500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
1
C an an ce ce l e d Service
2
C an an ce ce l e d Service
3
C an an ce ce l e d Service
4
C an an ce ce l e d Service
Pada pasien RITL dengan rencana tindakan Klaim tidak layak biopsi, tidak jadi dilakukan tindakan karena alasan teknis RS (contoh: dokter tidak berada di tempat), namun tindakan biopsi tetap ditagihkan ke BPJS.
5
C an an ce ce l e d Service
6
C an an ce ce l e d Service C an an ce ce l e d Service
Pada pasien RITL dengan rencana tindakan pemasangan cimino, tidak jadi dilakukan tindakan karena dokter tidak berada di tempat, namun tindakan pemasangan cimino tetap ditagihkan ke BPJS. Rencana tindakan echo untuk kasus jantung tidak jadi dilakukan namun tetap tetap ditagihkan Pasien masuk RITL tidak dilakukan tindakan marsupialisasi namun ditagihkan tindakan marsupialisasi
7
8
C an an ce ce l e d Service
9
C an an ce ce l e d Service
10
C an an ce ce l ed ed Service
Peserta BPJS yang di rawat inap akan dilakukan tindakan operasi bagian Urologi tanggal 13 Agustus 2014, diminta untuk untuk membayar alat dengan alasan alat tidak disediakan oleh RS sebesar Rp.8.500.000,Pasien tidak jadi dioperasi karena tidak membayar alat tersebut. Pasien dengan diagnosa appendix dan direncanakan untuk tindakan bedah, namun dikarenakan mati listrik sehingga tindakan bedah dibatalkan Diagnosa Utama : K359 (Acute appendicitis,unspecified)Tindakan fied)Tindakan : 4709 (Other appendectomy) 9918 (Injection or infusion of electrolytes) 9059 (Other microscopic examination of blood) 9396 (Other oxygen enrichment) 8952(Electrocardiogram) 8952(Electrocardiogra m) Group CBGs : K-1-13-I (Prosedur appendik ringan) Biaya Rp. 4.474.757
VERIFIKASI Peserta melaporkan ke BPJS Kesehatan Center di RS
ANALISA VERIFIKATOR Tidak adanya pengawasan dan sangsi pada oknum yang menagihkan biaya pelayanan kesehatan yang tidak wajar terhadap peserta
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Verifikator melakukan pencatatan kasus ini Alat Kesehatan sebagai bahan pertimbangan pada saat dilakukan recredentialing FKRTL
Pasien hanya dibayarkan tindakan konsultasi Penagihan klaim untuk pasien yang Tindakan atau prosedur yang sudah dilakukan dan diagnosanya saja, untuk tagihan bedah mendapatkan tindakan bedah selalu ada yang di koding (diinput) tidak dibayarkan laporan operasi
Appendik
Diagnosa Utama : K359 (Acute appendicitis,unspecified) fied) Tindakan : 9918 (Injection or infusion of electrolytes) 9059 (Other microscopic examination of blood) 9396 (Other oxygen enrichment) 8952(Electrocardiogram)Group 8952(Electrocardiogram)Group CBGs : K-418-I (Diagnosis Sistem Pencernaan lain-lain (ringan) Biaya Rp. 3.669.066
Appendik
Klaim tidak layak
ditu dituru runk nkan an menj menjad adii kont kontro roll bias biasa a
Di status pasien hanya ditulis pro laparatomi untuk dilakukan tindakan marsupialisasi, tetapi tindakan tidak jadi dilakukan karena kondisi kesehatan pasien tidak memungkinkan Diganosa Sekunder : E722 (Disorder of urea Cycle Tidak layak klaim metabilism) Tindakan : 3927 (Arteriovenostomy for renal dialysis) Pasien didaftarkan masuk ke poli kembali karena SEP dibatalkan, hanya dicetakan SEP obat yang diambil saat dia datang beberapa hari sebelumnya dan di ACC oleh petugas BPJS sebelumnya tidak dapat diambil karena belum Kesehatan waktunya mengambil obat Pasien RITL atas nama Arifin Seltia Lubis nokp: R ITL tidak di layakkan karena tidak indikasi 0001201576072 , masuk tgl 28-07-2014 kondisi utk pasien Rawat Inap pasien dalam ke adaan hamil masuk opname keluhan sakit pingangg tanpa ada tindakan psn plg .dua hr kemudian pasien SC
Pada saat verifikasi tidak ada tindakan appendiktomi pada billing biaya RS maka dilakukan penelusuran pada Rekam Medis dan ternyata pasien tidak jadi operasi dikarenakan pasien pasien kondisinya lemah jadi operasi ditunda Jadi tindakan appendiktomi tidak boleh dientrykan
Verifikator melakukan cross check kepada laporan operasi atau reusme medis, apabila terbukti tidak dilakukan operasi, verifikator menyampaikan hal tersebut kepada koder untuk dilakukan koreksi tagihan.
Tidak terdapat biaya tindakan biopsi pada billing RS, setelah dikonfirmasi ke rekam medis pasien, terdapat keterangan penundaan tindakan oleh dokter. Tidak terdapat biaya tindakan pemasangan cimino pada billing RS, setelah dikonfirmasi ke rekam medis pasien, terdapat keterangan penundaan tindakan oleh dokter. Terl Terlih ihat at di peri perincia n cian n biay biaya a tida tidak k ada ada tindakan echo Tindakan operasi harus melaporkan bukti laporan operasi pasien
Verifikator memberikan lembar konfirmasi kepada Biopsi pasien yang tidak jadi dirawat kepada koder, sehingga pengajuan klaim dapat diubah sesuai kejadian sebenarnya.
Pasien tidak HD
Terlihat dari tools riwayat pelayanan di aplikasi pembuatan SEP
Verifikator memberikan lembar konfirmasi kepada Cimino pasien yang tidak jadi dirawat kepada koder, sehingga pengajuan klaim dapat diubah sesuai kejadian sebenarnya. Verifikator menyampaikan isi rekam medis kepada koder agar dilakukan koreksi tagihan. Tindakan yang ditagihkan adalah tindakan yang diberikan kepada pasien. Jika tidak dilakukan tindakan, maka tidak dientri. Yang entri hanya diagnosanya saja
Ekokardiografi
Tindakan yang tidak dilakukan tidak dapat ditagihkan. Klaim tidak dilayakkan.
Ginjal/Hemodialisa
Gigi Mulut
Verifikator memastikan kunjungan konsul pasien Obat apakah ada komplikasi atau penyakit penyerta, apabila tidak ada verifikator melakukan konfirmasi agar kunjungan tsb tidak ditagihkan (disertai lembar konfirmasi). pada tanggal 30 -07-2014 pasien masuk Pada kasus ini jika pasien sudah mendapatkan Persalinan/Kehamilan/Bayi kembali dengan di lakukan tindakan SC. surat perintah rawat inap dan memasuki runag Baru Lahir Sehingga kasus yg sebelumnya tdk rawat, maka dapat ditagihkan sebagi kasus RITL menjadi kasus yg utama dan tidak dengan diagnosa O47.9 (False labour/persalinan menjadi beban biaya palsu)
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI Melihat billing hanya tertulis konsultasi dokter saja.
ANALISA VERIFIKATOR Setelah di cek status, ternyata pasien batal berobat. Ada sekitar 3 kasus
REKOMENDASI NCC
11
C an an ce ce l ed ed Service
Mengajukan klaim pasien rajal padahal pasien tersebut batal berobat.
12
C an an ce ce l ed ed Service
Pasien RITL Atas Nama : Ria Tio Silitonga Nokp : Pasien Hanya dibayarkan biaya konsultasi 0000014522128 masuk tanggal 07-07-2014 saja di RJTL pulang tgl 07-07-2014 dengan diagnosa OMSK rencana operasi ,tenyata di batal pasien tdk berani dan hari itu juga pasien pulang
Di kembalikan untuk di koreksi dan di ACC hanya rawat jalan biasa tanpa tindakan
13
C an an ce ce l ed ed Service
Melihat dari resume medis pasien yang mencamtumkan keterangan operasi ditunda pada bulan depan atas permintaan dari pasien
Sesuai petunjuk teknis Verifikasi Pasien Pada kasus yang pertama, tindakan heniotomy yang masuk ke rawat inap sebagai tidak dapat ditagihkan krn belum dilakukan. kelanjutan dari proses perawatan di rawat jalan atau gawat darurat, maka kasus tersebut termasuk satu episode rawat inap, dimana pelayanan yang telah dilakukan di rawat jalan atau gawat darurat sudah termasuk didalamnya
14
C an an ce ce l ed ed Service
pasien masuk RITL dengan diagnosa utama Hernia Inguinalis dan direncanakan operasi, namun operasi ditunda setelah lebaran atas permintaan keluarga. Pihak Rumah Sakit menagihkan pelayanan RITL tersebut. Setelah lebaran pasien masuk RITL kembali untuk melakukan operasi Hernia tersebut dan pihak Rumah sakit menagihkan kembali. terpisah bukan sebagai satu periode penyakit Pasien Thalasemia masuk lewat IGD dengan pengantar rawat inap: pro transfusi, diprosedur ditagihkan transfusi,pada saat verifikasi di konfirmasi kepeserta ternyata pasien tidak jadi transfusi karena HB nya normal,tidak jadi dirawat tetapi ditagihkan sebagai tagihan rawat inap
Tagihan yang dibayarkan hanya tagihan rawat Di billing rumah sakit tidak ada tercantum jalan saja karena pasien tidak dak jadi di rawat tagihan darah (PMI) sehingga verifikator inap melakukan konfirmasi langsung ke pasien
Verifikator memberikan lembar konfirmasi kepada Transfusi Darah pasien yang tidak jadi dirawat kepada koder, sehingga pengajuan klaim dapat diubah sesuai kejadian sebenarnya.
15
Clon Clonni ning ng
Pasi Pasien en an. an. Ny. Ny. Eka Eka (21 (21 Thn) Thn) masu masuk k RITL RITL mela melalu luii UGD, pasien tdk mempunyai kartu BPJS dan bersedia membayar sebagai pasien umum. Setelah dipindahkan ke ruang inap, pasien disarankan oleh perawat RS untuk menggunakan kartu BPJS milik saudara / tetangga.
pada rekam medik pasien terdapat perbedaan data identitas peserta, dimana saat di UGD menggunakan nama Ny. Eka, dan di ruang inap menggunakan nama Ny. Nurhaeni (Peserta mandiri / 46 thn)
Pada kasus ini tidak dapat diterbitkan SEP. kasus Penggunaan kartu tidak dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Verifikator membuat catatan sebagai bahan pertimbangan recredentialing FKRTL. Verifikator meminta tenaga kesehatan agar menlakukan edukasi kepada pasien untuk segera melakukan pendaftaran sebagai peserta JKN.
16
Corr Correc ectt char charge ge for room type
Pasien dirawat dikelas 3 ditagihkan di kelas 1 dengan tarif Rp. 2192494
pasien dirawat di kelas sesuai dengan kelas kelas rawat terlihat pada billing sistem yang digunakan bukan hak kelas yang tertera RS sehingga terliahat jelas kelas pada SEP sehingga sesuai kelas perawatan perawatan yang digunakan oleh pasien pasien dibayarkan dengan tarif 1.566.068
17
Corr Correc ectt char charge ge for room type
Agusman masuk tgl 1-4 juli 2014 dgn dg Sciatica Pasien tetap ditagihkan di akelas perawatan dan arthosis hakkelas peserta di kelas 1 tetapi di yang didapat rawat di kelas 2 Diagnose utama M54.3 Diagnose sekunder M19.9 kelas 1 (2.736.744) Kelas 2 ( 2.345.781).
Dikarenakan Rs Siti Aisyah kelas rawat 1 Sudah Sudah diak diakomo omodir dir pada pada PMK PMK 28 Tahun Tahun 2014 2014 tidak terlalu memadai sehingga sering peserta kelas 1 ditempatkan di kelas 2 dan kejadian ini sering terjadi setiap bulan sampai 25 kasus setiap bulannya
Akomod Akomodasi asi
18
Corr Correc ectt char charge ge for room type
pasien tetap ditagihkan di kelas perawatan yang didapat
rsud lahat ruang kelas 1 sedikit sehingga Sudah Sudah diak diakomo omodir dir pada pada PMK PMK 28 Tahun Tahun 2014 2014 beberapa peserta mendapat perawatan kelas di bawah hak nya
Akomod Akomodasi asi
19
Corr Correc ectt char charge ge for room type
Zaimah masuk tanggal 23-27 maret 2014 dg Dispepsia dan Vertigo. Hak kelas di kelas 1 tetapi pasien dirawat dikelas 2. Diagnosa Utama K30 dan sekunder R42. Pasien yang hak nya kelas 1, diletakkan ke kelas 3 karena penuh tetapi tetap di tagihkan di kelas 1
Klaiman tetap dibayarkan sesuai haknya padahal pasien diletakkan tidak sesuai hak rawatan nya
B er er da da sa sa rk rk an an k el el uh uh an an p as as ie n
A ko ko mo mo da da si si
Sesuai dengan ketentuan: ketentuan: Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana yang diatur dalam peraturan yang berlaku maka pelayanan kesehatan tersebut tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan. Dalam hal ini peserta tsb menggunakan kartu BPJS milik orang lain.
Pelayanan kesehatan yang tidak jadi dilakukan (batal dilakukan), tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder dan melakukan negosiasi dengan FKRTL.
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan) Rujukan
Telinga
Tindakan Medik/Operatif
Verifikasi sesuai dengan Manlak JKN Permenkes Akomodasi 28 tahun 2014.
S ud ud ah ah d ia ko ko mo mo di di r p ad ad a P MK MK 2 8 T ah ah un un 2 01 01 4
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI Melihat billing hanya tertulis konsultasi dokter saja.
ANALISA VERIFIKATOR Setelah di cek status, ternyata pasien batal berobat. Ada sekitar 3 kasus
REKOMENDASI NCC
11
C an an ce ce l ed ed Service
Mengajukan klaim pasien rajal padahal pasien tersebut batal berobat.
12
C an an ce ce l ed ed Service
Pasien RITL Atas Nama : Ria Tio Silitonga Nokp : Pasien Hanya dibayarkan biaya konsultasi 0000014522128 masuk tanggal 07-07-2014 saja di RJTL pulang tgl 07-07-2014 dengan diagnosa OMSK rencana operasi ,tenyata di batal pasien tdk berani dan hari itu juga pasien pulang
Di kembalikan untuk di koreksi dan di ACC hanya rawat jalan biasa tanpa tindakan
13
C an an ce ce l ed ed Service
Melihat dari resume medis pasien yang mencamtumkan keterangan operasi ditunda pada bulan depan atas permintaan dari pasien
Sesuai petunjuk teknis Verifikasi Pasien Pada kasus yang pertama, tindakan heniotomy yang masuk ke rawat inap sebagai tidak dapat ditagihkan krn belum dilakukan. kelanjutan dari proses perawatan di rawat jalan atau gawat darurat, maka kasus tersebut termasuk satu episode rawat inap, dimana pelayanan yang telah dilakukan di rawat jalan atau gawat darurat sudah termasuk didalamnya
14
C an an ce ce l ed ed Service
pasien masuk RITL dengan diagnosa utama Hernia Inguinalis dan direncanakan operasi, namun operasi ditunda setelah lebaran atas permintaan keluarga. Pihak Rumah Sakit menagihkan pelayanan RITL tersebut. Setelah lebaran pasien masuk RITL kembali untuk melakukan operasi Hernia tersebut dan pihak Rumah sakit menagihkan kembali. terpisah bukan sebagai satu periode penyakit Pasien Thalasemia masuk lewat IGD dengan pengantar rawat inap: pro transfusi, diprosedur ditagihkan transfusi,pada saat verifikasi di konfirmasi kepeserta ternyata pasien tidak jadi transfusi karena HB nya normal,tidak jadi dirawat tetapi ditagihkan sebagai tagihan rawat inap
Tagihan yang dibayarkan hanya tagihan rawat Di billing rumah sakit tidak ada tercantum jalan saja karena pasien tidak dak jadi di rawat tagihan darah (PMI) sehingga verifikator inap melakukan konfirmasi langsung ke pasien
Verifikator memberikan lembar konfirmasi kepada Transfusi Darah pasien yang tidak jadi dirawat kepada koder, sehingga pengajuan klaim dapat diubah sesuai kejadian sebenarnya.
15
Clon Clonni ning ng
Pasi Pasien en an. an. Ny. Ny. Eka Eka (21 (21 Thn) Thn) masu masuk k RITL RITL mela melalu luii UGD, pasien tdk mempunyai kartu BPJS dan bersedia membayar sebagai pasien umum. Setelah dipindahkan ke ruang inap, pasien disarankan oleh perawat RS untuk menggunakan kartu BPJS milik saudara / tetangga.
pada rekam medik pasien terdapat perbedaan data identitas peserta, dimana saat di UGD menggunakan nama Ny. Eka, dan di ruang inap menggunakan nama Ny. Nurhaeni (Peserta mandiri / 46 thn)
Pada kasus ini tidak dapat diterbitkan SEP. kasus Penggunaan kartu tidak dapat ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Verifikator membuat catatan sebagai bahan pertimbangan recredentialing FKRTL. Verifikator meminta tenaga kesehatan agar menlakukan edukasi kepada pasien untuk segera melakukan pendaftaran sebagai peserta JKN.
16
Corr Correc ectt char charge ge for room type
Pasien dirawat dikelas 3 ditagihkan di kelas 1 dengan tarif Rp. 2192494
pasien dirawat di kelas sesuai dengan kelas kelas rawat terlihat pada billing sistem yang digunakan bukan hak kelas yang tertera RS sehingga terliahat jelas kelas pada SEP sehingga sesuai kelas perawatan perawatan yang digunakan oleh pasien pasien dibayarkan dengan tarif 1.566.068
17
Corr Correc ectt char charge ge for room type
Agusman masuk tgl 1-4 juli 2014 dgn dg Sciatica Pasien tetap ditagihkan di akelas perawatan dan arthosis hakkelas peserta di kelas 1 tetapi di yang didapat rawat di kelas 2 Diagnose utama M54.3 Diagnose sekunder M19.9 kelas 1 (2.736.744) Kelas 2 ( 2.345.781).
Dikarenakan Rs Siti Aisyah kelas rawat 1 Sudah Sudah diak diakomo omodir dir pada pada PMK PMK 28 Tahun Tahun 2014 2014 tidak terlalu memadai sehingga sering peserta kelas 1 ditempatkan di kelas 2 dan kejadian ini sering terjadi setiap bulan sampai 25 kasus setiap bulannya
Akomod Akomodasi asi
18
Corr Correc ectt char charge ge for room type
pasien tetap ditagihkan di kelas perawatan yang didapat
rsud lahat ruang kelas 1 sedikit sehingga Sudah Sudah diak diakomo omodir dir pada pada PMK PMK 28 Tahun Tahun 2014 2014 beberapa peserta mendapat perawatan kelas di bawah hak nya
Akomod Akomodasi asi
19
Corr Correc ectt char charge ge for room type
Zaimah masuk tanggal 23-27 maret 2014 dg Dispepsia dan Vertigo. Hak kelas di kelas 1 tetapi pasien dirawat dikelas 2. Diagnosa Utama K30 dan sekunder R42. Pasien yang hak nya kelas 1, diletakkan ke kelas 3 karena penuh tetapi tetap di tagihkan di kelas 1
Klaiman tetap dibayarkan sesuai haknya padahal pasien diletakkan tidak sesuai hak rawatan nya
B er er da da sa sa rk rk an an k el el uh uh an an p as as ie n
A ko ko mo mo da da si si
Sesuai dengan ketentuan: ketentuan: Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana yang diatur dalam peraturan yang berlaku maka pelayanan kesehatan tersebut tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan. Dalam hal ini peserta tsb menggunakan kartu BPJS milik orang lain.
Pelayanan kesehatan yang tidak jadi dilakukan (batal dilakukan), tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder dan melakukan negosiasi dengan FKRTL.
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan) Rujukan
Telinga
Tindakan Medik/Operatif
Verifikasi sesuai dengan Manlak JKN Permenkes Akomodasi 28 tahun 2014.
S ud ud ah ah d ia ko ko mo mo di di r p ad ad a P MK MK 2 8 T ah ah un un 2 01 01 4
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
20
Corr Correc ectt char charge ge for room type
Pasien PBI masuk RITL dengan kasus Malaria Tersiana
Sesuai dengan hak peserta kelas III, tetapi di setelah di lakukan penelusuran data entri kelas II, sehingga layak di byr kelas III tersebut, berhubung data base blm online (VPN), penerbitan SEP dipilih dengan kelas rawat II
Verifikator melakukan konfirmasi hak rawat Akomodasi peserta kepada koder untuk ditagihkan dan dibayarkan sesuai dengan hak dan kelas yang ditempati peserta mengingat peserta PBI tidak diperbolehkan untuk naik kelas. Dilakukan pengecekan terhadap pasien Verifikator melakukan customer visit kepada Akomodasi yang ternyata benar dirawat di ruang pasien dengan lembar konfirmasi, kemudian perawatan kelas 3. Jadi penagihan klaim melakukan konfirmasi kelas rawat yang ditempati dilakukan sesuai dengan kelas oleh pasien kepada koder. perawatan pasien
21
Corr Correc ectt char charge ge for room type
Pasien masuk RITL dengan diagnosa Demam Melakukan perubahan kelas pengajuan thyfoid. Pasien mendapat kelas perawatan kelas 3. sesuai dengan pasien mendapat pelayanan. Diajukan diagnosa utama A01.0 Thyfoid Fever; Diagnosa utama A01.0 Thyfoid Fever Namun diajukan sebagai pasien yang mendapat kelas perawatan kelas 2.
22
Corr Correc ectt char charge ge for room type
Pasien mendapat kelas rawat di bawah hak kelas rawatnya, dengan alasan hak kelas rawatnya penuh namun penagihan sesuai hak kelas sebanyak 468 kss
BPJS membayar sesuai dengan kelas dimana pasien dirawat
Sesuai dengan Permenkes No 28 Sudah Sudah diak diakomo omodir dir pada pada PMK PMK 28 Tahun Tahun 2014 2014 tahuan 2014 Dalam hal ruang rawat inap yang penuh peserta dapat dirawat di kelas perawatan satu tingkat lebih tinggi paling lama ( tiga) hari. Dan apabila dirawat dikelas yang lebih rendah maka BPJS membayar sesuai dengan kelas dimana dirawat.
Akomod Akomodasi asi
23
Corr Correc ectt char charge ge for room type
Kasus persalinan normal dirawat di ruang kebidanan kelas 2 walaupun hak kelas perawatannya kelas 1, klaim ditagihkan tetap ditagihkan sesuai hak kelas perawatan peserta, yaitu kelas 1
Klaim dibayar sesuai dengan ruang perawatan yang ditempatkan pasien, yaitu kelas 2. Biaya persalinan normal kelas 1 Rp 2.655.065, kelas 2 ; Rp 2.275.770. biaya persalinan SC kelas 1 Rp 5.303.366, kelas 2 Rp 4.545.742
Seharusnya apabila pasien dirawat di kelas lebih rendah dari kelas perawatannya, maka dibayar sesuai dengan kelas yang ditempatinya.
Sudah Sudah diak diakomo omodir dir pada pada PMK PMK 28 Tahun Tahun 2014 2014
Akomod Akomodasi asi
24
Corr Correc ectt char charge ge for room type
Pasien yang hak kelas rawatnya penuh misalnya Tagihan yang dibayarkan adalah sesuai kelas 1,namun pasien dititipkan dikelas yang lebih dengan kelas rawat yang ditempati peserta rendah tetapi ditagihkan sesuai dengan hak kelas peserta yaitu kelas 1
Di billing rumah sakit tercantum bahwa pasien ditempatkan di kelas yang lebih rendah
Sudah Sudah diak diakomo omodir dir pada pada PMK PMK 28 Tahun Tahun 2014 2014
Akomod Akomodasi asi
25
Corr Correc ectt char charge ge for room type
Pasien RITL dengan dx A09 (diarrhoea) dan Sesuai dengan pembayaran INACbgs anemia. Pasien dirawat 3 hari di VIP, hak kelas Rp.5.036.307, biaya riil RS Rp.3.272.900 seharusnya kelas I. Pasien di tagihkan iuran biaya oleh pihak RS, Padahal INAcbg lebih besar daripada biaya riil rumah sakit.
Pasien ditagihkan oleh pihak RS selisih bayaran. RS memasukkan tarif INACbgs ke dalam rincian biaya perawatan yang tidak sesuai dengan yang seharusnya ditagihan ke BPJS. Sehingga tarif INACbg lebih kecil dari biaya riil RS (keluhan pasien)
Pada kasus ini , pengajuan klaim RS sudah Akomodasi sesuai ketentuan. Untuk pasien yang naik kelas ke VIP dapat dikenakan selisih biaya. Sedangkan untuk tarif INA CBGs yang lebih tinggi dari tarif riil RS tidak lagi menjadi permasalahan apabila sesuai dengan kondisi pasien yang dilayani.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
26
Correct charge for room type
Pasien RITL dengan diagnosa nausea and vomiting naik kelas perawatan dari kelas 2 ke kelas 1. Pasien membayar selisih tidak sesuai dengan tagihan yang seharusnya
Tarif INA-CBG kelas 1 = Rp 3.558.794 Tarif INA-CBG kelas 2 = Rp 3.050.396 Pasien membayar selisih biaya perawatan sebesar Rp 1.020.004, dimana seharusnya selisih yang dibayar oleh pasien sebesar Rp 508.398.
Berdasarkan PMK No. 28 tentang Pedoman Pelaksanaan Program JKN bahwa peningkatan kelas perawatan sampai dengan kelas 1, maka diberlakukan urun biaya selisih tarif INACBGs kelas ruang perawatan yang dipilih dengan tarif INA-CBGs yang menjadi haknya.
27
Correct charge for room type
rumah sakit menagihkan sesuai hak kelas rawat pasien sedangkan pasien menempati kelas perawatan yang lebih rendah lebih dari 3 hari.
dijamin sesuai kelas perawatan yang ditempati pasien.
pasien seharusnya menempati kelas perawatan sesuai dengan haknya. Apabila ruangan penuh dan ditempatkan lebih rendah dari hak kelas perawatan pasien. Seharusnya RS menagihkan sesuai dengan kelas perawatan yang ditempati oleh pasien.
28
Correct charge for room type
Pasien masuk dengan kasus uterovaginal prolaps pasien tidak perlu membayar selisih biaya , unspecified, pasien naik kelas dari kelas I ke VIP, karena tarif INA CBg masih cukup. total tagihan yang di tujukan kepada pasien sebesarRp. 5.640.000. Tarif INA Cbg yang tercantum di billing RS Rp. 4.003.665 jd pasien membayar selisih Rp. 1.636.335,- akan tetapi tagihan INA Cbg yg RS tagihkan ke BPJS sebesar Rp. 5.676.993
29
Correct charge for room type Correct charge for room type
Px dgn hak kelas 1 dirawat dikelas 3 dan ditagihkan kelas 1 Pasien RITL dengan hak kelas II dirawat di kelas III karena kelas II penuh, Diagnosa utama: Dyspepsia K30 Biaya Ina CBGs Rp 3.713.095
31
Correct charge for room type
Pasien RITL hak kelas 1 tinggal di kelas III (turun kelas) dicoding kelas 1
Verifikasi berdasarkan pelayanan yang diterima pasien. Berdasarkan Permenkes no 71 pasal 22, apabila hak kelas perawatan penuh,peserta dapat dirawat di kelas 1 tingkat lebih tinggi maks 3 hari Sesuai PMK 28, tagihan klaim dibayar sesuai Cek keseuaian billing RS antara hak kelas dimana pasien dirawat kelas dan kelas dimana pasien dirawat
32
Correct charge for room type
Pasien RITL masuk dengan diagnosa E115 , ditagihkan biaya kelas 2
pasien drawat dan mendapatkan hak rawat kelas 3 Rp 3,758,620
33
Correct charge for room type
Pasien dengan diagnosa dyspepsia dirawat Seharusnya yang ditagihkan sesuai dengan dikelas 3, ditagihkan dengan kelas perawatan kls 2 ruangan yang ditempati pasien saat dirawat
34
Correct charge for room type
Pasien dengan diagnosa utama K.808 Cther sesuai dengan berkas klaim diverifikasi Cholelithiasis dikarenakan ruangan rawat sesuai pasien dirawat di ruang kelas 3 hak peserta kelas 2 nya penuh pasien bersedia dirawat dikelas 3(untuk ruang kelas 1 dikonfirmasi juga penuh),akan
30
Adanya perbedaan tarif Ina Cbg yang tercantum di billing RS dengan tarif Ina Cbg keluaran aplikasi. Rumah sakit menuliskan lebih rendah dari yang sebenarnya.
Tagihan berdasarkan pelayanan yang diberikan kepada peserta, yaitu perawatan kelas III. Biaya Rp. 3.094.246
mendeteksi dengan cara pemeriksan lebih rinci ke resume medis dan buku pasien masuk yang di ruangan Menyesuaikan data-data dengan MR pasien
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Pilihan kenaikan kelas merupakan hak pilih Akomodasi peserta. Apabila peserta naik kelas ke kelas II atau kelas I, verifikator menginformasikan sesuai PMK No. 28 selisih yang ditagihkan adalah tarif INA CBGs kelas yang dipilih dikurangi tarif INA CBGs yang mnejadi haknya. Sedangkan apabila peserta memilih kelas VIP maka selisih biaya yang dikenakan adalah selisih antara Biaya Tarif RS dikurangi tarif INA CBGs kelas yang menjadi haknya. Diakomodir PMK No. 28 Akomodasi
Verifikator melakukan pengecekan hasil groper CBG's yang tercantum di dalam billing RS (Rp 4.003.665,-) sudah sesuai kelas rawat dan level severitynya. Seharusnya tidak ada perbedaan antara hasil grouper RS dengan hasil grouper yang ditagihkan kepada BPJS Kesehatan. Jika hasil tidak sesuai, maka verifikator melakukan pencatatan dan pelaporan kepada Kanit MPKR untuk dilakukan pembinaan dan sebagai bahan recredentialing FKRTL.
Akomodasi
Verifikasi sesuai dengan Manlak JKN. Permenkes Akomodasi 28 Tahun 2014 Verif sesuai dengan Permenkes 28 Tahun 2014. Akomodasi
Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat Akomodasi dibawah hak kelasnya lebih dari 3 hari, seharusnya ditagihkan sesuai dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien. Verifikasi sesuai dengan Manlak JKN Permenkes Diabetes Melitus 28 tahun 2014. Verifikasi sesuai dengan Manlak JKN Permenkes Dispepsia 28 tahun 2014.
diverifikasi berkas klaim dilihat dari ruang Verifikasi sesuai dengan Manlak JKN Permenkes Empedu rawat dan MR pasien 28 tahun 2014.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
35
Correct charge for room type
Pasien a/n Mardia Hasan, NOKA : 0001261623069 hak kelas rawat kelas II, MRS pada tgl 06/07/2014 Pulang tgl 08/07/2014; No SEP 2407R00106140000633. Karena kamar kelas II penuh maka pasien sampai dengan tgl kepulangan ditempatkan di kamar kelas III. Pihak RS menangihkan sesuai dengan hak kelas pasien bukan kelas yang ditempati.
Pada saat verifikasi, tagihan yang disetujui adalah sesuai dengan tarif INACBG'S kelas yang ditempati (tarif kelas III) bukan yang menjadi haknya( tarif Kelas II).Adapun tarif yang disetujui adalah sebesar Rp 1.994.726,-
Sesuai dengan hak kelas rawat pasien seharusnya dirawat di kamar perawatan kelas II. Namun dikarenakan kamar sesuai dengan hak kelas pasien penuh dan kamar satu tingkat diatas kelas rawat pasien juga penuh, maka pasien dirawat di kamar satu tingkat dibawah hak kelasnya yaitu kamar kelas III sampai dengan kamar sesuai hak kelas rawatnya tersedia. Dikarenakan kamar sesuai dengan hak kelas pasien belum tersedia sampai dengan pasien pulang RS maka selama pasien menjalani perawatan pasien sepenuhnya dirawat di kamar kelas III. Diketahui bahwa pihak RS menagihkan biaya perawatan sesuai dengan hak kelas rawat pasien yaitu kelas II yaitu sebesar Rp. 2.393.672,padahal pasien menjalani perawatan di kelas III. Maka pada saat dilakukan proses verifikasi yang disetujui adalah biaya perawatan sesuai dengan kelas yang ditempati yaitu kelas III.
Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat dibawah hak kelasnya lebih dari 3 hari, seharusnya ditagihkan sesuai dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien.
36
Correct charge for room type
Pasien dengan persalinan SC dirawat dikelas 3, ditagihkan dengan kelas perawatan kls 2
Seharusnya yang ditagihkan sesuai dengan ruangan yang ditempati pasien saat dirawat
Menyesuaikan data-data dengan MR pasien
Verifikasi sesuai dengan Manlak JKN Permenkes Persalinan/Kehamilan/Bayi 28 tahun 2014. Baru Lahir
37
Inflated Bill
Merubah biaya total RS (bill ing) untuk ditagihkan kepada pasien yang dirawat di VIP
Pasien dimintai selisih yang cukup besar
Hal tersebut terjadi karena belum Verifikator melakukan konfirmasi kepada pihak adanya bridging antara SEP dan billing Manajemen RS agar tarif VIP yang ditagihkan RS sehingga perawat ruangan membuat sesuai dengan tarif Perda yang berlaku. tagihan sendiri. Sudah ditindaklanjuti dengan pendekatan kepada manajemen untuk menegur perawat di ruangan dan membuat daftar tarif VIP sesuai Perda.
38
I nf la te d B il l
T ag ih an Kl ai m C AP D s eb es ar Rp.6.906.000,/pasien
Biaya pemesanan CAPD kepada PT. Enseval Berdasarkan Surat Edaran Menteri sebesar Rp. 5.822.000,-. RS menagihkan Kesehatan RI Nomor menggunakan tarif yang ada pada PERDA HK/Menkes/31/I/2014, Menetapkan Tarif Pelayanan CAPD Sebesar Rp 5.940.000,00/bulan untuk Setiap Pasien.
39
inflated bill
40
inflated bill
klaim obat bukan memakai harga DPHO tapi Sesuai dengan aturan BPJS harga obat harga reguler Apotik yang harganya lebih tinggi mengacu pada Ecat atau DPHO dari harga tarif BPJS misal lantus harga DPHO Rp.126,800 diklaimkan Rp.212,900 klaim obat yang seharusnya sudah include dengan Sesuai aturan sediaan sirup,insulin,spray tagihan INA-CBGs misal sediaan sirup atau insulin sekurang-kurangnya 1 botol/buah masuk dlm tarif paket INA-CBGs
Verifikasi dilakukan sesuai dengan SE Menkes Nomor HK/Menkes/31/I/2014 tentang pelaksanaan standar tarif pelayanan kesehatan pada FKTP dan FKRTL. Tarif Pelayanan CAPD paket rutin Sebesar Rp 5.940.000,00/bulan
Akomodasi
Akomodasi
Ginjal/Hemodialisa
mencocokkan harga obat dengan harga Verifikator memberikan informasi ketentuan klaim Obat yg tertera di ecat dan DPHO obat kronis mengacu pada SE Menkes No. 32
melihat signa pemberian dosis obat yang Tarif INA CBGS tidak membatasi jumlah Obat diberikan ke pasien pemberian obat. Obat diresepkan sesuai indikasi medis dan mengacu kepada Formularium Nasional.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
41
Inflated Bill
Pasien a/n Phil ip us Lusi , NOKA 0000150702456 Sesuai dengan sediaan yang diminta pada memperoleh resep kronis dengan obat Kutoin resep yaitu sediaan kutoin kapsul maka caps namun pihak apotek pelengkap mengentry disetuji sebesar Rp. 11.892,dengan sediaan kutoin injeksi. Tagihan obat kutoin yang seharusnya 11.892,- menjadi Rp 1.325.100,-
42
Inflated Bill
43
Inflated Bill
Pasien yang awalnya umum dan dit engah perawatan mengurus BPJS,namun di resume medis tanggal pasien masuk dibuat pada saat dijamin BPJS bukan pada saat pasien masuk ke rumah sakit dengan biaya umum.Sehingga verifikator tidak mengetahui bahwa klaim tersebut seharusnya dibayar proporsional Pasien masuk RITL dengan kasus Cedera sekitar tangan dan dilakukan eksisi pada luka. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: T24,3,Burn third degree hip and lower limb except ankle and foot Tindakan : 869.1 Excision of skin for graft. Biaya Rp 21.678.658
44
Inflated Bill
45
K ey st ro ke Mistake
46
K ey st ro ke Mistake
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Pada resep ditulis permintaan obat kutoin kaspul sebanyak 46 kapsul dengan aturan pakai 2x1 kapsul, namun pihak apotek mengentry dengan sediaan injeksi sebanyak jumlah yang diminta pada resep. Hal ini menyebabkan kenaikan biaya yang ditagihkan. Pada saat dilakukan proses verifikasi disetujui biaya dengan sediaan kaspul bukan injeksi. Keluhan dari pasien
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada tugas Obat Apotek agar dilakukan koreksi entroan data 2. Obat yang dibayar adalah obat yang sesuai dengan diresepkan dan diberikan kepada pasien.
setelah dilakukan crosscheck pada data RM tidak ditemukan tindakan T24,3,Burn third degree hip and lower limb except ankle and foot Tindakan : 869.1 Excision of skin for graft.
Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder. Penanganan Luka Seharusnya coder melakukan entrian data sesuai dengan apa yang tercantum di dalam resume medis. Diharapkan coder dapat melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait dengna diagnosa utama dan tindakan yang dilakukan. Verifikator melakukan pencatatan untuk dilaporkan kepada Tim Audit Medis
Pasien RITL dengan kasus: Stroke. Diajukan oleh Tidak layak klaim RS: Diagnosa Utama: I63.9 ( Cerebral infarction, unspecified ) Hasil Grouper CBG's: G-4-14-I Kecederaan pembuluh darah otak dengan infark ringan. Biaya Rp. 2.749.609
Penagihan klaim untuk pasien (peserta mandiri) yang terlambat mengurus kartu. Pasien masuk RS dari tgl 8/4/14 sd 10/4/14 tetapi kartunya terbit pada tanggal 22/4/14
Untuk kasus ini, klaim tidak dapat dilayakkan karena pasien terdaftar sebagai peserta JKN setelah pasien keluar dari RS. Penjaminan baru JKN yang dalam kondisi sakit dan sedang dalam perawatan pada masa sebelum diberlakukannya PMK 28 Tahun 2014 (25 Juni 2014), maka verifikasi dilakukan sesuai dengan surat Diryan No. 406/III.2/0114
Pasien RI dengan dx T814 (infection following a procedure, not elsewhere classified), dx.sek N390 ISK. Pasien tidak memiliki riwayat operasi sebelumnya d RS. Pasien masuk RITL dengan kasus riwayat TBC dengan status pengobatan selasai, meninggal di UGD dalam observasi kurang dari 6 jam ditagihkan dengan tarif Rp. 4.322.474
Tagihan RITL dengan tarif INAcbgs Rp 7.892.512 tarif riil RS Rp 3.897.600
Diresume medis tidak dijelaskan oleh DPJP, DPJP hanya menuliskan di resume infection post operasi.
Verifkator melakukan konfirmasi kepada koder Infeksi sesuai kaidah Sistem INA CBGs apabila tidak terdapat infeksi kode yang dientrikan cukup N390.
pasien meningal sebelum mendapatkan pelayanan penunjang diagnosa sehingga diberikan diagnosa utamanya observasi dengan tarif Rp. 1.176.647
Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- sesuai kaidah koding maka apabila belum bisa Paru 10 kode Z ditegakkan diagnosa yang tepat maka menggunakan kode obsevasi / suspect/ symptom sebagai kode utama
Tagihan rawat inap dibayarkan secara proporsional
Sesuai kaidah koding Pasien masuk RITL dengan kasus Cedera sekitar tangan dan dilakukan eksisi pada luka. Diajukan oleh RS Seharusnya : Diagnosa utama: T23.4 Corrosion of unspecified degree of wrist and hand Tindakan :862.2 Excisional debridement of wound, infection, or burn Biaya Rp 4.915.149
Sudah diakomodir PMK No. 28 Tahun 2014
Pasien Baru
Penggunaan kartu
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
47
Iur Biaya
pada pelayanan rawat inap dan rawat jalan masih ditemukan resep obat yang dibebankan kepada peserta.
48
K ey st ro ke Mistake
Pasien RITL dengan keluahan Nyeri perut kanan diagnosa Utama: Appendicitis acute (K35.9), Dilakukan prosedur operasi appendiktomy (47.09). Biaya: 2.880.854
49
K ey st ro ke Mistake
50
51
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
melakukan diskusi dengan pihak RS : " belum sinergi antara dokter dan manajemen RS terkait penggunaan obat-obatan yang diperlukan pasien. sehingga masalah yang sering terjadi dokter menginginkan obatobat paten yang harganya mahal, sedangkan kemampuan RS ingin menyediakan yang generik atau obat-obat sejenis yang harganya lebih murah dan akhirnya menyebabakan pasien yang terbebani untuk membeli obat.
verifikator melakukan koordinasi dan sosialisasi terkait Klaim dengan pelayanan obat , bahwa ketentuan pembiayaan obat telah masuk dalam paket biaya INA CBGs kecuali untuk obat yang termasuk dalam special CMG mendapatkan top up biaya.
Ketika pemeriksaaan (verif) tidak ditemukan SIO, persetujuan Anastesi dan Laporan Operasi. Pada lembar foll.up memang direncanankan untuk dilakukan tindakan operasi. Pada Resume medis DPJP menulis prosedur appendectomy padahal tidak jadi dilakukan. Biaya: 2.812.950
Dilakukan konfirmasi kepada pihak koder apakah hanya konservatif dan tidak ada dilakukan prosedur operasi atau terjadi kesalahan dalam menyusun berkas (SIO tertinggal) dan Ternyata memang tidak dilakukan operasi.
Verifikator tidak melayakkan pengajuan klaim dengan operasi appendektomi. Verifikator mengkomunukasikan dengan tenaga koder agar mengentri sesuai diagnosa appendicitis saja.
Appendik
Pasien Masuk RITL dengan kasus cellulitis pada bagian jempol kaki kanan, diagnosa yang diajukan RS sebagai berikut : L02.8 Cutaneous abscess, furuncle, and carbuncle of other sites tindakan yang diajukan RS adalah : Prosedur Utama : 86.22 Excisional debridement of wound, infection, or burn Prosedur SKunder : 86.89 Other repair and reconstruction of skin and subcutaneous tissue Group CBGs : L-1-40-I Other Skin Subcutaneous Tissue And Breast Operations Biaya : Rp. 4.042.490
Pasien masuk RITL dengan celulitis kuku dibagian jari jempol kanan, berdasarkan costumer visit pada pasien tindakan yang dilakukan adalah ekstraksi kuku dengan local anastesi Kode tindakan : 86.23 (Removal Nail) Biaya : Rp. 2.284.903
sesuai kaidah coding kode diagnosa celulitis pada kuku adalah L60.0 Ingrowing nail Prosedur pencabutan/ektraksi kuku di yang dilakukan diberikan kode tindakan : 86.23 (Removal Nail) dan debridement merupakan tindakan yang dihitung satu dengan tindakan ekstraksi
Verifikator menyampaikan kode INA CBGs yang sesuai dengan Juknis Sistem INA CBGs, kode yang tepat untuk ekstraksi kuku tersebut adalah 86.23
Cellulitis
K ey st ro ke Mistake
Pasien Ny.R dirawat dengan diagnosa Utama A15.7 Tuberkolusis, A01.0 Thypoid abdominalis, Gastritis A09 dengan biaya Rp.9,353,143,-
Sesuai dengan Petunjuk Teknis Verifikasi dan Kaidah Koding yang menjadi Diagnosa Utama adalah A15.7 dan Diagnosa Sekunder Gastritis K29.7
Dalam penulisan diagnosa harus dilengkapi dengan bukti pendukung yang cukup serta pasien mendapatkan terapi dari diagnosa yang ditegakkan.
Paru
K ey st ro ke Mistake
Pasien masuk RITL dengan kasus TBC Paru dan pneumothorax dengan tindakan pasang WSD. Diajukan oleh RS sebagai berikut : Diagnosa Utama : A16.2 Tuberculosis of lung, without mention of bacteriological or histological confirmation, Diagnosa sekunder: J93.9 Pneumothorax, unspecified. Tindakan: 33.1 Other operations on lung and bronchus. Group CBGs : J1-30-II PROSEDUR SISTEM PERNAFASAN MODERAT KOMPLEKS SEDANG. Biaya Rp 11.689.801,00
Sesuai kaidah koding Diagnosa Utama : Pada tindakan pasang WSD sesuai A16.2 Tuberculosis of lung, without mention of kaidah koding ICD 9 CM bukan bacteriological or histological confirmation, merupakan tindakan insisi paru tetapi Diagnosa sekunder: J93.9 Pneumothorax, merupakan tindakan insertion of unspecified. Tindakan: 34.04 Insertion of intercostal catheter for drainage intercostal catheter for drainage. Group CBGs : J-4-15-II PERADANGAN DAN INFEKSI PERNAFASAN SEDANG. biaya Rp 5.530.442,00
1. Verifikator memastikan diagnosa yang di entrikan oleh koder kepada DPJD (lembar konfirmasi). 2. Apabila pasien hanya menderita TB Paru unspecified, dientri dengan kode A 16.9 buka A15.7 1. Untuk kasus TB dengan pneumothorax, kodenya cukup 1 saja, yaitu A16.2 dan kode J93.9 tidak perlu dicantumkan 2. Kode ICD 9 CM untuk WSD pada kasus TB adalah 34.04
Paru
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
52
K ey st ro ke Mistake
3. Px kontrol hamil di code O 66.0, O 33.4, O 34.2 sesuai kaidah koding diagnosa utama Z.35.9 Rp 1.328.996,atau Z 34.9 dan diagnosa sekunder O33.4 grouper Q-5-23-0 Rp 132.586,-
53
K ey st ro ke Mistake
Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara sectio. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.9 Delivery by caesarean section Diagnosa sekunder: O410 Oligohydramnions, O662 Obstructed labour due to unussually large fetus, O48 Prolonged Pregnancy Tindakan : 74.99 Other caesarean section of unspecified type Group CBGs: 0-6-10-I Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Ringan Biaya Rp 6.361.325
54
K ey st ro ke Mistake
Pasien RJTL dengan kasus pemeriksaan kehamilan normal + USG Hamil.Diajukan oleh rumah sakit sebagai berikut : Diagnosa Utama : Z34.0 Diagnosa sekunder : Tindakan : 88.92 (Magnetic resonace imaging of chest and myocardium) Group CBGs :Z-3-16-o (Prosedur magnetic resonance imaging) biaya Rp.603.631
55
K ey st ro ke Mistake
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: O41.0 Oligohydramnion Diagnosa sekunder: O82.9 Delivery by caesarean section Tindakan : 74.99 Other cesarean section Group CBGs: O-6-13-I Persalinan Vaginal Ringan Biaya: Rp 3.184.720
Pasien RJTL dengan kasus pemeriksaan kehamilan normal + USG Hamil.sesuai dengan Kaidah koding : Diagnosa Utama : Z34.0 Diagnosa sekunder : Tindakan : 88.78 (Diagnostic ultrasound of gravid uterus)) Group CBGs :Z-3.25-0 (Prosedur ultrasound Ginekologi) biaya Rp.169.791 Pada kasus persalinan normal dengan penyulit Sesuai kaidah koding Diagnosis utama ketuban pecah dini (KPD), pada saat proses :O80.8 Diagnosis sekunder O42.0 Tindakan : coding ditulis kode O42.0 (ketuban pecah dini 73.59 Grouper : O-6-13-I persalinan vaginal dalam waktu 24 jam) sebagai diagnosis utama dan ringan O80.8 (persalinan bayi tunggal) sebagai diagnosis sekunder. Tindakan : 73.59 Other manually assisted delivery Grouper : O-6-13-II Persalinan vaginal sedang
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
1. Agar verifikator melakukan konfirmasi kepada Persalinan/Kehamilan/Bayi DPJP terkait dengan kontrol kehamilan pasien, Baru Lahir kehamilan keberapa dan berisiko atau tidak untuk menentukan Z34 atau Z35 2. Kode O33.4 dapat dijadikan kode utama apabila kondisi baru pertama kali diketahui pada saat kontrol. Untuk krontrol selanjutnya dapat digunakan kode Z34 atau Z35 dengan diagnosa sekunder O33.4 Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- 1. ada beberapa permasalahan terkait grouper Persalinan/Kehamilan/Bayi 10 kode O80-O84 digunakan sebagai yang menghasilkan grouper yang inkonsistensi, Baru Lahir diagnosis sekunder jika ada penyulit contoh pasien Sectio tapi yang keluar dalam persalinan, kecuali jika groupingnya persalinan normal penyulitnya kode O42.0 dan O42.1 maka 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, O80-O84 digunakan sebagai diagnosis kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis utama. sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper. 4. Pada kasus ini, maka O82 yang menjadi kode diagnosa utama
Sesuai Kaida koding dalam ICD-9 untuk Sesuai Kaidah koding dalam ICD-9 untuk USG USG Kehamilan di gunakan Kode 88.78 Kehamilan di gunakan Kode 88.78 (Diagnostic (Diagnostic ultrasound of gravid uterus) ultrasound of gravid uterus)
Berdasarkan kaidah coding dalam ICD X kode O80 s/d O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, kecuali jika penyulitnya kode O42.0 dan O42.1 maka O80 s/d O84 digunakan sebagai diagnosis utama.
Persalinan/Kehamilan/Bayi Baru Lahir
1. ada beberapa permasalahan terkait grouper Persalinan/Kehamilan/Bayi yang menghasilkan grouper yang inkonsistensi, Baru Lahir contoh pasien Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara sectio. Ditagihkan oleh RS sebagai berikut : Diagnosa utama : O62.0 Primary inadequate contractions Diagnosa sekunder : O98.8 Other maternal infectious and parasitic diseases complicating pregnancy, childbirth and the puerperium, Z35.8 Supervision of other high-risk pregnancies Tindakan : 75.99 Other obstetric operations, 74.1 Low cervical cesarean section. Group CBGs: W-1-20-III PROSEDUR PADA RAHIM & ADNEKSA BERAT Biaya Rp. 9.299.104,00 Pasien masuk RITL dengan diagnosa sebagai berikut: Diagnosa utama: A41.9 Septicemia, Unspecified Diagnosa sekunder: J18.9 Pneumonia, Unspecified
Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara sectio. Ditagihkan oleh RS sebagai berikut : Diagnosa utama : O62.0 Primary inadequate contractions Diagnosa sekunder : O36.4 Maternal care for intrauterine death, O42.9 Premature rupture of membranes unspecified Tindakan : 75.99 Other obstetric operations, 74.1 Low cervical cesarean section. Group CBGs: W-1-20-I PROSEDUR PADA RAHIM & ADNEKSA RINGAN Biaya Rp. 5.462.599,00
Persalinan normal maupun tidak normal tidak diperbolehkan menginput high risk pregnancy (Z35.5, Z35.6, Z35.7, dan Z35.8) ke dalam aplikasi INA-CBGs
1. Persalinan normal maupun tidak normal tidak diperbolehkan menginput high risk pregnancy (Z35.5, Z35.6, Z35.7, dan Z35.8) ke dalam aplikasi INA-CBGs 2. Jika sudah ada tindakan sc, maka tindakan 75.99 tidak perlu dientri lagi 3. Kode O82 harus dicantumkan sebagai diagnosa sekunder 4. Kode outcome delivery nya, Z37.1 single stillbirth (bayi lahir mati)
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: A40.3 Septicemia due to Streptococcus pneumoniae
Sesuai dengan kaidah koding ada kategori tertentu dimana dua kondisi atau kondisi utama dan sekunder yang berkaitan dapat digambarkan dengan satu kode
1. Jika akan menggunakan kode A40.3, maka Sepsis/Septikemia harus ada hasil kultur yang menunjukkan bahwa bakterinya adalah Streptococcus 2. Jika tidak diketahui hasil kulturnya maka dapat digunakan kode A41.9 dan ditambahkan diagnosa sekunder J18.9
Penambahan kode G46.3 meningkatkan Pada kasus ini seharusnya kode untuk stoke severity level menjadi SL 3. RS tidak dengan pendarahan batang otak adalah I61.3 mau untuk mengubah kode menjadi I63.9 saja. (dalam 1 bln rata2 ada 10 kasus)
56
K ey st ro ke Mistake
57
K ey st ro ke Mistake
58
K ey st ro ke Mistake
Semua kasus Stroke Infark Batang Otak di kode dengan I63.9 (Stroke Infark) dan G46.3 (Syndrome Stroke Batang Otak)
Stroke Infark batang otak cukup di kode dengan I63.9
59
K ey st ro ke Mistake
Tindakan Inspekulo kode 96.16 Other Vaginal Tindakan Inspekulo hanya tindakan Dilation Biaya : Rp. 173. 071 pelebaran vagina dengan kode ICD 9 : 96.16
60
K ey st ro ke Mistake
Pasien RJTL dengan diagnosa Primary Amenorrhoe. Diajukan tindakan oleh RS adalah Tindakan : Inspekulo dan petugas kode memberikan kode 70.12 Culdotomy dengan biaya Rp. 565.136 8. Kasus RITL Typhoid pd Ibu hamil RS mengkode A 01.0 Group CBGs: A-4-14-I..3.884.254
61
K ey st ro ke Mistake
62
K ey st ro ke Mistake
ICD-10 Typhoid pd Ibu hamil O 98.8 Group CBGs: W-4-16-I…...2.919.470
REKOMENDASI NCC
Penggunaan kode 70.12 tidak tepat karena Inspekulo bukan merupakan tindakan melainkan termasuk bagian dari pemeriksaan dalam.
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan) Persalinan/Kehamilan/Bayi Baru Lahir
Stroke
Tindakan Medik/Operatif
Pada kasus ini Kode utama harus O98.8 (infeksi Tiphoid lain pada ibu hamil) dan diagnosa sekundernya adalah A01.0 Pasien masuk RITL. Diagnosa Utama: R104 Diagnosa utama tidak signifikan dibandingkan Seharusnya A010 (Typhoid Fever) yang Jika diagnosa sudah dapat ditegakkan maka Tiphoid (Other and unspecified abdominal pain); Diagnosa dengan diagnosa sekunder menjadi diagnosa utama simptom (R10.4) tidak dapat menjadi kode utama sekunder: A010 (Typhoid fever) Pasien masuk dari poli bedah rencana dengan dx utama : C73(Malignant neoplasm of thyroid Sesuai dengan resume mesis 1. Penentuan diagnosa sesuai yang tertera pada Tumor/Kanker diagnosa bengkak di leher diagnosa utama : C73 gland) seharusnya diagnosa Utama resume medis (Malignant neoplasm of thyroid gland) Dx Skunder : L048 (Lympadenitis ) prosedur seharusnya C73 dan dignosa Sekunder 2. terkait dengan diagnosa T88.2 (Shock due to diagnosa sekunder : C77.0 (Lymph nodes of head, tindakan 1: 06.52 (tyroidectomy) Tindakan 2: L048 (Lympadenitis) sesuai dengan anaesthesia) harus dipastikan tertera di resume face, and neck) 41.42(eksisi lesi jaringan limfa) resume medis. Prosedur 1 seharusnya medis dan konfirmasi kepada DPJP. diagnosa skunder 2: T88.2 (Shock due to kode inacngs D-1-11-I ( Prosedur Limfa 0652 (tyroidectomy) dan prosedur ke 2: 3. Kode 68.1 merupakan kode prosedur [ada anaesthesia) Ringan) dengan biaya Rp. 4. 646.595 4142 (eksisi lesi jaringan limfa) karena di bidang kebidanan sehingga tidak relevan untuk tindakan 1: 68.1( Hysterotomy) resume di tulis diseksi kelenjar limfa kasus ini. verifikator bisa mengembalikan berkas tindakan 2: 4021( Excision of deep cervical lymph kode inacbgs D-1-11-I (Prosedur Limfa klaim untuk konfirmasi. node) Ringan ) dengan Biaya Rp 4.646.595 4. kode tindakan 40.21 membuat grouping E-1-20-III PROSEDUR PADA TIROID, mengarah pada tyroid sedangkan kode tindakan PARATIROID DAN SALURAN TIROGLOSAL 41.42 mengarahkan ke prosedur limpa. BERAT. Rp 13.941.624
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
63
K ey st ro ke Mistake
Pasien rawat inap Diagnosa utamanya: C20 Malignant neoplasm of rectum Diagnosa sekunder : D649 - Anaemia, unspecified. Tindakan : 99.04 99.18 89.52 87.44 Biaya Rp 14.966.614
Pasien rawat inap Diagnosa utamanya: D3.75 - Neoplasm unc/unk, rectum Diagnosa sekunder : D649 Anaemia, unspecified. Tindakan : 99.04 99.18 89.52 87.44 Biaya Rp 5.503.494
Berdasarkan resume medis tidak ditemukan adanya penjelasan ca rekti (PA, terapi obat yang diberikan) dalam 1 episode perawatan. Ditemukan massa di recti susp malaignan.
1. Pada kasus ini verifikator memastikan apakah Ca recti tertera pada rekam medik melakukan konfirmasi kepada DPJP (lembar konfirmasi). untuk kasus CA bisa dirawat berulang 2. Jika terbukti terdapat diagnosa CA rekti maka berlaku aturan tentang asterix 3. Dalam ICD 10 ada aturan menganai asterix dan dagger, dimana dagger harus menjadi diagnosa utama. Untuk anemi pada neoplasma kodenya adalah D63.0 * (asterix) maka anemia menjadi diagnosa sekunder
Tumor/Kanker
64
Keystroke Mistake
Pasien rawat inap Diagnosa utamanya: D069 Carcinoma in situ cervix, unspecified. Diagnosa sekunder : R633 - Feeding difficulties and mismanagement.D649 - Anaemia, unspecified Tindakan : 99.21 99.04 89.52 87.44 Biaya 11.691387
Pasien rawat inap Diagnosa utamanya: J1.89 - Pneumonia, unspecified Diagnosa sekunder : R633R633 - Feeding difficulties and mismanagement.D649 - Anaemia, unspecified Tindakan : 99.21 99.04 89.52 87.44 Biaya 7.520.409
Berdasarkan resume medis tidak ditemukan adanya biaya paling besar dikarenakan ca cervixnya. Melainkan pasien sudah diketahui riwayat ca cervix.
Penggunaan D06.9 sudah tepat sebagai kode utama. Penggunaan kode D64.9 pada kasus ini kurang tepat, seharusnya D63.0 (anemia pada carcinoma).
Tumor/Kanker
65
Keystroke Mistake
Pasien masuk RITL dengan kasus CRF. Diajukan RS sbb: Diagnosa Utama : N180 (End -Stage rnal disease) Diganosa Sekunder : E722 (Disorder of urea Cycle metabilism) Tindakan : 3927 (Arteriovenostomy for renal dialysis) Biaya untuk kls III Rp.12.498.845 Biaya untuk Kls II Rp.14.998.614
Sesuai kaidah koding
Cek Resume Medis Pasien tidak dilakukan Verifikator melakukan klarifikasi kepada coder, coder pemeriksaan lab/ bukti pendukung tidak ada melakukan konfirmasi kepada DJP menggunakan lembar konfirmasi. Dalam hal tetap terjadi dispute, maka verifikator tetap menyetujui kasus ini. Selanjutnya verifikator membuat catatan dan dokumentasi ketidaksesuaian antara diagnosa sekunder dengan resume medis. Catatan ini diajukan kepada Tim Audit Medis.
Ginjal/Hemodialisa
sesuai kaidah koding diagnosa O20. 9 haemorraghe in eraly pregnancy Grup InaCBG W4-14-I abortus mengancam ringan, biaya RP.1,410,429
sesuai resume medis pasien masuk dgn keluar darah dari kemaluan diagnosa dokter G1P0A0 H18-19 minggu dgn AB imminens, diagnosa yang diajukan RS belum spesifik belum mengarah pada keluhan pasien masuk
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan keluhan pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan perbaikan kode. 2. coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir yang sesuai dengan gambaran keluhan pasien.
Persalinan/Kehamilan/Bayi Baru Lahir
1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis 2. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir 1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis 2. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir
Gastritis/Dispepsia
Diagnosa sekunder: Diagnosa Anemia dibuktikan dengan hasil Pemeriksaan lab
66
Keystroke Mistake
Pasien datang dengan keluhan G1P0A0 H 18-19 minggu dengan abortus imminens. Diajukan RS diagnosa utama O26.9 pregnancy related condition ,grup INACBG W-416-I Gangguan antepartum ringan biaya RP.2,104,103
67
Keystroke Mistake
Pasien dengan hasil resume nyeri abdomen, ditagihkan seharusnya ditagihkan sesuai dengan resume dengan diagnosa dyspepsia
Menyesuaikan data-data dengan MR pasien
68
Keystroke Mistake
Pasien dengan hasil resume chepalgia, ditagihkan dengan diagnosa dyspepsia
Menyesuaikan data-data dengan MR pasien
seharusnya ditagihkan sesuai dengan resume
Gastritis/Dispepsia
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
69
Keystroke Mistake
70
Keystroke Mistake
71
Keystroke Mistake
72
Keystroke Mistake
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Trauma Kepala 1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis 2. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir Stroke Pasien RITL masuk dengan diagnosa primer I64 (stroke), Pasien dengan diagnosa primer I64, sekunder I10, mendeteksi dengan cara pemeriksaan lebih 1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur sekunder I10, J44. 9 sesuai RM , ditagihkan biaya I10 J449 sesuai RM Rp, 3.969.344 rinci ke resume medis haruslah sesuai dengan diagnosa akhir yang tertera ,diagnosa sekunder I64, J449 pada resume medis 2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan. Jantung Pasien X masuk tanggal 8/7/2014 dengan kasus Hasil Konfirmasi kepada coder bahwa untuk kasus Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD-10 1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang persalinan dengan diagnosa utama ekstraksi forceps tersebut menggunakan kode J80 (Acute kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh dan ibu mengalami komplikasi pasca melahirkan, respiratory distres syndrome) sebagai diagnosa sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, pasien Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan didiagnosa acute respiratory distres syndrome, anemia, utama, Diagnosa Sekunder D63.8 (Anemia), R57.1 kecuali jika penyulitnya kode O42.0 dan normal 2. Sesuai syok hipovolemik, gagal jantung, gagal ginjal akut dan (Syok Hipovolemik), I50.0 (Gagal Jantung), N17.9 O42.1 maka O80-O84 digunakan sebagai dengan kaidah koding dalam ICD X, kode O80-O84 tindakan intubasi, long ventilator, ETT jadi tidak ada (Gagal Ginjal Akut) Namun tidak ada kode untuk diagnosis utama. digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada diagnosa untuk persalinannya persalinan dengan forceps. penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper. 4. Kode yang tepat untuk ekstraksi forceps adalah O81.3 Other and unspecified forceps delivery [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Pregnancy, childbirth and the puerperium.] Pasien dengan hasil resume VE (luka robek), ditagihkan seharusnya ditagihkan sesuai dengan resume dengan diagnosa CKR
Menyesuaikan data-data dengan MR pasien
Pasien RITL dengan diagnosa DBD dan menggunakan Infus Pump, RS memasukan kode 88.06 sehingga tagihan RS menjadi besar dan kode INA-CBG's yang terbentuk adalah : L-1-40-I (Pr osedur pada kulit, jaringan bawah kulit dan payudara ringan)
Sesuai dengan kaidah koding INA-CBG's untuk kode ICD 9 Infus Pump yang digunakan adalah 99.18 (Injection or infusion of electrolytes) sehingga kode INACBG's yang terbentuk untuk diagnosa DBD dan penggunaan Infus Pump adalah A-4-13-I (Infeksi Bakteri Ringan)
Sesuai kaidah koding kode ICD 9 Infus Pump adalah 98.18
1. Sesuai ICD 9, untuk tindakan Infus Pump , kode yang digunakan adalah 99.18 (Injection or infusion of electrolytes) 2. Sesuai ICD 10 , kode untuk diagnosa DBD adalah Dengue haemorrhagic fever [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Certain infectious and parasitic diseases.] 3. Analisa kasus sudah benar
Demam Berdarah/DHF
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
73
Keystroke Mistake
Pasien menderita Gangren diabeticum akan dilakukan prosedur amputasi jari kaki I namun dikoding dengan Amputation of through foot (84.12) dengan tarif Rp 12.892.041,00
Seharusnya untuk Prosedur amputasi jari kaki di koding dengan amputation of toe (84.11) dengan tarif Rp. 12.546.807,00
Sesuai PerMenKes No.27 dan Kaidah Koding,termaksud dalam kode creep seharusnya dikode mejadi satu
74
Keystroke Mistake
Keluhan pasien datang demam dengan kejang,hasil CTScan normal,hasil EEG konvulsi,diagnosa awal yang ditagihkan meningitis
mengembalikan status ke koder untuk di perbaiki
melihat dari status dan catatan dokter visite 1. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan keluhan pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan perbaikan kode. 2. coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir yang sesuai dengan gambaran keluhan pasien.
75
Keystroke Mistake
Pasien RJTL masuk dengan diagnosa Retens Urine. Pasien yang sebenarnya layak dibayar Rp 166.251 Sesuai dengan hasil verifikasi bahwa Diajukan oleh RS dengan tindakan prosedur kateterisasi tindakan yang di berikan tidak sesuai, yang jantung. Biaya Rp 3.059.817 seharusnya di berikan adalah pemasangan kateter urine
76
Keystroke Mistake
Pasien RITL, Dx utama: S062 Biaya Rp.3366598
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Diabetes Melitus 1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa dan prosedur yang disesuaikan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan perbaikan kode dengan memperhatikan daerah tubuh yang dilakukan prosedur apakah hanya sebagian atau seluruh jari kaki. 2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap pasien.
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan kode diagnosa dan prosedur yang disesuaikan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan kepada pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan perbaikan kode. 2. coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir yang sesuai dengan gambaran keluhan pasien. 3. Sesuai dengan ICD 10 , diagnosa yang sesuai untuk retensi urine adalah R33 Retention of urine [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Symptoms, signs and abnormal clinical and laboratory findings.] 4. Sesuai ICD 9 CM , kode untuk pemasangan kateter urine adalah 57.94 Insertion of indwelling urinary catheter
Sesuai hasil crosscheck dx di RM dan kaidah 1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder koding maka Dx utama: S060 Biaya Rp. terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan 1791026 diagnosa akhir yang tertera pada resume medis 2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap pasien.
Saraf/Kejang
Saluran Kemih
Klaim
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
77
Keystroke Mistake
Pasien RITL, Dx utama: A169, dx sekunder: K746 Biaya Rp.5049895
Sesuai hasil crosscheck dx di RM dan kaidah koding maka Dx utama: K746, Dx sekunder: A169 Biaya Rp. 2824319
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis 2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap pasien.
Klaim
78
Keystroke Mistake
Pasien RITL, Dx utama: I500, dx sekunder: M329 Biaya Rp.5049664
Sesuai hasil crosscheck dx di RM dan kaidah koding maka Dx utama: M329, Dx sekunder: I500 Bi aya Rp. 3764393
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis 2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap pasien.
Klaim
79
Keystroke Mistake
Pasien RITL, Dx utama: S327, dx sekunder: T093, L89, G822 / 0302 Biaya Rp.24512623
Sesuai hasil crosscheck dx di RM dan kaidah koding maka Dx utama: S327, Dx sekunder: L89, prosedur: 0309, 8100 Biaya Rp. 19606639
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis 2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap pasien.
Klaim
80
Keystroke Mistake
Pasien RITL, Dx utama: S062, dx sekunder: G936, S528 Biaya Rp.3505042
Sesuai hasil crosscheck dx di RM dan kaidah koding maka Dx utama: G936, Dx sekunder: S528 Bi aya Rp. 1592418
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis 2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap pasien.
Klaim
81
Keystroke Mistake
Pasien RITL, Dx utama: H811, dx sekunder:I639 Biaya Rp.4292377
Sesuai hasil crosscheck dx di RM dan kaidah koding maka Dx utama: I811, Dx sekunder: I694 Bi aya Rp. 1875136
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis 2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap pasien.
Klaim
82
Keystroke Mistake
Pasien RITL, Dx utama: N209, dx sekunder: N136 / 5511 Biaya Rp.13828560
Sesuai hasil crosscheck dx di RM dan kaidah koding maka Dx utama: N136, prosedur: 5511 Bi aya Rp. 12217635
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis 2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap pasien.
Klaim
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
83
Keystroke Mistake
Pasien RITL, Dx utama: I259, dx sekunder: R570 Biaya Rp.3906020
Sesuai hasil crosscheck dx di RM dan kaidah koding maka Dx utama: I259 Biaya Rp. 2352566
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis 2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap pasien.
Klaim
84
Keystroke Mistake
Pasien RITL, Dx utama: S062, dx sekunder:R402 / 0124 Biaya Rp.9733872
Sesuai hasil crosscheck dx di RM dan kaidah koding maka Dx utama: S065, prosedur: 0124 Bi aya Rp. 6898145
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis 2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap pasien.
Klaim
85
Keystroke Mistake
Pasien RITL, Dx utama: S2201, dx sekunder: G822 / O309 Biaya Rp.18186142
Sesuai hasil crosscheck dx di RM dan kaidah koding maka Dx utama: S2201, prosedur: 0309 Bi aya Rp. 7061132
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis 2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap pasien.
Klaim
86
Keystroke Mistake
Pasien RITL, Dx utama: C710, Dx. Sekunder: G936 Biaya Rp.6494608
Sesuai hasil crosscheck dx di RM dan kaidah koding maka Dx utama: D430 Biaya Rp. 2825625
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir yang menyerap sumberdaya paling banyak dan tertera pada resume medis 2. Coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir dan prosedur yang dilakukan terhadap pasien.
Klaim
87
Keystroke Mistake
Pasien masuk RITL dengan diagnosa STEMI + COPD + Bronchopneumonia + Dyspepsia. Diajukan diagnosa utama H15.8 Other disorders of sclera; Diagnosa sekunder J44.9 Chronic obstructive pulmonary disease + J18.0 Bronchopneumonia + K30 Dyspepsia
Melakukan konfirmasi ulang untuk memperbaiki kode untuk diganosa utama yang salah dikode. Diagnosa utama I25.2 Old myocard infarction; Diagnosa sekunder J44.9 Chronic obstructive pulmonary disease + J18.0 Bronchopneumonia + K30 Dyspepsia
Dilakukan pengubahan kode untuk diagnosa 1. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder utama agar sesuai dengan diagnosa pasien terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan selama dirawat diagnosa akhir dan keluhan pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan perbaikan kode. 2. coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir yang sesuai dengan gambaran keluhan pasien.
88
Keystroke Mistake
Group CBGs : GANGGUAN MATA LAIN-LAIN (BERAT) Biaya Rp 5.569.355,00
Group CBGs : ATHEROSKLEROSIS BERAT Biaya Rp 3.917.633,00
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan keluhan pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan perbaikan kode. 2. coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir yang sesuai dengan gambaran keluhan pasien.
Jantung
Mata
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
89
Keystroke Mistake
Group CBGs : SERANGAN KEJANG RINGAN Biaya Rp 1.568.039,00
Group CBGs : SERANGAN KEJANG RINGAN Biaya Rp 1.568.039,00
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan keluhan pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan perbaikan kode. 2. coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir yang sesuai dengan gambaran keluhan pasien.
Saraf/Kejang
90
Keystroke Mistake
Pasien ICU dengan menggunakan ventilator dicoding dengan ventilator >96 hour
Coding perawatan dengan diagnosa utama trauma Verifikasi dengan menggunakan ventilator kepala untuk kelas I, tindakan ventilator dicoding tanpa waktu penggunaan jam ventilator >96 hari dengan biaya Rp 12.720.481, sedangkan untuk ventilator tidak menggunakan waktu (96.70) biaya Rp 8.355.628
verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait Ventilator dengan pencantuman penggunaan ventilator dengan lama waktu >96 jam jika keterangan penggunaan ventulator> 96 jam tidak tertera pada resume medis
91
Keystroke Mistake
Pasien RITL masuk dengan diagnosa PPOK dan hipertensi, tetapi dalam pengcodingan ditukar diagnosanya, diagnosa utama menjadi hipertensi diagnosa sekunder diisi PPOK, sedangkan DJP nya adalah dokter paru
Verifikasi dengan diagnosa utama Hipertensi dan sekundernya PPOK biaya menjadi Rp 6.259.754 untuk kelas I, tetapi jika dibalik diagnosanya, biaya menjadi Rp 3.478.707
Berdasarkan rekam medis pasien masuk dengan diagnosa PPOK dan mempunyai riwayat hipertensi. Kaidah kodingnya sesuai resume medis yaitu PPOK diagnosa primer dan diagnosa sekunder hipertensi.
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan keluhan pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan perbaikan kode. 2. Verifikator dapat melakukan konfirmasi kepada DPJP tentang mana diagnosa yang menjadi resouces atau penyulit terbesar.
