1.
Tafsir Ibnu Katsir
Judul buku
: Tafsir Ibnu Katsir
Penulis Katsir)
: Al Hafizh Imaduddin Abul Fida Ismail bin Umar bin Katsir (Ibnu
Metode penafsiran
: penafsiran al Quran dengan Al Quran.
Kelebihan
: meringkas buku buku ulama ulama terdahulu agar sejalan dengan keterbatasan waktu orang orang zaman sekarang, agar ilmu ilmu yang pernah dipahami oleh generasi yang lalu yang (tentunya generasi Islam yang lebih baik) dapat terimplementasi secara amal yang nyata.
Penerbit
: Pustaka Imam Asy Syafi’i
2. Tafsir Ibnu Katsir Judul buku
: Tafsir Ibnu Katsir
Penulis
: Dr. Kadar M. Yusuf, M.Ag
Metode penafsiran
: Metode tawasiyah adalah bentuk masdar dari wassa. Secara etimologi kata inibermakna berjanji atau berwasiar, selanjutnya metode karya wisata metode ini adalah cara mengajar yang yang dilakukan dengan mengajak siswa ke seluruh tempat atau objek. Alat pendidikan untuk meyakinkan dengan membuat manusia lebih paham mengenai risalah ilahiyah yang di paparkan dalam Alqur’an kitab suci menggunakan berbagai metode metode atau cara dalam menyampaikan risalah tersebut sebagaimana yang telah di bahas.
Kelebihan
: Berdasaqrkan tulisan buku ini banyak sekali contoh yang dapat kita ambil karena dalam buku ini mencontohkan dari Nabi dan oran-orang yang bijak dalam islam , serta banyak memberikan cara serta motivasi dalam dalam dunia pendidikan .didalam buku ini juga memberikan kumpulan ayat-ayat Allah yang menyuruh manusia dalam berbuat baik dalam proses belajar mengajar, serta tujuan pendidikan islam juga di paparkan dengan jelas serta tujuan pendidikan nasional. Maka dapat di simpulkan bahwasanya buku ini layak dalam mendidik calon guru serta bahasanya mudah di pahami, dari segi covernya sudah sangat bagus dalam pemilihan desain simple dan terlihat terlihat menarik. menarik.
Kekurangan
: Akan tetapi kekurangannya adalah buku ini sebagian masih ada ayat belum di tuliskan melainkan nama surahnya dan ayat keberapa saja. Serta dalam mencantumkan nama surah Al-Qur’an sebaiknya lebih di perhatikan , karena ada sebagian surah yang salah tulisannya.
Penerbit
: Amzah
3. . Al-Muwaththo Judul buku
: Al-Muwaththo
Penulis
: Imam Malik bin Anas
Metode penafsiran
: penafsiran al Quran dengan Al Quran.
Kelebihan
: Keberagaman latar belakang mutu sanad hadis-hadis yang dimuat dalam koleksi al-Muwaththa’ agaknya selaras dengan sikap ulama hadis saat itu amat memberi kelonggaran terhadap sanad yang inqita’ (menunjuk keterputusan) sehingga berakibat adanya hadis mursal, mu’dhal dan munqathi. Penghargaan tinggi terhadap atsar shahabi, tutur nasehat yang puitis (baaghiah) dari kalangan tokoh tabi’in ikut mempengaruhi proses pemuatan informasi non hadis itu di dalam al-Muwaththa’.
