AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL DAN AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN DISUSUN O L E H KELOMPOK 2:
1. DANA ISFANI 2. KHAIRUM MUSTIKA 3. SRI WAHYUNI RAMADANI 4. DITA KHUMAIRAH BR.POHAN
Dosen pembimbing :
SITI KADARIAH, SHI,M,EI
AKBID MEDIKA SRI TAMIANG TAHUN AJARAN 2016-2017
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan judul " agama sebagai sumber moral dan akhlak mulia dalam kehidupan" tepat pada waktunya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu SITI KADARIAH,SHI, M,EI selaku Dosen mata kuliah agama yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Kualasimpang, 28 Desember 2016
Penyusun
i
DAFTAR ISI Halaman Kata pengantar ................................................................................................
i
Daftar isi
....................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN .....................................................................
1
A. Latar belakang .......................................................................
1
B. Rumusan masalah ..................................................................
2
C. Tujuan penelitian ...................................................................
2
D. Manfaat penelitian ................................................................
2
PEMBAHASAN .........................................................................
3
A. Defenisi agama dalam kehidupan .........................................
3
B. Pengertian moral ...................................................................
7
C. Agama sebagai sumber moral ...............................................
11
D. Akhlak mulia sebagai sumber moral.....................................
15
PENUTUP .................................................................................
23
A. Kesimpulan ...........................................................................
23
B. Saran ......................................................................................
23
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
24
BAB II
BAB III
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Agama berperan penting dalm kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan manusia maka internalisasi nila-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan yang ditempuh melalui pendidikan, baik pendidikn di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Pendidikan agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia. Akhlak mulia menyangkut etika, budi pekerti, dan moral sebagai manifestasi dari pendidikan agama. Agama sebagai alat untuk membawa kedamaian dan kepuasan jiwa dengan keyakinan tertentu. Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariat agama, itu hanya dapat terlaksana dengan akhlak yang baik. Terutama dalam ajaran agama islam, agama islam merupakan suatu agama yang santun karena dalam islam menjunjung tinggi pentingnya etika moral dan akhlak. Moral yang sempurna itu , jika dapat memahami agama islam tersebut. Sedangkan akhlak merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia, karena mencakup segala tingkah laku, tabi’at, dan karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam hubungannya dengan Sang Khaliq atau sesama makhluk. Tanpa adanya moral dan akhlak mulia manusia tidak dapat hidup dengan damai. Pada makalah ini, kami akan membahas tentang pemahaman agama sebagai moral akhlak mulia dalam kehidupan.
1
B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa definisi agama dalam kehidupan ? 2. Apa pengertian moral ? 3. Apa pengertian agama sebagai sumber moral ? 4. Bagaimana akhlak mulia dalam kehidupan ? C. TUJUAN PENULISAN 1. Untuk mengetahui agama dalam kehidupan. 2. Untuk mengetahui pengertian moral 3. Untuk mengetahui agama sebagai sumber moral. D. MANFAAT PENULISAN Dengan membaca semua rangkaian yang telah kami kerjakan dalam Makalah ini, kami dapat mengambil manfaatnya, antara lain : 1. Kita dapat memahami tentang agama islam sebagai moral dan akhalk mulia dalam kehidupan.
2
BAB II PEMBAHASAN AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL DAN AKHLAK MULIA DALAM KEHIDUPAN
A. DEFINISI AGAMA DALAM KEHIDUPAN Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta,āgama yang berarti "tradisi". Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya kepadaTuhan. Émile Durkheim mengatakan bahwa agama adalah suatu sistem yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci. Kita sebagai umat beragama semaksimal mungkin berusaha untuk terus meningkatkan keimanan kita melalui rutinitas beribadah, mencapai rohani yang sempurna kesuciannya Definisi tentang agama dipilih yang sederhana dan meliputi. Artinya definisi ini diharapkan tidak terlalu sempit atau terlalu longgar tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Agama merupakan suatu lembaga atau institusi penting yang mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu terhadap apa yang dikenal sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya. Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa diluar
3
dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal Tuhan, Dewa, God,Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige, dan lain-lain. Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri, yaitu: menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan. Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut dapat disebut agama. B. PENGERTIAN MORAL
1. Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan.Kata mores ini mempunyai sinonim mos,moris,manner mores atau manners,moral. Dalam bahasa Indonesia,kata moral berarti akhlak (bahasa Arab)atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup.Kata moral ini dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis ,etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima masyarakat umum tentang sikap,perbuatan,kewajiban,dan sebagainya. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral
4
adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Jadi moral adalah tata aturan norma-norma yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik. 2. Akhlak adalah tingkah laku, gambaran tentang perilaku yang seyogyanya dimiliki seseorang muslim dalam rangka berhubungan dengan Allah, sesama manusia, dan alam. akhlak menurut bahasa berarti tingkah laku perangai atau tabiat. Akhlak menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk. Sedangkan menurut Imam Ghazali akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pertimbangan dan pemikiran.