Paru
92
Keystroke Mistake
Pasien RITL masuk dengan diagnosa utama Appendicitis acute (K35.8). Dilakukan tindakan Appendiktomi (47.09) dan other lysis of peritoneal adhesion (54.59) Group CBGs : K-1-11-I prosedur adhesiolisis peritoneal ringan. Biaya : Rp. 6.051.528
Sesuai kaidah koding, dengan diagnosa utama Appendicitis acute ( k35.8) tanpa perlengketan maka tindakan yang dimasukkan hanya appendiktomi( 47.09) saja, other lysis of peritoneal adhesionnya (54.59) tidak perlu dimasukkan. Group CBGs : K-1-13-I Prosedur Appendiktomi Ringan. Biaya : Rp. 3.539.010,-
Seharusnya untuk kasus appendik acute tanpa perlengketan tidak harus disertakan dengan prosedure peritoneal adhesion yang dapat membuat biaya menjadi lebih tinggi
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa dan prosedur yang dilakukan terhadap pasien dan disesuaikan diagnosa akhir dan tindakan yang tertera pada resume medis untuk dilakukan perbaikan kode. 2. verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan pencantuman kode prosedur 54.59 bila tindakan tersebut tidak tercantum pada resume medis 2. coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir yang sesuai dengan gambaran keluhan pasien.
Appendik
93
Keystroke Mistake
Pasien RITL dengan diagnosa appendisitis akut dan sepsis unspecified, tindakan yang dicoding appendectomy
Kasus appendiksitis selalu diikuti dengan sepsis unspecified dengan tindakan appendectomy untuk kelas II dengan biaya Rp 5,102,869 jika tidak ada diagnosa sepsis biaya menjadi Rp 2,728,937
Ketika melakukan verifikasi, bisa dikategorikan sepsis apabila ada perkembangan yang dramatis ditandai dengan simptom dan tanda-tanda lain seperti panas tinggi, nadi cepat, pernapasan cepat, menggigil. Pasien tampak sakit berat sekali. Keadaan ini cepat disusul dengan menurunkan kesadaran atau bicara ngacau, timbul bintik merah pada kulit, shock, oliguria atau anuria
1. Untuk kriteria pasien dengan sepsis dikembalikan pada kriteria klinis untuk sepsis 2. Penentuan diagnosa utama dan sekunder didasarkan pada resume medis dan sumber daya yang paling banyak diserap
Appendik
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
Pasien masuk RITL dengan kasus luka terbuka pasca laparatomi. Diajukan oleh RS sebagai berikut : Diagnosa Utama : Z09.0 Follow up examination after surgery for other conditions Diagnosa sekunder : T81.3 Disruption of operation wound, not elsewhere classified. Prosedur : 86.59 ( closure of skin and subcutaneous tissue of other sites) Group CBGs : Z-4-12-III ( faktorfaktor yang mempengaruhi status kesehatan berat) Biaya : Rp. 4.240.020 Kasus Efusi Pleura (J90) + Pneumoni (J18.9), dilakukan punksi pleura, dientry tindakan 33.93 (puncture of lung), sehingga trbentuk CBGs J-1-30-III Rp 25.597.212,-
Sesuai kaidah koding, seharusnya Diagnosa Utama : T81.3 (disruption of operation wound, not elsewhere classified) Diagnosa Sekunder : Z09.0 ( follow up examination after surgery for aother conditions) Prosedur : 86.59 ( closure of skin and subcutaneous tissue of other sites) Group CBGs : S4-13-I (komplikasi dari penatalaksanaan pasien ringan) Biaya : 1.608.297
sesuai dengan kaidah koding apabila ada diagnosa pasti yang sudah ditegakkan ( T81.3) maka itu yg dijadikan diagnosa utama, sedangkan kode Z09.0 sebagai diagnosa sekunder.
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan keluhan pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan perbaikan kode. 2. Verifikator dapat melakukan konfirmasi kepada DPJP tentang mana diagnosa yang menjadi resouces atau penyulit terbesar.
Kamus ICD 9CM
Paru 1. Kode IC9 CM untuk tindakan punksi pleura adalah 34.09 Other incision of pleura, Creation of pleural window for drainage2. 2. verifikasi sudah benar Persalinan/Kehamilan/Bayi 1. Apabila bayi lahir s ehat maka tidak memiliki kode diagnosis penyakit (P), hanya perlu kode bahwa ia lahir Baru Lahir hidup di lokasi persalinan, tunggal atau multiple (Z38.-) 2. Untuk bayi lahir dipengaruhi oleh faktor ibunya yaitu komplikasi saat hamil dan melahirkan dapat digunakan kode P00-P04 tetapi yang dapat diklaimkan hanya yang menggunakan kode P03.0 – P03.6
94
Keystroke Mistake
95
Keystroke Mistake
96
Keystroke Mistake
kasus bayi dilahirkan sehat ditagihkan sebagai bayi sakit, karena kehamilan/persalinan ibu patologis. Biasanya dientri P00.0, P02.7
punksi pleura seharusnya dientry 34.09 (other incision of pleura) krn yang dipunksi cairan di area pleura, bukan di jaringan paru nya --> grouper J-420-III Rp 6.116.883 ruang perawatan di rawat gabung dengan bayi lainnya, billing tagihan hanya perawatan bayi tanpa diberikan terapi apapun
97
Keystroke Mistake
Tindakan pemasangan O2 di entry 96.71 (continous mechanical ventilation)
kode pemberian O2 diganti 93.96 (Other oxygen enrichment)
perawatan tidak di ruang intensif, diagnosa tidak mendukung
98
Keystroke Mistake
Pasien masuk RITL dengan kasus Congestive heart Failure dan Hepatitis. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa Utama I50.0 ( Congestive heart Failure) dan diagnosa Sekunder K75.9 ( Inflammantory liver disease). Grouping CBGs: I-4-12-II. Biaya: Rp. R p. 7.507.024,00
Sesuai dengan kaidah koding, Diagnosa Utama: I15.0 (Congestive Heart Failure dan Diagnosa Sekunder K73.9 ( Chronic Hepatitis, Unspecified), biaya Rp. 5.260.066,00
sesuai dengan kaidah, koding harus sesuai dengan resume medis.
99
Keystroke
Bayi lahir SC dirawat di ruang SCN dengan diagnosa Tagihan yang dibayarkan untuk bayi adalah satu P071 (other low birth weight ) dengan berat lahir 2000 paket dengan tagihan ibu gram dan prosedure 9393 ( Nonmechanical methods of resuscitation )
Mistake
Permenkes 27 tahun 2014 : Untuk bayi lahir dipengaruhi oleh faktor ibunya yaitu komplikasi saat hamil dan melahirkan dapat digunakan kode P00-P04 tetapi yang dapat diklaimkan hanya yang menggunakan kode P03.0 – P03.6
REKOMENDASI NCC
1. Kode IC9 CM untuk tindakan pemberian O2 adalah 93.96 Other oxygen enrichment 2. verifikasi sudah benar 1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis 2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir yang merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan.
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan) Tindakan Medik/Operatif
Ventilator
Hepatitis
Setelah di verifikasi kembali berkas Ibu,
1. verifikator memastikan anak yang lahir masih dalam Persalinan/Kehamilan/Bayi
ternyata Ibu partus normal. Ibu melahirkan anak kembar. Tetapi Rumah sakit menagihkan kedua bayinya dengan diagnosa bayi lahir SC dan tanpa indikasi.
Baru Lahir tanggungan ( maks anak ke 3) 2.Apabila bayi lahir sehat maka tidak memiliki kode diagnosis penyakit (P), hanya perlu kode bahwa ia lahir hidup di lokasi persalinan, tunggal atau multiple (Z38.-) 3. Untuk bayi lahir dipengaruhi oleh faktor ibunya yaitu komplikasi saat hamil dan melahirkan dapat digunakan kode P00-P04 tetapi yang dapat diklaimkan hanya yang menggunakan kode P03.0 – P03.6
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
100
Keystroke Mistake
Pada pasien RJTL dengan kasus operasi mata ODS yang dilakukan prosedur SICE, namun ditagihkan prosedur phacoemulsification (special CMG) dengan tarif top up ± Rp.4.000.000,00
Reseleksi klaim
Tidak terdapatnya prosedur phacoemulsification pada resume medis, laporan operasi dan billing RS. Setelah dikonfirmasi, prosedur yang dilakukan adalah SICE.
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa dan tindakan yang disesuaikan diagnosa akhir dan tertera pada resume medis untuk dilakukan perbaikan kode. 2. Verifikator dapat melakukan konfirmasi kepada DPJP tentang prosedur yang diakukan dan dicocokan dengan yang tertera pada resume medis.
Mata
101
Keystroke Mistake
Pasien Ny.Y dirawat dengan diagnosa utama Perdarahan Post Partum O72.0, Perineal laceration during delivery, unspecified O70.9, R57.1 Hypovolaemic shock dengan tindakan 75.4 sesar bagian jenis tertentu lainnya serta tindakan Manual Placenta 75.4 dengan biaya Rp.3.014.533,-
Sesuai Petunjuk Teknis dan Kaidah Koding yang menjadi Prosedur utama adalah 75.7 Manual explorasi rongga rahim
Tindakan manual placenta tidak bisa diklasifikasikan ketindakan sesar. Sedangkan pasien langsung dirujuk ke Faskes tingkat lanjutan.
Persalinan/Kehamilan/Bayi 1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP Baru Lahir terkait dengan tindakan/ prosedur yang dilakukan terhadap pasien. 2. tindakan dengan kode 75.4 adalah Manual removal of retained placenta bukan merupakan operasi saecar.
102
Keystroke Mistake
Pada pasien RJTL yang dilakukan prosedur CT scan kepala, dilakukan penagihan Other CT scan yang dapat diinput sebagai special CMG dengan tarif top up ± Rp. 400.000,-
Reseleksi klaim
Reseleksi klaim menjadi prosedur CT scan kepala sesuai dengan resume medis pasien dan billing RS.
CT Scan 1. penulisan prosedur sesuai dengan tindakan yang tertera pada resume medis 2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa dan tindakan yang disesuaikan diagnosa akhir dan tertera pada resume medis untuk dilakukan perbaikan kode. 3. Kode yang tepat untuk tindakan CT scan kepala adalah Computerized axial tomography of head ,C.A.T. scan of head 4. Verifikator melaukan pencatatan untuk dilaporkan kepada Tim Audit Medis.
103
Keystroke Mistake
Pasien RITL dengan keluhan gagal ginjal dengan anemia. Diajukan RS DU: N18.9 DS: D57.0 Group CBGs N-4-10-III tumor ginjal & saluran urin & gagal ginjal berat Rp. 5.823.769
Sesuai kode ICD-X kode D57.0 deskripsinya sicklecell anemia with crisis. D63.8 deskripsinya anemia in other cronic disease classified elsewhere. Shg lbh tepat DU: N18.9 DS: D63.8 Group CBGs N-4-19II Rp. 3.638.884
Anemia 1. verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait kode diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis. 2. kode yang tepat untuk anemia yang berhubungan dengan penyakit kronis adalah D63.8* Anaemia in other chronic diseases classified elsewhere [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Diseases of the blood and blood-forming organs.]
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
104
Keystroke Mistake
Diagnosa Utama : A064 ( Amoebatic liver abscess) Diagnosa Sekunder : D649 (Anemia,unspecified) A419 (Septicaemia,unspecified) Tindakan : 500 (Hepatotomy) 9918 (Injection or infusion of electrolytes) 8744 (Routine chest x-ray, so described) 9059 (Other microscopic examination of blood) 9904 (Transfusion of packed cells) 8876 (Diagnostic ultrasound of abdomen and retroperitoneum) 8952(Electrocardiogram) Group CBGs : B-1-10-III (Prosedur hati dan Pankreas berat) Biaya Rp. 29.131.158
Diagnosa Utama : A064 ( Amoebatic liver abscess) Diagnosa Sekunder : D649 (Anemia,unspecified) A419 (Septicaemia,unspecified) Tindakan : 5019 (Other diagnostic prosedur on liver) 9918 (Injection or infusion of electrolytes) 8744 (Routine chest x-ray, so described) 9059 (Other microscopic examination of blood) 9904 (Transfusion of packed cells) 8876 (Diagnostic ultrasound of abdomen and retroperitoneum) 8952(Electrocardiogram) Group CBGs : B-1-13-III (Prosedur Prankeas dan Hepatobilliari lainlain)Biaya Rp. 15.644.553
Tindakan yang dilakukan adalah drainase abses pada liver yang diajukan RS dikode 500 (Hepatotomy) diganti 5019 (Other diagnostic prosedur on liver)
1. Untuk kriteria pasien dengan sepsis dikembalikan pada kriteria klinis untuk sepsis 2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait dengan tindakan/ prosedur yang dilakukan tehadap pasien. Konfirmasi dilakukan melalui lembar konfirmasi dan disertai pengecekan pada laporan operasi. jika memang benar dilakukan operasi maka tindakan prosedur tersebut tertera pada laporan operasi jika tidak maka termasuk prosedur diagnostik.
Anemia
105
Keystroke Mistake
Rehab medik utk tindakan traksi spinal dikoding 93.42 (traksi tulang belakang lainnya) padahal hanya menggunakan alat seperti katrol biasa, tanpa prosedur pemasangan gips Rp. 564.742,-
Disetujui kode 93,21 (Manual dan mekanis traksi) Rp. 156.000,-
Pengentrian kode 93,42 menghasilkan deskripsi INA CBG's biopsi sehingga kurang tepat. Analisa kedua, biaya INA-CBG's (Rp. 564.742) jauh diatas biaya riil RS (Rp. 130.000,-). Analisa ketiga pengertian spinal traksi di literatur adalah dengan prosedur pemsangan gips, sedangkan tindakan yang dilakukan hany menggunakan alat katrol biasa. Sehingga setelah konfirmasi dengan Spesialis Rehab Medik disepakati bahwa tindakan 93,21 lebih tepat
1. verifikator melakukan konfirmasi dengan bagian rehab medik terkait tindakan traksi spinal yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis. 2. verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait kode diagnosa dan tindakan yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis.
Fisioterapi/Rehabilitasi Medik
106
Keystroke Mistake
Kode R509 (demam) sebagai diagnosa utama, padahal diagnosa pasien sudah tegak, misal tiphoid (A90)
sesuai aturan koding NCC kode diagnosa R merupakan Symptom atau gejala sehingga tidak bisa dijadikan DU
Melakukan koorodinasi dan konfirmasi dengan manajemen RS dan dokter penanggung kjawab agar tindakan yang dilakukan dengan rekam medis disesuaikan koding nya.
1. penulisan kode diagnosa adalah sesuai dengan diagnosa akhir tertera pada resume medis. 2. Gejala tidak bisa dijadikan sebagai diagnosa utama jika ada diagnosa lain yang lebih tepat 3. Rule MB 3 : Suatu gejala yang diklasfikasikan dalam Bab XVIII (R.-), atau suatu masalah yang dapat diklasfikasikan dalam bab XXI (Z) dicatat sebagai kondisi utama, sedangkan informasi di rekam medis, terekam kondisi lain yang lebih menggambarkan diagnosis pasien dan kepada kondisi ini terapi diberikan maka reseleksi kondisi tersebut sebagai diagnosis utama.
Tiphoid
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
107
Keystroke Mistake
Semua diagnosa penyakit jantung, dikode R55 (sincope) Sesuai aturan koding NCC syncope dengan kode R adanya indikasi meningkatkan tarif pada 1. penulisan kode diagnosa adalah sesuai dengan merupakan symptom tidak bisa dijadikan kasus jantung dengan penambahan diagnosa diagnosa akhir tertera pada resume medis. Diagnosa utama syncope 2. Gejala tidak bisa dijadikan sebagai diagnosa utama jika ada diagnosa lain yang lebih tepat 3. Rule MB 3 : Suatu gejala yang diklasfikasikan dalam Bab XVIII (R.-), atau suatu masalah yang dapat diklasfikasikan dalam bab XXI (Z) dicatat sebagai kondisi utama, sedangkan informasi di rekam medis, terekam kondisi lain yang lebih menggambarkan diagnosis pasien dan kepada kondisi ini terapi diberikan maka reseleksi kondisi tersebut sebagai diagnosis utama.
108
Keystroke Mistake
Pasien dengan efusi pleura dengan tindakan punksi DU efusi pleura , dengan DS T BC, Peny. Jantung , dikoding DU TBC, DS penyakit jantung+efusi pleura, dan Tindakan Punksi tindakan PUNKSI --> 35 juta
109
Keystroke Mistake
- Dx acute pharingitis +DHF menjadi sl 3, ditambah ambil darah vena di kode 39.49 membuat tarif jadi tinggi Rp. 50.835.898,-
Kode untuk pemeriksaan darah seharusnya 90.5
110
Keystroke
-Tindakan pemasangan infus dikode Infus pump 86.06,
Adanya kesalahan persepsi pemberian kode untuk Deskripsi kode 86,06 adalah Penyisipan
kode yang tepat untuk pemasangan infus adalah 99.18 Infud Pump
Mistake
padahal seharusnya pemasangan infus pump 99.18 (injeksi/ infus elektrolit)
tindakan pemasangan infus, seharusnya 99,18
implant pompa infus
Injection or infusion of electrolytes sedangkan kode 86.06 Insertion of totally implantable infusion pump adalah untuk pemasangan infus permanen (dalam arti implan)
Keystroke Mistake
* UGD DAN POLI PADA HARI YANG SAMA DENGAN RAWAT INAP DITAGIHKAN OLEH RUMAH SAKIT
MENGHAPUS TINDAKAN DAN SEP RAWAT JALAN
TERLIHAT DARI TOOLS RIWAYAT PELAYANAN Pelayanan UGD dan RJTL pada hari yang sama dengan DI APLIKASI PEMBUATAN SEP RITL menjadi satu rangkaian episode RITL. (UGD dan RJTL sudah masuk ke dalam klaim RITL)
111
ada indikasi memberikan kode DU yang dapat meningkatkan tarif. Seharusnya pemilihan Diagnosa Utama juga disesuaikan dengan adanya terapi/ tindakan yang diberikan. Tarif yang diajukan jauh lebih tinggi dari biaya riil RS dikarenakan terapi yang diberikan memang untuk efusi pleura, sehingga lebih tepat dikoding DU efusi pleura - Tentang penambahan pemeriksaan darah vena yang menyebabkan tarif sampai 50 juta. Sebenarnya itu karena salah kode saja. Karena kalau pemeriksaan darah biasa seharusnya 90.5. Kalau 39.49 itu kode untuk pemeriksaan bedah vaskuler dgn sejenisnya misal kasus penggantian av shunt. Juga pemakaian 38.21 pihak RS memasukkan kode tsb sebagai kode pemeriksaan darah lengkap biasa, shg menyebabkan sl 3.
Jantung
Paru 1. Dasar utama penetapan diagnosa utama dan sekunder adalah diagnosa yang tertera pada resume medis yang ditentukan oleh dokter penanggungjawab pasien 2. diagnosa akhir merupakan diagnosa yang menyerap sumber daya banyak dan sesuai dengan tindakan yang dilakukan.
Demam Berdarah/DHF 1. verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait kode diagnosa dan tindakan yang disesuaikan dengan diagnosa akhir dan rposedur yang tertera pada resume medis. 2. kode yang tepat untuk pemeriksaan darah adalah Microscopic examination of blood (parasitology)
UGD/IGD
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
112
Keystroke Mistake
1. adanya diagnosa sekunder yang meningkatkan biaya. Kode R tidak bisa sebagai DU Contohnya R633 : Feeding difficulties and mismanagement, E86 : Volume depletion, dll 2. Kode R menjadi diagnosa utama
113
Keystroke Mistake
Tindakan TACE (Trans arterial Chemo Embolization), masih disetujui kode 99,25 untuk prosedur TACE menurut koder RS dan verifikator bahwa kode untuk prosedur tersebut adalah 99.25 (suntikan atau infus zat kanker), namun menurut Dokter yang mengerjakan tindakan TACE tsb (Spesialis Radiologi) k ode tindakan TACE adalah 38,80 (oklusi bedah lain kapal, situs tidak ditentukan) karena menurut Dokter tindakan tersebut merupakan embolisasi
kata kunci untuk tindakan tace adalah kemoterapi, sehingga lebih tepat memasukkan kode 99,25 (suntikan atau infus zat kanker)
Jantung 1. kode yang tepat untuk tindakan TACE (Trans Arterial Chemo Embolization) adalah 99.25 Injection or infusion of cancer chemotherapeutic substance Chemoembolization Injection or infusion of antineoplastic agent 2. verifikator melakukan konfirmasi dengan DPJP terkait tindakan TACE dan mengecek laporan hasil tindakan TACE
114
Keystroke Mistake
pada pasien MRS dengan kondisi Hemiparese, stroke, ditagihkan DU : HT, dan DS : stroke Rp. 7,333,333,-
D U : s tr ok e, DS : H T R p. 3 ,2 96 ,1 24
d ik ar en ak an t er ap i d an pe me ri ks aa n terbanyak dilakukan untuk stroke, maka seharusnya DU stroke
Sesuai dengan kaidah koding, diagnosis primer adalah diagnosis yang memerlukan resource paling banyak. Dalam hal ini, kondisi yang menyebabkan pasien memerlukan perawatan/ terapi adalah stroke, sedangkan hipertensi adalah komorbiditas.
Stroke
115
Keystroke
bayi dengan infeksi keracunan air ketuban dan ikterus,
DS : P.59.0 (neonatal jaundice associate with
ikterus baru muncul setela h hari ke 3
1. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP
Persalinan/Kehamilan/Bayi
Mistake
ditagihkan rumah sakit dengan diagnosa: D.utama:P.59.0 (neonatal jaundice associate with preterm delivery d.sekunder: P 39.2 (intra amniotic infection of fetus) kode ina: P-8-17-II TARIF: 4.717.162
preterm delivery DU : P 39.2 (intra amniotic infection of fetus) KODE INA:P-8-16-II TARIF:2.385.929
116
Keystroke Mistake
Pasien Masuk RITL Dengan diagosa utama : Episode depresi sedang, diajukan oleh RS dengan diagnosa: Psichotic epilepi F068. Dengan biaya Rp. 6.537.362
Sesuai dengan kaidah koding diagnosa episode depresi sedang kode diagnosanya F32.1. Biaya Rp.4.516.856
117
Keystroke Mistake
Pasien rawat inap Diagnosa utamanya: D069 Carcinoma in situ cervix, unspecified. Diagnosa sekunder : R633 - Feeding difficulties and mismanagement.D649 - Anaemia, unspecified Tindakan : 99.21 99.04 89.52 87.44 Biaya 11.691387
Pasien rawat inap Diagnosa utamanya: J1.89 Pneumonia, unspecified Diagnosa sekunder : R633R633 - Feeding difficulties and mismanagement.D649 - Anaemia, unspecified Tindakan : 99.21 99.04 89.52 87.44 Biaya 7.520.409
1. penulisan kode diagnosa adalah sesuai dengan diagnosa akhir tertera pada resume medis. 2. Gejala tidak bisa dijadikan sebagai diagnosa utama jika ada diagnosa lain yang lebih tepat 3. Rule MB 3 : Suatu gejala yang diklasfikasikan dalam Bab XVIII (R.-), atau suatu masalah yang dapat diklasfikasikan dalam bab XXI (Z) dicatat sebagai kondisi utama, sedangkan informasi di rekam medis, terekam kondisi lain yang lebih menggambarkan diagnosis pasien dan kepada kondisi ini terapi diberikan maka reseleksi kondisi tersebut sebagai diagnosis utama.
Feeding Difficulties
Baru Lahir terkait kondisi ikterus pada bayi dan disesuaikan dengan yang tertera pada resume medis. 2. diagnosis primer adalah diagnosis yang memerlukan resource paling banyak 1. verifikstor memastikan kembali diagnosa akhir yang Saraf/Kejang tertera pada resume medis 2. kode yang tepat untuk diagnosa episode depresi sedang adalah F32.1 Moderate depressive episode [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Mental and behavioural disorders.] Tumor/Kanker Berdasarkan resume medis tidak ditemukan 1. Verifikator melakuakn konfirmasi terkait dengan adanya biaya paling besar dikarenakan ca kode diagnosa yang dicantumkan kemudan disesuikan cervixnya. Melainkan pasien sudah diketahui dengan yang tertera pada resume medis riwayat ca cervix. 2.Diagnosa akhir adalah diagnosa yang menyerap banyak sumber daya. 3. pada kasus ini jika Ca Cervix nya merupakan riwayat maka menjadi diagnosa sekunder Sesuai dengan ICD 10 untuk diagnosa episode depresi sedang kode F32.1
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
118
Keystroke Mistake
Pasien RITL masuk dengan dengan keluhan sesak. Dikoding dengan Diagnosa Utamanya I21.9; acute myocardial infarction, unspecified. Diagnosa sekunder I50.0 CHF (Congestive heart failure)
sesuai kaidah koding diagnosa yang benar adalah dengan diagnosa utama I50.9; Heart Failure
sesuai dengan kaidah koding dan ICD-10 Volume 1 dijelaskan jika ada diagnosa myocardial dengan CHF baiknya digabung dengan kode I50.9 sebagai diagnosa utamanya
119
Keystroke Mistake
Pasien masuk RITL dengan kasus DM. Diajukan RS sebagai berikut: Diagnosa utama: I63.3 Cerebral infarction due to thrombosis of cerebral arteries Diagnosa sekunder: (E11.7 Non-insulin-dependent diabetes mellitus with multiple complications), (I10 Essential (primary) hypertention Tindakan : 8703 computerized axial tomograpy of head, 9059 other microscopic examination of blood Group CBGs: G-4-14II kecederaan pembuluh darah otak dengan infark sedang Biaya Rp 7.463.208
Sesuai kaidah koding, Diagnosa utama: I63.3 Cerebral infarction due to thrombosis of cerebral arteries Diagnosa sekunder: (E10.9 Insulindependent diabetes mellitus without complications), (I10 Essential (primary) hypertention Tindakan : 8703 computerized axial tomograpy of head, 9059 other microscopic examination of blood Group CBGs: G-4-14-I kecederaan pembuluh darah otak dengan infark ringan Biaya: Rp 4.101.846
Diabetes Melitus di CPO terdapat pemberian insulin novorapid 1. verifikator melakukan konfirmasi terkait dengan dan levemir pencantuman kode diagnosa E11.7, konfirmasi kepada DPJP tentang multiple complication pada pasien kemudian dicocokan dengan yang tertera pada r esume medis 2. komorbiditi adalah penyakit penyerta sedangkan yang dimaksud dengan komplikasi adalah penyakit penyulit.
120
Keystroke Mistake
Pasien RITL masuk dengan dengan kasus gangrene yang sesuai kaidah koding diagnosa yang benar adalah akan didebridement, diajukan RS sebagai berikut: dengan diagnosa utama E11.5; Non insulin Diagnosa utama E11.7 non-insulin dependent diabetes dependent diabetes melitus with periph circ comp melitus with compc, diagnosa sekunder A48.0 gas gangrene
121
Keystroke
pasien dengan rencana khemoterapi cancer payudara
sesuai dengan kaidah koding diagnosa yang benar sesuai dengan kaidah koding dan ICD-10
1. Berdasarkan aturan kaidah ICD 10, untuk pelayanan Tumor/Kanker
Mistake
lanjutan, diajukan RS sebagai berikut; Diagnosa utamanya C50.8 ; Malignant neoplasm overlapping lession of breast diagnosa sekunder Z51.1 Chemoteraphy session for neoplasm
adalah diagnosa utamanya Z51.1 diagnosa sekundernya C50.8
diagnosa yang benar adalah diagnosa utamanya Z51.1 diagnosa sekundernya C50.8
kemoterapi pada neoplasma menggunakan kode Z51.1 sebagai diagnosa utama jika pasien melakukan kemoterapi 2. Jika pasien direncakan kemoterapi namun karena kondisi belum memungkinkan sehingga ditunda maka pasien dirawat atas indikasi pebaikan keadaan umum maka kode Z51.1 boleh tidak digunakan . untuk diagnosa utama menggunakan diagnosa sesuai keadaan umum yang ditangani
Keystroke Mistake
Pasien Masuk dengan fraktur cruris 1/3 tengah tertutup Seharusnya yang ditagihkan adalah tindakan dilakukan tindakan reposisi tertutup dengan pemasangan gips pemasangan gips. Pada penagihan tindakan ditagihkan sebagai Fiksasi Eksternal
Tindakan Fiksasi Eksternal, merupakan tindakan yang dilakukan dengan pemasangan alat. Dilaporan operasi yang disertakan jelas tertulis pemasangan gipsona
1. verifikator memastikan kembali pada resume medis Tulang/Fraktur/Fraktur apakah benar dilakukan reposisi reposisi tertutup dengan pemasangan gips, jika benar maka kode tindakan yang tepat adalah 93.59 Other immobilization, pressure, and attention to wound
122
sesuai dengan kaidah koding dan ICD-10 Volume 1 dijelaskan jika ada diagnosa diabetes melitus dengan gangrene maka koding nya menjadi E11.5
Kode i21.9 (Acute myocardial infarction, unspecified) Jantung tidak dapat digabung dengan kode I50.0 (Congestive heart failure [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Diseases of the circulatory system.]) karena merupakan dua kondisi yang berbeda
Diabetes Melitus sesuai ICD 10, kode yang tepat untuk diabetes non insulin dengan gangrene adalah E11.5 (Non-insulin-dependent diabetes mellitus With peripheral circulatory complications gangrene [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Endocrine, nutritional and metabolic diseases.]
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
KASUS
TIPE
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
123
Keystroke Mistake
Pasien RITL Atas Nama : Aris Basuki sutrisno nokp:0001322657403 masuk karena stroke dan hipertensi tetapi di pengkodean diagnosa di balik menjadi Hipertensi dan stroke Rp.5.800.000
Seharusnya sesuai kaidah coding diagnosa primer stroke dan diagnosa skunder Hipertensi Rp.2.900.000
Coder membalikkan diagnosa sehingga berpotensi menaikkan biaya
Stroke 1. Sesuai dengan rekam medis paien masuk seharusnya diagnosa utama utama adalah I64 karena penyebab pasien masuk rumah sakit karena Stoke nya, dan hipertensi adalah riwayat penyakit terdahulu , verifikator melakukan edukasi kepada koder 2. Sesuai dengan kaidah ICD 10 ,hipertensi masuk dalam kelompok komorbiditi 3. Seharusnya stroke menjadi diagnosa utama merujuk pada sumber daya yang digunakan. Diagnosa hipertensi boleh dijadikan diagnosa sekunder
124
Keystroke Mistake
Pasien masuk R.inap dengan diagnosa di resume medik batu uretra proximal bilateral dengan tindakan urs litotripsi dan dinaikan ke diagnosa utama calculus i n urethra (N211) dan di prosedur Release of urethral stricture dilihat laporan operasi & laporan anestesi tidak ada. Biaya Diajukan Rp.10.931.328
sesuai kaidah koding kalau tidak ada hasil operasi dan laporan Anestesi berarti tidak bisa dinaikkan ke prosedur. berarti os pulang tanpa operasi Rp.4.045.096
Kalau tidak ada laporan operasi dan laporan anestesi tidak bisa dinaikkan ke prosedur
1. Penulisan kode diagnosa dan prosedur disesuaikan Saluran Kemih dengan yang tertera pada resume medis. 2. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP dan coder terkait dengan diagnosa akhir pasien. Apabila terdapat ketidakcocokan, verifikator mencatat kemudian dilaporkan pada tim audit medis. 3. kode yang tepat untuk batu uretra adalah N21.1 Calculus in urethra [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Diseases of the genitourinary system.] 4. kode yang tepat untuk tindakan URS litotripsi adalah 57.0 Transurethral clearance of bladder, Removal of calculus from bladder without incision
125
Keystroke
Kasus RITL untuk Vertigo dicode A 88.1 (Epidemic
Code dx Vertigo seharusnya menggunakan code R
kode yang tepat untuk vertigo adalah R42 Dizziness
Mistake
vertigo) Group CBGs: G-4-26-I dengan bbiaya Rp.3.267.158
42/H 81.4 Group CBGs:U-4-11-I dengan biaya Rp.2.168.146
and giddiness, Light-headedness Vertigo NOS [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Symptoms, signs and abnormal clinical and laboratory findings.]
126
Keystroke Mistake
Hasil Grouper CBG's: Simple Pneumonia & Whooping Cough Sedang. Biaya Rp. 5.519.110
Hasil Grouper CBG's: Simple Pneumonia & Whooping Cough Ringan. Biaya Rp. 3.927.457
127
Keystroke
Hasil Grouper CBG's: Infark myocard akut berat. Biaya
Hasil Grouper CBG's: Infark myocard akut ringan.
verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait Paru kode diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait Jantung
Mistake
Rp. 8.388.024
Biaya Rp. 3.676.767
Keystroke Mistake
Pasien atas nama s.m rawat inap dengan diagnosa Berkas rawat inap dan resume medis terlihat tidak malignant neoplasm of bladder neck. untuk diagnosa sesuai dengan follow up dan tulisan pada berkas utama pada saat pengkodingan sudah benar tapi pada rekam medis saat tindakan, untuk tindakan EKG tidak dilakukan , tapi pada saat pengcodingan tindakan EKG dimasukkan dalam coding tindakan.
128
Pada saat di coding oleh coder rumah sakit, kadang coder suka menambahan diagnosa maupun tindakan di dalam resume medis pasien, sehingga terjadi beda tulisan dan juga disaksikan oleh petugas BPJS sendiri
Vertigo
kode diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis Tumor/Kanker penulisan kode berdasarkan pada diagnosa akhir dan prosedur atau tindakan yang tertera pada resume medis
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
129
Keystroke Mistake
Pasien masuk RITL dengan kasus Malignant neoplasm of breast (C50.9) untuk dilakukan kemoterapi yang kedua kali.Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: C50.9, Tindakan: 99.25. Group CBGs: l-4-11-I Deskripsi Tumor payudara ringan. Biaya Rp 3.059.821
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: Z51.1, Diagnosa sekunder: C50.9, Tindakan: 99.25. Group C-4-13-I. Deskripsi Kemoterapi ringan. Biaya Rp 1.976.853
Kaidah koding: Kasus kemoterapi menggunakan kode "Z" sebagai diagnosis utama
1. Berdasarkan aturan kaidah ICD 10, untuk pelayanan kemoterapi pada neoplasma menggunakan kode Z51.1 sebagai diagnosa utama jika pasien melakukan kemoterapi 2. Jika pasien direncakan kemoterapi namun karena kondisi belum memungkinkan sehingga ditunda maka pasien dirawat atas indikasi pebaikan keadaan umum maka kode Z51.1 boleh tidak digunakan . untuk diagnosa utama menggunakan diagnosa sesuai keadaan umum yang ditangani
130
Keystroke Mistake
Pasien RITL ditagihkan dengan diagnosa utama dokter O80.0 Spontaneus vertex delivery, diagnosa sekunder D64.9 Anaemia, biaya Rp. 2.925.204
Kode diagnosa untuk anemia pada ibu hamil harus menggunakan kode ICD 10 O99.0 Anaemia complicating pregnancy. Sehingga Diagnosa utama adALAH O99.0. Biaya Rp. 2.435.645
Terdapat kode pada ICD 10 untuk kasus anemia pada ibu hamil yaitu O99.0 Anaemia complicating pregnancy bukan menggunakan kode terpisah untuk diagnosa kehamilan dan anemia
koding dari RS sudah tepat ditambahkan dengan O99.0 Persalinan/Kehamilan/Bayi Baru Lahir (Anaemia complicating pregnancy, childbirth and the puerperium), kode D649 Anemia bisa tetap dimasukan sebagai diagnosa sekunder
131
Keystroke Mistake
Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara sectio. di ajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.0 Delivery by elective caesarean section. Dignosa sekunder: O69.9 Labour and delivery complicated by cord complication, unspecified. Tindakan: 74.1 Low cervical cesarean section. Group CBG's: O-6-10-I / Prosedur operasi pembedahan caesar ringan. Biaya Rp 4.884.479,00
Sesuai kaidah koding. Diagnosa utama: O69.9 Delivery by elective caesarean section. Diagnosa sekunder: O82.0 Delivery by elective caesarean section. Tindakan: 74.1 Low cervical casarean section. Group CBG's: O-6-10-I / Prosedur operasi pembedahan caesar ringan . Biaya Rp 2.966.096
Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD-10 kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit dalam persalinan
Persalinan/Kehamilan/Bayi 1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang Baru Lahir menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
132
Keystroke Mistake
Pasien RITL dengan diagnosa Dyspepsia (pada kasus ibu Sesuai kaidah koding diagnosa dyspepsia pada ibu Sesuai ICD 10 diagnosa penyakit sistem hamil). Diajukan dignosa utama: Dyspepsia K30. Biaya hamil menggunakan kode O99.6. Biaya Rp. pencernaan yang mempersulit KMN: kondisi Rp. 2.812.950 2.110.359 pada K00-K93 menggunakan kode diagnosa O99.6
verifikasi sudah tepat, untuk diagnosa dyspepsia yang Gastritis/Dispepsia berhubungan dengan ibu hamil maka kode yang tepat adalah O99.6 Diseases of the digestive system complicating pregnancy, childbirth and the puerperium Conditions in K00–K93 [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Pregnancy, childbirth and the puerperium.]
