LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FISIOLOGI TANAMAN (PNA3108)
ACARA I KETERBATASAN SOURCE (SUMBER) DAN SINK (LUBUK), PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
Disusun oleh: Nama
: Rivandi Pranandita Putra
NIM
: 10/ 304773/ PN/ 12175 12175
Golongan/Kelompok : C2/ C2/ 3 (Tiga) Nama Rekan
: 1. Rizki Fadillah R. (11879) 2. Ganang Ganang Rudianto Rudianto (11927) 3. Danang Hartanto (11960)
Nama co-asisten
4. Poppy Arisandy
(11973)
5. Restiyana Vita
(12075)
: 1. Rean Afina 2. Ellia Habib M.
LABORATORIUM ILMU TANAMAN PROGRAM STUDI AGRONOMI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012
ACARA I KETERBATASAN SOURCE (SUMBER) DAN SINK (LUBUK), PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN
I. TUJUAN
Mengetahui pengaruh keterbatasan sumber dan lubuk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tunggak (Vigna ( Vigna unguiculata L.). unguiculata L.).
II. TINJAUAN PUSTAKA
Pada proses fisiologi tanaman, dikenal source-sink . Source Source lebih dikenal sebagai bagian yang menghasilkan fotosintat, sedangkan sink dikenal sebagai bagian yang memanfaatkan fotosintat. Source Source yang paling utama pada tanaman adalah daun yang merupakan organ yang berfungsi menghasilkan fotosintat melalui proses fotosintesis; organ lain selain daun umumnya berfungsi sebagai sink , tetapi pada kondisi tertentu juga dapat berfungsi sebagai source. source. Buah terutama biji dikenal sebagai sink yang yang paling kuat, artinya paling rakus dalam mengambil fotosintat. Berdasarkan proses fisiologi ini, maka untuk dapat menghasilkan sink yang banyak berupa biji, diperlukan source source yang juga sebanding banyaknya berupa daun dan beberapa organ lain yang juga j uga berfungsi b erfungsi sebagai source source seperti batang dan ranting. Kecepatan tanaman untuk menghasilkan source dalam jumlah cukup besar sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Untuk menghasilkan source yang cukup banyak, diperlukan hara yang cukup. Apabila source source belum cukup banyak sementara sink sementara sink yang berupa bunga dan bakal buah serta biji sudah terbentuk cukup banyak, akan mengakibatkan tanaman tidak akan mampu memenuhi kebutuhan sink kebutuhan sink (Hartati, (Hartati, 2009). Umumnya sink dikategorikan ke dalam dua tipe, yaitu pemanfaatan (utilization ( utilization)) dan penyimpanan ( storage). storage). Biji dan ubi akar merupakan sink (limbung) reproduktif dan sink storage. storage. Namun, selain itu sink juga dapat diklasifikasikan menjadi sink permanen dan temporer. Akar-akar tempat akumulasi gula dan pati atau organ-organ yang termodifikasi seperti rhizoma, ubi, cormas, dll., dari tanaman perenial, annual, dan biannual adalah sink sink yang kuat selama fase vegetatif. Akan tetapi, selanjutnya sink-sink ini beralih fungsi menjadi source menjadi source pada pada saat tanaman akan memasuki fase pembungaan. Buah dan biji-biji yang
sedang berkembang adalah sink permanen yang sefatnya irreversibel karena buah atau biji pada akhirnya terabsisi dari tanaman induknya. Buah dan biji biasanya adalah adalah sink yang sangat kuat. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya tingkat impor asimilat. Terdapat suatu sistem yang kompetitif antar sink di dalam tanaman. Kemampuan sink untuk menarik asimilat disebut dengan sink strength. strength. Sink strength strength tiap-tiap organ sink akan berbeda berdasarkan fase pertumbuhan p ertumbuhan tanaman. Sink reproduktif reproduktif merupakan sink merupakan sink yang yang memiliki sink memiliki sink strength paling strength paling kuat dibandingkan sink dibandingkan sink lainnya. Pada fase vegetatif, terjadi asimilasi pati pada bagian akar ( sink sink storage) storage) yang akhirnya akan membentuk ubi. Setelah tanaman memasuki fase repoduktif, asimilat akan ditarik ke sink ke sink reproduktif (biji). Oleh karena itu, pemangkasan sink reproduktif diduga akan mengalihkan distribusi asimilat ke sink storage storage (ubi). Denagn demikian, hasil ubi akan meningkat (Nusifera et al ., ., 2011). Salah satu subjek paling penting dalam fisiologi tanaman adalah source dan dan sinks. sinks. Fakta bahwa source source atau atau sink dapat membatasi hasil tanaman merupakan sebuah tantangan bagi ahli-ahli fisiologi tanaman. Salah satu faktor efektif dalam mengubah ukuran sink ukuran sink dan source source adalah produksi hormon sitokinin. Dalam meningkatkan durasi luas daun dan memperlambat penuaan daun, sitokinin adalah jalan berbeda yang dapat menyebabkan source menyebabkan source meningkat. Hormon ini mempunyai peranan penting dan dasar dalam pembelahan sel endosperm pada biji serealia pada tahap pertama perkembangan biji, sehingga hormon ini memiliki efek yang baik pada ukuran sink . Untuk alasan tersebut, mengaplikasikan hormon ini dapat mengurangi keterbatasan sink keterbatasan sink atau source atau source dalam dalam upaya meningkatkan hasil tanaman (Alizadeh et al ., ., 2010). Daun merupakan sumber utama asimilasi pada tanaman. Pertumbuhan daun yang sedang berkembang pada dasarnya tergantung pada sumber pasukan ( source ( source). ). Laju fotosintesis secara umum rendah pada daun muda dan meningkat pada daun yang menua; sebagai akumulat karbohidrat, impor ke daun muda berhenti dan ekspor larutan gula dimulai. Pada fase awal pertumbuhan daun, daun adalah pengimpor karbon bersih ( sink ( sink ), ), pertumbuhannya tergantung terutama oleh pasokan substansi hasil import; setelah itu daun menjadi eksportir karbon bersih ( source) source) dimana pertumbuhannya tergantung terutama oleh proses fotosintesisnya sendiri. Stase perkembangan daun ini biasanya berlangsung beberapa beber apa hari atau minggu; daun pada tanaman dikotil berubah dari sink menjadi source ketika luas daun mencapai 30% hingga 60% (Marchi et al ., ., 2005).
