AKTIVITAS ANTELMINTIK I.
Tujuan
Merancang dan melakukan eksperimen sederhana untuk menguji aktivitas antelmintik (anti cacing) suatu bahan uji u ji secara in vitro
Menjelaskan perbedaan paralisis spastic dan flasid yang terjadi pada cacing setelah kontak dengan antelmintik (anti cacing).
II.
Teori Dasar Antelmintik
atau obat cacing adalah obat yang digunakan untuk memberantas atau
mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Kebanyakan obat cacing cacing efektif terhadap satu macam cacing, sehingga diperlukan diagnosis tepat sebelum mengggunakan obat tertentu. Pemberian obat cacing pada umunya diberikan secara oral, pada sat makan atau sesudah makan. Beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar. Obat cacing baru pada umumnya lebih aman dan efektif disbanding dengan yang lama, efektif untuk beberapa macam cacing, rasanya tidak mengganggu, pemberiannya tidak memerlukan pencahar dan beberapa dapat diberikan d iberikan secara oral sebagai dosis tunggal. y
Piperazin Piperazin pertama kali digunakan sebagai antelmintik oleh fayard (1949).
Pengalaman klinik menunjukan bahwa piperazin efektif sekali terhadap A. lumbricoides dan E. vermicularis. Sebelumnya pernah dipakai d ipakai untuk penyakit piral. Piperazin terdapat sebagiheksahidrat yang mengandung 44% basa. Juga didapat sebagai garam sitrat, kalsium edetat, dan tartrat. Garam-garam ini bersifat labil nonhigroskopis, berupa Kristal putih yang sangat larut dalam air, larutannya bersifat sedikit asam. Piperazin menyebabkan blockade respon oto cacing terhadap asetilkolin sehingga terjadi paralisis dan acing mudah dikeluarkan oleh peristaltic usus. Cacing biasanya keluar 1-3 hari setelah pengobatan dan tidak diperlukan pencahar untuk mengeluarkan cacing
tersebut. Cacing yang telah terkena obat dapat menjadi normal kembali bila ditaruh dalam larutan garam faal pada suhu 37oC. Diduga cara kerja piperazin pada otot cacing dengan mengganggu permeabilitas membrane sel terhadap
ion-ion yang berperan dalam
menyebabkan hiperpolarisasi dan supresi impuls spontan, disertai paralisis. Piperazin memiliki batasan keamanan yang lebar. Pada dosis terapi umumnya tidak menyebabkan efek samping, kecuali kadang nausea, diare dan alergi. Piperazin dapat memperkuat efek kejang pada penderita epilepsy, karena itu piperazin itu tidak boleh diberikan pada penderita epilepsy dan ganggguan hati dan ginjal. Pemberian obat ini pada penderita malnutrisi dan anemia berat, perlu mendapatkan pengawasan ekstra. Karena piperazin menghasilkan nitrosiamin, penggunannya untuk wanita hamil hanya kalau benar benar perlu atau jika tak t ersedia oabat alternative. Pirantel Pamoat
y
Mula-mula pirantel pamoat digunakan untuk memberantas cacing kremi, cacing gelang, dan cacing tambang pada hewan. Ternyata pirantel cukup efektif dan kurang toksik sehingga sekarang digunakan pada manusia untuk mengobati infestasi cacing-cacing tersebut diatas dan
T.orientalis .
pirantel dipasarkan sebagai garam pamoat yang berbentuk
kristal putih, tidak larut dalam alcohol maupun air, tidak berasa dan bersifat stabil. Oksantel pamoat merupakan anlog m-oksifenol dari pirantel yang efektif dalam dosis tunggal untuk T.trichiura .
Pirantel pamoat terutama digunakan untuk memberantas cacing gelang, kremi dan tambang. Pirantel pamoat dan analognya menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekwensi impuls, sehingga cacing mati dalam keadaan spati. Pirantel pamoat juga berefek menghambat enzim kolinasterase, terbukti pada askaris meningkatkan kontarksi ototnya. Pirantel pamoat merupakan obat terpilih untuk askariasis, ankilostomiasis, enterobiasis dan strongiloidiasis. Dengan dosis tunggal angka penyembuhannya cukup tinggi. Untuk infestasi campuran dengan T.trichiura perlu dikombinasikan dengan oksantel pamoat.
Efek samping pirantel pamoat jarang, ringan, dan bersifat sementara, misalnya keluhan saluran cerna, demam, dan sakit kepala. Penggunaan obat ini pada wanita hamil dan anak usia dibawah 2 tahun tidak dianjurkan. Karena kerjanya berlawanan dengan piperazin maka pirantel pamoat tidak boleh digunakan bersama piperazin. III.
Alat
bahan
IV. Prosedur V.
Data Pengamatan
VI. Pembahasan VII. Kesimpulan VIII.
Daftar Pustaka