133
Keystroke Mistake
Pasien RITL dengan Kasus asphyxia. Diajukan Oleh RS : Diagnosa Utama : P21.9 (Birth aspyxia, unspecified) Diagnosa Sekunder : P37.4 (Other Conginetal malaria) Kode ina cbg's : P-8-8-08-III Biaya : Rp. 10.972.944
verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait kondisi asfiksia pada bayi kemudian dicocokakan dengan yang tertera pada resume medis.
Diagnosa Utama : P21.1 (Mild n Moderate birth asphyxia) Diagnosa Sekunder : P37.4 (Other Conginetal malaria) Kode ina cbg's : P-8-8-08-III Biaya : Rp. 10.972.944
Disetujui Mild n Moderate birth asphyxia karena pada follow up dokter bayi sesak sesaat dan dengan sianosis sesaat.
Paru
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
134
Keystroke Mistake
Pasien RITL dengan Kasus Bronchopneumonia, SOPT, Hemoptisis Diajukan Oleh RS : Diagnosa Utama : J180 (Bronchopneumonia, unspecified) Diagnosa sekunder : J449 (Chronic obstructive pulmonary disease, unspecified), R042 (Haemoptysis) Tindakan : 99.18 (Injection or infusion of electrolytes), 99.21 (Injection of antibiotic), 90.59 (Other microscopic examination of blood), 97.44 (Routine chest x-ray, so described) Group cbg's : J-4-16-II (Simple pneumonia & whooping cough sedang) Biaya : Rp. 7.791.144
Diagnosa Utama : J180 (Bronchopneumonia, unspecified) Diagnosa sekunder : B90.9 (Sequelae of respiratory and unspecified, tuberculosis), R04.2 (Haemoptysis) Tindakan : 99.18 (Injection or infusion of electrolytes), 99.21 (Injection of antibiotic), 90.59 (Other microscopic examination of blood), 97.44 (Routine chest x-ray, so described) Group cbg's : J 4-16-II (Simple pneumonia & whooping cough ringan) Biaya : Rp. 5.544.261
Berdasarkan pada rekam medik pasien riwayat perjalanan penyakit pasien merupakan Riwayat OAT 2003 dengan sekarang pasien masuk dengan diagnosa sekunder SOPT dimana berdasarkan hasil konfirmasi dengan dr. spesialis paru pasien mengalami kekambuhan penyakit sebelumnya yaitu TBC sehingga didiagnosa SOPT
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepda coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan keluhan pasien yang tertera pada resume medis untuk dilakukan perbaikan kode. 2. coder melakukan konfimasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa akhir yang sesuai dengan gambaran keluhan pasien.
Paru
135
Keystroke Mistake
Pasien RITL dengan kasus Asphyxia. Diajukan Oleh RS : Diagnosa Utama : P21.9 (Birth aspyxia, unspecified) Kode ina cbg's : P-8-08-I (Prosedur neonatal, berat badan lahir group 5) Biaya : Rp. 3.979.863
Diagnosa utama : P22.9 (Respiratory distress of newborn, unspecified) Kode ina cbg's : P-8-08-I (Prosedur neonatal, berat badan lahir group 5) Biaya : Rp. 3.979.863
Disetujui dengan diagnosa P22.9 (Respiratory distress of newborn, unspecified) karena pada follow up dokter tidak ada gejala-gejala aspyxia yang khas. Dengan sesak napas positif dan sianosis negatif.
1. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait kondisi asfiksia pada bayi kemudian dicocokakan dengan yang tertera pada resume medis. 2. Klaim disetujui dengan melampirkan lembar konfirmasi kepada dokter yang merawat. Kemudian kasus menjadi catatan kepada Tim Audit Medis.
Paru
136
Keystroke Mistake
Pasien dengan kasus Corpus alenum pecahan logam. Diajukan Oleh RS : Diagnosa Utama : T14.1 (Open wound of unspecified) Tindakan : 83,02 (Myotomy), 99.18 (Injection or infusion of electrolytes), 99.21 (Injection of antibiotic), 90.59 (Other microscopic examination of blood), 88.28 (Skeletal x-ray of ankle and foot) Kode ina cbg's : M-150-I (Prosedur Jaringan Lunak) Biaya : Rp. 7.771.878
Diagnosa Utama : S.71 (Open wound of hip) Tindakan : 83,02 (Myotomy), 99.18 (Injection or infusion of electrolytes), 99.21 (Injection of antibiotic), 90.59 (Other microscopic examination of blood), 88.28 (Skeletal x-ray of ankle and foot) Kode ina cbg's : M-1-50-I (Prosedur Jaringan Lunak) Biaya : Rp. 7.771.878
Corpus alenum pecahan logam bukan terjadi 1. verifikator melakukan konfirmasi pada coder terkait Corpus Alineum/Benda Asing pada bagian tubuh yang tidak spesifik. diagnosa akhir sesuai pada resume medis. 2. verifikator melakukan konfirmasi dengan DPJP terkait lokasi organ yang tepat terkait diagnosa tersebut.
137
Keystroke Mistake
Pasien masuk RITL dengan kasus nyeri perut. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa Utama: R10.4 Other and unspecified abdominal pain Diagnosa Sekunder : K76.0 Fatty (change of) liver, not elsewhere classified Hasil Grouper CBG's: Nyeri abdomen & Gastroenteritis Lain-lain (sedang). Biaya Rp. 4.029.409
Sesuai kaidah koding: Diagnosa Utama: K76.0 Fatty (change of) liver, not elsewhere classified Diagnosa Sekunder : R10.4 Other and unspecified abdominal pain Hasil Grouper CBG's: Gangguan hati selain tumor, Sirosis atau hepatis (ringan). Biaya Rp. 2.416.817
Sesuai kaidah koding ICD 10 kode R tidak 1. penulisan kode diagnosa adalah sesuai dengan dapat digunakan sebagai kode diagnosa diagnosa akhir tertera pada resume medis. primer terkecuali tidak terdapatnya indikasi 2. Gejala tidak bisa dijadikan sebagai diagnosa utama diagnosa lain dalam perjalanan penyakit jika ada diagnosa lain yang lebih tepat pasien. 3. Rule MB 3 : Suatu gejala yang diklasfikasikan dalam Bab XVIII (R.-), atau suatu masalah yang dapat diklasfikasikan dalam bab XXI (Z) dicatat sebagai kondisi utama, sedangkan informasi di rekam medis, terekam kondisi lain yang lebih menggambarkan diagnosis pasien dan kepada kondisi ini terapi diberikan maka reseleksi kondisi tersebut sebagai diagnosis utama.
Gastritis/Dispepsia
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
138
Keystroke Mistake
139
Keystroke Mistake
140
Keystroke Mistake
141
142
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
meminjam berkas rekam medis pasien , ternyata berbeda dengan resume pengklaiman nya , berkas dikembalikan dan diperbaiki koding sesuai dengan rekam medis Pasien masuk RITL dengan kasus Asthma. Diajukan oleh Sesuai kaidah koding Sesuai berkas Rekam Medik dan laporan RS sebagai berikut : Diagnosa utama : N180 (End-stage renal disease) operasi didapati bahwa Diagnosa Pra dan Diagnosa utama : N180 (End-stage renal disease) Diagnosa sekunder : Z491 (extracorporeal dialysis) Post Operatif sama yaitu CKD on hemodialisa Diagnosa sekunder : Z491 (extracorporeal dialysis), Biaya : Rp.4.252.798,N990 (Postprocedural renal failure) Biaya : Rp.17.550.411,Pasien masuk RITL dengan kasus Asthma. Diajukan oleh Sesuai kaidah koding Sesuai berkas Rekam Medik tindakan / RS sebagai berikut : Diagnosa utama : J459 Asthma, Unspecified pelayanan yang menggunakan sumber daya Diagnosa utama : K801 Calculus of gallbladder with Diagnosa sekunder : K801 Calculus of gallbladder paling besar adalah untuk diagnosa Asthma, other cholecystitis Diagnosa sekunder : J459 Asthma, with other cholecystitis untuk batu empedu hanya berupa Unspecified Biaya : Rp.4.051.018,pemeriksaan radiologi tetapi belum ada Tindakan : 9394 Respiratory medication administered tindakan khusus untuk penanganannya by nebulizer Biaya : Rp.6.020.194,-
verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait Ginjal/Hemodialisa kode diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
Keystroke Mistake
Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan SC. Diajukan oleh RS sbb: diagnosa utama: O82.1 dan diagnosa sekunder O65.4, tindakan : 74.0
Sesuai Kaidah koding bahwa yang menjadi diagnosa utama adalah diagnosa penyulitnya dan sekunder diagnosa SC
Persalinan/Kehamilan/Bayi 1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang Baru Lahir menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
Keystroke Mistake
Pasien Rawat Jalan melakukan prosedur radiologi foto Thorax namun dientri dengan jenis pemeriksaan Tomography,
ditagihkan sesuai dengan prosedur yang dilakukan ditagihkan sesuai dengan apa yg dilakukan yaitu X Ray oleh pasien
pasien a/n X dirawat inap dengan diagnosa CKD + HT , pada saat pengklaiman diajukkan oleh rumah sakit dengan diagnosa sesuai resume CKD, HT, Pneumonia dan nilai klaim
berkas dilayakkan
Hasil Grouper di aplikasi INA CBG jika di kode dengan menggunakan kode diagnosa utama adalah penyulit maka deskripsi yang terbentuk bukan sebagai persalinan penyulit namun persalinan normal
verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait Paru kode diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
Paru 1. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP dan memastikan kode diagnosa sesuai dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis . 2. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait diagnosa yang menyerap sumber daya terbesar 3. Prosedur utama biasanya relevan dengan diagnosa utama sedangkan pada kasus ini tidak relevan
1. penulisan kode berdasarkan pada diagnosa akhir dan prosedur atau tindakan yang tertera pada resume medis 2, verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP apakah pasien dilakukan tindakan pemeriksaan tomography jika tidak maka hanya dimasukan prosedur sesuai yang tertera pada resume medis
Radiologi
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
143
Keystroke Mistake
Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: A91 Dengue haemorrhagig fever. Tidak ada dx sekunder tidak ada prosedur. Group CBGs: Q-5-41-0 Penyakit akut besar lain-lain. Biaya Rp. 181.351,-
dibutuhkan pemeriksaan penunjang berupa laboratorium dengan kode 9059: other microscopic examination of blood
bisa di diagnosis dengan demam berdarah. harus ada pemeriksaan penunjang berupa laboratorium pemeriksaan darah dan juga gejala klinis yang mendukung. Jika hanya dengan keluhan demam, bisa digunakan diagnosa utama R509: Fever, Unspecified Biaya: Rp. 166.839,-
dilihat kembali DPJP utama yang menangani dan diserahkan pada DPJP untuk menentukan diagnosa akhirnya (ranah klinis)
Demam Berdarah/DHF
144
Keystroke Mistake
Diagnosa utama G510 Bell's Palsy dengan prosedur 89.13 diganti dengan G513 Clonic hemifacial spasm dengan prosedur EEG
Salah kode diagnosa
verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait Saraf/Kejang kode diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
145
Keystroke Mistake
pasien datang ke UGD dengan DIAre (A09) dengan Dehidrasi sedang(E86) , pada saat pengklaiman dehidrasi dijadikan diagnosa primer sedangkan diare sekunder
berkas dilayakkan
Saat verifikasi kita menyesuaikan diagnosa yang ada di resume medis dokter dengan di grouper. Apabila terdapat perbedaan kode diagnosa, langsung konfirmasi dengan koder. berkas dikembalikan untuk diperbaiki pengcodingannya dengan diagnosa utama diare (A09) sekunder nya dehidrasi sedang (E86)
146
Keystroke Mistake
Pasien dengan diagnosa N20 mendapat tindakan ESWL ditagihkan dengan ESWL untuk gallblader yang seharusnya ESWL untuk batu rennal
ESWL untuk batu ginjal = N-2-21-0 ES WL untuk gallblader = B-2-12-0
147
Keystroke Mistake
Pasien masuk RITL dengan kasus Persalinan SC . Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.1 Delivery by emergency caesarean section Diagnosa sekunder: O83.2 Other manipulation-assisted delivery Tindakan : 727.1 Vacuum extraction with episiotomy Biaya Rp 5.681.666
Sesuai kaidah koding , Kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit dalam persalinan Diagnosa utama: O814 Vacuum extractor delivery dan Daignosa Sekunder O82.1 Delivery by emergency caesarean section Biaya: Rp 2.844.456
Diare 1. verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait kode diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis 2. diagnosa akhir adalah diagnosa dengan penggunaan sumber daya paling banyak. Saluran Kemih 1. verifikator melakukan konfirmasi dengan coder terkait kode diagnosa dan prosedur yang disesuaikan dengan diagnosa akhir dan prosedur yang tertera pada resume medis 2, kode yang tepat untuk ESWL pada ginjal adalah 98.51 Extracorporeal shockwave lithotripsy [ESWL] of the kidney, ureter and/or bladder, sedangkan untuk gallblader adalah 98.52 Extracorporeal shockwave lithotripsy [ESWL] of the gallbladder and/or bile duct
Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD-10 kode O814 Vacuum extractor delivery digunakan sebagai diagnosa utama tanpa ada tindakan karena sudah termasuk dalam penyulit bukan menjadi O82.1 Delivery by emergency caesarean section Diagnosa sekunder: O83.2 Other manipulation-assisted delivery.sesuai dengan pemeriksaan RM.
Persalinan/Kehamilan/Bayi 1. ada beberapa permasalahan terkait grouper yang Baru Lahir menghasilkan grouper yang inkonsistensi, contoh pasien Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
148
Keystroke Mistake
kekeliruan dalam pengkodean diagnosa, dimana Setelah dikonfirmasi ulang, dan diubah sesuai RM, diagnosa utama dan diagnosa sekunder dikode terbalik. Dx utama Stroke dan Dx sekunder Jantung Tarif Berdasarkan diagnosa DPJP, diagnosa utama : Stroke Ina CBG's menjadi Rp. 3.827.371 dan diagnosa sekunder : Jantung sedangkan dalam pengkodean Dx utama jantung dan DX sekunder Stroke menyebabkan tarif Ina CBG's Rp. 6. 898. 267
149
Keystroke Mistake
Pasien RJTL.Diajukan oleh rumah sakit sebagai berikut : Diagnosa Utama : J45.9 Diagnosa sekunder : I10 Tindakan : 39.8 (Operation on carotid body and other vascular bodies) Group CBGs : I-2-22-0 (prosedur sedang pada pembulu dara) biaya Rp.1.259.910
Tindakan : 39.8 (Operation on carotid body and Menyesuaikan berkas pelayanan pasien other vascular bodies) pada kasus ini tindakan dengan bukti tindakan medis dan resume tidak perna diberikan medis Group CBGs : Q-5-44.0 (Penyakit Kronis Kecil Lainlain) Biaya Rp: 160.965
150
Keystroke Mistake
Pasien RITL masuk dengan kasus Hypertensi Berat, namun ditagihkan oleh Pihak RS dengan rincian sebagai berikut : Diagnosa utama: I10 Essential Primary Hypertension Diagnosa Sekunder : I11.0 Hypertensif Heart Disesase (Congestif )Heart Failure 150.0 Congestive Heart Failure J18.9 Penumonia, unspesified Group CBGs: I-417-III HIPERTENSI BERAT Biaya Rp 7.597.333
Sesuai kaidah koding dan hasil Verifikasi pada Rekam Medis Diagnosa utama: I11.0 Hypertensif Heart Disesase (Congestif )Heart Failure Group CBGs: I-4-12-I KEGAGALAN JANTUNG RINGAN Biaya: Rp 6.048.920
151
Keystroke Mistake
152
Keystroke Mistake
Pasien RJTL dengan kasus kontrol lanjutan pasca persalinan normal.Diajukan oleh rumah sakit sebagai berikut : Diagnosa Utama : Z39 Tindakan : 71.71 (Suture of laceration of vulva or perineum) Group CBGs :W-2-33-0(Prosedur kecil vulvovaginal) biaya Rp.539.508 Pasien a/n Theresia Ajipina, NOKA : 0000860548184 MRS tgl 04/07/2014; No SEP : 2407R00107140000341 ditagihkan/dientry dengan kode yang tidak sesuai dengan resume medisnya. Kode INACBGS yang dientry adalah F-4-19-11 sedangkan pada resume medis lebih mengarah pada gangguan antepartum yaitu kode INACBGS W-4-16-II
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis 2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan. 1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis 2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan. 1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis 2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan.
Stroke
Tindakan : 71.71 (Suture of laceration of vulva or Menyesuaikan berkas pelayanan pasien perineum) pada kasus ini tindakan tidak perna dengan bukti tindakan medis dan resume dilakukan maka Group CBGs medis : Q-5-24-0 (pemeriksaan Pospartum) Biaya Rp: 86.992
1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis 2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan.
Persalinan/Kehamilan/Bayi Baru Lahir
Pada saat verifikasi, dilakukan pengecekan antara resume medis dan hasil koding oleh koder. Dari hasil verifikasi maka dilakukan konfirmasi kembali dengan koder tentang diagnosa primernya mengingat prosedur pada resume medis lebih dominan mengarah pada gangguan antepartus bukan gangguan mental.
1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis 2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan.
Persalinan/Kehamilan/Bayi Baru Lahir
mencocokkan diagnosa yang ditulis oleh dokter dalam lembar medis (rekam medis) dengan kode yang tertera dalam aplikasi Verifikasi.
Pasien MRS dikarenakan gangguan antepartum, selain itu pasien diketahui juga memiliki riwayat gangguan mental. Namun berdasarkan resume medis prosedur yang diberikan dominan mengarah ke gangguan antepartum jadi kode INACBG's yang diniali lebih sesuai adalah W-4-16-II (Gangguan Antepartum Sedang) dengan besaran tarif Rp. 2.889.061,-
Jantung
Hipertensi
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
153
Keystroke Mistake
KASUS DENGAN DIAGNOSIS UTAMA DYSPNEU (R06.0). DIAGNOSIS SEKUNDER ASMA (J46), DYSPEPSIA (K30), DEMAM TYPHOID (A01.0), ISPA (J06.8), NYERI KEPALA (R5I)
TELAH MELAKUKAN KONFIRMASI DENGAN KODER DAN DOKTER YANG MERAWAT TENTANG PEDOMAN KODING DIAGNOSIS DALAM INA CBG'S BAHWA JIKA SAMPAI DENGAN AKHIR PERAWATAN TIDAK DAPAT DITEGAKKAN DIAGNOSIS YANG LEBIH SPESIFIK MAKA DIIZINKAN MEMBERI KODE R ATAU Z,PADA KASUS INI DIAKHIR PERAWATAN TELAH DITEGAKKAN DIAGNOSIS YANG LEBIH SPESIFIK YAITU ASTHMA, SEHINGGA SEHARUSNYA DIAGNOSIS UTAMANYA ADALAH ASTHMA.NAMUN DOKTER BERALASAN BAHWA PASIEN MASUK DALAM KONDISI SESAK (DYSPNEU) DAN SETELAH DILAKUKAN PEMERIKSAAN DIDAPATKAN DIAGNOSIS ADALAH ASTHMA JADI DIAGNOSIS UTAMANYA ADALAH DYSPNEU.(DITAGIHKAN)
DOKTER YANG MERAWAT KURANG MEMAHAMI PEDOMAN INMA CBG'S TENTANG PENENTUAN DIAGNOSIS PRIMER DAN DIAGNOSIS SEKUNDER
1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis 2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan.
Tiphoid
154
Keystroke Mistake
KASUS DENGAN DIAGNOSIS UTAMA DYSPEPSIA (K30) DAN DIAGNOSIS SEKUNDER DIARE (A09) ,SEPTIKEMIA (A41.9) DAN VOMITUS (R11)
TELAH MELAKUKAN KONFIRMASI DENGAN KODER DAN DOKTER YANG MERAWAT BAHWA BERDASARKAN PEDOMAN KODING DIAGNOSIS DAN VERIFIKASI YANG MENGHABISKAN SUMBER DAYA PALING BANYAK ADALAH DIARE SEHINGGA DIAGNOSIS UTAMA SEHARUSNYA DIARE, NAMUN DOKTER MENGATAKAN BAHWA DIAGNOSIS SAAT MASUK ADALAH DYSPEPSIA SEHINGGA DYSPEPSIA-LAH YANG MENJADI DIAGNOSIS UTAMA. (DITAGIHKAN)
DOKTER YANG MERAWAT KURANG MEMAHAMI PEDOMAN INA CBG'S TENTANG PENENTUAN DIAGNOSIS PRIMER DAN DIAGNOSIS SEKUNDER
1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis 2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan.
Gastritis/Dispepsia
155
Keystroke Mistake
Pasien dengan diganosa diare akut disertai dehidrasi, namun pada saat verifikasi kode yang digunakan adalah kode A09 (Diare Akut) dan kode D64.9 (Anemia), padahal dalam resume dan status tidak ada diagnosa anemia.
Memeriksa status pasien untuk mengetahui secara Pihak coder RS kurang teliti dalam membaca jelas diagnosa pasien. Setelah dilihat ternyata resume dan status yang ditulis oleh dokter. diagnosa pasien adalah diare akut dengan dehidrasi, kemudian dilakukan konfirmasi ke pihak coder untuk menghapus kode diagnosa anemia dan pihak coder setuju untuk menghapus kode diagnosa tersebut.
1. Penulisan kode diagnosa dan kode prosedur haruslah sesuai dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis 2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan kode diagnosa yang disesuaikan diagnosa akhir dan merujuk pada sumber daya yang paling banyak digunakan.
Diare
156
Keystroke
Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan normal.
Pasien masuk RITL dengan kasus persalinan secara Persalinan normal maupun tidak normal
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada Coder
Persalinan/Kehamilan/Bayi
Mistake
Ditagihkan oleh RS sebagai berikut : Diagnosa utama : O62.0 Primary inadequate contractions Diagnosa sekunder : Z35.8 Supervision of other high-risk pregnancies Tindakan : 73.59 Other manually assisted delivery Group CBGs: W-4-16-III GANGGUAN ANTEPARTUM BERAT Biaya Rp. 3.915.633,00
sectio. Ditagihkan oleh RS sebagai berikut : Diagnosa utama : O80.9 Single spontaneous delivery, unspecified Group CBGs: O-6-13-I PERSALINAN VAGINAL RINGAN Biaya Rp. 2.086.122,00
Baru Lahir terkait kode diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir pada resume medis 2. sesuai Permekes 27 Tahun 2014 : Persalinan normal maupun tidak normal tidak diperbolehkan menginput high risk pregnancy (Z35.5, Z35.6, Z35.7, dan Z35.8) ke dalam aplikasi INA-CBGs
tidak diperbolehkan menginput high risk pregnancy (Z35.5, Z35.6, Z35.7, dan Z35.8) ke dalam aplikasi INA-CBGs
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
157
Keystroke Mistake
Pasien masuk rumah sakit dengan diagnosa utama CHF (I500) dan diagnosa sekunder Hipertensi (I10)
158
Length of stay
Pasien masuk RITL dengan kasus TB. Diajukan RS : Diverifikasi RJTL diagnosa utama A.17.8 Other Pemeriksaan rekam medis, pasien tersebut diagnosa utama A.17.8 Other Tuberculosis of nervous Tuberculosis of nervous system Group CBG's : Q-5- tidak ada indikasi rawat inap hanya untuk system Group CBG's : G-4-18-I, Infeksi tuberkulosa dan 43-0, penyakit kronis besar lain-lain. Biaya : Rp. kontrol ulang RJTL TB maka dibayar RJTL. bakteri sistem pernafasan ringan. Biaya : Rp. 2.351.101,- 192.549,-
Paru Permenkes No 27 tahuan 2014 Untuk kasus pasien yang datang untuk kontrol ulang dengan diagnosis yang sama seperti kunjungan sebelumnya dan terapi (rehab medik, kemoterapi, radioterapi) di rawat jalan dapat menggunakan kode “Z” sebagai diagnosis utama dan kondisi penyakitnya sebagai diagnosis sekunder. 2. indikasi rawat inap adalah sesuai pengertian episode rawat inap, verifikator memastikan penanganan pasien jika lebih dari 6 jam maka dapat dibayarkan RI tetapi jika dibawah 6 jam maka dibayarkan rawat jalan.
159
length of stay
1. pasien RITL off gips dengan riwayat fraktur padahal pasien seharusnya dibayarkan paket RJTL saja tindakanny dikerjakan di UGD, selama di rawat inap tdk sebesar Rp. 250.361 ada tindakan berarti dengan tarif RITL Rp. 4.119.069
pasien yang layak untuk rawat inap seharusnya px dg K/U lemah atau memang benar'' membutuhkan penangnan/perawatan
160
Length Of Stay
Pasien masuk RITL pada pukul 10.30 Wib, dengan kasus Penyakit Jantung, diajukan oleh RS sebagai berikut : Diagnosa Utama : I50.1 Left ventricular failure Diagnosa Skunder : J81 Pulmonary edema, I11.9 Hypertensive renal disease without renal failure E11.9 Non-insulin-dependent diabetes mellitus Without complications N20.0 Calculus of kidney Group CBGs : I-4-12-II Kegagalan Jantung Sedang Biaya : Rp. 10.541.081
Pasien masuk RITL pada pukul 10.30 dan pulang paksa pukul 14.30 pasien dihitung ODC (One day Care) Biaya : Rp. 167.335
Pasien yang jumlah jam rawatan dibawah 6 jam merupakan pasien ODC (One day Care) yang dimasukkan kedalam kategori Rawat Jalan atau pelayanan Gawat Darurat (IGD)
Tulang/Fraktur/Fraktur 1. Indikasi rawat inap disesuaikan dengan definisi episode rawat inap, jika kurang dari 6 jam perawatan maka dibayarkan sebagai tagihan rawat jalan. 2. Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. indikasi rawat inap adalah sesuai pengertian episode Jantung rawat inap, verifikator memastikan penanganan pasien jika lebih dari 6 jam maka dapat dibayarkan RI tetapi jika dibawah 6 jam maka dibayarkan rawat jalan.
161
Length of Stay
Pasien masuk RS untuk mendapatkan pelayanan operasi mata (katarak), pasien/ keluarga pasien di anjurkan untuk mendaftar pelayanan rawat inap pada pagi/ siang hari, namun pada kenyataannya pada saat keluarga/ pasien memdaftarkan diri dalam pelayanan rawat inap pasien belum masuk RS (masuk RS sore/ malam hari).
Sesuai dengan Petunjuk Teknis. Pencetakan SEP pelayanan rawat inap dilakukan apabila pasien mendapatkan pelayanan/ fasilitas rawat inap lebih dari 6 jam.
Pasien seharusnya dibuatkan SEP pelayanan SEP diterbitkan pada hari pasien mendapatkan rawat inap bila pasien telah mendapatkan pelayanan bukan sebelumnya. pelayanan/ fasilitas rawat inap, Rumah sakit tetap ingin SEP dibuatkan sebelum pasien masuk rawat inap di karenakan dokter tidak mau melayani pasien apabila syarat administrasi tidak lengkap, sedangkan operasi dilakukan keesokan harinya.
sesuai dengan kaidah koding pada ICD 10 kedua diagnosa tersebut dapat dikoding menjadi 1 diagnosa yaitu I110
Sesuai Petunjuk Verifikasi diagnosa tersebut verifikasi sudah benar dapat dijadikan satu, dan berdasarkan ICD 10 diagnosa yang dapat digunakan adalah I110 (Hipertensi Heart Disease with Chronic Heart Frailure)
Ginjal/Hemodialisa
Katarak
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
162
Length Of Stay
Pasien masuk RITL pada pukul 10.30 Wib, dengan kasus Penyakit Jantung, diajukan oleh RS sebagai berikut : Diagnosa Utama : I50.1 Left ventricular failure Diagnosa Skunder : J81 Pulmonary edema, I11.9 Hypertensive renal disease without renal failure E11.9 Non-insulin-dependent diabetes mellitus Without complications N20.0 Calculus of kidney Group CBGs : I-4-12-II Kegagalan Jantung Sedang Biaya : Rp. 10.541.081
Pasien masuk RITL pada pukul 10.30 dan pulang paksa pukul 14.30 pasien dihitung ODC (One day Care) Biaya : Rp. 167.335
Pasien yang jumlah jam rawatan dibawah 6 jam merupakan pasien ODC (One day Care) yang dimasukkan kedalam kategori Rawat Jalan atau pelayanan Gawat Darurat (IGD)
163
Length of Stay
Pasien RJTL dengan diagnosa kista endometriosis diberikan injeksi endrolin (tapros). Klaim ditagihkan dengan jenis pelayanan RITL, dimana seharusnya termasuk dalam jenis pelayanan RJTL karena pasien hanya 3 jam berada di Rumah Sakit dan tidak mendapatkan fasilitas rawat inap.
Berdasarkan PMK No. 27 tentang Juknis Sistem INA CBGs dimana episode rawat inap adalah satu rangkaian pelayanan jika pasien telah mendapatkan perawatan > 6 jam di RS atau jika pasien telah mendapatkan fasilitas rawat inap walaupun lama perawatan < 6 jam, dan secara administrasi telah menjadi pasien rawat inap.
Dengan melihat jam masuk dan jam pulang Indikasi rawat inap disesuaikan dengan definisi pasien di status pasien, menanyakan episode rawat inap, jika kurang dari 6 jam perawatan langsung kepada pasien ybs pada saat pasien maka dibayarkan sebagai tagihan rawat jalan. datang untuk injeksi endrolin yang kedua.
Tumor/Kanker
164
Length of stay
Pasien RITL di RS Jiwa sebenarnya sudah pulang, tetapi Klaim hanya dibayarkan sesuai dengan jumlah hari secara administrasi di surat pulang dan rekam medis rawat yang sebenarnya. (tanpa Top Up) Biaya : pasien belum pulang/ masih dirawat sampai LOS Rp.3.327.828 melewati fase sub akut (43hari) sehingga RS mendapatkan top up dari perhitungan ADL. Biaya : Rp. 3.745.402
Melakukan konfirmasi surat pulang yang terdapat coretan pada tgl masuk dan tgl pulang kepada koder, petugas rekam medis dan perawat ruangan. Dan Melakukan konfirmasi kepada keluarga pasien. Melihat data rekam medik.
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait dengan tanggal masuk dan keluar dan melakukan pengecekan pada resume medis . Apabila kasus jiwa atau kusta yang hari rawatnya sudah lebih dari 43 hari, memang harus dibuatkan SEP baru dan menjadi episode RITL yang baru. Apabila kasus yang diajukan bukan kasus jiwa dan kusta, setelah pasien pulang dan kembali masuk ke RS, dibuatkan SEP baru dan menjasi episode RITL yang baru. 2. Verifikator membuat catatan readmisi kasus RITL dengan diagnosa yang sama untuk dilaporkan kepada Tim audit medis.
Akomodasi
165
Length of stay
Pasien Ny.A dirawat dengan Illeus paralitik masuk tanggal 15 Februari dan keluar tanggal 15 Februari 2014. Dan tanggal 15 Februari 2014 kembali masuk Rawat inap dengan diagnosa yang sama dan keluar tanggal 21 Februari 2014 dengan Tarif Rp.10.903.462,-
Untuk pasien yang dipulangkan secara administrasi merupakan salah satu fraud yang dapat diidentifikasi dari tanggal pulang dan tanggal masuk, serta secara aplikasi SEP terdeteksi pada Langkah step by step verifikasi.
1. Indikasi rawat inap disesuaikan dengan definisi episode rawat inap, jika kurang dari 6 jam perawatan maka dibayarkan sebagai tagihan rawat jalan. 2. verifikator melalukan crosscheck dengan riwayat pulang pada perawatan sebelumnya, jika pasien telah dipulangkan dalam keadaan pulang paksa maka episode rawat pada readmisi merupakan kelanjutan dari pembiayaan penyakit yang sama.
Akomodasi
sesuai dengan Petunjuk Teknis Verifikasi tidak boleh memulangkan pasien secara administrasi (readmission) uuntuk mendapatkan biaya yang lebih besar.
indikasi rawat inap adalah sesuai pengertian episode Jantung rawat inap, verifikator memastikan penanganan pasien jika lebih dari 6 jam maka dapat dibayarkan RI tetapi jika dibawah 6 jam maka dibayarkan rawat jalan.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO 166
TIPE Length of stay
KASUS Pasien dilakukan operasi Pterygium dengan kondisi pasien hanya dirawat selama 3 Jam, tetapi oleh pihak RS menagihkan sebagai kasus RITL
VERIFIKASI Pasien dibayarkan sesuai dengan perawatan yang diterima oleh pasien
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
1. Menurut petunjuk teknis verifikasi analisa kasus sudah tepat , indikasi rawat inap disebutkan bahwa Episode rawat Inap adalah disesuaikan dengan definisi episode rawat inap, jika satu rangkaian pelayanan jika pasien kurang dari 6 jam di bayarkan sebagai rawat jalan mendapatkan perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika pasien telah mendapatkan fasilitas rawat inap (bangsal/ruang rawat inap dan/atau ruang perawatan intensif) walaupun lama perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah menjadi pasien rawat inap.
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan) Akomodasi
2. Untuk kasus mata, pasien mencantumkan identitas lengkap termasuk alamat dan no hp pada saat pembuatan SEP, agar pasien mudah untuk dikonfirmasi tentang perawatan yang telah diterima oleh pasien. 3. Verifikator melakukan konfirmasi terhadap pasien melalui home visit
167
No medical value
pasien masuk UGD dengan keluhan kecelakaan lalu lintas kesadaran baik, tidak mual, tidak muntah, tidak pusing tidak menderita luka robek atau terbuka dan didiagnosa oleh dokter Cedera Kepala Ringan dan diarahkan rawat inap
Pasien mendapatkan pelayanan rawat inap atas permintaan pasien sendiri.
Konfirmasi kepada Rumah sakit dan Pelayanan kesehatan yang atas permintaan didapatkan jawaban bahwa sendiri tanpa adanya indikasi medis tidak dapat Berdasarkan resume medis pasien tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan. perlu mendapatkan pelayanan rawat inap
Penanganan Luka
168
No medical value
Pasien X dirawat di RS X dengan diagnosa utama glaukoma masuk tanggal 26/6/2014 pulang tanggal 01/7/2014 tanpa dilakukan tindakan dikarenakan TIO masih tinggi kemudian masuk di RS X kembali tanggal 14/7/2014 pulang tgl 16/7/2014 juga tidak dilakukan tindakan kemudian keesokan harinya masuk ke RS Y tgl 17/7/2014 dan dilakukan operasi trabeculectomy di RS Y.
Ditemukan 3 Berkas Klaim dengan pasien yang sama dan diagnosa sama dari 2 Rumah Sakit yang berbeda. Seharusnya dilakukan dalam satu episode rawat inap
Seharusnya peserta langsung mendapatkan tindakan operasi di RS X tanpa harus diarahkan untuk operasi di RS Y
Glaukoma
169
No medical value
Kasus Infertilitas dengan Biaya untuk kls III Rp.12.498.845 Biaya untuk Kls II Rp.14.998.614
Untuk kasus Female infertility, Unspecified. Tidak disetujui.
170
No medical value
171
Penggunaan Ventilator Berlebih
Verifikator membuat catatan kasus seperti ini untuk dijadikan bahan pertimbangan rekredensialing FKRTL
Untuk kasus Female infertility, Sesuai dengan Perpres 111 Tahun 2013, salah Unspecified. Tidak disetujui. Karena satu pelayanan kesehatan yang tidak dijamin JKN tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan adalah infertilitas. hampir semua bayi yang lahir secara SC klaim bayi sakit yang ditagihkan paling banyak untuk bayi sakit dengan respiratory Klaim disetujui dengan melampirkan lembar ditagihkan dengan diagnosa yang hampir sama dengan diagnosa Respiratory distress + distress harus ada dilakukan konfirmasi kepada dokter yang merawat. sepsis dan tidak dilampirkan format apgar penanganan lebih lanjut dan hanya ada Kemudian kasus menjadi catatan kepada Tim score di RS dengan alat khusus. Untuk kasus Audit Medis. Asfiksia harus dilengkapi dengan apgar score. Pasien MRS dari IGD dengan kesadaran menurun Namun tindakan yang dituliskan adalah Tindakan pada pasien seharusnya 99.60 Penggunaan ventilator digunakan sesuai dan Respiratory distress suspect ec sepsis. (96.71 Continuous mechanical ventilation for + 96.05 Other intubation of respiratory rekomendasi DPJP. Penggunaan ventilator96.71 Dilakukan tindakan invasif pemasangan ventilasi less than 96 consecutive hours) yang tract + 96.67 Other continuous invasive juga dapat dilakukan pada kasus tersebut. (intubasi endotracheal) merupakan pemasangan non-invasif mechanical ventilation dengan kode Verifikator sebaiknya melakukan konfirmasi ventilator inacbg J-4-11-III dan tarif Rp. 5.746.841,- kepada DPJP dengan lembar konfirmasi.
