PENDAHULUAN Al-Qur’an adalah sumber tasyri’ pertama pertama bagi umat Muhamma Muhammad. d. Dan kebah kebahag agian ian merek merekaa terga tergant ntung ung pada pada perma permasal salah ahan an makna maknany nya, a, penge pengetah tahuan uan raha rahasi siaa-ra raha hasi sian anya ya dan dan peng pengam amal alan an apa apa yang yang terk terkan andu dung ng di dala dalamn mnya ya.. Kema Kemamp mpua uan n setia setiap p orang orang dalam dalam mema memaham hamii tafsi tafsirr dan ungkap ungkapan an Al-Q Al-Qur’ ur’an an tidakla tid aklah h sama. sama. Perbeda Perbedaan an daya daya nalar nalar diantara diantara mereka ini adalah adalah suatu suatu hal yang tidak tid ak diperten dipertentang tangkan kan lagi. lagi. Kalanga Kalangan n awam awam hanya hanya dapat dapat memaham memahamii maknamaknamakna yang zahir dan pengertian ayat-ayatnya secara global. Sedang kalangan cerdik cerdik cendiki cendikiaa dan terpelaj terpelajar ar akan dapat dapat maenyi maenyimpul mpulkan kan pula dari padanya padanya makna-makna yang menarik.1 Reda Redaks ksii ayat ayat-a -aya yatt Al-Q Al-Qur ur’a ’an, n, seba sebaga gaim iman anaa seti setiap ap reda redaks ksii yang yang diucapkan atau ditulis, tidak dapat dijangkau maksudnya secara pasti, kecuali oleh pem pemil ilik ik redaks redaksii terseb tersebut. ut. Hal Hal ini ini kemudi kemudian an menim menimbul bulkan kan keane keanekar karaga agama man n penafsiran. Dalam hal Al-Qur’an, para sahabat Nabi sekalipun, yang secara umum menyaksikan menyaksikan turunya wahyu, mengetahui mengetahui konteksnya, konteksnya, serta memahami memahami secara alamiah struktur bahasa dan arti kosa katanya, tidak jarang berbeda pendapat, atau bahkan keliru dalam pemahaman mereka tentang maksud firman-firman Allah yang mereka dengar atau mereka baca. Al-Qur’an secara teks memang tidak berubah, tetapi penanfsiran atas teks, selalu berubah, sesuai dengan konteks ruang dan waktu manusia. Karenanya, Al-Qur’an Al-Qur’an selalu membuka diri untuk dianalisis, dipersepsi, dan diinterpretasika diinterpretasikan n (ditafsirkan) dengan berbagai alat, metode, dan pendekatan untuk menguak isi sejat sejatin inya ya.. Aneka Aneka metod metodee dan tafsi tafsirr diaj diajuka ukan n sebaga sebagaii jala jalan n untuk untuk memb membeda edah h makn maknaa terda terdala lam m dari dari Al-Q Al-Qur’ ur’an an itu. itu. Sehin Sehingga gga Al-Q Al-Qur ur’an ’an seolah seolah menan menanta tang ng dirinya untuk dibedah.2 Saat ini, banyak terjemah, tafsir, dan buku yang mengupas Al-Qur’an. Setiap kali kita mendengar khutbah dan ceramah, kita juga acap kali telah hafal ayat-ayat yang disampaikan. Kita pun melaksanakan nilai dan ajaran Al-Qur’an dalam dalam ibada ibadah h ritu ritual al maupu maupun n muam muamma malah lah.. Berba Berbaga gaii istil istilah ah seper seperti ti sabar, 1
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Jakarta: Litera AntarNusa, 1996),
455. 2
Umar Shihab, Shihab, Kontekstu Kontekstualitas alitas Al-Qur’an Kajian Kajian Tematik Tematik atas Ayat-ayat Ayat-ayat Hukum Dalam Al-Qur’an, (Jakarta: Penamadani, 2005), 3.
tawakkal, amal, ilmu salam, bismillahirrahmanirrahiim , juga diucapkan sebagai
bahasa nasional dan bahasa sehari-hari. Tal pelak, kini situasinya sudah sangat jauh berbeda dari masa lalu. Yang mana, sekarang, juga banyak orang sangat akrab dengan bahasa Al-Qur’an, dan mengerti intisari ajarannya walaupun tak menguasai bahasa Arab.3 Selama empat belas abad ini, khazanah intelektual intelektual Islam telah diperkaya diperkaya dengan berbagai macam perspektif dan pendekatan dalam menafsirkan Al-Qur’an. Walaupun demikian terdapat kecenderungan yang umum untuk memahami AlQur’an secara ayat per-ayat bahkan kata perkata. perkata. Selain itu, pemahaman pemahaman akan AlQur’an Qur’an terutam terutamaa didasark didasarkan an pada pendekat pendekatan an filolog filologis is gramati gramatikal. kal. Pendekat Pendekatan an ayat per-ayat atau kata per-kata tentunya menghasilkan pemahaman yang parsial (sepotong) tentang pesan Al-Qur’an. Bahkan, sering terjadi penafsiran semacam ini secara tidak semena-mena menggagalkan ayat dari konteks dan dari aspek kesejara kesejarahann hannya ya untuk untuk membela membela sudut sudut pandang pandang tertentu tertentu.. Dalam Dalam kasus-ka kasus-kasus sus tertent tertentu, u, seperti seperti dalam dalam penafsir penafsiran an teologis teologis,, filosofi filosofis, s, dan sufistis sufistis,, gagasan gagasan gagasan asing asing sering sering dipaksak dipaksakan an ke dalam dalam Al-Qur’a Al-Qur’an n tanpa tanpa memperha memperhatik tikan an konteks kesejarahan dan kesusteraan kitab suci itu .4
Itulah sebabnya upaya meraih kebenaran teks dan konteks sebuah ayat, membutuhkan membutuhkan ilmu alat. Dengan Dengan ilmu alat, bisa lebih mudah mengaplika mengaplikasikan sikan makna-makna Al-Qur’an dalam kehidupan sosial. Apalagi mengenai ayat-ayat AlQur’a Qur’an n yang yang berkat berkatego egori ri muta mutasy syabi abih, h, tentu tentu kian kian rumit rumit dan pelik. pelik. Denga Dengan n demiki demikian, an, penulis penulis sangat sangat tertari tertarik k untuk untuk membaha membahass tentang tentang metode metode tafsir tafsir AlQur’ Qur’an an deng dengan an berb berbag agai ai pemb pembah ahas asan an anta antara ra lain lain peng penger erti tian an,, seja sejara rah h dan dan perkembangan metode tafsir, serta macam-macam metode tafsir yang insya Allah akan dibahas lebih luas dalam makalah ini.
3
M. Dawam Rahardjo, Paradigma Al-Qur’an Metodologi Tafsir dan Kritik Sosial, ( Jakarta: Pusat Studi Agama Dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah, 2005), 22. 4 Ahmad As-Shouwy, Mukjizat Al-Qur’an dan Sunnah Tentang IPTEK, (Jakarta: Gema Insani Preass, 1995), 24.d
PEMBAHASAN METODE TAFSIR AL-QUR’AN
A. PENGER PENGERTIA TIAN N METODE METODE TAFS TAFSIR IR
Kata “metode” berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang berarti cara atau jalan”.Di dalam bahasa Inggris kata ini ditulis “Method” dan bangsa Arab Arab mener menerje jemah mahkan kanny nyaa denga dengan n “Thar “Thariqa iqat” t” dan “Manh “Manhaj aj”. ”. Di dala dalam m pemakai pemakaian an bahasa bahasa Indonesi Indonesiaa kata tersebu tersebutt mengand mengandung ung arti: arti: “cara “cara yang tera teratu turr dan dan terp terpik ikir ir baik baik-b -bai aikk untu untukk me menc ncap apai ai maks maksud ud {dal {dalam am ilmu ilmu pengetahuan pengetahuan dan sebagainya); cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan”. 5
Sedangkan tafsir secara bahasa mengikuti wazan “taf’il”, berasal dari akar akar kata kata al-fasr (f, (f, s, r) yang yang bera berart rtii menj menjel elas aska kan, n, meny menyin ingk gkap ap dan dan mena menamp mpak akka kan n atau atau mene menera rang ngka kan n makn maknaa yang yang abst abstra rak. k. Kata Kata kerj kerjan anya ya mengikuti wazan “daraba-yadribu “ dan “nasara – yansuru”. Dikatakan “fasara – yafs yafsir iru” u” dan dan yafs yafsur uru u – fasr fasran an”, ”, dan dan “fas “fasra rahu hu”, ”, arti artiny nyaa “aba “abana nahu hu”” (menjelaskannya). Kata at-tafsir dan al-fasr mempunyai mempunyai arti menjelaskan menjelaskan dan menyingkap yang tertutup. Dalam Lisanul Arab dinyatakan: dinyatakan: kata “al-fasr” ber berar arti ti
meny enyingk ingkap ap
yang yang
tert tertut utup up,,
seda sedang ng
kata kata
“al-t al-taf afsi sir” r”
bera berart rtii
menyingkapkan maksud sesuatu lafadz yang musykil dan pelik.6 Sedangkan para Ulama berpendapat: tafsir adalah penjelasan tentang arti atau maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia (mufassir).7 Tafsir menurut istilah, sebagaimana yang didefinisikan Abu Hayyan ialah: “Ilmu yang membahas tentang cara pengucapan lafadz-lafadz Qur’an, tentang petunjuk-petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun ketika tersusun dan makna-makna yang dimungkinkan baginya ketika tersusun serta hal-hal lain yang melengkapinya”. Jadi yang dimaksud metode tafsir Al-Qur’an adalah suatu cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai pemahaman yang benar tentang 5
Nashruddin Baidan, Metode Penafsiran Al-Qur’an Kajian Kritis Terhadap Ayat-ayat yang beredaksi mirip, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 54. 6 Manna’ Khalil al-Qattan, ibid., 455-456. 7 Quraish Quraish Shihab, Shihab, Memb Membum umik ikan an Al-Q Al-Qur ur’a ’an n Fung Fungsi si dan dan Pera Peran n Wahy Wahyu u Dalam Dalam Kehidupan Masyarakat, (Bndung: Mizan, 1999), 75.