3. Nilai merupakan suatu bobot/kualitas perbuatan kebaikan yang terdapat dalam berbagai hal yang dianggap sebagai sesuatu yang berharga, berguna, dan memiliki manfaat. 4. Norma berasal dari bahasa belanda norm, yang berarti pokok kaidah, patokan, atau pedoman. Norma adalah bentuk nyata dari nila-nilai sosial di dalam masyarakat yang berbudaya, memiliki aturan-aturan, dan kaidah-kaidah, baik yang
tertulis
maupun
tidak. Norma
memungkinkan
seseorang
untuk
menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakannya itu akan dinilai oleh orang lain, norma juga merupakan kriteria bagi orang lain untuk mendukung atau menolak perilaku seseorang. 5. Susila dan Budi Pekerti
5
Secara terminology, susila adalah aturan-aturan hidup yang baik. Orang yang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang a susila adalah orang yang berkelakuan buruk. Susila biasanya bersumber pada adat yang berkembang di masyarakat setempat tentang suatu perbuatan itu tabu atau tidak tabu, layak atau tidak layak. Dengan demikian susila menunjuk pada arti perilaku baik yang dilakukan seseorang. Budi secara istilah adalah yang ada pada manusia yang berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh akal. Sementara pekerti adalaha apa yang terlihat pada manusia karena didorong oleh perasaan. Budi pekerti adalah perbuatan dari hasil akal dan rasa yang berwujud pada karsa dan tingkah laku manusia. 6. Etika Secara istilah etika adalah ilmu yang membicarakan tentang tingkah laku manusia. Sebagian ahli yang lain mengemukakan definisi etika sebagai teori tentang laku perbuatan manusia dipandang dari segi nilai baik dan buruk sejauh yang dapat ditentukan akal. Hanya saja ilmu akhlak atau etika Islam tidak hanya bersumber pada akal, melainkan pula yang terpenting adalah AlQur’an dan Hadits. 7. Hubungan Moral, Susila, Budi Pekerti, Akhlak, dan Etika Etika (ilmu akhlak) bersifat teoritis sementara moral, susila, akhlak lebih bersifat praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan mana yang buruk, susila berbicara mana yang tabu dan mana yang tidak tabu, akhlak berbicara soal baik buruk, benar salah, layak atau tidak layak. Sementara etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau kenapa perbuatan itu buruk. Etika menyelidiki, memikirkan, dan mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial tertentu. Moral itu hasil dari penelitian etika.
6
Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Meskipun akhlak dalam Islam bersumber kepada Al-Qur’an dan Sunnah sementara etika, moral, dll. bersumber pada akal atau budaya setempat, tetap saja bahwa semuanya mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Dalam hal ini akhlak Islam sangat membutuhkan terhadap etika, moral, dan susila karena Islam mempunyai penghormatan yang besar terhadap penggunaan akal dalam menjabarkan ajaran-ajaran Islam, dan Islam sangat menghargai budaya suatu masyarakat. Kalaupun adat local menyimpang, Islam mengajarkan kepada umatnya agar mengubahnya tidak sekaligus melainkan secara bertahap. C. AGAMA SEBAGAI SUMBER MORAL Agama dalam bahasa Indonesia, religion dalam bahasa Inggris, dan di dalam bahasa Arab merupakan sistem kepercayaan yang meliputi tata cara peribadatan hubungan manusia dengan Sang Mutlak, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam lainnya yang sesuai dengan kepercayaan tersebut. Dalam studi agama, para ahli agama mengklasifikasikan agama ke dalam berbagai kategori. Menurut al-Maqdoosi agama diklasifikasikan menjadi 3 kategori: 1). agama wahyu dan non-wahyu 2). agama misionaris dan non-misionaris, dan 3). agama lokal dan universal. Berdasarkan klasifikasi manapun diyakini bahwa agama memiliki peranan yang signifikan bagi kehidupan manusia karena di dalamnya terdapat seperangkat nilai yang menjadi pedoman dan pegangan manusia. Salah satunya adalah dalam hal moral. Moral adalah sesuatu yang berkenaan dengan baik dan buruk. Tak jauh berbeda dengan moral hanya lebih spesifik adalah budi pekerti. Akhlak adalah
7
perilaku yang dilakukan tanpa banyak pertimbangan tentang baik dan buruk. Adapun etika atau ilmu akhlak kajian sistematis tentang baik dan buruk. Bisa juga dikatakan bahwa etika adalah ilmu tentang moral. Hanya saja perbedaan antara etika dan ilmu akhlak (etika Islam) bahwa yang pertama hanya mendasarkan pada akal, sedangkan yang disebut terakhir mendasarkan pada wahyu, akal hanya membantu terutama dalam hal perumusan.
