1. Kerjasama Kerjasama antara antara dua pihak untuk melakukan melakukan usaha bersama bersama dimana
pihak pertama menyerahkan modal sepenuhnya kepada pihak kedua untuk dikelola dan keuntungan yang didapatakan di bagi sesuai dengan kesepakatan 2. Kerjasama usaha yang memisahkan antara pemilik modal dengan pelaksana usaha dan keuntungannya dibagai berdasarkan kesepakatan dua pihak tersebut. 3. Perkon Perkongsi gsian an dua pihak pihak dim dimana ana pihak pihak pertam pertamaa bersed bersedia ia hanya hanya menyediakan modal usaha dan pihak kedua menjalankan usaha sepenuhnya dimana keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Landasan Hukum
Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah Shuhaib :
,ٍجلَ أَ ىَ َإِ عُيْبَ ْا َ :ة :ةُكَرَ بَ ْاَ نّ هِيْفِ ٌث َ َ : َ قَ مَ ّسَ وَ ِيْ َ َ ُُ ا ص َّ ّ بِ ّ ا ّ أَ ن صهي ج ج نا اوا) ِيعْبَ ْ ِ َ تِ يْبَ ْ ِ رِ يْ ِش ّ ِ ر ُب ط ْاُ ْخَ وَ ,ةُض َ رَ َ ُ و ْاَ) “ nabi bersabda, ada tiga hal yang mengandung berkah : jual beli secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual. “ (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib)
Hadits Nabi riwayat Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf :
َ ْ ُ ِْ ُ و ْاَ ًراَ حَ لّ حَ أَ وْ َأ ً َ حَ َرّ حَ ً ص ْ ُ ّ إِ نَ يْ ِ ِْ ُ ن ْاَ يْ َ زٌِئجَ ُ ْ اَ ًراَ حَ حلَّ و أْ َأ ً َ حَ َرّ حَ ً رْ َ ّ إِ مْهِ ِ وْ رُ ُ ى ََ . “ perdamaian dapat dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat- syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”
Kaidah Fiqh
َه ِ ْرِ ْ َ ى ََ لٌيْ دِ َ ُ َ ْ َأ ّ ةإُِحَ َ ِْ ا ِ َ َ َ ُ ْا فىِ لُ ص ْ َْ ا,َ “ Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh kecuali ada dalil yang mengharamkan.”
Rukun Mudharabah
Hanafi : Ijab dan Qabul Jumhur : Mutaaqidain, objek (pekerjaan dan Modal), Sighat.
Ijab dan Qabul (pernyataan kehendak kedua belah pihak) 1. Jelas menunjukan maksud melakukakan akad mudharabah 2. Ijab dan Qabul harus sejalan dan sesuai dengan kehendak masing-masing pihak Dua belah pihak yang berakad (Mutaaqidain)
1. Cakap bertindak hukum secara syar’i 2. Memiliki kewenangan mewakilkan atau memberi dan menerima kuasa
Modal (Objek akad Mudharabah)
Keuntungan (ar Ribhu) 1. Adanya nisbah ketika kontrak 2. keuntungan adalah hak bersama 3. pembagian keuntungan harus jelas 4. kerugian harta hanya ditanggung oleh pemilik modal
Amal (pekerjaan) 1. Tidak adanya intervensi (campur tangan) dari pemilik modal 2. amal (pekerjaan) adalah hak pengelola modal (pihak kedua) 3. Amal (pekerjaan) tidak boleh keluar dari konteks usaha
Syarat Sah Mudharabah
Modal berbentuk uang tunai
Kadar modal diketahui dengan jelas (agar bisa dipisahkan dengan keuntungan)
Persentase keuntungan harus jelas ditetapkan diawal
Modal telah diterima oleh pelaksana usaha (pihak kedua)
Mudharabah bersifat mutlak (tidak mengikat), artinya pemilik modal tidak ikut campur dalam pengelolaan usaha menurut imam Maliki dan Imam Syafi’i
Jenis Mudharabah
Mudharabah Muthlaqah. Pemilik modal tidak menentukan syarat terhadap modal yang dikelolanya oleh pengelola modal (jenis usaha,waktu dan daerah usaha).
Mudharabah Muqayyadah. Pemilik modal menetukan syarat terhadap modal yang dikelolanya oleh pengelola modal (jenis usaha, waktu dan daerah usaha) (abu Hanifah dan Ahmad, sedangkan imam maliki dan syafi’i tidak membolehkan mudharabah jenish ini.
Manfaat Mudharabah
1. Banak akan menikmati bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat. 2. Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap,tetapi di sesuaikan dengan nasabah atau hasil usaha bank sehingga bank tidak akan mengalami negative spread 3. Pengembalian pokok pengembalian pembiayaan disesuaikan dengan arus kas usaha nasah sehingga tidak memberatkan nasabah 4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati dalam mencari usaha yang benar-benar halal, aman dan menguntungkan 5. Prinsip bagi hasil dalam mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih pembiayaan nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah,sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi Resiko Mudharabah
1. Lalai dan kesalah yang disengaja. 2. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur. Batal / Fasad Akad Mudharabah
Tidak terpenuhinya syarat sah mudharabah
Pihak kedua (pelaksana usaha) tidak melaksanakan akad yang disepakati, bertentangan dengan tujuan akad atau lalai dalam mengelola modal
Salah satu pihak meninggal dunia
Pembatalan akad oleh salah satu pihak
Permasalahan
1. Bila tidak terpenuhinya sarat sah akad mudharabah. a. Modal harus dikembalikan kepada pemilik modal dalam bentuk uang tunai b. Bila sudah diusahakan dan mendapat keuntungan maka keuntungan adalah milik pemilik modal dan pengelola modal berhak mendapatkan upah 2. Adanya kelalaian pengelola modal. a. Modal harus dikembalikan dalam uang tunai kepada pemilik modal b. Kerugian yang ada ditanggung oleh pengelola modal 3. Meninggalnya salah satu pihak a. Jika pemilik modal meninggal, maka akad tetap dapat dilanjutkan jika ahli warisnya mengizinkan. Bila tidak ada izin dari ahli waris maka pengelolaan modal dianggap gashab (merampas hak ahli waris) sehingga pengelola modal wajib bertanggungjawab terhadap modal tersebut (mengganti bila rugi). Bila mendapatkan keuntungan maka keuntungan dibagi dua. b. Jika pengelola modal meninggal, /? ? ? ? ? ? ? Modal harus dipisahkan dari keuntungan dan keuntungan harus dibagi sesuai dengan nisbah dan bagian pengelola modal diserahkan kepada ahli warisnya sedangkan modal dikembalikan kepada pemilik modal. 4. Pembatalan oleh salah satu pihak a. Sama dengan masalah 1a , 1b dan 3b (pemilik modal bukan ahli waris)
Referrensi
1. Wahbah Zuhaili. 1989. Al-fiqh al-Islami Wa Adilatuhu . Juz IV. Daar Al Fikr: Damaskus 2. M. Syafi’i Antonio. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktek . Gema Insani Press dan Tazkia Cendikia: Jakarta 3. Sayyid Sabiq. Fikih Sunnah . Jilid 13. Cet 20. PT. Alma’arif: Bandung 4. Muhammad. 2003. Konstruksi Mudharabah Dalam Bisnis Syari’ah. Pusat Studi Ekonomi Islam STIS Yogyakarta: Yogyakarta 5. Adiwarman Karim. 2003. Bank Islam: Analisa Fiqih dan Keuangan. IIIT Indonesia: Jakarta 6. M. Ali Hasan. 2003. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalat). PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta