nama Umm al-Kitab (induk al-Qur’an). 1. Surat ini dimulai dengan menyebut nama Allah –satu-satunya tuhan yang berhak disembah- yang memiliki seluruh sifat kesempurnaan dan tersucikan dari segala bentuk kekurangan. Dialah pemilik rahmah (sifat kasih) yang tak habis-habisnya, yang menganugerahakan segala macam kenikmatan, baik besar maupun kecil. 2. Segala puja dan puji kita persembahkan kepada Allah semata, karena Dialah yang menciptakan dan memelihara seluruh makhluk. 3. Di adalah pemilik dan sumber rahmah yang tak pernah putus memberikan segala kenikmatan, baik besar maupun kecil. 4. Dan Dialah Penguasa satu-satunya pada hari kiamat, hari perhitungan dan pembalasan. Wewenangnya pada hari itu bersifat mutlak tidak disekutui oleh suatu apapun. 5. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan. 6. Kepada Engkaulah kami meminta untuk menunjuki kami jalan kebenaran, kebajikan dan membawa kepada kebahagiaan. 7. Yaitu jalan para hamba-Mu yang telah Engkau beri petunjuk untuk beriman kepadaMu, bukan jalan orang-orang yang Engkau mrkai dan bukan pula jalan mereka yang
sesat dari kebenaran dan kebajikan karena mereka tidak beriman dan mengingkari petunjuk-Mu.
SURAT 2 AL-BAQARAH ( SAPI ) Pendahuluan Surat yang termasuk dalam kelompok Madaniyyah yang diturunkan di Madinah setelah hijrah, ini adalah surat terpanjang di antara seluruh surat al- Qur’an. Surat ini mulai memerinci hal-hal yang disebutkan secara singkat dan global pada surat sebelumnya (al-Fatihah). Pada surat ini, misalnya, selain ditegaskan bahwa alQur’an adalah sumber petunjuk kebenaran, juga disebut ihwal orang-orang yang memperoleh keridhaan Allah dan orang-orang yang mendapatkan kemurkaan-Nya, yaitu golongan kafir dan munafik. Setelah penegasan bahwa al-Qur’an adalah kitab petunjuk yang tidak diragukan kebenarannya, pada surat ini mulai dibicarakan tiga kelompok manusia, yaitu kelompok mukmin, kafir dan munafik, seraya mengajak umat manusia untuk menyembah Allah semata dengan memberi ancaman bagi orang kafir dan kabar gembira bagi orang mukmin. Kemudian, surat ini secara khusus berbicara mengenai Banu Isra’il dan mengajak mereka untuk kembali kepada kebenaran. Mereka diingatkan tentang hari-hari Allah, tentang kejadian-kejaadian yang menimpa mereka ketika menyertai Musa a.s., tentang Ibrahim dan Ismail a.s. yang membangun Ka’bah. Di sela-sela pembicaraan mengenai kisah Banu Isra’il yang cukup panjang hingga hampir mencapai setengah isi surat, sering kali didapati ajakan kepada orang-orang mukmin untuk mengambil pelajaran dari apa yang telah menimpa orang-orang Yahudi dan Nasrani itu. Selanjutnya, pembicaraan beralih kepada Ahl al-Qur’an (orang-orang mukmin) dengan mengingatkan keesaan antara umat Musa a.s. dan umat Muhammad saw. yang berasal dari keturunan Ibrahim a.s. Disebut pula ihwal kiblat dan sebagainya, lalu diutarakan pula tentang tauhid dan tanda-tanda kemahaesan Allah, tentang syirik, tentang makanan yang diharamkan dan penegasan bahwa hanya Allahlah yang berhak menghalalkan dan mengharamkan sesuatu. Beberapa prinsip kebajikan juga dijelaskan dalam surat ini, seperti hukum puasa, wasiat, larangan memakan harta secara tidak benar, hukum kisas, hukum perang, manasik haji, larangan meminum khamar dan berjudi, hukum nafkah, larangan riba, hukum jual-beli dan utang piutang, hukum nikah, talak, idah, dan sebaginya.
