LAPORAN FARMAKOLOGI EKSKRESI KI DAN PHENAZOPYRIDINE HCL
DISUSUN OLEH: KELOMPOK 2 ANGGOTA: EVELYN ANUGERAH 0912007 AILSA KURNIAWAN 0912008 CHYNTIA TANUJAYA 0912009 ANJANI ROSALINE 0912010 ANINDA AYULESTARI 0912011 CHRISTY KUSUMA W 0912012 AMALIAH 0912013 DEVID ADITIYA 0912014 RAMDAN TRESNA NUGRAHA 0912015
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG 2010 1| P a g e
Abstrak Ketika tubuh mengalami gangguan, tubuh memerlukan zat untuk memulihkan keadaan tersebut. Zat tersebut adalah obat. Obat ialah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup. Hal mengenai obat inilah yang dibahas pada farmakologi dengan tujuan seorang dokter mampu untuk mencegah, mengobati dan mendiagnosa penyakit. Suatu obat yang diminum per oral akan melalui suatu proses yang dipelajari dalam farmakokinetik. Farmakokinetik mancakup nasib obat yang terjadi dalam tubuh kita, terdiri dari 4 proses yaitu absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Dalam fase farmakodinamik, fase yang mempelajari efek biokimia dan fisiologi obat dan mekanisme kerjanya atau terjadi respons biologis atau fisiologis. Percobaan ini memiliki tujuan untuk mengetahui variasi kecepatan absorbsi dan ekskresi obat yang di makan. Pada percobaan ini obat yang digunakan adalah Kalium Iodida 300mg, Phenazopyridine 100mg. Pada percobaan ini digunakan 2 orang percobaan. Pada percobaan Kalium Iodida digunakan saliva dan urine sebagai kontrol. Setelah itu orang percobaan diberikan obat. Kemudian dalam tenggang waktu 2 jam dilakukan pemeriksaan urine setiap 30 menit dimulai pada menit ke 15. Kemudian untuk saliva tenggat waktu yang digunakan adalah 5 menit, 10 menit, 15 menit, 45 menit, 60 menit, 90 menit, 120 menit. Untuk percobaan Phenazopyridine digunakan urine sebagai kontrol, waktu pemeriksaan dilakukan setiap 30 menit selama 2 jam. Pada percobaan ekskresi Iodium didapatkan hasil bahwa Iodium yang diekskresi melalui saliva menunjukan hasil positif pada menit ke-15 dan melalui urine pada menit ke-45. Pada ekskresi Pyridium memberikan hasil positif pada menit ke30. Kesimpulan dari percobaan Iodium adalah Iodium lebih cepat diekskresikan pada saliva dari pada urine. Pada percobaan ekskresi Pyridium, jumlah Pyridium yang diekskresikan bertambah seiring dengan waktu.
2| P a g e
BAB I PENDAHULUAN Obat yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara akan diproses oleh tubuh. Proses inilah yang disebut dengan farmakokinetik. Obat ini akan mengalami absorpsi, distribusi, dan rangkaian proses pengikatan oleh reseptor hingga menimbulkan efek. Pada akhirnya sisa obat tersebut akan diekskresikan dari dalam tubuh, proses ini berlangsung secara serentak. Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperlihatkan variasi kecepatan absorpsi dan ekskresi obat yang dimakan, khususnya Iodium dan Pyridium. Didalam tubuh, obat harus dapat menembus barrier sel di berbagai jaringan. Obat melintasi lapisan sel dengan menembus bukan dengan dengan melewati celah antar sel. Transport lintas membran adalah proses yang cukup penting karenanya. Cara yang digunakan untuk transport obat lintas membran adalah difusi pasif, difusi terfasilitasi, transport aktif dan pinositosis. Namun cara yang penting yang digunakan adalah difusi pasif dan trasport aktif. Absorbsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberiannya. Beberapa hal yang berpengaruh dalam sirkulasi absorpsi antara lain sifat fisik dan kimia obat, bentuk obat, formulasi obat, konsentrasi obat, luas permukaan kontak obat, cara pemberian obat, pH cairan usus, waktu kontak pada permukaan absorbsi, komposisi makanan, dan sirkulasi pada tempat absorpsi. Abasorbsi yang terjadi di sel saraf, hati, dan tubuli ginjal biasanya membutuhkan energi yang diperoleh dari aktivitas membran sendiri, sehingga zat dapat bergerak melawan perbedaan kadar atau potensial listrik. Setalah melewati absorbsi, obat akan mengalami distribusi dan metabolisme hingga akhirnya obat menjalani proses akhir, yaitu ekskresi yang terbentuk dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi atau dalam bentuk asalnya.
