Akhlak Perawat Muslim A. FUNGSI TENAGA KESEHATAN MUSLIM
Tenaga kesehatan Muslim adalah unsur utama dalam kegiatan Rumah Sakit terutama dalam perawatan dan pertolongan pasien, merekalah yang paling dekat kepada pasien dan pengunjung Rumah Sakit. Tenaga kesehatan Muslim bertugas merawat dan menolong pasien baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, yang ringan maupun yang berat. Tenaga kesehatan Muslim , tidak boleh melepaskan diri dari tugas dan kewajibannya
menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam. Dengan kata lain, Tenaga kesehatan Muslim tidak terlepas dari tugas dan kewajiban melaksanakan Da’wah Islamiyah sesuai
dengan kemampuannya di dalam bidangnya masing-masing. Jadi fungsi Tenaga kesehatan Muslim pada garis besarnya ada dua, yaitu : 1. Sebagai tenaga para medis, yaitu melaksanakan tugas yang berhubungan dengan perawatan / pertolongan pasien.
2. Sebagai Da’i (mubaligh), yaitu mengingatkan, menasehati, dan memberi tuntunan tentang ajaran Islam kepada pasien serta memberikan contoh mengamalkannya (Role Model) sehingga diharapkan agar orang-orang yang sedang dan pernah dirawat di rumah sakit akan bertambah taqwanya kepada Allah SWT. Dan setelah sembuh dari penyakitnya, akan meningkat amal ibadahnya bagi orang-orang yang sudah memeluk agama Islam. Sedangkan bagi yang belum beragama Islam (non muslim) akan tertarik pada agama Islam, minimal akan menimbulkan perasaan simpatik kepada ajaran Agama Islam. Dan bagi orang yang sampai ajalnya, semoga hayatnya berakhir dengan kebaikan (khusnul khotimah). Begitu pula bayi-bayi yang dilahirkan dibawah pertolongan bidan-bidan Muslim, akan menemui suasana ke-Islaman yang disambut dengan kalimah thoyyibah mengagungkan kebenaran dan keagungan Allah SWT. B. AKHLAK B. AKHLAK TENAGA KESEHAT AN MUSLIM Mengingat fungsi Tenaga kesehatan Muslim seperti tersebut diatas, maka Tenaga kesehatan Muslim wajib memiliki akhlak yang meliputi dua fungsi, ialah : 1. Akhlak 1. Akhlak sebagai insan pengabdi kemanusiaan untuk mencari keridlo’an Allah SW T. 2. Akhlak 2. Akhlak yang wajib bagi seorang da’i (mubaligh).
Kedua faktor tersebut akan tersimpul didalam suatu rumusan dalam rangkaian akhlak yang wajib bagi Tenaga kesehatan Muslim seperti dibawah ini : 1. Melaksanakan tugas dengan tulus ikhlas karena Allah semata : a. Merawat pasien hendaklah diniati untuk pengabdian (ibadah).
2)
b. Benar-benar dengan niat yang ikhlas untuk beramal. Karena amal yang diterima Allah hanyalah amal yang didasarkan pada keikhlasan .
3)
c. Tidak mengharapkan balasan atau pujian baik dari pasien maupun orang lain. 4) d. Selalu optimis akan berhasil dalam tugasnya dengan baik.
5)
2. Tenaga kesehatan Muslim harus bersifat penyantun : a. Orang yang penyantun ialah yang halus perasaanya, lekas dapat merasakan kesukaran orang lain (empaty), dan bisa bersikap menyesuaikan diri bila dia berhadapan dengan orang yang ditimpa musibah, serta cepat memberikan pertolongan, karena mengerti kebutuhan orang lain yang dihadapinya.
6)
b. Tenaga kesehatan Muslim harus yakin bahwa rahmat Allah selalu dekat kepada orang yang berbuat santun.
7)
c. Tutur katanya lemah lembut kepada siapa saja terutama kepada pasien, rela dan cepat memaafkan kesalahan orang lain. Karena memberi maaf kepada orang lain adalah lebih utama dari pada memberi shodaqoh atau harta benda padanya. d. Hanya orang penyantunlah yang disantuni pula oleh Allah yang Maha Penyantun.
