Antelmintik atau obat cacing adalah adalah obat yang digunakan untuk memberantas memberantas atau mengurangi mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Sebagian besar obat cacing efektif terhadap satu macam kelompok cacing, sehingga diperlukan diagnosis yang tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Diagnosis dilakukan dengan menemukan cacing, telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputum, darah atau jaringan la in penderita. Sebagian besar obat cacing diberikan secara oral yaitu pada saat makan atau sesudah makan dan beberapa obat cacing perlu di berikan bersama pencahar. Obat-obat penyakit cacing: 1. Mebendazol, Tiabendazol, Albendazol 2. Piperazin, Dietilkarbamazin 3. Pirantel, Oksantel 4. Levamisol 5. Praziquantel 6. Niklosamida 7. Ivermectin Banyak obat cacing memiliki khasiat yang efektif terhadap satu atau dua jenis cacing saja. Hanya beberapa obat saja yang memiliki khasiat terhadap lebih banyak jenis cacing (broad spectrum) seperti mebendazol. Mekanisme kerja obat cacing yaitu dengan menghambat proses penerusan impuls neuromuskuler sehingga cacing dilumpuhkan. Mekanisme lainnya dengan menghambat masuknya glukosa dan mempercepat penggunaan (glikogen) pada cacing. Di negara berkembang seperti Indonesia, penyakit cacing merupakan penyakit rakyat umum. Infeksinya pun dapat terjadi secara simultan oleh beberapa cacing sekaligus. Infeksi cacing umumnya terjadi melalui mulut, kadang langsung melalui luka di kulit (cacing tambang, dan benang) atau lewat telur (kista) atau larva cacing, yang ada dimana-dimana di atas tanah. Cacing yang merupakan parasit manusia dapat dibagi dalam 2 kelompok, yakni cacing pipih dan cacing bundar. 1. Platyhelminthes. Ciri-cirinya bentuk pipih, tidak memiliki rongga tubuh dan berkelamin ganda (hemafrodit). Cacing yang termasuk golongan ini adalah cacing pita (Cestoda) dan cacing pipih (Trematoda). 2. Nematoda (roundworms). Ciri-cirinya bertubuh bulat, tidak bersegmen, memiliki rongga tubuh dengan saluran cerna dan kelamin terpisah. Infeksi cacing ini disebut ancylostomiasis (cacing tambang), trongyloidiasis, oxyuriasis (cacing kremi), ascariasis (cacing gelang) dan trichuriasis (cacing cambuk). untuk lebih lengkap - See more at: http://riyanpharmacy http://riyanpharmacy.blogspot.com/2012/03/ak .blogspot.com/2012/03/aktivitas-antelmintik.html#stha tivitas-antelmintik.html#sthash.FsHe0Z0j.dpuf sh.FsHe0Z0j.dpuf
ANTELMENTIK
2 Votes
Hampir tidak ada kelompok obat lain yang telah mengalami perubahan mendasar pada abad terakhir seperti obat cacing. Hampir semua preparat yang dulu digunakan dapat diga ntikan dengan zat berkhasiat lain yang lebih spesifik dan kurang toksik. Antelmentik atau obat cacing adalah obat yang di gunakan untuk memberantas atau mengurangi cacing dalam lumen usus atau jaringan tubuh. Kebanyakan obat cacing efektif terhadap satu macam cacing, sehingga diperlukan diagnose tepat sebelum menggunakan obat tertentu. Diagnose ditegakkan dengan menemukan cacing, telur cacing dan larva dalam tinja, urin, sputum, darah a tau jaringan lain penderita. Terdapat tiga golongan cacing yang menyerang manusia yaitu nematode, trematoda, dan cestoda. Peran infeksi cacing sangat berarti karena sekitar 600 juta manusia menderita askariasis, sekitar 400 juta menderita ankilostomiasis dan sekitar 200 juta menderita skistisimiasis. Pada umumnya cacing jarang menimbulkan penyakit serius, tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan kronis yang merupakan suatu factor ekonomis
