SYARAT-SYARAT MUSYARAKAH -Kerugian-2 Para fuqoha sepakat bahwa kerugian dalam syirkah harus proporsional dengan jumlah modal disetor. Segala persyaratan yang bertentangan dengan kesepakatan fuqoha ini mengakibatkan batalnya syirkah.
Kesepakatan ini dinyatakan dalam kaidah:
Keuntungan sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian sesuai modal (disetor)
Contoh : Seorang partner menyetor 40% saham ke dalam musyarakah, maka jika syirkah rugi, ia hanya bertanggung jawab 40% dari kerugian
25
SYARAT-SYARAT MUSYARAKAH -Kerugian-3
Para pemilik saham tidak boleh menuntut pelaksana operasional dalam keadaan rugi. Kecuali, bila terbukti bahwa pelaksana mengurangi kapasitas kerjanya, maka ganti rugi dapat diminta senilai kerugian akibat pengurangan kapasitas kerja itu
26
PERBEDAAN MUDHARABAH DENGAN MUSYARAKAH MUDHARABAH (07/DSN-MUI/IV/2000)
MUSYARAKAH (08/DSN-MUI/IV/2000)
( pihak 1. Joint Financing ( pihak pertama 1.Trust Financing pertama/ shahibul maal dan pihak kedua memiliki menyediakan seluruh modal kontribusi modal) (100%) dan pihak kedua (mudharib) bertindak sbg pengelola. 2. Keuntungan yang diperoleh 2. Keuntungan dan kerugian yang dibagi secara proporsional timbul dibagi secara proporsional sesuai nisbah. sesuai akad. 3. Kerugian akan ditanggung oleh selama pemilik modal bukandiakibatkan karena kelalaian pengelola usaha.
27
PERBEDAAN MUDHARABAH DENGAN MUSYARAKAH MUDHARABAH (07/DSN-MUI/IV/2000) 4.
5.
Pemilik modal tidak turut campur dalam pengelolaan usaha tetapi mempunyai hak untuk melakukan pengawasan .
Biaya operasional dibebankan kepada mudharib.
MUSYARAKAH (08/DSN-MUI/IV/2000) 4.
Pemilik modal dapat turut campur dalam pengelolaan usaha.
5.
Biaya operasional dibebankan kepada modal bersama
28
Profit Sharing Bagi hasil dihitung dari pendapatan setelah dikurangi biaya yang berkaitan langsung dengan pengelolaan dana mudharabah/musyarakah
KONSEP PEMBIAYAAN BAGI HASIL
Net Revenue Sharing Bagi hasil dihitung dari total pendapatan pengelolaan mudharabah/musyarakah.
29
Prinsip Distribusi Hasil Usaha Uraian
Penjualan Harga pokok penjualan
Jumlah
Metode
100 65 ----------
Laba kotor
35 Net Revenue Sharing
Beban
25 ----------
Laba rugi bersih
10 Profit Sharing
30
LANDASAN SYARIAH PROFIT SHARING Abu Hanifah, Malik dan Zaidiyah: Mudharib dapat membelanjakan harta mudharabah hanya bila perdagangannya itu di perjalanan saja baik itu berupa biaya makan, minum dsb.
Imam Hambali: • Membolehkan mudharib untuk menafkahkan sebagian dari harta mudharabah baik dalam keadaan menetap atau bepergian dengan izin shahibul maal. • Besarnya nafkah yang boleh digunakan adalah nafkah yang telah dikenal (menurut kebiasaan) para pedagang dan tidak boleh boros.
31
LANDASAN SYARIAH NET REVENUE SHARING Syafii : Mudharib tidak boleh menggunakan harta mudharabah sebagai biaya baik dalam keadaan menetap maupun bepergian (diperjalanan).
Karena mudharib telah mendapatkan bagian keuntungan, maka ia tidak berhak mendapatkan sesuatu (nafkah) dari harta itu, atau mendapatkan bagian yang lebih besar dari shahibul maal.
32
Fatwa MUI (DSN) No.15/2000 Ketentuan Umum :
1
Pada dasarnya, LKS boleh menggunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing ) maupun Bagi Untung (Profit Sharing ) dalam pembagian hasil usaha dengan mitra (nasabah)-nya.
2
Dilihat dari segi kemaslahatan (al-ashlah ), saat ini, pembagian hasil usaha sebaiknya digunakan prinsip Bagi Hasil (Net Revenue Sharing ).
3
Penetapan prinsip pembagian hasil usaha yang dipilih harus disepakati dalam akad.