Masalah tauhid, kenabian dan hari kebangkitan yang merupakan pokok-pokok akidah, juga disebutkan dalam surat ini. Sebagai khatimah, surat ini ditutup dengan doa orang-orang mukmin agar Allah memberi pertolongan dan kemenangan kepada mereka. Ada beberapa kaidah yang dapat dipetik dari surat ini, antara lain, bahwa : a. Hanya dengan mengikuti jalan Allah dan melaksanakan ajaran-ajaran-Nya, umat manusia akan dapat mencapai kebahagian dunia dan a khirat; b. Tidak selayaknya orang yang berakal mengajak orang lain kepada kebenaran dan kebajikan, sedangkan ia tidak melakukannya; c. Wajib hukumnya mendahulukan kebaikan dari pada kejahatan dan membuat sesuatu prioritas dengan melakukan yang terbaik dari yang baik; d. Pokok-pokok ajaran agama ada tiga, yaitu beriman kepada Allah, beriman kepada hari kebangkitan dan melakukan amal salih. Dan bahwa ganjaran itu diperoleh atas dasar keimanan dan amal sekaligus; e. Syarat keimanan adalah tunduk dan pasrah kepada apa yang dibawa oleh Rasul; f. Orang-orang non Muslim tidak akan merasa puas sampai orang-orang Islam mengikuti agama mereka; g. Kekuasaan yang benar dalam agama, harus berada di tangan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berlaku adil, bukan di tangan orangorang kafir dan zalim, h. Beriman kepada agama Allah sebagaimana yang diturunkannya, mengarah kepada kesatuan dan persatuan, sementara meninggalkan petunjuknya akan meenimbulkan perselisihan dan perpecahan; i. Perkara-perkara yang terpuji bisa dicapai dengan kesabaran dan salat. Bahwa taqlid (mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui dasarnya) adalah tidak benar dan dapat menimbulkan kebodohan dan kefanatikan; j. Allah swt. Menghalalkan bermacam-macam makanan yang baik kepada hamba-Nya dan mengharamkan dalam jumlah terbaatas hal-hal yang kotor. Siapa pun, selain Allah tidaklah berhak menentukan haram halalnya; k. Sesuatu yang diharamkan dapat menjadi halal bagi orang yang dalam keadaan terpaksa, karena keadaan darurat dapat menghalalkan sesuatu yang dilarang dalam batas-batas tertentu; l. Agama ditegakkan atas dasar kemudahan dan menghilangkan kesulitan. Allah tidak membebani manusia sesuatu, di atas kemampuannya; m. Menjerumuskan diri sendiri ke dalam kehancuran haram hukumnya; n. Untuk mencapai sesuatu tujuan, seseorang harus menempuh jalan yang akan mengarah kepadanya (hukum sebab akibat);
o. Pemaksaan dalam beragama tidak dibenarkan; p. Berperang melawan musuh diperintahkan untuk membela diri, demi menjamin kebebasan beragama dan tegaknya Islam dalam masyarakat; q. Seorang muslim boleh mengejar kebahagiaan di dunia sebagaimana ia melaksanakan kewajibannya demi kebahagian di akhirat; r. Sesungguhnya sadd al-dzara’ i’ (mencegah perbuatan-perbuatan yang mengarah kepada perbuatan haram) dan pencapaian maslahat, merupakan maqashid syar’iyyah (tujan –tujuan umum syariat Islam); s. Keimanan dan kesabaran merupakan faktor penyebab kemenangan minoritas yang adil atas mayoritas yang tiran; t. Memakan harta orang lain dengan cara yang tidak dibenarkan adalah haram hukumnya; u. Ganjaran seseorang ditentukan oleh amal perbuatannya sendiri, bukan amal perbuatan orang lain; v. Hikmah al-tasyri’ (falsafah hukum Islam) dapat dibuktikan oleh akal sehat, karena hukum Islam mengandung kebenaran, keadilan dan maslahat manusia.
TIGA GOLONGAN MANUSIA DALAM MENYIKAPI AL- QUR’AN Golongan Mukmin 1.
Alif, Lam, Mim. Allah swt. Memulai dengan huruf-huruf eja ini untuk menunjukkan mukjizat al-Qur’an, karena al-Qur’an disusun dari rangkaian huruf huruf eja yang digunakan dalam bahasa Arab sendiri. Meskipun demikian, mereka tidak pernah mampu untuk membuat rangkaian huruf-huruf itu menjadi seperti alQur’an. Huruf -huruf itu gunanya untuk menarik perhatian pendengarnya karena mengandung bunyi yang berirama.
2.
Iniah kitab yang sempurna, yaitu al- Qur’an yang telah Kami turunkan. Orangorang yang berakal sehat tidak akan dihinggapi rasa ragu bahwa al- Qur’an di turunkan oleh Allah swt. Dan membenarkan apa-apa yang tercakup di dalamnya berupa hukum, kebenaran dan petunjuk yang berguna bagi orang-orang yang siap mencari kebenaran, menghindari bahaya dan sebab yang menjurus kepada hukuman.
3.