8)
3. Ramah tamah berdasarkan ukhuwah (persaudaraan) dalam pergaulan, kapan dan dimana ia berada terutama terhadap pasien dan orang-orang yang dho’if (lemah/miskin) :
10)
a. Ketahuilah bahwa bermuka manis kepada orang yang sedang menderita sakit adalah merupakan sebagian dari pada pengobatan.
11)
b. Dan ketahuilah bahwa yang bisa meringankan penderitaan orang sakit, bukanlah harta benda akan tetapi wajah yang berseri-seri dan budi pekerti yang baik.
12)
4. Tenaga kesehatan Muslim harus sabar dan tidak cepat marah : a. Penyabar dan pemaaf adalah salah satu dari budi pekerti yang luhur, yang sangat penting dipelihara.
13)
b. Walaupun semua pasien membutuhkan pertolongan dan kasih sayang, tetapi tidak semua pasien menunjukkan kasih sayang atau menjengkelkan. Akan tetapi melayaninya dengan sabar adalah perbuatan yang terpuji disisi Allah.
14)
c. Sebaik-baik senjata Tenaga kesehatan Muslim adalah sabar dan berdo’a.
15)
5. Tenaga kesehatan Muslim harus tenang dan tidak tergopoh-gopoh : a. Jiwa orang akan sangat membutuhkan ketenangan dan ketentraman, jauh dari pada suarasuara yang keras, gerakan-gerakan yang hiruk-pikuk dan gaduh. Karena tugas Tenaga kesehatan Muslim membutuhkan ketenangan dan perhatian yang sungguh-sungguh. 16) b. Orang yang melaksanakan pekerjaan dengan tenang dan berhati-hati, Allah akan memudahkan pekerjan itu baginya dan akan terhindar dari berbagai kesukaran dan kekeliruan.
17)
6. Tenaga kesehatan Muslim harus cepat, cermat, teliti dan lincah :
18)
a. Pekerjaan Tenaga kesehatan Muslim cukup ruwet dan sulit. Oleh karena itu Tenaga kesehatan
Muslim hendaklah senantiasa teliti dan berhati-hati dalam menunaikan tugasnya. b. Apabila menghadapi sesuatu persoalan yang meragukan atau kurang jelas maka lebih baik ditanyakan lebih dahulu kepada orang yang lebih tahu (ahlinya). Sebab pekerjaan yang dilakukan dengan ragu-ragu lebih besar kemungkinannya akan menimbulkan bahaya.
7. Tenaga kesehatan Muslim harus tunduk, patuh dan disiplin :
19)
20)
a. Tenaga kesehatan Muslim harus patuh pada petunjuk atasannya baik lisan maupun tulisan. b. Tenaga kesehatan Muslim harus disiplin dalam menunaikan tugasnya agar bisa terlaksana dengan tertib dan teratur. c. Mematuhi dan melaksanakan petunjuk atasan tanpa membantah sekalipun kurang menyenangkan, selama tidak menyalahi norma agama Islam, norma-norma kemanusiaan maupun etika profesi dari tenaga kesehatan berbagai bidang ilmu.
8. Tenaga kesehatan Muslim harus selalu bersih dan menjaga kebersihan, rapih, baik jasmani maupun rohani : a. Rohani atau jiwa Tenaga kesehatan Muslim hendaknya selalu bersih dan suci dari sifat-sifat : hasad (dengki), sentimen, takabbur (sombong) dan lain-lain sifat yang tidak baik. Sebab hanya dari jiwa yang bersih dan sucilah akan memancarkan sifat-sifat yang terpuji, sikap yang baik dan ucapan yang menyenangkan.
21)
b. Tubuh dan pakaian Tenaga kesehatan Muslim harus selalu bersih, rapih, sederhana dan tidak berlebihan dalam bermake up atau memakai perhiasan.
22)
9. Tenaga kesehatan Muslim harus kuat menyimpan rahasia : a. Penyakit itu adalah salah satu ‘aib (noda) bagi orang yang sakit. Ada beberapa macam penyakit yang merupakan ‘aib, hal ini sangat dirahasiakan oleh pasien. Agama Islam tidak membenarkan seseorang membuka ‘aib orang lain. Oleh sebab itu seorang Tenaga kesehatan Muslim tidak boleh membuka ‘aib pasien kepada orang lain.
