BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Penyakit cacing usus merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit cacing usus tersebut terjadi akibat masuknya cacing ke dalam tubuh secara peroral maupun subkutan karena sanitasi lingkungan yang jelek.Penyakit cacingan dapat terjadi pada manusia dan hewan. Penyakit Pen yakit cacingan pada manusia dapat menyebabkan muka pucat, diare, cepat lelah, gatal – gatal gatal dan tampak kurus. Hewan yang paling sering menderita cacingan adalah ayam, baik parasit dari dalam maupun luar. Tetapi penyakit cacingan yang terjadi pada hewan bisa juga terjadi pada kucing, sapi, kambing dan anjing. Penyakit cacingan pada ayam dapat menyebabkan ayam tampak kurus, bulu kusam, muka atau jenggernya pucat, diare, cepat lelah dan sayapterkulai.2 Cacing gelang yang paling banyak menyerang ayam adalah Ascaridia adalah Ascaridia galli Schrank. Infeksi oleh cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar di dunia, di Indonesia termasuk penyakit rakyat yang umum dan sampai saat ini diperkirakan masih cukup banyak anak-anak di Indonesia yang menderita infeksi cacing sehingga pemerintah perlu mencanangkan pemberantasan cacing secara masal dengan pemberian obat cacing kepada seluruh siswa sekolah dasar pada momen-momen tertentu. 1.2
Tujuan Penulisan
1)
Untuk mengetahui jenis-jenis cacing yang dapat menginfeksi manusia dan menyebabkan penyakit.
2)
Untuk mengetahui jenis-jenis obat yang dapat diberikan pada saat terapi untuk menyembuhkan pasien.
Antelmintika
Page 1
BAB 2 ISI 2.1
Antelmintik
Antelmintik atau obat cacing adalah obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Sebagian besar obat cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Diagnosis dilakukan dengan menemukan cacing, telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan lain penderita. Sebagian besar obat cacing diberikan secara oral yaitu pada saat makan atau sesudah makan dan beberapa obat cacing perlu diberikan bersama pencahar. Penularan penyakit cacing umumnya terjadi melalui mulut, meskipun ada juga yang melalui melal ui luka dikulit. Larva dan telur cacing ada di mana-mana di atas tanah, terutama bila sistim pembuangan kotoran belum memenuhi syarat-syarat hygiene. Gejala penyakit cacing sering kali tidak nyata. Umumnya merupakan gangguan lambung usus seperti mulas, kejang-kejang kehilangan nafsu makanan pucat (anemia) dan lain – lain. lain. Pencegahannya sebenarnya mudah sekali yaitu :
Menjaga kebersihan baik tubuh maupun makanan.
Mengkomsumsi makanan yang telah di masak dengan benar (daging, ikan).
Mencuci tangan sebelum makanan.
Antelmintika
Page 2
2.2
Penyakit Cacing
Di negara berkembang seperti Indonesia, penyakit cacing merupakan penyakit rakyat umum. Infeksinya pun dapat terjadi secara simultan oleh beberapa cacing sekaligus. Infeksi cacing umumnya terjadi melalui mulut, kadang langsung melalui luka di kulit (cacing tambang, dan benang) atau lewat telur (kista) atau larva cacing, yang ada dimana-dimana di atas tanah. Infeksi yang disebabkan oleh cacing kelas nematode usus khususnya yang penularan melalui tanah, diantaranya Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, dan cacing tambang ( Ancylostoma duodenale dan Necator americanus) dan Strongyloides stercorali.
Cacing yang merupakan parasit manusia dapat dibagi dalam 2 kelompok, yakni cacing pipih dan cacing bundar.