Mereka itu adalah orang-orang yang percaya dengan teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa kepada yang g aib –yaitu hal-hal yang tidak
dapat ditangkap oleh panca indra, seperti malaikat dan hari kemudian, karena dasar beragama adalah beriman kepada yang –gaib menginfakkan sebagian dari apa yang dianugerahkan oleh Allah kepada mereka di jalan kebaikan dan kebajikan. 4.
Mereka beriman kepada al-Qur’an yang diturunkan kepadamu Muhammad, yang mengandung hukum dan kisah, dan melaksanakan yang diperintahkan. Mereka beriman kepada kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi dan rasul-rasul sebelummu seperti Tawrat, Injil, dan lain-lainnya, karena pada prinsipnya risalahrisalah Allah itu satu. Dan cirri-ciri mereka adalah percaya dengan teguh akan datangnya hari kiamat, yaitu hari hisab, pembalasan dan hukuman.
5.
Mereka yang mempunyai cirri-ciri sifat sebagaimana disebutkan adalah golongan yang telah dipersiapkan dan ditetapkan untuk memperoleh petunjuk ketuhanan. Mereka adalah satu-satunya golongan yang bakal mendapatkan kemenangan, pahala, yang diharapkan dan didambakan, oleh sebab upaya dan kerja keras mereka dengan melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangannya.
Golongan Kafir 6.
Begitulah ihwal golongan yang di beri petunjuk. Adapun golongan manusia yang bodoh, yang tidak memilih kesiapan beriman oleh sebab keacuhan dan sifat membangkang mereka, baik kamu beri peringatan kepada mereka atau tidak, sekalikali mereka tidak akan memenuhi panggilan Tuhan.
7.
Mereka adalah golongan yang telah dikuasai oleh sikap ingkar (kupr), hingga hati mereka seolah tertutup oleh sekat yang tidak akan pernah dimasuki sesuatu pun. Pendengaran mereka terkunci, hingga tak sanggup mendengarkan kebenaran. Penglihatan mereka terhalang, hingga tak mampu melihat tanda-tanda kekuasaan Tuhan yang akan menuntun kepada keimanan. Oeh sebab itu mereka pantas menerima siksa yang keras.
Golonga Munafik 8.
Di anatara golongan yang ingkar itu terdapat sekelompok manusia yang mengatakan sesuatu yang sesungguhnya tidak lahir dari dalam hati nurani mereka. Dengan maksud memperlihatkan keimanan, mereka berkaata, “Kami beriman kepada Allah dan hari kiamat.” Padahal sesungguhnya tidak benar. Maka dari itu, mereka tidak termasuk golongan orang yang beriman.
9.
Dengan perbatan itu mereka telah menipu orang-orang yang beriman dan mengira telah menipu Allah, karena mereka ragu bahwa Allah mengetahui rahasia mereka. Padahal sesungguhnya Allah mengetahui segala yang tersembunyi dan yang tampak, sehingga pada hakikatnya mereka hanya menipu diri sendiri. Sebab, cepat atau lambat, mereka akan merasakan akibat buruk perbuatan mereka itu. Maka, barangsiapa yang menipu orang lain dengan menganggapnya bodoh –padahal tidak demikian kenyataannyaa- berarti ia telah menipu diri sendiri.
10. Dalam hati mereka terdapat penyakit iri dan dengki kepada orang-orang yang beriman, di samping kerusakan akidah. Allah menambah parah penyakit mereka itu dengan memenangkan kebenaran, karena hal itu akan lebih menyakitkan, akibat iri, dengki dan keangkuhan mereka. Mereka akan mendapaatkan siksa yang pedih di dunia dan di akhirat akibat dusta dan ingkar. 11. Apabila salah seorang yang telah diberi petunjk oleh Allah berkata kepada orang-orang munafik, “Janganlah kalian berbuat kerusakan di atas bumi dengan menghalang-halangi orang yang berjuang di jalan Allah, menyebarkan fitnah dan memicu api peperangan,” mereka justru mengklaim bahwa diri mereka bersih dari perusakan. Mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami adalah orang— orang yang melakukan perbaikan.” Itu semua adalah akibat rasa bangga diri mereka yang berlebihan. 12. Ingat dan waspadalah kalian, wahai orang-orang yang beriman, bahwa mereka itulah sebenarnya yang berbuat kerusakan, akan tetapi mereka tidak menyadarinya karena rasa bangga atas diri sendiri, juga akibat buruk yang akan menimpa mereka oleh sebab kemunafikan. 13. Apabila seseorang bermaksud memberi nasihat dan arahan kepada mereka dengan mengatakan, “Terimalah sebagaimana mest inya, hendaknya kalian beriman secara ikhlas sebagaimana imam manusia-