apa yang dimaksudkan dimaksudkan Allah di dalam ayat-ayat ayat-ayat Al-Qur’an atau lafadz-lafadz lafadz-lafadz yang musykil yang diturunkan-Nya kepada Nabi Muhammad saw.
B. SEJARAH SEJARAH PERKEMBA PERKEMBANGAN NGAN METODE METODE TAFSI TAFSIR R
Sejak Sejak Rasulul Rasulullah lah dikenal dikenal dua cara cara penafsi penafsiran ran Al-Qur’ Al-Qur’an. an. Pertama, penafsi penafsiran ran berdasar berdasarkan kan petunjuk petunjuk wahyu. wahyu. Kedua, penafsir penafsiran an berdasar berdasarkan kan ijtihad atau ra’yi. Dimasa sahabat, sumber untuk memahami ayat-ayat AlQur’an di samping ayat Al-Qur’an sendiri, juga riwayat dari Nabi dan ijtihad mereka. mereka. Pada Pada abad-aba abad-abad d selanjut selanjutnya nya,, usaha usaha untuk untuk menafsi menafsirkan rkan Al-Qur Al-Qur’an ’an berdasarkan berdasarkan ra’yi atau nalar mulai berkembang sejalan dengan kemajuan taraf hidup manusia yang di dalamnya sarat dengan persoalan-persoalan persoalan-persoalan yang tidak selalu tersedia jawabannya secara eksplisit dalam Al-Qur’an.8 Pada zaman Nabi dan para sahabat, pada umumnya mereka adalah ahli bahasa Arab dan mengetahui secara baik latar belakang turun ayat (asbab an), serta mengalami secara langsung situasi dan kondisi umat ketika ayatnuzul ), ayat Al-Qur’an turun. Dengan demikian, mereka relatif dapat memahami ayatayat Al-Qur’an itu secara benar, tepat, dan akurat. Berdasarkan kenyataan sejarah sejarah yang yang demiki demikian, an, maka untuk memaham memahamii suatu suatu ayat, ayat, mereka mereka tidak tidak begitu begitu membutu membutuhkan hkan uraian uraian yang rinci, tetapi tetapi cukup cukup dengan dengan isyarat isyarat dan penjela penjelasan san global global (ijmal (ijmal). ). Itulah Itulah yang yang membuat membuat lahir lahir dan berkemb berkembangn angnya ya tafsir tafsir dengan dengan metode metode global global dalam dalam penafsir penafsiran an Al-Qur’ Al-Qur’an an pada abad-aba abad-abad d pertama. Pada Pada perio periode de berik berikutn utnya ya,, umat umat Islam Islam semaki semakin n
maje majemu muk k denga dengan n
berbo berbondo ndongng-bon bondon dong g bangsa bangsa non-A non-Arab rab masuk masuk Islam Islam,, terut terutam amaa setel setelah ah tersebarnya Islam ke daerah-daerah yang jauh di luar tanah Arab. Kondisi ini memb membaw awaa konsek konsekuen uensi si logis logis terhad terhadap ap perke perkemb mbang angan an pemiki pemikira ran n Isla Islam; m; berbagai peradaban dan kebudayaan non Islam masuk ke dalam khazanah intelekt intelektual ual Islam. Islam. Akibatny Akibatnya, a, kehidupa kehidupan n umat umat Islam Islam menjadi menjadi terpeng terpengaruh aruh olehnya. Untuk menghadapi kondisi yang demikian para pakar tafsir ikut mengantisipasiny mengantisipasinyaa dengan menyajikan menyajikan penafsiran-penafsi penafsiran-penafsiran ran ayat-ayat ayat-ayat Al-
8
Rohimin, Metodologi (Yogyakarta: Metodologi Ilmu Tafsir Tafsir Dan Aplikasi Aplikasi Model Model Penafsiran Penafsiran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 66.
Qur’an Qur’an yang yang sesuai sesuai dengan dengan perkemb perkembanga angan n zaman zaman dan tuntutan tuntutan kehidupa kehidupan n umat yang semakin beragam. Kondisi seperti yang digambarkan itulah yang merupakan salah satu pendo pendoron rong g lahir lahirny nyaa tafsir tafsir dengan dengan metod metodee anali analiti tiss (tahlili sebagaimana ana tahlili ), sebagaim tertuang di dalam kitab-kitab tafsir tahlili, seperti Tafsir al-Thabari dan lainlain. Metode penafsiran serupa itu terasa lebih cocok di kala itu karena dapat memberikan pengertian dan penjelasan yang rinci terhadap pemahaman ayatayat ayat Al-Qur’a Al-Qur’an. n. Dengan Dengan demikia demikian, n, umat umat terasa terasa terayo terayomi mi oleh penjela penjelasansan penjelasan dan berbagai interpretasi yang diberikan terhadap ayat-ayat AlQur’an di dalam kitab tersebut. Kemudian metode penafsiran serupa itu diikuti oleh ulama tafsir yang datang kemudian, bahkan berkembang dengan sangat pesat dalam dua bentuk penafsiran yaitu: al-ma’tsur dan al-ra’yi dengan berbagai corak yang dihasilkannya, seperti fiqh, tasawuf, falsafi, ilmi, adabi ijtima’I dan lain-lain .
