LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN NON STERIL KRIM ASAM SALISILAT QUEENSALIC®
OLEH : GOLONGAN III KELOMPOK II
1. Ni Wayan Ika Himawari
(1008505074)
2. Putu Eka Wida Yanti
(1008505076)
3. Ni Wayan Nining Yulianingsih Yulianingsih (1008505084) (1008505084) 4. Putu Adi Cahya Kusuma
(1008505086)
5. Priwitri Sanjiwani
(1008505091)
JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2012
FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN NONSTERIL KRIM ASAM SALISILAT BAB I TUJUAN DAN TEORI DASAR 1.1 Tujuan
1. Mengetahui cara pembuatan krim dengan basis krim yang cocok dan enak digunakan. 2. Menentukan formula dari basis krim yang cocok untuk pembuatan sediaan semisolid. 3. Membuat sediaan semisolid yang dapat digunakan sebagai rubifacient (memperlebar permukaan). 4. Melakukan evaluasi krim asam salisilat. 5. Mengetahui spesifikasi sediaan yang tergolong ke dalam krim. 1.2 Teori Dasar
1.2.1 Krim Krim merupakan suatu sediaansetengah padat, yang berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Depkes RI, 1995).Krim mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.Krim dibagi menjadi dua tipe yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air dalam minyak (A/M).Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik dan non ionik. Untuk krim tipe A/M biasanya menggunakan sabun polivalen, adeps lanae, lanae, cholesterol , cera, span. span. Untuk krim tipe M/A biasanya menggunakan sabun monovalen seperti triethanolaminum stearat , natrium stearat, kalium stearat, ammonium stearat (Anief, 1997). Prinsip pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan (safonifikasi) dari suatu asam lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakan
dalam suasana panas yaitu temperatur 700-800 oC, dan berdasarkan emulsi minyak dalam air yang terdiri dari dua fasa dimana fasa minyak lebih sedikit volumenya dari fasa airatau bisa juga dikatakan air sebagai zat pembawanya (Dirjen POM,1995). Pembuatan sediaan krim meliputi proses peleburan dan proses emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin dicairkan bersama-sama di penangas air pada suhu 70-75 oC, sementara itu semua larutan berairyang tahan panas, komponen yang larut dalam air dipanaskan pada suhu yang sama dengan komponen lemak. Kemudian larutan berair secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam campuran lemak yang cair dan diaduk secara konstan, temperatur dipertahankan selama 5-19 menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak. Selanjutnya campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang terus-menerus. Bila larutan berair tidak samatemperaturnya dengan leburan lemak, maka beberapa lilin akan menjadi padat, sehingga terjadi pemmisahan antara fase lemak dengan fase cair (Munson, 1991) Keuntungan dari penggunaan krim adalah umumnya mudah menyebar merata pada permukaan kulit serta mudah dicuci dengan air. Krim juga dapat digunakan pada luka yang basah, karena bahan pembawa minyak di dalam air cenderung untuk menyerap cairan yang dikeluarkan luka tersebut. Basis yang dapat dicuci dengan air akan membentuk suatu lapisan tipis yang semipermeabel, Tetapi emulsi air
setelah
air
didalam
menguap
pada
minyak dari
tempat
sediaan
yang
digunakan.
semipadat
cenderung
membentuk suatu lapisan hidrofobik pada kulit (Lachman, (Lachman, 2008). Dalam pembuatan krim diperlukan suatu bahan dasar. Bahan dasar yang digunakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar krim yang diharapkanadalah sebagai berikut : a.
Stabil Selama masih dipakai mengobati krim harus stabil. Krim harus bebas
dari
inkompatibilitas,
stabil
kelembapanyang ada dalam kamar.
pada
suhu
kamar,
dan
b.
Lunak Semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen.
c.
Mudah dipakai Umumnya krim tipe emulsi adalah yang paling mudah dipakaidan dihilangkan dari kulit.
d.
Dasar krim yang cocok
e.
Terdistribusi merata Obat harus terdispersi merata melalui dasar krim padat atau cair pada penggunaan. (Anief, 1994)
Formula dasar krim terdiri dari:
Fase minyak, yaitu bahan obat yang larut dalam minyak, bersifat asam. Contoh: asam stearat, adepslanae, paraffin liquidum, paraffin solidum, minyak lemak, cera, cetaceum, vaselin, setil alkohol, stearil alkohol, dan sebagainya.
Fase air, yaitu bahan obat yang larut dalam air, bersifat basa. Contoh: Na tetraborat (borax, Na biboras), Trietanolamin (TEA), NaOH, KOH, Na2CO3, gliserin, polietilenglikol (PEG), propilenglikol, surfaktan (Na lauril sulfat, Na setosaril alkohol, polisorbatum/Tween, Span, dan sebagainya)
Bahan-bahan penyusun krim antara lain: 1. Zat berkhasiat 2. Minyak 3. Air 4. Pengemulsi 5. Bahan pengemulsi Bahan pengemulsi yang digunakan dalam sediaan krim disesuaikan dengan jenis dan sifat krim yang akan dibuat/dikehendaki. Sebagai bahan pengemulsi dapat digunakan emulgide, lemak bulu domba,
cetaceum,
setil
alkohol,
stearil
alkohol,
trietanolamin
stearat,
polisorbat, PEG. 6. Bahan pengawet Bahan pengawet yang umum digunakan adalah metil paraben (nipagin) 0,12-0,18%, propil paraben (nipasol) 0,02-0,05%. Pendapar untuk mempertahankan pH sediaan. Antioksidan untuk mencegah ketengikanakibat oksidasi oleh cahaya pada minyak tak jenuh (Lachman, 2008). Stabilitas krim akan menjadi rusak, jika terganggu oleh sistem campurannya terutama disebabkan perubahan suhu, perubahan komposisi dan disebabkan juga oleh penambahan salah satu fase secara berlebihan atau pencampuran dua tipe krim jika zat pengemulsinya tidak tercampurkan satu sama lain. Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok yang harus dilakukan dengan teknik aseptis.Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam waktu satu bulan. Zat pengawet yang umumnya digunakan dalam krim yaitu metil paraben 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben 0,02% hingga 0,05%. Dalam penandaan sediaan krim,
pada etiket harus tertera “Obat Luar” dan pada penyimpanannya harus dalam wadah tertutup baik atau tube dan disimpan di tempat sejuk (Depkes RI, 1979). Krim memiliki fungsi yaitu sebagai berikut a.
Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b.
Sebagai bahan pelumas bagi kulit
c.
Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak langsung dengan zat-zat berbahaya. (Anief,1999)
1.2.2 Kulit
Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan. Kulit juga merupakan alat tubuh yang terberat dan terluas ukurannya, yaitu 15% dari berat tubuh dan luasnya 1,50-1,75 m 2.
Rata-rata tebal kulit 1-2 mm. Kulit terbagi atas 3 lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis atau korium dan jaringan subkutan atau subkutis. a.
Epidermis Epidermis terdiri dari empat lapisan yaitu: 1) Lapisan basal atau stratum germinativum Lapisan basal terdiri dari satu lapis sel-sel yang kuboid yang tegak lurus terhadap dermis. Lapisan basal merupakan lapisan paling bawah dari epidermis dan berbatas dengan dermis. 2) Lapisan malpighi atau stratum spinosum Lapisan malpighi merupakan lapisan epidermis yang paling tebal dan kuat. 3) Lapisan granular atau stratu granulosum Lapisan granunal terdiri dari satu sampai empat baris sel-sel berbentuk intan, berisi butir-butir (granul) keratohilialin yang basofilik. 4) Lapisan tanduk atau stratum korneum Lapisan tanduk korneumterdiri dari 20-25 lapis sel-sel tanduk tanpa inti, gepeng, tipis dan mati.
b. Dermis Dermis atau korium merupakan lapisan dibawah epidermis dan diatas lapisan subkutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang dilapisan atas terjalin rapat ( pars papillaris), Sedangkan dibagian bawahnya terjalin lebih longgar ( pars reticularis ). c.
Jaringan subkutan ( Subkutis atau hipodermis ) Jaringan subkutan merupakan lapisan yang langsung di bawah dermis.
Batas antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas. Sel-sel yang terbanyak adalah lopisit yang menghasilkan banyak lemak (Harahap, 2000). 1.2.3 Obat anti jamur
Obat anti jamur digunakan untuk membunuh atau membasmi penyebab jamur. Sediaan fungisida topikal digunakan untuk memberikan efek lokal
pada bagian tubuh yang terinfeksi. Preparat ini mengandung zat antifungi seperti amorolfine, chlorquinaldol, clioquinol, clotrimazole, fenticonazole, econazole, ketokonazole, miconazole, sertaconazole, terbinafine, tioconazole, tolnaftate, undecenoic acid/zinc undecenoate, salisilic acid, sulfur. Pada umumnya kecepatan kerja obat anti jamur di pengaruhi oleh jenis infeksi jamur. Infeksi jamur pada mulut atau lapisan mukosa dan kebanyakan infeksi jamur lainnya biasanya mengalami perbaikan dalam waktu satu minggu setelah terapi (Anonim, 2009).
BAB II EVALUASI SEDIAAN 2.1 Evaluasi Fisik
2.1.1 Uji Organanoleptis Uji organoleptis dilakukan dengan cara mengamati
warna, bau
serta bentuk sediian secara visual. 2.1.2 Homogenitas Pengujian homogenitas ini dilakukan dengan cara mengoleskan zat yang akan diuji pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukan susunan yang homogen. 2.1.3 Uji Daya Sebar Pada uji ini sebanyak 0,5 gram sampel diletakkan diatas kertas grafik yang dilapisi plastik transparan kemudian biarkan selama 15 detik. Luas daerah yang diberikan oleh sediaan dihitung kemudian ditutup lagi dengan plastik yang diberi beban tertentu masingmasing 1,2 dan 5 gr dan biarkan selam 60 detik. Hitung pertambahan luas yang diberikan oleh sediaan (Voigt, 1994). 2.1.4 Pada uji daya lekat Pada uji daya lekat sampel 0,25 gram diletakkan diatas 2 gelas objek yang telah ditentukan kemudian ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit,
lalu angkat beban dari gelas objek kemudian
pasang pada alat uji. Alat uji diberi beban 80 gram kemudian dicatat waktu pelepasan sediaan dari gelas obyek(Miranti,2009). 2.1.5 Uji PengukuranViskositas Sediaan Viskositas suatu formula krim diukur dengan menggunakan viskometer
Brookfield
menggunakan
spindel
CP-52
pada
kecepatan dan shear rates yang bervariasi. Pengukuran dilakukan pada kecepatan 0,10, 0,20, 0,30, 0,40, dan 0,50 rpm dalam 60 detik diantara dua kecepatan yang berurutan sebagai equilibration dengan rentang shear rate dari 0,2 s -1 hingga 1.0 s -1. Penentuan
viskositas ini dilakukan pada suhu ruangan. Data viskositas diplot pada rheogram (Purushothamrao et al ., 2011). 2.2 Evaluasi Secara Kimia
2.2.1 Pengukuran pH Pengukuran pH formula krim dapat diukur dengan mengambil 1 gram sediaan yang telah diencerkan dengan air suling hingga 10 mL. Elektroda pH meter dicelupkan pada larutan yang akan diuji, jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai menuju posisi tetap. Catat pH yang ditunjukan oleh jarum pH meter (Depkes RI, 1995).