1. Platyhelminthes. Ciri-cirinya bentuk pipih, tidak memiliki rongga tubuh dan berkelamin ganda (hemafrodit). Cacing yang termasuk golongan ini adalah cacing pita (Cestoda) dan cacing pipih (Trematoda). 2. Nematoda (roundworms). Ciri-cirinya bertubuh bulat, tidak bersegmen, memiliki rongga tubuh dengan saluran cerna dan kelamin terpisah. Infeksi cacing ini disebut ancylostomiasis (cacing tambang), trongyloidiasis, oxyuriasis (cacing kremi), ascariasis (cacing gelang) dan trichuriasis (cacing cambuk). 3. Ivermectin Cacing golongan nematoda tersebut menyebabkan infeksi cacing usus (soiltransmitted helminthasis). Hidupnya berkaitan dengan perilaku bersih dan kondisi sanitasi lingkungan. Bila terdapat anemia, penderita harus diobati dengan sediaan yang mengandung besi. Selain itu, wanita hamil tidak boleh minum obat cacing karena memiliki sifat teratogen (merusak janin) yang potensial.
Antelmintika
Page 3
2.3
Penggolongan Cacing
Penggolongan obat cacing digolongkan berdasarkan khasiatnya terhadap jenis cacing yang menginfeksi.
a)
Cacing kremi (Oxyuris vermicularis) Termasuk golongan cacing bulat, masa hidup cacing dewasa tidak lebih dari 6
minggu. Cacing betina menempatkan telurnya disekitar anus pada malam hari sehingga menyebabkan rasa gatal. Dengan garukan, telur cacing akan pindah ke tangan dan dapat tertelan kembali .Cara penularan yang demikian disebut reauto infeksi. Obat yang sesuai adalah mebendazol (obat pilihan untuk semua pasien di atas 2 tahun) dan piperazin.
Gejala :
Gatal-gatal disekeliling dubur.
Hilangnya nafsu makan.
Berkurangnya berat badan.
Mengompol, suka tidur.
Mudah tersinggung, perasaan mual, dan muntah-muntah.
Antelmintika
Page 4
Pencegahan :
Biasakan mencuci tangan dengan sabunsehabis buang air besar.
Mandilah setiap hari.
Gunting kuku untuk mencegah infeksi selanjutnya.
b)
Cacing gelang (Ascaris lumbricoides) Termasuk cacing bulat yang dapat mencapai ukuran cukup besar dan cukup
berbahaya karena dapat keluar dari usus, menjalar ke organ-organ lain bila tidak diobat dengan tepat. Obat pilihan yang paling efectif adalah levamisol.
Gejala :
Perut terlihat buncit. Nafsu makan berkurang.
Tinja kadang-kadang nampak cair dan berlendir atau berdarah.
Penderita selalu dalam keadaan lesu tidak bergairah.
Kadangkala cacing tampak keluar dalam tinja.
Antelmintika
Page 5
Pencegahan :
Jagalah kebersihan.
Cucilah tangan sebelum memegang makanan dan makan.
Lindungi makanan dari lalat.
Jangan membuang tinja di sembarang tempat.
c)
Cacing pita (Taenia saginata/ Taenia solium/ Taenia lata) Merupakan cacing pipih beruas-ruas, yang penularannya lewat daging yang
mengandung telur cacing pita karena kurang lama dimasak.Taenia saginata terdapat dalam daging sapi, Taenia solium terdapat dalam daging babi, Taenia lata terdapat dalam daging ikan.Taenia sulit dibasmi karena kepala cacing yang memiliki semacam alat hisap terhunjam dalam selaput lendir usus sehingga sulit kontak dengan obat dan segmen – segmen (bagian tubuh cacing) yang telah rusak karena obat, dapat dilepaskan dan cacing kemudian membuat segmen-segmen baru. Gejala yang tampak disamping gangguan lambung usus adalah anemia .Obat yang paling banyak digunakan untuk cacing pita adalah niklosamid dan prazikuantel.
Gambar Taenia saginata
Antelmintika
Page 6
Penyebab :
Mengonsumsi daging dan ikan yang mengandung cacing ini, dan dimasak kurang sempurna.
Gejala :
Penderita mengeluh karena merasa nyeri seperti la par yang tajam dan menusuk-nusuk, tetapi cepat sekali hilang sesudah makan.