24)
b. Orang yang suka mebicarakan ‘aib orang lain, Allah SWT. mengancamnya dengan siksaan yang sangat pedih, baik di dunia maupun di akherat kelak.
25)
10. Tenaga kesehatan Muslim harus bersifat jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakannya : a. Berbahagialah orang yang dapat memelihara amanat dan menepati janjinya.
26)
b. Tugas dan kewajiban yang dibebankan kepada Tenaga kesehatan Muslim adalah amanat yang wajib dilaksanakan.
27)
c. Jujur, dapat dipercaya, suka berterus terang, selalu menepati janji, adalah sifat yang terpuji dan harus dimiliki oleh Tenaga kesehatan Muslim.
28)
Kesepuluh akhlak Tenaga kesehatan Muslim yang tersebut diatas adalah akhlak yang wajib
diamalkan disegala waktu dan tempat. Tidak terbatas hanya pada saat dia melaksanakan tugas, karena akhlak tersebut merupakan sebagian dari akhlak pribadi muslim.
Ahlak secara etimologi berasal dari kata khuluq dan jama’nya akhlaq yang berarti budi pekerti, etika, moral. Pengertin etimologi tersebut berimplikasi bahwa akhlak mempunyai kaitan dengan tuhan pencipta yang menciptakan sifat batin manusia luar dan dalam, sehingga tuntutan akhlak harus dari kholiq yang mengisyaratkan adanya akhlak dari ketetapan manusia bersama, sehingga dalam kehidupan manusia harus berkhlak baik menurut ukuran Allah dan ukuran manusia. Akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran islam atau akhlak yang bersifat islami. Kata islam yang berada di belakang kata akhlak dalam menempati sebagai sifat. Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah, disengaja, mendarah daging, dan sebenarnya yang didasarkan pada agama islam. Akhlak merupakan perilaku yang dibangun berbasis hati nurani. Meski ada yang mengklasifikasikan menjadi akhlak mulia dan akhlak tercela, tapi pada lazimnya akhlak adalah suatu sebutan bagi perilaku terpuji yang berakar dari Iman. Menurut Imam Ghazali, akhlak yang mulia mempunyai empat perkara yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan hawa nafsu) dan bersifat adil. Etika, moral, budi pekerti, meskipun pada dasarnya adalah kebiasaan, adat-istiadat masyarakat, tapi di kalangan umat beragama, perilaku yang terbiasa, dapat disesuaikan dan di jiwai oleh akhlak yang di ajarkan agama. Karena itu banyak kita temui etika, moral, dan budi pekerti yang saling mengisi dengan ajaran akhlak yang dibimbing oleh agama. Motivasi terpenting dan terkuat bagi manusia terutama bagi para pelaku moral dan berakhlak adalah agama. Secara
substansial, etika, moral dan akhlak memang sama, yakni ajaran tentang kebaikan dan keburukan, menyangkut perikehidupan manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, sesama manusia dan alam dalam arti luas. Yang membedakan satu dengan yang lainnya adalah ukuran kebaikan dan
keburukan itu sendiri. Etika atau moral adalah ajaran yang berbicara tentang baik dan buruk dan yang menjadi ukuran baik dan buruknya itu adalah akal karena memang moral adalah bagian dari filsafat. Sedangkan akhlak yang secara kebahasaan berarti budi pekerti, perangai atau disebut juga sikap hidup adalah ajaran yang bicara tentang baik dan buruk yang ukurannya adalah wahyu Tuhan. Secara terminologis akhlak adalah antara yang baik dan yang buruk,
ilmu
terpuji
yang atau
menentukan
tercela,
batas
menyangkut
perkataan dan perbuatan manusia lahir batin. Dalam kehidupan manusia ada perbuatan yang dilaksanakan
dengan
kehendak
dan
ada
pula
perbuatan yang dilaksanakan tanpa kehendak. Perbuatan yang dilaksanakan dengan kesadaran dan dengan kehendak disebut perbuatan budi
pekerti.