BAB III PRAFORMULASI 3.1 Tinjauan Farmakologi Bahan Obat dan Bahan Tambahan 3.1.1 Asam Salisilat 3.1.1.1 Indikasi
Asam salisilat mempunyai khasiat sebagai antifungi dan keratolitik. Asam salisilat dapat digunakan untuk efek keratolitik yaitu akan mengurangi ketebalan interseluler dalam selaput tanduk dengan cara melarutkan semen interseluler dan menyebabkan desintegrasi dan pengelupasana kulit (Anief, 1997). Sedangkan asam salisilat sebagai antifungi berkhasiat fungisid terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3-6% dalam salep. Disamping itu zat ini berkasiat bakteriostatis lemah dan berdaya keratolitis, yaitu dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi 5-10%. Asam salisilat banyak digunakan dalam sediaan obat luar terhadap infeksi jamur ringan. Asam salisilat juga digunakan sebagai obat ampuh terhadap kutil kulit yang berciri penebalan epidermis setempat dan disebabkan oleh infeksi virus vapova(Tjay, 2007). 3.1.1.2 Farmakokinetik
Asam salisilat merupakan asam organik yang sederhana dengan pKa 3,0. Aspirin (asam asetil salisilat, ASA) memiliki pKa 3,5. Salisilat cepat diserap dari perut dan usus kecil bagian atas, menghasilkan tingkat plasma puncak salisilat dalam waktu 1-2 jam. Aspirin diserap seperti dan cepat dihidrolisis (serum setengah-hidup 15 menit) menjadi asam asetat dan salisilat oleh aster dalam jaringan dan darah. Seiring dengan meningkatnya aspirin, eliminasi salisilat meningkat dari 3-5 jam (untuk 600 mg/d dosis) hingga 12-16 jam (dosis> 3,6 g/d). Alkalinisasi urin meningkatkan laju ekskresi salisilat bebas dan yang larut dalam air konjugasi (Bruntan, 2008). Asam salisilat sering kali dikombinasikan dengan asam benzoat ( salep whitfield ) dan belerang ( sulfur precipitatum) yang keduanya punya kerja fungistatis maupun bakteriostatis. Apabila dikombinasikan dengan obat lain
misalnya kortikosteroid, asam salisilat meningkat penetrasinya ke dalam kulit. Tidak dapat dikombinasi dengan sengoksida karena akan terbentuk garam seng salisilat yang tidak aktif (Tjay, 2007). 3.1.1.3 Mekanisme
Asam salisilat diserap dengan cepat dari kulit terutama ketika diterapkan dalam linimenta berminyak atau salep. Akibat dari hidrolisis dalam plasma, hati dan eritrosit. Sekitar 80-90% dari salisilat dalam plasma terikat dengan protein terutama albumin, pada konsentrasi klinis, proporsi dari total yang terikat menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi plasma (Bruntan, 2008). 3.1.1.4 Peringatan dan Perhatian
Sediaan asam salisilat harus tidak digunakan untuk pengobatan bayi kecil atau kulit terkelupas yang luas karena dapat terjadi absorbsi perkutan dan mengakibatkan salisilisme (Arvin, 2000). Asam salisilat dapat menimbulkan gangguan saraf tepi, pada pasien diabetes rentan terhadap ulkus neuropati, hindari kontak dengan mata, mulut, area kelamin dan anus, dan selaput lendir, hindari penggunaan pada area yang luas. Asam salisilat dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mukosa serta menghancurkan sel-sel epitel (Bruntan, 2008). 3.1.1.5 Interaksi Obat
Interaksi asam salisilat yang dikombinasikan dengan asam benzoat (salep whitfield) dan belerang (sulfur precipitatum) yang keduanya punya kerja yang fungistatis maupun bakteriostatis. Bila dikombinasikan dengan obat lain misalnya kortikosteroid,asam salisilat meningkat penetrasinya ke dalam kulit. Tidak dapa dikombinasikan dengan sengoksida karena akan terbentuk garam seng salisilat yang tidak aktif (Tjay, 2007). 3.1.1.6 Penyimpanan
Disimpan dalam wadah tertutup baik (Depkes RI, 1979).
3.2 Tinjauan Fisikokimia Bahan Obat dan Bahan Tambahan 3.2.1 Asam Salisilat
Rumus Kimia
: C7H6O3
Struktur Kimia
:
Berat Molekul
:138,12
Jarak Lebur
:1580-1610C
Pemerian
:Hablur putih, biasanya berbentuk jarum halus atau berbuk hablur halus putih, rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol.
Kelarutan
:Sukar larut dalam air dan dalam benzena; mudah larut dalam etanol
dan dalam eter, larut dalam air mendidih,
agak sukar larut dalam kloroform. Khasiat Kandungan
: Keratolitikum dan antifungi :Asam salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan tidak lebih dari 101,0% C 7H6O3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : Bahan aktif (Depkes RI, 1979)
3.2.2
BahanTambahan
3.2.2.1 Asam Stearat
Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C 18H36O2 dan asam heksadekanoat C16H32O2. Pemerian
:Zat padat keras mengkilat susunan hablur; putih atau kuning pucat; mirip lemak lilin.
Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 20 bagian etanol (95%) P , dalam 2 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P . Suhu lebur
: Tidak kurang dari 54°.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Khasiat Stabilitas
: Zat tambahan (Depkes RI, 1979). :Asam
stearatmerupakan
bahanstabil;antioksidanjugadapat ditambahkankedalamnya. Inkompatibilitas:Asam stearattidak kompatibel denganlogamhidroksida danmungkin
tidak
kompatibeldengan
basa,
bahan
pereduksi, danoksidator. (Rowe et al, 2003) 3.2.2.2 PEG 75 stearat (PEG 4000 monostearat)
Pemeriaan
: Serbuk licin putih atau potongan putih kuning gading; praktis tidak berbau; tidak berasa.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air, dalam ethanol (95%)P dan dalam kloroform P; praktis tidak larut dalam eter P.
Kegunaan
: Sebagai bahan tambahan.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat.