Pencegahan :
Semua daging dan ikan harus dimasak dengan sempurna.
Melindungi makanan terhadap kotoran manusia atau tikus.
d)
Cacing tambang (Ankylostoma duodenale dan Necator americanus) Adalah dua macam cacing tambang yang menginfeksi manusia, penularannya
melalui Larva yang masuk ke dalam kulit kaki yang terluka cacing tambang hidup pada usus halus bagian atas dan menghisap darah pada tempat dia menempelkan dirinya di mukosa usus. Seperti cacing pita, cacing ini menyebabkan anemia karena defisiensi besi. Pengobatan: mencakup pembasmian cacing sekaligus pengobatan anemia. Mebendazol merupakan pilihan karena memiliki spectrum luas dan efektif terhadap cacing tambang.
Antelmintika
Page 7
Penyebab :
Sering berjangkit terutama pada tanah yang gembur dan berpasir.
Tidak adanya fasilitas tempat buang air yang memadai.
Gejala :
Penderita kelihatan pucat dan lemah.
Perasaan pusing, telinga mendengung, sakit kepala, dan cepat lelah.
Rambut kering, air muka suram, dan lesu.
Perasaan mual dan muntah-muntah.
Pencegahan :
Sediakan fasilitas tempat pembuangan air besar yang sempurna.
Jangan menggunakan kotoran manusia sebagai pupuk.
Pakai sepatu bila bekerja dikebun.
Antelmintika
Page 8
e)
Cacing cambuk (Trichuris trichiura) Adalah cacing dewasa yang tinggal di usus bagian bawah dan melepaskan
telurnya ke luar tubuh manusia bersama kotoran. Telur yang tertelan selanjutnya akan menetas di dalam usus halus dan hidup sampai dewasa disana. Telur cacing cambuk berukuran 50-54 mikron. Pada anak-anak, cacingcacing cambuk dapat ditemukan di seluruh permukaan usus besar dan rectum. Cacing ini juga yang menyebabkan seseorang terkena disentri dan anemia. Gejala yang timbul pada penderita cacing cambuk antara lain nyeri abdomen, diare dan usus buntu.
Penyebab :
Fasilitas pembuangan kotoran tidak memenuhi syarat.
Menaruh jari kotor di mulut sewaktu bekerja di tanah.
Memakan makanan kotor.
Gejala :
Perasaan mual dan muntah-muntah.
Terjadi sembelit dan perut kembung.
Demam ringan dan sakit kepala.
Nyeri yang mirip dengan radang umbai-umbai usus buntu.
Antelmintika
Page 9
Mencret dan keluar sedikit.
Pencegahan :
Lakukan pembuangan tinja secara teratur.
Pakailah sepatu pada waktu bekerja.
f)
Cacing Pipih (Schistosoma) Adalah sebangsa cacing halus yang ditularkan oleh larva yang disebut
myracidium melalui kulit atau siput yang dimakan manusia. Schistosoma hematobium dewasa hidup dalam vena saluran kemih sedangkan Schistosoma mansonii hidup di vena kolon. Schistosoma japonicum tersebar lebih luas dalam saluran cerna dan sistem porta. Gejala penyakit tergantung pada tempat yang terinfeksi , bisa gatal – gatal, kulit kemerahan, diare berlendir, hematuria dan lain – lain. Obat pilihan prazikuantel efektif terhadap semua jenis schistosoma.
Gejala :
Oedema dan kurus tetapi pada beberapa kejadian tidak ada gejala klinis
Serosis pada permukaan liver dan duktus empedu
Adanya anemia
Terjadinya proliferasi glandula epitel pada duktus biliverus
Antelmintika
Page 10
g)
Cacing benang (Strongiloides stercularis) Ditularkan melalui kulit oleh larva yang berbentuk benang dan hidup dalam
usus. Larva yang dihasilkan dapat menembus dinding usus dan menyusup ke jaringan, menimbulkan siklus auto infeksi. Obat pilihan : Tiabendazol, obat alternatif : albendazol. Invermectin merupakan obat alternatif yang paling efektif untuk infeksi kronis.
