PENGENALAN KARAKTER TAKSONOMI UNTUK IDENTIFIKASI AVERTEBRATA
Oleh : Nama : Firli Dwi Aprilia NIM : B1A015142 Rombongan : VI Kelompok : 5 Asisten : Rizky Fajar Azkia
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN I
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2017
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beranekaragam makhluk hidup dapat kita temui di dunia ini baik tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Seperti halnya tumbuhan, pada hewan juga seringkali kita jumpai adanya persamaan-persamaan yang sejenis. Hal demikian karena jumlah dari berbagai hewan yang hidup di alam sangatlah beragam dan banyak. Sehingga, dari persamaan itulah maka, jenis-jenis hewan tersebut dapat dikelompokkan menurut ciri-ciri yang dimiliki, bentuk, jenis, siklus hidup, habitat, habitat, maupun cara perkembangbiakannya (Waluyo, 2010). Ilmu yang mempelajari prinsip dan cara klasifikasi makhluk hidup disebut taksonomi atau sistematik. Anggota dari masing-masing kelompok memiliki sifat atau ciri khas tertentu yang membedakan dengan anggota dari kelompok lainnya, atau sering disebut dengan karakter taksonomi. Karakter taksonomi meliputi karakter kualitatif (diekspresikan dengan gambar atau kata-kata), misalnya warna dan bentuk, dan karakter kuantitatif (dapat dihitung atau diukur), misalnya jumlah kaki dan jari (Radiopoetro, 1991). Hewan avertebrata dikelompokkan atas dasar banyaknya sel penyusun tubuh, banyaknya lapisan tubuh pada perkembangan embrio metazoa, struktur atau konstruksi tubuh hewan metazoa, kesimetrian tubuh, pembentukan mulut dan anus, kondisi rongga tubuh, t ubuh, ada tidaknya lofofora, metamerisme dan tagmatisasi. Berdasarkan kedelapan pengelompokan tersebut, yang termasuk ciri morfologi diantaranya
kesimetrian tubuh
Golongan-golongan
hewan
dan
avertebrata
ada
tidaknya
antara
lain
segmentasi Cnidaria,
tubuh.
Ctenopora,
Echinodermata, Annelida, Insecta, dan Crustacea (Bullough, 1960).
B. Tujuan
Tujuan praktikum acara Pengenalan Karakter Taksonomi untuk Identifikasi Avertebrata, antara lain : 1.
Praktikan mengetahui pengertian dan beberapa contoh dari karakter taksonomi hewan avertebrata
2.
Praktikan mengetahui karakter morfologi dari beberapa jenis hewan avertebrata.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Sistematika didefinisikan sebagai kajian keilmuan dari jenis-jenis dan keragaman makhluk hidup dan sebagian atau semua hubungan yang terjadi di antara mereka (Simpson, 1961). Taksonomi adalah mekanisme yang digunakan untuk mengelompokan sesuatu menurut hubungannya dengan yang lain. Di bidang ilmu pengetahuan
misalnya,
taksonomi
adalah
sarana
yang
digunakan
untuk
mengklasifikasikan tumbuhan dan satwa dalam urutan yang sistematik dan logis (Bastable, 2002). Pada perkembangannya, kata taksonomi dan sistematika sering digunakan sebagai padanan, dengan pengertian yang sama. Padahal sebenarnya taksonomi dan sistematika memiliki perbedaan yaitu taksonomi hanya membahas suatu spesies kedalam penggolangan taksa-taksa, sedangkan sistematika membahas sampai karakter pada spesies tersebut seperti habitat, morfologi, fisiologi, dan lain sebagainya,
namun
pada
hakikatnya
taksonomi
dan
sistematika
dalam
pembelajarannya tidak dapat dipisahkan. Penggolongan suatu spesies memerlukan adanya karakter taksonomi (Yatim, 1987). Taksonomi adalah proses pengelompokan suatu hal berdasarkan hierarki (tingkatan) tertentu (Ereshefsky, 2007). Kata taksonomi diambil dari bahasa Yunani tassein Yunani tassein yang berarti untuk mengelompokkan dan nomos nomos yang berarti aturan. Taksonomi merupakan cabang ilmu Biologi yang mempelajari penggolongan atau sistematika makhluk hidup (Haqqi et al., 2016). Sistematika
bertujuan
untuk
memahami
dan
mendeskripsikan
keanekaragaman suatu organisme, merekonstruksi hubungan kekerabatan antara organisme satu terhadap organisme lainnya, mendokumentasikan perubahan perubahan yang terjadi terja di selama evolusinya dan merubahnya ke k e dalam sebuah sistem klasifikasi yang mencerminkan evolusinya tersebut. Biosistematika memiliki tiga tingkatan yang menyangkut taksonomi dan filogenetik yaitu : 1. taksonomi taksonomi alfa alfa (merupakan upaya untuk menemuan, mendeskripsikan dan pemberian nama suatu individu / spesimen), 2. taksonomi beta ( beta ( yaitu upaya penempatan suatu spesimen / individu yang sudah di tentukan nama ilmiahnya ke dalam suatu hirarki taksonomi), 3. taksonomi gamma gamma (merupakan studi variasi genetik dalam suatu spesies dengan tujuan melihat variasi intra-populasi sampai laju evolusi dari suatu populasi) (Radiopoetra, 1983).