Dengan dikarangnya kitab-kitab tafsir dalam dua bentuk penafsiran tersebut dengan berbagai coraknya, umat ingin mendapatkan informasi lebih jauh berkenaan dengan kondisi dan kecenderungan serta keahlian para pakar tafsir. Kecuali itu, umat juga ingin mengetahui pemahaman ayat-ayat AlQur’a Qur’an n yang yang kelih kelihata atanny nnyaa mi mirip rip,, padaha padahall ia memb membaw awaa penger pengerti tian an yang yang berbeda. Demikian ditemukannya hadits-hadits yang secara lahiriyah ada yang tampak bertentangan dengan ayat-ayat Al-Qur’an, padahal secara teoritis hal itu tak mungkin terjadi karena keduanya pada hakikatnya berasal dari sumber yang sama, yakni Allah. Kenyataan Kenyataan sebagaimana yang digambarkan itu mendorong mendorong para ulama untuk melakukan perbandingan penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an yang pernah diberikan diberikan oleh para ulama sebelumnya dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an ataupun hadits-hadits Nabi. Dengan demikian lahirlah tafsir dengan metode perband perbandinga ingan n (muqarin) seper seperti ti yang yang dite diterap rapkan kan oleh oleh al-Is al-Iska kafi fi di dalam dalam kitabnya Durrat Durrat al-Tanz al-Tanzil il wa Ghurrat Ghurrat al-Ta’wi al-Ta’wil l , dan oleh al-Karmani di dalam kitabnya Al-Burhan fi Taujih Mutasyabah Al-Qur’an , dan lain-lain. Permasalahan Permasalahan di abad modern berbeda jauh dari apa yang dialami oleh generasi terdahulu. Perbedaan tersebut terasa sekali di tengah masyarakat,
seperti mobilitas yang tinggi, perubahan situasi yang sangat cepat, dan lainlain. lain. Realit Realitas as kehidupa kehidupan n yang yang demikia demikian n membuat membuat masyarak masyarakat, at, baik baik secara secara individu individual al maupun maupun berkelua berkeluarga, rga, bahkan bahkan berbangs berbangsaa dan bernegar bernegara, a, menjadi menjadi terasa seakan-akan tak punya waktu luang untuk membaca kitab-kitab tafsir yang yang besa besarr-be besa sarr seba sebaga gaim iman anaa tela telah h dise disebu butk tkan an tadi tadi.. Pada Padaha hall untu untuk k mendapatkan petunjuk Al-Qur’an umat dituntut membaca kitab-kitab tafsir tersebut. Untuk Untuk menan menanggu ggula langi ngi perm permasa asala lahan han itu, itu, ulama ulama tafsir tafsir pada pada abad abad modern modern menawar menawarkan kan tafsir tafsir Al-Qur’ Al-Qur’an an dengan dengan metode metode baru, baru, yang yang disebut disebut dengan metode tematik (maudhu’i ). Dengan lahirnya metode ini, mereka yang menginginkan petunjuk AlQur’a Qur’an n dalam dalam suatu suatu masal masalah ah tidak tidak perlu perlu mengh menghabi abiska skan n wakt waktuny unyaa untuk untuk memb membac acaa kita kitab-k b-kit itab ab tafsi tafsirr yang yang besar besar itu, itu, teta tetapi pi cukup cukup memb membac acaa tafsi tafsir r tematik tematik tersebu tersebutt selama selama permasal permasalahan ahan yang yang ingin ingin mereka mereka pecahkan pecahkan dapat dapat dijumpai dalam kitab tafsir itu.9
C. METODE-ME METODE-METODE TODE PENAF PENAFSIRAN SIRAN AL-QUR’AN AL-QUR’AN
Ulama selalu berusaha untuk memahami kandungan Al-Qur’an sejak masa ulama salaf sampai masa modern. Dari sekian lama perjalanan sejarah penafsi penafsiran ran Al-Qur’ Al-Qur’an, an, banyak banyak dit ditemui emui beragam beragam tafsir tafsir dengan dengan metode metode dan corak yang berbeda-beda. Dari sekian banyak macam-macam tafsir, ulama coba membuat mengklasifikasikan mengklasifikasikan tafsir dengan sudut pandang yang berbeda beda antara yang satu dengan yang lainnya. Qurai Quraish sh Sh Shiha ihab, b, dalam dalam memb membum umika ikan n Al-Q Al-Qur’ ur’an, an, memb membag agii tafsir tafsir dengan melihat corak dan metodenya menjadi; tafsir yang bercorak ma’tsur dan tafsir tafsir yang yang menggun menggunakan akan metode metode penalar penalaran an yang terdiri terdiri dari metode metode tahlili dan maudhu’i.10 Al-Farmawi membagi tafsir dari segi metodenya menjadi empat bagian yaitu: yaitu: metode metode tahlili tahlili,, ijmali, ijmali, Muqaara Muqaaran n dan maudhu’i maudhu’i.. sedangka sedangkan n metode metode tahlili dibagi menjadi beberapa corak tafsir yaitu: Tafsir bi al-ma’tsur, Tafsir 9
Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka pelajar,
2005), 3-8. 10
Qurais Shihab, Membumikan Al-Qur’an, ibid., 83.
bi al-Ro’yi, Tafsir Sufi, Tafsir Fiqh, Tafsir Falsafi, Tafsir ilmi, Tafsir Adaby dan ijtima’.11 Beri Berikut kut ini ini akan akan penul penulis is jela jelaska skan n meto metodede-me meto tode de tafsi tafsirr dengan dengan mengikuti pola pembagian Al-Farmawi. 1. Meto Metode de Tafs Tafsir ir Tahl Tahlil ily y a. Pengertian
Meto Metode de Tafs Tafsir ir Tahl Tahlil ily y adal adalah ah suat suatu u meto metode de tafs tafsir ir yang yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dari seluruh aspekn aspeknya ya.. Di dalam dalam tafsi tafsirny rnya, a, penafs penafsir ir mengi mengikut kutii runtut runtutan an ayat ayat sebagaimana yang telah tersusun di dalam mushaf. Penafsir memulai uraia uraianny nnyaa denga dengan n menge mengemu muka kakan kan arti arti kosa kosa kata kata diiku diikuti ti denga dengan n pen penje jela lasa san n meng mengen enai ai arti arti glob global al ayat ayat.. Ia juga juga meng mengem emuk ukak akan an munasabah (korelasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ay ayat-ayat at tersebu tersebutt satu sama sama lain. lain. Begitu Begitu pula, pula, penafsir penafsir membaha membahass mengenai sabab al-nuzul (latar belakang turunnya ayat) dan dalil-dalil dalil-dalil yang berasal dari Rasul, atau Sahabat, atau para Tabi’in, yang kadangkadang bercampur baur dengan pendapat para penafsir itu sendiri dan diwa diwarn rnai ai oleh oleh lata latarr bela belaka kang ng pend pendid idik ikan anny nya, a, dan dan seri sering ng pula pula bercam bercampur pur baur dengan dengan pembaha pembahasan san kebahasa kebahasaan an dan lainnya lainnya yang yang dipandang dapat membantu memahami nash Al-Qur’an tersebut.12 Muhammad Baqir al-Shadr menyebut tafsir metode tahlily ini dengan dengan tafsi tafsir r tajzi’I , yang yang seca secara ra harf harfia iah h bera berart rtii “tafs tafsir ir yang yang menguraikan berdasarkan bagian-bagian atau tafsir parsial”.13 b. Bentuk Bentuk Tafsir Tafsir Al-Qur’a Al-Qur’an n dengan dengan meto metode de Tahlil Tahlilyy
Metode Tahlily kebanyakan dipergunakan para ulama masamasa klasik dan pertengahan. Diantara mereka, sebagian mengikuti pola pembahasan secara panjang lebar (ithnab), sebagian mengikuti pol polaa sing singka katt ija dan seba sebagi gian an meng mengik ikut utii pula pula secu secuku kupn pnya ya i(jaz) dan
11
Abdul Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i Suatu Pengantar , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 11. 12 Ibid., 12. 13 Quraish Quraish Shihab dkk, Sejarah (Jakarta: Pustaka Pustaka Firdaus, Firdaus, Sejarah Dan ‘Ulum Al-Qur’an Al-Qur’an, (Jakarta: 1999), 172.
(musawah). Mere Mereka ka sama sama-s -sam amaa mena menafs fsir irka kan n Al-Q Al-Qur ur’a ’an n deng dengan an metode tahlily, namun dengan corak yang berbeda.14 Para ulama membagi wujud tafsir Al-Qur’an dengan metode tahlily kepada tujuh macam (bentuk) yaitu: Al-Tafsir bi al-Ma’Tsur, Al-Tafsir bi al-Ra’yi, Al-Tafsir al-Shufi, Al-Tafsir al-fiqhi, Al-Tafsir al-falsafi, Al-Tafsir al-‘ilmi, dan Al-Tafsir al-Adab al-ijtima’i. c. Kitab-ki Kitab-kitab tab Tafsir Tafsir yang mengg menggunak unakan an metode metode Tahli Tahlily ly
Diantara kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode ini adalah: •
Tafsir al-Qur’an al-‘azhim karya Ibn Katsir.
•
Tafsir al-Munir karya Syaikh Nawawy al-Bantany.
•
Ada yang ditulis dengan sangat panjang, seperti kitab tafsir
karya al-Lusi , Fakhr al-Din al-Razi, dan Ibn Jarir al-Thabari; •
Ada yang sedang, seperti kitab Tafsir Imam al-Baidhawi dan
al-Naisaburi ; •
dan ada pula yang ditulis dengan ringkas, tetapi jelas dan padat,
seperti kitab Tafsir al-Jalalayn karya Jalal al-Din Suyuthi dan Jalal al-Din al- Mahalli dan kitab Tafsir yang ditulis Muhammad Farid Wajdi. d. Kelebih Kelebihan an dan dan keku kekuranga rangan n metod metodee Tahlil Tahlilyy
1) Kele Kelebih bihan an met metode ode Tahl Tahlil ily y a)
Dapa Dapatt men menge geta tahu huii deng dengan an mudah udah tafs tafsir ir suat suatu u sur surat at atau atau
ayat, karena susunan tertib ayat atau surat mengikuti susunan sebagaimana terdapat dalam mushaf. b)
Mudah dah menget getahui hui rel relevansi ansi//muna unasaba sabah h antara suat suatu u
surat atau ayat dengan surat atau ayat lainnya. c)
Memungkinkan untuk dapat memberikan penafsiran
pada pada semua semua ayat, ayat, meski meskipun pun inti inti penaf penafsir siran an ayat ayat yang yang satu satu merupak merupakan an pengulan pengulangan gan dari ayat ayat yang yang lain, lain, jika jika ayat-ay ayat-ayat at yang ditafsirkan sama atau hampir sama.
