Akibat kehilangan gigi
Akibat kehilangan gigi tanpa penggantian menurut Aryanto ( dalamRahmawan, 2008)
adalah :
1. Migrasi dan Rotasi Gigi Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring atau berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati menempa ti posisi po sisi yang normal untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakan struktur periodontal. Gigi yang miring lebih sulit dibersihkan, sehingga aktivitas karies dapat meningkat.
Pada kasus ini, gigi tiruan jembatan akan dibuatkan, namun gigi tetangga telah bermigrasi kedaerah gigi yang hilang tersebut. Menurut Prayitno (1991), bila sebuah gigi condong dapat menyukarkan arah pasang jembatan dengan full crown sebagai retainer, arah pasang dalam keadaan itu sebaiknya dibuat tegak lurus terhadap bidang oklusal. Jika daam hal itu terlalu banyak jaringan keras gigi yang harus dibuang, maka sebaiknya dibuatkan mahkota mahko ta teleskop sebagai retainer. Gigi yang condong dapat disebabkan oleh hilangnya gigi tetangganya, sehingga gigi miring ke arah ruang gigi yang missing. Tapi bila kecondongan itu tidak banyak, enamel gigi tetangga yang miring tersebut dapat dikorbankan, tetapi bila harus membuang lebih dari 50% ketebalan enamel, lebih baik dibuatkan mahkota teleskop saja. Mahkota teleskop adalah mahkota yang terdiri atas suatu selungkup dari logam yang akan disemen dahulu pada tempatnya. Diatasnya kemudian dibuatkan mahkota penuh tuangan yang pada gilirannya disemen juga pada tempatnya, diselungkup tadi. Dalam penerapannya sebagai retainer, selungkup logamnya terlebih dahulu diberi bentuk preparasi mahkota penuh tuangan tuan gan yang yan g poros preparasinya disesuaikan dengan poros po ros preparasi gigi penyangga penyan gga yang lain. Sistem teleskop ini dapat juga diterapkan pada bagian pontik jembatan. Maka bagian teleskop yang menyerupai preparasi mahkota penuh diikutkan pada salah satu retainer jembatan itu, sedang bagian lain dari teleskop (pontik teleskop) diikutkan pada retainer satunya
2. Erupsi berlebih. Bila gigi sudah tidak memiliki antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi berlebih (over eruption). Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai pertumbuhan tulang alveolar. Bila hal ini terjadi tanpa disertai pertumbuhan tulang alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai extrusi. Bila terjadinya hal ini disertai pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu dibuatkan geligi tiruan lengkap. 3. Penurunan Efisiensi Kunyah Mereka yang sudah kehilangan banyak gigi, apalagi yang belakang, akan merasakan betapa efisiensi kunyahnya menurun. Pada kelompok orang yang dietnya cukup lunak, hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh, maklum pada masa kini banyak jenis makanan yang dapat dicerna hanya dengan sedikit proses pengunyahan saja. 4. Gangguan pada Sendi Temporo-mandibula. Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over closure), hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi, dapat menyebabkan gangguan pada struktur sendi rahang.
5. Beban Berlebih pada Jaringan Pendukung. Bila penderita sudah kehilangan sebagian gigi aslinya, maka gigi yang masih ada akan menerima tekanan mastikasi lebih besar sehingga terjadi pembebanan berlebih. Hal ini mengakibatkan kerusakan membaran periodontal dan lama kelamaan gigi tadi manjadi goyang dan akhirnya terpaksa dicabut. 6. Kelainan bicara Kehilangan gigi depan atas dan bawah seringkali menyebabkan kelainan bicara, karerna gigi ± khususnya yang depan ± termasuk bagian organ fonetik. 7. Memburuknya Penampilan Menjadi buruknya penampilan karena kehilangan gigi depan akan megurangi daya tarik wajah seseorang, apalagi dari segi pandang manusia modern. 8. Terganggunya Kebersihan Mulut .
Migrasi dan rotasi gigi menyebabkan gigi kehilangan kontak dengan tetangganya, demikian pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang interproksimal tidak wajar ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah disisipi makanan. Dengan sendirinya kebersihan mulut jadi terganggu dan mudah terjadi plak. Tahap berikutnya terjadi karies gigi. Pada tahap berikut terjadinya karies gigi dapat meningkat. 9. Atrisi Pada kasus tertentu dimana membran periodontal gigi asli masih menerima beban berlebihan, tidak akan mengalami kerusakan, malahan tetap sehat. Toleransi terhadap beban ini bisa berwujud atrisi pada gigi- gigi tadi, sehingga dalam jangka waktu panjang akan terjadi pengurangan dimensi vertikal wajah pada saat keadaan gigi beroklusi sentrik.
10. Efek Terhadap Jaringan Lunak Mulut Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati jaringan lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan menyebabkan kesukaran adaptasi terhadap geligi tiruan yang kemudian dibuat, karena terdesaknya kembali jaringan lunak tadi dari tempat yang ditempati protesis. Dalam hal ini, pemakaian geligi tiruan akan dirasakan sebagai suatu benda asing yang cukup mengganggu.