Di tengah krisis moral manusia modern (seperti dislokasi, disorientasi) akibat menjadikan akal sebagai satu-satunya sumber moral, agama bisa berperan lebih aktif dalam menyelamatkan manusia modern dari krisis tersebut. Agama dengan seperangkat moralnya yang absolut bisa memberikan pedoman yang jelas dan tujuan yang luhur untuk membimbing manusia ke arah kehidupan yang lebih baik. Hubungan Agama dan Moral Berbicara tentang moral asosiasinya akan tertuju pada penentuan baik dan buruk sesuatu. Dengan rasio atau tradisi dapat juga dengan lainnya seseorang dapat menentukan baik atau buruk. Aliran rasionalisme berpendapat bahwa rasiolah yang menjadi sumber moral bukanlah yang lain. Yang menentukan baik dan buruknya sesuatu adalah akal dan pikiran manusia semata. Aliran hedonisme berpendapat bahwa sumber kebaikan dan keburukan adalah kebahagiaan. Sesuatu dikatakan baik jika mendatangkan kebahagiaan dan sebaliknya sesuatu dikatakan buruk jika mendartangkan keburukan. Kebahagiian yang dimaksud adalaj kebahagiaan individu aliran ini disebut egoistik hednisme, aliran ini antara lain digagas oleh Epicurus (341-270). Adalagi aliran hedoisme universal yang berpandangan bahwa kebaikan dan keburukan diukur oleh kebahagiaan. Aliran ini digagas oleh John Stuart Mill (1806-1873). Ia mengatakan ebaikan tertinggi (summmun bonum), adalah utility is 8
happiness for the greates number of sentimen being (kebahagiaan untuk jumlah kebanyakan manusia yang sebesar-besarnya). Aliran tradisionalisme berpendapat bahwa sumber kebaikan atau keburukan adalah tradisi atau adat istiadat. Karena peradaban Barat mengalami trauma historis berkenaan dengan agama, maka peradaban Barat berusaha menyingkirkan agama dalam kehidupan mereka. Agama tidakhanya sekedar ritual peribadatan sematamata, diluar itu agama tidak berperan apa-apa. Sumber utama moral adalah akal dengan variasi yang berbeda satu sama lain, karena akal manusia terbatas dan relatif manusia moderen kehilangan pegangan mutalk. Dalam kondisi demikian, ia mengalami risis moral yang dalam bentuknya ekstrim berakhir dengan bunuh diri. Dalam hubungannya dengan ini Muhammad Qhutb menulis, janganlah mudah kita ditipu oleh gagasan yang canggih dan tidak tahu persoalan sebenarnya, sebab sepanjang moral telah diputuskan ikatannya dengan akidah terhadap Allah, maka tidak akan kokoh (kuat) berpijak dimuka bumi ini serta memiliki tempat bergantung terhadap akibat-akibat yang mengiringinya. Atas dasar itulah, maka agama memiliki peranan penting usaha dalam mengahpus krisis moral tersebut dengan menjadikan agama sebagai sumber moral. Allah SWT telah memberikan agama sebagi pedoman dalam menjalani kehidupan didunia ini agar mendapat kebahagiaan sejati, salah satunya adalah pedoman moral. Melalui kitab suci dan para rosul, Allah telah mejelaskan prinsip-prinsip moral yang harus dijadian pedoman oleh umat manusia. Dalam konteks islam sumber moral itu adalah Al-Quran dan Hadist. Mukti Ali mantan mentri agam pernah menyatakan, ‘agama menurut kami antar lain memberi petunjuk bagaimana moral itu harus dijalankan, agamalah yang memberikan hukum-hukum moral. Dan karenanya agamalah sanksi terakhir bagi semua tindakan moral, sanksi agamalah yang membantu dan mempertahankan citacita etik.’
9
Hamka menyatakan bahwa ‘agama ibarat tali kekang, yaitu tali kekang dari penguburan pikiran (yang liar / binar), tali kekang dari penguburan hawa nafsu (yang angkara murka), tali kekang daripada ucapan dan perilaku (yang keji). Menurut kesimpulan A.H. Muhaimin dalam bukunya Cakrawala Kuliah Agama bahwa ada beberapa hal yang patut dihayati dan penting dari agama, yaitu: A. Agama itu mendidik manusia menjadi tenteram, damai, tabah, dan tawakal B. Agama itu dapat membentuk dan mencetak manusia menjadi: berani berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan, sabar, dan takut berbuat dosa C. Agama memberi sugesti kepada manusia agar dalam jiwanya tumbuh sifat-sifat mulia dan terpuji, toleransi, dan manusiawi. Dengan demikian peran agama sangat penting dalam kehidupan manusia, salah satunya, sebagai sumber akhlak. Agama yang diyakini sebagai wahyu dari Tuhan sangat efektif dan memiliki daya tahan yang kuat dalam mengarahkan manusia agar tidak melakukan tindakan amoral. Akhlak mulia adalah akhlak yang sesuai dengan ketentuan-ketentuanan yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya sedangkan akhlak tercela ialah yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah dan rasul-Nya Menurut Imam Al-Ghazali ada empat sendi yang menjadi dasar bagi perbuatan-perbuatan baik, yaitu: A. Kekuatan ilmu yang berwujud hikmah, yaitu bisa menentukan benar dan salah B. Kekuatan amarah yang wujudnya adalah berani, keadaan kekuatan amarah yang tunduk kepada akal pada waktu dinyatakan atau dikekang. C. Kekuatan nafsu syahwat (keinginan) yang wujudnya adalah iffah, yaitu keadaan syahwat yang terdidik oleh akal. D. Kekuatan keseimbangan di antara yang tiga di atas.