Gejalanya berupa gatal-gatal di anus, gangguan perut, iritasi saluran pernapasan
2.4
Filiarisis (Kaki Gajah)
Filariasis (penyakit kaki gajah) atau juga dikenal dengan elephantiasis adalah penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan
berbagai
spesies
nyamuk. Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging desease, yaitu penyakit yang dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan sekarang muncul kembali. Kasus penderita filariasis khas ditemukan di wilayah dengan iklim sub tropis dan tropis (Abercrombie et al , 1997) seperti di Indonesia. Filariasis pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1877, setelah itu tidak muncul dan
Antelmintika
Page 11
sekarang belum diketahui bagaimana perkembangannya. Filariasis tersebar luas hampir di seluruh Propinsi di Indonesia. Berdasarkan laporan dari hasil survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647 Puskesmas tersebar di 231 Kabupaten 26 Propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus kronis 6233 orang. Wuchereria bancrofti atau disebut juga Cacing Filaria adalah kelas dari anggota
hewan
tak
bertulang
belakang
yang
termasuk
dalam
filum
Nemathelminthes. Bentuk cacing ini gilig memanjang, seperti benang maka disebut
filarial.
Cacing
filaria penyebab penyakit kaki
gajah
berasal
dari genus wuchereria dan brugia. Di Indonesia cacing yang dikenal sebagai penyebab
penyakit
tersebut
adalah wuchereria
bancrofti,
brugia
malayi, dan brugia timori.
Klasifikasi ilmiah Kingdom
: Animalia
Classis
: Secernentea
Ordo
: Spirurida
Upordo
: Spirurina
Family
: Onchocercidae
Genus
: Wuchereria
Species
: Wuchereria bancrofti
Antelmintika
Page 12
Ciri-ciri cacing Filaria :
Cacing dewasa (makrofilaria), bentuknya seperti benang berwarna putih kekuningan. Sedangkan larva cacing filaria (mikrofilaria) berbentuk seperti benang berwarna putih susu.
Makrofilaria yang betina memiliki panjang kurang lebih 65 – 100 mm, ekornya berujung tumpul, untuk makrofilarial yang jantan memiliki panjang kurang lebih 40 mm, ekor melingkar. Sedangkan mikrofilaria berukuran panjang kurang lebih 250 mikron, bersarung pucat.
Tempat hidup Makrofilaria jantan dan betina di saluran limfe dan kelenjar limfe. Sedangkan pada malam hari mikrofilaria terdapat di dalam pembuluh darah tepi, dan pada siang hari mikrofilaria terdapat di kapiler alat-alat dalam, misalnya: paru-paru, jantung, dan hati.
Daur Hidup Cacing Filaria ( Wuchereri a bancrof ti)
Siklus hidup cacing Filaria terjadi melalui dua tahap, yaitu:
Tahap pertama, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh nyamuk sebagai vector yang masa pertumbuhannya kurang lebih 2 minggu.
Tahap kedua, perkembangan cacing Filaria dalam tubuh manusia (hospes) kurang lebih 7 bulan.