3| P a g e
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam mempelajari farmakologi, hendaknya kita mengetahui istilah-istilah yang berhubungan dengan hal ini. Adapun farmakologi itu sendiri adalah ilmu yang sangat luas cakupannya. Namun untuk seorang dokter, ilmu ini dibatasi tujuannya yaitu agar dapat menggunakan obat dengan maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan penyakit. Selain itu, agar mengerti bahwa penggunaan obat dapat mengakibatkan berbagai gejala penyakit. Akan tetapi apa yang terjadi pada obat tersebut setelah masuk ke dalam tubuh manusia tidak diketahui secara pasti oleh setiap orang. Farmakokinetik adalah aspek farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh, yaitu absorpsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresinya. Sedangkan farmakodinamik adalah mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia berbagai organ tubuh serta mekanisme kerjanya. Absorpsi merupakan proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut kelengkapan dan kecepatan proses tersebut. Setiap tubuh memiliki kemampuan absorbsi yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu sifat fisik dan kimia obat, bentuk obat, formulasi obat, konsentrasi obat, luas permukaan kontak obat, cara pemberian obat, pH cairan usus (keasaman lambung), kecepatan pengosongan lambung waktu kontak pada permukaan absorbsi, komposisi makanan, dan sirkulasi pada tempat absorpsi. Hal yang penting lainnya adalah bioavabilitas yaitu jumlah obat dalam persen dari bentuk sediaan yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk utuh (aktif) kecepatan absorbsi dan metabolisme obat sebelum sampai sirkulasi sistemik. Hal ini juga dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain sifat fisik dan kimia obat, formulasi obat,
faktor penderita
(pH
saluran
cerna
dan fungsi empedu,
kecepatan
pengosongan lambung, waktu kontak dengan saluran cerna, dan kapasitas absorbsi) dan interaksi dalam absorbsi di saluran cerna. Setelah melalui tahap absorbs, obat akan memasuki proses berikutnya yaitu distribusi. Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan tubuh dan jaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah, afinitas (kekuatan penggabungan) terhadap jaringan, dan efek pengikatan dengan protein. First Pass Effect adalah suatu metabolisme lintas pertama; keadaan dimana sebagian dari obat akan dimetabolisme oleh enzim di dinding usus pada pemberian oral di hati pada lintas pertamanya sehingga mengurangi efek dari obat tersebut. 4| P a g e
Eliminasi lintas pertama ini dapat dihindari dengan menghindari pemberian obat per oral. Kebanyakan obat diinaktifkan oleh enzim-enzim hati dan kemudian diubah atau ditransformasikan oleh enzim-enzim hati menjadi metabolit inaktif atau zat yang larut dalam air untuk diekskresikan. Tetapi beberapa obat yang ditransformasikan menjadi metabolit aktif, menyebabkan peningkatan respons farmakologik. Biotransformasi merupakan proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi dalam tubuh dan dikatalisis oleh enzim. Pada proses ini molekul obat diubah menjadi lebih polar, yaitu lebih mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak sehingga lebih mudah dieksresi melalui ginjal. Selain itu, umumnya obat menjadi inaktif sehingga berperan mengakhiri kerja obat. Ekskresi adalah proses pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh. Obat dikeluarkan
dari
tubuh
melalui
berbagai
organ
dalam
bentuk
metabolit
biotransformasi atau dalam bentuk asalnya. Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi empedu, feses, paru-paru, saliva, keringat, dan air susu ibu. Ginjal merupakan organ ekskresi yang paling penting, sebab merupakan resultan dari 3 proses yaitu filtrasi di glomerolus, sekresi aktif di tubulus proximal dan reabsorbsi pasif di tubulus proximal dan distal. Ekskresi dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah pada gangguan fungsi ginjal dimana ekskresi obat akan menurun.