4. Manhaj al-Madrasah al-Aqliyah al-Haditsah di at-Tafsir Judul buku Penulis
: Manhaj al-Madrasah al-Aqliyah al- al-Haditsah di at-Tafsir : Syaikh Dr. Fahd bin Muhammad bin Abdurrahman bin Sulaiman ar- Ruumi,
Metode penafsiran
: banyak menggunakan akal dalam metode tafsirnya
Penertbit
: Muasasah ar-Risalah
Isi buku
: kitab ini membahas ittijah tafsir yang muncul pada masa modern ini dan menyeleweng dari cara tafsir salaf as-shalih, dimana mereka banyak menggunakan akal dalam metode tafsirnya, para founding father dari lembaga ini masih menyisakan syubhat pada sebagian manusia dan metode tafsir mereka baru dan tidak ada pada masa salaf.[1]
5. Judul buku
: Tafsir Ibnu Abbas
Penulis
: Ibnu Abbas
Metode penafsiran
: Metode penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang didasarkan atas sumber Al-Qur’an, Al-Hadits, serta riwayat sahabat dan tabi’in
6. Tafsir Abdul Jabbar Judul buku
: Tafsir Abdul Jabbar
Penulis
: Abdul Jabbar
Metode penafsiran
: Metode penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang didasarkan atas sumber ijtihad dan pemikiran mufasir terhadap tuntutan kaidah bahasa arab dan kesusastraannya, teori ilmu pengetahuan, setelah dia menguasai sumber-sumber tersebut
7. AFSIR FI ZHILALIL-QUR'AN Judul buku
: AFSIR FI ZHILALIL-QUR'AN
Penulis
: Sayyid Quthb
Metode penafsiran
: perenungan penulisnya yang sangat mendalam dan interaksi yang begitu menyatu dengan Al-Qur'an. Ia merupakan buah dari tarbiyah Rabbani yang dikaruniakan kepada seorang hamba yang telah menjual dirinya dengan syahid di jalan-Nya di atas tiang gantungan. Ia lahir dari seorang mujahid agung yang mengungkapkan pemikiran-pemikirannya dalam gaya bahasa sastra yang tinggi.
8. Tafsir Ath-Thabari Judul buku
: Tafsir Ath-Thabari
Penulis
: Ibnu Jarir ath-Thabari
Metode penafsiran
: Dalam menafsirkan ayat-ayat, Ibnu Jarir ath-Thabari menolak bersandar pada logika semata. Ia umumnya menuliskan riwayatriwayat beserta sanadnya yang sampai shahabat atau tabi’in, dengan memperhatikan ijma’ Ulama dan mengindahkan perbedaan pendapat bacaan ayat-ayat. Ia juga merujuk kepada bahasa Arab asli dalam menafsirkan kata dalam satu ayat yang kurang jelas.
9. Tafsir Al-Qurthubi Judul buku
: Tafsir Al-Qurthubi
Penulis
: Imam Qurthubi
Metode penafsiran
: Dalam tafsirnya ini, Al-Qurthubi menjelaskan tentang asbabun nuzul (sebab turunnya) ayatnya, perbedaan bacaan dan tata bahasa, periwayatan hadits yang terkait dengan ayat tersebut, mengungkap lafaz-lafaz yang gharib di dalam Al-Qur'an, serta mengambil pendapat para ulama salaf dan fuqaha serta pengikut mereka. Ia juga memperkuat argumentasinya dengan sya'ir Arab untuk menjelaskan makna bahasa untuk sebuah kata atau kalimat di sebuah ayat, serta mengadopsi pendapat para ahli tafsir pendahulunya seperti Ath-Thabari, Ibnu Athiya, Ibnu al-Arabi, Ilya al-Harasi, dan lainnya.
10. Tafsir Al-Qurthubi Judul buku
: Tafsir Al-Qurthubi
Penulis
: Imam Qurthubi
Metode penafsiran
11.
: Dalam tafsirnya ini, Al-Qurthubi menjelaskan tentang asbabun nuzul (sebab turunnya) ayatnya, perbedaan bacaan dan tata bahasa, periwayatan hadits yang terkait dengan ayat tersebut, mengungkap lafaz-lafaz yang gharib di dalam Al-Qur'an, serta mengambil pendapat para ulama salaf dan fuqaha serta pengikut mereka. Ia juga memperkuat argumentasinya dengan sya'ir Arab untuk menjelaskan makna bahasa untuk sebuah kata atau kalimat di sebuah ayat, serta mengadopsi pendapat para ahli tafsir pendahulunya seperti Ath-Thabari, Ibnu Athiya, Ibnu al-Arabi, Ilya al-Harasi, dan lainnya.