Infertilitas
Persalinan/Kehamilan/Bayi Baru Lahir
Ventilator
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
172 Phantom billing Pasien RJTL datang ke RS hanya minta rujukan tanpa pemeriksaan maupun tindakan.
Klaim tidak dilayakkan
173 Phantom billing Pasien berobat jalan dari poli dan mendapat rujukan dari dokter, kemudian dimasukkan kembali pada catatan laporan masuk pasien IGD di hari yang sama agar biaya ambulance dapat ditagihkan. Biaya Rp 2.226.000 174 Phantom billing Pasien masuk RITL dengan kasus appendikitis akut. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: K35.9 Acute Appendicitis Diagnosa sekunder: K65.9 peritonitis, unpecsified Tindakan : 47.09 other appendictomy. 54.59 other lysis of peritonial adhesion dengan tarif grouper Rp. 6.139.390
Melakukan cross check antar buku laporan catatan IGD dengan perawat IGD yang bersangkutan untuk mengetahui kebenaran data tersebut. Biaya Rp 0 (nihil)
Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder, apakah pasien mendapatkan konsultasi dokter spesialis atau tidak. Jika iya, maka konsultasi pasien kepada Dokter spesialis dapat menjadi satu episode RJTL. Pelayanan kesehatan diberikan atas indikasi medis mengikuti rujukan berjenjang. Agar biaya ambulance dapat ditagihkan Tagihan ambulan tidak dapat disetujui, sesuai karena akan dihitung sebagai kasus PMK 71 Tahun 2013, pelayanan ambulan emergency ditagihkan untuk ambulan yang digunakan antar faskes bukan pada faskes yang sama.
setelah dilakukan verifikasi, didalam laporan operasi tidak ditulis adanya tindakan pengangkatan perlengketan, hanya ditulis apeendictomy saja
Setelah melihat rekam medis, tidak ditemukan adanya pernyataan tentang diagnosa peritonitis dan tindakan pengangkatan perlengketan appendik
175
Phantom billing
176 Phantom billing
177 Phantom billing
178 Phantom billing
179 Phantom billing
bayi dengan diagnosa Asphixia ( 9 kasus )
nilai apgarscore 7-10
Seharusnya tidak bisa diklaimkan, karena tidak mendapatkan pelayanan medis
melihat rekam medis yang mencantumkakan apgar score hanya maksimal 30 menit setelah lahir
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan) Rujukan
Ambulan
Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder. Appendik Seharusnya coder melakukan entrian data sesuai dengan apa yang tercantum di dalam resume medis. Diharapkan coder dapat melakukan konfirmasi kepada DPJP. Verifikator melakukan pencatatan untuk dilaporkan kepada Tim Audit Medis
Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder dan diharapkan coder dapat melakukan konfirmasi kepada DPJP. Verifikator melakukan pencatatan untuk dilaporkan kepada Tim Audit Medis Pasien RJTL masuk dengan diagnosa pasien hanya dibayarkan biaya konsultasi mendeteksi pelayanan yang tidak sesuai Verifikasi melakukan konfirmasi kepada coder, osteomeylitis hanya konsul, tp ditagihkan biaya saja sebesar Rp 132,717 permenkes jika hasil konfirmasi tidak dilakukan fisioterapi Fisiotherapy maka coder memperbaiki hasil coding dan entrian INA CBG's. Pasien RJTL masuk dengan heamodoalisa status pasien hanya dibayarkan biaya rawat inapnya dari aplikasi verivikatsi klaim terlihat Tindakan HD RITL sudah termasuk dalam satu masih dalam periode rawat inap(masih dirawat) saja periode rawat inapnya episode RITL nya sehingga tidak dapat ditagihkan terpisah Pasien dirawat inap 2X dalam 5 hari dengan Pasien dirawat inap sebelum sembuh Pasien dirawat inap masuk dalam satu Verifikator memastikan lama jam perawatan diagnosa yang sama. No. SEP dipulangkan karena aps mau lebaran tetapi episode pelayanan rawat inap karena pasien pada tanggal 25 Juli 2014, apabila pasien 0610R00107140000083 tgl masuk 21 Juli 2014 masuk lagi tgl 25 juli 2014 ruangan penuh masih dengan diagnosa yang sama dan dirawat kurang dari 6 jam, klaim diajukan sebagai tgl pulang 23 Juli 2014 dengan diagnosa pasien pulang kembali, seharusnya hanya belum tuntas sehingga ditagihkan hanya tagihan rawat jalan. Hipertensi sedang, biaya grouping Rp. 6.096.614 ditagihkan sebesar Rp. 6.096.614 masih satu tagihan tarif INA CBG's. kemudian masuk lagi tgl 25 Juli 2014 dan pulang dalam satu episode pelayanan rawat inap tgl 25 Juli 2014 dengan diagnosa Hipertensi Sedang, biaya grouping Rp. 6.096.614 total tagihan Rp. 12.193.228,Pasien RITL dengan keluhan: Nyeri dada (+), Berdasarkan hasil verifikasi disetujui: Sesuai dengan status rekam medis tidak Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder sesak napas (+). Diajukan oleh RS: Diagnosa Utama: I21.9 (Acute Myicardial disetujui diagnosa sekunder J81 dan diharapkan coder dapat melakukan Diagnosa Utama: I21.0 ( Acute transmural Infraction,unspecified) Pulmonary oedema dikarenakan tidak konfirmasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa Myocardial infraction of anterior wall.) Diagnosa Sekunder : adanya data pendukung lainnya untuk Pulmonary oedema. Verifikator melakukan Diagnosa Sekunder : J81 Pulmonary oedema penegakkan diagnosa tsb. pencatatan kasus ini untuk dilaporkan kepada Tim Audit Medis
Asfiksia
Fisioterapi/Rehabilitasi Medik
Ginjal/Hemodialisa
Hipertensi
Jantung
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
180 Phantom billing peserta datang untuk periksa visus mata pada rumah sakit, namun pihak poli mata mengarahkan pasien untuk melakukan pemeriksaan visus di optik yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Kemudian hasil pemeriksaan visus dibawa ke poli mata pada hari yang berbeda dan SEP yang berbeda untuk dilakukan pengkaliam pelayanan pemeriksaan mata oleh poli mata
pelayanan pemeriksaan mata tidak pernah dilakukan oleh poli mata, namun pihak poli mata mencatat hasil pemeriksaan visus dari optik sebagai hasil pemeriksaan yang mereka lakukan. Melakukan konfirmasi langsung ke pasien.
Pemeriksaan kacamata hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis mata atau Amd RO pada FKRTL. Untuk kunjungannya tidak dijamin karena tidak dilakukan konsultasi ataupun tindakan apapun terhadap si pasien.
181 Phantom billing Pasien RITL masuk dengan diagnosa melena, ditagihkan biaya diagnosa primer dyspepsia dan diagnosa sekunder anemia
pasien hanya dibayar diagnosa dyspepsia sebesar Rp 2.804.611
mendeteksi dengan cara pemesiksan lebih rinci ke resume medis
182 Phantom billing Pasien RITL masuk dengan diagnosa Perdarahan Vaginal ec Myoma Uteri Intramural + Anemia, tidak dilakukan operasi ataupun transfusi namun ditagihkan prosedur operasi (75.99 Other obstetric operations) dan ISK (tidak ada data) 183 Phantom billing Pasien RITL masuk pada tanggal 20 Agustus 2014, diberikan obat Ferriprox sebanyak 30 tablet untuk 10 hari. Keluarga pasien datang kembali tanggal 3 September 2014 ke RSUD Depati Hamzah untuk mengambil sisa obat 20 hari 184 Phantom Billing Pasien masuk RITL dengan kasus O820 Sectio Caesarea. Biaya : Rp.4,477,439,-
185 Phantom billing Pasien masuk RITL dengan Kasus: Nyeri ulu hati, BAB Hitam dan riwayat DM. Diagnosa Utama: K27.4 Peptic Ulcer, Crhonic or unspecified with haemmorhage Diagnosa sekunder : J18.9 Pneumonia, E10.8 Insulin-dependent diabetes mellitus With unspecified complications, N28.9 Disorder of kidney and ureter, unspecified Hasil Grouper CBG's: Gastritis dan ulkus peptikum berat. Biaya Rp. 4.190.660
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
1. Pasa kasus ini klaim tidak dilayakkan karena Mata tidak konsultasi dan tindakan yang dilakukan kepada pasien 2. Pelayanan kacamata pada kota/kab yang tidak ada Dokter Spesialis Mata dilakukan sesuai dengan Surat Diryan Nomor 4020/III.2/0514
Diagnosa masuk tidak menjadi dasar verifikasi. Melena Diagnosa utama adalah diagnosa yang ditentukan pada saat akhir episode perawatan. Agar dilakukan cross check dengan resume medis. Pasien hanya dilakukan rehidrasi + inj. As. Pasien seharusnya di diagnosa utama Verifikator meminta kelengkapan pengajuan klaim Mioma Uteri Traneksamat IV + antibiotika oral dan (D62 Acute posthaemorrhagic anaemia) apabila terdapat tindakan medis operatif yang direncanakan transfusi namun pasien Pulang + N39.3 + D25.1 dengan tindakan infus terindikasi tidak dilakukan. Paksa setelah dirawat inap 4 hari ditagihkan parenteral 99.15. Kode inacbg D-4-13-I dengan kode inacbg W-1-20-II dengan tarif dengan tarif Rp.2.199.013,Rp. 10.547.549,Pemberian sisa obat Thallasemia untuk 20 Sisa obat Ferriprox untuk 20 hari sudah Sesuai SE Menkes No. 32 Tahun 2014, Obat Obat hari sudah termasuk dalam paket rawat inap termasuk dalam paket rawat inap Thalassemia dapat ditagihkan diluar tarif INA tanggal 20 Agustus 2014. Biaya : Rp tanggal 20/08/2014. Klaim RITL untuk CBGs pada apotek/Instalasi Farmasi yang 3.451.164 Thalassemia sudah termasuk dalam Top bekerja sama. Up obat Thalessemia untuk 1 bulan (30 hari) Tidak layakkan Dalam resume medis pasien tidak ada Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder. Persalinan/Kehamilan/Bayi diagnosa utama, diagnosa sekunder dan Resume medis yang kosong tidak dapat dijadikan Baru Lahir tindakan operatif namun resume medis dasar pengajuan klaim. Diharapkan coder dapat sudah ditandatangani DPJP. menyampaikan kepada DJP untuk segera Seharusnya saat melakukan koding / mengisi resume medis yang sesuai. grouping berdasarkan data Resume medis Sesuai hasil bedah Rekam Medis diagnosa Sesuai dengan Resume Medis disetujui Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder. Paru yang disetujui yaitu: diagnosa utama K92.1 Melaena dilihat Diganosa yang dientri harus sesuai dengan apa Diagnosa utama : K92.1 Melaena dari gejala dan perjalanan pengobatan yang tertulis di dalam resume medis. Diharapkan Diagnosa sekunder : E10.9 Insulin-dependent penyakit pasien tersebut. Untuk coder dapat melakukan konfirmasi ulang kepada diabetes mellitus Without complications. Hasil diagnosa J18.9 Pneumonia dan N28.9 DPJP. Group CBG's: Diagnosis Sistem pencernaan Disorder of kidney and ureter, Lain-lain. Biaya Rp. 3.665.023 unspecified tidak disetujui dikarenakan tidak adanya data pendukung yang dapat menerangkan diagnosa tersebut.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
186 Phantom billing Pasien a/n Antonius Lorang, NOKA : Hanya disetujui sesuai dengan pelayanan 0000150821019 berkunjung ke poli bedah (RJTL) yang diperoleh pasien yaitu sebesar Rp. pada tgl 10/06/2014; No SEP 166.251,- (Kode INA CBG'S Q-5-44-0) 2407R00106140000633 untuk memperoleh kateter sedangkan pemasangan akan dilakukan di Puskesmas. Namun pihak RS menanggihkan dengan prosedur pemasangan kateter sehingga biaya yang ditagihkan menjadi lebih besar.
Pasien ke Poli Bedah untuk konsultasi dan memperoleh kateter tanpa prosedur pemasangan kateter (tidak ada prosedur pemasangan kateter pada Resume Medis), namun ditanggihkan oleh pihak RS dengan prosedur pemasangan kateter (Kode INA CBG'S N-3-140 ; biaya : Rp. 235.035,-). Pada tahap verifikasi berkas dikembalikan untuk diperbaiki oleh koder dan kemudian disetujui sebesar biaya tanpa prosedur pemasangan kateter yaitu Rp. 166.251,(Kode INA CBG'S Q-5-44-0)
1. Seharusnya pemasangan kateter di PKM Pemasangan Kateter sudah termasuk dalam komponen paket kapitasi. 2. Pada kasus ini, tindakan pemasangan kateter tidak dapat dientri karena tidak dilakukan. Tagihan yang diajukan adalah episode RJTL dengan konsultasi dokter spesialis. 3. Verifikator melakukan pencatatan hal ini dan melaporkan kepada kanit MPKR sebagai bahan pada forum kemitraan dengan DinKes dan RS.
187 Phantom billing Pasien dengan diagnosa abortus inkomplit disertai tindakan kuretase, namun pada saat verifikasi kode diagnosa yang digunakan adalah kode O03.9(Abortus inkomplit) dan kode tindakan 74.4 (operasi caesar), padahal dalam resume dan bukti tindakan tidak ada tindakan operasi caesar tetapi kuretase.
Kesalahan penulisan tindakan pada status pasien.
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder. Persalinan/Kehamilan/Bayi 2. Coder melakukan konfirmasi kepada DPJP Baru Lahir 3. Tindakan yang dientri harus sesuai dengan resume medis. Resume medis harus menggambarkan tindakan yang benar-benar diberikan kepada pasien.
188 Phantom billing Pelayanan oleh dokter spesialis namun di poli tidak tidak disetujui untuk klaim dimana tanggal ada dokter yang merawat hanya perawat (bedah), pelayanan tidak ada dokter menulis perintah untuk pemeriksaan penunjang, bahkan menulis resume rawat jalan dan merujuk pasien dengan berkas yang sebelumnya sudah ditandatangani oleh dokter
keluhan dari pasien yang tidak dilakukan pemeriksaan atau tindakan apapun, langsung diberikan rujukan. Kunjungan ke poli, hanya ada perawat, memberikan pelayanan terutama menulis diagnosa di surat rujukan di kertas rujukan
Verifikator memberikan informasi tersebut kepada Rujukan atasan (Kanit) agar didiskusikan dalam forum kemitraan sehingga dapat dilakukan pembinaan kepada dokter/RS tersebut.
189 Phantom Billing Pasien Rawat Inap belum dilakukan operasi tetapi Pasien dioperasi oleh dokter “Y” dengan sudah ada laporan operasinya yang lengkap dari laporan operasi yang jelas dokter “X”
Pasien harus dilakukan operasi terlebih dahulu, setelah itu dilengkapi laporan operasinya
190 Phantom Billing Pasien X dirawat inap tanggal 13/8/2014 dituliskan Ditagihkan 2 tindakan yakni 29.2 di resume medis tindakan Tonsilectomy dan eksisi (Tonsilectomy without adenoidectomy) dan lesi di faring, sedangkan berdasarkan laporan 29.39 (other excition of destruction of lesion or operasi tindakan yang dilakukan hanya tisue of pharing tonsilectomy. 191 Phantom Billing Px dgn dx Close fraktur pd laporan pre-op tertulis dlm laporan-op hanya dilakukan mobilisasi fixasi dan mobilisasi dientry tindakan Orif dan Long- dgn long-arm cast arm cast
Seharusnya hanya dimasukkan kode 29.2 (Tonsilectomy without adenoidectomy) sesuai dengan laporan operasi.
Laporan operasi yang dipakai adalah laporan operasi yang dibuat setelah tindakan operasi dilakukan. Verifikator melaporkan hal ini kepada Manajemen RS dan Tim audit medis. Untuk kasus ini tidak menambah biaya INA CBG's. Kode hasil grouping INA CBG's tetap U.1.20.I
Memeriksa status pasien untuk melihat secara rinci tindakan yang didapat pasien selama dirawat di RS. Setelah di cek statusnya, pada kolom tindakan dokter menulis tindakan operasi caesar sehingga waktu coding pihak coder hanya mengikuti tulisan dari dokter. Kemudian dilakukan konfirmasi ke dokter ternyata tindakan yang didapat pasien hanya tindakan kuretase dan terdapat kesalahan penulisan tindakan pada status pasien dan dokter setuju untuk merubah penulisan tindakan pada status pasien dan coder mengubah kode tindakan dengan 69.02 (kuretase dan dilatasi).
Tindakan Medik/Operatif
Tonsil
Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder ttg Tulang/Fraktur/Fraktur tindakan yang dilakukan. Laporan operasi yang digunakan adalah laporan operasi post-op, bukan pre-op.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
192 Phantom billing Pasien RJTL dengan Diagnosa Paint in joint. Dilakukan Tindakan Gentle Massage dan petugas kode memberikan kode 93.63 Osteopathic manipulative treatment using low-velocity, high amplitude forces. Biaya : Rp. 457.525 193 Phantom billing Pasien RJTL diagnosa benjolan pada punggung yang pada pemeriksaan awal agar dilakukan prosedur pemeriksaan radiologi dan darah,akan tetapi dianjurkan dari pihak RS agar pemeriksaan tersebut dilakukan pada 2 hari yang akan datang dengan menggunakan berkas klaim yang baru.
194 Phantom Billing Pasien masuk dengan Dx. Ca Rectum, klaim ditagihkan dilakukan tindakan operasi. Setelah ditelusuri dalam Rekam Medik tidak ada tindakan operasi. 195 Phantom Pasien Rawat Inap dengan diagnosa Appendicitis selalu
196
197
procedure
dilakukan tindakan bedah explorasi laparatomi
Phantom procedure
Pasien sudah ditegakkan diagnosa “ malignant” oleh
Phantom procedure
dokter tanpa dilakukan pemeriksaan Penunjang patologi Anatomi (PA) Pasien RITL dengan kasus Appendicitis with peritonitis. Diajukan Oleh RS : Diagnosa Utama : k35.0 (Appendicitis with peritonitis.) Tindakan : 54.19 (Other laparatomy), 47.09 (Other Appendectomy), 92.21 (Injection of antibiotic), 96.59 (Other irrigation of wound), 90.59 (Other microscopic, examination of blood) Kode ina cbg's : K-1-40-I (Prosedur Sistem Pencernaan Lain-Lain (Ringan)) Biaya : Rp. 8.609.878
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Tindakan ICD 9 dengan kode 93.63 harus menggunakan alat untuk menetukan kekuatan amplitude, sedangkan pasien hanya dilakukan tindakan massage tanpa menggunakan alat. Biaya tanpa menggunakan kode tersebut Rp. 250.063 pasien hanya dibayarkan sebagai satu episode Rp.161.918,00
sesuai dengan kaidah koding tindakan dengan kode 93.63 adalah tindakan ICD 9 yang menggunakan alat untuk menetukan kecepatan rendah, kekuatan tinggi-amplitudo
Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder. Apabila tidak ada tindakan yang menggunakan alat (hanya massage saja) seharusnya kode IC9 CM nya adalah 93.16 atau 93.27
Tulang/Fraktur/Fraktur
pada saat pasien mengajukan berkas klaim pada saat pembuatan SEP bisa dilihat dari riwayat pelayanannya yang kemudian ditelusuri melalui MR pasien
1) Untuk kasus ini, perintah Pemeriksaan Tumor/Kanker penunjang dasar (lab dan radiologi) tidak dibuatkan SEP baru (menggunakan No. SEP lama), pemeriksaan penunjang tersebut menjadi satu rangkaian episode RTJL dengan konsultasi dokter sebelumnya. 2) Untuk kasus penyakit kronis yang memerlukan evaluasi pemeriksaan penunjang kembali, misal: HDL dan LDL, HBA1C (sebelum konsultasi dengan dokter), maka diterbitkan SEP baru dan pemeriksaan penunjang ini menjadi satu rangkaian dengan konsultasi dokter selanjutnya pada saat konsultasi hasil pemeriksaan penunjang.
Lampiran berkas klaim, resume medis tidak dicantumkan atau tidak terdapat informasi medis adanya tindakan operasi dimaksud
Data Resume Medis yang dilampirkan untuk klaim fiktif
Tidakan operasi tidak dapat ditagihkan. Verifikator Tumor/Kanker membuat catatan medis untuk dilaporkan kepada Tim Audit Medis.
Setelah dilakukan didapatkan pasien hanya dilakukan tindakan appendictomy
Menyesuaikan berkas laporan operasi dengan hasil costumer visite
verifikator melakukan konfirmasi dengan DPJP terkait tindakan prosedur yang dilakukan kepada pasien dan dilakuka pengecekan terhadap laporan operasi kemudian disesuaikan dengan yang tertera pada resume medis
Appendik
Seharusnya penegakkan diagnosa kanker harus disertai hasil PA dengan kesimpulan “carcinoma”
Penegakkan diagnosa kanker harus disertai hasil PA
Tumor/Kanker
Diagnosa Utama : k35.0 (Appendicitis with peritonitis.) Tindakan : 54.19 (Other laparatomy), 992.21 (Injection of antibiotic), 96.59 (Other irrigation of wound), 90.59 (Other microscopic examination of blood) Kode ina cbg's : K-1-40-I (Prosedur Sis tem Pencernaan Lain-Lain (Ringan)) Biaya : Rp. 8.609.878
Tindakan appendectomy tidak disetujui karena tindakan appendectomy merupakan satu paket pelayanan dengan tindakan laparatomi terhadap kasus ini
verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP mengenai dasar penetapan diagnosa akhir tersebut melalui lembar konfirmasi pada kasus ini tindakan laparatomy merupakan salah satu rangkaian dalam tindakan Appendectomy maka tidak dikode tersendiri.
Tindakan Medik/Operatif
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
198
Phantom procedure
Pasien RITL dengan kasus Gangren dijari I pedis dextra + DM type II. Tindakan : Debridement + Amputasi jari I pedis d. Diajukan Oleh RS : Diagnosa Utama : M86.9 (Osteomyelitis, unspecified), Diagnosa Sekunder : E10.5 (Insulin-dependent diabetes melitus with peripheral circulatory complications) Tindakan : 84.01 (Amputation and disarticulation of finger), 86.28 (Nonexcisional debridement of wound, infection or burn), 99.18 (Injection or infusion of electrolytes), 99.17 (Injection of insulin), 99.21 (Injection of antibiotic), 89.53 (Vectorcardiogram (with ECG)) Group cbg's : M-1-80-II (Prosedur Anggota Tubuh Atas Sedang) Biaya : Rp. 21.155.348
199
Phantom procedure
200
201
VERIFIKASI Diagnosa Utama : E10.5 (Insulin-dependent diabetes melitus with peripheral circulatory complications) Diagnosa Sekunder : R02 (Gangrene, not elsewhere classified) Tindakan : 84.01 (Amputation and disarticulation of finger), 99.18 (Injection or infusion of electrolytes), 99.17 (Injection of insulin), 99.21 (Injection of antibiotic), 89.53 (Vectorcardiogram (with ECG)) Group cbg's : M-1-80-II (Prosedur Anggota Tubuh Atas Sedang) Biaya : Rp. 21.155.348
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan) Tindakan Medik/Operatif
Tidak disetujui prosedur tindakan Nonexcisional debridement of wound, infection or burn disebabkan tindakan prosedur tersebut sudah termasuk dalam satu tindakan Amputation and disarticulation of finger
1. analisa kasus sudah benar , tindakan pembersihan luka sudah termasuk dalam tindakan utamanya ( amputasi dan diartikulasi) 2. verifikator melakuka konfirmasi kepada coder terkait pencantuman kode tindakan 86.28 (Nonexcisional debridement of wound, infection or burn)
Pasien dengan kasus Abses mamae sinistra, Hypertensi Diagnosa Utama : N61 (Inflammatory disorder of Diajukan Oleh RS : breastI Diagnosa Utama : N61 (Inflammatory disorder of Diagnosa Sekunder : I10 (Essential (primary) breastI hypertension) Diagnosa Sekunder : I10 (Essential (primary) Tindakan : 86.09 (Other incision of skin and hypertension) subcutaneous tissue) Tindakan : (Nonexcisional debridement of wound, Kode Ina cbg's : L-1-40-I (Prosedur pada kulit infection or burn), 850 (Mastotomy), Kode Ina cbg's : L- jaringan bawah kulit & payudara ringan. 1-50-I (Prosedur Pada Payudara) Biaya : Rp. 4.965.785 Biaya : Rp. 6.693.822
Tindakan mastotmy tidak disetujui karena pada kasus ini hanya dilakukan insisi pada kulit jaringan mammae yang mengalami abses disetrtai dengan debrideman. Tindakan Nonexcisional debridement of wound, infection or burn tidak disetujui karena tindakan tersebut masuk dalam satu paket tindakan incici abses.
Tindakan Medik/Operatif 1. verifikator melakukan konfirmasi dengan DPJP terkait dengan tindakan prosedur yang dilakukan kemudian dicocokan dengan yang tertera pada r esume medis. 2. verifikator melakukan pengecekan dengan laporan tindakan dan dan laporan operasi jika memang dilakukan tindakan mastotomy ( dicek apakah ada penggunaan ruang operasi dan anestesi umum)
Readmisi
Pasien RITL dengan jumlah LOS la ma mis 143 hari,dipulangkan karena kondisi pasien sudah stabil,hanya selang beberapa hari kemudian pasien masuk kembali RITL
Tarif Biaya Real RS 5.680,000 Total Tarif 25.951.485
Pasien harus dirawat inap dalam jangka waktu lama dan hanya selang waktu beberapa hari pasien kembali masuk untuk mendapatkan perawatan kembali.(Berulang)
Verifikator memastikan kembali kasus ini. Apabila Akomodasi kasus jiwa atau kusta yang hari rawatnya sudah lebih dari 143 hari, memang harus dibuatkan SEP baru dan menjadi episode RITL yang baru. Apabila kasus yang diajukan bukan kasus jiwa dan kusta, setelah pasien pulang dan kembali masuk ke RS, dibuatkan SEP baru dan menjasi episode RITL yang baru. Verifikator membuat catatan readmisi kasus RITL dengan diagnosa yang sama untuk dilaporkan kepada Tim audit medis.
Readmisi
Pasien baru pulang rawat inap kemudian datang lagi selang 1 hari dan ditagihkan menjadi 2 episode rawat inap
pasien dengan diagnosa yang sama ditagihkan 2 episode rawat inap dengan selang waktu 1 hari
pasien pulang rawat inap sudah diberikan obat PBJ minimal selama 5 hari. Jika pasien plg PAPS dan kemudian kembali dengan diagnosa yg sama maka BPJS tidak menanggung biaya perawatan pasien tersebut.
Verifikator memastikan kasus yang ditangani Akomodasi pada episode rawat sebelumnya, apabila sebelumnya merupakan kasus kronis yang dapat dirawat kembali klaim disetujui. Yang diperhatikan adalah pada kasus akut, kasus akut idealnya dapat diselesaikan terapinya hingga tuntas, untuk kasus ini klaim disetujui namun menjadi laporan kepada Tim Kendali Mutu RS & Tim Monev KMKBPJS Kes.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
202
Readmisi
Peserta dirawat inap tgl 10/03-2014, kemudian SEP dan Surat Pengantar rawat inap dari RS Saat keluarga pasien membuat SEP diberikan keterangan untuk pulang. Selanjutnya untuk rawat inap, membawa pengantar diminta dibuatkan SEP kembali tgl 27/03-2014 dgn rawat inap dari ruangan, keluarga pasien alasan peserta masuk RS kembali, sementara mengatakan bahwa pasien masih peserta masih dalam perawatan di Rumah Sakit dirawat diruangan, saat ditelusuri pernyataan dari pasien dan buku catatan pasien rawat inap.
Episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit, termasuk konsultasi dan pemeriksaan dokter, pemeriksaan penunjang maupun pemeriksaan lainnya. Pada kasus ini karena pasien masih dalam masa perawatan, maka masih dalam satu episode perawatan.
203
Readmisi
Pasienmasuk RITL dengan diagnose utama :Sincope and collapse (R55), LOS pasien selama 1 hari. Pasien meminta pulang paksa. Biaya: Rp 6.424.375,-
Pasien meminta pulang paksa sebelum dinyatakan sembuh oleh dokter penanggung jawab. Dibuktikan dengan pernyataan dan tandatangan pasien yang ada di resume medis.
Verifikator memastikan ada tidaknya surat Pulang Paksa perintah rawat dari DJP dan apakah pasien sudah masuk ke ruang rawat. Jika telah sesuai maka dapat ditagihkan sebagai kasus RITL dengan diagnosa utama sesuai dengan diagnosa pada saat pulang paksa.
204
Readmisi
Pasien dirawat di ruangan ICU dari tgl 17/02/2014 sampai tgl 03/05/2014, dengan diagnosa masuk I63.9 Cerebral Infarction, unspecified. Pasien dipulangkan secara administrasi sebanyak 3 kali pada: (1). tgl 17/02/2014 - 02/03/2014, (2). Tgl 06/03/2014 15/03/2014, (3). tgl 20/03/2014 - 30/03/2014, (4). tgl 07/04/2014 - 25/04/2014, (5). tgl 03/05/2014 meninggal
Pasien dirawat di ruangan ICU dari tgl 17/02/2014 Klaim seharusnya ditagihkan 1 episode sampai tgl 03/05/2014, dengan diagnosa masuk perawatan, mulai dari pasien masuk RS I63.9 Cerebral Infarction, unspecified sampai pasien pulang.
205
Readmisi
Pasien masuk RITL dengan kasus hemofili diajukan RS diagnosa utama : D66 Hereditary factor VIII deficiency Group CBG's : D-4-11-I Gangguan Pembekuan Darah Ringan Biaya : Rp. 2.931.775,00
Pasien hanya dibayarkan RJTL karena pasien direadmission ke RS lain
206
Readmisi
RJTL yang seharusnya satu episode rawat jalan karena pemeriksaan belum selesai , akhirnya oleh pihak RS dibuat kunjungan beberapa kali dengan SEP yang berbeda.
207
Readmisi
Pasien berobat jalan dari poli dan mendapat rujukan dari dokter, kemudian dimasukkan kembali pada catatan laporan masuk pasien IGD di hari yang sama agar biaya ambulance dapat ditagihkan. Biaya Rp 2.226.000
Pasien pulang dengan keadaan belum sembuh total, hal ini akan menaikkan kasus readmissi karena setelah rentang beberapa hari pasien kadang kembali masuk RS untuk rawat inap atau kadang pindah ke RS yang lain karena merasa tidak betah di RS yang pertama. Usulan :Diadakan kembali tarif dengan sistem one day care atau ditagihkan dengan tagihan rawat jalan. Tagihan rawat jalan untuk R55 (Syncope and collapse): Rp 141.426,-
Verifikator memastikan kasus yang ditangani pada episode rawat sebelumnya, apabila sebelumnya merupakan kasus kronis yang dapat dirawat kembali klaim disetujui. Yang diperhatikan adalah pada kasus akut, kasus akut idealnya dapat diselesaikan terapinya hingga tuntas, untuk kasus ini klaim disetujui namun menjadi laporan kepada Tim Kendali Mutu RS & Ti m Monev KMK-BPJS Kes.
Pasien masuk melalui emergency, kemudian verifikator memastikan penanganan pasien jika lebih dipindahkan ke ruang rawat dalam waktu dari 6 jam maka dapat dibayarkan RI tetapi jika beberapa jam kemudian pasien dirujuk ke RS dibawah 6 jam maka dibayarkan rawat jalan. lain. Berkoordinasi dengan pihak RS,
Melakukan cross check antar buku laporan catatan Agar biaya ambulance dapat ditagihkan IGD dengan perawat IGD yang bersangkutan untuk karena akan dihitung sebagai kasus mengetahui kebenaran data tersebut. Biaya Rp 0 emergency (nihil)
Akomodasi
Stroke
Hemofili
Pada kasus ini hanya dibayarkan 1 episode RJTL karena Klaim konsultasi dengan pemeriksaan diagnostik seharusnya masuk dalam 1 rangkaian walaupun dilakukan pada hari yang berbeda. Verifikator membuat catatan sebagai bahan pertimbangan recredentialing FKRTL. 1. pelayanan ambulance pada pelayanan rawat jalan diberikan jika dlam kondisi gawat darurat dan antar faskes BPJS Kesehatan 2. biaya ambulance dapat ditagihkan ke BPJS kesehatan melalui biaya klaim diluar paket INA CBGs dengan besaran sesuai tarif PERDA dan ditagihkan melalui Aplikasi LUPIS
UGD/IGD
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
208
Readmisi
M. Azka Pratama masuk tanggal 14/8 sampai 16/8 Konfirmasi dengan pihak RS bahwa salah satu klim dengan diagnosis KDS (R50) dan disertai dengan dx ada yg tidak dilayakkan skunder GEAD , kemudian pasien mask kembali dengan diagnosis yang sama pada tanggal 17/8 dengan dx utam GEAD (A09) dan dx skunder KDS (R50).
209
Readmisi
M.yamin masuk tgl 21-23(pukul 11.0 0) juli dg acute tubul-interstitial nepritis dan gastrooesopageal dan masuk kembali tgl 23 (pukul 22.30) -27 juli masukdengan acute tubul-interstitial nepritis,calculus of kidney, hydronefrosis dan gastrooesopagea setelah dicekdirekammedik resume medis ada,klaim tgl 27 di layakan
210
Readmisi
pada pelayanan rawat inap tingkat lanjutan sering ditemukan pasien kronis seperti (hipertensi, GGK, Asma, DM, dll) yang masuk berulang (readmisi).
211
Readmisi
Pasien RITL dengan kasus ISPA, Malaria, Dyspepsia Diajukan oleh RS : Diagnosa utama : J06.9 (Acute upper respiratory, unspecified) Diagnosa sekunder : B54 (Unspecified malaria), K30 (Dyspepsia) Group cbg's : U-4-13-II (Peradangan Epiglotis, Telinga Tengah, ISPA dan lain-lain) Biaya : Rp. 2.775.304
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC Verifikator memastikan kasus yang ditangani pada episode rawat sebelumnya, apabila sebelumnya merupakan kasus kronis yang dapat dirawat kembali klaim disetujui. Yang diperhatikan adalah pada kasus akut, kasus akut idealnya dapat diselesaikan terapinya hingga tuntas, untuk kasus ini klaim disetujui namun menjadi laporan kepada Tim Kendali Mutu RS & Ti m Monev KMK-BPJS Kes. Verifikator memastikan kasus yang ditangani pada
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan) Diare
Ginjal/Hemodialisa
episode rawat sebelumnya, apabila sebelumnya merupakan kasus kronis yang dapat dirawat kembali klaim disetujui. Yang diperhatikan adalah pada kasus akut, kasus akut idealnya dapat diselesaikan terapinya hingga tuntas, untuk kasus ini klaim disetujui namun menjadi laporan kepada Tim Kendali Mutu RS & Ti m Monev KMK-BPJS Kes. melakukan diskusi dengan RS, " berdasarkan analisa kasus sudah benar panduan praktis teknis verifikasi klaim pada halaman 06 " …………. jika pasien telah dipulangkan dalam keadaan pulang paksa maka episode rawat pada readmisi merupakan kelanjutan dari pembiayaan penyakit yang sama". Penjelasan pulang paksa dalam arti rumah sakit yang memulangkan pasien dengan paksa, atau keinginan pasien yang ingin pulang? karena terdapat perbedaan makna, ketika pasien belum sembuh kemudian pihak RS memaksa pasien untuk pulang, maka verifikator tidak menyetujui klaim readmisinya, akan tetapi yang terjadi pasien dengan APS (atas permintaan sendiri) untuk pulang tanpa izin dokter, beberapa hari kemudian masuk lagi ke RS dengan kondisi yang sama.