5| P a g e
BAB. III BAHAN DAN CARA I.
EKSKRESI IODIUM
o
KONTROL POSITIF 1.
Masukkan ke dalam tabung reaksi 1 ml Amilum 1 %, 1 ml Kalium Iodida 1 %, 2-3 tetes Natrium Nitrit 10 % dan 2-3 tete4s Asam Sulfat Dilutus
2. Untuk pembanding lakukan percobaan di atas tanpa menggunakan Asam Sulfat Dilutus pada tabung reaksi lain
o
KONTROL NEGATIF 3.
o
Lakukan percobaan 1 pada saliva & urine sebelum minum obat ( menggunakan Kalium Iodida 1 % dengan saliva dan urine sebelum minum obat )
PEMERIKSAAN IODIDA DALAM SALIVA DAN URINE 4. Lakukan percobaan 1 dan 2 pada saliva & urine setelah minum obat dengan, 3 kali percobaan, interval 5 menit untuk saliva, dan 15 menit pertama untuk urine
Selanjutnya lakukan pemeriksaan saliva dan urine setiap 30 menit sampai 2 jam
Catat perubahan warna yang terjadi dan perhatikan kapan terjadi respon ekskresi maksimal
Buatlah graik yang menggambarkan hubungan antara waktu (sebagai absis) dan perubahan warna (sebagai ordinat )
II.
EKSKRESI PHENAZOPYRIDINE HCl
•
Sebelum minum obat : Tampung dan amati urine sebelum minum obat sebagai kontrol negatif
6| P a g e
•
•
Sesudah minum obat : Tampung dan amati urine sesudah minum obat setiap 30 menit sampai sekitar 2 jam Buat grafik hubungan antara waktu (sebagai absis) dan perubahan warna (sebagai ordinat)
Pertanyaan 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi! Apa yang dimaksud dengan bioavailabilitas? Sebutkan reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada proses biotransformasi! Apa tujuan penambahan Natrium Bikarbonat pada Natrium Salisilat? Sebutkan produk ekskresi salisilat! Sebutkan kontra indikasi pemakaian salisilat dan Kalium iodida! Jawaban: 1. Faktor yang mempengaruhi absorpsi : 1. Kimia dan fisik bahan obat 2. Bentuk obat yang diberikan 3. Formulasi obat yang diberikan 4. Konsentrasi obat yang diberikan 5. Cara pemberian obat 6. Luas permukaan kontak obat 7. Sirkulasi pada tempat absorpsi 2. Jangka waktu dan kecepatan absorbsi dari bentuk sediaan yang ditunjukkan oleh kurva kurun waktu terhadap obat secara sirkulasi sistemik. 3. Reaksi yang terjadi pada Biotransformasi: 1.
Reaksi kimia: - Fase I/non-sintetik Reduksi, oksidasi, dan hidrolisis - Fase II/ seintetik Konjugasi
2.
Lokalisasi enzym: a. Mikrosom Reduksi, oksidasi, dan hidrolisis b. Non-Mikrosom Reduksi, oksidasi, dan hidrolisis
4. Tujuan Penambahan Na-bikarbonat pada Na-Salisilat: 1. Menetralkan keasaam Na-salisilat yang dapat mencegah iritasi lambung 2. Menjaga keseimbangan asam basa sehingga tidak terjadi dikalosis piraloar 3. Meningkatkan kelarutan asam urat sehingga mencegah terbentuknya kristal urat pada tubuh ginjal
7| P a g e
4. Alkalisasi urine yang akan mempermudah ekskresi 5. Produk ekskresi salisilat: •
Salisilat bebas (10%)
•
Gentisilat
•
Fenol salisilat (10%)
•
Glukoronat
(5%)
•
Urat Salisilat
(15%)
(1%)
6. Kontra indikasi pemakaian salisilat: •
Kerusakan hati berat
•
Hipovolemra
•
Hypotrombinemia
•
Chrrhosis hepatis
•
Defisiensi Vit K
•
DC-heart failure
•
Hemofilia
•
Kontra indikasi pemakaian Kalium Iodida adalah hipotiroid dan wanita hamil
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASILPENELITIAN: EKSKRESI IODIUM
1.