10
Empat sendi akhlak tersebut akan melahirkan perbuatan-perbuatan baik, yaitu jujur, suka memberi kepada sesama, tawadu, tabah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-hal yang haram. Sementara empat sendi-sendi akhlak tecela adalah : A. Keji, pintar busuk, bodoh B. Tidak bisa dikekang C. Rakus dan statis D. Aniaya
Keempat sendi akhlak tercela itu akan melahirkan berbagai perbuatan yang tercela yang dikendalikan oleh nafsu seperti sombong, khianat, dusta, serakah, malas, kikir, dll. yang akan mendatangkan malapetaka bagi diri sendiri maupun orang lain. Manusia harus memiliki moral dan akhlak yang baik karena tanpa moral dan akhlak yang baik manusia itu akan hancur dan hanya menjadi pengikut dari paham-paham yang menyimpang di dunia ini. D. AKHLAK MULIA SEBAGAI SUMBER MORAL PENGERTIAN AKHLAK Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).
11
Akhlak yang mulia, menurut Imam Ghazali ada 4 perkara; yaitu bijaksana, memelihara diri dari sesuatu yang tidak baik, keberanian (menundukkan kekuatan hawa nafsu) dan bersifat adil. Jelasnya, ia merangkumi sifat-sifat seperti berbakti pada keluarga dan negara, hidup bermasyarakat dan bersilaturahim, berani mempertahankan agama, senantiasa bersyukur dan berterima kasih, sabar dan rida dengan kesengsaraan, berbicara benar dan sebagainya. Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah pembinaan tamadun dan kejayaan yang diridai oleh Allah Subhanahu Wataala. Seperti kata pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Bei: "Hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak. Bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu". Akhlak yang mulia yaitu akhlak yang diridai oleh Allah SWT, akhlak yang baik itu dapat diwujudkan dengan mendekatkan diri kita kepada Allah yaitu dengan mematuhi segala perintahnya dan meninggalkan semua larangannya, mengikuti ajaran-ajaran dari sunnah Rasulullah, mencegah diri kita untuk mendekati yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar, seperti firman Allah dalam surat Al-Imran 110 yang artinya “Kamu adalah umat yang terbaik untuk manusia, menuju kepada yang makruf dan mencegah yang mungkar dan beriman kepada Allah” Akhlak yang buruk itu berasal dari penyakit hati yang keji seperti iri hati, ujub, dengki, sombong, nifaq (munafik), hasud, suudzaan (berprasangka buruk), dan penyakit-penyakit hati yang lainnya, akhlak yang buruk dapat mengakibatkan berbagai macam kerusakan baik bagi orang itu sendiri, orang lain yang di sekitarnya maupun kerusakan lingkungan sekitarnya sebagai contohnya yakni kegagalan dalam membentuk masyarakat yang berakhlak mulia samalah seperti mengakibatkan kehancuran pada bumi ini, sebagai mana firman Allah Subhanahu Wataala dalam Surat Ar-Ruum ayat 41 yang berbunyi: Artinya “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari
12
(akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. ArRuum: 41). A. PENGERTIAN AKHLAK MAHMUDAH (TERPUJI) Akhlak mahmudah (terpuji) adalah perbuatan yang dibenarkan oleh agama (Allah dan RasulNya). Contohnya : disiplin, hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup sederhana, rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong, hormat dan patuh, sidik, amanah, tablig, fathanah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh pendirian, dermawan, optimis, qana’ah, dan tawakal, ber-tauhiid, ikhlaas, khauf, taubat, ikhtiyaar, shabar, syukur, tawaadu', husnuzh-zhan, tasaamuh dan ta’aawun, berilmu, kreatif, produktif, akhlak dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu, adil, rida, amal salih, persatuan dan kerukunan, akhlak terpuji dalam pergaulan remaja, serta pengenalan tentang tasawuf. 1.