sangat penting. Di Negara-negara berkembang termasuk Indonesia, penyakit cacing adalah penyakit rakyat umum yang sama pentingnya dengan misalnya malaria atau TB. Infeksinya pun dapat terjadi simultan oleh nenerapa jenis cacing sekaligus. Diperkirakan bahwa lebih dari 60% anak-anak di Indonesia menderita suatu infeksi cacing. Infeksi cacing umumnya terjadi melalui mulut, adakalanya langsung melalui luka di kulit (cacing tambang dan benang), atau lewat telur (kista) atau larvanya yang ada dimana-mana dia atas tanah. Apalagi bila pembuangan kotoran (tinja) dilakukan di sembarang tempat (system roil terbuka) dan tidak memenuhi syarat higien. Terutama pada anak-anak yang lazimnya belum mengetahui azaz higien mudah sekali terinfeksi. Jumlah cacing merupakan faktor yang menentukan apakah orang tersenut menjadi sakit atau tidak. Prosedur esensial untuk menentukan diagnose infeksi cacing ini adalah dengan melalui pemeriksaan mikroskopik dari telur atau l arvanya dalam tinja, urin, darah dan jaringan. Penentuan ini adalah penting sekali karena daya kerja obat cacing kebanyakan terhantung dari jenis parasitnya. Gejala dan keluhan dapat di sebabkan oleh efek toksik dari produk-produk pertukaran zat cacing, penumbatan usus halus, dan saluran empedu (obstruksi), atau penarikan zat-zat gizi yang penting bagi tubuh. Sering kali gejalanya tidak nyata dan hanya berupa gangguan lambung-usus, mual, muntah, kejang-kejang, dan diare berkala dengan hilangnya nafsu makan (anoreksia).pada sejumlah cacing penghisap darah maka tuan rumaha kan mengalami anemia misalnya cacing tambang, pita, dan cambuk. Sedangkan sebagian orang tidak memberikan keluhan atau menunjukkan gejala cacingan sama sekali, misalnya pada orang-orang pembawa cacing atau telur/kistanya (carriers). Tindakan umum yang perlu dilakukan adalah menjaga kebersihan dengan tegas dan konsekuen, terutama oleh anak-anak. Yang terpenting diantaranya adalah ü> selalu mencuci tangan sebelum makan atau sebelum mengolah bahan makanan ü> jangan memakan sesuatu yang telah jatuh di tanah tanpa mencucinya terlebih dahulu Dengan demikian infeksi melalui mulut yang paling sering terjadi dapat dihindari. Selanjutnya untuk pemberantasan infeksi cacing perlu diambil tindakan-tindakan higien umum yang mencakup perbaikan perumahan, lingkungan hidup, dan kemajuan social-ekonomi. a.
Obat-obat pengobatan Nematoda
Nematode adalah cacing bulat panjang yang mempunyai system pencernaan yang baik, termasuk mulut dan anus. Cacing ini menyebabkan infeksi pada anus, darah dan j aringan.
No.
ISTILAH
ISTILAH
KARAKTERISTIK
LATIN
INDONESIA
1.
Ascaris lumbricoides
Cacing gelang
Panjang jantannya sekitar 15cm; betinanya 25-40cm; telur kuning dengan diameter 40-60µm
2.
Entererobius (Oxyuris) vermicularis
Cacing kremi
Panjang jantannya sekitar 2-6mm; betinanya 812mm; telur diletakkan dilipatan-lipatan anus
3.
Ancylostoma duodenale
Cacing kait (cacing tambang)
Panjang jantannya 811mm; betinanya 8-12mm; kapsul mulut dengan 2 pasang gigi
4.
Necator americanus
Cacing tambang
Mirip dengan Ancylostoma; pada kapsul mulut tidak terdapat gigi melainkan 2 pelat pemotong
5.
Wuchereria (Filaria) bancrofti
Cacing filaria
Panjang jantan 0,3-4cm; betinanya 0,5-10cm; cacing betina dan jantan seringkali ditemukan tergulung bersama dalam system limfe manusia
6.