Stabilitas
: polietilen glikol secara kimiawi stabil di udara dan dalam larutan, meskipun tingkat dengan berat molekul kurang dari 2000 adalah higroskopis. Polietilen glikol tidak
mendukung pertumbuhan mikroba dan tidak menjadi tengik. Inkompatibilitas : Reaktivitas kimia polietilena glikol terutama terbatas pada dua kelompok hidroksil terminal, yang dapat berupa esterifikasi atau dieterkan. Namun, semua tingkat dapat menunjukkan beberapa aktivitas oksidasi karena adanya pengotor peroksida dan produk sekunder yang terbentuk oleh autoksidasi.Nilai polietilen glikol cair dan padat mungkin tidak kompatibel dengan beberapa pewarna.Efek fisik yang disebabkan oleh basis polietilen glikol termasuk pelunakan dan pencairan dalam campuran dengan fenol, asam tannic, dan asam salisilat. (Rowe et al, 2003) 3.2.2.3 Parafin Cair
Parafin cair adalah campuran hidrokarbon yang diperoleh dari minyak mineral;sebagai
zat
pemantap
dapat
ditambahkan
tokoferol
atau
butilhidroksitoluen tidak lebih dari 10 bpj. Pemerian
:Cairan kental, tidak berfluoresensi,tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidakmempunyai rasa
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
Khasiat
: Laksativum
Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya (Depkes RI, 1979). Stabilitas
: Teroksidasi bila terpapar panas dan cahaya.
Inkompatibilitas
: Dengan bahan oksidator kuat(Rowe et al, 2003).
3.2.2.4 Glyceryl stearat (C 21H42O4)
BM
: 358,6
Pemerian
: Berwarna putih krem seperti lilin padat dalam bentuk manik-manik/beads, serpih, atau serbuk. Licin saat disentuh dan memiliki bau dan rasa sedikit berlemak.
Kelarutan
:Larut dalam etanol panas, eter, kloroform, aseton panas, minyak mineral, dan fixed oils. Praktis tidak larut dalam air,tetapi dapat terdispersi dalam air dengan bantuan sejumlah kecil sabun atau surfaktan lainnya.
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat ditempat sejuk dan kering, dan terhindar dari cahaya.
Khasiat
: Emolien; bahan pengemulsi; bahan pelarut; bahan stabilisasi; bahan sustained-release; lubrikan tablet dan kapsul.
Stabilitas
: Jika disimpan pada suhu hangat, bilangan asam gliseril monostearat meningkat pada penuaan dikarenakan proses saponifikasi ester dengan sejumlah air.Antioksidan yang efektif dapat ditambahkan, seperti butylated hydroxytoluene dan propyl gallate.
Inkompatibilitas
: Tingkat self-emulsifying dari gliseril monostearat tidak kompatibel dengan zat asam(Rowe et al , 2003).
3.2.2.5
Deionized water (Air Suling)
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Berat Molekul : 18,02 Pemerian`
:Cairan
jernih,
tidak
berwarna,
tidak
berbau,
tidak
memunyairasa. Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup baik(Depkes RI, 1979).
3.2.2.6 Trietanolamin (TEA)
Trietanolamin adalah campuran dari trietanolamina, dietanolamina, dan monoetanolamina. Mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 107,4% dihitung terhadap zat anhidrat sebagai trietanolamina. Pemerian
: Cairan kental; tidak berwarna hingga kuning pucat; bau lemah mirip amoniak; higroskopis.
Kelarutan
: Mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P
Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat terlindung dari cahaya
Khasiat
: sebagai zat tambahan (Depkes RI, 1979).
3.2.2.7 Cetyl Alkohol
Rumus kimia
: C16H34O
Struktur kimia
:
(Rowe, et al ., 2009). Jarak lebur Pemerian
: 450C-500C :berbentuk serpihan putih licin, granul atau kubus, berwarna putih, berbau khas lemah, rasa lemah.
Kelarutan
: tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan eter, kelarutan bertambah dengan naiknya suhu. (Depkes RI, 1995).
Khasiat
: Setil alkohol dapat meningkatkan konsistensi emulsi emulsi air dalam minyak (Rowe, et al ., 2009).
3.3 Bentuk Sediaan, Dosis dan Cara Pemakaian
3.3.1 Bentuk Sediaan Bentuk sediaan yang akan dibuat adalah krim .Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Depker RI, 1995).Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian l uar (Anief, 1997). 3.3.2 Dosis Asam salisilat merupakan agen keratolitik yang efektif dan dapat dicampurkan ke dalam berbagai zat pembawa dalam konsentrasi sampai
6% untuk digunakan dua sampai tiga kali sehari (Arvin, 2000). Krim merupakan obat luar sehingga penggunaannya tanpa menggunakan dosis tertentu 3.3.3 Cara Pemakaian Cara pemakaiannya adalah dengan cara dioleskan pada permukaan kulit yang akan diobati.
BAB IV FORMULASI 4.1 Pemasalahan
1. Krim mudah melekat pada wadah 2. Asam salisilat tidak larut dalam air 3. Parafin cair akan teroksidasi pada suhu tinggi dan membeku pada suhu 4065°C 4. TEA bersifat higroskopis 4.2 Pengatasan Masalah
1. Setiap bahan diberi tambahan 10% pada saat penimbangan untuk antisipasi kehilangan bahan 2. Asam salisilat ditambahkan paling akhir sedangkan bahan-bahan lain seperti Glyceryl stearat , PEG 75 stearat , asam stearat, mineral oil dan deionized water dicampurkan terlebih dahulu. 3. Parafin cair dicampurkan dengan Glyceryl stearat , PEG 75 stearat , asam stearat, mineral oil dan deionized water pada suhu 70 0C. 4. Setelah penimbangan TEA langsung dicampurkan pada saat pembuatan sediaan agar TEA tidak lama kontak dengan udara. 4.3 Formula Baku/ Standar
a.
Formula 1 R/ Salisylic Acid
6%
Stearic Acid
15%
Cetyl Alcohol
5%
Glycerin
5%
Potassium hydroxide 1% Propyl paraben
0,05%
Methyl paraben
0,1%
Purified Water
68, 65 % (Purushothamrao dkk., 2010)
b.