manusia sempurna yang telah menyambut seruan akal,” orang-orang munafik itu mengejek, mencemooh dan menjawab, “Tidaklah pantas diri kami ini menjadi pengikut orang-orang bodoh dan lemah akal.” Maka Allah membalas kecerobohban itu dengan menunjukkan bahwa hanya mereka sajalah orang-orang yang bodoh dan dungu, akan tetapi mereka tidak mengerti secara yakin bahwa kebodohan dan keterbatasan pengetahuan itu hanya ada pada mereka dan dalam diri mereka. 14. Orang-orang munafik itu, jika bertemu dengan orang-orang mukmin yang ikhlas akan berkata, ‘Kami pun beriman seperti kalian. Kami percaya akan kebenaran Rasul dan seruannya, dan kami satu akidah dengan kalian.” Namun jika mereka berpisah dan kembali kepada golongan mereka yang mempunyai watak menyerupai setan dalam upaya memfitnah dan membuat kerusakan, mereka berkata, “Kami bersama kalian di satu jalan dan dalam satu perbuatan. Sungguh, apa yang kami katakan kepada orang-orang yang beriman hanyalah kami maksudkan untuk merendahkan dan mengejek mereka.” 15. Allah membalas ejekan mereka itu, dan menakdirkan mereka menjadi hina sebab cacian mereka terhadap orang-orang yang beriman. Allah memperlakukan mereka sebagai pengejek, menelantarkan mereka dalam jurang kesesatan yang membutakan mata mereka dari kebenaran, kemudian menyiksa mereka. 16. Mereka lebih memilih kesesatan daripada petunjuk, bagaikan seorang pedagang yang membeli barang yang telah rusak dan tidak laku dijual. Akibatnya ia rugi dan kehilangan modal. Mereka tidak mendapatkan petunjuk dalam perbuatan mereka. 17. Keadaan mereka dalam kemunafikan seperti orang yamg menyalakan api untuk digunakan bersama kaumnya. Ketika api itu menerangi sekelilingnya, Allah menghilangkan cahaya yang menerangi mereka dan Allah membiarkan orang-orang yang menyalakan api itu dalam kegelapan yang kelam, tidak dapat melihat apa-apa. Hal itu
disebabkan karena mereka tidak berpegang teguh kepada petunjuk yang telah diberikan, sehingga mata mereka menjadi tertutup, dan pastas untuk berada dalam kebimbangan dan kesesatan. 18. Mereka bagaikan orang tuli karena telah kehilangan fungsi pendengaran dengan tidak mendengarkan kebenaran untuk diterima atau diikuti. Mereka juga bagaikan bisu karena tidak berbicara sesuai dengan petunjuk atau kebaenaran. Dan mereka juga bagaikan orang yang kehilangan penglihatan karena tidak memfungsikan pengliatannya untuk mendaptkan pelajaran atau peringatan. Mereka selalu tidak akan meninggalkan kesesatan. 19. Atau keadaan mereka yang penuh kebimbangan, kepedihan yang menimpa dan ketidak tahuan mereka akan manfaat dan bahaya, bagaikan keadaan orang-orang yang ditimpa hujan, kilat dan halilintar. Mereka meletakkan ujung jari di telinga agar tidak mendengar suara halilintar sebab mereka takut akan mati dan mengira bahwa dengan diturunkan al-Qur’an –yang mengandung penjelasan tentang kekafiran dan ancamannya, keimanan dan cahayanya yang kemilau, dan peringatan dan macam-macam siksaanmereka berpaling dan berusaha menghindar darinya. Mereka mengira sikap menghindar itu akan menyelamatkan mereka dari siksaan. Akan tetapi Allah Maha Mengetahui orang-orang yang kafir, menguasai dari segala penjuru dengan ilmu dan kekuasaan-Nya. 20. Kilat yang mengandung peringatan keras ini hampir-hampir menyambar penglihatan mereka dan dengan bantuan cahayanya mereka melangkah. Ketika cahaya itu sirna dan gelap semakin pekat mereka berhenti dalam keadaan bingung dan tersesat. Orang-orang munafik itu, apabila melihat tanda-tanda kekuasaan Allah yang membuat mereka terpesona, mereka langsung menyatakan keinginannya untuk mengikuti petunjuk untuk beriman. Akan tetapi sastrakemunafikan. Sesungguhnya kekuasaan Allah amat luas. Jika
berkehendak, Dia melakukan sesuatu. Tidak ada sesuatu pun di langit dan di bumi yang menundukkann-Nya