Klaim tidak disetujui
Akomodasi
Klaim tidak disetujui karena pasien pindahan 1. pelayanan kesehatan yang dijamin adalah pelayanan Infeksi dari RS tipe D ke RS tipe B dengan kesehayann yang sesuai dengan prosedur pelayanan. permintaan sendiri. 2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
212
Readmisi
Pasien RITL keluar, kemudian pada hari yang sama pasien tersebut kembali masuk dengan diagnosa yang sama
Ditagihkan untuk kedua kasus tersebut karena sesuai dengan petunjuk dari NCC
213
Readmisi
Pasien dirawat di ruangan ICU dari tgl 17/02/2014 sampai tgl 03/05/2014, dengan diagnosa masuk I63.9 Cerebral Infarction, unspecified. Pasien dipulangkan secara administrasi sebanyak 3 kali pada: (1). tgl 17/02/2014 - 02/03/2014, (2). Tgl 06/03/2014 15/03/2014, (3). tgl 20/03/2014 - 30/03/2014, (4). tgl 07/04/2014 - 25/04/2014, (5). tgl 03/05/2014 meninggal
Pasien dirawat di ruangan ICU dari tgl 17/02/2014 Klaim seharusnya ditagihkan 1 episode sampai tgl 03/05/2014, dengan diagnosa masuk perawatan, mulai dari pasien masuk RS I63.9 Cerebral Infarction, unspecified sampai pasien pulang.
214 Repeat Billing
Menagihkan RJTL (UGD dan poli), padahal pasien Seharusnya apabila pasien di Rawat inap mendapatkan surat perintah rawat inap dari dokter setelah pemeriksaan di UGD ataupun Poli RJ, penagihannya merupakan paket dengan tagihan rawat inap
Sesuai dengan petunjuk NCC bahwa pasien yang pulang kemudian masuk kembali bisa ditagihkan sebagai kasus baru
Sblm aplikasi SEP diupdate menjadi versi 2.2, tidak dapat melihat riwayat pelayanan, sehingga verifikator harus memeriksa secara manual dan membandingkan seluruh berkas klaim yang masuk
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
1. Episode rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan Akomodasi jika pasien mendapatkan perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika pasien telah mendapatkan fasilitas rawat inap (bangsal/ruang rawat inap dan/atau ruang perawatan intensif) walaupun lama perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah menjadi pasien rawat inap. 2. Perhatikan Readmisi untuk diagnosa penyakit yang sama, jika pasien masuk dengan diagnosa yang sama lakukan cross check dengan riwayat pulang rawat pada episode yang lalu, apakah pada episode rawat yang lalu pasien pulang dalam keadaan sembuh atau pulang dalam keadaan pulang paksa, ataupun dirujuk. Jika pasien telah dipulangkan dalam keadaan pulang paksa maka episode rawat pada readmisi merupakan kelanjutan dari pembiayaan penyakit yang sama.
1. Episode rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan ICU jika pasien mendapatkan perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika pasien telah mendapatkan fasilitas rawat inap (bangsal/ruang rawat inap dan/atau ruang perawatan intensif) walaupun lama perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah menjadi pasien rawat inap. 2. Perhatikan Readmisi untuk diagnosa penyakit yang sama, jika pasien masuk dengan diagnosa yang sama lakukan cross check dengan riwayat pulang rawat pada episode yang lalu, apakah pada episode rawat yang lalu pasien pulang dalam keadaan sembuh atau pulang dalam keadaan pulang paksa, ataupun dirujuk. Jika pasien telah dipulangkan dalam keadaan pulang paksa maka episode rawat pada readmisi merupakan kelanjutan dari pembiayaan penyakit yang sama.
Apabila pasien di Rawat inap setelah pemeriksaan di UGD maupun Poli RJ pada hari yang sama, penagihannya merupakan paket dengan tagihan rawat inap
Akomodasi
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
215 Repeat Bil ling
Pasien menjalani 2 jenis perawatan RJTL dan RITL pada hari yang sama. Pihak RS menagihkan untuk kedua kasus tersebut. Untuk Kasus RJTL; Kode INA-CBG's Q-5-23-0 Tarif INA-CBG's : Rp.131.371,-. Untuk Kasus RITL; Kode INA-CBG's O-6-12-II Tarif INA-CBG's : Rp. 2.395.662,-
Pasien yang menjalani perawatan RITL sebagai kelajutan dari proses perawatan di RJTL dihitung sebagai satu episode RITL. Maka yang disetujui adalah biaya yang diajukan untuk kasus RITL saja yaitu Rp. 2.395.662,-
Pasien datang berobat ke RS melalui proses RJTL pada pagi hari di poli Obgyn, dan pada sore harinya pasien datang ke RS untuk menjalani RITL. SEP dicetakkan untuk masing-masing jenis perawatan. Pada saat proses peangihan klaim, pihak RS menagihkan untuk kedua jenis perawatan yang diterima yaitu RJTL dan RITL.Sesuai dengan Permenkes RI No 27 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Sistem Indonesia Case Base Group (INACBG's)dijelaskan bahwa pasien yang masuk ke rawat inap sebagai kelanjutan dari proses perawatan di rawat jalan atau gawat darurat, maka kasus tersebut termasuk satu episode rawat inap, dimana pelayanan yang telah dilakukan di rawat jalan atau gawat darurat sudah termasuk didalamnya. Merujuk pada ketentuan tersebut maka pada prose verifikasi hanya di setujui untuk tarif yang diajukan untuk kasus RITL saja.
Apabila pasien di Rawat inap setelah pemeriksaan di UGD maupun Poli RJ pada hari yang sama, penagihannya merupakan paket dengan tagihan rawat inap
216 Repeat Billing
Pasien Haemodialisa yang membutuhkan obat kronis selama 30 hari tidak diberikan resep pada saat pasien dilakukan Haemodialisa, akan tetapi pasien tersebut harus kembali ke Poli Internis pada keesokan harinya, dan diberikan obat untuk kebutuhan 15 hari
Seharusnya obat dapat diberikan langsung pada saat Haemodialisa untuk kebutuhan 30 hari
Pasien haemodialisa yang membutuhkan obat kronis seharusnya dapat diberikan resep pada saat haemodialisa
Verifikator memastikan apakah saat dilakukan HD Ginjal/Hemodialisa pasien mendapatkan konsultasi dari Dokter Spesialis. Jika pasien mendapatkan konsultasi dari Dokter pd saat dilakukan HD maka obat kronis seharusnya dapat diberikan resep pada saat haemodialisa. Jika pasien tidak mendapatkan konsultasi dari Dokter pd saat dilakukan HD, maka obat diberikan oleh Dokter Spesialis di poliklinik untuk kebutuhan 30 hari.
217 Repeat Billing
Pasien gagal ginjal yang dirawat inap dan akan melakukan melakukan HD, maka HD nya diklaimkan ulang secara terpisah rawat jalan Pasien datang tanggal 24/07/2014 untuk operasi , dipulangkan oleh dokter pada tanggal 30/07/2014. kemudian pasien masuk rumah sakit lagi melalui UGD pada tanggal 31/07/2014 karena infeksi luka operasi Pasien RJTL dengan dia gnosa CHF diberikan tindakan echocardiografi, dilakukan 1 kali tindakan, ditagihkan pada 2 tanggal yang berbeda
HD pada rawat jalan tidak disetujui
Tindakan HD sudah satu paket dalam tindakan pelayanan rawat inap
Tindakan echocardiografi adalah penunjang, tidak dapat berdiri sendiri harus 1 episode dengan hari konsultasi dengan dokter.
Pada kasus ini pemeriksaan Echocardiografi Jantung merupakan satu episode RJTL dengan konsultasi Dokter sebelumnya.
Pasien RJTL dengan mendapatkan pela yanan pada bulan Juli. Tetapi diajukan kembali klaim pelayanan bulan Agustus 2014. Biaya : Rp. 156.234
klaim tidak disetujui karena klaim susulan (klaim pelayanan bulan Juli 2014 sdh dibayarkan)
Klaim bulan Agustus tidak dilayakan.
218 Repeat Billing
219 Repeat Bil ling
220 Repeat Bil ling
Akomodasi
Tindakan HD RITL sudah termasuk dalam satu Ginjal/Hemodialisa episode RITL nya sehingga tidak dapat ditagihkan terpisah Pasien yang datang tanggal 31 karena infeksi dihitung 1 priode rawat inap dari tanggal Verifikator melakukan pencatatan untuk Infeksi luka operasi tidak akan dibayarkan karena 27 sampai tanggal 06/08/2014 dilaporkan kepada Tim Audit Medis. pasien datang kerumah sakit karena infeksi dari luka operasi.
Klaim
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
221 Repeat Bil ling
Pasien masuk RITL dengan kasus malaria. Tidak layak klaim Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa Utama: B51.( (Plasmodium vivax malaria without complication )Hasil Grouper CBG's: Penyakit infeksi bakteri dan parasit lain-lain ringan. Biaya Rp. 2.613.044
Pasien pindahan dari RS TNI tk. IV pada hari yang sama sehingga terhitung 1 episode pelayanan dengan RS TNI Tk. IV
Sesuai dengan regulasi, kasus pada RS TNI tingkat IV perujuk dan Tingkat IV yang menerima rujukan, dapat dilakukan pembayaran. Agar verifikator melakukan pencatatan hal ini untuk dilaporkan kepada Tim Audit Medis terkait kompetensi RS TNI IV perujuk.
222 Repeat Billing
tagihan obat yang melebihi peresepan maksimal. Contohnya, valsartan, candesartan, novo mix dll.
hanya disetujui sesuai peresepan maksimal
peresepan maksimal obat kronis diberikan hanya untuk 30 hari
Verifikator memberikan informasi ketentuan klaim Obat obat kronis mengacu pada SE Menkes No. 32
223 Repeat Billing
Mengajukan klaim rawat jalan yang langsung rawat inap
Melalui aplikasi verifikasi tingkat lanjut (step by step)
224 Repeat Billing
225 Self referral
226 Self referral
227 Self referral
228 Self referral
229 Self referral
Pasien dari poli rawat jalan, dokter menyarankan rawat inap Atas nama Pokok Sebayang Layanan bulan juli 2014 Pasien a/n I wayan sudarma tanggal 12/08/2014 berkas rjtl di gabung dengan ritl , yang diklaim pasien yang rjtl langsung ritl masih datang dan beorbat ke poliklinik , pasien akan hanya RITL dalam satu episode pelayanan ( hanya dilakukan tindkan operasi sehingga harus di rawat mengklaim ritl ) inap , rumah sakit melakukan 2 pengklaiman rjtl dan ritl Pasien RITL tanggal 31/08/2014 sampai Pasien RITL dibayarkan sebesar Rp Pasien masuk ke RS syafira 04/08/2014 dengan diagnosa Hyperplasia of 10.629.561 menggunakan surat rujukan dari faskes prostate (N40) dengan dr.IJ sebelumnya pasien di TK.I didalam berkas kleim ditemukan RI di RSUD tanggal 21/07/2014 sd 25/07/2014 lampiran surat keterangan rawat inap di dengan dr yang sama dan dx yang sama yaitu RSUD dengan dr yang sama yang prostate. menangani di RS. Syafira. Pasien diarahkan untuk membeli ple ster obat pada Beban biaya yang telah dibayar pasien poli kandungan dengan alasan plester tersebut sebesar Rp. 50.000 - Rp. 100.000,memiliki kualitas yang lebih baik
Sesuai dengan Permenkes 28 apabila pasien diresepkan obat diluar Fornas maka tidak boleh dibebankan kepada peserta dan harus melalui persetujuan direktur/komite medik. Melakukan konfirmasi langsung ke pasien
Malaria
RJTL pada hari yang sama dengan RITL menjadi Rujukan satu rangkaian episode RITL. (RJTL sudah masuk ke dalam klaim RITL) Apabila pasien di Rawat inap setelah pemeriksaan di UGD maupun Poli RJ pada hari yang sama, penagihannya merupakan paket dengan tagihan rawat inap
Tindakan Medik/Operatif
Verifikator melaporkan kasus yang terjadi kepada Hiperplasia Prostat atasan langsung (Kanit) agar dilakukan credensialing ulang terhadap faskes yang merujuk.
1. Sesuai dengan pasal 24 Permenkes 71 Tahun 2014, disebutkan bahwa Pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai pada Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan merupakan salah satu komponen yang dibayarkan dalam paket Indonesian Case Based Groups (INA-CBG’s). 2. Verifikator melakukan pendekatan kepada Manajemen RS, agar tidak terulang kasus yang sama dikemudian hari. 3. Verifikator melakukan pencatatan sebagai bahan pertimbangan pada saat dilakukan recredentialing FKRTL Pasien dengan diagnosis DM dirujuk dari RS tipe Sesuai profil RS tipe C, kasus DM dapat Dokter spesialis merujuk pasien karena Agar verifikator melaporkan hal ini kepada Kanit C ke tipe B ditangani karena memiliki dokter spesialis yang bersangkutan juga berpraktek di MPKR untuk dilakukan pembinaan FKRTL dan penyakit dalam RS tipe B tempat pasien dirujuk. didiskusikan dalam forum kegiatan kemitraan daerah. adanya bidan klinik swasta yang membawa pasie n Terjadi peningkatan kasus RITL dan RJTL kasus di temukan pada saat verifikasi Verifikator melaporkan kasus yang terjadi kepada untuk di lakukan tindakan SC tanpa indikasi medis berdasarkan catatan perawat dan pada atasan langsung (Kanit) agar dilakukan saat costumer visite credensialing ulang terhadap bidan klinik swasta yang merujuk. Pasien masuk dengan kasus rencana akan di tetap dilayani dan dijamin di RS tujuan RS Tipe C merujuk ke RS Swasta Tipe D Verifikator memberikan informasi tersebut kepada operasi tetapi dokter tidak mau mengoperasi di rujukan, namun menjadi keluhan bagi peserta atasan (Kanit) agar didiskusikan dalam forum RS tersebut karena jasa operasi yang didapatkan karena letak RS jauh kemitraan sehingga dapat dilakukan pembinaan sedikit sehingga pasien dirujuk ke RS swasta kepada dokter/RS tersebut. dimana dokter juga bekerja di RS swasta tersebut
Obat
Rujukan
Rujukan
Rujukan
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
230 Self Referral
Klin ik dokterku sering meruju k px ke Rs (kasus yg Riil Rp100.000,harusnya bisa ditangani diklinik),ex:nebulizer
Px pelayanan nebulizer di Igd
Verifikator melaporkan kasus ini kepada kanit Rujukan MPKR untuk dikoodinasikan dengan kanit MPKP. Sebaiknya dilakukan recredentialing FKTP da FKRTL yang masih dalam satu yayasan.
231 Self referral
meningkatnya rujukan dari dokter kelu arga yang merupakan Direktur RS (RS tanpa petugas BPJS Center)
Dari hasil sampling berkas, banyak lembar rujukan yang tulisannya berbeda
Dojter keluarga yang merupakan Manajemen RS menyebabkan terjadi konflik kepentingan. Berkas klaim yang masuk diverifikator dengan rujukan tanpa diagnosa ataupun tulisan yang kurang jelas tidak diverifikasi
Verifikator melaporkan kasus ini kepada kanit Rujukan MPKR untuk dikoodinasikan dengan kanit MPKP. Sebaiknya dilakukan recredentialing FKTP dan FKRTL yang dapat menimbulakn potensi self referal. Pada dasarnya rujukan ke FKRTL dilakukan sesuai dengan indikasi medis.
232
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien masuk RJTL membutuhkan konsul intern tidak dilayani pada hari yang sama, karena pembatasan jumlah pasien berobat.
Seharusnya klaim RJTL dapat dibayarkan satu episode rawat jalan.
Sesuai ketentuan, pasien yang dilayani pada hari yang sama untuk diagnosa yang berhubungan atau tidak berhubungan ditagihkan 1 episode
233
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien Nn.A dirawat dengan diagnosa Tonsilitis kronis J35.1, Headche R51, A41 Septicemia. Dengan tindakan 28,2 amandel tanpa adenoidectomy dan 28,7 kontrol perdarahan setelah tosillectomy dan adenoidectomy, 28.5 eksisi tonsil lingual dengan biaya Rp.10.561.160,-
Sesuai dengan Kaidah Koding dan Petunjuk teknis Verifikasi Tindakan harus sesuai dengan diagnosa yang ditetapkan serta didukung dengan bukti yang akurat. Yang seharusnya menjadi diagnosa utama adalah J35.1 dengan Prosedur utama 28.2
Dalam pengkodingan harus memperhatikan pengelompokkan diagnosa sesuai dengan kaidah koding dan prosedur tindakan bukan dilakukan pengkodingan berdasarkan perjalan tindakan tetapi berdasarkan paket dari tindakan tersebut.
Pada kasus ini tetap dibayarkan 2 episode Obat RJTLkarena konsultasi dengan Dokter Spesialis dilakukan pada hari yang berbeda. Verifikator membuat catatan sebagai bahan pertimbangan recredentialing FKRTL. Pada kasus ini yang menaikan tagihan adalah Tonsil diagnosa septicemia. Untuk prosedur yang ditetapkan lebih dari 1 tidak terlalu mempengaruhi tarif INA CBGs. Hendaknya v erifikator memastikan diagnosa septikemia kepada DPJP dengan lembar konfirmasi.
234
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien dengan diagnosa utama :H110 Pterygium sesuai dengan laporan operasinya tindakan dengan diagnosa sekundernya :H269 Cataract diajukan prosedur yang dilakukkan hanya 1341 dengan tindakan 1139 Other excision of Pterygium dan phacoemulsification 1371 Insertion of intracular lens prothesis at time of catarct exctraction ,one stage
Dalam ajuan berkas klaim laporan operasi bisa dilampirin dengan mengidentifikasi lebih dalam menggunakan MR pasien
penulisan kode berdasarkan pada diagnosa akhir dan prosedur atau tindakan yang tertera pada resume medis
Mata
235
Service Unbundling/ Fragmentation
Sesuai dengan kaidah koding apabila RJTL l alu dilanjutkan RITL masuk dalam 1 Episode.
Sesuai kaidah koding untuk yang RJTL tidak ditagihkan karena masih dalam 1 episode
analisa sudah tepat
Akomodasi
236
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien melakukan pemeriksaan RJTL setalah dilakukan pemeriksaan dokter menganjurkan untuk dilakukakan Rawat inap. RS mengajukan 2 episode yaitu RJTL dan RITL. Tagihan rawat jalan dan tagihan rawat inap ditagihkan bersamaan
Pasien hanya dibayar biaya rawat inapnya
Melihat riwayat SEP pada aplikasi
Sesuai kaidah koding, pasien yang dilayani pada hari yang sama untuk diagnosa yang berhubungan atau tidak berhubungan ditagihkan 1 episode
Klaim
237
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien X dengan Diagnosa Thalasemia Mayor Hasil Konfirmasi dengan dokter dan pihak IFRS Sesuai dengan kaidah koding untuk kasus mendapatkan resep obat Thalasemia di pelayanan RJTL disetujui tagihan Rawat Inap dengan 1x top up per thalasemia mayor di top up 1x perbulan untuk 30 hari, Pemberian obat tersebut dipecah untuk bulan kebutuhan 1 minggu dan setiap tagihan dilakukan top up sehingga dalam satu bulan ada tagihan rawat inap 4x yang di top up.
analisa kasus sudah benar
Thalasemia
238
Service
Pasien RJTL yang periksa ke poli dengan dokter
Pasien hanya dibayarkan biaya konsultasi saja,
berkas penagihan pasien yang tindakan
Pada kasus ini hanya dibayarkan 1 episode RJTL karena Radiologi
Unbundling/ Fragmentation
spesialis, dan membutuhkan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium atau radiologi dilakukan di hari selanjutnya
untuk pemeriksaan penunjang dihari berikutnya tidak dilayakan atau tidak dibuatkan SEP
penunjangnya dipisah tidak terdapat resume konsultasi dengan pemeriksaan diagnostik seharusnya medis, hanya permintaan pemeriksaan masuk dalam 1 rangkaian walaupun dilakukan pada penunjang dan hasil pemeriksaan penunjang hari yang berbeda. Verifikator membuat catatan sebagai bahan pertimbangan recredentialing FKRTL.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
239
Service Unbundling/ Fragmentation
pasien rawat inap yang seharusnya satu episode rawat inap.Masuk rawat inap kembali dengan diagnosa dan keluhan yang sama seperti perawatan sebelumnya. Dengan jarak pulang perawatan dengan masuk kembali kurang dari 3 hari. Ditagihkan beda episode.
240
Service Unbundling/ Fragmentation
Tn Junaedi kelas II dirawat tanggal 25/8 didiagnosis HHD dengan CHF. Dientrikan sbb: diagnosis primer I11.9 Hypertensive heart disease without (conges) heart failure dan diagnosis sekunder I50.0 - Congestive heart failure. Group CBGs: I-4-17-III Hipertensi berat. Biaya Rp 6,342,285
Sesuai kaidah koding: Diagnosis utama I11.0 Hypertensive heart disease with (congestive) heart failure. Group CBGs I-4-12-1 Kegagalan Jantung Ringan biaya Rp. 5,049,664
Dalam ICD 10, ada kategori tertentu dimana analisa kasus sudah tepat dua kondisi atau kondisi utama dan sekunder yang berkaitan dapat digambarkan dengan satu kode.
Jantung
241
Service Unbundling/ Fragmentation
tagihan klaim meningkat karena prosedur nya di tambah namun yang dibayarkan hanya tindakan operatif utamanya
melihat dari hasil laporan operasi
penulisan kode berdasarkan pada diagnosa akhir dan prosedur atau tindakan yang tertera pada resume medis
Persalinan/Kehamilan/Bayi Baru Lahir
242
Service Unbundling/ Fragmentation
Menagihkan tindakan kontap di luar prosedur SC, tindakan debridemen terpisah dengan tindakan ortopedi lainnya,tindakan appendictomy terpisah dengan laparatomy Pasien RJTL dengan diagnosa DM type I, dilakukan pemeriksaan Lab DLL
Berkas klaim layak bayar pada kunjungan awal , dan klaim berikutnya (konsultasi hasil pemeriksaan merupakan satu episode pelayanan), sehingga klaim berikut nya tidak layak bayar
Setelah dilakukan pengecekan terhadap berkas klaim, ditemukan berkas klaim ditagihkan secara terpisah antara pemeriksaan awal dan konsultasi hasil pemeriksaan
Pada kasus ini hanya dibayarkan 1 episode RJTL karena Diabetes Melitus konsultasi dengan pemeriksaan diagnostik seharusnya masuk dalam 1 rangkaian walaupun dilakukan pada hari yang berbeda. Verifikator membuat catatan sebagai bahan pertimbangan recredentialing FKRTL.
243
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien masuk dengan gejala kejang demam, dan setelah Pada kunjungan berikutnya dengan diagnosa yang dinyatakan pulih oleh dokter, pasien diizinkan sama dan tidak ada jeda hari rawatan, tidak dapat pulang.Diajukan diagnosa utama R56.0 Febrile diklaimkan ke BPJS Kes convulsion. Lalu esoknya, pasien masuk lagi RS dengan gejala kejang demam. Dan diajukan kembali diagnosa utama sebagai R56.0 Febrile convulsion
Pengajuan klaim yang kedua dengan diagnosa utama yang sama tidak dapat dilakukan pembayaran. Hanya dilakukan pembayaran untuk yang pertama, karena dianggap satu siklus pelayanan.
Verifikator memastikan kasus yang ditangani pada episode rawat sebelumnya, apabila sebelumnya merupakan kasus kronis yang dapat dirawat kembali klaim disetujui. Yang diperhatikan adalah pada kasus akut, kasus akut idealnya dapat diselesaikan terapinya hingga tuntas, untuk kasus ini klaim disetujui namun menjadi laporan kepada Tim Kendali Mutu RS & Ti m Monev KMK-BPJS Kes.
Saraf/Kejang
244
Service
Memecah pemeriksaan penunjang sebagai kunjungan
Sesuai dengan kaidah koding di teknis
Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat
Klaim
Unbundling/ Fragmentation
episode RJTL baru sebanyak 312 KSS
verifikasi klaim untuk pelayanan dimana pasien belum tegak diagnosa dan masih memerlukan pemriksaan penunjang maka dibayar satu episode
jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter s erta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru.
Berkoordinasi dengan pihak RS.
Ditidak layakkan untuk SEP yang 1 episode
Verifikator memastikan kasus yang ditangani pada episode rawat sebelumnya, apabila sebelumnya merupakan kasus kronis yang dapat dirawat kembali klaim disetujui. Yang diperhatikan adalah pada kasus akut, kasus akut idealnya dapat diselesaikan terapinya hingga tuntas, untuk kasus ini klaim disetujui namun menjadi laporan kepada Tim Kendali Mutu RS & Ti m Monev KMK-BPJS Kes.
Akomodasi
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
245
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien RITL masuk dengan diagnosa Post KLL closed fracture tulang iga dan luka di kepala (GCS 15) dan dirawat dengan thoracotomy dan drainase intercostal melalui kateter. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: S06.9 Intracranial injury, unspecified, with open intracranial wound Diagnosa sekunder: S29.7 Multiple injuries of thorax ; S22.40 Multiple fractures of ribs, closed dan S27.2 Traumatic haemopneumothorax, with open wound into thoracic cavity Tindakan : 34.02 Exploratory thoracotomy ; 34.04 Insertion of intercostal catheter for drainage ; 99.03 Other transfusion of whole blood ; 87.42 + 87.02 + 90.59 (X-Ray & Lab) Group CBGs: J-1-30-III PROSEDUR SISTEM PERNAFASAN MODERAT KOMPLEKS BERAT Biaya Rp 36.266.130,-
Sesuai kaidah koding (diagnosa utama adalah diagnosa akhir/final yang dipilih dokter pada hari terakhir perawatan dengan criteria paling banyak menggunakan sumber daya atau yang menyebabkan hari rawatan paling lama) Diagnosa utama: S22.40 Multiple fractures of ribs Diagnosa sekunder: S27.2 Traumatic haemopneumothorax, with open wound into thoracic cavity dan S06.9 Intracranial injury, unspecified, with open intracranial wound Tindakan : sudah dituliskan sesuai dengan tindakan yang dilakukan Group CBGs: J-1-30-II PROSEDUR SISTEM PERNAFASAN MODERAT KOMPLEKS SEDANG Biaya: Rp 11.532.860,-
Seharusnya diagnosa S29.7 (Multiple injuries penulisan kode berdasarkan pada diagnosa akhir dan of thorax) dan S22.40 (Multiple fractures of prosedur atau tindakan yang tertera pada resume ribs, closed) tidak dipecah menjadi dua medis diagnosa, karena merupakan satu kejadian penyakit yang sama.
Tulang/Fraktur/Fraktur
246
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien RITL masuk dengan diagnosa Post KLL dan dilakukan Amputasi Lower Leg. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: S98.3 Traumatic amputation of other parts of foot Diagnosa sekunder: S88.9 Traumatic amputation of lower leg, level unspecified Tindakan : 84.12 Amputation through foot ; 99.03 Other transfusion of whole blood ; 90.59 Other microscopic examination of blood Group CBGs: M-1-02-III PROSEDUR AMPUTASI BERAT Biaya Rp 21.724.302,-
Sesuai dengan kaidah koding, maka S88.9 Traumatic amputation of lower leg, level unspecified dipilih sebagai diagnosa utama karena lebih spesifik di regio lower l eg
penulisan kode berdasarkan pada diagnosa akhir dan prosedur atau tindakan yang tertera pada resume medis
Trauma Kepala
247
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien RJTL masuk dengan diagnosa katarak dilakukan pemeriksaan laboratorium 3 hari sebelum dilakukan operasi
Seharusnya diagnosa S98.3 (Traumatic amputation of other parts of foot) dan diagnosa S88.9 (Traumatic amputation of lower leg, level unspecified) tidak dipecah menjadi dua diagnosa, karena merupakan satu kejadian penyakit yang sama. Diagnosa utama: S88.9 Traumatic amputation of lower leg, level unspecified Tindakan : sudah dituliskan sesuai dengan tindakan yang dilakukan Group CBGs: M-1-02-I PROSEDUR AMPUTASI RINGAN Biaya: Rp 10.313.633,Untuk kasus pre operasi katarak pemeriksaan laboratorium bisa dilakukan pada hari yang sama karena masih dalam satu episode perawatan. Biaya : Rp 2.583.849
Pasien dengan diagnosa katarak dirujuk internal ke poli penyakit dalam untuk konsultasi pre operasi katarak, dokter menyarankan untuk periksa laboratorium esok harinya
Katarak Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter s erta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
248
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien RJTL berobat dengan diagnosa tonsilitis dan akan dilakukan tindakan operasi, dan pemeriksaan penunjang ditagihkan terpisah dari RITL, RITLnya disuruh datang 3 hari lagi.
Untuk kasus pre operasi tonsilitis pemeriksaan penunjang laboratorium bisa dilakukan pada hari yang sama karena masih dalam satu episode perawatan. Biaya : Rp 1,687,445
Pasien dengan diagnosa tonsilitis seharusnya dilakukan pemeriksaan laboratorium pada hari yang sama apabila sudah dinyatakan dokter untuk operasi, tidak harus ditagihkan terpisah
249
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien hemodialisa melakukan tindakan HD pada tanggal 02 September 2014, keesokan harinya pasien datang kembali ke RSUD untuk mengambil obat. Hari sebelumnya pada saat melakukan tindakan HD pasien tidak diberikan obat
Pemberian obat GGK untuk 1 bulan sudah termasuk dalam perawatan RJTL pada tanggal 02 September 2014. Biaya : Rp 925.477
Seharusnya pengambilan obat untuk 1 bulan 1. Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat Ginjal/Hemodialisa dapat diberikan pada saat melakukan jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi tindakan Hemodialisa antara pasien dan dokter s erta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru. 2. pada kasus ini untuk pengambilan obat pada esoknya tidak dibuatkan SEP baru.
250
Service Unbundling/ Fragmentation
Bayi baru lahir dgn kasus BBLR+RDS, langsung dirujuk, namun ditagihkan biaya rawat inap sebagai bayi sakit, dan dirawat oleh dokter umum
tetap dibayarkan rawat inap, karena tidak ada ketentuan bayi sakit harus dirawat oleh Spesialis Anak, dan secara administrasi sbg rawat inap
di resume bayi dirujuk, saat penagihan ambulans ada keterangan waktu rujukan
Persalinan/Kehamilan/Bayi Episode rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan jika pasien mendapatkan perawatan > 6 jam di rumah Baru Lahir sakit atau jika pasien telah mendapatkan fasilitas rawat inap (bangsal/ruang rawat inap dan/atau ruang perawatan intensif) walaupun lama perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah menjadi pasien rawat inap.
251
Service
Pasien RJTL dengan indikasi pemeriksaan labor oleh
Tagihan yang dibayarkan antara kunjungan
Di resume medis dijelaskan bahwa pasien
untuk kasus ini masih digolongkan dalam 1 episode
dokter dikonsulkan kembali 3 hari kemudian untuk pemeriksaan labor tersebut Pasien RJTL dengan indikasi untuk dilakukan pemeriksaan penunjang ex : USG abdomen, pasien di rawat inapkan dengan alasan budget RJTL tidak sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.
pertama dan kedua masih satu periode
datang di kunjungan kedua untuk pemeriksaan labor Di resume medis tidak dijelaskan indikasi rawat inap pasien
walaupun pemeriksaan penunjang dilakukan beda hari
252
Unbundling/ Fragmentation Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien seharusnya dibayarkan RJTL tetapi ditagihkan RITL
1. sesuai Permenkes 27 Tahun 2014 jika Pasien yang masuk ke rawat inap sebagai kelanjutan dari proses perawatan di rawat jalan atau gawat darurat, maka kasus tersebut termasuk satu episode rawat inap, dimana pelayanan yang telah dilakukan di rawat jalan atau gawat darurat sudah termasuk didalamnya. 2. Jika konsultasi dan pemeriksaan penunjang dilakukan pada hari yang sama maka merupakan 1 episode RJ
Infeksi
Laboratorium
1. Episode rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan Akomodasi jika pasien mendapatkan perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika pasien telah mendapatkan fasilitas rawat inap (bangsal/ruang rawat inap dan/atau ruang perawatan intensif) walaupun lama perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah menjadi pasien rawat inap. 2. verifikator mencatat kasus ini untuk dilaporka pada tim audit medis
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
253
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien RJTL dengan diagnosa observasi TB Paru, dengan pemeriksaan penunjang seperti laboratorium, rontgen thorax dan tes mantoux yang seharusnya masuk dalam satu episode RJTL dijadikan dua episode RJTL, sehingga pasien datang hanya untuk baca hasil labor 2 hari kemudian dijadikan sebagai episode baru.
Berdasarkan PMK No. 27 tentang Juknis Sistem Dengan melihat berkas klaim RJTL dan INA CBGs dimana satu episode rawat jalan adalah konfirmasi dengan dokter yang memberikan satu rangkaian pertemuan konsultasi konsultasi pelayanan. antara pasien dan dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru.
Paru Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter s erta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru.
254
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien Ny.W dirawat dengan Diagnosa Akut Peritonitis dengan kode k65.0 dan Akut Vaskuler Disorder of intestine dengan kode k55.0. Serta tindakan yang dilakukan adalah Laparatomi explorasi dengan kode 54.11 dan small to small intestin dengan kode 45.91 LOS 5 Hari dengan biaya Inacbg Rp.30.781.182,-
Sesuai petunjuk Teknis Verifikasi dan Kaidah Untuk pasien yang dilakukan tindakan Koding, tindakan utama adalah 54.11 Laparatomy Laparatomi dan dilakukan small to small exsplorasi. usus membutuhkan perawatan yang lebih dan intensif dan membutuhkan LOS yang panjang (lebih dari 5 Hari)
tindakan laparatomi eksplorasi dan tindakan small to small intestin dapat dilakukan dalam 1 aktivitas sehingga kode yang digunakan adalah 54.11 Laparatomy exsplorasi.
Tindakan Medik/Operatif
255
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien Ny.S dirawat dengan Diagnosa Appendicitis Infiltrat masuk tanggal 9 Maret 2014 dan pulang tanggal 18 Maret 2014 dengan biaya Rp.9.204.542,-. Dan kembali masuk tanggal 20 Maret 2014 dengan diagnosa Peritonitis difuse dan keluar tanggal 25Maret 2014 dengan tarif Rp.9.204.542,-
sesuai dengan Petunjuk Teknis Verifikasi tidak boleh memulangkan pasien secara administrasi (readmission) uuntuk mendapatkan biaya yang lebih besar.
Untuk pasien yang dipulangkan secara administrasi merupakan salah satu fraud yang dapat diidentifikasi dari tanggal pulang dan tanggal masuk, serta secara aplikasi SEP terdeteksi pada Langkah step by step verifikasi.
1. pada kasus ini Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP apakah pasien dilakukan operasi untuk kondisi Appendicitis Infiltrat kemudian mengecek apakah pasien pulang sembuh atau pulang paksa 2. Sesuai panduan tehnis verifikasi klaim J ika pasien telah dipulangkan dalam keadaan pulangpaksa maka episode rawat pada readmisi merupakan kelanjutan dari pembiayaan penyakit yang sama.
Appendik
256
Service
Pasien RJTL dengan pemeriksaan dokter dan
Sesui hasil penelusuran sampling rekam medis
Sesuai kaidah INA CBGs bahwa pemeriksaan Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat
Unbundling/ Fragmentation
pemeriksaan laboratorium atau radiologi. Diajukan RS: pemeriksaan dokter sendiri, untuk laboratorium dan radiologi dilakukan selang beberapa hari berikutnya, dan billing pelayanan ada pemeriksaan dokter.
seharusnya menjadi satu episode RJTL. Dan pada tgl tersebut hanya dilakukan pemeriksaan radiologi / laboratorium saja
radiologi/laboratorium adalah satu episode RJTL dengan pemeriksaan dokter untuk konsul hasil.
Service Unbundling/ Fragmentation
penunjang diagnostik (radiologi/laboratorium) dalam satu episode ditagihkan secara terpisah dikarenakan RSUD membuat kebijakan SEP berlaku 3 hari.
257
Laboratorium
jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter s erta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru.
Laboratorium Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter s erta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
258
Service Unbundling/ Fragmentation
-Top up thalassemi diberikan pada px yang dapat obat deferiprone, deferoxamine, deferasirox namun ada bbrp klaim thalassemi yang di top up kan hanya diberikan obat tdk sampai 1 bulan. Shg mereka mengentry 2 episode.
masih disetujui 2 episode sehingga mendapat topup 2x
Ada beberapa pasien thalasemia yang kontrol sebulan 2x dan masing2 mendapat obat sehingga ditagihkan 2x/bulan
1. Pada kasus special drug, verifi kator pastikan kesesuaian antara tagihan dengan resume medis, billing dan regimen (jadual dan rencana pemberian obat). 2. top up obat thalasemia diberikan 1 kali per episode rawat jalan.