Contoh-Contoh Akhlak Mahmudah Dalam pembahasan ini kami akan menjabarkan akhlak mahmudah yang meliputi ikhlas, sabar, syukur, jujur, adil dan amanah.
a. Ikhlas Kata ikhlas mempunyai beberapa pengertian. Menurut al-Qurtubi, ikhlas pada dasarnya berarti memurnikan perbuatan dari pengaruh-pengaruh makhluk. Abu Al-Qasim Al-Qusyairi mengemukakan arti ikhlas dengan menampilkan sebuah riwayat dari Nabi Saw, “Aku pernah bertanya kepada Jibril tentang ikhlas. Lalu Jibril berkata, “Aku telah menanyakan hal itu kepada Allah,” lalu Allah berfirman, “(Ikhlas) adalah salah satu dari rahasiaku yang Aku berikan ke dalam hati orang-orang yang kucintai dari kalangan hambahamba-Ku.” Keikhlasan seseorang ini, akan menghasilkan kemenangan dan kejayaan. Anggota masyarakat yang mengamalkan sifat ikhlas, akan mencapai
13
kebaikan lahir-bathin dan dunia-akhirat, bersih dari sifat kerendahan dan mencapai perpaduan, persaudaraan, perdamaian serta kesejahteraan. b. Amanah Secara bahasa amanah bermakna al-wafa’ (memenuhi) dan wadi’ah (titipan) sedangkan secara definisi amanah berarti memenuhi apa yang dititipkankan kepadanya. Hal ini didasarkan pada firman Allah SWT: “Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk mengembalikan titipantitipan kepada yang memilikinya, dan jika menghukumi diantara manusia agar menghukumi dengan adil…” (QS 4:58). Dalam ayat lainnya, Allah juga berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka mereka semua enggan memikulnya karena mereka khawatir akan mengkhianatinya, maka dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan bodoh…” (QS. 33:72). c. Adil Adil berarti menempatkan/meletakan sesuatu pada tempatnya. Adil juga tidak lain ialah berupa perbuatan yang tidak berat sebelah. Para Ulama menempatkan adil kepada beberapa peringkat, yaitu adil terhadap diri sendiri, bawahan, atasan/ pimpinan dan sesama saudara. Nabi Saw bersabda, “Tiga perkara yang menyelamatkan yaitu takut kepada Allah ketika bersendiriaan dan di khalayak ramai, berlaku adil pada ketika suka dan marah, dan berjimat cermat ketika susah dan senang; dan tiga perkara yang membinasakan yaitu mengikuti hawa nafsu, terlampau bakhil, dan kagum seseorang dengan dirinya sendiri.” (HR. AbuSyeikh). d. Bersyukur Syukur menurut kamus “Al-mu’jamu al-wasith” adalah mengakui adanya kenikmatan dan menampakkannya serta memuji (atas) pemberian nikmat tersebut.Sedangkan makna syukur secara syar’i adalah : Menggunakan 14
nikmat AllahSWT dalam (ruang lingkup) hal-hal yang dicintainya. Lawannya syukur adalah kufur.Yaitu dengan cara tidak memanfaatkan nikmat tersebut, atau menggunakannya pada hal-hal yang dibenci oleh Allah SWT.
B. PENGERTIAN AKHLAK MAZMUMAH (TERCELA) Akhlak Mazmumah (tercela) adalah perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama (Allah dan RasulNya). Contohnya : hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, khianat, iri, dengki, membangkang, munafik, hasud, kikir, serakah, pesimis, putus asa, marah, fasik, dan murtad, kufur, syirik, riya, nifaaq, anaaniah, putus asa, ghadlab, tamak, takabbur, hasad, dendam, giibah, fitnah, dan namiimah, aniaya dan diskriminasi, perbuatan dosa besar (seperti mabuk-mabukan, berjudi, zina, mencuri, mengkonsumsi narkoba), israaf, tabdzir. Dalam konteks pembahasan Akhlak itu, maka akhlak dapat di bagi kepada 3 (tiga) bagian yaitu : 1. Akhlak kepada Allah SWT Akhlak kepada Allah adalah perbuatan hambaNya terhadap Allah SWT. 2. Akhlak kepada MakhlukNya Akhlak kepada MakhlukNya adalah perbuatan hambaNya terhadap makhluk Allah, seperti Malaikat, Jin, Manusia, dan Hewan. 3. Akhlak kepada Lingkungan Akhlak kepada lingkungan adalah perbuatan hambaNya terhadap lingkungan (semesta alam), seperti : tumbuh-tumbuhan, air (laut, sungai, danau), gunung, dan sebagainya. Contoh Sifat Mazmumah (Tercela) yaitu: 1. Penyakit hati antara lain disebabkan karena ada perasaan iri: 15
Iri adalah sikap kurang senang melihat orang lain mendapat kebaikan atau keberuntungan. Sikap ini kemudian menimbulkan prilaku yang tidak baik terhadap orang lain, misalnya sikap tidak senang, sikap tidak ramah terhadap orang yang kepadanya kita iri atau menyebarkan isu-isu yang tidak baik. Jika perasaan ini dibiarkan tumbuh didalam hati, maka akan muncul perselisihan, permusuhan, pertengkaran, bahkan sampai pembunuhan, seperti yang terjadi pada kisah Qabil dan Habil. 