.KEESAAN DAN KEKUASAANTUHAN Perintah menyebah Tuhan Yang Mahaesa
21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan dan memelihara kamu seperti halnya orang-orang sebelum kamu. Dia adalah pencipta segala sesuatu. Semoga dengan begitu jiwa kalian selalu siap untuk mengagungkan Allah dan mengingatnya sehingga menjadi suci, tunduk kepada kebenaran dan takut akan hari pembalasan. 22. Sesungguhnya hanya Dialah yang mempersiapkan bumi dengan kekuasaan-Nya, membentangkan permukaannya agar mudah untuk ditempati dan didayagunakan. Dia menjadikan langit, benda-benda dan planetnya seperti bangunan yang kokoh. Dia juga memberikan kepada kalian sumber kehidupan dan segala nikmat, yaitu air. Dia menurunkan air dari langit dan menjadikannya sebagai sebab tumbuhnya tanaman dan pepohonan yang berbuah yang dapat kalian ambil manfaatnya. Dengan demikian, tidaklah benar kalian berpandangan bahwa Allah memiliki sekutu yang kalian sembah seperti menyembah Allah, sebab tiada sekutu bagi-Nya. Dengan fitrah dasar, kalian dapat mengetahui bahwa tidak ada sekutu bagi-Nya. Maka janganlah kalian menyeleweng dari fitrah tersebut. Tantangan kepada orang-orang musyrik mengenai al-Qur’an 23. Jika kalian tetap meragukan kebenaran al- Qur’an yang Kami turunkan berangsur-angsur kepada hamba Kami, Muhammad, maka sebenarnya ada bukti nyata di anatara kalian yang dapat menjelaskannya. Yaitu: berusahalah membuat surat yang serupa dengan surat-surat al-Qur’an, baik dari segi sastra, hukum, cakupan ilmu dan petunjuk lainnya, lalu panggillah saksi-saksi penguat bahwa kalian telah melakukannya dan mintalah bantuan mereka, maka sekali-
kali tidaklah akan kalian dapatkan. Saksi-saksi penguat tadi tentunya yang selain Allah, sebab Dia selalu menolong hamba-Nya dan menyaksikan segala perbuatannya. Ini semua kalau keraguan kalian terhadap al-Qur’an benar. 24. Jika kalian tidak dapat mendatangkan surat yang serupa –dan pasti kalian tidak akan bisa, sebab al-Qur’an adalah kalam Tuhan, Sang Khalik, dan itu di luar kemampuan makhluk- maka yang harus kalian lakuakan adalah menjauhi hal-hal yang dapat menjerumuskan kepada siksaan di akhirat, yaitu api yang bahan bakarnya terdiri atas orangorang kafir dan patung-patung sembahan. Api tersebut disediakan untuk menyiksa orang-orang yang ingkar. Balasan terhadap orang-orang beriman
25. Jika neraka merupakan ganjaran bagi orang-orang kafir, maka surga adalah bagi orang-orang mukmin. Kabarkanlah kepada orangorang yang percaya kepada Allah, Rasul dan Kitab-Nya; tnduk kepada kebenaran tanpa ada keraguan, dan mengerjakan amal saleh, bagi mereka telah disediakan surga yang penuh dengan buah-buahan, pepohonan dan istana-istana, dengan sungai-sungai yang mengalir di bawahnya. Setiap kali Allah memberikan rezeki kepada mereka di dalam surga dengan sebagian buah-buahannya, mereka berkata, “Ini seperti apa yang telah diberik an kepada kita sebelumnya.” Karena , jenis dan bentuk buah-buahan yang mereka terima ini memang menyerupai apa yang mereka kenal, tetapi memiliki keistimewaan rasa dan kelezatan. Mereka juga diberikan pasangan yang benar-benar suci dan tidak tercela sedikit pun. Mereka akan kekal di dalam surga ini dan tidak akan keluar darinya. Perumpamaan-perumpamaan dalam al-Qur’an dan hikmahnya
26. Allah menjelaskan benda, baik menganggap
memberikan perumpamaan kepada manusia untuk segala hakikat dengan bermacam mahkluk hidup dan kecil maupun besar. Orang-orang yang tidak beriman remeh perumpamaan dengan mahkluk-mahkluk kecil