Thalasemia
259
Service Unbundling/ Fragmentation
Bayi baru lahir infeksi, di MRS kan, setelah KRS bayi kontrol 3 hari kemudian diMRSkan lagi dengan dx hiperbilirubin (banyak kasus)
Dibayar 2 episode
Hampir semua kasus bayi baru lahir direadmisi dikarenakan bayi kuning
1.pada kasus ini bisa dikategorikan 2 episode karena keadaan bilirubin naik pda hari ke 3 2. verifikator memastikan bayi tersebut merupakan anak dalam tanggungan yang masiih mendapatkan penjaminan, kecuali bayi dari PBI maka dipastikan sudah terdaftar dalam master file.
Persalinan/Kehamilan/Bayi Baru Lahir
260
Service Unbundling/ Fragmentation
Dari poli Rawat jalan, diberikan pengantar RITL untuk 1- seharusnya bisa 1 episode dengan pemeriksaan di dikomunikasikan dengan manajemen 3 hari ke depan, dengan alasan harus k onsul ke poli poli yang memberikan perintah rawat inap untuk anastesi dulu, sehingga ditagihkan 2 episode tindakan operasi
261
Service Unbundling/ Fragmentation
Kasus pasien Ca, yang memerlukan kemoterapi dan masih di setujui 2 epis ode transfusi dipecah menjadi 2 episode, misal hari ini kemoterapi, 2 hari kemudian datang lagi untuk transfusi
Tumor/Kanker di komunikasikan dengan pi hak RS bahwa itu Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat masuk dalam 1 episode jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter s erta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru.
262
Service
Psien dengan dx Jantung dan dx Paru dengan 2 DPJP,
Dikomunikasikan dengan Dokter bahwa
pada kasus ini seharusnya terapi pengobatan kedua
Unbundling/ Fragmentation
pasien setelah terapi jantung dan dipulangkan, esoknya di MRS kan lagi untuk terapi Paru
merupakan 1 episode, namun masih belum kesepahaman.
penyakit ( jantung dan paru) bisa dilakukan bersamaan sehingga masuk dalam 1 episode kecuali ada kondisi lain yang menyebabkan pengobatan ntidak bisa bersamaan.
Service Unbundling/ Fragmentation
Kasus rawat jalan : Px di poli dilakukan pemeriksaan penunjang (laboratorium) akan tetapi pada saat itu pasien tidak dapat melakukan pemeriksaan laborat karena pasien belum puasa. Keesokan hari pasien daftar lagi untuk melakukan pemeriksaan laborat.
263
masih disetujui 2 episode
Biaya pelayanan yg dibayarkan hanya 1
1. Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat Klaim jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter s erta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru. 2. pasien yang menjalani rawat jalan dan dilanjutkan dengan rawat inap pada hari yang sama hanya bisa ditagihkan sebagai satu episode rawat inap.
Apabila pemeriksaan penunjang tidak dapat Sesuai PMK 27 tahun 2014 , pemeriksaan penunjang dilakukan pada hari yg sama, maka tidak masih masuk jadi satu dengan episode rawat jalan dihitung sebagai episode baru (1 Episode)
Jantung
Laboratorium
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
264
Service Unbundling/ Fragmentation
Kasus rawat jalan : pemeriksaan laborat diundur satu minggu berikutnya.
265
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien dengan chalazion dilakukan excision of chalazion Pasien dengan chalazion dilakukan excision of dirawat inapkan 1 hari chalazion menggunakan lokal anastesi dengan waktu 10 menit
266
Service Unbundling/ Fragmentation
Klaim RITL pada pasien kelas 1 dengan : Diagnosa utama : H0.01 chalazion Tindakann : 08.21 excision of chalazion Group CBGs : H-1-20-I prosedur ektraokuler dan mata ringan Tarif INA CBGs : Rp 13.568.530
Klaim RJTL , Diagnosa utama : H0.01 chalazion Tindakann : 08.21 excision of chalazion Group CBGs : H-1-20-I prosedur ektraokuler dan mata ringan tarif INA CBGs : Rp 158.653
267
Service Unbundling/ Fragmentation
Atas Nama : Supriadi Nokp : 0001263209084 , masuk tanggal 27-07-2014 Dengan keluhan mual dan muntah .diagnosa belum tegak tapi coder sudah menentukan diagnosa yang begitu banyaknya dan ternyata dokter belum visite pasien sudah di pulangkan Rp.11.375.000
Seharus pasien diagnosa hanya GE dgn biaya Rp.2.300.000
268
Service Unbundling/ Fragmentation
Tindakan Oesophagografi
Prosedur ini ditagihkan dalam satu tindakan paket Untuk kasus seperti ini, apabila tindakan pelayanan dan tidak dibebankan kepada peserta. tidak tersedia di RS maka pasien harus dirujuk, atau dirujuk secara parsial.
Biaya tindakan atau prosedur sudah termasuk dalam nilai penggantian paket INA CBGs dan tidak ditagihkan terpisah maupun ditagihkan kepada peserta. Kecuali untuk beberapa tindakan yang termasuk dalam special CMG mendapatkan top up
269
Service Unbundling/ Fragmentation
Penagihan Alat Kesehatan Dalam Paket
Prosedur ini ditagihkan dalam satu tindakan paket Tindakan pemasangan pen pada kasus tindakan dan perawatan dan tidak dibebankan laminektomi termasuk kedalam alat kepada peserta. kesehatan dalam paket, sehingga tidak ditagihkan lagi secara terpisah kepada pasien.
1. Biaya tindakan atau prosedur sudah termasuk dalam Alat Kesehatan nilai penggantian paket INA CBGs dan tidak ditagihkan terpisah maupun ditagihkan kepada peserta. Kecuali untuk beberapa tindakan yang termasuk dalam special CMG mendapatkan top up 2. untuk alat kesehatan yang tidak disebutkan secara tersendiri dibayar diluar paket INA CBGS ( Permenkes 59 tahun 2014) maka dibayarkan satu paket dalam INA CBGS
Biaya pelayanan yg dibayarkan hanya 1
Apabila pemeriksaan penunjang tidak dapat Sesuai PMK 27 tahun 2014 , pemeriksaan penunjang dilakukan pada hari yg sama, maka tidak masih masuk jadi satu dengan episode rawat jalan dihitung sebagai episode baru (1 Episode)
pasien dipulangkan kurang dari 24 jam indikasi untuk dirawat inapkan kurang kuat prosedur excision of chalazion dilakukan dengan anastesi lokal dan dengan waktu yang relatif singkat
coder memasukkan semua diagnosa sehingga menimbulkan biaya yang sangat tinggi, dan sosialisasi ke managemen bahwa administrasi klaim di jalankan sesuai ketentuan yg ada
Laboratorium
1. Episode rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan Mata jika pasien mendapatkan perawatan > 6 jam di rumah sakit atau jika pasien telah mendapatkan fasilitas rawat inap (bangsal/ruang rawat inap dan/atau ruang perawatan intensif) walaupun lama perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah menjadi pasien rawat inap. 2. verifikator mencatat kasus ini untuk dilaporka pada tim audit medis
Mata 1. pada kasus ini , verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP perihal SOP RS untuk penanganan chalazion, apakah dapat dilakukan pada pelayanan tingkat RJ atau RI 2. Verifikator mencatat kasus ini dan melaporkan pada tim audit medis Diare penulisan kode berdasarkan pada diagnosa akhir dan prosedur atau tindakan yang tertera pada resume medis
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
270
Service Unbundling/ Fragmentation
Pelayanan IGD dgn terapi O2, sedangkan O2 ditagihkan sendiri dgn code 93.96
Riil Rp 180.000,-
UGD/IGD Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter s erta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru.
271
Service Unbundling/ Fragmentation
Px 26/8/14 pagi melalui IGD-MRS dx retention urine,sore KRS. 26/8/14 malam IGD-MRS dx hematuri
1 episode RI
Saluran Kemih Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter s erta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru.
272
Service Unbundling/ Fragmentation
Bayi lahir dengan Apgar Score 6-9 ditagihkan dgn diagnosa P21.0
Seharusnya bayi yang lahir tanpa Sesuai dengan rekomendasi dari DPM Prop. kelainan/penyakit ditagihkan bersama dengan ibu Sulut, penilaian bayi baru lahir tidak lagi menggunakan kaidah apgar score tetapi yang dinilai adalah 30 detik pertama.
1. Resume medis yang ditulis harus sesuai dengan keadaan pemeriksaan pasien yang sebenarnya. 2. Verifikator melaporkan hal ini kepada Ti m Audit Medis.
273
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien untuk kasus gigi ditindaki dihari yang berbeda untuk diagnosa yang sama sehingga pasien dibuatkan SEP (tagihan ) yang baru
Yang disetujui adalah SEP awal
Gigi Mulut disetujui SEP awal krn untuk SEP yang Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat berikutnya masih satu rangkain pemeriksaan jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi dengan SEP yang awal antara pasien dan dokter s erta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru.
274
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien masuk RITL dengan diagnosa sebagai berikut: Diagnosa utama: R50.9 Fever, Unspecified Diagnosa sekunder: A01.0 Typoid fever
Sesuai kaidah koding : Diagnosa utama: A010.0 Typoid fever
1. Sesuai kaidah koding Kode Z dan R tidak dapat dipakai sebagai diagnosa utama apabila ada diagnosa lain yang lebih spesifik. 2. Untuk pasien dengan kasus perawatan dengan severity level II dilakukan pengecekan kembali oleh kepala unit MPKR. 3. Untuk pasien dengan kasus perawatan dengan severity level III dilakukan pengecekan kembali oleh Tim Anti Fraud & Abuse Kantor Wilayah Gorontalo.
1. untuk kasus ini sesuai dengan kaidah sistem Ina CBGs , yang menggunakan sumber daya besar adalah Typoid fever 2. Gejala tidak dapat menjadi diagnosa utama apabila ada diagnosa lebih spesifik yang sudah ditegakkan.
Persalinan/Kehamilan/Bayi Baru Lahir
Tiphoid
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Pasien dengan kasus Vulnus Ictum Regio Thoraks, Abdominal Sinistra. Diajukan Oleh RS : Diagnosa Utama : T14.1 (Open wound of unspecified body region) Tindakan : 86.28 (Nonexcisional debridement of wound, infection or burn), 54.0 (Incision of abdominal wall), 99.18 (Injection or infusion of electrolytes), 99.21 (Injection of antibiotic), 90.59 (Other microscopic examaination of blood) Kode ina cbg's : K-1-30-I (Prosedur duodenum, esofagus & Lambung non komplikasi) Biaya : Rp. 9.356.917 Pasien dengan diagnosa End Stage renal disease dalam perawatan rawat inap dengan total gruping senilai Rp. 10.027.304,Namun tindakan pasien extracorporal dialysis ditagihkan terpisah pada rawat jalan senilai Rp. 994.441,pasien a/n Yohanes De Brito tanggal 18/08/2014 datang ke rumah sakit hanya untuk melanjutkan pemeriksaan hari sebelumnya tanggal 16/08/2014 (laboratorium) , ditagihkan oleh rumah sakit sebagai klaim
Diagnosa Utama : S21.8 (Open wound of other parts of thorax) Tindakan : 54.0 (Incision of abdominal wall), 99.18 (Injection or infusion of electrolytes), 99.21 (Injection of antibiotic), 90.59 (Other microscopic examaination of blood) Kode ina cbg's : L-4-13-I (Trauma pada kulit, Jari ngan Bawah kulit dan payudara) Biaya : 2.425.040
Vulnus ictum terjadi pada regio thorax dan abdominal bukan pada bagian tubuh yang tidak spesifik. Tidak disetujui Nonexcisional debridement of wound, infection or burn karena sudah masuk dalam satu paket pelayanan dengan prosedur atau tindakan Incision of abdominal wall
Berkas rawat inap dan rawat rawat jalan dibuat terpisah terpisah
Seharusnya dalam episode rawat inap untuk Tindakan HD RITL sudah termasuk dalam satu episode diagnosa dengan End Stage Renal Diseases RITL nya sehingga tidak dapat ditagihkan terpisah sudah termasuk tindakan Extracorporal Dialysis sebagai satu paket komponen INACBGs
Ginjal/Hemodialisa
berkas tidak dilayakkan
berkas tanggal 18/08/2014 digabungkan dengan berkas tanggal 19/08/2014
pda kasus ini masih merupakan 1 episode maka dibayarkan hanya pelayanan sebelumnya
Laboratorium
275
Service Unbundling/ Fragmentation
276
Service Unbundling/ Fragmentation
277
Service Unbundling/ Fragmentation
278
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien a/n I wayan sudarma tanggal 12/08/2014 datang berkas rjtl di gabung dengan ritl , yang diklaim dan beorbat ke poliklinik , pasien akan dilakukan hanya RITL tindkan operasi sehingga harus di rawat inap , rumah sakit melakukan 2 pengklaiman rjtl dan ritl
pasien yang rjtl langsung ritl masih dalam satu episode pelayanan ( hanya mengklaim ritl )
Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : SPasi en yang masuk ke Klaim rawat inap sebagai kelanjutan dari proses perawatan di rawat jalan atau gawat darurat, maka kasus tersebut termasuk satu episode rawat inap, dimana pelayanan yang telah dilakukan di rawat jalan atau gawat darurat sudah termasuk didalamnya.
279
Service Unbundling/ Fragmentation
Bayi yang lahir dari persalinan SC, oleh RS di tagihkan tersendiri
Sesuai dengan kaidah coding dalam ICD dimana yang bisa ditagihkan SEP tersendiri hanya bayi lahir yang sakit
Persalinan/Kehamilan/Bayi 1. bayi yang lahir sehat tagihannya menadi satu Baru Lahir dengan perawatan ibunya 2. Apabila bayi lahir s ehat maka tidak memiliki kode diagnosis penyakit (P), hanya perlu kode bahwa ia lahir hidup di lokasi persalinan, tunggal atau multiple (Z38.-) 3. Untuk bayi lahir dipengaruhi oleh faktor ibunya yaitu komplikasi saat hamil dan melahirkan dapat digunakan kode P00-P04 tetapi yang dapat diklaimkan hanya yang menggunakan kode P03.0 – P03.6
Konfirmasi dengan Coder, dan tdk ditagihkan sesuai dengan permenkes
Tindakan Medik/Operatif verifikator melakukan konfirmasi terkait dengan pencantuman kode diagnosa T14.1, konfirmasi kepada DPJP tentangOpen wound of unspecified body region pada pasien kemudian dicocokan dengan yang tertera pada resume medis
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
280
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien RITL dengan kasus: Hiperemesis. Diajukan oleh Tidak layak klaim (Disetujui 1 episode pelayanan RS: dengan SEP sebelumnya) pasien masuk dgn SEP Diagnosa Utama: O21.0 ( Mild hyperemesis gravidarum pertama tgl. 9 sd 24 juli. ) Hasil Grouper CBG's: W-4-16-I Gangguan antepartum ringan. Biaya Rp. 2.749.609
Pasien masuk RS dari tanggal 9/7/2014 sd 21/7/14 tetapi dilakukan penagihan 2x dengan cara memotong hari rawat pasien.
1. Episode rawat Inap adalah satu rangkaian pelayanan Persalinan/Kehamilan/Bayi jika pasien mendapatkan mendapatkan perawatan > 6 jam di rumah Baru Lahir sakit atau jika pasien telah mendapatkan fasilitas rawat inap (bangsal/ruang rawat inap dan/atau ruang perawatan intensif) walaupun lama perawatan kurang dari 6 jam, dan secara administrasi telah menjadi pasien rawat inap. 2. Perhatikan Readmisi untuk diagnosa penyakit yang sama, jika pasien masuk dengan diagnosa yang sama lakukan cross check dengan riwayat pulang rawat pada episode yang lalu, apakah pada episode rawat yang lalu pasien pulang dalam keadaan sembuh atau pulang dalam keadaan pulang paksa, ataupun dirujuk. Jika pasien telah dipulangkan dalam keadaan pulang paksa maka episode rawat pada readmisi merupakan kelanjutan dari pembiayaan penyakit yang sama.
281
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien MRS tanggal 12/4 pulang tanggal 17/4. Pada tanggal 16/4 ada tagihan rawat jalan atas nama pasien tersebut di RS lain.
Saat penelusuran berkas ternyata Coder sengaja memanjangkan hari rawat agar bisa menggunakan diagnosa yang memberi nilai klaim lebih tinggi.
Akomodasi 1. Episode adalah jangka waktu perawatan pasien mulai dari pasien masuk sampai pasien keluar rumah sakit, termasuk konsultasi dan pemeriksaan dokter, pemeriksaan penunjang maupun pemeriksaan lainnya. 2. Perhatikan Readmisi untuk diagnosa penyakit yang sama, jika pasien masuk dengan diagnosa yang sama lakukan cross check dengan riwayat pulang rawat pada episode yang lalu, apakah pada episode rawat yang lalu pasien pulang dalam keadaan sembuh atau pulang dalam keadaan pulang paksa, ataupun dirujuk. Jika pasien telah dipulangkan dalam keadaan pulang paksa maka episode rawat pada readmisi merupakan kelanjutan dari pembiayaan penyakit yang sama. 3. pada kasus ini tagihan RJ tidak dibayarkan karna pasien masih dalam status perawatan di RS tersebut
282
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien dirawat inap post kecelakaan lalu lintas dengan Ditemukan pemecahan prosedur dan tidak semua Diagnosa primer S52.11 Open Fracture of upper end of tindakan ditulis di laporan operasi maupun di radius. Diangnosa sekunder S53.3 Open fracture ulna resume medis Traumatic of Ulnar Ligament, I77.2 Ruptur artery, A41.2 Septicemia. Dilakukan tindakan operasi 79.32 Open Reduction with Internal Fixation, 39.31 Suture of Artery , 86,65 Heterograft to skin, 83.49 Other Excision of soft tissue dan 79.62 Debridement.
dilakukan pengecekan dari lembar follow up dokter, resume medis serta RM 01 dan laporan operasi. Tindakan yang ditulis di laporan operasi hanya tindakan ORIF, debridement dan suture of arteri. Petugas koder memecah prosedur yang seharusnya ada dalam satu paket tindakan yaitu tindakan ORIF ( Open reduction with internal fixcation).
Tulang/Fraktur/Fraktur 1. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP melalui lembar konfirmasi terkait dengan tindakan yang dilakukan kepada pasien. 2. tindakan untuk patah tulang dengan penyambungan erteri merupakan 2 tindakan yang tidak berhubungan maka dapat dikode berbeda
Seharusnya tidak bisa ada tagihan RJ pada saat pasien sementara dirawat
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
283
Service Unbundling/ Fragmentation
pasien RJTL pada hari I, hanya dilakukan pemeriksaan oleh dokter dan diberikan pengantar ke laboratorium namun belum dilakukan pemeriksaan lab dikarenakan waktu jam pelayanan sudah selesai. pada hari berikutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium, dan ditagihkan sebagai 2 kasus yang berbeda
sesuai dengan pengertian episode, pemeriksaan hari Ke 2 yang merupakan bagian dari Pemeriksaan Hari 1 maka penagihan terhadap prosedur yang telah diberikan,hanya ditagihkan dengan 1 SEP.
melihat berkas RM Hari 1 dan hari ke 2 dan dicocokkan dengan diagnosa serta tindakan yang dilakukan
1. Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat Laboratorium jalan adalah satu rangkaian rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter s erta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru. 2. pada kasus ini hanya diterbitkan 1 SEP
284
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien RITL masuk dengan Diagnosa Batu Saluran Kencing. Pihak RS menagihkan sebagai berikut : Diagnosa Utama : R33 Retensio Urin Diagnosa Sekunder : N21.1 Calculus in Urethra Group CBGs: N-4-15-II Gejala, Tanda-tanda pada Ginjal dan Saluran Urin Sedang Biaya Rp 3.245.580
Sesuai kaidah koding dan hasil Verifikasi pada Rekam Medis Diagnosa utama: N21.1 Calculus in Urethra Group CBGs: N-4-13-I Batu Urin Ringan Biaya: Rp 2.577.422
Diagnosa utama nya adalah Batu Saluran Kencing sehingga sesuai kaidah koding seharusnya menjadi N21.1 Calculus In Urethra yg menjadi diagnosa utama, karena adanya batu maka terjadi retensi urin sehingga BSK merupakan diagnosa yg mempengaruhi lamanya hari rawat pasien dan cocok untuk menjadi diagnosa utama.
1. diagnosa akhir merupakan diagnosa yang menyerap Saluran Kemih banyak sumber daya 2. verifikator melakukan konfirmasi kepada coder terkait kode diagnosa yang disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
285
Service Unbundling/ Fragmentation
peserta yang datang ke Rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan mata dan diagnosa oleh dokter sebagai katarak kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium guna persiapan operasi katarak, selang 2 hari pasien datang kembali ke poli mata dengan membawa hasil laboratorium dan keesokan harinya pasien menjalani operasi katarak
Sesuai dengan petunjuk teknis verifikasi satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru.
Pada hari pertama pasien datang, pasien mendapatkan pelayanan laboratorium. Kunjungan kedua pasien datang hanya untuk mengambil atau konsultasi hasil laboratorium. Sesuai dengan petunjuk teknis verifikasi satu episode rawat jalan adalah satu rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter serta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama.
1. Sesuai Permenkes 27 th. 2014 : Satu episode rawat Mata jalan adalah satu rangkaian rangkaian pertemuan konsultasi antara pasien dan dokter s erta pemeriksaan penunjang sesuai indikasi medis dan obat yang diberikan pada hari pelayanan yang sama. Apabila pemeriksaaan penunjang tidak dapat dilakukan pada hari yang sama maka tidak dihitung sebagai episode baru. 2. pada kasus ini hanya diterbitkan 2 SEP, untuk pelayanan konsultasi dan pemeriksaan penunjang serta operasi kataraknya
286
Service Unbundling/ Fragmentation
Pasien lahir di RSUD. Ende tgl 04/06/2014 dan menggunakan SEP no. kartu ibu dengan diagnosa BBLR dan Gangguan napas sedang. Hari ini hari perawatan ke 7 dan dibuatkan nota dari ruang perinatal agar dibuatkan jaminan atas nama pasien, dengan menggunakan TANGGAL MASUK 11/06/2014, Keterangan dari keluarga pasien bahwa pasien dari lahir hingga hari ini masih dirawat dan belum pernah pulang dari RSUD Ende.
Petugas BPJS Center Tidak menerbitkan SEP baru dan menginformasikan ke ruang Perinatal bahwa SEP menggunakan SEP yang lama (SEP yang menggunakan no. ibu) sehingga tidak ada biaya
Melakukan konfirmasi langsung kepada pasien. Sesuai petunjuk verifikasi klaim dihitung sebagai satu episdoe pelayanan karena pasien tidak pernah pulang, hanya ada perubahan identitas dari yang semulanya menggunakan nama by menjadi nama sendiri
1. perawatan bayi masih menjadi satu dengan perawatan Ibunya sepanjang bayi belum pulang dan mejadi satu episode dengan ibunya 2. pada kasus ini hanya diterbitkan 1 SEP
Persalinan/Kehamilan/Bayi Baru Lahir
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
287
Service Unbundling/ Fragmentation
Pada pasien dengan diagnosa open fraktur multiple os tibia et fibula, coder RS menggunakan diagnosa T14.2 (fracture of unspesified body region) sebagai diagnosa utama dan S82.2 (fracture of shaft tibia) sebagai diagnosa kedua. Padahal diagnosa open fraktur multiple os tibia et fibula dapat digambarkan hanya dengan satu kode diagnosa, yaitu S82.71(multiple fractures of lower leg, open).
288
Standard of Care
Pasien RITL masuk dengan kasus fraktur terbuka Pembayaran sudah termasuk dalam paket dan harus segera dilakukan tindakan operasi oleh INA CBG's. Biaya Rp 5.449.832 dokter spesialis bedah tulang, pasien dikenakan iur biaya untuk pemasangan alat kesehatan pen, karena RS belum bersedia menyediakan alat tersebut. Jadi setiap pasien orthopedi ditawarkan oleh dokter spesialis apakah setuju dengan iur biaya tersebut.
Seharusnya pasien tidak dikenakan iur Tarif INA CBGs sudah memeperhitungkan biaya Alat Kesehatan biaya untuk alat kesehatan tersebut dan tindakan dan alkes yang digunakan kecuali untuk RS wajib menyediakan. alkes diluar tarif INA CBGs seperti :…. RS harus menyediakan alkes tersebut tanpa iur biaya. Verifikator melakukan sosialisasi kepada koder agar mengikuti ketentuan yang berlaku. (disertai lembar konfirmasi).
289
Standard of Care
Pasien RITL hak kelas rawatan kelas III tetapi pasien di informasikan oleh pihak RS bahwa jika pasien mengambil kelas sesuai dengan hak rawatan didalam ruangan terdapat banyak pasien dan obat-obat BPJS tidak sama dengan obat RS, karena obat RS menggunakan obat paten. Pasien yang tidak tau mengenai obat naik ke kelas II setelah didedukasi oleh pihak RS.
Sesuai dengan tarif INACbgs pasien SC kelas II : Rp 4.869.999 dan untuk kelas III : Rp 4.058.332, awalnya pasien ditagihkan deposito oleh pihak RS Rp.2.000.000 dan pasien harus membayar lagi Rp 2.500.000
Sesuai dengan Permenkes no.28 bahwa apabila pasien naik kelas (kelas II/kelas I), untuk selisih biaya, tarif INAcbgs kelas yang diambil dikurangi dengan tarif INAcbgs sesuai dengan haknya. Tetapi pihak RS memberlakukan tarif lokal RS, bukan berdasarkan tarif INACbgs
290
Standard of Care
Pada pasien RJTL dengan rencana tindakan injeksi di poli RJ, dilakukan penagihan Bahan Medis Habis Pakai (spuit) oleh pihak RS.
Pasien tidak dikenakan iur biaya untuk pembelian spuit karena sudah termasuk dalam paket INA CBG
Pasien melakukan konfirmasi kepada petugas BPJS sebelum melakukan pembayaran spuit ke pihak RS saat di poli RJ.
Diagnosa open fraktur multiple os tibia et fibula dapat digambarkan hanya dengan satu kode diagnosa, yaitu S82.71(multiple fractures of lower leg, open).
Sesuai dengan kaidah koing pada ICD 10,pada suatu episode prawatan degan kondisi multiple , kondisi yang nyata l ebih berat dan membutuhkan resources lebih dari yang lain hrus dicatat sebagai kondisi utama. Bila terdapat kondisi multiple dan tidak ada kondisi yang menonjol maka diberi kode "multiple...."kode ini diterapkan terutama pada kasus IV, cedera dan sequalae.
Tulang/Fraktur/Fraktur 1. sesuai permenkes 7 tahun 2014 : Kode kondisi multiple : Pada suatu episode perawatan dengan kondisi multiple (injury, sequelae, HIV), kondisi yang nyata lebih berat dan membutuhkan resources lebih dari yang lain harus dicatat sebagai kondisi utama. Bila terdapat kondisi “Multiple ….” dan tidak ada kondisi tunggal yang menonjol, diberi kode “multiple……..” dan kode sekunder dapat ditambahkan untuk daftar kondisi individu Kode ini diterapkan terutama pada yang berhubungan dengan penyakit HIV, Cedera dan Sequelae 2. diagnosa akhir adalah diagnosa yang menyerap banyak sumber daya , pada kasus ini verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait dengan kode diagnosa T14.2 yang menyebutkan bagian tubuh yang belum spesifik
Pilihan kenaikan kelas merupakan hak pilih Akomodasi peserta. Apabila peserta naik kelas ke kelas II atau kelas I, verifikator menginformasikan sesuai PMK No. 28 selisih yang ditagihkan adalah tarif INA CBGs kelas yang dipilih dikurangi tarif INA CBGs yang mnejadi haknya. Sedangkan apabila peserta memilih kelas VIP maka selisih biaya yang dikenakan adalah selisih antara Biaya Tarif RS dikurangi tarif INA CBGs kelas yang menjadi haknya. Verifikator mengkonfirmasikan laporan pasien Bahan Medis kepada koder.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR melakukan diskusi dengan RS , "seharusnya dengan mekanisme Top Up Ct scan pada pelayanan RJTL sudah tercover tarif ina Cbg, akan tetapi pada RITL sudah satu paket Ina Cbg. Rumah Sakit berpendapat sesuai keputusan menteri kesehatan RI no: 1014/menkes/SK/XI/2008 ttg standar pelayanan radiologi diagnostik di sarana pelayanan kesehatan. Jenis peralatan pada RS tipe C tidak mencakup pelayanan CT multislice (ct scan), pelayanan CT scan termasuk pelayanan di faskes RS tipe B dan A.
REKOMENDASI NCC
291 291
Stan Standa dard rd of Care
pada pelayanan RJTL dan RITL ketika pasien harus dilakukan CT SCAN sesuai indikasi medis masih dilakukan iur biaya.
292 292
Stan Standa dard rd of Care
Pasien dengan Dx. Endometriosis, diberikan obat Endrolin 3,75 mg dan ditagihkan sebagai Fee For Service
293 293
Stan Standa dard rd of Care
tindakan operasi katarak yang disertai pemasangan IOL. Untuk alat kesehatan IOL masih dibebankan kepada peserta.
294 294
Stan Standa dard rd of Care
Pasien X mendapatkan permintaan tindakan Ditag Ditagihk ihkan an kedala kedalam m pelayanan a yanan RITL RITL kolonoskopi di RJTL tanggal 07/8/2014, namun pasien dirawat inapkan untuk melakukan tindakan tsb pada tanggal 12/8/2014 12/8/2014
Seharu Seharusny snya a tindak tindakan an kolonosko o noskopi pi bisa bisa ditagihkan di pelayanan RJTL
Agar dilakukan verifikasi kasi sesuai dengan juknis verifikasi. Selama ada surat perintah RITL dari DJP maka dibayarkan menjadi episode RITL
295 295
Stan Standa dard rd of Care
MRI DENGAN KONTRAS, BIAYA KONTRAS DITAGIHKAN PESERTA
SUDAH DISURATI AGAR TIDAK ADA IUR BIAYA
RS MASIH tetap MENARIK BIAYA PASIEN
296 296
Stan Standa dard rd of Care
Bayi RITL dengan dx.utama neonatal jaundice, dan procedure ultraviolet light theraphy
Tagihan RITL dengan total rawatan 2 hari, INACbgs Rp 2.353.599, Tarif riil RS Rp 331.000
Diresume medis hanya tertulis bayi kuning tidak ada pemeriksaan penunjang.
297 297
Stan Standa dard rd of Care
pasien tetap ditarik iur biaya apabila obat yang diberikan diluar fornas
berdasarkan PMK No. 28 Tahun 2014 Keluhan da dari pa pasien penggunaan obat diluar fornas di FKTL hanya dimungkinkan dapat direkomendasikan dari ketua komite medik farmasi dan terapi dengan persetujuan komite medik atau Kepala/Direktur yang biayanya sudah termasuk dalam tarif INC CBGs dan tidak boleh dibebankan kepada peserta
Verifikator melakukan sosialisasi kepada MRI Manajemen RS, bahwa MRI bisa dilakukan pada episode RJTL dan biaya menjadi Top Up INA CBG's (MRI). Prosedur ultraviolet light terapy sudah sesuai Neonatal Jaundice dengan diagnosa pasien. Ultra light therapy merupakan terapi rawat bayi kuning bukan merupakan pemeriksaan penunjang. Tarif dijamin sesuai tarif INA CBGs yang berlaku. Verifikator me meng-infirmasikan be berdasarkan PM PMK Obat No. 28 Tahun 2014 penggunaan obat diluar fornas di FKTL hanya dimungkinkan dapat direkomendasikan dari ketua komite medik farmasi dan terapi dengan persetujuan komite medik atau Kepala/Direktur yang biayanya sudah termasuk dalam tarif INC CBGs dan tidak boleh dibebankan kepada peserta
Berdasarkan resep yang dilampirkan untuk tagihan klaim, terdapat resep obat Endrolin 3,75 mg pada klaim obat Onkologi
Memberikan sosialisasi kepada koder bahwa pelayanan ct scan sudah termasuk kedalam tarif INA CBGs untuk RITL dan kedalam Top Up CBGs untuk RJTL.
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan) CT Scan
Seharusnya, untuk diagnosa Endometriosis, pelayanan obat tersebut sudah termasuk dalam komponen biaya INA-CBGs
Verif sesuai dengan SE Diryan No. 38 tahun 2014 Endometriosis dan surat Diryan No. 2170/III.2/0314 tanggal 25 Maret 2014. Obat Endrolin untuk kasus endometriosis sudah termasuk dalam paket INA CBG's. melakukan diskusi dengan RS, "RS Sudah diakomodir pada PMK 59 Tahun 2014 Katarak berpendapat tarif ina cbg yang ada pada sehingga tidak diperbolehkan iur biaya atas pasien katarak hanya untuk tindakan penggunaan IOL. pengangkatan selaput katarak saja, karena tidak semua operasi katarak harus menggunakan iol. Kolonoskopi
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
298 298
Stan Standa dard rd of Care
Untuk pasien leukemia menggunakan obat kemo vincristin saja yang bisa dilakukan dirawat jalan,namun dijadikan rawat rawat inap,dimana hari I pasien pemeriksaan labor,hari II baru dilakukan kemoterapi (diinapkan di hari I tanpa indikasi medis)
Tagihan yang dibayarkan adalah tagihan rawat jalan
299 299
Stan Standa dard rd of Care
Pasien masuk RITL rujukan dari RS Arifin Achmad Pasien tidak dikenakan iur biaya untuk dengan kasus GBS(Guillain Barre Syndrome). pembelian obat karena sudah termasuk Selama di rawat di ICU dikenakan biaya untuk dalam paket INA CBG membeli obat gammaras + Rp 41.700.000. karena obat tidak ada di pekanbaru dan obat harus dipesan ke distribusi langsung
300 300
Stan Standa dard rd of Care
301 301
ANALISA VERIFIKATOR Di rekam medis pasien tidak ada dijelaskan indikasi untuk rawat inap hanya untuk pemeriksaan labor saja
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Kemoterapi bisa dilakukan di Rawat inap maupun Obat rawat jalan tergantung dari kebutuhan medis pasien. Untuk kasus ini idealnya dilakukan pada rawat jalan. Namun agar dilihat kesiapan RS untuk menangani pasien kemo di rawat jalan. Verifikator juga melakukan konfirmasi indikasi rawat pasien kepada DPJP.
Penggunaan obat di luar Formularium nasional di FKRTL hanya dimungkinkan setelah mendapat rekomendasi dari Ketua Komite Farmasi dan Terapi dengan persetujuan Komite Medik atau Kepala/Direktur Rumah Sakit yang biayanya sudah termasuk dalam tarif INA CBGs dan tidak boleh dibebankan kepada peserta. Pasien seringkali diresepkan obat untuk beli di luar seharusnya biaya obat masuk komponen INA- dikomunikasikan dengan pihak RS atas RS seperti albumin, citicholin, CBG's resep-resep yang menjadi beban peserta, namun masih sering terjadi hal tersebut dengan alsan obat di IFRS sedang kosong
sesuai PMK No. 28 Tahun 2014 Penggunaan obat di luar Formularium nasional di FKRTL hanya dimungkinkan setelah mendapat rekomendasi dari Ketua Komite Farmasi dan Terapi dengan persetujuan Komite Medik atau Kepala/Direktur Rumah Sakit yang biayanya sudah termasuk dalam tarif INA CBGs dan tidak boleh dibebankan kepada peserta. Verifikator melakukan edukasi kepada peserta bahwa obat yang dijamin sudah termasuk kedalam biaya INA CBGs. Verifikator menyampaikan keluhan pasien kepada manajemen dengan lembar kronologis pasien.
Obat
Stan Standa dard rd of Care
Pasien mendapatkan obat Exjade 250 mg dan ditagihkan sebagai Fee For Service
Berdasarkan resep yang dilampirkan untuk tagihan klaim, ada tagihan obat Exjade 250 mg pada klaim obat Onkologi
Seharusnya, untuk pelayanan obat tersebut sudah termasuk dalam komponon biaya INA-CBGs
Exjade 250 mg termasuk dalam obat terapi kelasi Obat besi. Jika obat ini diberikan untuk pasien Thalassemia mayor pada kasus RJTL (diagnosa utama) maka kasus diinput sebagai kasus RITL ditambahkan dengan Top Up Special CMG's.