Onchocerca volvulus
Cacing filaria afrika
Panjang jantan 2-45cm; batinanya sampai 50cm; cacing dewasa secara aseksual tergulung bersama dalam nodus jaringan ikat subkutan
7.
Trichinella spirallis
Cacing daging
Panjang jantan sekitar 1,5mm; betinanya 3mm; betinanya secara vivipar akan menghasilkan sekitar 2000 larva
8.
Trichuris trichiura
Cacing cambuk
Panjang jantan 35-45mm; betinanya 40-50mm; ujung akhir pada betina ada penebalan
1. Piperazin Piperazin menyebabkan blockade respon otot cacing terhadap asetilkolin sehingga terjadi paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh peristatltik usus. Cacing biasanya keluar 1-3 hari setelah pengobatan dan tidak perlu pencahar untuk mengeluarkan cacing. Penyerapan piperazin melalui saluran pencernaan. Sebagian obat yang diserap mengalami metabolism, sisanya dieskresi melalui urin. Berkhasiat pada askirasis dan enterobiasis. Dosis harian adalah dua kali 35mg/Kg (dihitung sebagai piperazinheksahidrat) selama dua sampai tiga hari. Efek samping biasanya nausea, muntah, gangguan lambung-usus tapi umumnya jarang terjadi.pada pasiane yang mengalami kerusakan serebral seirng terjadi serangan kejang serta ataksia sebentar dan gangguan penglihatan. Obat Paten : Tasnon, Vermicompren 2. Pirantel Pamoat Pirantel pamoat dan analognya menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkanfrejuensi implus, sehingga cacing mati dalam keadaan spastic. Obat ini ju ga berefek menghambat enzim kolinesterase yang dapat meningkatkan kontraksi otot pada askaris. Obat pilihan pada askariasis, oksiuris serta penyakit cacing Ancylostoma duodenaledan Necator americanus . Dari saluran cerna absorbsinya hanya sedikit. Ekskresi sebagian vesar bersama tinja dan kurang dari 15% bersama urin d alam bentuk utuh dan metabolitnya. Untuk terapi askariasis dan oksiuris dosis sekali diberikan 10mg/Kg basa pirantel. Pada serangan cacing kait Amerika digunakan dosis harian 10mg/Kg tiga hari berturut-turut. Efek samping yang kadang-kadang timbul yaitu muntah dan diare. Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil dan anak usia dibawah 2 tahun. Karena kerja yang berlawan maka tidak boleh digunakan bersamaan dengan piperazin. Penggunaan harus hati-hati pada pasein dengan riwayat penyakit hati. Obat Paten : Helmex, Combantrin, Helmitrin, Piraska, Trivexan, Wormetrin 3. Tiabendazol Mekanisme kerja belum diketahui. Di samping hambatan fumarat reduktase yang spesifik pada cacing, juga ditunjukkan adanya blockade pembebasan asetilkolin esterase cacing. Tiabendazol cepat diserap melalui usus dan kadar puncak obat dalam darah dicapai dalam waktu 1 jam. Dalam 1 hari 90% oabt ini disekresikan bersama urin dalam bentuk hidroksi dan ter konjugasu. Obat ini juga dapat diserap oleh kulit. Zat ini merupakan antelmentik spectrum luas, disamping dipakai untuk pe nanganan askariasis dan enterobiasis juga merupakan obat pilihan terhadap Strongyloides dan Trichinella serta terhadap Trichuris.