Moral adalah ajaran baik dan buruk yang ukurannya adalah tradisi yang berlaku di suatu masyarakat. Seseorang di anggap bermoral kalau sikap hidupnya sesuai dengan tradisi yang berlaku di masyarakat tempat ia berada, dan sebaliknya seseorang di anggap tidak bermoral jika sikap hidupnya tidak sesuai dengan tradisi yang berlaku di masyarakat tersebut. Moral membicarakan persoalan yang betul atau salah, apa yang perlu dilakukan dan ditinggalkan atas sebab-sebab tertentu dan dalam keadaan tertentu. Pertimbangan moral bergantung kepada suasana atau keadaan yang membentuk individu. Misalnya sistem sosial, kelas sosial dan kepercayaan yang dianuti.
Menurut ajaran Islam pada dasarnya, manusia adalah makhluk yang bermoral dan berakhlak . Dalam arti mempunyai potensi untuk menjadi makhluk yang bermoral yang hidupnya penuh dengan nilai-nilai atau normanorma. Suci tidaknya hati manusia tergantung mana yang paling dominan dalam hatinya, jika nafsu syahwaniah dan gadhabiyah yang mendominasi dirinya, maka yang muncul adalah akhlak yang buruk (akhlak al-mazmumah), tetapi jika nafsu “al-nafs al-nathiqah” yang mendominasi hatinya, maka akhlak al-kharimah-lah yang akan muncul dari dirinya. Kegiatan medis dirumah sakit merupakan manifestasi dari fungsi manusia sebagai khalifah dan hamba Allah dalam melaksanakan tugas kemanusiaannya,
menolong
manusia
lain
yang
mempunyai
masalah
kesehatan dan memenuhi kebutuhan dasarnya baik aktual maupun potensial. Permasalahan klien (pasien) dengan segala keunikannya tersebut harus dihadapi dengan pendekatan silaturrahmi (interpersonal ) dengan sebaik baiknya didasari dengan iman, ilmu dan amal yang berakhlak islami. Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
9
Profesi tenaga kesehatan
atau tenaga medis
bagi umat Islam diyakini suatu profesi yang bernilai
ibadah,
kepada
mengabdi
manusia
dan
kemanusiaan
(humanistik ),
mendahulukan kepentingan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan
9
Depkes, Undang Undang No 36 bab 1pasal 1Tentang Tenaga kesehatan, Jakarta: CV
Medika Jaya, 2009, 32.
masyarakat di atas kepentingan sendiri dengan menggunakan pendekatan holistik. Dengan demikian paradigma pelayanan kesehatan Islam memiliki komponen utama, yaitu; manusia-kemanusiaan, lingkungan, sehat-kesehatan, medis dan keperawatan. Islam juga mengajarkan tentang pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan komprehensif baik bio-psiko-sosio-kultural maupun spritual yang ditujukan kepada individu maupun masyarakat. 1.
Kajian Teori a. Teori Akhlak
13
Ulung Pribadi, Nilai nilai agama dan pelayanan publik , Yogyakarta: PPS Universitas
Muhammadiyah, 2012.
Menurut Prof. KH. Farid Ma’ruf yang dikutip Abdul Mujib mengartikan akhlak ini sebagai Kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. 14 Ahlak secara etimologi berasal dari kata khuluq dan jama’nya akhlaq yang berarti budi pekerti, etika, moral. Pengertin etimologi tersebut berimplikasi bahwa akhlak mempunyai kaitan dengan tuhan pencipta yang menciptakan sifat batin manusia luar dan dalam, sehingga tuntutan akhlak harus dari kholiq yang mengisyaratkan adanya akhlak dari ketetapan manusia bersama, sehingga dalam kehidupan manusia harus berkhlak yang baik menurut ukuran Allah dan ukuran manusia.15 Akhlak juga merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk lainnya. Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, soal halal dan haram. Karena yang berperan dan berfungsi pada diri masing-masing manusia adalah elemen syahwat (nafsu) nya yang telah dapat mengalahkan elemen akal pikiran, oleh karena itu Imam Al-Ghazali dalam kitabnya “Mukasyafatul Qulub” yang dikutib Abdul Mujib menyebutkan bahwa Allah menciptakan manusia (anak Adam) lengkap dengan elemen akal dan syahwat (nafsu). Maka barang siapa yang nafsunya mengalahkan akalnya, hewan melata lebih baik dari pada manusia itu. Sebaliknya bila manusia 14
Abdul Mudjib, Dimensi-dimensi Studi Islam,Surabaya:. Karya Abditama, 1994, 243.