Antelmintika
Page 13
Siklus hidup cacing filaria dapat terjadi dalam tubuh nyamuk apabila nyamuk tersebut menggigit dan menghisap darah orang yang terserang filariasis, sehingga mikrofilaria yang terdapat ditubuh penderita ikut terhisap kedalam tubuh nyamuk. Mikrofilaria tersebut masuk kedalam paskan pembungkus pada tubuh nyamuk, kemudian menembus dinding lambung dan bersarang diantara otot-otot dada (toraks). Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis yang disebut larva stadium I. Dalam waktu kurang lebih satu minggu larva ini berganti kulit, tumbuh menjadi lebih gemuk dan panjang yang disebut larva stadium II. Pada hari ke sepuluh dan seterusnya larva berganti kulit untuk kedua kalinya, sehingga tumbuh menjadi lebih panjang dan kurus, ini adalah larva stadium III. Gerak larva stadium III ini sangat aktif, sehingga larva mulai bermigrasi mula-mula ke rongga perut (abdomen) kemudian pindah ke kepala dan
Antelmintika
Page 14
alat tusuk nyamuk. Apabila nyamuk yang mengandung mikrofilaria ini menggigit manusia. Maka mikrofilaria yang sudah berbentuk larva infektif (larva stadium III) secara aktif ikut masuk kedalam tubuh manusia (hospes). Bersama-sama dengan aliran darah dalam tubuh manusia, larva keluar dari pembuluh kapiler dan masuk ke pembuluh limfe. Didalam pembuluh limfe larva mengalami dua kali pergantian kulit dan tumbuh menjadi cacing dewasa yang sering disebut larva stadium IV dan larva stadium V. Cacing filaria yang sudah dewasa bertempat di pembuluh limfe, sehingga akan menyumbat pembuluh limfe dan akan terjadi pembengkakan. Siklus hidup pada tubuh nyamuk terjadi apabila nyamuk tersebut menggigit dan menghisap darah orang yang terkena filariasais, sehingga mikrofilaria yang terdapat di tubuh penderita ikut terhisap ke dalam tubuh nyamuk. Cacing yang diisap nyamuk tidak begitu saja dipindahkan, tetapi sebelumnya tumbuh di dalam tubuh nyamuk. Makhluk mini itu berkembang dalam otot nyamuk. Sekitar 3 minggu, pada stadium 3, larva mulai bergerak aktif dan berpindah ke alat tusuk nyamuk. Nyamuk pembawa mikrofilaria itu lalu gentayangan menggigit manusia dan ”memindahkan” larva infektif tersebut. Bersama aliran darah, larva keluar dari
pembuluh kapiler dan masuk ke pembuluh limfe. Apabila seseorang terserang filariasis, maka gejala yang tampak antara lain : 1)
Demam berulang-ulang selama 3 - 5 hari, demam dapat hilang bila si penderita istirahat dan muncul lagi setelah si penderita bekerja berat.
2)
Pembengkakan kelenjar limfe (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak kemerahan. Diikuti dengan radang saluran kelenjar limfe yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan ke arah ujung ( Retrograde lymphangitis) yang dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah.
3)
Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan merasa panas ( Early lymphodema).
Antelmintika
Page 15
2.5
Penggolongan Obat Antelmintik
Banyak obat cacing memiliki khasiat yang efektif terhadap satu atau dua jenis cacing saja. Hanya beberapa obat saja yang memiliki khasiat terhadap lebih banyak jenis cacing (broad spectrum) seperti mebendazol. Mekanisme kerja obat cacing yaitu dengan menghambat proses penerusan impuls neuromuskuler sehingga cacing dilumpuhkan. Mekanisme lainnya dengan menghambat masuknya glukosa dan mempercepat penggunaan (glikogen) pada cacing.
MEBENDAZOL Komposisi :
Tiap tablet mengandung Mebendazol 100 mg
Tiap 5 ml sirup mengandung Mebendazol 100 mg
Cara kerja obat :
Melalui perintangan pemasukan karbohidrat dan mempercepat penggunaan gula pada cacing.
Menyebabkan kerusakan struktur subseluler dan menghambat sekresi asetikolin esterase
Antelmintika
Page 16
Absorpsinya di usus kecil, kurang dari 1 %, efek sampingnya terhadap gangguan usus-lambung jarang terjadi.
Indikasi :
Mebendazole obat pilihan untuk enterobius vermicularis (cacing kremi) pada anak sebagai dosis tunggal; jika infeksi ulangan sangat mungkin terjadi maka dosis kedua dapat diberikan setelah 2 minggu. Mebendazol juga digunakan untuk pengobatan penyakit kecacingan seperti di bawah ini :
Ascariasis (penyakit cacing gelang)
Trichuriasis (penyakit cacing cambuk)
Ancylostomiasis (penyakit cacing tambang)
Necatoriasis (penyakit cacing tambang) Infeksi cacing campuran
Kontraindikasi : Tidak boleh diberikan pada anak-anak usia balita dan wanita
hamil. Dosis :
Ascariasis : 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari
Trichuriasis : 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari
Enterobiasis : 100 mg dalam dosis tunggal
Ancylostomiasis/Necatoriasis : 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari
Infeksi campuran : 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari atau 500 mg dalam dosis tunggal untuk semua jenis infeksi.