Pengaturan dosis sehari dua kali 25mg/Kg selama tiga hari. Efek samping yang dapat terjadi adalah pusing, sakit kepala, bingung, muntah, gangguan saluran cerna serta kadang-kadang telinga berdenging dan gangguan pengaturan darah yang hipotonik. Konta indikasi pada anak dengan berat dibawah 15kg, aktivitas yang memerlukan kewaspadaan, hati-hati pada gangguang fungsi hati atau gi njal, sebaiknya pakailah obat alternative, dan hipersensitivitas. Obat Paten : Minzolum, 4. Mebendazol Mebendazol menyebabkan kerusakan struktur subselular dan menghambat sekresi asetilkolinesterase cacing. Serta menghambat ambilan glukosa secara irreversible sehingga terjadi pengosongan (deplesi) glikogen pada cacing. Cacing akan mati sacara perlahan-lahan dan hasil terapi yang memuaskan baru Nampak 3 hari setelah pemberian obat. Obat ini menimbulkan sterilitas pada telur cacing T.trichiura, cacing tambang, dan askaris sehingga telur gagal berkembang menjadi larva. Tetapi larva yang sudah matang tidak dapat dipengaruhi oleh Mebendazol. Pada pemberian oral absorbsinya buruk, dieksresikan mealui urin dan metabolit sebagai hasil dekarboksilasi dalam tempo 48 jam. absobsi mebendazol akan meningkat jika diberikan b ersama dengan makan berlemak. Merupakan pilihan pada serangan cacing Trichuris. Pengaturan dosis yaitu sehari dua kali 100mg selama tiga hari berturut-turut. Efek samping dari zat yang ditolerasi dengan baik adalah kadang-kadang ada keluhan pada usus. Obat ini tidak di anjurkan pada wanita hamil pada trimester pertama juga penderita yang alergi mebendazol, dan untuk anak dibawah umur 2 tahun perlu pertimbangan yang benar. Obat Paten : Vermox, Gavox, Trivexan, Vercid 5. Dietilkarbamazin Ada dua cara kerja obat ini terhadap mikrofiliaria yakni pertama dengan menurunkan aktivitas otot akibatnya parasit seakan-akan mengalami paralisis dan meudah terusir dari tempatnya yang normal dalam tubuh hospes dan yang kedua menyebabkan perubahan pada permukaan membrane microfilaria sehingga lebih mudah dihancurkan oleh daya pertahanan tubuh hospes. Obat ini cepat diabsobsi oleh usus. Setelah pemberian dosis tunggal oral sebanyak 200-400mg kadar puncak dalam darah dicapai dalam waktu 1 -2 jam.distribusi obat ini merata ke seluruh jaringan kecuali jaringan lemak. Dalam waktu 30 jam ob at dieksresikan bersama urin, 70% dalam bentuk metabolitnya, pada pemakaian berulang dapat menimbulkan sedikit kumulasi. Digunakan terutama pada filaria. Pada filariasis dosis sehari 3 kali 2mg/Kg samapi tidak terdeteksi lagi adanya microfilaria dalam darah. Sebagai efek samping dapat timbul reaksi radang alergi akibat parasit yang mati. Di samping itu juga terjadi sakit kepala, pusing, tremor, ataksia dan kejang.
Obat Paten : Hetrazan, Filarzan 6. Ivermektin Cara kerja obat ini de ngan memperkuat peranan GABA pada proses transmisi di saraf tepi, sehingga cacing mati pada keadaan paralisis. Obat berefek terhadap microfilaria di jaringan dan embryogenesis pada cacing betina. Pada pemberian oral dan memiliki half l ife 10-12 jam. Eksresinya sebagian besar bersama feses dan hanya 2% lewat urin. Obat ini tak dapat melewati sawar otak (BBB). Obat ini merupakan pilihan utama untuk mengobati Onchocerciasis dan efek juga terhadap strongyloidosis. Dosis tunggal 200µm/Kg, obat ini efektivitasnya setara dengan dietilkarbamazin dalam memberantas mikrofilia di jaringa kulit dan rongga mata bagian depan. Ivermectin juga merupakan obat alternative untuk pasien yang tahan atau tak mempan dengan thiabendazole. Pada wanita hamil, jangan diberikan bersamaan dengan barbiturate, benzodiazepine dan asam valproat. 