Daun yang berumur tua memproduksi lebih banyak asimilat lebih dari kebutuhannya sendiri dan untuk alasan itu, ia mengekspor karbohidrat ekstra ke organ-organ tanaman lain. Mereka disebut source source dan tujuan produk fotosintesis ini disebut sink . Laju asimilasi/ transportasi asimilasi dari source dari source ke ke sink tergantung tergantung pada laju produksi asimilat di source di source di satu tempat, dan laju pemasukan produk ke sink ke sink pada pada tempat lainnya (Yosari et al ., ., 2009). Perpindahan materi/bahan fotosintetik dari sumber ke lubuk tergantung pada kapasitas produksi bahan fotosintetik dari satu tempat dan kapasitas konsumsi bahan hasil fotosintesis ke tempat lainnya. Ketidakseimbangan antara kedua faktor tersebut menyebabkan penurunan hasil tanaman. Dengan kata lain, keseimbangan antara lubuk dan sumber adalah faktor yang penting untuk mendapatkan hasil tanaman ta naman yang baik. Fokus pada sumber dan lubuk, mereka menjadi sistem dua komponen yang sederhana, sayangnya, analisis pada sistem ini tidak selalu dengan jelas mengidentifikasi proses pembatasan hasil tanaman (Khorasani et al ., ., 2012). Daun-daun yang berfungsi sebagai sumber utama akan kehabisan fotosintat. Pada kondisi ini, bakal biji yang merupakan lubuk yang sangat kuat akan menyerap fotosintat dari bagian tanaman lain seperti batang dan ranting. Pada kondisi ini, tanaman dapat kehabisan energinya sehingga mulai kelelahan dan sering terlihat mulai layu. Pada kondisi yang sanagt ekstrim, tanaman dapat mengalami kematian karena akar yang juga membutuhkan energi akan kekurangan energi untuk menyerap hara dari dalam tanah. Fenomena ini banyak dijumpai pada berbagai tanaman tahunan seperti tanaman buah-buahan (Taiz and Zeiger, 2002). Tanaman akan cepat kehabisan “energinya” sehingga tidak dapat berproduksi optimal. Untuk mengantisipasi hal tersebut, diperlukan dukungan teknik budidaya antara lain teknologi pemupukan, pengairan, pemangkasan (arsitektur kanopi), dan lain sebagainya yang sesuai agar tanaman dapat memberikan hasil yang optimal seperti yang diharapkan. Diperlukan waktu yang cukup bagi tanaman untuk melewati fase vegetatif untuk menghasilkan source source yang cukup banyak sebelum memasuki fase generatif untuk menghasilkan sink yang banyak. Bila source source dan sink seimbang, diharapkan tanaman yang akan dikembangkan oelh masyarakat dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan (Morachan, 1978). Sejak pembentukan hasil tanaman tergantung kepada aktivitas tanaman tua/ dewasa (sumber) dan bagian berkembang (lubuk), keterbatasan hasil tanaman dapat didiskusikan
dengan keterbatasan sumber dan lubuk. Keterbatasan sumber dan lubuk selama periode pengisian biji pada kedelai sudah diteliti pada aplikasi bentuk, defoliasi, dan pod removal treatments treatments selama proses pengisian biji. Eksperimen-eksperimen tersebut sudah diketahui banyak tentang karakteristik bahan kering (dry (dry matters); matters); akumulasinya di biji secara individu, dimana berkontribusi secara baik pada pemahaman lebih baik tentang pembentukan hasil tanaman kedelai (Proulx and Seth, 2009). Sejumlah ciri-ciri morfologis dan fisiologis sudah ditemukan berasosiasi dengan potensial hasil tanaman pada lingkungan panas. Temperatur tinggi menghasilkan tanaman dewasa yang prematur dan memperpendek periode aktivitas fotosintesis. Hasil tanaman tergantung pada jumlah pengguna per unit luas ( sink ( sink ) dan kemampuan asimilat ( source) source) untuk mengisi sink mengisi sink (Mohammadi, (Mohammadi, 2012).
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Fisiologi Tanaman Acara I yang berjudul Keterbatasan Source (Sumber) dan Sink (Lubuk), Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 9 Oktober 2012 di kebun percobaan dan pendidikan Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada di Banguntapan, Bantul, Yogyakarta. Dalam melaksanakan praktikum ini, digunakan beberapa bahan dan alat. Bahan yang digunakan adalah tanaman kacang tunggak ( Vigna unguiculata unguiculata L.). Tanaman kacang tunggak yang digunakan adalah tanaman di lahan milik petani. Sementara itu, alat-alat yang digunakan adalah timbangan, penggaris, gunting, oven, dan alat tulis. Cara kerja dalam praktikum ini dimulai dengan persiapan tanaman kacang tunggak yang ada di lahan milik petani. Selanjutnya dibuat blok, di dalam blok termuat setiap perlakuan yang akan diuji. Perlakuan yang digunakan digunakan ada tiga, yaitu K (sebagai kontrol, tidak diberikan perlakuan apapun), D50 (daun tanaman ada yang dipotong sehingga tinggal 50% daun tersisa dari rata-rata kontrol), dan B50 (buah tanaman ada yang dipotong sehingga tinggal 50% buah tersisa dari rata-rata kontrol). Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali (masing-masing ulangan menggunakan satu tanaman sampel). Pemberian perlakuan dimulai ketika tanaman mulai membentuk bunga. Pengamatan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pada umur 7 minggu setelah tanam dan pada saat panen akhir (9 minggu setelah tanam). Variabel yang diamati meliputi luas daun, berat segar total (tajuk dan akar), jumlah daun, berat kering total (tajuk dan akar), akar) , jumlah jumla h buah, berat buah, dan berat kering biji. Dari hasil pengamatan, kemudian dihitung LAI (indeks luas daun), NAR (laju asimilasi bersih), CGR (laju pertumbuhan tanaman), dan HI (indeks panen). Setelah itu, dibuat persamaan regresi antara LAI dengan NAR, LAI dengan CGR, dan LAI dengan HI. Dibuat pula histogram luas daun, jumlah daun, serta histogram berat kering total. Adapun rancangan percobaan yang digunakan adalah RAKL (rancangan acak kelompok lengkap) dengan menggunakan kelompok sebagai blok.