14
Said Agil Husin Al-munawar, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 70.
d)
Mengandung banyak aspek pengetahuan, meliputi
hukum, sejarah, sains, dan lain-lain..15 2) Kele Kelema mahan han met metode ode Tahl Tahlil ily y a)
Mengha nghasi sillkan panda andan ngan gan-pa -pandan ndang gan yang yang pars parsiial dan dan
kontradiktif dalam kehidupan umat Islam.16 b)
Faktor suby subyeekti ktivitas tidak dak mudah dah dih dihindar ndarii misal salnya
adany adanyaa ayat ayat yang yang dita ditafsi fsirka rkan n dalam dalam rangk rangkaa memb membena enark rkan an pendapatnya. c)
Terke rkesan san adany danyaa penaf nafsir siran berul rulangng-ula ulang, ng, teru erutama ama
terhadap ayat-ayat yang mempunyai tema yang sama.17 d)
Masuk pemikiran Israiliyyat.18
e. Urge Urgens nsii met metod odee Tahl Tahlil ilyy
Keberada Keberadaan an metode metode ini telah telah memberi memberikan kan sumbang sumbangan an yang yang sangat sangat besar besar dalam dalam mele melesta starik rikan an dan menge mengemb mban angka gkan n khaza khazanah nah intelektual Islam, khususnya dalam bidang tafsir Al-Qur’an. Berkat meto metode de
ini, ini, maka aka
lahi lahirr
kary karyaa-ka kary ryaa
tafs tafsir ir yang ang
besa besarr-be besa sar r
sebagaimana yang telah disebutkan di depan. Berdasarkan kenyataan itu dapatlah dikatakan, urgensitas metode ini tak dapat dipungkiri oleh siapapun. Dalam penafsiran Al-Qur’an, jika ingin menjelaskan dengan firman Allah dari berbagai segi seperti bahasa, hukum-hukum fiqih, teologi, filsafat, sains, dan sebagainya, maka di sini metode Tahlily lebih berperan dan lebih dapat diandalkan dari pada metode-metode yang lain. Dari Dari urai uraian an diat diatas as dapa dapatt penu penuli liss simp simpul ulka kan, n, bahw bahwaa jika jika meng mengin ingi gink nkan an pem pemaham ahaman an yang yang luas luas dari dari suat suatu u ayat ayat deng dengan an 15
Didin Saefuddin Saefuddin Buchori, Buchori, Pedoman Memahami Kandungan Al-Qur’an, (Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005), 218-219. 16 Akhmad Arif Junaidi, Pembaharuan Metodologi Tafsir Al-Qur’an (Studi Atas Pemikiran Tafsir Kontekstual Fazlur Rahman), (Semarang: CV. Gunung Jati, 2000), 24. 17 Didin Saefuddin Buchori, Ibid., 219. 18 Israiliyyat yaitu sesuatu yang menunjukkan pada setiap hal yang berhubungan dengan tafsir maupun dengan hadits berupa cerita atau dongeng-dongeng kuno yang dinisbahkan pada asal riwayatnya dari sumber Yahudi, Nasrani atau lainnya. Dikatakan juga bahwa Israiliyyat termasuk dongeng yang sengaja diselundupkan oleh musuh-musuh Islam ke dalam tafsir dan hadits yang sama sekali tidak ada dasarnya dalam sumber lama. Kisah atau dongeng tersebut sengaja diselundupkan dengan tujuan merusak Aqidah kaum Muslimin. (lihat di Supiana, dan M. Karman, Ulumul Qur’an dan Pengenalan Metodologi Tafsir, (Bandung: Pustaka Islamika, 2002), 198.)
melihat melihatnya nya dari berbagai berbagai aspek, aspek, maka maka jalan jalan yang yang ditempu ditempuh h adalah adalah menggunakan metode tahlily. Dan inilah salah satu urgensi pokok bagi metode ini dibandingkan dengan yang lain. 2. Meto Metode de Tafs Tafsir ir Ijma Ijmaly ly a. Pengertian
Meto Metode de Tafs Tafsir ir Ijma Ijmaly ly adal adalah ah suat suatu u meto metode de Tafs Tafsir ir yang yang menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna global. Di dalam sistematika uraiannya, penafsir akan membahas ayat demi ayat sesuai dengan susunan yang ada di dalam mushaf; kemudian mengemukakan makna global yang dimaksud oleh ayat tersebut.19 Muff Muffas asir ir
deng dengan an
meto metode de
ini, ini,
dala dalam m
peny penyam ampa paia iann nny ya,
menggunakan bahasa yang ringkas dan sederhana, serta memberikan idio idiom m yang yang mi miri rip, p, bahk bahkan an sama sama deng dengan an Al-Q Al-Qur ur’a ’an. n. Sehi Sehing ngga ga pembacanya merasakan seolah-olah Al-Qur’an sendiri yang berbicara deng dengan anny nya. a.
Sehi Sehing ngga ga
deng dengan an
dem demikia ikian n
dapa dapatl tlah ah
dipe dipero role leh h
pengetahuan pengetahuan yang diharapkan diharapkan dengan sempurna dan sampailah kepada tujua tujuanny nnyaa denga dengan n cara cara yang yang mudah mudah sert sertaa uraia uraian n yang yang singka singkatt dan bagus. Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan metode ini, mufassir juga meneliti, meneliti, mengkaji dan menyajikan asbab al-nuzul atau peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat, dengan cara meneliti hadits-hadits yang berhubungan dengannya. Sebagai contoh: ”Penafsiran yang diberikan tafsir al-Jalalain terhadap 5 ayat pertama dari surat al-Baqarah, tampak tafsirnya sangat singkat dan global hingga tidak ditemui rincian atau penjelasan yang memadai. memadai. Penafsiran Penafsiran tentang(
), misalny misalnya, a, dia hanya hanya
ber berka kata ta:: Alla Allah h Maha Maha Tahu Tahu maks maksud udny nya. a. Deng Dengan an demi demiki kian an pula pula penafsiran
han hanya
dik dikataka akan:
Yang ang
dibacaka dibacakan n oleh Muhamma Muhammad. d. Begitu Begitu seterusn seterusnya, ya, tanpa tanpa ada rincian rincian sehingga penafsiran lima ayat itu hanya dalam beberapa baris saja.
19
Abdl Al-Hayy Al-Farmawi. Ibid., 29.
Sedan Sedangka gkan n tafsi tafsirr tahli tahlili li (anal (analiti itis) s),, al-Ma al-Mara raghi ghi,, mi misal salny nya, a, untuk untuk menjelaskan lima ayat pertama itu itu ia membutuhkan 7 halaman.20 b. Kitab-ki Kitab-kitab tab Tafsir Tafsir yang yang menggu menggunakan nakan meto metode de Ijmaly Ijmaly
Diantara kitab-kitab Tafsir dengan metode Ijmaly adalah: Tafsir al-jalalain al-jalalain , karya Jalal al-Din al-Suyuthi dan Jalal al-Din
al-Mahalli, Shofwah karyaa Sy Syei eikh kh Shofwah al-baya al-bayan n Lima’ani Lima’ani Al-Qur’a Al-Qur’an n , kary Husnain Husnain Muhamm Muhammad ad Mukhlut Mukhlut,, Tafsir karya Tafsir Al-Qur’a Al-Qur’an n Al-‘Azhi Al-‘Azhim m , karya ustadz Muhammad Farid Wajdy, Tafsir al-Wasith, karya Tim Majma’ al-Buhuts al-Islamiyah (Lembaga Penelitian Islam) al-Azhar Mesir.21 c. Kelebih Kelebihan an dan kekuranga kekurangan n metod metodee Ijma Ijmaly ly
1)
Kelebihan metode Ijmaly a)
Praktis dan mudah dipahami
b)
Bebas dari penafsiran israiliat
c)
Akrab dengan bahasa Al-Qur’an
2)
Kekurangan metode ijmaly
Kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalam metode ini antara lain sebagai berikut: a)
Menjadikan petunjuk Al-Qur’an bersifat Parsial.