Formula 2
Bill Of material Scale (mg/g) 150.00
Item 1
5.00 80.00 665.00 100.00
2 3 4 5
Material Name Quantity/kg (g) Gliceryl stearate and PEG 150 75 stearat Stearic Acid 5.00 Mineral oil 80.00 Deionized water 665.00 Salicilyc Acid 100.00 (Niazi, 2004)
c. Formula 3 R/
Salisilic acid
600 mg
Stearic acid
15 mg
Cetyl alcohol
0,50 mg
Glycerin
5,00 mg
Potassiumhydroxide 1,00 mg Propyl paraben
0,05 mg
Methyl paraben
0,10 mg
Purified water
72,35 mg (Purushothamrao dkk., 2010)
4.4 Formula yang digunakan Formula 1
R/ Asam Salisilat
100 gr/kg
Asam Stearat
5 gr/kg
Parafin cair
80 gr/kg
Gliseril stearat
75 gr/kg
PEG 4000
40 gr/kg
TEA
35 gr/kg
Air Suling
665 gr/kg
Formula 2 R/ Asam Salisilat
5 gram
Asam Stearat
5 gram
Parafin cair
7 gram
Cetyl alkohol
8 gram
Aquadest
65 mL
Emulgator
10 gram
4.5 Perhitungan Bahan
Perhitungan Penimbangan Formula 1 : Dik : Formula krim sebagai berikut: R/ asam salisilat
100
Asam stearat
5
Paraffin cair
80
Glyceryl stearat
75
PEG 75 stearat
40
TEA
35
Aqua Destilata
665
Berat krim yang dibuat : 100 gram sebanyak 3 buah 50 gram sebanyak 2 buah Dit
: Berat Glyceryl stearat , PEG 75 stearat , TEA, asam stearat, mineral oil , deionized water, dan salicylic acid yang ditimbang =…..?
Jawab: 1. Pembuatan krim 100 gram sebanyak 3 buah
Glyceryl stearat
=
75 1000
x 100 g
= 7,5 g
PEG 75 stearat
=
40 1000
x 100 g
= 4g
TEA
=
35 1000
x 100 g
= 3,5 g
asam stearat
=
5 1000
x 100 g
= 0,5 g
mineral oil
=
80 1000
x 100 g
= 8g
deionized water
=
665 1000
x 100 g
= 66,5 g
Acid salicylic
=
100 1000
x 100 g
= 10 g Penambahan 10% bahan sebagai antisipasi kehilangan bahan dalam pembuatan sediaan.
Glyceryl stearat
=
10 100
x 7,5 g
= 0,75 g
PEG 75 stearat
=
10 100
x4g
= 0,4 g
TEA
=
10 100
x 3,5 g
= 0,35 g
asam stearat
=
10 100
x 0,5 g
= 0,05 g
mineral oil
=
10 100
x8g
= 0,8 g
deionized water
=
10 100
x 66,5 g
= 6,65 g
Acid salicylic
=
10 100
x 10 g
=1g Total bahan yang ditimbang adalah
Glyceryl stearat
= Jumlah bahan + tambahan 10% bahan = 7,5 + 0,75 = 8,25 g
PEG 75 stearat
= Jumlah bahan + tambahan 10% bahan = 4 + 0,4 = 4,4 g
TEA
= Jumlah bahan + tambahan 10% bahan = 3,5 + 0,35 = 3,85 g
Asam stearat
= Jumlah bahan + tambahan 10% bahan = 0,5 + 0,05 = 0,55 g
Mineral oil
= Jumlah bahan + tambahan 10% bahan = 8 + 0,8 = 8,8 g
Deionized water
= Jumlah bahan + tambahan 10% bahan = 66,5 + 6,65 = 73,15 g
Acid salicylic
= Jumlah bahan + tambahan 10% bahan = 10 + 1 = 11 g
Penimbangan bahan setiap 100 gram No. Nama bahan
Jumlah (g)
1
11
Asam salisilat
2
0,55
Asam stearat
3
8,8
Paraffin cair
4 5
8,25 4,4
Glyceryl stearat
6
3,85 PEG 75 stearat
7
73,15
TEA Aqua destilata
Jumlah sediaan yang dibuat = 3 buah Tabel penimbangan bahan untuk membuat 3 buah sediaan sebagai berikut : No. Nama bahan
Jumlah (g)
1
33
Asam salisilat
2
1,65
Asam stearat
3
26,4
Paraffin cair
4 5
24,75 13,2
Glyceryl stearat
6
11,55 PEG 75 stearat
7
219,45
TEA Aqua destilata
2. Pembuatan krim 50 gram sebanyak 2 buah
Glyceryl stearat
=
75 1000
x 50 g
= 3,75 g
PEG 75 stearat
=
40 1000
x 50 g
= 2g
TEA
=
35 1000
x 50 g
= 1,75 g
asam stearat
=
5 1000
x 50 g
= 0,25 g
mineral oil
=
80 1000
x 50 g
= 4g
deionized water
=
665 1000
x 50 g
= 33,25 g
Acid salicylic
=
100 1000
x 50 g
= 5g Penambahan 10% bahan sebagai antisipasi kehilangan bahan dalam pembuatan sediaan.
Glyceryl stearat
=
10 100
x 3,75 g
= 0,375 g
PEG 75 stearat
=
10 100
x2g
= 0,2 g
TEA
=
10 100
x 1,75 g
= 0,175 g
asam stearat
=
10 100
x 0,25 g
= 0,025 g
mineral oil
=
10 100
x4g
= 0,4 g
deionized water
=
10 100
x 33,25 g
= 3,325 g
Acid salicylic
=
10 100
x5g
= 0,5 g Total bahan yang ditimbang adalah
Glyceryl stearat
= Jumlah bahan + tambahan 10% bahan = 3,75 + 0,375 = 4,125 g
PEG 75 stearat
= Jumlah bahan + tambahan 10% bahan = 2 + 0,2 = 2,2 g
TEA
= Jumlah bahan + tambahan 10% bahan = 1,75 + 0,175 = 1,925 g
Asam stearat
= Jumlah bahan + tambahan 10% bahan = 0,25 + 0,025 = 0,275 g
Mineral oil
= Jumlah bahan + tambahan 10% bahan = 4 + 0,4 = 4,4 g
Deionized water
= Jumlah bahan + tambahan 10% bahan = 33,25 + 3,325 = 36,575 g
Acid salicylic
= Jumlah bahan + tambahan 10% bahan = 5 + 0,5
= 5,5 g Penimbangan bahan setiap 50 gram No. Nama bahan
Jumlah (g)
1
5,5
2 3 4 5
Asam salisilat Asam stearat Paraffin cair Glyceryl stearat
6 7
0,275 4,4 4,125 2,2 1,925
PEG 75 stearat
36,575
TEA Aqua destilata
Jumlah sediaan yang dibuat = 2 buah Tabel penimbangan bahan untuk membuat 2 buah sediaan sebagai berikut : No. Nama bahan
Jumlah (g)
1
1,1
2 3 4 5
Asam salisilat Asam stearat Paraffin cair Glyceryl stearat
6 7
0,55 8,8 8,25 4,4 3,85
PEG 75 stearat TEA Aqua destilata
73,15
Perhitungan Penimbangan Formula 2 : Dik : Formula krim sebagai berikut: R/
Asam Salisilat
5 gram
Asam Stearat
5 gram
Parafin cair
7 gram
Cetyl alkohol
8 gram
Aquadest
65 mL
Emulgator
10 gram
Berat krim yang dibuat : 100 gram : Berat masing-masing bahan yang ditimbang =…..?