7. Pirvinium-pamoat Merupakan zat yang dapat ditolerasikan juga dengan baik dan sangat berkhasiat sebagai obat Oksiuris. Kerjanya berdasarkan hambatan enzim untuk metabolism karbohidrat dalam oksiuris. Senyawa ini diberikan dalam dosis 5mg/Kg basa pirivinum Obat Paten : Molevac, 8. Befenium Hidroksinaftoat Obat ini menyebabkan paralisis otot cacing karena kepekaan terhadap astilkolin hilang dan efek ini tidak reversible. Penyerapannya di usus hanya sedikit dan dalam waktu 24 jam tidak lebig dari 0,5% yang dikeluarkan bersama urin. Tidak menunjukkan efek samping yang serius, mual dan muntah mungkin disebabkan karena rasanya yang pahit. Defekasi lembek sementara mungkin timbul. Efektif terhadap A.duodenale tetapi penggunaannya telah digeser, juga efektif tehdap cacing gelang dan T.Orientalis pada T.trichiura obat ini memperlihat kan efek yang lumayan. Dosis optimal untuk dewasa 5g dan utnuk anak-anak dengan berat badan dibawah 22Kg diberikan 2,5g pada in festasi Namericanus diperlukan waktu 3 hari berturut-turut, bula disertai diare pada infestasi cacing tambang pengobatan perlu diberikan selama 5-7 hari. Diberikan secara oral waktu perut kosong sesudahnya penderita tidak boleh makan paling sedikit selama 2 jam. b.
Obat-obat pengobatan Trematoda
Trematoda merupakan cacing pipih berbentuk daun, digolongkan sesuai jaringan yang diinfeksi. Misalnya sebagi cacing isap hati, paru, usus, atau d arah. Biasanya juga disebut dengan skistosoma. Schistosoma merupakan penyebab penyakit bilharziasis, suatu penyakti yang luas penyebarannya dibagian dunia yang beriklim panas.
Bilharziasis saluran urin yang disebabkan ol eh Schitosoma haematobium berkembang sabagai sistis hemoragik, kadang-kadang timbul pertumbuhan seperti papiloma. Bilharziasis usu yang disebabkan Schistosoma mansoni atau japonicum timbul dalam bentuk colitis dengan diare parah dan kemudian dapat membentuk plip dan sirosis hati.
ISTILAH
ISTILAH
LATIN
INDONESIA
No.
KARAKTERISTIK
1.
Schistosoma haematobium
BlasenParchenegel
2.
Schistosoma mansoni
DarnParchenegel
3.
Schistosoma japoniucm
JapanischerParchenegel
1.
Panjang jantan 7-12mm; betinanya 10-16mm; telur dari Schistosoma haematobium mempunyai duri akhir Schistosoma mansoni duri sisi dan pada Schistosoma japoniucm kait di sisi
Prazikuantel
In vitro, prazikuantel diambil secara cepat dan reversible oleh cacing tatapi tidak dimetabolisme. Kerjanya cepat melalui dua cara, yang pertama pada kadar efektivterendah menimbulkan peningkatan aktivitas otot cacing karena hilangnya Ca ion intra sel sehingga timbul kontraktur dan paralisis spastic yang reversible yang memungkinkan mengakibatkan terlepasnya cacing dari tempatnya yang normal pada hospes, yang kedua pada dosis yang tinggi mengakibatkan vakuolisasi dan vesikulasi tegument cacing, sehingga isi cacing keluar, mekanisme pertahanan tubuh hospes dipacu dan terjadi kehancuran cacing. Pada pemberian oral, absobsinya baik. Kadar maksimal dalam darah tercapai dalam waktu 1 -2 jam. Metabolism obat berlangsung cepat melalui proses hidroksilasi dan konyugasi sehingga kadar metabolitnya dalam plasma kira-kira 100 kali kadar praziuantel dan waktu paruhnya 1,5 jam. Dieskresi bersama urin dalam tempo 24 jam dan hanya sedikit dalam tubuh. Pada Schitosoma haematobium dan mansoni dosis tunggal 40mg/Kg sudah mencukupi, pada Schitosoma japonicum perludua kali pemebrian 30mg/Kg. karena cara pemakaian yang mudah, aktivitas yang tinggi, dan toleransi yang baik maka zat ini menjadi pi lihan utama. Efek samping termasuk mengantuk, pusing, lesu, tidak mau makan, dan gangguan pencernaan. Tidak boleh diberikan ada wanita hamil atau menyusui. Obat Paten : Biltricide, Cesol, Cysticide 2. Metrifonat
Merupakan inhibitor kolinesterase dari kelompok organofosfat. Hanya berkhasiat terhadap Schistosoma haematobium. Dosisnya adalah pemberian tunggal 7,5 samapi 10mg/Kg oral dengan tiga kali pengulangan dalam jarak 2-4 minggu. Efek samping dalam dosis terapeutiknya jarang terjadi. Pada ti mbulnya gejala keracunan dapat diberikan atropine sebagai antidote. Obat Paten : Bilarcil, 1.