IV. HASIL PENGAMATAN Tabel 1. Hasil Pengamatan Pengamatan Beberapa Variabel Tanaman
Jumlah Daun 6,00 a 6,00 a 3,00 b
Perlakuan Kontrol B 50 D 50
Luas Daun 4,54 a 3,57 a 3,85 a
Berat Segar Polong 3,74 a 2,54 a 1,51 a
Berat Berat Segar Kering 33,59 a 9,30 a 32,67 a 7,42 a b 23,79 a 5,48 b
Berat Kering Polong 3,03 a 2,79 a 0,98 b
Tabel 2. Hasil Analisis LAI, NAR, CGR, dan HI
Kontrol B 50 D 50
LAI 1,82 a 1,43 a 1,54 a
NAR 0,41 a 0,07 a 0,40 a
CGR 0,07 a 0,01 a 0,04 a
HI 0,26 a 0,30 a 0,13 a
Contoh Perhitungan :
NAR
NAR
W 2 W 1 ln La 2 ln La1 x T 2 T 1 La 2 La1
2,3 0,2
5
Keterangan:
3
x
ln 342 342 ,8 ln 49 ,8
342 342 ,8 49 ,8
W = berat kering total T = waktu La = luas daun
We
HI
HI HI
W 0,14 2,1
Keterangan:
4
2
68,28 x 10 g / cm / mggu
0,0683
W = berat kering total We = berat kering hasil (ekonomis)
Berat Kering Biji 2,47 a 1,93 a 0,63 a
V. PEMBAHASAN Yang dimaksud dengan sumber ( source) source) adalah bagian dari suatu tanaman yang menghasilkan fotosintat (hasil dari proses fotosintesis), sedangkan lubuk ( sink sink ) adalah bagian dari tanaman yang menggunakan menggunakan fotosintat. Terdapat beberapa faktor yang dapat membatasi suatu hasil : 1. Kemampuan Kemampuan tanaman melakukan melakukan fotosintesis sesudah pembungaan. pembungaan. Halini dipengaruhi oleh luas daun dan ketahanan daun agar tetap hijau. Ketebalan daun menunjukkan banyaknya jumlah klorofil dalam daun. Semakin tebal daun tersebut, maka jumlah klorofilnya semakin banyak sehingga mengakibatkan NARnya pun juga meningkat. Apabila NAR tersebut diimbangi dengan LAI optimum, maka pertumbuhan tanaman akan maksimal dan source source yang didapat dari fotosisntesis juga akan maksimal. 2. Kemampuan buah dari tanaman untuk menampung hasil fotosintesis. Apabila (lubuk atau sink ) buah memiliki daya tampung yang kecil untuk menampung menampung makanan dari source, source, maka penampakan penampakan hasil yang didapatkan akan kecil pula. Walaupun source source yang dihasilkan dari fotosintesis cukup besar, hal lain yang harus diperhatikan dalam mendapatkan makanan dari source selain source selain ukuran buah adalah jumlah daun dan kemampuan buah dalam bersaing dengan sink yang lainnya dalam satu tanaman. Jumlah buah dalam tanaman akan mempengaruhi tinggi rendahnya persaingan dalam tanaman tersebut. 3. Kemampuan jaringan pengangkut untuk mengalirkan hasil fotosintesis. Apabila jaringan pengakutnya dapat dengan baik menyalurkan menyalurkan makanan makanan kebuah ( sink ( sink ), ), maka kebutuhan makanan untuk buah tersebut t ersebut akan terpenuhi dan perkembangan dan pertumbuhannya akan baik pula. Agar dapat memanfaatkan radiasi matahari secara efisien dan menyimpan hasil fotosintesis tanaman memerlukan sistem transport untuk memindahkan hasil asimilasi dari daerah sintesis ke daerah pemanfaatan. Hasil aimilasi yang diproduksi oleh jaringan hijau ditranslokasikan ke seluruh tubuh tanaman untuk pertumbuhan, perkembangan, cadangan makanan, dan pengelolaan sel. Pembagian hasil aimilasi diantar oleh proses tersebut. Jadi, pembagian hasil asimilasi dan nutrien anorganik dapat mempengaruhi efisiensi produksi berat kering dan porsi berat kering dalam bagian tanaman yang dipanen. Source Source adalah organ tanaman yang aktif melakukan fotosintesis, misalnya daun dan organ tanaman lain yang mengandung klorofil. Organ-organ tanaman tersebut merupakan sumber yang melakukan fotosintesis kemudian menghasilkan asimilat yang dimanfaatkan oleh organ tanaman yang lain atau sink atau sink . Kemampuan source Kemampuan source atau atau sumber untuk menghasilkan asimilat terbatas. Sebagai contoh, yang bertindak sebagai sumber pada mentimun yaitu daun, kulit, dan batang yang berwarna hijau. Apabila daun mempunyai luas yang cukup, maka daun mempunyai ketahanan untuk menjaga kehijauannya, dan efisiensi fotosintesisnya yang tinggi maka sumber bisa dikatakan mempunyai kemampuan kemampuan yang tinggi untuk menghasilkan asimilat yang optimal.