seperti lalat dan laba-laba ini. Allah menjelaskan bahwa Dia tidak merasa enggan seperti yang dirasakan manusia, maka Dia pun tidak segan-segan untuk manggambarkan bagi hamba-hamba-Nya segala sesuatu yang dikehendaki-Nya meskipun dengan hal-hal yang sangat kecil. Allah dapat menjadikan nyamuk atau yang lebih rendah dari itu sebagai perumpamaan. Orang-orang yang beriman mengetahui maksud perumpamaan itu dan mengetahui pula bahwa hal itu adalah kebenaran dari Allah. Sedangkan orang-orang yang kafir menerimanya dengan sikap ingkar dengan mengatakan, “Apa yang dikehendaki Allah dengan perumpamaan ini?” Perumpamaan ini menjadi sebab kesesatan orangorang yang tidak mencari dan menginginkan kebenaran, dan sebaliknya, merupakan sebab datangnya petunjuk bagi orang-orang mukmin yang mencari kebenaran. Maka, tidak akan tersesat kecuali orang-orang yang membangkang dan keluar dari jalan-Nya. 27. Orang-orang yang membatalkan perjanjian Allah (yaitu oraangorang yang tidak menepati perjanjian Allah yang kukuh, yang ditumbuhkan-Nya dalam diri mereka sesuai dengan fitrah, dikuatkan dengan akal dan risalah) dan memutuskan apa yang diperintahkan-Nya untuk disambungkan (seperti menyambung hubungan persaudaraan dan sikap saling menyayangi, mengenal dan berlemah lembut kepada sesama manusia), serta membuat kerusakan di muka bumi dengan perilaku yang menyimpang dan menyebarkan fitnah serta menimbulkan peperangan dan merusak kehidupan, mereka itulah orang-orang yang merugi. Sebab, dengan tindakaan perusakan seperti itu, berarti mereka telah melawan fitrah dan memutuskan apa-apa yang semestinya tersambung di antara sesama, yang berupa rasa saling mengasihi dan menyayangi. Dengan demikian, mereka akan mendapatkan kehinaan di dunia dan siksaan di akhirat. Bukti-bukti kekuasaan Tuhan
28. Perbuatan kalian sungguh mengherankan. Bagaimana kalian mengingkari Tuhan, pada hal tidak ada alasan untuk membenarkan keingkaran itu? Bahkan wujud dan kehidupan kalian akan menolak dan
tidak membenarkan sama sekali sikap kekufuran itu. Bukankah kalian sebelumnya mati (tidak ada), lalu Allah menghidupkan kalian dan menciptakan kalian dalam bentuk yang sempurna. Kemudian, ketika telah sampai ajal kalian. Dia kembali mematikan kalian. Setelah itu, Dia menghidupkan kalian lagi untuk hisab dan pemberian siksa kubur. Dan hanya kepada-Nyalah –bukan kepada yang lain- kalian akan berpulang, agar Dia melakukan hisab dan memberikan ganjaran atas perbuatan kalian. 29. Sesungguhnya Allah yang harus disembah dan ditaati adalah yang memberikan karunia kepada kalian dengan menjadikan seluruh kenikmatan di bumi untuk kemaslahatan kalian. Kemudian bersamaan dengan peciptaan bumi dengan segala manfaatnya, Allah menciptakan tujuh lapis langit bersusun. Di dalamnya terdapat apa yang bisa kalian lihat dan apa-apa yang tidak bisa kalian lihat. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Penciptaan dan penguasaan manusia di bumi
30. Allah swt. Telah menerangkan bahwa Dialah yang menghidupkan manusia dan menempatkannya di bumi. Lalu Dia menerangkan asal penciptaan manusia dan apa-apa yang diberikan kepadanya berupa pengetahuan tentang berbagai hal. Maka ingatlah, hai Muhammad, nikmat lain dari Tuhanmu yang diberikan kepada manusia. Nikmat itu adalah firman Allah kepada malaikat-Nya, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan mahkluk yang akan Aku tempatkan di bumi sebagai penguasa. Ia adalah Adam beserta anak-cucunya. Allah menjadikan mereka sebagai khalifah untuk membangun bumi.” Dan ingatlah perkataan malaikat, “Apakah Engkau hendak menciptakan orang yang menumpahkan darah dengan permusuhan dan pembunuhan akibat nafsu yang merupakan tabiatnya? Padahal, kami selalu menyucikan-Mu dari apa-apa yang tidak sesuai dengan keagungan-Mu, dan juga selalu berzikir dan mengagungkan-Mu.” Tuhan menjawab, “Sesungguhnya Aku mengetahui maslahat yang tidak kalian ketahui.”
31. Setelah menciptakan Adam, lalu mengajarkannya nama dan karakteristik benda agar ia dapat hidup dan mengambil manfaat dari alam, Allah memperlihatkan benda-benda itu kepada malaikat. “Sebutkanlah kepada-Ku nama dan karakteristik benda-benda ini, jika kalian beranggapan bahwa kalian lebih berhak atas kekhalifahan, dan tidak ada yang lebih baik dari kalian karena ketaatan dan ibadah kalian itu memang benar, “firman Allah kepada malaikat.