Karakter taksonomi adalah atribut unik yang dipakai untuk mengenali suatu taksa yang membedakannya dengan taksa yang lain. Atribut tersebut berfungsi sebagai dasar pengelompakan makhluk ke dalam taksa- taksa tertentu. Karakter dapat berupa warna, bentuk dan struktur organ organ tertentu dari suatu taksa (Yatim, 1987). Tubuh hewan terdiri atas jaringan-jaringan atau sekelompok sel yang mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Jaringan dengan struktur yang khusus memungkinkan mereka mempunyai fungsi dan spesifik, misalnya otot-otot jantung yang bercabang menghubungkan sel jantung yang lain. Tubuh terdiri atas banyak lapis sel,dan dibedakan atas berbagai fungsi kegiatan hidup. Jumlah sel ribuan sampai milyaran. Sel – – sel sel yang memiliki bentuk, susunan dan fungsi yang sama disebut jaringan (Wildan, 1982). Simetri adalah suatu keadaan pada tubuh organisme yang apabila dibagi oleh suatu bidang tertentu maka kedua belahannya yang satu merupakan bayangan cermin dari yang lain (Radiopoetro, 1983). Simetri tubuh terdiri atas dua bangun, yaitu simetri radial dan simetri bilateral. Simetri radial adalah suatu tipe simetri pada tubuh yang secara radial mengelilingi suatu sumbu pusat tunggal. Tubuh hewan, tidak jelas sisi kanan dan kirinya, karena masing-masing busur sisi tubuh, identik terhadap busur lainnya. Apabila suatu s uatu irisan iris an diarahkan ke setiap dua radius yang berlawanan, maka irisan tersebut akan membagi tubuh hewan avertebrata simetri radial menjadi dua tengahan yang serupa. Contoh: hewan-hewan dari phyla Cnidaria dan Ctenophora. Ctenophora adalah sebuah divisi dari metazoa laut. Morfologi ctenophore ditandai dengan adanya satu set delapan baris sisir yang disebut dengan cilia dan digunakan untuk berenang. Kebanyakan ctenophora memiliki sepasang tentakel makanan yang mengandung sel-sel khusus yang disebut perekat colloblasts (Ryan et al., 2010). Hewan dengan simetri bilateral berarti mampu menjadi dibelah dua menjadi dua bagian yang sama sehingga satu bagian adalah bayangan cermin dari yang lain. Tubuh hewan simetri bilateral, menunjukan pembagian yang jelas antara kepala, thoraks dan abdomen. Contoh : classis Insecta dari phylum Arthtropoda (Jasin, 1989). Simetri radial adalah tipe simetri dimana tubuh secara mendasar membentuk silindris dan bagian-bagian tubuh secara radial mengelilingi satu sumbu tunggal, yang mengarah ke kedua ujung. Simetri bilateral adalah tipe simetri tubuh yang jika dibagi dua menurut antero-posterior akan menghasilkan paruhan yang sama seperti suatu benda dengan banyangannya dicermin. Dari segi pembentukan anus dan mulut,
hewan avertebrata memiliki proses pembentukan mulut dan anus yang berbeda pada saat perkembangan embrio, terutama pada saat tahap gastrula. Jika lebih dahulu pembentukan mulut (bukaan anterior) daripada anus (bukaan posterior) disebut “ Protostomia”, Protostomia”, dan kelompok hewannya disebut Protostomata. Protostomata. Jika yang terjadi sebaliknya
disebut Deuterotomia, Deuterotomia,
sedangkan
kelompok
hewannya
disebut