Niridazol
Efek Niridazol terlihat pertama sbagai kerusakan gonad schistosoma, cacing betina lebih peka dibandingkan cacing jantan. Efek terhadap cacing ini memerlukan reduksi gugus nitro dari niridazol dan obat yang reaktif ini kemungkinan membentuk ikatan kovalen dengan makromolekul Schistosoma mansoni. Obat ini juga mengurangi respon radang terhadap infeksi D.medinensis dan deposit telur S.mansoni di jaringan. Efek ini mungkin terjadi karena terbentuknya metabolit niridazol yang menekan rekasi imun selular. Bekerja baik pada Schistosoma haematobium, kurang baik terhadap Schistosoma mansoni dan hamper tak bekerja terhadap Schistosoma japonicum. Diabsorbsi seluruhnya bebrapa jam, mengalami metabolism lintas awal di hati sehingga kadarnya dalam plasma rendah. Kadar puncak plasma tercapai sesudah 6 jam. Ekskresinya terutama dalam bentuk metabolit melalui urin dan tinja yang menimbulkan warna kehitaman dan berbau. Dosisnya adalah 25mg/Kg tiap hari selama satu minggu. Efek samping yang dapat timbul adalah gangguan saluran cerna, sakit kepala, pusing. Pada pasien dengan penyakit hati karena naiknya kadar dalam darah terjai bahaya halusinasi dan kejang seperti epilepsy. Obat Paten : Ambilhar, 3. Oksamnikuin Cara kerja dari obat ini belum diketahui tatapi pada pengob atan dengan oksamnikuin cacing akan berpindah daru pembuluh mensenterika ke hati dalam beberapa hari. Kemudian cacing betina yang berhasil tetap hidup akam kembali ke pembuluh mesenterika tanpa jantannya dan tidak bertelur. Cacing jantan menetap di hati, sebagian besar akan mati. Obat ini memperlihatkan efek terhadap cacing dewasa dan larva dan merupakan obat terpilih untuk Schistosoma mansoni sedangkan untuk Schistosoma japonicum dan Schistosoma haematobium kurang efektif. Oksamnikum segera diserap setelah pemberian oral. Adanya mekanan dapat menghambat terjadinya absobsi sehingga mengurnagi kadar yang dicapai dalam plasma, metabolism terjadi secara intensif sehingga sabagian besar obat diekskresikan dalam bentuk metabolit bersam urin. Dosis tunggal adalah 12,5-15mg/Kg. Efek samping biasanya pusing dan kantuk merupakan paling sering dilaporkan. Kejang terjadi pada beberapa penderita terutama yang mempunyai riwayat epilepsy kerena itu obat
ini dikontraindikasikan pada penderita epilepsy. Serta pada penderita gagal jantung, gagal ginjal, dan wanita hamil. Obat Paten : Mansil, c.
Obat-obat pengobatan Taenia/Cestoda
Taenia atau Cestoda atau cacing pita, betubuh pipih, bersegmen dan melekat pada usu hospes. Sama dengan trematoda, cacing pita tidak mempunyai mulut dan usus selama siklusnya.
ISTILAH
ISTILAH
LATIN
INDONESIA
No.
KARAKTERISTIK
1.