Tafsir Tahlili
Tafsir tahlili dalah mengkaji ayat-ayat al-Qur'an dari segala segi dan maknanya, ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai dengan urutan dalam mushaf Utsmani. Untuk itu, pengkajian metode ini kosa kata dan lafadz, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, menjelaskan arti yang dikehendaki, sasaran yang dituju dan kandungan ayat, menjelaskan apa yang dapat di-istnbath-kan dari ayat serta mengemukakan kaitan antara ayat-ayat dan relevansinya dengan ayat sebelumnya dan sesudahnya. Untuk itu ia merujuk kepada sebab-sebab turunnya ayat, hadits-hadits Rasulullah saw dan riwayat dari para sahabat dan tabi'in.. Para ulama membagi wujud tafsir al-Qur'an dengan metode tahlili kepada tujuh macam, yaitu: tafsir bi al-ma'tsur, tafsir bi al ra'yi, tafsir shufi, tafsir fikih, tafsir falsafi, tafsir fiqhi, tafsir 'ilmi dan tafsir adabi. 12. Tafsir Shufi Penafsiran yang dilakukan para sufi yang pada umumnya dikuasai oleh ungkapan mistik. Ungkapan-ungkapan tersebut tidak dapat dipahami kecuali oleh orang-orang sufi yang melatih diri untuk menghayati ajaran tasawwuf. Diantara kitab tafsir shufi adalah kitab: Tafsir al-Qur'an al-'Adzim, karangan Imam al-Tusturi. 13. Tafsir Fikih Penafsiran ayat al-Qur'an yang dilakukan (tokoh) suatu madzhab untuk dapat dijadikan sebagai dalil atas kebenaran madzhabnya. Tafsir fikih banyak ditemukan dalam kitab-kitab fikih karangan imam-imam dari berbagai madzhab yang berbeda, sebagaimana kita temukan sebagian para ulama mengarang kitab tafsir fikih adalah kitab: "Ahkam al-Qur'an" karangan al-Jasshash. 14. Tafsir Falsafi
Penafsiran ayat-ayat al-Qur'an dengan menggunakan teori-teori filsafat. Contoh kitab tafsir falsafi adalah kitab: Mafatih al-Ghaib yang dikarang al-fakhr al-Razi. Dalam kitab tersebut ia menempuh cara ahli filsafat keituhan dalam mengemukakan dalil-dalil yang didasarkan pada ilmu kalam dan simantik (logika)
15. Tafsir 'Ilmi Penafsiran ayat-ayat kauniyah yang terdapat dalam al-Qur'an dengan mengaitkannya dengan ilmu-ilmu pengetahuan modern yang timbul pada masa sekarang. Diantara kitab tafsir 'ilmi adalah kitab: al-Islam Yata'adda, karangan al -'Allamah Wahid al-Din Khan. 16. Tafsir Adabi Penafsiran ayat-ayat al-Qur'an dengan mengungkapkan segi balaghah al-Qur'an dan kemu'jizatannya, menjelaskam, makna-makna dan saran yang dituju al-Qur'an, mengungkapkan hukum-hukum alam, dan tatanan kemasyarakatan yang dikandungnya. Tafsir adabi merupakan corak baru yang menarik pembaca dan menumbuhkan kecintaannya terhadap al-Qur'an serta memotivasi untuk menggali makna-makna dan rahasia al-Qur'an. Di antara kitab tafsir adabi adalah kitab tafsir al-Manar, karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. 