2. Penyakit hati disebabkan karena perasaan dengki. Dengki artinya merasa tidak senang jika orang lain mendapatkan kenikmatan dan berusaha agar kenikmatan tersebut cepat berakhir dan berpindah kepada dirinya, serta merasa senang kalau orang lain mendapat musibah. Sifat dengki ini berkaitan dengan sifat iri. Hanya saja sifat dengki sudah dalam bentuk perbuatan yang berupa kemarahan, permusuhan, menjelekjelekkan, menjatuhkan nama baik orang lain. 3. Hasud Hasud adalah sikap suka menghasud dan mengadu domba terhadap sesama. Menghasud adalah tindakan yang jahat dan menyesatkan, karena mencemarkan nama baik dan merendahkan derajat seseorang dan juga karena mempublikasikan hal-hal jelek yang sebenarnya harus ditutupi. Saudaraku (sidang pembaca) tahukah antum, bahwa iri, dengki dan hasud itu adalah suatu penyakit. Pada mulanya iri yaitu perasaan tidak suka terhadap kenikmatan yang dimiliki orang lain. Kemudian, jika dibiarkan tumbuh, iri hati akan berubah menjadi kedengkian. Penyakit kedengkian jika dibiarkan terus akan berubah menjadi penyakit yang lebih buruk lagi, yaitu hasud. C. AKHLAK MAHMUDAH MELAHIRKAN INSAN YANG BERTAKWA Sifat Mahmudah atau juga dikenali dengan akhlak terpuji ialah sifat yang lahir didalam diri seseorang yang menjalani pembersihan jiwa dari sifat-sifat yang keji dan hina (sifat mazmumah). Sifat Mazmumah boleh dianggap seperti racun-
16
racun yang boleh membunuh manusia secara tidak disedari dan sifat ini berlawanan dengan sifat mahmudah yang sentiasa mengajak dan menyuruh manusia melakukan kebaikan. Oleh itu, dalam Islam, yang menjadi pengukur bagi menyatakan sifat seseorang itu sama ada baik atau buruk adalah berdasarkan kepada akhlak dan perilaku yang dimilik oleh seseorang. Dalam mengamalkan sifat-sifat mahmudah atau etika hidup yang murni, ia merangkumi banyak aspek antaranya : 1. Akhlak Terhadap Diri Sendiri, seperti menjaga kesihatan diri, membersih jiwa daripada akhlak yang buruk dan keji serta tidak melakukan perkara-perkara maksiat. 2. Akhlak Terhadap Keluarga, seperti pergaulan dan komunikasi yang baik antara suami isteri, berbuat baik kepada kedua ibu bapa, menghormati yang lebih tua dan mengasihi orang-orang muda daripada kita. 3. Akhlak Terhadap Masyarakat, seperti sentiasa menjaga amanah, menepati janji, berlaku adil, menjadi saksi yang benar dan sebagainya. Akhlak dapat dibentuk dengan baik sekiranya kita benar-benar mengikuti lunas-lunas yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Antara jalan terbaik untuk membentuk akhlak yang mulia ialah : 1.
Mempunyai Ilmu Pengetahuan. setiap mukmin perlu mempelajari apakah yang dimaksudkan dengan akhlak terpuji (akhlak mahmudah) dan tahu membezakan dengan akhlak yang keji ( akhlak mazmumah ).
2.
Menyedari Kepentingan Akhlak Yang Diamalkan. Ini kerana akhlak merupakan cermin diri bagi seseorang muslim dan membawa imej Islam, malahan daya tarikan Islam juga bergantung kepada akhlak yang mulia.
3.
Mempunyai Keazaman Yang Tinggi, melalui keazaman yang tinggi dan kuat sahajalah jiwa seseorang dapat dibentuk untuk benar-benar menghayati sifat yang mulia. Akhlak dalam praktiknya ada yang mulia disebut akhlak mahmudah dan
ada akhlak yang tercela yang disebut akhlak madzmumah. Akhlak mulia adalah
17
akhlak yang sesuai dengan ketentuan-ketentuanan yang diajarkan Allah dan RasulNya sedangkan akhlak tercela ialah yang tidak sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah dan rasul-Nya. Kemudian dari pada itu, kedua kategori akhlak tersebut ada yang bersifat batin dan ada yang bersifat lahir. Akhlak batin melahirkan akhlak lahir. Menurut al-Ghazali sendi akhlak mulia ada empat: hikmah, amarah, nafsu, keseimbangan di antara ketiganya. Keempat sendi tersebut melahirkan akhlakakhlak berupa: jujur, suka memberi kepada sesama, tawadlu, tabah, tinggi cita-cita, pemaaf, kasih sayang terhadap sesama, menghormati orang lain, qana’ah, sabar, malu, pemurah, berani membela kebenaran, menjaga diri dari hal-hal yang haram. Sedangkan empat sendi akhlak batin yang tercela adalah keji, bodoh, rakus, dan aniaya. Empat sendi akhlak tercela ini melahirkan sifat-sifat berupa: pemarah, boros, peminta, pesimis, statis, putus asa. Akhlak mulia dalam kehidupan sehari diwujudkan baik dalam hubungannya dengan Allah – akhlak terhadap Allah, antara lain: tauhid, syukur, tawakal, mahabbah; hubungannya dengan diri sendiri – akhlak terhadap diri sendiri, antara lain: kreatif dan dinamis, sabar, iffah, jujur, tawadlu; dengan orang tua atau keluarga – akhlak terhadap orang tua, antara lain: berbakti, mendoakannya, dll.; hubungannya dengan sesama – akhlak terhadap sesama atau masyarakat, antara lain: ukhuwah, dermawan, pemaaf, tasamuh; dan hubungannya dengan alam – akhlak terhadap alam, antara lain: merenungkan, memanfaatkan.