Taenia saginata
Cacing Pita Sapi
Panjang 7-8m; tidak ada lingkaran kait pda kepala; alat penghisap berbentuk elips
2.
Taenia solium
Cacing Pita Babi
Panjang 2-5m; lingkaran kait pada kepala; alat penghisap bulat
3.
Didhyllobothrium latum
Cacing Pita Ikan
Pnjang 2-8m; kepala dengan 2 lubang untuk menghisap; ruas pertama batasnya tak jelas
1.
Niklosamida
Efek Niklosamida mungkin terjadi dengan cara menghambat proses pembentukan energy pada cacing. Cacing yang dipengaruhi akan dirusak sehingga skoleks dan segmen dicerna dan tidak dapat ditemukan ladi dalma tinja. Niklosamida sedikit sekali diserap dan hampir bebas dari efek samping kecuali sedikit keluhan sakit perut. Bahkan cukup aman untuk wanita hamil dan penderita yang dengan keadaan umum buyruk. Nikosamid tidak mengganggu fungsi hati, ginjal dan darah, juga tidak mengiritasi lambung. Karena cacing pita tidak dibunuh maka pada serangan Taenia solium untuk mencegah terjadinya sistiserkosis 1-2 jam setelah penggunaan niklosamid diberikan laksansia agar sisa-sisa cacing keluar sebelum dicerna. Merupakan obat pilihan untuk Taenia saginata, Didhyllobothrium latur dan H.nana. Pengaturan dosis dewasa dan anak-anak diatas 6 tahun mendapat 2g sekali, anak-anak usia 2-6 tahun 1g Niklosamida. Efek samping kecali kadang-kadang keluhan lambung-sus, tidak ada.
Obat Paten : Yomesan, 2. Prazikuantel Obat cacing pita lain yang juga berkhasiat terhadap Schistosoma. Setelah pemberian oral zat ini diabsobsi dengan cepat. Waktu plasma terletak antara 1-1,5 jam. Ekskresi terutama terjadi melalui ginjal dalam bentuk metabolit. Dosis tunggal adalah 10-15mg/Kg dengan dosis yang lebih tinggi dan penanganan yang lebih lama (50mg/Kg selama 15 hari) dengan prazikuantel dapat juga diobati sistiserkosis yaitu dengan sistiserka (bentuk muda hermafrodit) dari cacing pita babi dalam j aringan. Yang terutama penting adalah terapi neurosistiserkosis yang membahayakan jiwa (Serangan sistiserka pada otak). 3. Diklorofen Obat ini efektif untuk cacing pita b esar yang terdapt pada manusia dan hewan peliharaan. Cara kerjanya belum diketahui dengan jelas. Segera setelah obat diberikan maka skoleks oleh usus, sehingga segmen cacing nya yang matang susah atau sedikit ditemukan dalam tinja. Oleh karena itu terapi sulit ditentukan. Diklorofen tablet mengandung 0,5g zat aktif secara oral dengan 3 kali 2-3g tiap 8 jam (anak 1-2g) sesudah terapi tidak diperlukan pencahar karena metabolit obat ini memberikan efek pencahar yang adekuat , selain itu pemberian pencahar justru mengurangi waktu kontak obat dengan skoleks. Efek samping b iasanya kolik, mual, muntah, diare yang berlangsung 4-6jam. Kadang-kadang timbul urtikaria tetapi h ilang setelah 24 jam. Dikontraindikasiakan pada penderita penyakit hepar dan bula efek pencahar tidak diinginkan seperti kehamilan tua, Penyakit yang disertai demam dan penyakit jantung berat. DAFTAR PUSTAKA Ganiswarna, G. Sulistia. 1995. Farmakologi dan Terapi. Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia. Jakarta Hoan, T. Tjay. 1987. Obat-Obat Penting. PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta Mutschler, Ernst. 1991. Dinamika Obat Edisi V. ITB. Bandung Mycek, J. Mary. 2001. Faramkologi Ulasan Bergambar. Widya Medika. Jakarta ^Klik Me^