b)
Tidak
mampu
mengantarkan
pembaca
untuk
mendialogkan Al-Qur’an dengan permasalahan sosial maupun keilmuan yang aktual dan problematis. d. Urge Urgens nsii Meto Metode de Ijm Ijmal alyy
Dalam kaitan ini, bagi para pemula atau mereka yang tidak membutuhkan membutuhkan uraian yang detail tentang pemahaman suatu ayat, maka tafsir tafsir yang menggunakan menggunakan metode metode Ijmaly Ijmaly ini sangat sangat membant membantu u dan tepat sekali untuk digunakan. Hal itu disebabkan disebabkan uraian di dalam tafsir yang menggunakan metode ini sangat ringkas dan tidak berbelit-belit, sehingga relatif lebih mudah dipahami oleh mereka yang berada pada tingkat ini. 20
Hujair A. H. Sanaky, Metode Tafsir ( Perkembangan Metode Tafsir Mengikuti tanggal 12 Oktober 2009. Warna atau Corak Mufassirin). Diakses tanggal 21
M. Alfatih Suryadilaga, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir, (Yogyakarta: Teras, 2005),46.
Kondisi tafsir Ijmaly yang ringkas dan sederhana ini juga lebih cocok bagi mereka yang disibukkan oleh pekerjaan rutin sehari-hari. Dengan demikian, tafsir dengan metode ini sangat urgen bagi mereka yang berada pada tahap permulaan mempelajari tafsir dan mereka yang sibuk dalam mencari kehidupannya. Dalam Dalam kondisi kondisi yang yang demikia demikian n akan dapat dirasak dirasakan an betapa betapa cocoknya tafsir Ijmaly ini bagi mereka dalam rangka membimbing mereka ke jalan yang benar serta diridhai Allah. 3. Meto Metode de Taf Tafsi sirr Muq Muqar aran an a. Pengertian
Yang Yang dimaks dimaksud ud denga dengan n metod metodee ini ini adala adalah h menge mengemu mukak kakan an pena penafsi fsiran ran ayat ayat-ay -ayat at Al-Q Al-Qur’ ur’an an yang yang dit ditul ulis is oleh oleh sejum sejumla lah h para para mufassir. Disini seorang mufassir menghimpun sejumlah ayat-ayat AlQur’a Qur’an, n, kemudi kemudian an ia mengk mengkaj ajii dan dan menel menelit itii penafs penafsir iran an sejum sejumla lah h mufassi mufassirr mengena mengenaii ayat ayat tersebut tersebut melalui melalui kit kitab-k ab-kitab itab tafsir tafsir mereka, mereka, apakah mereka itu mufassir dari generasi salaf maupun khalaf, apakah tafsir mereka itu tafsir bi al-ma’tsur maupun al-tafsir bi al-Ra’yi.22 Kemudia Kemudian n ia menjela menjelaskan skan bahwa bahwa diantara diantara mereka ada yang yang corak penafsirannya ditentukan oleh disiplin ilmu yang dikuasainya. Ada diantara mereka yang menitikberatkan menitikberatkan pada bidang nahwu, yakni segi segi-s -seg egii
I’ra I’rab, b,
pen penaf afsi sira rann nnya ya
sepe sepert rtii dite ditent ntuk ukan an
Imam Imam oleh oleh
al-Z al-Zar arka kasy syi. i.
Ada Ada
kece kecend nder erun unga gan n
yang ang
cora corak k
kepa kepada da
bida bidang ng
balaghah , seperti Abdl al-Qahar al-Jurjany dalam kitab tafsirnya I’jaz
al-Qur’an dan Abu Ubaidah Ma’mar Ibn al-Mustanna dalam kitab tafsirnya al-Majaz , dimana ia memberi perhatian perhatian pada penjelasan penjelasan ilmu ma’any, bayan,badi’,haqiqat dan majaz .23
Jadi metode tafsir muqaran adalah menafsirkan sekelompok ayat Al-Qur’an dengan cara membandingkan antar ayat dengan ayat, atau atau anta antara ra ayat ayat dengan dengan hadit hadits, s, atau atau antara antara penda pendapat pat ulama ulama tafsir tafsir dengan menonjolkan aspek-aspek perbedaan tertentu dari obyek yang dibandingkan itu. 22 23
Abdl Al-Hayy Al-Farmawi. Ibid., 30. Said Agil Husin al-Munawar, ibid., 73
b. Objek Objek kaji kajian an meto metode de Tafsi Tafsirr Muqar Muqaran an
Objek Objek kajian kajian tafsir tafsir dengan dengan metode metode muqaran muqaran dapat dapat dikelom dikelompokk pokkan an kepada tiga, yaitu: 1) Perband Perbandinga ingan n ayat ayat al-Qur’a al-Qur’an n dengan dengan ayat ayat lain lain Contoh: •
Penafsiran disebabkan perbedaan redaksi namun peristiwa
yang yang dibicara dibicarakann kannya ya sama, sama, diantara diantaranya nya yang terdapat terdapat dalam dalam Q.S. al-An’am ayat 151 dan Q.S. al-Isra’ 31.
“Dan janganla janganlah h kamu membunuh membunuh anak-ana anak-anakk kamu Karena Karena takut takut kemiski kemiskinan, nan, kami akan memberi memberi rezki rezki kepadamu kepadamu dan kepada mereka”
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu”. 24 •
Penaf Penafsir siran an denga dengan n redak redaksi si yang yang hamp hampir ir sama sama (miri (mirip) p)
dengan dengan pembi pembica caraa raan n masal masalah ah yang yang berbed berbeda, a, diant diantara arany nyaa terdapat Q.S Ali ‘Imran ayat 126 dan Q.S. al-Anfal ayat 10.
“Dan “Dan Allah Allah tidak tidak menja menjadik dikan an pember pemberian ian bala bala bantu bantuan an itu itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan 24
Kedua Kedua ayat tersebut, menggunakan menggunakan redaksi redaksi yang berbeda, namun membicara membicarakan kan masalah yang sama, yakni larangan membunuh anak-anak. Menurut al-Zarkasyi perbedaannya tampak pada khitab. Ayat pertama khitabnya orang-orang fakir (fuqara’) dengan dhomir kum, sehingga menggunakan redaksi min imlaq, yang berarti karena miskin. Sedangkan ayat kedua khitabnya orang-orang kaya (aghniya’) dengan dhomir hum, sehingga memakai redaksi khasyyah imlaq, yang berarti takut miskin. Jadi pada ayat pertama, dhomir kum didahulukan bertujuan untuk menghilangkan kekhawatiran orang miskin karena tidak mampu memberi nafkah kepada anakanaknya, sedangkan pada ayat kedua dhomir hum didahulukan agar orang kaya yakin bahwa yang memberi nafkah kepada anak-anaknya itu Allah bukan orang kaya (lihat Supiana dan Karman), 323.
agar agar tente tenteram ram hatimu hatimu karen karenany anya. a. dan kemen kemenang anganm anmu u itu itu hanya anyallah dari dari Allah yang ang Maha Maha Perka erkasa sa lagi agi Maha Maha Bijaksana”.
“Dan Allah tidak menjadikannya menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. dan kemenangan itu hanyalah dari sisi All Allah ah.. Sesu Sesung nggu guhn hnya ya Alla Allah h Maha Maha Perk Perkas asa a lagi lagi Maha Maha 25 Bijaksana”.
2) Perband Perbandinga ingan n ayat ayat Al-Qur’a Al-Qur’an n dengan dengan hadits hadits Cara kerjanya adalah: •
Mene Menent ntuk ukan an nila nilaii hadi hadits ts yang yang akan akan dipe diperb rban andi ding ngka kan n
dengan ayat Al-Qur’an. Hadits itu haruslah shahih. Hadits dhaif tidak diperbandingkan karena, disamping disamping nilai otentisitasnya otentisitasnya rendah, rendah, dia justru justru semakin semakin tertola tertolak k karena karena pertenta pertentangan ngannya nya dengan ayat Al-Qur’an. •
Memban Membandin dingka gkan n dan menga mengana nali lisis sis perte pertent ntang angan an yang yang
dijumpai di dalam kedua redaksi yaitu ayat dengan hadits itu. •
Mem Memband bandin ingk gkan an
pend pendap apat at para para
ulam ulamaa
tafs tafsir ir dala dalam m
menafsirkan ayat dan hadits tersebut. Cont Contohn ohnya ya adala adalah: h: perbed perbedaa aan n anta antara ra ayat ayat al-Qu al-Qur’a r’an n surah surah alal Nahl:32 dengan hadits riwayat Tirmidzi di bawah ini:
“Masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang Telah kamu kerjakan". (Q.S. Nahl:32)
(واه الترمذى) ع الجنة بع ك أحدك خ يدخ ل ل
25
Ayat yang pertama berkaitan dengan pertolongan Allah kepada kaum Muslimin dalam perang Uhud, sedangkan pada ayat kedua berkaitan dengan perang Allah kepada kaum Muslimin dalam perang Badr. Variasi didahulukannya penempatan kata bih dan penambahan inna (taukid ), dimungkinkan sebagai penekanan atau penegasan kandungan ayat tersebut, yakni janjian bantuan dari Allah bagi kaum muslimin dalam perang Badr yang masih lemah. Sedangkan ayat yang berkaitan dengan perang Uhud tidak ada taukid, karena kaum muslimin sudah kuat dan pertolongan Allah terbukti dalam perang Badr. (ibid,. 324.)