Hubungan Moral, Akhlak dan Etika Jika dilihat dari maknanya maka persamaan dari moral, akhlak dan etika adalah pada fungsinya. Semua berfungsi pada pengarah atau petunjuk agar seseorang mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buru. Dengan itu manusia diharapkan senantiasa melakukan perbuatan-perbuatn yang baik, agar tercipta masyarakat yang warganya berperilaku baik dan sopan.
18
Jika dilihat dari sisi sumber, etika bersumber pada rasio sedangan akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadist sementara rasio hanya mendukung terhadap apa yang dikemukakan oleh Al-Quran dan Hadist. Sementara moral umumnya berdasarkan pada ketentuan atau kebiyasaan umum yang berlaku dimasyarakat. Selain itu etika bersifat teoritis sementara moral dan akhlak lebih bersifat praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan buruk, akhlak berbicara soal baik dan buruk, benar dan salah, layak dan tidak layak, sementara itu etika lebih berbicara kenapa perbuatan itu dikatakan baik atau buruk. Etika menyelidiki, memperhatikan dan mempertimbangkan tentang yang baik dan buruk, moral menyatakan ukuran yang baik tentang tindakan itu dalam kesatuan sosial tertentu, moral itu hasil dari penelitian etika. Akhlak karena bersumber pada wahyu maka ia tidak bisa berubah. Akhlak dalam islam bersifat tetap dan tidak bisa diubah-ubah oleh pemikiran manusia. Apa yang dikatakan baik oleh Al-Quran dan apa yang dikatakan buruk oleh Hadist maka smapai kapanpun akan seperti itu. Meskipun akhlak bersumber pada Al-Quran dan Hadist sedangkan moral dan etika bersumber pada akal atau budaya sertempat, tetap saja bahwa semuanya mempunyai keterkaitan yang sangat erat.
Akhlak kepada Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai khalik. Akhlak terhadap Allah diantara lain, yaitu : A. Cinta dan ikhlas kepada Allah SWT. B. Berbaik sangka kepada Allah SWT. C. Rela terhadap qada dan qodar dari Allah SWT. D. Bersyukur atas nikmat Allah SWT.
19
E. Bertawakkal/berserah diri kepada Allah SWT. F. Senantiasa mengingat Allah SWT.
Akhlak kepada orang tua
A. Mendengarkan nasihat-nasihatnya dengan penuh perhatian, mengikuti anjuran dan tidak melarang aturannya. B. Tidak membentak kedua orang tua, menyakiti hatinya, apalagi memukul. Kedua orang tua harus dirawat dengan baik. C. Bersikap diri dan mendo’akan agar mereka selalu dalam ampunan dan kasih sayang Allah SWT. D. Menjaga nama baik kedua orang tua.
Akhlak kepada sesama manusia
A. Menolong dan membantunya bila sedang membutuhkan bantuan atau pertolongan. B. Menghindari berkata buruk atau menyakiti hati orang lain.
Akhlak kepada diri sendiri Macam-macam akhlak terhadap diri sendiri ada dua, yaitu:
A.
Berakhlak terhadap jasmani :
1. Menjaga kebersihan Islam menjadikan kebersihan sebagian dari iman. Seseorang muslim harus suci, bersih dari pakaian maupun tempat, terutama saat akan melaksanakan beribadah kepada Allah, disamping suci dari kotoran maupun hadas.
20
2. Menjaga makan dan minum Makan dan minum merupakan kebutuhan vital bagi tubuh manusia, jika tidak ada makan dan minum dalam keadaan tertentu yang normal maka manusia akan mati. Allah SWT memerintahkan kepada manusia agar makan dan minum dari yang halal dan tidak berlebihan. 3. Menjaga kesehatan Menjaga kesehatan bagi seorang muslim adalah wajib dan merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT dan sekaligus melaksanakan amanah dari-Nya. 4. Berbusana yang alami Dari segi kebutuhan alaminya, badan manusia perlu ditutup dan dilindungi dari gangguan bahaya alam sekitarnya, seperti dingin, panas dll. Karena itu Allah SWT memerintahkan manusia menutup auratnya dan Allah menciptakan bahan-bahan di alam ini untuk dibuat pakaian sebagai penutup badan. B.