Dit Jawab:
Asam salisilat
=
5 100
x 100 g
=5g Bobot yang ditimbang
=5g+
1 100
x5g
= 5,5 g
asam stearat
=
5 100
x 100 g
= 5g Bobot yang ditimbang
=5g+
1 100
x5g
= 5,5 g
Aquadest
=
65 100
x 100 g
= 65 g Bobot yang ditimbang
= 65 g +
1 100
x 65 g
= 71,5 g
Parafin cair
=
7 100
x 100 g
= 7g Bobot yang ditimbang
=7g+
1 100
x7g
= 7,7 g
Cetyl Alkohol
=
8 100
x 100 g
= 8g Bobot yang ditimbang
=8g+
1 100
x8g
= 8,8 g
Emulgator
=
10 100
x 100 g
= 10 g Perhitungan HLB butuh minyak
asam stearat
=
5 20
x 15
= 3,75
paraffin cair
=
7 20
x 12 g
= 4,2
cetyl alkohol
=
8 20
x 15 g
= 6 HLB butuh minyak
= 3,75 + 4,2 + 6 = 13,95
Untuk HLB Tween 80 = 15 dan HLB Span 80 = 4,3. Misalkan jumlah Tween yang dibutuhkan adalah a gram, maka jumlah Span yang dibutuhkan adalah (3-a) gram. Sehingga perhitungannya menjadi: HLB butuh total = HLB Tween 80 + HLB Span
10 x 13,95
= (a x 15) + [(10-a) x 4,3]
139,5 = 15 a + 43 – 4,3a 96,5= 10,7a a= 9,02 Jadi, jumlah Tween yang diperlukan adalah 9,02 gram dan jumlah Span yang dibutuhkan adalah (10 - 9,02) gram yaitu 0,98 gram. Penambahan 10% bahan sebagai antisipasi kehilangan bahan dalam pembuatan sediaan.
Tween 80
=
10 100
x 9,02g
= 0,902 g Bobot yang ditimbang
= 9,02 g + 0,902 g = 9,92 g
Span 80
=
10 100
x 0,98 g
= 0,098 g Bobot yang ditimbang
= 0,98 g + 0,098 g = 1,078 g
BAB V ALAT DAN BAHAN 5.1 Alat
- Beaker glass - Cawan petri - Batang pengaduk - Timbangan analitik ADAM AFP 360L - Gelas ukur - Termometer - Sendok tanduk - Sudip - Pipet tetes - Pot krim - Penangas air 5.2 Bahan
- Asam salisilat - Asam Stearat - Minyak mineral (Parafin cair) - Aqua destilata (Deionized water) - PEG 4000 (PEG 75 stearat) - TEA - Gliseril stearat
BAB VI PROSEDUR KERJA
6.1.1 Pembuatan Sediaan Krim Formula 1
Ditimbang semua bahan yang diperlukan
Fase minyak
Fase air
( Asam stearat dan parafin cair)
(Glyseril stearat, PEG 75 stearat, TEA, Aquadest)
Dilebur dalam gelas beaker pada suhu 70°C hingga meleleh
Asam salisilat
Dicampur dalam gelas beaker pada suhu 70°C sambil diaduk Digerus dan dicampur
Dicampur kedua fase dalam mortar hangat sambil diaduk secara konstan Terbentuk emulsi krim
6.1.2 Pembuatan Sediaan Krim Formula 2
Ditimbang semua bahan yang diperlukan
Fase minyak ( Asam stearat, cetyl alkohol dan parafin cair)
Asam salisilat
Fase air (Tween 80, Aquadest)
Dilebur dalam gelas beaker pada suhu 70°C hingga meleleh
Dicampur dalam gelas beaker pada suhu 70°C sambil diaduk Digerus dan dicampur
Dicampur kedua fase dalam gelas beker dan diaduk dengan magnetic stirer Campuran kedua fase + span80
diaduk konstan hingga dingin
Terbentuk emulsi krim
6.2.Prosedur Kerja Evaluasi 6.2.1.
Uji Organoleptis
Krim Diamati dan dilihat bentuk serta wananya dan diciumserta ditentukan baunya dan dicatat hasil yang diperoleh Data U i Or anole tis di eroleh 6.2.2.
Uji Homogenitas
Krim
Dioleskan pada sekeping kaca dan Diamati homogenitasnya Data U i homo enitas di eroleh
6.2.3.
Uji Daya Sebar
0,5 gram sampel Diletakkan diatas kertas grafik yang dilapisi Kertas transparan dibiarkan 15 detik
Sebaran krim 1 Dihitung luas daerah yang diberikan Ditutup kembali dengan plastic dan diberi Bebantertentu masing-masing 1,2 dan 5 gram Dibiarkan selama 60 detik Sebaran krim 2
Dihitung penambahan luas yang diberikan Data u i da a sebar di eroleh
6.2.4.
Uji Daya Lekat
0,25 gram sampel Diletakkan diatas gelas objek Ditekan dengan beban 1 kg selama 5 menit Angkat beban dari gelas objek Gelas ob ek + Krim Dipasang pada alat uji Gelas ob ek + Krim ada alat u i Ditambahkan beban 80 gram Dicatat waktu pelepasan krim dari gelas objek Data U i Lekat di eroleh
6.2.5.