Deuterostomata Deuterostomata (Suhardi, 1983). Deskripsi tubuh organisme dari kelompok taksonomi tertentu berbagai bangunan tentu mencakup karakteristik simetri. Sebuah deskripsi menyeluruh dan pemahaman tentang pola perkembangan dan struktur organisme membutuhkan pemahaman tentang simetri tubuh (Kosevich, 2014). Avertebrata atau invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana daripada kelompok hewan bertulang belakang. Sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan vertebrata. Menurut kondisi rongga tubuh, hewan avertebrata ada yang tidak memiliki rongga tubuh, disebut Aselomata. Aselomata. Hewan yang memiliki rongga tubuh semu, yaitu rongga tubuh belum dilengkapi dengan peritonieum (mesoderm) mesoderm) yang disebut Pseudoselomata. Pseudoselomata. Hewan yang telah memiliki rongga tubuh yang sempurna, yaitu telah memiliki peritonium di bagian luar dan dalam untuk melindungi saluran pencernaan disebut Peritoneum visceralis visceralis atau Selomata. Selomata. Beberapa hewan avertebrata mengalami proses metamerisme dan tagmatisasi (Suhardi, 1983). Metamerisme adalah suatu gejala tubuh hewan avertebrata yang terdiri atas satu seri segmen atau somit yang tersusun secara linier sepanjang tubuh anterior – posterior. Tagmatisasi adalah suatu pola tubuh hewan avertebrata matamerik matamer ik dimana beberapa atau banyak segmennya berfungsi menyusun beragam fungsi (disebut tagma). Setiap tagma secara struktural dan fisiologis berbeda, tagma kepala berfungsi dalam makan, tagma thorax berfungsi dalam lokomosi, dan tagma abdomen berfungsi dalam reproduksi (Suhardi, 1983). 1983).
BAB III. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat – – alat alat yang digunakan pada praktikum acara Pengenalan Karakter Taksonomi untuk Identifikasi Invertebrata adalah bak preparat, pinset, sarung tangan karet ( gloves), gloves), masker dan alat tulis. Bahan – bahan yang digunakan pada praktikum acara Pengenalan Karakter Taksonomi untuk Identifikasi Invertebrata adalah Bekicot ( A ( Acchatina fulica), Cacing Tanah ( Pheretima Pheretima sp.), Capung (Orthetrum ( Orthetrum sabina), sabina), Belalang (Valanga (Valanga sp.) dan alkohol 70%.
B. Metode
Metode yang dilakukan pada praktikum acara Pengenalan Karakter Taksonomi untuk Identifikasi Avertebrata antara lain: 1.
Beberapa preparat hewan avertebrata yang telah disiapkan diidentifikasi
2.
Hasil identifikasi hewan dibuat kedalam bentuk deskripsi
3.
Hewan
avertebrata
yang
telah
dideskripsi
dimasukkan
pengamatan 4.
Laporan sementara dibuat berdasarkan hasil praktikum.
kedalam
tabel
DAFTAR REFERENSI
Bastable B. S., 2002. Perawat 2002. Perawat sebagai Pendidik. Jakarta: Pendidik. Jakarta: EGC. Bullough, W. S. 1960. Practical Invertebrate Anatomy. New York: St Martin’s Press. Ereshefsky, M. 2007. Systematic and Taxonomy. Canada: Taxonomy. Canada: University of Ucalgary. Haqqi, A., Mohamad, A., Umie, L. 2016. Pengembangan Buku Suplemen Pendekatan Molekuler Taksonomi Hewan Vertebrata. Jurnal Pendidikan. Pendidikan. 1: 1180-1184. Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Invertebrata dan Vertebrata. Vertebrata . Surabaya: Sinar Wijaya. Kovesich, I. 2014. Symmetry in Colonies of Thecate Hydroids (Cnidaria, Hydroidomedusa, Leptomedusae) Transition from Radial to Bilateral Symmetry. Paleontological Symmetry. Paleontological Journal. 48: 1172-1182. Radiopoetro. 1983. Zoologi. 1983. Zoologi. Erlangga, Jakarta. Ryan F, Joseph. Pang, Kevin. Mullikin C, James. Mark Q Martindale Q, Mark. Baxevanis D, Andreas. 2010. The homeodomain complement of the ctenophore Mnemiopsis leidyi suggests that Ctenophora and Porifera diverged prior to the ParaHoxozoa. United States Goverment: Licensee BioMed Central Ltd. Simpson, G. G. 1961. Principles of Animal Taxonomy. Taxonomy. New York: Columbia University Press. Suhardi. 1983. Evolusi 1983. Evolusi Avertebrata. Avertebrata. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Waluyo, J. 2010. Biologi 2010. Biologi Umum. Jember: Umum. Jember: UPT Penerbitan Universitas Jember. Yatim, W. 1987. Biologi 1987. Biologi Modern-Biologi Sel Sel . Bandung: Gramedia.