Untuk membuktikan bahwa kemampuan sumber bisa mempengaruhi hasil dengan mempengaruhi pertumbuhannya pertumbuhannya pada praktikum ini dicoba untuk membatasi membatasi kinerja sumber dengan memberikan memberikan perlakuan pengurangan daun yang dibandingkan dengan kontrol. Tanaman Tanaman yang diperlakukan, daunnya dihilangkan sampai jumlahnya berkurang sebanyak 50 % (D 50) dari tanaman kontrol. Apabila hasil tanaman mentimun berkurang maka diketahui bahwa sumber menjadi faktor pembatas, tetapi jika hasil tanaman mentimun tidak berpengaruh atau tanaman mentimun meningkat maka sumber bukan merupakan faktor pembatas. Sink (lubuk) adalah bagian tanaman yang berfungsi sebagai pengguna hasil fotosintesis fotosi ntesis atau asimilat. Kemampuan lubuk itu ditunjukkan dengan melihat kemampuan buah untuk menampung hasil fotosintesis. Laju fotosintesis akan berkurang sampai laju yang sesuai dengan kemampuan menerima hasil asimilasi oleh daerah pengguna. Agar fotosintesis daun dapat mencapai laju maksimum, daerah pemanfaatan harus dapat memanfaatkan seluruh hasil asimilasi yang dihasilkan. Dalam hal ini, pembagian akan dikendalikan oleh kekuatan daerah pemanfaatan, yaitu tersedianya daerah pemanfaatan dan laju pemanfaatan hasil asimilasi oleh daerah pemanfaatan yang tersedia. Selain itu, kapasitas sumber atau source source juga dibatasi oleh kemampuan daerah pengguna memanfaatkan asimilat. Apabila daerah tersebut tidak mampu memanfaatkan asimilat yang semakin meningkat, maka akan terjadi penimbunan gula secara terus-menerus dalam sistem (jaringan sumber). Hal ini akan menjadi suatu hambatan umpan balik yang dapat mengurangi laju fotosintesis. Untuk mendukung kemampuan lubuk, suatu tanaman harus mempunyai jumlah, ukuran buah, dan juga kemampuan bersaing dengan lubuk yang lain yang cukup. Untuk mengetahui pengaruh lubuk maka pada praktikum ini diamati tanaman t anaman yang sudah dihilangkan bunganya sebanyak 50% dari tanaman kontrol, dalam hal ini hanya disisakan 2 bunga pada perlakuan B 50%. Namun, harus diingat pula tingginya hasil asimilat tersebut juga dipengaruhi oleh transportasi hasil fotosintesis sehingga sangat dipengaruhi oleh kemampuan jaringan pengangkut untuk mengalirkan hasil fotosintesis tersebut. Kompetisi dapat terjadi antar bagian-bagian tanaman seperti daun, batang, daun, dan buah. Daun selain sebagai penghasil fotosintesis, juga sebagai pengguna hasil fotositesis tersebut, terutama pada daun yang masih muda karena klorofilnya belum berkembang sempurna sehingga daun tersebut belum dapat berfotosintesis berfotosintesis dan menghasilkan menghasilkan asimilat. Untuk mendapatkan mendapatkan energi untuk pembelahan pembelahan sel dan proses-proses lain, daun muda tersebut akan mengambil hasil fotosintesis dari daun lain yang sudah berfotosintesis maupun dari cadangan makanan. Selain daun muda, daun yang telah dewasa juga membutuhkan membutuhkan hasil fotosintesis fotosintesis untuk pembelahan pembelahan sel dan untuk untuk mendapatkan mendapatkan energi. energi. Selain itu, daun yang sudah tua tidak dapat lagi aktif berfotosintesis sehingga daun ini juga akan menyerap hasil fotosintesis dari daun lain. Dalam hal ini daun akan berkompetisi dengan bagian bagian tanaman tanaman yang lain seperti batang dan buah dalam pengambilan hasil fotosintesis. Organ tersebut juga merupakan organ yang mengambil asimilat dari source dari source..
Pembagian hasil asimilasi biasanya diberikan ke daerah pemanfaatan yang terdekat dengan sumber. Misalnya, daun-daun sebelah atas, pada dasarnya mengekspor ke puncak batan dan daundaun sebelah tengah ke keduanya. Pada derah pemnfaatan ( sink ( sink ), ), karbohidrat diabsorbsi dan dibagikan secara aktif menjadi bagian penyusun sel atau diubah menjadi karbohidrat lainnya. Apabila sink tidak tidak dapat memanfaatkan memanfaatkan hasil fotosintesis yang meningkat, maka akan terjadi penimbunan gula yang terus menerus dalam sistem menjadi hambatan umpan balik yang berakibat pengurangan fotosintesis. Laju fotosintesis akan berkurang sampai sampai laju yang sesuai dengan kemampuan sink memanfaatkan memanfaatkan hasil fotosintesis tersebut. Pada percobaan ini dilakukan 3 macam perlakuan, yaitu kontrol, D50 (daun dipotong hingga tinggal 50% dari rata-rata kontrol), dan B50 (buah dipotong hingga tinggal 50% dari buah kontrol). D50 merupakan pengurangan jumlah source, source, sedangkan B50 merupakan pengurangan jumlah lubuk. Melalui percobaan ini dapat diketahui pengaruh keterbatasan keterbatasan sumber dan lubuk terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tunggak (Vigna ( Vigna unguiculata). unguiculata). Dari pengamatan yang dilakukan kemudian dibuat grafik dan histogram.
Jumlah Daun 7 6 5
n u a 4 D h a l 3 m u J
Kontrol B 50
2
D 50
1 0 7 MST
9 MST Umur Tanaman
Gambar 1. Histogram Jumlah Daun Tanaman Korban Umur 7 dan 9 MST Berdasarkan histogram di atas, dapat dilihat bahwa pada umur 7 MST, jumlah daun tanaman yang diperlakukan kontrol dan B50 adalah sama-sama 6 helai daun dan pada tanaman yang diperlakukan D50 adalah 3 helai daun. Pada umur 9 MST, jumlah daunnya juga sama seperti pada umur 7 MST, dimana tanaman kontrol dan B50 sama-sama memiliki jumlah daun 6 helai dan tanaman perlakuan D50 memiliki jumlah daun 3 helai.