Uji Pengukuran Viskositas Sediaan
Krim Diukur dengan menggunakan viskosimeter Brookfield Menggunakan spindle CP-52 kecepatan variasi (0,1; 0,2; 0,3; 0,4 dan 0,5 rpm selama 60 detik dengan shear rate 0,2 sampai 1 s-1 Dilakukan pada suhu ruangan Data Viskositas diperoleh
Diplot pada rheogram Rheo ram
6.2.6.
Pengukuran pH
1 gram krim
Diencerkan dengan air suling hingga 10 mL
H meter Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam krim, jarum pH meter dibiarkan bergerak menuju posisi tetap Dicatat pH yang ditunjukkan pada pH meter Data di eroleh
BAB VII DATA/HASIL PRAKTIKUM
6.1 Uji Organoleptis Batch
Bentuk
Warna
Bau
I
Emulsi krim pecah
Putih
Tidak berbau
II
Emulsi krim pecah
Cream keputihan
Agak tajam
III
Krim
Putih
Agak tajam
6.2 Uji Homogenitas Batch
Homogenitas
I
Homogen
II
Tidak Homogen
III
Homogen
6.3 Uji Daya Sebar Batch
Luas Sebaran 2 (cm2)
Luas Sebaran 1 (cm2)
Beban 1 gram
Beban 2 gram
Beban 5 gram
I
12,56
12,56
13,84
15,2
II
28,26
28,26
28,26
29,2
III
38,46
50,24
56,72
58,08
6.4 Uji Daya Lekat Waktu
Batch
Beban
I
80 g
0
II
80 g
0
III
80 g
0
(detik)
BAB VII PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan semisolid dalam bentuk krim. Krim merupakan suatu sediaansetengah padat, yang berupa emulsi kental mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar(Depkes RI, 1995). Dimana praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara pembuatan krim dengan basis krim yang cocok dan enak digunakan, menentukan formula dari basis krim yang cocok untuk pembuatan sediaan semisolid, membuat sediaan semisolid yang dapat digunakan sebagai rubifacient (memperlebar permukaan), melakukan evaluasi krim asam salisilat dan mengetahui spesifikasi sediaan yang tergolong ke dalam krim. Pada pembuatan krim ini bahan aktif yang digunakan adalah asam salisilat. Krim dibuat sebanyak 5 batch yang terdiri dari 3 bactch dengan bobot 100 gram dan 2 batch dengan bobot 50 gram. Ada 2 tipe yang digunakan dalam pembuatan krim yaitu krim tipe minyak dalam air (M/A) dan tipe air dalam minyak (A/M), tetapi dalam praktikum ini digunakan tipe minyak dalam air. Ada 2 formula yang digunakan kali ini yaitu yang pertama adalahasam salisilat, asam stearat, parafin cair, gliseril stearat, PEG 4000, TEA dan air suling. Lalu formula kedua adalah asam salisilat, tween, span, parafin cair, asam stearat dan cetyl alkohol. Digunakan 2 formula karena formula pertama emulsi yang terbentuk pecah.Hal ini dikarenakan fase air lebih banyak daripada fase minyaknya. Formula pertama digunakan untuk pembuatan 3 batch, hal pertama yang
dilakukan adalah menimbang seluruh bahan yang digunakan terkecuali
bahan yang memiliki sifat higroskopik, setelah ditimbang dimasukkan ke dalam campuran agar tidak telalu lama kontak dengan udara. Pada saat penimbangan dilakukan penambahan bobot sebanyak 10 % untuk mengantipasi kemungkinan kehilangan bobot saat penimbangan, kemudian dilakukan pencampuran fase air dengan menggunakan beaker glass diatas penangas air yaituGlyseril stearat, PEG 75 stearat, TEA, Aquadest pada suhu 70 oC.Dilebur pada suhu 70 oC karena asam stearat memiliki titik leleh tidak kurang dari 54 oC (Depkes RI, 1995). Dalam waktu yang bersamaan dilakukan peleburan fase minyak yaitu asam stearat dan
parafin cair diatas penangas air sampai melebur. Setelah semuanya melebur sempurna dilakukan pencampuran fase minyak ke dalam fase air sedikit demi sedikit. Diaduk dengan menggunakan magnetic stirer dengan konstan, karena pada saat pengadukan masa yang terbentuk sangat encer, masa kemudian dipindahkan kedalam mortir panas yang berisi asam salisilat, di gerus dengan konstan. Namun masa yang terbentuk tetap encer (emulsi pecah), meskipun demikian masa yang yang diperoleh tetap digunakan. Untuk pembuatan batch yang kedua memiliki cara yang sama. Sedangkan pembuatan batch ketiga, masa yang juga diperoleh pecah (emulsi pecah), kemudian campuran bahan yang dibuat ditambahkan 90 tetes span,emulsi yang terbentuk sangat baik. Hal ini dikarenakan formula yang pertama fase air yang digunakan terlalu banyak dan kekurangan emulgator. Untuk pembuatan 2 batch selanjutnya dibuat dengan menggunakan formula yang kedua yaitu asam salisilat, tween, span, parafin cair, asam stearat dan cetyl alkohol. Dimana pembuatan diawali dengan penimbangan bahan-bahan yang diperlukan, kemudian fase minyak yaitu tween dan air suling dilebur diatas penangas air dengan suhu 70 0 C hingga melebur sempurna, disaat yang bersamaan fase air ( asam stearat,parafin cair dan cetyl alkohol) juga dilebur dengan suhu yang sama. Dilebur pada suhu 70 oC karena asam stearat memiliki titik leleh tidak kurang dari 54oC (Depkes RI, 1995). Kemudian fase air diaduk konstan dengan menggunakan magnetic stirrer hingga terbentuk fase air yang homogen. Pengadukan ini bertujuan untuk mendapatkan campuran yang homogen.Fase air kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam fase minyak yang berada dalam beaker glass.Penambahan fase air tersebut disertai dengan pengadukan yang konstan agar terbentuk basis krim yang baik.Span ditambahkan terakhir agar diperoleh basis krim sehingga basis krim yang terbentuk lebih baik. Selanjutnya asam salisilat yang berfungsi sebagai bahan aktif digerus pada mortir, setelah campuran fase air dan fase minyak dingin, dituangkan kedalam mortir untuk digerus, krim mulai memadat. Krim asam salisilat kemudian dimasukkan kedalam wadah pot, diberi etiket dan dimasukkan dalam kemasan kotak. Krim harus disimpan pada tempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari karena