Akhlak terhadap jiwa :
1. Bertaubat dan menjahukan diri dari dosa Taubat adalah meninggalkan seluruh dosa dan kemaksiatan, menyesali perbuatan dosa yang telah lalu dan berkeinginan teguh untuk tidak mengulangi lagi perbuatan dosa tersebut pada waktu yang akan datang. 2. Bermuraqabah Muraqabah adalah rasa kesadaran seorang muslim bahwa dia selalu diawasi oleh Allah SWT. Dengan demikian dia tenggelam dengan pengawasan Allah dan kesempurnaan-Nya sehingga ia merasa akrab, merasa senang, merasa berdampingan, dan menerima-Nya serta menolak selain Dia. 3. Bermuhasabah
21
Yang dimaksud dengan muhasabah adalah menyempatkan diri pada suatu waktu untuk menghitung-hitung amal hariannya. Apabila terdapat kekurangan padayang diwajibkan kepadanya maka menghukum diri sendiri dan berusaha memperbaikinya. 4. Muhajadah Mujahadah adalah berjuang, bersungguh-sungguh, berperang melawan hawa nafsu. C.
Berakhlak terhadap akal
1. Menuntut ilmu Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim, sekaligus sebagai bentuk akhlak seorang muslim. Muslim yang baik, akan memberikan porsi terhadap akalnya yakni berupa penambahan pengetahuan dalam sepanjang hayatnya.
2. Memiliki spesialisasi ilmu yang dikuasai Setiap muslim harus mempunyai bidang spesialisasi yang ditekuninya. Spesialisasi ini tidak harus bersifat ilmu syariah, namun bisa juga dalam bidang-bidang lain, sperti ekonomi, tehnik, politik dll. 3. Mengajarkan ilmu kepada orang lain Termasuk akhlak muslim terhadap akalnya adalah menyampaikan atau mengajarkan apa yang dimilikinya kepada orang yang membutuhkan ilmunya. 4. Mengamalkan ilmu dalam kehidupan Diantara tuntutan dan sekaligus akhlak terhadap akalnya adalah merealisasikan ilmunya dalam “alam nyata” karena akan berdosa seorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya. 22
BAB III PENUTUP Adapun sebagai penutup dari makalah ini , kami dapat menarik kesimpulan dan saran sebagai berikut: A.
KESIMPULAN
1. Bahwa pada hakekatnya agama terutama islam merupakan sumber moral utama dalam kehidupan bermasyarakat karena di dalam agama di ajarkan mana akhlak yang baik dan mana akhlak yang buruk dan apa yang dilarang dan apa yang diperbolehkan. 2. Dalam pembangunan suatu peradaban pembangunan moral sangatlah mutlak karena suatu pembangunan tanpa moral yang kuat akan hanya membawa pembangunan itu kepada suatu kehancuran. 3. Manusia harus memiliki moral dan akhlak yang baik karena tanpa moral dan akhlak yang baik manusia itu akan hancur dan hanya menjadi pengikut dari paham-paham yang menyimpang di dunia ini. 4. Dalam agama islam ajaran tentang moral dan akhlak telah menjadi inti dari penyebaran agama islam. B.
SARAN
1.
Dalam pendidikan hendaknya tidak hanya ditanamkan hanya pengajaran tentang ilmi-ilmu ilmiah tapi juga yang paling penting adalah penanaman moral dan akhlak mulia pada peserta didik.
2.
Dalam pembahasan moral dan akhlak mulia hendaknya dibahas secara tuntas namun mudah dijangkau dalam pemikiran sehingga tidak tumbuh tindakantindakan yang tidak benar mengatasnamakan moral.
3.
Moral dan akhlak mulia hendaknya tidak hanya dipelajari saja, namun diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
23
DAFTAR PUSTAKA
http://agama.kompasiana.com/2010/08/16/agama-adalah-akhlak-mulia/ http://id.wikipedia.org/wiki/Agama#Definisi http://publishing.mizan.com/index.php?fuseaction=buku_full&id=2683 http://www.slideshare.net/reginarifenty/makalah-manusia-agama-dan Ahmad Amin, Etika (Akhlak), Bulan Bintang, Jakarta, 1993 Amir Dain Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, Usaha Nasional, Surabaya, 1973 http://ruslantara06.blogspot.com/2013/04/persamaan-dan-perbedaan-antara.html http://yesisanrhadita.wordpress.com/2012/11/08/akhlaktasawuf-persmaan-danperbedaad-sertaketerkaitan-akhlak-etoka-moral-kesusilaan-dan-kesopanan/ http://rusmini-andiani.blogspot.com/2012/10/penerapan-etika-moral-dan-akhlakdalam.html http://slavinovic.blogspot.com/2011/09/agama-sebagai-sumber-moral-danakhlak.html
24