Pada tanaman semusim, pertumbuhan vegetatif umumnya diakhiri oleh reproduksi. Daun, batang, dan bagian-bagian vegetatif lainnya tidak hanya gagal untuk bersaing dalam hal hasil asimilasi yang diprosuksi oleh pemasakan buah, tetapi sampai batas tertentu organorgan vegetatif tersebut akan menyumbangkan karbon dan mineral yang telah tertimbun sebelumnya melalui proses mobilisasi dan redistribusi. Proses ini mempercepat penuaan dan akhirnya berakibat matinya tanaman. Dari histogram tersebut, dapat dilihat bahwa jumlah daun pada perlakuan D50 memiliki jumlah daun yang paling banyak. Hal ini dapat terjadi karena fotosintat tanaman pada perlakuan tersebut digunakan untuk perkembangan dan pertumbuhan jumlah daun. Pada perlakuan lainnya hasil fotosintat lebih dialokasikan kepada pertumbuhan dan perkembangan buah kacang tunggak pada masing-masing perlakuan. per lakuan. Pada perlakuan D50, bobot buah buah merupakan yang paling rendah. Daun muda maupun organ tanaman yang tidak atau belum memiliki klorofil yang sempurna ataupun yang belum dapat melakukan proses fotosintesis dan menghasilkan asimilat merupakan sink . Oleh karena itu, organ tersebut membutuhkan dan menggunakan asimilat yang diambil dari source. source. Daun muda yang sedang berkembang memerlukan hasil asimilasi untuk penyediaan energi dan kerangka karbon yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang sampai daun-daun itu dapat memproduksi hasil asimilasi yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa daun muda juga merupakan sink merupakan sink yang yang membutuhkan asimilat untuk proses pertumbuhannya. Asimilat diambil dari daun dewasa yang memiliki klorofil untuk proses fotosintesisnya dan menghasilkan asimilat. Pada perlakuan D 50, daun dirompes. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah keterbatasan source source dapat mempengaruhi pertumbuhan sink. Ketika daun dirompes, sumber yang dapat menghasilkan asimilat juga berkurang. Namun, dari pengamatan pada bobot total tanaman kacang tunggak yang menunjukkan hasil asimilat yang dihasilkan tanaman, pada perlakuan D50, tidak mempengaruhi asimilat yang dihasilkan oleh daun atau sumber pada perlakuan tersebut. Bobot buah pada perlakuan tersebut yang paling rendah. Keterbatasan hasil dapat dipengaruhi oleh 3 faktor, salah satunya adalah kemampuan buah untuk menampung hasil fotosintesis. Faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh kemampuan bersaing dengan pemakai atau sink . Dalam hal ini pada perlakuan D50, pertumbuhan dan perkembangan buah harus berkompetisi dengan pertumbuhan dan perkembangan daun muda. Dengan demikian, asimilat yang dihasilkan oleh source source dalam hal ini daun dewasa selain digunakan untuk pembentukan buah juga digunakan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Jika perlakuan perompesan tanaman atau pengurangan jumlah source source tidak mengurangi asimilat yang
didapatkan, maka keterbatasan jumlah source source tidak menjadi faktor pembatas pada asimilat yang dihasilkan. Akan tetapi, keterbatasan source source dapat menjadi faktor pembatas pada kuantitas maupun kuatitas buah yang dihasilkan. Pada perlakuan B50 dan kontrol, jumlah daun yang dihasilkan lebih sedikit bila dibandingkan dengan perlakuan D50. Keberadaan source source tetap, maka jumlah asimilat yang dihasilkan pun tetap. Hanya saja pengalokasian asimilat kepada sink yang berbeda. Pada perlakuan tersebut, asimilat dialokasikan untuk pengisian atau perkembangan buah mentimun dibandingkan dengan pertumbuhan vegetatif tanaman. Daun-daun muda dan juga buah merupakan sink merupakan sink atau atau lubuk karena organ tersebut tidak melakukan fotosintesis dan juga tidak menghasilkan fotosintat.
Luas Daun 5.00 4.50 4.00 ) 3.50 2 m d 3.00 ( n u 2.50 a D s 2.00 a u L 1.50
Kontrol B 50 D 50
1.00 0.50 0.00 7 MST
9 MST Umur Tanaman
Gambar 2. Histogram Luas Daun Tanaman Korban Umur 7 dan 9 MST Berdasarkan histogram luas daun di atas, dapat diketahui bahwa luas daun tanaman kacang tunggak pada umur 7 MST yang paling tinggi adalah pada perlakuan B50 (4,507 dm2), kemudian diikuti dengan perlakuan kontrol (4,048 dm2) dan luas daun terendah adalah perlakuan D50 (1,939 dm2). Sementara itu, pada umur 9 MST, luas daun tertinggi adalah pada perlakuan kontrol (4,543 dm2), diikuti dengan perlakuan D50 (3,851 dm2) dan luas daun terendah adalah pada perlakuan B50 (3,851 dm2).
Dengan demikian, diketahui bahwa semakin banyak daun, maka luas daun juga akan semakin meningkat. Proses fotosintesis juga akan meningkat sehingga pertumbuhan tanaman semakin meningkat. Proses fotosintesis juga tidak lepas dari peran cahaya matahari. Respon terhadap intensitas cahaya tinggi dapat menguntungkan atau merugikan. Hal ini disebabkan tanaman memiliki ambang batas terhadap intensitas cahaya yang harus diterima. Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan rusaknya struktur kloroplas yang membantu proses metabolisme tanaman sehingga menyebabkan produktivitas tanaman menurun. Daun merupakan organ fotosintetik utama dalam tubuh tanaman, tempat terjadinya proses perubahan energi cahaya menjadi energi kimia dan mengakumulasikan dalam bentuk bahan kering. Luas daun mencapai puncak pada minggu kelima, kemudian turun pada minggu ke-7. Hal tersebut dapat disebabkan tanaman mentimun mengalami perkembangan luas daun setelah awal pertumbuhan, terjadi peningkatan yang cepat yang mendekati linier sampai fase pembungaan. Setelah mencapai maksimum, menurun dengan cepat c epat karena daun-daun bawah luruh. Selama fase pembuahan sampai fase masak fisiologis luas daun cenderung menurun. Pada awal pertumbuhan tanaman kacang tunggak, terlihat peningkatan sesuai bertambahnya umur tanaman, kemudian turun dan luas daun maksimum dicapai pada saat jumlah daun dan ukuran daun maksimum. Kemudian luas daun yang paling rendah adalah pada perlakuan D50, hal tersebut terjadi karena pada perlakuan tersebut jumlah daun telah dirompes sebanyak 50 % atau setengah dari perlakuan lainnya. Sedangkan, yang paling tinggi adalah pada perlakuan B50, yang jumlah daunnya lebih banyak daripada perlakuan D50. Pada perlakuan B50, jumlah bunga lebih sedikit daripada perlakuan kontrol sehingga dapat meminimalisir terjadinya kompetisi antar organ (yang berperan sebagai sink sebagai sink ). ). Pada perlakuan kontrol saat umur 9 MST, jumlah bunga lebih banyak daripada perlakuan B50. Pada perlakuan kontrol akan terjadi kompetisi substrat hasil fotosintesis atau asimilat yang akan dipergunakan dalam fase pembuahan. Oleh karena itu, s emakin banyak lubuk yang harus diisi sehingga pertumbuhan vegetatif untuk pertumbuhan luas daun dapat menurun jika dibandingkan perlakuan B50. Sedangkan, pada perlakuan B50, jumlah sink atau atau bunga lebih sedikit sehingga sumber dapat mengisi lubuk secara maksimal. Pengisian sumber kepada lubuk dapat lebih optimal, substrat hasil fotosintesis dapat sekaligus mengisi organ lubuk lainnya, misalnya pada daun-daun muda.