Peringatan dan Perhatian :
Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan. Ibu yang menyusui agar menghentikan pemberian ASI selama menggunakan obat ini.
Antelmintika
Page 17
Mebendazol kadang-kadang dapat meningkatkan sekresi insulin dalam tubuh, sehingga pada penderita diabetes melitus harus hati-hati apabila diberikan bersama-sama dengan insulin atau obat anti diabetik oral lain. Pada pemakaian jangka panjang dan dosis besar kemungkinan dapat terjadi neutropenia (penurunan salah satu jenis sel-sel darah putih) yang akan kembali normal bila pengobatan dihentikan (reversible). Efek Samping :
Sangat jarang : nyeri perut, diare; dilaporkan kejang (pada bayi), ruam (termasuk sindrom steven johnsosn dan epidermal nekrolisis toksik) TIABENDAZOL
Anthementik derivat benzimidazol berspektrum lebar dan efektif untuk mengobati infestasi berbagai nematode pada manusia. Efek anthemintik : mempunyai daya anthemintik yang luas, efektifitasnya tinggi
terhadap strongiloidiasis, askariasis, oksiuriasis dan larva migrans kulit. Farmakokinetik : cepat diserap melalui usus dan kadar puncak obat ini dalam
darah dicapai dalam waktu 1-2 jam. Cara Kerja :
Kerjanya menghambat enzim fumarat reduktase cacing dan enzim asetilkolinesterase cacing cacing mati.
Absorpsi lewat usus, 90% obat diekskresi bersama urine.
Efek samping : anoreksia, mual, muntah dan pusing. Dalam frekuensi rendah
juga terjadi diare, nyeri epigastrium, sakit kepala, pusing, lelah, gatal dan kantuk. Indikasi : merupakan obat terpilih untuk S.stercolaris dan cutraneous dan larva
migrans. Obat ini sebaiknya tidak digunakan lagi untuk mengobati askaris, trikuris, cacing tambang dan cacing kremi bila obat lain lebih a man sudah ada.
Antelmintika
Page 18
Dosis : Pada cacing benang dan cambuk 2 kali sehari 0,5 g, anak-anak: 50mg/kg
bobot badan sehari. ALBENDAZOL
Obat cacing derovat benzimidazol berspektrum lebar yang dapat diberikan per oral. Dosis tunggal efektif untuk cacing kremi, cacing trikuris, cacing S.strercoralis, dan cacing tambang. Farmakokinetik : pada pemberian oral obat ini diserap secara tidak teratur oleh
usus. Obat ini cepat dimetabolisme. Kadar puncak metabolit aktif plasma dicapai dalam 3 jam. Farmakodinamik : bekerja dengan cara berikatan dengan beta tubulin parasit
sehingga menghambat polimerase mikrotubulus. Indikasi : untuk infeksi cacing kremi, cacing tambang, cacing askatis atau cacing
trikuris. Efek samping : untuk pengggunaan 1-3 hari aman. Berupa nyeri ulu hati, diare,
sakit kepala, mual, lemah, pusing, insomnia, frekuensinya sebanyak 6%. Kontraindikasi : anak umur kurang dari 2 tahun, wanita hamil dan sirosis hati. Dosis : Albendazole memiliki efek terapetik yang sama dengan mebendazole,
yang memiliki dosis tunggal 400mg oral untuk orang dewasa dan anak-anak lebih dari 2 tahun. PIPERAZIN
Pengalaman klinik menunjukkan bahwa piperazin efektif sekali terhadap A.lumbricoides dan E. vermicularis. Efek anthelmintic : cacing biasanya keluar 1-3 hari setelah pengobatan dan tidak
perlu pencahar untuk itu, bekerja sebagai agonis GABA pada otot cacing dengan mengganggu
permeabilitas
membran
sel
terhadap
ion-ion
menyebabkan
hiperpolarisasi. Antelmintika
Page 19
Farmakokinetik : penyerapan piperazin melalui saluran cerna baik. Kadar
puncak plasma dicapai dalam 2-4 jam, ekskresi melalui urin selama 2-6 jam diekskresi utuh. Efek samping dan kontraindikasi : memiliki batas keamanan yang lebar. Pada
dosis terapi umumnya tidak menyebabkan efek samping kecuali kadang-kadang mual, muntah, diare, nyeri perut, sakit kepala, pusing dan alergi. Pada pasien malnutrisi dan anemia perlu pengawasan ekstra dan wanita hamil kalau hanya benar-benar perlu. Sediaan dan posologi : bentuk sirop 1 g/5 ml. dosis dewasa 3,5 g sekali sehari.