32. Malaikat menyadari kelemahannya seraya berkata, “Ya Tuhan, kami benar-benar menyucikan-Mu dengan kesucian yang sesuai dengan zat-Mu. Kami mengakui kelemahan kami dan tidak akan membantahMu. Tidak ada yang kami ketahui kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Engkaulah yang mengetahui segala sesuatu dan Mahabijaksana atas segala yang Engkau lakukan.” Allah berfirman kepada Adam, “Hai Adam, beritahulah nama 33. benda-benda ini kepada malaikat.” Adan kemudian melakukan perintah itu dan menunjukkan kelebihannya atas mereka. Di sini, Allah berfirman kepada mereka dengan mengingatkan keluasan ilmu-Nya “Bukank ah sudah Aku katakan bahwa Aku benar-benar mengetahui segala yang gaib di langit dan di bumi, dan tidak seorang pun yang mengetahuinya kecuali Aku, dan Aku mengetahui apa yang kalian tampakkan dalam , ucapan dan apa yang kalian sembunyikan di dalam hati. 34. Dan renungkan kembali, wahai Nabi, ketika Kami berkata kepada malaikat, “Tunduklah kepada Adam sebagai penghormatan dan pengakuan atas kelebihan-kelebihannya.” Seluruh malaikat menaati perintah itu kecuali Iblis yang enggan untuk bersujud, bahkan masuk ke dalam golongan yang mendurhakai-Nya dan mengingkari nikmat, hikmah dan ilmu-Nya. 35. Allah lalu menciptakan istri Adam dan memerintahkan mereka untuk tinggal di dalam surga. Firman Allah, “Tinggallah kamu dan istrimu di dalam surga dan
makanlah makanan apa saja yang kalian sukai, yang baik dan banyak. Ambillah buah apa pun dan dari mana pun tanpa susah payah.” Namun, Allah mengingatkan mereka terhadap pohon tertentu untuk tidak memakan buah atau bagian – bagiannya yang lain. Janganlah kalian mendekati dan memakan buah atau bagianbagian pohon ini. Apbila kalian melanggar, maka kalian akan termasuk orang-orang yang lalim dan durhaka!” 36. Tetapi Iblis yang iri dan dengki kepada Adam, mulai membujuk mereka berdua untuk memakan buah pohon ini, sehingga mengakibatkan mereka tergoda dan memakannya,. Akibatnya, Allah mengeluarkan mereka dari kenikmatan dan kemuliaan itu, dan menyuruh mereka beserta keturunannya untuk turun dan tinggal di bumi. Mereka menjadi musuh satu sama lain, yang disebabkan oleh persaingan dan rayuan setan. Bagi mereka disediakan tempat kediaman di bumi dan kemudahan hidup serta kesenangan yang akan habis pada waktunya. 37. Adam dan istrinya merasa salah dan lalim terhadap diri sendiri. Allah lalu mengilhami Adam berupa kalimat*) yang diucapkan untuk bertobat dan istigfar. Lalu Adam mengucapkan kalimat itu dan Allah pun menerima dan mengampuni mereka, karena Allah selalu menerima pertobatan. Dia Maha Penyayang kepada hamba-hamba-Nya yang lemah. 38. Telah Kami firmankan kepada Adam, istri, dan keturunannya kelak, serta kepada Iblis, “Turunlah kalian ke bumi. Di sana kalian akan ditugasi dengan berbagai kewajiban. Apabila tugas itu datang kepada kalian –dan pasti akan datang- maka siapa yang menaati perintah-Ku dan mengikuti petunjuk-Ku, tidak akan merasakan takut dan tidak akan tertimpa kesedihan akibat hilangnya pahala. Sebab, Allah tidak akan menyi-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan. 39. Orang-orang yang ingkar serta mendustakan rasul-rasul Allah dan kitab-kitab-Nya adalah penghuni neraka, Mereka kekal di dalamnya dan tidak akan dapat keluar serta tidak akan binasa.
*) Ayat ini ditafsirkan oleh ayat 23 surat al- A’raf, sesuai dengan kaidah “Ayat al-Qur’an menafsirkan ayat yang lain” (al-Qur-an yufassiru ba’dluhu ba’dlan), yang dikenal di kalangan ahli tafsir.