Asimilat dapat
digunakan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman termasuk pertumbuhan daun-
daun muda. Oleh karena itu, luas daun pada perlakuan B50 lebih tinggi daripada perlakuan kontrol lebih tinggi daripada perlakuan D50. Kemampuan daun untuk menghasilkan produk fotosintat ditentukan oleh produktivitas per satuan luas daun dan total luas daun. Daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis sehingga dengan luas daun yang optimum akan didapat hasil fotosintesis yang maksimum juga. Selain luas daun, proses fotosintesis juga dipengaruhi sinar matahari. Jika cahaya optimum, maka daun dapat melakukan fotosintesis secara maksimal. Luas daun yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan mutual shading . Hal ini mengakibatkan ada daun yang ternaungi oleh daun laindan menyebabkan kompetisi untuk memperebutkan cahaya matahari dan proses fotosintesis pun tidak akan maksimal. Dari perlakuan D50, B50, dan kontrol, luas daun yang paling tinggi pada perlakuan B 50. Hasil fotosintesis pada perlakuan tersebut tidak terlalu berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut dapat dilihat dari berat kering total tanaman kacang tunggak. Berat kering tanaman mengindikasikan jumlah fotosintat total (tanpa H 2O) yang dapat dihasilkan oleh tanaman. Dari bobot kering total tanaman dapat dilihat efektivitas fotosintesis tanaman kacang tunggak tersebut. Pada perlakuan lainnya, walaupun luas daunnya lebih rendah, bobot kering tanaman kacang tunggak tidak berbeda nyata dengan perlakuan B50. Oleh karena itu, dapat disimpulkan pada perlakuan D50 keterbatasan source source tidak menjadi faktor pembatas bagi kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis dan menghasilkan fotosintat. Namun, fotosintat yang dihasilkan pada perlakuan D50 menjadi faktor penghambat terhadap bobot buah kacang tunggak t unggak yang dihasilkan. Hal tersebut ters ebut menunjukkan bahwa keterbatasan source dapat menjadi faktor pembatas bagi pengisian fotosintat buah kacang tunggak yang ada pada tanaman perlakuan D50. Dari parameter bobot segar maupun bobot kering tanaman buah kacang tunggak, pada perlakuan D50 buah kacang tunggak menunjukkan bobot yang paling rendah jika dibandingkan dengan bobot segar maupun bobot kering buah kacang tunggak pada perlakuan tersebut.
Berat Kering Total 10.00 9.00 8.00 ) m a r g ( l a t o T K B
7.00 6.00 5.00
Kontrol
4.00
B 50
3.00
D 50
2.00 1.00 0.00 7 MST
9 MST Umur Tanaman
Gambar 3. Histogram Berat Kering (BK) Total Tanaman Korban Umur 7 dan 9 MST Berdasarkan histogram berat kering total di atas, dapat diketahui bahwa berat kering total tanaman kacang tunggak pada umur 7 MST yang tertinggi adalah pada perlakuan B50 (6,973 gram), kemudian diikuti dengan perlakuan kontrol (5,736 gram) dan berat kering terendah adalah perlakuan D50 (3,296 gram). Hal ini sama dengan histogram luas daun umur 7 MST, dimana urutan luas daun tertinggi adalah dari B50, kontrol, dan D50. Sementara itu, pada umur 9 MST, berat kering total tertinggi adalah pada perlakuan kontrol (9,303 gram), diikuti dengan perlakuan B50 (7,416 gram) dan luas daun terendah adalah pada perlakuan D50 (5,476 gram). Dari histogram diatas, dapat terlihat bahwa pada 7 MST berat kering tanaman yang paling tinggi adalah pada perlakuan B50 (6,973 gram),. Berat kering tanaman total menunjukkan asimilat yang dihasilkan tanaman pada pada masing-masing perlakuan. Pada perlakuan B50, daun dirompes, dengan demikian seharusnya tempat untuk menampung hasil fotosintesis/ fotosintat menurun. Akan tetapi, pada hasil yang didapatkan tidak demikian. Hal ini menunjukkan bahwa sink tidak menjadi faktor pembatas pada ketersediaan asimilat yang dihasilkan dari proses fotosintesis pada perlakuan B50. Berat kering buah menunjukkan hasil fotosintesis yaitu asimilat (tanpa air) yang ditranslokasikan ke buah tersebut. Pada perlakuan B50 bertujuan untuk mengetahui kemampuan buah dalam menampung hasil fotosintesis, terlihat bahwa pengurangan buah sebesar 50% dari kontrol justru dapat meningkatkan berat kering buah kacang tunggak.
Pengurangan buah akan mengurangi persaingan antara bagian vegetatif dan reproduktif dalam menggunakan hasil asimilat. Akibat pengguna ( sink ( sink ) berkurang, maka hasil fotosintesis dapat digunakan tanaman secara optimal untuk pembentukan buah yang tersisa. Buah akan semakin banyak mendapat hasil asimilat sehingga berat segarnya dan berat keringnya menjadi lebih tinggi. Meskipun jumlahnya berkurang, ukuran buah akan semakin besar karena sedikitnya persaingan dengan buah lain. Keterbatasan buah untuk menampung hasil fotosintesis dapat terjadi apabila kapasitas total semua tempat penyimpanan tanaman tidak cukup untuk mengasimilasi fotosintat yang dapat dihasilkan oleh source. source. Namun, pada perlakuan B50, sink tidak menjadi faktor pembatas pada ketersediaan hasil. Dapat terlihat dari berat kering buah kacang tunggak pada perlakuan B50 lebih besar daripada perlakuan kontrol sehingga buah ( sink ) pada perlakuan B50 masih dapat menerima asimilat dari source source walaupun jumlahnya terbatas. Pada perlakuan D50 daun dikurangi untuk mengetahui kemampuan tanaman melakukan fotosintesis sesudah penggunaan. Adanya pengurangan daun akan mengurangi banyaknya jumlah daun dan mengurangi besarnya indeks luas daun. Bahan kering atau hasil asimilat tanaman tersebut dimanfaatkan tanaman untuk pertumbuhannya serta digunakan untuk pengisian lubuk (buah).
Berat Segar Total 40.00 35.00 ) 30.00 m a r g 25.00 ( r a 20.00 g e S t a 15.00 r e B10.00
Kontrol B 50 D 50
5.00 0.00 7 MST
9 MST Umur Tanaman
Gambar 4. Histogram Berat Segar (BS) Total Tanaman Korban Umur 7 dan 9 MST
Dari histogram di atas, dapat diketahui bahwa pada umur 7 MST, urutan besarnya variabel berat segar tanaman total sama dengan variabel luas daun dan berat kering tanaman, dimana yang terberat adalah pada perlakuan B50 (33,773 gram), diikuti dengan perlakuan kontrol (27,95 gram), dan yang paling ringan adalah pada perlakuan D50 (23,786 gram). Pada umur 9 MST, urutan besarnya berat segar sama dengan urutan besarnya berat kering, dimana perlakuan kontrol memberikan bobot segar maksimal (33,593 gram), perlakuan B50 memberikan bobot sedang (32,670 gram), dan perlakuan D50 memberikan bobot segar total yang paling rendah (23,786 gram).