15
Ahmad Muhammad, Tauhid Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, 1998, 42.
dengan akalnya dapat mengalahkan nafsunya, maka dia derajatnya di atas malaikat.16 Sedangkan Akhlak islami dapat diartikan sebagai akhlak yang berdasarkan ajaran islam atau akhlak yang bersifat islami. Kata islam yang berada di belakang kata akhlak dalam hal me nempati sebagai sifat. Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan yang
dilakukan
dengan mudah, disengaja, mendarah daging, dan sebenarnya yang didasarkan pada islam. 17 Dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak islami juga bersifat universal. Dasar-dasar penerapan nilai akhlak Islami yang dijelaskan oleh Aunur Rahim Faqih antara lain sebagai berikut : 18
Artinya: Sesungguhnya engkau (Muhammad) adalah orang yang
berakhlak mulia. (Surat Al-Qolam (68);4)
Dalam Surat Al Ahzab 21 :
...
Artinya: “ Sungguh bagi kamu pada diri Rasulullah itu terdapat
suri tauladan yang baik...”
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori, Rasulullah bersabda :
.
16 17
Abdul Mudjib, Dimensi-dimensi Studi Islam, Hal 247.
Aunur Rahim Faqih, Ibadah dan Akhlak dalam Islam, Yogyakarta: UII Press Indonesia,
1998, 86 18
Aunur Rahim Faqih, Ibadah dan Akhlak dalam Islam Yogyakarta: UII Press Indonesia, 1998, 91-93
Artinya: “ Sesungguhnya saya 19 menyempurnakan ahklak yang mulia ”.
diutus
hanyalah
untuk
Dari uraian diatas, maka dapat diuraikan bahwa penerapan nilai akhlak islami tidak semata-mata kehendak pribadi yang tanpa dasar, akan tetapi semua tindakan nilai akhlak islami memiliki dasar dan tuntunan yang jelas dalam agama. Islam mengajarkan agar kita senatiasa bertindak yang islami, diantaranya: lemah lembut, kasih sayang, jujur, adil, bijaksana dan saling menghormati. Tindakan islami merupakan cerminan dari iman seseorang dalam pengimplementasian khablum minallah dan khablum minannas. b. Akhlak sebagai nilai pendidikan Islam Pendidikan Islam sangat memperhatikan penataan individual dan sosial
yang
membawa
umatnya
kepada
penghambaan
dan
pengaplikasian ajaran Islam secara komprehensif. Agar umatnya memikul amanat yang dikehendaki Allah, pendidikan Islam harus dimaknai secara rinci, maka sumber rujukan ajaranya harus bersumber dari yang utama, yaitu Al Qur’an dan Hadits. Pendidikan Islam memiliki makna yang sangat luas dan mendalam, didalamnya dibahas akhlak kepada sesama muslim khususnya dan kepada semua mahluk pada umumnya. Hal ini dapat dijadikan pedoman agar terjadi kehidupan yang selaras, harmonis, tentram dan damai. Sebagai mahkluk sosial, manusia tentunya tidak ingin merasa terganggu
19
No.273.
Hadist Bukhori, Tentang Akhlak , Lidwa Pustaka i-Sofware-Kitab 9 Imam Hadist,
oleh manusia lainya. Oleh sebab itu, disinilah arti pentingnya bagaimana memahami agar hak (kekuatan diri) tidak terganggu sehingga tercipta kehidupan yang harmonis. c. Kegiatan Pelayanan Kesehatan Islami Pelayanan kesehatan Islami adalah segala bentuk kegiatan asuhan medik dan asuhan keperawatan yang dibingkai dengan kaidah-kaidah Islam. Islam telah mengajarkan praktek hubungan sosial dan kepedulian terhadap sesama dalam suatu ajaran khusus, yakni akhlaq, yang diamalkan/dipraktekkan
harus
mengandung
unsur
aqidah
dan
syari’ah.20 Profesi dokter dan keperawatan bagi umat Islam diyakini suatu profesi
yang
bernilai
ibadah,
mengabdi
kepada
manusia
dan
kemanusiaan (humanistik), mendahulukan kepentingan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat di atas kepentingan sendiri dengan menggunakan pendekatan holistik. Dengan demikian paradigma pelayanan kesehatan Islam memiliki komponen
utama,
yaitu; manusia-kemanusiaan, lingkungan, sehat-kesehatan, medis dan keperawatan. Islam telah mengajarkan tentang pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan komprehensif baik bio-psiko-sosiokultural maupun spritual yang ditujukan kepada individu maupun masyarakat.