“Tidak akan masuk seorangpun diantara kamu ke dalam surga H.R. Tirmidzi) 26 disebabkan perbuatannya”. ( H.R.
3) Perbandingan Perbandingan penafsira penafsiran n mufassir mufassir dengan mufassir yang lain. Contoh: Surat al-An’am ayat 103 yang berbunyi:
“Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan penglihatan mata, sedang dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan dialah yang Maha halus lagi Maha Mengetahui.” 27
Sedangkan Sedangkan dalam perbedaan penafsiran mufassir yang satu dengan yang lain, mufassir berusaha mencari, menggali, menemukan, dan mencari mencari titik temu diantara perbedaan-perbedaan perbedaan-perbedaan itu bila mungkin, dan dan menta mentarj rjih ih salah salah satu satu pendap pendapat at setel setelah ah memb membaha ahass kuali kualita tass 28 argumentasi masing-masing. c. Kitab-ki Kitab-kitab tab tafsi tafsirr yang men menggun ggunakan akan metod metodee muqaran muqaran
Diantara kitab-kitab yang menggunakan metode ini adalah •
Durrah al-Tanzil wa Ghurrah al-Tanwil , karya al-Iskafi yang
terbatas pada perbandingan antara ayat dengan ayat. •
AlAl-Ja Jami mi’’ li Ahka Ahkam m
karyaa al-Q al-Qur ur’a ’an n, kary
al-Q al-Qur urth thub ubii yang yang
membandingkan penafsiran para mufassir. 26
Antara Antara ayat ayat al-Qur al-Qur’an ’an dan hadits hadits diatas diatas terkes terkesan an ada perten pertentan tangan gan.. Untuk Untuk menghilangkan pertentangan itu, al-Zarkasyi mengajukan dua cara: Pertama, dengan menganut pengertian harfiah hadits, yaitu bahwa orang-orang tidak masuk surga karena amal perbuatannya, tetapi tetapi karena karena ampunan ampunan dan rahmat Tuhan. Akan tetapi, tetapi, ayat diatas tidak disalahkan, disalahkan, karena menurutnya menurutnya,, amal perbuatan perbuatan manusia manusia menentukan menentukan peringkat surga yang akan dimasukinya dimasukinya.. Dengan kata lain, posisi seseorang di dalam surga ditentukan amal perbuatannya. Pengertian ini sejalan dengan hadits lain, yaitu: (واه الترمذى) ض بفض ازل خ خ االجنة إ أ أ إ “Sesungguh “Sesungguhnya nya ahli surga itu, apabila memasukin memasukinya, ya, mereka mereka mendapat mendapat posisi di dalamnya dalamnya berdasarkan keutamaan perbuatannya”. (H.R. Tirmidzi) Kedua, dengan menyatakan bahwa huruf ba’ pada ayat diatas berbeda konotasinya dengan yang ada pada hadits tersebut. Pada ayat berarti imbalan, sedangkan pada hadits berarti sebab. Jadi, dengan penafsiran seperti itu, maka kesan kontradiksi antara ayat al-Qur’an dan hadits diatas dapat dihilangkan. (lihat Quraish Shihab dkk., Sejarah Dan Ulum al-Qur’an), 190-191. 27
Ayat ini berbicara dalam konteks orang-orang mukmin melihat Allah di akhirat, suatu diskursus teologis yang melibatkan banyak orang dalam perdebatan, khususnya kelompok Salaf dan kaum Rasionalis. Menurut Menurut kaum Salaf, kendati di dunia Allah tidak bisa dilihat, namun di akhirat nanti bisa. Tetapi menurut Mu’tazilah baik di dunia maupun di akhirat Allah tidak bisa dilihat oleh kasat mata. (lihat Supiana dan M. Karman), 325. 28 Quraish shihab, .Ibid, 191.
•
karyaa ‘Ali Ali alal Rawa’ Rawa’ii al-Bay al-Bayan an fi Tafsi Tafsirr Ayat Ayat al-Ahk al-Ahkam am, kary
Shabuny. •
Qur’an and its Interpreters adalah satu karya tafsir yang lahir
di zaman modern ini, buah karya Profesor Mahmud Ayyub. d. Kelebih Kelebihan an dan dan keku kekuranga rangan n metod metodee muqara muqaran n
1)
Kelebihan metode Muqaran •
Membuk Membukaa pintu pintu untuk untuk selal selalu u bersik bersikap ap tole toleran ran terha terhadap dap
pendapat orang lain. •
Tafsi Tafsirr dengan dengan meto metode de muqar muqaran an ini amat amat bergun bergunaa bagi bagi
mereka yang ingin mengetahui berbagai pendapat tentang suatu ayat. •
Dengan menggunakan metode muqaran ini, maka mufassir
didorong untuk mengkaji berbagai ayat dan hadits-hadits serta pendapat-pendapat para mufassir yang lain. 2)
Kekurangan metode tafsir muqaran
Diantara kekurangan metode ini adalah: •
Penaf Penafsir siran an yang yang mengg mengguna unakan kan meto metode de ini ini,, tida tidak k dapat dapat
diberikan kepada para pemula. •
Metode muqaran kurang dapat diandalkan diandalkan untuk menjawab menjawab
permasalahan sosial yang tumbuh di tengah masyarakat. Hal itu diseb disebabk abkan an metod metodee ini lebih lebih mengu mengutam tamaka akan n perba perbandi ndinga ngan n daripada pemecahan masalah. •
Meto Metode de muqa muqara ran n
terk terkes esan an lebi lebih h
bany banyak ak mene menelu lusu suri ri
pena penafsi fsiran ran-pe -penaf nafsir siran an yang yang pernah pernah di berika berikan n oleh oleh ulama ulama dari daripa pada da
menge engem mukak ukakan an
pena penafs fsir iran an-p -pen enaf afsi sira ran n
baru baru..
Sebenarnya kesan serupa itu tak perlu timbul bila mufassirnya kreatif. e. Urge Urgens nsii met metod odee muq muqar aran an
Pada abad modern sekarang, tafsir dengan metode ini terasa makin dibutuhkan oleh umat. Hal itu terutama dikarenakan timbulnya berba berbaga gaii paham paham dan alira aliran n yang yang kadan kadang-k g-kada adang ng jauh jauh keluar keluar dari dari pemahaman yang benar. Dengan menggunakan metode muqaran ini,
akan dapat diketahui mengapa penafsiran yang menyimpang itu timbul dan bahka bahkan n dapat dapat memb membuat uat sikap sikap ekstr ekstrim im di kalan kalangan gan sebagi sebagian an kelompok masyarakat. Dengan metode muqaran ini amat penting posisinya, terutama dalam dalam rangka rangka mengem mengembang bangkan kan pemiki pemikiran ran tafsir, tafsir, yang yang rasional rasional dan obje objekt ktif if,,
sehi sehing ngga ga
kita kita
mend mendap apat atka kan n
gam gambara baran n
yang ang
lebi lebih h
komp kompre rehe hens nsif if berk berken enaa aan n deng dengan an lata latarr bela belaka kang ng lahi lahirn rnya ya suat suatu u penafsiran dan sekaligus dapat dijadikan perbandingan dan pelajaran dalam dalam mengemb mengembangk angkan an penafsir penafsiran an Al-Qur’ Al-Qur’an an pada periode-p periode-perio eriode de selanjutnya. 4. Meto Metode de taf tafsi sirr maud maudhu hu’i ’i a. Pengertian
Metode tafsir maudhu’i juga disebut dengan dengan metode tematik tematik yaitu yaitu menghim menghimpun pun ayat-ay ayat-ayat at Al-Qur’ Al-Qur’an an yang yang mempuny mempunyai ai maksud yang sama, dalam arti, sama-sama membicarakan satu topik masalah dan menyusunnya berdasar kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat tersebut. Kemudian penafsir mulai memberikan keterangan dan penjelasan serta mengambil kesimpulan. Secara khusus, penafsir melakuk melakukan an studi studi tafsirn tafsirnya ya ini dengan dengan metode metode maudhu’i maudhu’i,, dimana dimana ia melihat ayat-ayat tersebut dari seluruh seginya, dan melakukan analisis berda berdasar sar ilmu ilmu yang yang benar benar,, yang yang digun digunak akan an oleh oleh pembah pembahas as untuk untuk menj menjela elaska skan n pokok pokok perm permasa asala lahan han,, sehin sehingga gga ia dapat dapat mema memaham hamii permasalahan tersebut dengan mudah dan betul-betul menguasainya, sehingga sehingga memungk memungkinka inkan n baginya baginya untuk untuk memaham memahamii maksud maksud yang yang terdalam dan dapat menolak segala kritik.29 b. Cara Cara ker kerja ja tafs tafsir ir mau maudhu dhu’i ’i Al-F Al-Far arma mawi wi di dala dalam m kita kitab b al-B al-Bid iday ayah ah fi al-T al-Taf afsi sirr alalsecara ra rinc rincii meng mengem emuk ukak akan an cara cara kerj kerjaa yang yang haru haruss maudhu’i30 seca ditempuh dalam menyusun suatu karya tafsir berdasarkan metode ini. Antara lain adalah sebagai berikut: 29
Abdl Al-Hayy Al-Farmawi. Ibid., 36-37.