Berat Kering Biji 3.00 2.50
) m a r g 2.00 ( i j i B g 1.50 n i r e K t 1.00 a r e B
Kontrol B 50 D 50
0.50 0.00 7 MST
9 MST Umur Tanaman
Gambar 5. Histogram Berat Kering (BK) Biji Tanaman Korban Umur 7 dan 9 MST Berdasarkan histogram berat kering biji tersebut, dapat diketahui bahwa dari kontrol hingga ke B50 lalu ke D50 semakin mengalami penurunan. Baik pada umur 7 MST dan 9 MST, keduanya sama-sama menunjukkan berat kering biji tertinggi pada perlakuan kontrol, selanjutnya pada tanaman yang diperlakukan B50 dan yang menunjukkan berat kering biji terendah adalah pada perlakuan D50. Pada umur 7 MST, berat kering biji perlakuan kontrol, B50, dan D50 secara berturut-turut adalah 0,626 gram, 0,413 gram, dan 0,336 gram. Sementara itu, pada umur 9 MST, berat kering biji perlakuan kontrol, B50, dan D50 secara berturut-turut adalah 2,467 gram, 1,933 1,933 gram, dan 0,630 gram.
Berat Kering Polong 3.50
) m3.00 a r g ( g 2.50 n o l o2.00 P g n1.50 i r e K1.00 t a r 0.50 e B
Kontrol B 50 D 50
0.00 7 MST
9 MST Umur Tanaman
Gambar 6. Histogram Berat Kering (BK) Polong Tanaman Korban Umur 7 dan 9 MST Pada histogram di atas, diketahui bahwa pada umur 7 MST dan 9 MST, keduanya sama-sama menunjukkan berat kering polong tertinggi pada perlakuan kontrol, diikuti dengan B50 dan yang terendah adalah perlakuan D50. Secara berurut-turut, besarnya berat kering polong tanaman umur 7 MST pada perlakuan kontrol, B50, dan D50 adalah 1,367 gram, 0,970 gram, dan 0,886 gram. Sementara itu, secara berturut-turut besarnya berat kering polong tanaman umur 9 MST pada perlakuan kontrol, B50, dan D50 adalah 3,026 gram, 2,793 gram, dan 0,983 gram.
Jumlah Polong 5 4.5 4 g 3.5 n o l 3 o P h2.5 a l 2 m u J 1.5
Kontrol B 50 D 50
1 0.5 0 7 MST
9 MST Umur Tanaman
Gambar 7. Histogram Jumlah Polong Tanaman Korban Umur 7 dan 9 MST
Berat Segar Polong 6.00 ) m5.00 a r g ( g 4.00 n o l o P 3.00 r a g e 2.00 S t a r e 1.00 B
Kontrol B 50 D 50
0.00 7 MST
9 MST Umur Tanaman
Gambar 8. Histogram Berat Segar Polong Tanaman Korban Umur 7 dan 9 MST
LAI vs CGR Kontrol 0.1800
y = 0.1382x - 0.1662 R² = 0.1014
0.1600
) u0.1400 g g n i 0.1200 m / 2 0.1000 m / 0.0800 g k ( 0.0600 R A0.0400 N
LAI vs CGR Kontrol Linear (LAI vs CGR Kontrol)
0.0200 0.0000 0
0.5
1
1.5
2
LAI
Gambar 9. Grafik regresi LAI vs CGR Kontrol
LAI vs CGR B50 0.8000
y = -0.3029x + 0.5559 R² = 0.0486
0.6000 ) u g 0.4000 g n i m 0.2000 / 2 m / 0.0000 g k ( 0 R A-0.2000 N
LAI vs CGR B50 Linear (LAI vs CGR B50) 0.5
1
1.5
2
2.5
Linear (LAI vs CGR B50)
-0.4000 -0.6000
LAI
Gambar 10. Grafik regresi LAI vs CGR B50
LAI vs CGR D50 0.5000 0.4500 ) u0.4000 g g 0.3500 n i m0.3000 / 2 m0.2500 / g 0.2000 k ( R0.1500 A N0.1000 0.0500 0.0000
y = 0.0055x + 0.3912 R² = 0.0005
LAI vs CGR D50 Linear (LAI vs CGR D50)
0
0.5
1
1.5
2
LAI
Gambar 11. Grafik regresi LAI vs CGR D50
LAI vs NAR Kontrol 1.0000 ) 0.9000 u g 0.8000 g n i 0.7000 m / 2 0.6000 m d0.5000 / m0.4000 a r g 0.3000 ( R0.2000 A N0.1000 0.0000
y = 0.6524x - 0.7088 R² = 0.0733
LAI vs NAR Kontrol Linear (LAI vs NAR Kontrol)
0
0.5
1
1.5
2
LAI
Gambar 12. Grafik regresi LAI vs NAR Kontrol
LAI vs NAR B50 0.8000 ) u 0.6000 g g n i 0.4000 m / 2 m 0.2000 d / m 0.0000 a r 0 g -0.2000 ( R A-0.4000 N
-0.6000
y = -0.3029x + 0.5559 R² = 0.0486 LAI vs NAR B50 0.5
1
1.5
2
2.5
Linear (LAI vs NAR B50)
LAI
Gambar 13. Grafik regresi LAI vs NAR B50
LAI vs NAR D50 ) 0.5000 u g g 0.4000 n i m / 2 0.3000 m d / 0.2000 m a r g 0.1000 ( R A N0.0000
y = 0.0055x + 0.3912 R² = 0.0005
LAI vs NAR D50 Linear (LAI vs NAR D50)
0
0.5
1
1.5
2
LAI
Gambar 14. Grafik regresi LAI vs NAR D50
LAI vs HI KontroL 0.35000 y = -0.1829x + 0.5916 R² = 0.9998
0.30000 0.25000 I H
0.20000 0.15000 0.10000 0.05000 0.00000 0.0000
0.5000
1.0000
1.5000
2.0000
LAI
Gambar 15. Grafik Regresi LAI vs HI Kontrol
2.5000
LAI vs HI B50 0.45000 0.40000 0.35000 y = -1.8261x + 2.9041 R² = 0.7337
0.30000 I H
0.25000 0.20000 0.15000 0.10000 0.05000 0.00000 1.3500
1.4000
1.4500
1.5000
1.5500
LAI
Gambar 16. Grafik Regresi LAI vs HI B50
LAI vs HI D50 0.25000 0.20000
I H
0.15000 y = -0.1363x + 0.3391 R² = 0.9754
0.10000 0.05000 0.00000 0.0000
0.5000
1.0000
1.5000
2.0000
LAI
Gambar 17. Grafik Regresi LAI vs HI D50
2.5000
V.