20
Rusdi Lamsudin, Nuansa Pelayanan Kesehatan yang Islami di Rumah Sakit Islam, Suara
Muhammadiyah; Edisi 20-02, 2002, 22.
Kegiatan medis dan keperawatan dalam Islam merupakan manifestasi dari fungsi manusia sebagai khalifah dan hamba Allah dalam melaksanakan kemanusiaannya, menolong manusia lain yang mempunyai masalah kesehatan dan memenuhi kebutuhan dasarnya baik aktual maupun potensial. Permasalahan klien (pasien) dengan segala keunikannya tersebut harus dihadapi dengan pendekatan silaturrahmi (interpersonal) dengan sebaik-baiknya didasari dengan iman, ilmu dan amal. Untuk dapat memberikan asuhan medik dan asuhan keperawatan kepada pasien, dokter dan perawat dituntut memiliki
ketrampilan
intelektual,
kemampuan
interpersonal,
tehnikal
serta
memiliki
berdakwah amar ma’ruf nahi mungkar.21 Melaksanakan pelayanan kesehatan profesional yang Islami terhadap individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat dengan berpedoman kepada kaidah-kaidah Islam, medik dan keperawatan yang mencakup: (1) menerapkan konsep, teori dan prinsip dalam keilmuan yang terkait dengan asuhan medik dan asuhan keperawatan dengan mengutamakan pedoman pada Al-Qur’an dan Hadits, (2) melaksanakan asuhan
medik
pendekatan berdasarkan
dan
Islami
asuhan melalui
bukti
keperawatan kegiatan
dengan
kegiatan
(evidence-based
menggunakan
pengkajian
healthcare),
yang (3)
mempertanggungjawabkan atas segala tindakan dan perbuatan yang berdasarkan bukti (evidence-based healthcare), (4) berlaku jujur, ikhlas
21
Rusdi Lamsudin, Nuansa…, 26.
dalam memberikan pertolongan kepada pasien baik secara individu, keluarga,
kelompok
maupun
masyarakat
dan
semata-mata
mengharapkan ridho Allah, (5) bekerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya
untuk
meningkatkan
mutu
pelayanan
kesehatan
dan
menyelesaikan masalah pelayanan kesehatan yang berorientasi pada asuhan medik dan asuhan keperawatan yang berdasarkan bukti (evidence-based healthcare). Dokter dan perawat muslim harus menyadari dan menginsyafi bahwa mengobati orang sakit karena Allah, adalah suatu amal yang amat tinggi nilainya. Dengan demikian, mereka telah melaksanakan dakwah Islam, bahwa Allah-lah yang telah menurunkan penyakit dan Dia pulalah yang menurunkan obatnya. Dokter dan perawat hanya dapat mengenali jenis penyakit dan mengobati dan merawat pasien, namun hanya Allah jualah yang menyembuhkan. Dokter dan perawat muslim
harus
menghilangkan
angggapan
bahwa
dialah
yang
menyembuhkan pasiennya. Dengan demikian para dokter dan perawat muslim harus menyadari mereka adalah khalifah Allah dalam pelayanan kesehatan. Beberapa bentuk layanan kesehatan yang islami dapat berwujud: 1). Niat yang Ikhlas, bahwa segala sesuatu diniatkan hanyalah kepada Allah semata, sehingga dengan keikhlasan yang bersih hanya kepada Allah akan memberikan barier (benteng) bagi pekerjaan kita agar tetap konsisten dalam garis-garis yang ditetapkan agama dan
profesi.
2). Pekerjaan yang rapih, senantiasa berorientasi kepada kualitas yang tinggi karena merasakan segala sesuatu berada dalam pengawasan Allah SWT. 3). Penyelesaian hasil yang baik, artinya setelah berbuat maksimal atas segala aktivitas, maka secara sunatullah melahirkan pekerjaan yang baik atau memiliki kualitas yang tinggi. Sehingga “ikhsan dalam melaksanakan asuhan keperawatan adalah menentukan mutu pelayanan.22