Dosis anak 75 mg/kgBB. Obat diberikan 2 hari berturu-turut. DIETILKARBAMAZIN
Merupakan obat pilihan pertama untuk filariasis, dipasarkan sebagai garam sitrat berbentuk kristal tidak berwarna rasanya tidak enak dan mudah larut dalam air. Efek anthelmintic : menyebabkan hilangnya mikrofilaria W.bancrofti, B.malayi
dan Loa Farmakokinetik : cepat daibsorpsi dari usus dan didistribusikan keseluruh cairan
tubuh. Efek samping : relatif aman pada dosis terapi. Efek samping seperti pusing,
malaise, nyeri sendi, anareksia, dan muntah hilang bila pengobatan dihentikan. Sediaan dan posology : bentuk tablet 50 mg. PRAZIKUANTEL
Merupakan derivate pirazinoisokuinolon. Obat ini merupakan anthelmintik berspektrum lebar dan efektif pada cestoda dan trematoda pada hewan dan manusia. Efek anthelmintic : diambil secara cepat dam reversible oleh cacing tetapi tidak
dimetabolisme. Antelmintika
Page 20
Farmakokinetik : pada pemberian oral absorpsinya baik. Kadar maksimal dalam
drah tercapai dalam waktu 1-3 jam. Metabolisme obat berlangsung cepat dihati. Efek samping : timbul dalam beberapa jam setelah pemberian obat, yang paling
sering adalah sakit kepala, pusing, mengantuk dan lelah. Yang lainnya adalah mual, muntah, nyeri perut. Kontraindikasi : sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil dan menyusui,
demikian pula pekerja yang memerlukan koordiansi fisik dan kewaspadaan dan pasien gangguan fungsi hati. Posologi : dosis dewasa dan anak diatas umur 4 tahun. Untuk investasi
S.haematobium dan S.mansoni diberikan dosis tunggal 40 mg/kgBB. LEVAMISOL
Dahulu levamisol digunakan untuk cacing ascaris, trichostrongyius, dan A. duodenale. Kini diguanakan sebagai imunostimulan pada manusia, sebagai terapi ajuvan penyakit imunologik termasuk keganasan. Dalam hal ini nampakanya levamisol bekerja dengan memperbaiki mekanisme pertahanan seluler dan memacu pematangan limfosit T. IVERMEKTIN
Obat ini sekarang digunakan untuk pengobatan masal dan individual terhadap onchocerciasis dan strongyloidiasis. Farmakokinetik : dihasilkan lewat proses fermentasi dari Streptomyces
avermitilis. Pemberian per oral pada manusia diabsorpsi baik dan memiliki waktu paruh 10-12 jam. Farmakodinamik : memperkuat peranan GABA pada proses transmisi disaraf
tepi, sehingga cacingan mati pada keadaan paralisis. Indikasi
: digunakan
pada
onkoserkiasis.
Dosis
tunggal
sebesar
150
mikrogram/kgBB.