33
PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL
1
Berdasarkan kesepakatan antara Bank dan Nasabah.
2
Nisbah satu nasabah dengan nasabah lain, bisa saja berbeda walaupun jenis usahanya sama.
3
Perbedaan nisbah disebabkan antara lain: a.
Pengalaman dan keahlian nasabah
b.
Efisiensi usaha
c.
Tingkat keuntungan yang diproyeksikan.
34
JAMINAN DALAM MUSYARAKAH-1
Apabila usaha musyarakah mengalami kerugian yang terjadi bukan karena pengurangan kapasitas kerja atau pelanggaran syarat-syarat yang telah disepakati dalam transaksi, musyarik tidak dibebani membayar modal dengan jaminan. Tetapi apabila terjadi akibat pengurangan kapasitas kerja atau pelanggaran syarat-syarat yang telah disepakati, shahibul maal mempunyai hak untuk menerima kembali modalnya secara utuh dan meminta ganti rugi. Maka bank syariah boleh meminta kepada musyarik jaminan atau barang yang layak.
35
JAMINAN DALAM MUSYARAKAH-2
Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh orang yang berpiutang) (QS Al Baqarah/2:283).
Jaminan musyarakah adalah jaminan pengurangan kapasitas kerja musyarik dan pelanggaran syarat-syarat transaksi. Jaminan bukanlah sebagai imbalan dari mendapatkan keuntungan tertentu dan bukan untuk ganti rugi yang terjadi diluar kemampuan musyarik. 36
F. JAMINAN (COLATERAL) DALAM MUDHARABAH
Ciri khas pembiayaan musyarakah menuntut saling percaya yang tinggi antar nasabah dengan bank. Menurut pendapat para fuqaha bahwa pada prinsipnya tidak perlu dan tidak boleh mensyaratkan agunan sebagai jaminan, sebagaimana dalam akad syirkah lainnya. Dalam hal character risk, mudharib pada hakikatnya menjadi wakil dari shahibul mal dalam mengelola dana dengan seizin shahibul mal, sehingga wajiblah baginya berlaku amanah. 337
Jika musyarik melakukan keteledoran, kelalaian, kecerobohan dalam merawat dan menjaga dana, yaitu melakukan pelanggaran, kesalahan, dan keterlaluan dalam perilakunya yang tidak termasuk bisnis musyarakah yang disepakati, atau ia keluar dari ketentuan yang disepakati, musyarik tersebut harus menanggung kerugian musyarakah sebesar bagian kelalaiannya sebagai sanksi dan tanggung jawab-nya.
38
Bank syariah tidak dapat menyalurkan begitu saja dananya kepada atas dasar musyarik kepercayaan, karena selalu ada risiko bahwa pembiayaan yang telah diberikan kepada musyarik tidak dipergunakan sebagaimana mestinya untuk memaksimalkan keuntungan kedua belah pihak.
339
Begitu dana dikelola oleh musyarik, maka akses informasi bank terhadap usaha musyarik menjadi terbatas. Dengan demikian, terjadi assymmetric information di mana musyarik mengetahui informasi-informasi yang tidak diketahui oleh bank.
Pada saat yang sama timbul moral hazard dari si musyarik, yakni musyarik melakukan hal-hal yang hanya menguntungkan musyarik dan merugikan shahib al-mal (dalam hal ini bank syariah dan nasabah pemilik dana pihak ketiga).
40
Tujuan Pengenaan Jaminan
Untuk menghindari moral hazard musyarik, bukan untuk "mengamankan nilai investasi bank Syariah jika terjadi kerugian karena faktor risiko bisnis. Tegasnya, bila kerugian yang timbul disebabkan karena faktor risiko bisnis, jaminan musyarik tidak dapat disita oleh shahib al-mal.
Pengenaan jaminan yang bertujuan untuk menjaga harta masyarakat DPK disebut maslahah li hifzil mal
41
Untuk menghindari adanya moral hazard dari pihak musyarik yang lalai atau menyalahi kontrak ini, maka shahib al-mal dibolehkan meminta jaminan tertentu kepada musyarik. Jaminan ini akan disita oleh shahib almal jika ternyata timbul kerugian karena musyarik melakukan kesalahan, yakni lalai dan/atau ingkar janji. 442
Setiap pihak berhak mengakhiri musyarakah dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada pihak lain.
BERAKHIRNYA AKAD MUSYARAKAH
Jika salah satu pihak meninggal, maka musyarakah berakhir dengannya. Ahli warisnya yang akan menggantikan kedudukannya.