PERINGATAN TUHAN KEPADA BANU ISRA’IL Beberapa perintah dan larangan Tuhan kepada Banu Isra’il 40. Hai Banu Isra’il, renungkanlah nikmat -Ku yang Aku anugerahkan hanya
kepadamu dan nenek moyangmu dengan memikirkan dan melaksanakan kewajiban untuk mensyukurinya. Penuhilah janji-Ku yang Aku tetapkan dan telah kalian nyatakan dalam diri kalian, yaitu berupa iman, amal saleh dan pembenaran kepada nabi-nabi yang datang sebelum Musa. Kalau kalian lakukan hal itu, niscaya Aku akan memenuhi janji-Ku kepada kalian, dengan memberikan pahala yang baik dan kenikmatan yanag abadi. Janganlah kalian takut kepada siapa pun selain Aku, serta hati-hatilah terhadap hal-hal yang menyebabkan kemurkaan-Ku kepada kalian. 41. Benarkanlah al-Qur’an yang Aku turunkan untuk membenarkan kitabkitab yang ada pada kalian, juga membenarkan ilmu tentang tauhid dan ibadah kepada Allah dan prinsip keadilan di anatara manusia. Jangan buru-buru mengingkari al-Qur’an, karena dengan begitu kalian akan menjadi orang pertama yang mengingkarinya. Padahal seharusnya kalian menjadi orang pertama yang mempercayainya. Jangan kalian tinggalkan ayat-ayat Allah untuk kemudian mengambil kesenangan hidup di dunia –yang sebenarnya sangat murah dan tidak abadi- sebagai pengganti. Takutlah kalian hanya kepada-Ku, kemudian ikutilah jalanKu dan tinggalkanlah kebatilan. 42. Janganlah kalian gabungkan antara kebenaran yang datang dari-Ku dengan kepalsuan yang kalian buat, agar tidak terjadi pecampuradukan. Janganlah kalian sembunyikan kebenaran, termasuk di dalamnya kebenaran Muhammad, sedangkan kalian mengetahui kebenaran hal itu. 43. Terimalah ajakan untuk beriman, lalu kerjakanlah salat dengan rukun yang benar dan berikanlah zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya. Salatlah berjamaah dengan orang-orang Muslim agar kalian mendapatkan pahala salat dan pahala jamaah. Hal ini menuntut kalian untuk menjadi orang-orang Muslim.
44. Apakah kalian meminta orang lain untuk selalu berbuat kebajikan dan
tetap dalam ketaatan serta menghindari kemaksiatan, sedangkan kalian tidak melaksanakan apa yang kalian katakan dan tidak berpegang teguh kepada apa yang kalian minta? Sebenarnya hal ini merupakan penyianyiaan terhadap diri sendiri. Kalian seakan-akan melupakan diri sendiri. Padahal kalian sudah membaca Tawrat yang memuat ancaman, seandainya perkataan bertentangan dengan perbuatan. Bukankah kalian memiliki akal yang membentengi kalian dari perilaku yang hina itu? 45. Jadikanlah kesabaran dan sikap menahan diri dari apa yang kalian benci sebagai penolong dalam menjalankan beban ini. Salah satu caranya adalah dengan berpuasa. Dan jadikan salat –yang sangat besar maknanya itu- sebagai penolong juga, karena salat itu menyucikan hati dan mencegah kekejian dan kemungkaran. Karenanya, beban itu akan terasa sangat berat dan sulit kecuali bagi orang-orang yang tunduk dan menyukai ketaatan. Yaitu orang-orang yang hatinya merasa tenteram dengan berzikir kepada Allah. 46. Orang-orang yang tunduk dan berhati tenang itu adalah mereka yang beriman kepada hari akhir dan meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhan pada hari kebangkitan. Hanya kepada-Nyalah mereka akan kembali untuk dihisab dan diberi ganjaran atas perbuatan mereka. 47. Hai Banu Isra’il, renungkanlah nikmat -Ku yang telah Aku berikan kepada kalian berupa pertolongan mengeluarkan kalian dari tirani Fir’aun, pemberi hidayah dan pemberi kekuasaan kepada kalian di bumi setelah sebelumnya tertindas. Bersyukurlah kepada Allah yang telah memberikan itu semua kepada kalian, dengan cara menaati-Nya. Ingatlah bahwa Aku telah memberi nenek moyang kalian apa-apa yang tidak Aku berikan kepada seorang pun pada masa kalian. Kata-kata ini ditujukan kepada orang-orang Yahudi yang diwakili oleh orang-oarang yang hidup pada zaman Rasulullah. 48. Takutlah kepada hari perhitungan yang sangat mengerikan, yaitu hari kiamat, ketika seseorang tidak dapat membela dan memberi pertolongan kepada orang lain. Tidak diterima pemberian syafaat apa pun. Tidak diterima juga suatu apa pun sebagai tebusan dosa. Tidak ada