Antelmintika
Page 21
Efek samping : pada dosis tunggal 50-200 mikrogram/kgBB efek samping yang
timbul umunya ringan, sebentar dan dapat ditoleransi. Berupa demam, pruritus dan sakit otot. Kontraindikasi : pada wanita hamil, obat ini jangan diberikan bersama-sama
barbiturat. METRIFONAT
Senyawa organofosfat yang merupakan obat 22ntara22tive untuk S.haematobium, tidak efektif terhadap S.mansoni dan S.japonicum. Efek sampingnya : berupa gejala kolinergik yang sifatnya ringan dan selintas.
Dapat timbul mual, muntah, diare, nyeri perut, bronkospasme, sakit kepala, berkeringat, lelah. Kontraindikasi : jangan diberikan pada orang yang baru terpapar dengan
insektisida, pasien yang baru menggunakan obat ini juga jangan diberikan dan juga pada wanita hamil. Dosis : 7,5-10 mg/kgBB diberikan sebanyak 3 kali dengan interval 14 hari. NIKLOSAMID
Untuk mengobati cacing pita pada manusia dan hewan. Cacing yang depengaruhi akan dirusak sehingga sebagian skoleks dan segmen diserna dan tidak dapat ditemukan lagi dalam tinja. Efek samping : sedikit sekali diserap dan hampir bebas dari efek samping,
kecuali sedikit keluhan sakit perut. Bahkan cukup aman untuk pasien hami. Sediaan : bentuk tablet kunyah 500 mg yang harus dimakan dalam keadaan perut
kosong. Untuk orang dewasa diperlukan dosis tunggal 2 gram, sedangkan untuk anak dengan berat badan lebih dari 34 kg: 1,5 gram dan anak berat badan 22ntara 11-34 kg: 1 gram.
Antelmintika
Page 22
UPIXON Komposisi : pyrantel pamoat Indikasi : untuk pengobatan infeksi oleh cacing enterobius vermicularis, ascaris
lumbricoides, ancylostoma duodenale. Dosis : anak > 12 tahun 3-4 sdt, 6-12 tahun 2-3 sdt, 2-6 tahun 1-2 sdt. Pemberian obat : diberikan bersama atau tanpa makanan. Kontraindikasi: anak dengan kecendrungan kejang dan pasien dengan
insufusiensi ginjal, gangguan fungsi hati dan ginjal, tukak lambung dan wanita hamil. Efek samping : muntah, mengantuk, inkoordinasi otot, dan gangguan akomodasi
mata. Sediaan : susp 25 mg/5 ml.
Antelmintika
Page 23
BAB 3 PENUTUP 3.1
Kesimpulan
Antelmintik atau obat cacing adalah obat yang digunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh.
Obat-obat penyakit cacing : Mebendazol, Tiabendazol, Albendazol Piperazin, Dietilkarbamazin Pirantel, Oksantel Levamisol Praziquantel Niklosamida Ivermectin
Mekanisme kerja obat cacing yaitu dengan menghambat proses penerusan impuls neuromuskuler sehingga cacing dilumpuhkan. Mekanisme lainnya dengan menghambat masuknya glukosa dan mempercepat penggunaan (glikogen) pada cacing.
Antelmintika
Page 24
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswarna SG, editor. Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003: 529-30. Tjay, Tan Hoan, Rahardja, Kirana, 2002, Obat – Obat Penting, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta Kasim, Fauzi, dkk.,2009, ISO Indonesia, volume 44, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta Levine ND. Parasitologi veteriner. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press, 1992. Katzung BG. Farmakologi dasar dan klinik. Buku 3. Edisi VIII. Jakarta: Salemba Medika, 2002: 280-1 Depkes RI. Farmakope Indonesia Jilid IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995 Dorland W.A. Newman. Kamus kedokteran Dorland. Huriawati Hartanto, dkk, editor. Edisi XXIX. Jakarta: EGC, 2002: 669. Levine R Ruth. Pharmacology: drug reaction. Edisi II. Boston: Little, Brown and Company, 1978: 450-1.
Antelmintika
Page 25