30
Ibid., 45-46.
•
Memilih Memilih atau menetapkan masalah Al-Qur’an yang akan dikaji
secara maudhu’iy (tematik). •
Melacak Melacak dan menghim menghimpun pun ayat-ay ayat-ayat at yang yang berkait berkaitan an dengan dengan
masalah yang telah ditetapkan, ayat Makiyyah dan Madaniyyah. •
Menyusun ayat-ayat tersebut secara runtut menurut kronologi
masa masa turunnya turunnya,, diserta disertaii pengeta pengetahuan huan mengena mengenaii latar latar belakang belakang turunnya ayat atau asbab al-nuzul . •
Mengetahui korelasi (munasabah) ayat-ayat tersebut di dalam
masing-masing suratnya. •
Meny Menyus usun un tem tema baha bahasa san n di dala dalam m kera kerang ngka ka yang yang pas, pas,
sistematis, sempurna dan utuh (outline ). •
Mele Meleng ngka kapi pi pemb pembah ahas asan an dan dan urai uraian an deng dengan an hadi hadits ts,, bila bila
dipandang perlu, sehingga pembahasan menjadi semakin sempurna dan semakin jelas. •
Mempelajari Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh menyeluruh
dengan cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa, serupa, mengkom mengkomprom promikan ikan antara antara pengert pengertian ian ‘am dan khash, antara yang muthlaq dan yang muqayyad , mengsingkronkan mengsingkronkan ayatayat yang lahirnya tampak kontradiktif, menjelaskan ayat nasikh dan mansukh, sehingga semua ayat tersebut bertemu pada satu muara, tanpa perbedaan dan kontradiksi atau tindakan pemaksaan terhadap sebagian ayat kepada makna yang kurang tepat. tepat.31 •
Meny Menyusu usun n kesim kesimpul pulan an yang yang mengg menggam ambar barkan kan jawa jawaban ban alal-
Qur’an terhadap masalah yang dibahas.32 c. Be Bentu ntuk k kaji kajian an Tafs Tafsir ir Maudh Maudhu’i u’iyy
Disini tafsir maudhu’iy mempunyai dua bentuk, yaitu: 1)
Tafsir ya yang me membahas sat satu sur surat se secara me menyeluruh dan dan
utuh dengan menjel menjelaska askan n maksudny maksudnyaa yang yang bersifa bersifatt umum dan khusus khusus,, menje menjela laska skan n korel korelasi asi antara antara berbag berbagai ai masal masalah ah yang yang
31 32
Alf tih Suryadilaga, ibid., 48. Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, (tt: Tafakur, tt), 116.
dikandungnya, sehingga surat itu tampak dalam bentuknya yang betul-betul utuh dan cermat. Menurut Quraish Shihab, biasanya kandungan pesan suatu surah diisyaratkan diisyaratkan oleh nama surah tersebut, selama nama tersebut bersumber dari informasi Rasulullah saw. Ia mencontohkan surah al-Kahfi, al-Kahfi, yang secara harfiah berarti gua. Gua itu dijadikan dijadikan tempat berl berlin indun dung g oleh oleh sekelo sekelomp mpok ok pemu pemuda da untuk untuk mengh menghind indar ar dari dari kekejaman kekejaman penguasa zamannya. zamannya. Dari ayat tersebut dapat diketahui diketahui bah bahwa wa sura surah h itu itu dapa dapatt memb member erii perl perlin indu dung ngan an bagi bagi yang yang menghayati dan mengamalkan pesan-pesannya. Itulah pesan umum surah tersebut. Ayat atau kelompok ayat yang terdapat di dalam surah surah itu kemudia kemudian n diupaya diupayakan kan untuk untuk dikaitk dikaitkan an dengan dengan makna makna perlindungan itu. Tafsir maudhu’iy dalam bentuk pertama ini sebenarnya sudah lama dirintis oleh ulama-ulama ulama-ulama tafsir periode klasik, seperti Fakhr al-Din al-Razi . Namun, pada masa belakangan beberapa ulama
tafsir lebih menekuninya secara serius. 2)
Tafsir yang menghimpun sejumlah ayat dari berbagai
surat yang sama-sama membicarakan satu masalah tertentu; ayatayat tersebut disusun sedemikian rupa dan diletakkan di bawah satu tema bahasan, dan selanjutnya ditafsirkan secara maudhu’iy. Bentu Bentuk k kedua kedua inil inilah ah yang yang lazi lazim m terba terbaya yang ng di benak benak kita kita ketika mendengar istilah Tafsir maudhu’iy itu diucapkan. Upaya mengaitkan antara satu ayat dengan ayat yang lainnya itu pada akhirnya akhirnya akan mengantarkan mufassir kepada kesimpulan yang menyeluruh tentang masalah tertentu menurut pandangan alQur’an. Bahkan melalui metode ini, mufassir dapat mengajukan pert pertan anya yaanan-per pertan tanya yaan an yang yang terli terlinta ntass di dalam dalam benak benakny nyaa dan menja menjadi dikan kanny nyaa sebaga sebagaii tema tema-te -tema ma yang yang akan akan dibah dibahas as dengan dengan tujuan menemukan pandangan Al-Qur’an mengenai hal tersebut. Contoh: ayat-ayat khusus mengenai harta anak yatim terdapat pada ayat-ayat di bawah ini:
“Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara cara yang yang lebih lebih berman bermanfaa faat, t, hingga hingga sampai sampai ia dewas dewasa”. a”. (alAn’am:152).
“Dan berikanl berikanlah ah kepada kepada anak-ana anak-anakk yatim yatim (yang (yang sudah sudah balig) balig) harta harta merek mereka, a, janga jangan n kamu kamu menuka menukarr yang yang baik baik denga dengan n yang yang ”.(Surat an-Nisa’:2) buruk ”.(Surat Dan surat An-nisa’:6, 10 dan ayat 127. d. Kitab-ki Kitab-kitab tab Tafsir Tafsir yang yang menggu menggunakan nakan meto metode de maudhu’i maudhu’iyy
Seba Sebagi gian an
kita kitabb-ki kita tab b
tafs tafsir ir
yang yang
meng menggu guna naka kan n
meto metode de
maudhu’ maudhu’iy iy ini adalah: adalah: al-ma al-mar’a r’ah h fi al-Qu al-Qur’a r’an n dan al-In al-Insan san fi alkarya Abbas Abbas Mahmud Mahmud al-Aqqad al-Aqqad;; al-Ri Qur’an Qur’an al-Karim al-Karim karya al-Riba ba fi alalQur’an al-Karim karya Abu al-‘A’la al-Maududi; al-Wasyaya al-‘Asyr
karya Syaikh Mahmud Syaltut; Tema-te Tema-tema ma Pokok Pokok al-Qur’a al-Qur’an n karya Fazl Fazlur ur Rahm Rahman; an; dan Wawasa Wawasan n al-Qu al-Qur’a r’an n Tafsir Tafsir maudhu maudhu’i ’i atas atas perbagai Persoalan umat karya M.Quraish Shihab.33 e. Kelebih Kelebihan an dan dan kekuranga kekurangan n metod metodee Maudh Maudhu’iy u’iy
1)
Kelebihan metode maudhu’iy
Hasil Hasil tafsir tafsir maudhu’ maudhu’iy iy memberi memberikan kan pemeca pemecahan han terhada terhadap p
per perm masal asalah ahan an-p -per erm masal asalah ahan an
hidu hidup p
prak prakti tis, s,
seka sekali ligu guss
memb member erika ikan n jawab jawaban an terhad terhadap ap tuduha tuduhan/ n/dug dugaan aan sement sementar araa oran orang g
bahw bahwaa
al-Q al-Qur ur’a ’an n
hany hanyaa
meng mengan andu dung ng
teor teorii-te teor orii
spekulatif tanpa menyentuh kehidupan nyata.