tingginya suhu akan mempengaruhi sifat fisikokimia zat yang terkandung dalam krim dan menyebabkan krim menjadi tidak stabil. Sediaan krim dapat menjadi rusak bila sistem campurannya terganggu(Anief, 1997). Setelah pembuatan sediaan krim selesai, dilanjutkan dengan melakukan evaluasi sediaan krim.Evaluasi yang dilakukan adalah uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat.Uji pengukuran pH dan uji viskositas pada sediaan krim tidak dilakukan karena keterbatasan waktu praktikum. Uji organoleptis menunjukkan bahwa satu batch krim yang diuji memiliki organoleptis yaitu berwarna cream keputihan, dan baunya agak tajam. Bau agak tajam ini disebabkan olehtidak
ditambahkan bahan pengawet pada formula
sertasuhu tempat penyimpanan yang kurang sejuk sehingga menyebabkan krim kurang stabil.Uji homogenitas dilakukan dengan cara melihat sediaan krim secara visual.Uji homogenitas ini menunjukkan bahwa sediaan krim yang dibuat tidak homogen,
karena
masih
terlihat
ada
gelembung-gelembung
air.Ketidakhomogenan dapat terjadi akibat proses pengadukan yang kurang konstan. Selanjutnya dilakukan uji daya sebar.Uji daya sebar dilakukan dengan meletakkan 0,5 gram krim diatas kertas grafik yang dilapisi oleh kacayang berbentuk segi empat bening. Disini kertas grafik berfungsi untuk mempermudah dalam pengukuran diameter krim yang tersebar. Pada uji daya sebar ini, dilakukan 3 kali agar dapat dilihat presisi dari hasil yang diperoleh. Dari hasil uji dapat dilihat penambahan diameter penyebarannya yang paling baik diperoleh pada batch 3 setelah penambahan beban sebesar 1 gram adalah
50,24 cm lalu
penambahan beban 2 gram adalah 56,72 cm sedangkan dengan penambahan beban 5 gram adalah 58,08 cm. Dari hasil tersebut diketahui bahwa pada batch 3 penambahan diameter sebar terbesar diperoleh dari penambahan beban seberat 2 gram. Perbedaan hasil ini dapat terjadi karena pengukuran diameter dilakukan secara manual dengan menggunakan penggaris biasa. Pada umumnya semakin bertambahnya beban maka diameter sebarnya akan semakin besar. Pada uji daya sebar ini diketahui bahwa krim yang diberikan beban 1 mg memiliki daya sebar
paling rendah
dibandingkan yang lainnya.Hal ini
dilihat
dari kecilnya
penambahan diameter yang terjadi ketika penambahan beban. Kemudian uji yang terakhir dilakukan pada evaluasi sediaan krim adalah uji daya lekat.Uji daya lekat dilakukan dengan meletakkan 0,25 gram krim pada 2 buah kaca objek.Diberi beban 1 kg selama 5 menit agar krim dapat menempel pada kaca objek.Kemudian beban diangkat.Lempeng kaca yang berisi krim dipasang pada alat uji.Diberi beban 80 gram.Dicatat waktu pelepasan krim pada gelas objek. Waktu rata-rata yang diperoleh pada batch 1 yaitu 0 detik, pada batch 2 yaitu 0 detik dan pada batch yang terakhir (batch 3) yaitu 0 detik. Dari hasil yang diperoleh daya lekat sediaan krim yang dibuat tidak memenuhi kriteria krim yang baik. Secara umum semakin tinggi daya lekat maka waktu pelepasan krim dari kaca akan semakin lama.
BAB VIII KESIMPULAN
8.1 Dari kedua formula yang digunakan untuk pembuatan sediaan krim, formula yang lebih tepat digunakan adalah formula yang kedua yaitu R/
Asam Salisilat
5 gram
Asam Stearat
5 gram
Parafin cair
7 gram
Cetyl alkohol
8 gram
Aquadest
65 mL
Emulgator
10 gram
8.2 Bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim adalah asam salisilat yang berkhasiat sebagai keratolitik. Dimana asam salisilat sebagai antifungi berkhasiat fungisid terhadap banyak fungi pada konsentrasi 3-6% dalam salep dan berkasiat bakteriostatis lemah dan berdaya keratolitis, yaitu dapat melarutkan lapisan tanduk kulit pada konsentrasi 5-10%.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1997. Ilmu Meracik Obat . Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Arvin, B.K. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Ed.5 Vol.3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Bruntan, Laurence, Keith P, dkk. 2008. Goodman and Gillman’s Manual of Pharmacology and Therapeutic. New York: Mc Graw Hill Medical Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit .Jakarta: Hipokrates Lachman, L., Herbert A. L., Joseph L. K. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. Jakarta: UI Press Niazi, S. K. 2009. Handbook of Pharmaceutical Manufacturing Formulations Compressed Solid ProductVolume I second Editions . New York : Informa Healtcare Purushothamrao K, Khaliq K., Sagare P., Patil S. K., Kharat S. S., Alpana.K. 2010. Formulation and evaluation of vanishing cream for scalp psoriasis. Int J Pharm Sci Tech Vol-4,Issue-1, 2010. ISSN: 0975-0525 Rowe, Raymond C., Paul J. S., Paul J. W. 2003. Handbook of Pharmaceutical Exipients. London: Pharmaceutical Press Tjay, T.H. 2007. Obat-obat Penting Edisi ke Enam. Jakarta: Elex Media Komputindo
PENGEMASAN
Wadah = Pot Cream
Kemasan primer
Kemasan sekunder
Etiket