Menit
5’
10’
15’
45’
75’
Saliva
(-)
(-)
(+)
(+)(+)
(+)(+)(+)
(-)
(+)(+)(+) (+)
(+)(+)(-)
Urine
GRAFIK EKSKRESI IODIUM TERHADAP WAKTU Ekskresi +++ ++ + -
Saliva / Urine
5’
10’
15’
45’
75’ 8| P a g e
2.
EKSKRESI PHENAZOPYRIDINE HCL
Menit
30’
60’
90’
120’
Ekskresi
(+)
(+)(+)
(+)(+)(+)
(+)(+)(+)(+)
GRAGRAFIK EKSKRESI PHENAZOPIRIDIN HCL TERHADAP WAKTU Ekskresi Urine
+++ ++ +
30’
60’
90’
(Waktu)
9| P a g e
PEMBAHASAN: 1.
EKSKRESI KALIUM IODIDA
Prinsip: Reaksi reduksi oksidasi, menunjukkan hasil positif karena adanya reaksi Iodium dengan amylum. Obat ini akan diekskresikan dalam bentuk metabolit. Berikut adalah reaksi yang terjadi: KI + NaNO2 KNO2 + NaI + amylum H2SO4 ungu Ket: Oksidator = Indikator = Hasil = Tempat kerja = Kontra Indikasi =
H2SO4 Amylum Kompleks berwarna biru Thyroid Hypotiroid dan wanita hamil
Pada percobaan didapat ekskresi melalui saliva lebih lebih cepat positif, yaitu pada menit ke-15, dibandingkan melalui urine pada menit ke-45. Hasil ini sesuai dengan teori, dimana saliva memiliki afinitas yang lebih besar terhadap Iodium. 2.
EKSKRESI PHENAZOPYRIDINE HCL
Pyridium merupakan obat analgetik saluran kemih. Obat ini akan diekskresi dalam bentuk utuh. Prinsip kerja dari obat ini adalah: Pembentukan zat merah Azo. Urine dari OP akan mulai berwarna kemerahan dari menit ke 30 setelah obat ini diberikan dan akan semakin merah hingga menit ke 120. Warna merah dalam urine ini disebabkan karena merah azo yang terkandung dalam obat pyridium. Bila hasil percobaan tidak sesuai dengan teori, bisa disebabkan misalnya OP mempunyai penyakit ginjal, sehingga ekskresi melalui ginjal akan terganggu. Atau dapat juga karena OP mempunyai gangguan fungsi sel cerna sehingga penyerapan obat terganggu atau juga karena kesalahan prosedur percobaan seperti misalnya orang percobaan minum air tambahan setelah beberapa waktu minum obat, yang menyebabkan obat dalam tubuh diekskresikan dengan kadar yang encer dalam urine.
10| P a g e
BAB. V KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat dari kelompok kami adalah bahwa percobaan yang dilakukan sesuai dengan teori. Pada percobaan pyridium, setelah OP minum obat dan dikondisikan sesuai dengan teori yaitu tidak minum air terlalu banyak, maka urin OP tersebut berubah warna dari kuning hingga kemerahan. Sedangkan pada percobaan Ekskresi Salisilat, percobaan yang terjadi juga sesuai dengan teori. Saliva lebih cepat berubah warna dari pada urin dalam keadaan OP yang tidak terlalu banyak minum air.
11| P a g e
DAFTAR PUSTAKA Ganiswara, sulistia G. 1985. Farmakologi dan terapi edisi 4. Jakarta:Gaya Baru
12| P a g e