KESIMPULAN
1. Source Source atau sumber merupakan kapasitas kemampuan organ tanaman untuk melakukan fotosintesis, sedangkan sink atau atau lubuk merupakan kapasitas kemampuan organ tanaman dalam memanfaatkan produk fotosintesis. 2. Keterbatasan sumber ( source) source) tidak menjadi faktor pembatas bagi hasil asimilat tanaman, tetapi menjadi faktor pembatas bagi pembentukan buah yang dihasilkan. 3. Keterbatasan lubuk ( sink ) tidak menjadi faktor pembatas asimilat yang dihasilkan dan ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman maupun ke bagian buah. 4. Perlakuan yang paling menguntungkan secara ekonomis adalah pada p erlakuan B50.
DAFTAR PUSTAKA
Alizadeh, O., Bormak J.H., and Kuourosh O. 2010. The effects of exogenous cytokinin application on sink size in bread wheat (Triticum aestivum). aestivum). African Journal of Agricultural Research 5 : 2893 – 2893 – 2898. 2898. Hartati, S. 2009. Keseimbangan Source-Sink Untuk Mendukung Produktivitas Jarak Pagar.
ekbun_122009-3.pdf >. >. Diakses pada tanggal 7 Oktober 2012.
Khorasani, S.E., Farzad P., Babak D., Vahid A., and Seied M.M. 2012. An evaluation of effects of source-sink limitation on yield components in two soybean varieties. Journal of Basic Applied Science Research 2 : 9049 – 9049 – 9055. 9055. Marchi, S., Luca S., Ricardo G., and Robertoo T. 2005. Changes in sink-source relationship during shoot development in Olive. Journal of American Social and Horticulture Science 130 : 631 – 631 – 637. 637. Mohammadi, M. 2012. Effects of kernel weight and source limitation on wheat grain yield under heat stress. African Journal of Biotechnology 11 : 2931 – 2931 – 2937. 2937. Morachan, Y.B. 1978. Crop Production and Management. Oxford and IBH Publisher, New
Delhi.
Nusifera, S., Murdaningsih H.K., Meddy R., dan Agung K. 2011. Respons 12 aksesi aks esi kecipir ( Psophocarpus Psophocarpus tetragonolobus tetragonolobus L. DC) terhadap pemangkasan reproduktif pada musim hujan di Jatinangor. Jurnal Agribisnis dan Pengembangan Wilayah 3 : 25 – 25 – 31. 31. Proulx, R.A. and Seth L.N. 2009. Pod removal, shade, and defoliation effects on soybean yield, protein, and oil. Agronomy Journal 101 : 971 – 971 – 980. 980. Taiz, L. and E. Zaiger. 2002. Plant Physiology 3rd edition. Sinaver Publisher, Massachusetts. Yasari, E. Saedeh, Mozafari, Elnali S., and Abdoreza F. 2009. Evaluation of sink-source relationship of soybean cultivars at different dates of sowing. The Research Journal of Agriculture and Biological Sciences 5 : 786 – 786 – 793. 793.
LAMPIRAN
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for LAI NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 4 Error Mean Square 0.220468
Number of Means Critical Range
2 1.064
3 1.088
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping A A A
Mean 1.8170 A 1.5407 A 1.4277
N 3
Treatment K
3
D50
3
B50
Analisis Acara I 12:54 Thursday, November 27, 2012
13
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for NAR NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 4 Error Mean Square 0.064555
Number of Means
2
3
Critical Range
.5760
.5886
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping A
Mean 0.4123 A 0.3977 A 0.0667
A A
N 3
Treatment K
3
D50
3
B50
Analisis Acara I 12:54 Thursday, November 27, 2012
14
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for CGR NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 4 Error Mean Square 0.001783
Number of Means Critical Range
2 .09571
3 .09781
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping A A A
Mean 0.07133 A 0.04400 A 0.00867
N 3
Treatment K
3
D50
3
B50
Analisis Acara I 12:54 Thursday, November 27, 2012
15
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for HI NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 4 Error Mean Square 0.008944
Number of Means Critical Range
2 .2144
3 .2191
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping A
Mean 0.29700 A 0.25900 A 0.12933
A A
N 3
Treatment B50
3
K
3
D50
Analisis Acara I 12:54 Thursday, November 27, 2012
16
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for LD NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 4 Error Mean Square 1.377622
Number of Means Critical Range
2 2.661
3 2.719
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping A
Mean 4.5430 A 3.8513 A 3.5697
A A
N 3
Treatment K
3
D50
3
B50
Analisis Acara I 12:54 Thursday, November 27, 2012
17
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for BS NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 4 Error Mean Square 62.62977
Number of Means Critical Range
2 17.94
3 18.33
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping
Mean
N
Treatment
A
33.593 A 32.670 A 23.787
A A
3
K
3
B50
3
D50
Analisis Acara I 12:54 Thursday, November 27, 2012
18
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for BK NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 4 Error Mean Square 1.119044
Number of Means Critical Range
2 2.398
3 2.451
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping A B
Mean 9.3033 A 7.4167 B 5.4767
A
B
N 3
Treatment K
3
B50
3
D50
Analisis Acara I 12:54 Thursday, November 27, 2012
19
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for BKbiji NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 4 Error Mean Square 0.896567
Number of Means Critical Range
2 2.147
3 2.193
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping A A
Mean 2.4667 A 1.9333 A
N 3 3
Treatment K B50
A
0.6300
3
D50
Analisis Acara I 12:54 Thursday, November 27, 2012
20
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for JD NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha Error Degrees of Freedom Error Mean Square
Number of Means Critical Range
0.05 4 0
2 0
3 0
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping A A B
Mean
N
6.000 A 6.000
3
3.000
3
Treatment B50
3
K D50
Analisis Acara I 12:54 Thursday, November 27, 2012
21
The ANOVA Procedure Duncan's Multiple Range Test for JB NOTE: This test controls the Type I comparisonwise error rate, not the experimentwise error rate.
Alpha 0.05 Error Degrees of Freedom 4 Error Mean Square 0.111111
Number of Means Critical Range
2 .7557
3 .7722
Means with the same letter are not significantly different.
Duncan Grouping A
Mean
N 3
Treatment
A
4.3333 A 4.0000
K
3
D50
B
2.0000
3
B50