17. Tafsir Ijmali Tafsir Ijmali yaitu, penafsiran al-Qur'an dengan uraian singkat dan global, tanpa uraian panjan lebar. Mufassir menjelaskan arti dan makna ayat dengan uraian singkat yang dapat menjelaskan sebatas arti tanpa menyinggung hal-hal selain arti yang dikehendaki. Hal ini dilakukan terhadap ayat-ayat al-Qur'an ayat demi ayat dan surat demi surat, sesuai urutan dalam mushaf dalam kerangka uraian yang mudah dengan bahasa dan cara yang dapat dipahami orang yang pintar dan orang yang bodoh dan juga orang pertengahan antara keduanya. Kadangkala mufassir dengan metode ini menafsirkan al-Qur'an dengan lafadz al-Qur'an, sehingga pembaca merasa bahwa uraian tafsirnya tidak jauh dari konteks al-Qur'an. Kadangkala pada ayat tertentu ia menunjukkan sebab turunnya ayat, peristiwa yang dapat menjelaskan arti ayat, mengemukakan hadits Rasulullah atau pendapat ulama yang saleh. Dengan cara demikian, dapatlah dieroleh pengetahuan yang sempurna dan sampailah ai kepada tujuan dengan cara yang mudah serta uraian yang singkat dan bagus. 18. Tafsir Muqaran
Metode tafsir muqaran yaitu metode yang ditempuh seseorang mufassir dengan cara mengambil sejumlah ayat al-Qur'an, kemudian mengemukakan penafsiran para ulamat terhadap ayat-ayat itu, dan mengungkapkan pendapat mereka serta membandingkan segi-segi dan kecendrungan
masing-masing
yang
berbeda
dalam
menafsirkan
al-Qur'an.
Kemidian
menjelaskan bahwa diantara mereka ada yang corak penafsirannya ditentukan oleh disiplin ilmu yang dikuasainya. Ada diantara mereka yang menitik beratkan pada bidang nahwu, yakni segisegi I'rab, seperti Imam al-Zarkasyi. Ada yang corak penafsirannya ditentukan oleh kecendrungannya kepada bidang balaghah, seperti 'Abd al-Qahhar al-Jurjany dalam kitab tafsirnnya I'jaz al-Qur'an dan Abu Ubaidah Ma'mar ibn al-Mutsanna dalam kitab tafsirnya almujaz, di mana ia memberi perhatian pada penjelasan ilmu ma'any, bayan, badi, baqiqat dan majaz. Seorang mufassir dengan metode muqaran dituntut mampu menganalisis pendapat para ulma tafsir yang ia temukan, lalu ia harus mengambil sikap menerima penafsiran yang dinilai benar dan menolak penafsiran ya tidak dapat diterima rasionya, serta menjelaskan kepada pembaca alasan dari sikap yang diambilnya, sehingga pembaca merasa puas. 19. Tafsir Maudhu'i Metode tafsir maudhu'I (tematik) yaitu metode yang ditempuh seorang mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat al-Qur'an yang berbicara tentang suatu masalah/ tema (maudlu) serta mengarah kepada suatu pengertian dan satu tujuan, sekalipun ayat-ayat itu (cara) turunnya berbeda, tersebar pada berbagai surat dalam al-Qur'an dan berbeda pula waktu dan tempat turunnya. Kemudian ia menentukan ayat-ayat sesuai dengan masa turunnya, mengemukakan sebab turunnya sepanjang hal itu dimungkinkan (jika ayat itu turun karena sebab tertentu), menguraikan dengan sempurna menjelaskan makna dan tujuannya, mengkaji terhadap seluruh segi dan apa yang dapat diistimbathkan darinya, segi I'rabnya, unsur-unsur balaghahny, segi-segi i'jaznya (kemu'jizatannya) dan lain-lain, sehingga satu tema dapat dipecahkan secara tuntas berdasarkan seluruh ayat al-Qur'an itu dan oleh karenanya, tidak diperlukan ayat-ayat lain.