Jika salah satu pihak hilang akal, seperti gila atau terkena penyakit yang mengakibatkan tidak mampu melakukan kegiatan komersial, musyarakah berhenti dengannya.
43
MUSYARAKAH MUTANAQISAH-1 (Decreasing Partnership )
Jenis musyarakah dimana musyarik berhak menggantikan bank dalam memiliki proyek dengan satu kali bayar atau cicilan, sesuai dengan syarat-syarat yang disepakati. Sifat operasionalnya, adalah berdasarkan pengaturan rencana demi terhindarnya sebagian pemasukan musyarik, sebagai bagian untuk mengembalikan nilai saham.
Para ahli fikih modern menyebut musyarokah mutanaqisah dengan bermacam-macam istilah seperti al- bay’ at - Ta’jiri.
44
MUSYARAKAH MUTANAQISAH-2 Pemakaian Musyarakah mutanaqisah adalah menunjuk kepada pemikiran bank syariah yang memberikan suplai dana, dimana musyarakahnya berkurang begitu bagian suplai dananya dikembalikan. Musyarakah mutanaqisah juga dinamakan dengan musyarakah yang berakhir dengan pemilikan. Penamaan ini berdasarkan atas pemikiran musyarik, akan memiliki proyek atau operasional kerja setelah ia mampu untuk mengembalikan saham bank . 45
MUSYARAKAH MUTANAQISAH-3 Biasanya Bank Syariah dalam memberikan suplai dana musyarakah mutanaqisah mensyaratkan bahwa bank mulai melepaskan proyek, setelah periode tertentu yang sebelumnya telah ditetapkan. Dalam menentukan periode tersebut, proyek tetap yang dibiayai itu, telah mulai menghasilkan pendapatan rata-rata rasional, dan tidak melepaskan proyek pada periode permulaan dimana rata-rata pendapatan masih sangat rendah. 46
Bank menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.
Manfaat Musyarakah
Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cara cash flow /arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.
Bank akan lebih selektif dan hati-hati ( prudent ) mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.
47
Asymmetric information problem , yaitu kecenderungan salah satu pihak yang menguasai informasi lebih banyak untuk tidak bersikap jujur. Oleh karena itu penerapan pembiayaan bagi hasil haruslah dilakukan dengan memperhatikan incentive compatible constraints (batasan-batasan untuk memberikan insentif bagi nasabah untuk berlaku jujur).
Risiko Musyarakah Side streaming , yaitu nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam akad.
Lalai dan kesalahan yang disengaja.
48
Prinsip bermitra (bagi hasil) tidak ada di bank konvensional.
PERBEDAAN MUSYARAKAH DENGAN BANK KONVENSIONAL
Bank konvensional menyalurkan berbagai kredit (kredit mobil,kredit rumah,kredit modal kerja,kredit usaha kecil) yang seluruhnya berbasis bunga.
Bank konvensional menetapkan return tetap, misalkan 18% per tahun dari plafond kredit, sedangkan return bagi hasil nasabah bisa diatas atau dibawah 18%.
49
SKEMA MUSYARAKAH Bank Syariah Parsial : Pembiayaan
Nasabah Parsial : Asset Value PROYEK/USAHA
KEUNTUNGAN Bagi Hasil Keuntungan Sesuai porsi kontribusi modal (nisbah)
50
Skema Musyarakah (Profit)
Nasabah (Shahibul Maal)
Sales = Rp 350 Jt COGS = Rp 250 Jt Net = Rp 100 Jt OH = Rp 35 Jt Profit = Rp 65 Jt
Bank (Shahibul Maal) Modal = Rp 150 Jt
Modal =Rp 100 Jt PROJECT
30 % 30% x Rp 65 Jt = Rp 19.5 Jt
Profit Rp 65 Jt
Pendapatan Bagi Hasil Utk Bank
70 %
70% x Rp 65 Jt = Rp 45.5 Jt
51
Skema Musyarakah (Loss)
Nasabah (Shahibul Maal)
Sales = Rp 350 Jt COGS = Rp 250 Jt Net = Rp 100 Jt OH = Rp 125 Jt Profit =(Rp 25 Jt)
Bank (Shahibul Maal) Modal = Rp 150 Jt
Modal =Rp 100 Jt PROJECT
60 % (Rp100Jt/Rp250Jt) x Rp 25 Jt = Rp 10 Jt Modal berkurang Rp 90 Jt
Rugi Rp 25 Jt
Pendapatan Bagi Hasil Utk Bank
40 %
(Rp150Jt/Rp250Jt) x Rp 25 Jt = Rp 15 Jt Modal berkurang Rp 135 Jt
52