Sebagai jawaban terhadap tuntutan kehidupan yang selalu
berobah berobah dan berkemb berkembang, ang, menumbu menumbuhkan hkan rasa kebangga kebanggaan an terhadap al-Qur’an.
33
Quraish Shihab dkk, Sejarah dan ‘Ulum al-Qur’an, 194.
Studi Studi terha terhadap dap ayat ayat-ay -ayat at terku terkump mpul ul dalam dalam satu satu topik topik
tertentu tertentu juga merupakan jalan terbaik dalam merasakan fasahat dan balaghah al-Qur’an.
Kemungkinan untuk mengetahui satu permasalahan secara
lebih mendalam dan lebih terbuka.
Tafsir maudhu’iy lebih tuntas dalam membahas masalah.
2)
Kekurangan me metode Ma Maudhu’iy
Mungk Mungkin in meli melibat batkan kan pikir pikiran an dalam dalam penafs penafsira iran n terla terlalu lu
dalam.
Tidak menafsirkan segala aspek yang dikandung satu ayat,
tapi hanya salah satu aspek yang menjadi topik pembahasan saja. f. f.
Urge Urgens nsii met metod odee m mau audh dhu’ u’iy iy
Didepan telah penulis singgung bahwa tafsir dengan metode maudhu’ maudhu’iy iy lebih lebih dapat dapat diandalk diandalkan an untuk untuk menjaw menjawab ab permasal permasalahan ahan kehidupan di muka bumi ini. Itu berarti, metode ini besar sekali artinya dalam kehidupan umat agar mereka dapat terbimbing ke jalan yang benar sesuai dengan maksud diturunkannya Al-Qur’an. Berangk Berangkat at dari pemiki pemikiran ran yang yang demikia demikian, n, maka maka keduduka kedudukan n metode ini menjadi semakin kuat di dalam khazanah intelektual intelektual Islam. Oleh karenanya metode ini perlu dimiliki oleh para ulama, khususnya oleh para mufassir atau calon mufassir agar mereka dapat memberikan memberikan kontribusi menuntun kehidupan di muka bumi ini ke jalan yang benar demi meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
PENUTUP Melihat kenyataan diatas, setiap metode mempunyai efektifitas masingmasing. Dan karena al-Qur’an merupakan kitab untuk semua bangsa serta semua tingkatan, maka kajian terhadap al-Qur’an perlu dilakukan dengan sangat hati-hati dan proporsional. Bahwa al-Qur’an berfungsi sebagai sumber pengetahuan dan petunjuk. Agar fungsi ideal itu dapat teraplikasikan maka al-Qur’an harus dipelajari dan diupaya diupayakan kan penafsir penafsiranny annya. a. Untuk Untuk kebutuha kebutuhan n penafsir penafsiran an dimaksu dimaksud d diperluk diperlukan an adanya adanya kerangka kerangka dasar dasar yang yang relevan relevan yaitu yaitu sebuah sebuah metode. metode. Jadi, Jadi, keberada keberadaan an sebuah metode dalam penafsiran mutlak diperlukan. Dan yang paling populer dari keempat metode penafsiran yang penulis sebutkan di muka adalah metode tahlily yang bersifat parsial dan metode maudhu’iy yang bersifat integral. Adalah suatu kenyataan bahwa tafsir al-Qur’an ditulis dengan metode dan pendekatan yang bervarian. Ini suatu bukti dari kesungguhan para ulama untuk terus berusaha memahami al-Qur’an dari berbagai aspek dan kemampuan yang dimiliki. dimiliki. Dan ini belum final, karena usaha untuk lebih menyempurnakan menyempurnakan metode dan pendekatan tafsir terus dilakukan hingga sekarang, sehingga perlu disambut dengan cukup setiap upaya untuk terus meningkatkan pemahaman terhadap alQur’an Tidak bisa dipungkiri bahwa tiap-tiap metode yang digunakan mufassir masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu upaya untuk terus mencari alternatif metode tafsir dengan banyak belajar dari metodemetode dan pendekatan-pendekatan pendekatan-pendekatan tafsir yang sudah ada dan merupakan warisan yang tak ternilai. Untuk itu perlu dicari metode alternatif yang kiranya memiliki relevansi dengan zaman sekarang, dan menjadikannya menyentuh menyentuh pada realitas kehidupan.
Kita
sem semua
berk erkewaj ewajiiban
meli elihat
alal-Qur’a r’an
dan dan
sal salah
satu atu
bentu ntuk
pemel pemelihar iharaann aannya ya adalah adalah memfung memfungsika sikan n dalam dalam kehidupa kehidupan n kontempo kontemporer, rer, yakni yakni dengan memberinya interpretasi yang sesuai tanpa mengorbankan teks sekaligus tanp tanpaa meng mengor orba bank nkan an kepr keprib ibad adia ian, n, buda budaya ya bang bangsa sa deng dengan an perk perkem emba bang ngan an positifnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agil Husin Al-munawar, Said, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir, tt: Tafakur, tt. Al-Farmawi, Abdul Hayy, Metode Tafsir Maudhu’i Suatu Pengantar , Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Arif Junaidi, Akhmad, Pembaharuan Metodologi Tafsir Al-Qur’an (Studi Atas Semarang: CV. Gunung Pemikiran Tafsir Kontekstual Fazlur Rahman), Semarang: Jati, 2000. As-Shal As-Shalih, ih, Subhi Subhi , Membahas Jakarta:Pust Pustaka aka Firdaus Firdaus,, Membahas ilmu-ilm ilmu-ilmu u al-Qur’a al-Qur’an n , Jakarta: 1995. As-Shouwy, As-Shouwy, Ahmad, Mukjizat Al-Qur’an dan Sunnah Tentang IPTEK, Jakarta: Gema Insani Preass, 1995. Baidan, Nashruddin Nashruddin Metodolo Yogyakarta: ta: Pustaka Pustaka Metodologi gi Penafsir Penafsiran an Al-Qur’a Al-Qur’an n , Yogyakar pelajar, 2005. _______, Metode Penafsiran Al-Qur’an Kajian Kritis Terhadap Ayat-ayat yang beredaksi mirip, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002. Buchori,Didin Buchori,Didin Saefuddin Saefuddin Pedoman Pedoman Memahami Memahami Kandunga Kandungan n Al-Qur’a Al-Qur’an n, Bogor: Granada Sarana Pustaka, 2005. Khalil al-Qattan, Manna’, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an , Jakarta: Litera AntarNusa, 1996. Rahardjo, Dawam, Paradigma Al-Qur’an Metodologi Tafsir dan Kritik Sosial, Jakarta: Pusat Studi Agama Dan Peradaban (PSAP) Muhammadiyah, 2005. Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur’an Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat, Bndung: Mizan, 1999.
---------, Sejarah Dan ‘Ulum Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999. Shihab, Umar, Kontekstualitas Al-Qur’an Kajian Tematik atas Ayat-ayat Hukum Dalam Al-Qur’an, Jakarta: Penamadani, 2005.
Supiana dan M. Karman, Ulumul Qur’an dan Pengenalan Metodologi Tafsir, Bandung: Pustaka Islamika, 2002. Suryadilaga, Alfatih, dkk., Metodologi Ilmu Tafsir, Yogyakarta: Teras, 2005. Rohimin, Metodologi Ilmu Tafsir Dan Aplikasi Model Penafsiran , Yogyakarta: Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007. Watt, Watt, W. Montgom Montgomery ery,, Pengant Pengantar ar Studi Studi Al-Qur’a Al-Qur’an n, Persada, 1995.
Jakarta Jakarta:: Raja Raja Grafind Grafindo o