302 302
Stan Standa dard rd of Care
Untuk operasi besar spt SC pihak RS menjelaskan kepada pasien dapat dilakukan apabila pasien bersedia naik kelas dengan alasan biaya yang ditanggung pihak BPJS Kesehatan kecil
Pasien seharusnya tidak dianjurkan naik kelas kecuali atas permintaan sendiri dan selisih biaya yg diberlakukan seharusnya dari penguranagn tarif INA CBGs kls rwtn yg dipilih dengan tarif INA CBGs yg menjadi haknya, tidak berdasarkan tarif umum RS
Berdasarkan permenkes 28 tahun 2014 pasien diperkenankan untuk naik kelas perawatanhanya atas permintaan sendiri dan dikenakan selisih biaya atau dalam kondisi ruang rawatan yang menjadi hak peserta penuh.
303 303
Stan Standa dard rd of Care
Mengajukan klaim rawat inap dengan diagnose hypertiroid tetapi tidak ada hasil laboratium yang menunjang (T3,T4) layanan tanggal 14-15 j uli 2014
Pasien sebelumnya opname pada tanggal 811 juli 2014 dengan diagnose benign neoplasma of tiroid gland (D34), sehingga layanan yang tanggal 14-15 tidak dilayakkan.
304 304
Stan Standa dard rd of Care
Untuk transfusi darah Trombosit pasien disuruh membeli sendiri seharga 3,5 juta perkantong dengan alasan tidak ada kerjasama dengan PMI
Tagihan darah dibayarkan sepaket dengan tarif INA CBG dan tidak ada iur biaya dari pasien
Pasien di anjurkan periksa T3,T4 tetapi itu tidak dilakukan dengan alasan laboratorium yang tidak memadai,sementara di resume tertulis menunggu hasil T3,T4. Keluhan da dari pa pasien
Pilihan kenaikan kelas merupakan hak pilih Persalinan/Kehamilan/Bayi peserta. Apabila peserta naik kelas ke kelas II Baru Lahir atau kelas I, verifikator menginformasikan sesuai PMK No. 28 selisih yang ditagihkan adalah tarif INA CBGs kelas yang dipilih dikurangi tarif INA CBGs yang mnejadi haknya. Sedangkan apabila peserta memilih kelas VIP maka selisih biaya yang dikenakan adalah selisih antara Biaya Tarif RS dikurangi tarif INA CBGs kelas yang menjadi haknya. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder Tiroid untuk penegakkan diagnosa hipertiroid. Penetapan diagnosa hipertiroid menjadi kewenangan dan tanggung jawab DJP.
Obat
Verifikator me menginformasikan ke kepada ma manajemen Transfusi Darah keluhan pasien tersebut (sertai surat kronologis pasien) dan menyampaikan kepada peserta bahwa pemenuhan kebutuhan kantong darah merupakan tanggung jawab RS yang biayanya sudah masuk kedalam tarif INA CBGs.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO 305 305
TIPE Type Type of of room room change
KASUS
VERIFIKASI
Pasien di rawat inap di ruang perawatan kelas 2 Pasien dibayarkan sesuai dengan tempat dengan status hak kelas peserta ruang perawatan dimana pasien dirawat kelas 1, tetapi pihak RS menagihkan dengan hak kelas dari pasien
ANALISA VERIFIKATOR 1. Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat dibawah hak kelasnya lebih dari 3 hari, seharusnya ditagihkan sesuai dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien.
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat dibawah hak kelasnya lebih dari 3 hari, seharusnya ditagihkan sesuai dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien.
Akomodasi
Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat dibawah hak kelasnya lebih dari 3 hari, seharusnya ditagihkan sesuai dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien. Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat dibawah hak kelasnya lebih dari 3 hari, seharusnya ditagihkan sesuai dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien.
Akomodasi
Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat dibawah hak kelasnya lebih dari 3 hari, seharusnya ditagihkan sesuai dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien.
Akomodasi
2. Pasien mencantumkan identitas lengkap termasuk alamat dan no hp pada saat pembuatan SEP, agar pasien mudah untuk dikonfirmasi tentang perawatan yang telah diterima oleh pasien. 3. Verifikator melakukan konfirmasi langsung terhadap pasien pada saat pasien pulang
306 306
Type Type of of room room change
Pasien Rawat inap dengan kasus GEA. Dan dirawat di kelas II. Hak kelas perawatan pasien di kelas I. Diajukan oleh RS : Perawatan dikelas I (satu) Biaya : Rp. 4.019.428 Pasien dengan hak perawatan kelas 1 namun di rawat kelas perawatan kelas 3 kemudian ditagihkan kelas 1. Gruping dengan diagnosa yang sama pada hak kelas perawatan kelas 1 sebesar Rp. 8,314,961,- dan gruping pada hak perawatan kelas 3 yaitu Rp. 5,939,258,-
Disetujui dengan kelas perawatan di kelas II. Biaya : Rp. 3.445.224
Pasien dengan hak dikelas 1 yang mendapatkan perawatan dikelas 2, berdasarkan kelas perawatan kunjungannya disetujui kls 2 Berkas rawat inap dalam rekam medik tertera Seharusnya pasien diberikan sesuai pasien menempati ruangan dan hak kelas haknya, jika tidak tersedia maka pasien perawatan kelas 3 ditipkan ke kelas perawatan lebih tinggi smpai 3 hari. Jika sampai 3 hari hak perawatan sesuai kelas belum tersedia maka konsekuensi biaya menjadi tanggung jawab rumah sakit
307 307
Type Type of of room room change
308 308
Type Type of of room room change
Pasien dengan hak perawatan kelas 1 namun di Berkas rawat inap dalam rekam medik tertera rawat kelas perawatan kelas 2 kemudian pasien menempati hak kelas perawatan kelas ditagihkan kelas 1. Gruping dengan diagnosa yang 2 sama pada hak kelas perawatan kelas 1 sebesar Rp. 9,257,182,- dan gruping pada hak perawatan kelas 2 yaitu Rp. 7,9343728,-
Seharusnya pasien diberikan sesuai haknya, jika tidak tersedia maka pasien ditipkan ke kelas perawatan lebih tinggi smpai 3 hari. Jika sampai 3 hari hak perawatan sesuai kelas belum tersedia maka konsekuensi biaya menjadi tanggung jawab rumah sakit
309 309
Type Type of of room room change
pasien masuk RITL dan dirawat dikelas 2, Hak perawatan kelas 2 tetapi di entri oleh coder di kelas 1
sesuai dengan dengan kaidah kaidah coding coding bahwa bahwa Klaim tidak dilayakan. Verifikator melakukan Akomodasi tagihan kelas perawatan sesuai dengan konfirmasi kepada coder agar coder memperbaiki Hak hari entrian. Penagihan kelas perawatan sesuai dengan Permenkes 28 Tahun 2014.
310 310
Type Type of of room room change
Pasien Rawat inap dengan kasus Partus Spontan. Disetujui dengan kelas perawatan di kelas II. Dan dirawat di kelas II. Hak kelas perawatan Biaya : Rp. 2.753.681 pasien di kelas I. Diajukan oleh RS : Perawatan dikelas I (satu) Biaya : Rp. 3.212.628
Ditagihka Ditagihkan n sesuai sesuai hak perawatan perawatan pasien pasien
Pasien dengan hak dikelas 1 yang mendapatkan perawatan dikelas 2, berdasarkan kelas perawatan kunjungannya disetujui kls 2
1. Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat dibawah hak kelasnya lebih dari 3 hari, seharusnya ditagihkan sesuai dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien.
Akomodasi
Persalinan/Kehamilan/Bayi Baru Lahir
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
KASUS
VERIFIKASI
Pasien RITL dengan kasus persalinan secara sectio. Dan dirawat dikelas II (Dua) Diajukan oleh RS : Diagnosa utama : O82.0 (Delivery by elective caesarean section) Tindakan : (Other cesarean section of unspecified type) Dientri kelas perawatan kelas I (Sesuai hak kelas peserta) Kode ina cbg's : O-6-10-I (Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Ringan) Biaya : Rp. 6.417.072
Diagnosa Utama : O34.2 (Maternal care due to uterine scar from previous surgery) Tindakan : (Other cesarean section of unspecified type) Kelas perawatan yang disetuji dengan kelas II ( Sesuai dengan kelas perawatan yang ditempati pasien) Kode ina cbg's : O-6-10-I (Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Ringan) Biaya : Rp. 5.500.348
Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- 1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder Persalinan/Kehamilan/Bayi X kode O80-O84 digunakan sebagai perihal penyulit nya. Jika diagnosis penyulit Baru Lahir diagnosis sekunder jika ada penyulit menjadi diagnosa utama dan SC menjadi diag dalam persalinan, kecuali penyulitnya sekunder, maka hasil grouper akan menjadi kode O42.0 dan O42.1 maka kode O80- persalinan vaginal maka SC diubah menjadi O84 digunakan sebagai diagnosis dignosa utama. utama. Kelas perawatan yang disetuji 2. Sesuai dengan PMK 28, pasien yang dirawat dengan kelas II Sesuai dengan kelas dibawah hak kelasnya lebih dari 3 hari, perawatan yang ditempati pasien seharusnya ditagihkan sesuai dengan ruang perawatan yang diterima oleh pasien.
312 Unnecessary treatment
Pasien Tn.S dirawat di dengan diagnosa utama S688 - Traumatic amputation of other parts of wrist and hand, A419 - Septicaemia dengan tindakan 84.01 amputasi dan disarticulation jari, 86,69 graft kulit lainnya ke situs lain dengan biaya Rp.17,955,613.-
sesuai dengan Kaidah Koding dan Petunjuk Teknik Verifikasi yang menjadi diagnosa utama adalah S688 - Traumatic amputation of other parts of wrist and hand dan tindakan ,84.01 amputasi dan disarticulation jari.
Tindakan amputasi tidak ada melakukan pengambilan jaringan kulit dari tempat lain. Pemberian koding prosedur yang harus mengacu kepada kaidah koding yang benar dan bukan menambahkan tindakan yang tidak ada dilakukan.
313 Unnecessary treatment
Tindakan CT-Scan,FNAB,dan operasi catarac dilakukan RITL padahal tidak ada indikasi dan hanya dirawat 1 hari
status pasien di tidak layakkan ataupun di jadikan ke RJTL
314 Unnecessary treatment
pasien a/n suhartawan tanggal 17/7/2014 disarankan untuk ct-scan , pihak rumah sakit merawatinapkan pasien
berkas dilayakkan
Kecendrungan untuk merawatinapkan pasien yang hanya melaksanakan CTScan
315 Unnecessary treatment
Pasien dengan keluhan dispepsia dirawat inap untuk dilakukan endoscopy
316 Unnecessary treatment
Diagnosa Utama : N809 (Endometriosis, unspecified) Tindakan : 8192 (Injection of theraupetic substance into joint or ligament) INACBG : W-4-12-I ( Gangguan menstruasi dan sistem reproduksi wanita) Tarif : Rp. 2.351.358
karena di rawat inapkan tetap disetujui ri
317 Unnecessary treatment
REHAB DILAKUKAN BERULANG ULANG TANPA EVALUASI YANG BERARTI DARI DOKTER SPESIALIS REHAB Pasien RJTL dengan diagnosa gastritis , di entri tindakan USG dan Diagnosa Kolik Abdomen
MENOLAK PASIEN YANG TERINDIKASI TIDAK MELAKUKAN KONSUL UNTUK KELANJUTAN REHABNYA Hasil verifikasi berkas klaim tidak ditemukan hasil pemeriksaan USG, sehingga penambahan Diagnosa sekunder Kolik Abdomen tidak layak u di jadikan sebagai Diagnosa sekunder
Pengajuan klaim rumah sakit tidak ada indikasi rawat inap tapi hanya untuk injeksi tapros disinyalir karena harga obat tapros yang mahal Rp. 1.832.721 jika dijadikan rawat jalan maka tidak mencukupi untuk biaya riil RS jadi pasien dirawat inapkan hanya untuk suntik tapros TERLIHAT DARI KARTU KONTROL REHAB
311
TIPE Type of room change
318 Unnecessary treatment
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Pada kasus ini yang menaikan tagihan adalah Amputasi diagnosa septicemia. Untuk prosedur yang ditetapkan lebih dari 1 tidak terlalu mempengaruhi tarif INA CBGs. Hendaknya v erifikator memastikan diagnosa septikemia kepada DPJP dengan lembar konfirmasi. Verifikator melakukan konfirmasi indikasi rawat pasien tersebut. Apabila dokter yang merawat merekomendasikan rawat klaim disetujui.
CT Scan
Rawat inap dilakukan sesuai dengan indikasi CT Scan medis. Seharusnya CT Scan dapat dilakukan pada episode RJTL dan untuk selain CT Scan kepala, RS mendapatkan top up INA CBG's. Verifikator melaukan pencatatan untuk dilaporkan kepada Tim Audit Medis. Pasien masuk dengan keluhan sakit sedang, Tindakan endoscopy dan tindakan rawat Verifikator melakukan konfirmasi kepada dokter Dispepsia los 1 hari, lalu dipulangkan. Pada billing biaya inap hanya dilakukan jika ada indikasi yang merawat untuk mengetahui indikasi rawat paling besar adalah tindakan endoscopy nya. medis. pasien.
Penelusuran berkas tersebut tidak adanya bukti pendukung yang kuat dan dinyatakan sebagai penambahan tindakan saja
Verifikator melakukan konfirmasi indikasi rawat Endometriosis pasien tersebut. Apabila dokter yang merawat merekomendasikan rawat klaim disetujui. Kasusu tersebut dicatat dan dilaporkan kepada tim audit medis.
Verifikator mengarahkan pasien untuk konsultasi terlebih dahulu kepada DPJP setelah 1 periode terapi rehab medik selesai. Untuk kasus ini, apabila tidak ada hasil USG dikonfirmasikan kepada koder, kemudian disepakati sesuai dengan diagnosa akhir pasien.
Fisioterapi/Rehabilitasi Medik Gastritis/Dispepsia
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
319 Unnecessary treatment
Pasien masuk dengan diagnosa Hearth Failure. D iagnosautama: I 10.9 (Hearth failure, Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa unspecified) Biaya: Rp 5.213.148,utama: I10.9 I50.9(Hearth failure, unspecified) Diagnosa sekunder: E 14.5 (Unspecified diabetes mellitus with peripheral circulatory complications) Group CBGs: I-4-12-II ( Kegagalan Jantung Sedang ) Biaya: Rp 7.440.063,- : Biaya real RS Rp 3.215.315,-
Pasien mendapatkan terapi dan pemeriksaan penunjang untuk hearth failure. Tetap iuntuk diagnosis Diabetes Mellitus hanya mendapatkan pemeriksaan GDS. Hasilnyapun normal dan pasien tidak mendapatkan terapi untuk DM. Tidak ada billing obat DM yang disertakan di berkas klaim.
Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder ttg Jantung diagnosa sekunder DM. Jika pasien menderita DM namun dengan kondisi terkontrol dan tidak kondisi gangren, maka diagnosa sekundernya seharusnya E14.9 (DM tanpa komplikasi); Jika pasien memang tidak menderita DM maka verifikator membuat catatan untuk dilaporkan kepada Tim audit medis.
320 Unnecessary treatment
tindakan IVP, CT-scan, dan colonoscopy dirawatinapkan
d is etu ju i s eb ag ai r awa t j ala n
b er das ar ak an p en elu su ra n Re ka m medis, tindakan tersebut dilakukan di poli rawat jalan.
321 Unnecessary treatment
Pasien bayi sehat (di resume tertulis diagnosa utama NA,SMK) tapi ditagihkan dengan diagnosa lain (jaundice/infection) pada BBL (diresume tertulis sebagai diagnosa sekunder) biaya : Rp.2.155.562-Rp.2.384.581 PENDERITA TB BERKUNJUNG KE POLI PARU LEBIH DARI DUA KALI DALAM SEBULAN PADAHAL SUDAH MENDAPATKAN JATAH OBAT KRONIS DARI BPJS KESEHATAN
Bayi sehat tidak dapat diklaim, tagihan jadi satu dengan ibu
Verifikator menyampaikan isi rekam medis kepada koder agar dilakukan koreksi tagihan menjadi tagihan rawat jalan. Pada kasus ini diagnosa utama seharusnya adalah Jaundice pada Bayi sesuai pada resume. Verifikator melengkapi bukti pelayanan pasien untuk terapi jaundice kepada koder.
Odontektomi dirawatinapkan, padahal sebelum berlaku tarif INA-CBG's sebelumnya tarif Askes, cukup di Rawat Jalan
masih disetujui rawat inap sesuai resume medis
322 Unnecessary treatment
323 Unnecessary treatment
324 Unnecessary treatment
325 Unnecessary treatment
MENEMUI DOKTER POLI PARU DAN TERLIHAT DARI TOOLS RIWAYAT MEMBATALKAN SEP PASIEN YANG PELAYANAN DI APLIKASI TERINDIKASI DIMINTA DATANG PEMBUATAN SEP BERULANG ULANG TANPA PENGAMBILAN OBAT Semua odontektomi dirawatinapkan, setelah dikomunikasikan dengan Managemen RS, hal tersebut telah di SK kan oleh Kepala Rumah Sakit, dikarenakan tarif Rawat Jalan tidak mencukupi
Kolonoskopi
Neonatal Jaundice
Verifikator memastikan kunjungan konsul pasien Obat apakah ada komplikasi atau penyakit penyerta, apabila tidak ada verifikator melakukan konfirmasi agar kunjungan tsb tidak ditagihkan (disertai lembar konfirmasi).
Pada kasus ini umumnya odontektomi yang Odontektomi dirawat adalah impacted odontektomi. Apabila manajemen RS telah mengeluarkan SK untuk rawat inap bagi seluruh kasus odontektomi, verifikator dapat meminta salinan SK tersebut untuk disampaikan kepada atasan (Kanit) dan tim audit medis. Pasien RITL dengan kasus diagnosa utama J18.0 Pasien RITL dengan kasus diagnosa utama seharusnya kode J01.8 tidak muncul Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder. Paru bronchopenumonia diagnosa sekunder I10; J18.0 bronchopenumonia diagnosa sekunder karna tidak dikelukan dan diteraphi. Selanjutnya verifikator melakukan pencatatan essential hypertensi, I51.7; cardiomegali, J01.8; I10; essential hypertensi, I51.7; cardiomegali, Diagnosa ini muncul karna dilakukan foto untuk dilaporkan kepada Tim audit medis. other acute sinusitis dan kode tindakan 874.4 dan kode tindakan 874.4 routine chest x-ray, sinusitis yang sebenarnya tidak perlu routine chest x-ray, so described so described dilakukan Pasien RITL dengan keluhan: Batuk ± 1 minggu, Berdasarkan hasil verifikasi disetujui: Sesuai dengan status rekam medis tidak Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder Paru Panas ± 1 minggu, sesak napas (+) Diagnosa Utama: J18.0 Bronchopneumonia disetujui diagnosa sekunder B50.9 terkait dengan diagnosa Malaria dan Gallstobe Diagnosa Utama: J18.0 Bronchopneumonia Diagnosa Sekunder : Plasmodium Falciparum Malaria, illeus. Verifikator melakukan pencatatan kasus ini Diagnosa Sekunder : B50.9 Plasmodium Unspecified dikarenakan hasil untuk dilaporkan kepada Tim Audit Medis Falciparum Malaria, Unspecified, K56.3 Gallstone pemeriksaan lab DDR (-) dan tidak Ileus adanya data pendukung lainnya untuk penegakkan diagnosa K56.3 Gallstone Ileus.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
326 Unnecessary treatment
Pasien Tn.A dirawat dengan diagnosa T303 - Burn of third degree, body region unspecified, M245 Contracture of joint dengan tindakan 86,22 Excisional debridement luka, infeksi atau membakar, 86,69 graft kulit lainnya ke situs lain, 80,4 pembagian kapsul sendi dengan biaya Rp.21.678.658,-
Sesuai dengan Kaidah koding dan Petunjuk Teknis Verifikasi yang menjadi diagnosa utama adalah T303 - Burn of third degree, body region unspecified, M245 - Contracture of joint dan yang menjadi prosedur utama 86,22 Excisional debridement luka, infeksi atau membakar, 83,74 reattachement otot
Tindakan amputasi tidak ada melakukan pengambilan jaringan kulit dari tempat lain. Pemberian koding prosedur yang harus mengacu kepada kaidah koding yang benar dan bukan menambahkan tindakan yang tidak ada dilakukan.
Untuk diagnosa Burn of Third Degree memang Penanganan Luka dimungkinkan dilakukan Graft kulit seperti pada koding RS, sepanjang pada laporan operasi memang dilakukan. Verifikator dapat memastikan kembali tindakan tersebut dari laporan operasi dan konfirmasi DPJP. Pada kasus ini tarif yang mendukung peningkatan biaya adalah graft kulit.
327 Unnecessary treatment
RAWAT LUKA POST OP DILAKUKAN BERULANG ULANG DI POLI BEDAH MELEBIHI STANDAR (DALAM SEBULAN 8 KALI)
TERLIHAT DARI TOOLS RIWAYAT PELAYANAN DI APLIKASI PEMBUATAN SEP
Verifikator MELIHAT STATUS REKAM MEDIK Penanganan Luka APAKAH RAWAT LUKA ITU BENAR BENAR DILAKUKAN DAN DIBUTUHKAN OLEH PASIEN DITINJAU DARI KEADAAN LUKA POST OP-NYA (ADA KOMPLIKASI ATAU TIDAK)
328 Unnecessary treatment
Pasien RJTL dengan diagnosa infeksi bekas luka operasi SC dilakukan pemeriksaan penunjang USG dan ganti perban di poli. Selang dua hari pasien datang hanya untuk ganti perban. Namun RS menginput prosedur USG tanpa indikasi (pasien datang ke poli selang dua atau tiga hari selama lima kali dengan prosedur yang sama).
MELIHAT STATUS REKAM MEDIK APAKAH RAWAT LUKA ITU BENAR BENAR DILAKUKAN DAN DIBUTUHKAN OLEH PASIEN DITINJAU DARI KEADAAN LUKA POST OP-NYA (ADA KOMPLIKASI ATAU TIDAK) Pasien yang datang ke poli hanya untuk ganti perban seharusnya dilakukan di faskes tingkat 1.
Dengan melihat riwayat pelayanan pasien pada aplikasi SEP dan berkas klaim.
Verifikator meminta konfirmasi hasil pemeriksaan Persalinan/Kehamilan/Bayi USG dari setiap kunjungan kepada koder. Apabila Baru Lahir terdapat catatan dan atau hasil pemeriksaan USG, klaim disetujui.
329 Unnecessary treatment
Bayi baru lahir dari persalianan normal dengan PB/BB = 47 cm/3000 gram, bayi lahir langsung menangis, Apgar Score = 8/9 menit, Diagnosa utama : P28.2 Cyanotic attacks of newborn Diagnosa sekunder : P21.9 Birth asphyxia, unspecified; P02.7 Fetus and newborn affected by chorioamnionitis Group CBGs: J-4-21-III GEJALA, TANDA DAN DIAGNOSIS SISTEM PERNAFASAN LAIN-LAIN (BERAT) Biaya Rp. 4.607.347,00 Pasien an Hendrikus Keo (0000151200988) dilakukan pemeriksaan yang mengarah pada penyakit asam urat, namun dalam penegakkan diagnosa bukan merupakan diagnosa asam urat melainkan diagnosa penyakit terdahulunya (riwayat penyakit)
Telah dilakukan customer visite, bayi tersebut Bayi dalam kondisi sehat dengan melihat tidak diberikan terapi (oksigen dan obat-obat kondisi klinis yaitu pergerakan bayi aktif, yang lain) dan dirawat selama 1 hari ASI on demand, serta tidak diberikan terapi.
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder. Persalinan/Kehamilan/Bayi 2. Coder melakukan konfirmasi kepada DPJP Baru Lahir 3. Verifkator mencatat kasus ini untuk dilaporkan kepada Tim Audit Medis
Biaya yang telah diabayarkan Rp. 323.810,-
1. Diagnosa utama adalah diagnosa yang Rheumatoid/Arthritis menghabiskan sumber daya paling banyak 2. Jika penyakit yang menghabiskan resources terbanyak adalah penyakit yang terdahulu maka code diagnosa utama adalah Z85 - Z88 3. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder dan diharapkan coder dapat melakukan konfirmasi ulang kepada DPJP
Tindakan transfusi darah dilakukan untuk menegakkan diagnosa anemia,namun berdasar khan hasil lab HB nya normal Pasien Rawat Inap dengan diagnosA Limpoma, dilakukan tindakan pembedahan : radical exsisi dan skin graft
diagnosa anemia di hapuskhan atau tidak di tagihkan
330 Unnecessary treatment
331 Unnecessary treatment 332 Unnecessary treatment
Verifikator Melakukan croschek dengan catatan medis pasien. Penegakkan diagnosa tanpa memperhatikan hasil pemeriksaan penunjang. Diagnosa utama yang menggunakan banyak sumber daya.
Klaim disetujui karena sudah dilakukan transfusi. Transfusi Darah Namun verifikator mencatat untuk didiskusikan kepada tim audit medis. Pada kasus ini, pasien hanya cukup dilakukan Setelah dilakukan costumer visit, pasien Verifikator melakukan konfirmasi kepada Tumor/Kanker tindakan pembedahan radical exsisi saja. hanya dilakukan limpoma coder/manajemen RS sesuai dengan hasil customer visit. Verifiaktor dapat melakukan pengecekan pada laporan operasi. Kasus dibayar sesuai dengan tindakan yang dilakukan.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
333 Unnecessary treatment
Pasien masuk RITL. Diagnosa Utama D332 Berdasarkan kondisi pasien dan rujukan (Benign neoplasm of brain, unspecified) Prosedur: pasien hanya memerlukan CT scan tanpa 8703 (Computerized axial tomography of head) RITL
Berdasarkan rujukan pasien dan kondisi Verifikator mensosialisasikan tentang rujukan saat pengurusan jaminan parsial. Ketentuan sesuai dengan Pemenkes 28 tahun 2014
Tumor/Kanker
334 UPCODING
Pasien a/n Saharudin, NOKA : 0000150865187 MRS melalui UGD pada tgl 23/07/2014; pasien pasien menjalani perawatan di UGD selama kurang dari 6 jam dan pulang pada hari yang sama ; No SEP 2407R00107140001600. Ditagihkan oleh pihak RS dengan biaya RITL.
Pasien MRS melalui UGD dan menjalani Verifikasi sesuai dengan Permenkes 27 Tahun perawatan di UGD kurang dari 6 jam, 2014 terkait dengan definisi episode. namun pihak RS menagihkan dengan tarif RITL. Hal ini tidak bisa disetujui karena tidak sesuai dengan ketentuan (Buku Petunjuk Teknis Verifikasi Klaim BPJS Kesehatan)
Akomodasi
335 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus CRF. Diaju kan Sesuai kaidah koding RS sbb: Diagnosa Utama : N180 (End -Stage rnal disease) diagnosa sekunder : anemia Diagnosa sekunder: Diagnosa Anemia Tindakan : 3927 (Arteriovenostomy for renal dibuktikan dengan hasil Pemeriksaan lab dialysis) Biaya untuk kls III Rp.12.498.845 Biaya untuk Kls II Rp.14.998.614
Cek Resume Medis Pasien tidak dilakukan pemeriksaan lab/ bukti pendukung tidak ada
Verifikator melakukan klarifikasi kepada coder, Anemia coder melakukan konfirmasi kepada DJP menggunakan lembar konfirmasi. Dalam hal tetap terjadi dispute, maka verifikator tetap menyetujui kasus ini. Selanjutnya verifikator membuat catatan dan dokumentasi ketidaksesuaian antara diagnosa sekunder dengan resume medis. Catatan ini diajukan kepada Tim Audit Medis.
336
Pasien masuk RITL dengan kasus Anemia dengan riwayat cancer nasopharynx. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosautama: C11.9 (Malignant neoplasm of nasopharynx, unspecified) Diagnosasekunder: D 64.9 (Anemia) Tindakan : 99.04 (Tranfusion of packed cells)Group CBGs: U4-10-II (Tumor kerongkongan, mulut, hidung dan telinga sedang ) Biaya: Rp 11.291.276,- : Biaya real RS Rp 1.310.820,-
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: D 64.9 (Anemia)Diagnosa sekunder: C11.9 (Malignant neoplasm of nasopharynx, unspecified)Tindakan : 99.04 (Tranfusion of packed cells) Biaya: Rp 4.753.878,-
Pasien masuk dengan keluhan anemia. Sedangkanuntuk diagnose kanker nasopharynx sudah ditegakkan sebelum episode rawat ini (tanggal 20 Februari 2014). Dibuktikan dengan tidak adanya pemeriksaan penunjang untuk kanker. Jadi kanker disini adalah sebagai riwayat penyakit terdahulu dan tidak layak untuk menjadi diagnose utama.
Kode utama C11.9 sudah sesuai. Namun apabila Anemia kondisi pasien benar anemia pada kasus kanker, maka anemianya dikoding D63.0 sebagai diagnosa sekunder.
Pasien RITL dengan kasus ITP, Anemia gravis, Malaria. Diajukan oleh RS : Diagnosa Utama : D69.3 (idiopathic thrombocytopenic purpura)Diagnsoa Sekunder : D64.9 (Anemia, unspecified), B50 (Plasmodium falciparum, unspecified) Tindakan : 99.18 (Injection or infusion of electrolytes), 99.21 (Injection of antibiotic), 99.04 (Transpusion of packed cells), 90.59 (Other microscopic examination of blood, 87.44 (Routine chest x-ray, so described), 87.24 (Other x-ray of lumbosacral spine) Kode ina cbg's : D-4-11-II (Gangguan Pembekuan Darah Sedang) Biaya : Rp. 5.094.124
Diagnosa Utama : D69.3 (idiopathic Diagnosa anemia tidak disetuji karena thrombocytopenic purpura) anemia tidak terspesifikasi, bisa terjadi Diagnsoa Sekunder : B50 (Plasmodium akibat ITP. Hasil pemeriksaan Hb falciparum, unspecified) menunjukkan hasil masih dalam nilai Tindakan : 99.18 (Injection or infusion of normal. electrolytes), 99.21 (Injection of antibiotic), 99.04 (Transpusion of packed cells), 90.59 (Other microscopic examination of blood, 87.44 (Routine chest x-ray, so described), 87.24 (Other x-ray of lumbosacral spine) Kode ina cbg's : D-4-11-II (Gangguan Pembekuan Darah Sedang) Biaya : Rp. 5.094.124
UPCODING
337 UPCODING
Pasien menjalani perawatan di UGD kurang dari 6 jam, tidak bisa dihitung sebagai tagihan RITL. Maka pada proses verifikasi klaim ini tidak dilayakkan.
1. Secara kaidah ID 10, tidak ada atauran yang Anemia melarang penambahan anemia pada kasus ITP 2. Pada kasus ini, melihat hasil HB normal, maka verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP dan coder. HB normal tidak menunjukkan kondisi anemia.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
KASUS
VERIFIKASI
338 UPCODING
Pasien Masuk poli bedah dengan K/U dengan dx susp APP rencana oprasi hari jumat tgl 27/6/2014 DX UTAMA : K351 (Acute appendicitis with peritoneal abscess) dx skunder K565 (Other and unspecified intestinal obstruction) tindakan 1: 5411 (Exploratory laparotomy) tindakan 2 : 5459(Other lysis of peritoneal
dx utama : K351 (Acute appendicitis with peritoneal abscess) prosedur : 54.11(Exploratory laparotomy) kode inacbgs : K-1-40-I (Prosedur Sistem pencernaan lainlain ringan ) Biaya : Rp 8.043.107
Diagnosa seharusnya K351, karena ada Jika diresume medis atau di penunjang lainnya ( Appendik pus 15cc saat di lakukan Operasi, misal : foto appendik) tertera ada perlengketan di Diagnosa Sekundernya tidak perlu di intestinal maka diagnosa K565 (Other and entri karena sudah di inclued dengan unspecified intestinal obstruction) sesuai. diangnosa utamanya Prosedur 54.11 (Explorasi Laparatomy ) Kode Inacbgs K1-40-I (Prosedur Sistem pencernaan lainlain ringan )
339 UPCODING
Pasien RITL masuk dengan appendicit is akut tanpa gejala penyulit dan komplikasi dan kemudian dilakukan operasi appendectomy ditagihkan dengan tindakan 45.79 (other partial excision of large intestine). Biaya Rp.13.219.681
Melakukan konfirmasi ke koder bahwa kode yang sesuai untuk tindakannya adalah 47.09 (Other appendectomy). Biaya 2.880.804
Pada laporan operasi dialkukan tindakan Verifikator melihat pada laporan operasi dan appendectomy resume medis
340 UPCODING
Pasien dengan diagnosa Appendicit is acute Untuk kasus appendik acute dilakukan dilakukan tindakan Appendiktomi dan di laporan tindakan apendektomy. Biaya Rp 3.183.760 operasi dengan prosedur di entrykan other lysis of peritoneal adhesion
341 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus appendiksitis akut + gastritis. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: K29.7 gastritis unspecified Diagnosa sekunder: K359 acute appendicitis unspecified Tindakan : 88.76 (diagnostic ultrasound of abdomen and retroperitoneum). 4 7.09 ( other appendectomy ) Group CBGs: K-1-13-II prosedur appendik sedang Biaya Rp 6.050.999
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: K35.9 (acute appendicitis unspecified) Diagnosa sekunder: K29.7 gastritis unspecified Tindakan : 47.09 (other appendectomy). 88.76 (diagnostic ultrasound of abdomen and retroperitoneum). Group CBGs: K-1-13-I prosedur appendik ringan Biaya: Rp 3.446.777
342 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus Appendicit is akut dengan diagnosa komplikasi peritonitis diffus. Diajukan oleh RS sebagai berikut : Diagnosa Utama : K35.1 Acute appendicitis with peritoneal abscess. Diagnosa sekunder: K65.0 Acute peritonitis,. Tindakan: 54.19 Other laparotomy. Group CBGs :K-1-40-III PROSEDUR SISTEM PENCERNAAN LAIN-LAIN (BERAT). Biaya Rp 14.211.748,00
Sesuai kaidah koding Diagnosa Utama : Sesuai kaidah koding ICD 10 kode K35.1 Acute appendicitis with peritoneal K65.0 acute peritonitis dipergunakan abscess, Diagnosa sekunder: K35.0 Acute untuk kasus peritonitis akut tetapi tidak appendicitis with generalized peritonitis. dapat dipergunakan untuk peritonitis Tindakan: Tindakan: 54.19 Other laparotomy. dengan atau diikuti oleh appendicitis Group CBGs : K-1-40-I PROSEDUR SISTEM PENCERNAAN LAIN-LAIN (RINGAN). biaya Rp 6.987.907,00
TIPE
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Appendik
Seharusnya untuk kasus appendik acute tidak disertakan prosedure peritoneal adhesion yang membuat biaya lebih tinggi
1. Verifikator memeriksa kembali pada resume Appendik medis apakah ada indikasi dilakukan lysis of peritoneal adhesion, jika tidak ada maka tidak dikode 2. Untuk kasus ini tidak sinkro antara diagnosa dengan prosedur 3. kode yang tepat untuk tindakan Appendictomy adalah 47.09 Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- Analisa kasus sudah tepat apabila memang kode Appendik 10 Tindakan/Prosedur seharusnya K35.9 digunakan sebagai diagnosis primer jika relevan dengan diagnosis utama. kode ada tindakan 47.09 K35.9 digunakan sebagai diagnosis primer jika ada tindakan 47.09
1. Sesuai kaidah koding ICD 10 kode K65.0 Appendik acute peritonitis dipergunakan untuk kasus peritonitis akut tetapi tidak dapat dipergunakan untuk peritonitis dengan atau diikuti oleh appendicitis 2. kode untuk kasus appendicitis peritonitis cukup K35.0
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
343 UPCODING
Pasien RITL masuk dengan kasus Appendicit is Akut, namun ditagihkan oleh Pihak RS sebagai Appendicitis + Peritonitis dengan rincian sebagai berikut : Diagnosa utama: K35.0 Acute Appendicitis with generalized peritonitis Tindakan : 54.11 Exploratory Laparotomy Group CBGs: K-1-40-I Prosedur Sistem Pencernaan Lain-lain Ringan Biaya Rp 6.627.467
Sesuai kaidah koding dan hasil Verifikasi pada Rekam Medis Diagnosa utama: K35.0 Acute Appendicitis,Unspesified Tindakan : 47.09 Other Appendektomy Group CBGs: K-1-13-I Prosedur Appendik Ringan Biaya: Rp 3.183.760
344 UPCODING
Pasien bayi dengan kasus asfiksia yang dia jukan diagnosa P02.7 tidak bisa ditagihkan, oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: asfiksia sebelum muncul permenkes, RS tidak mau sedang (P21.1) Diagnosa sekunder: newborn merubah karena dari aturan NCC affected by chorioamnioniti (P02.7) . CBG P-8-08- memperbolehkan. Jika diagnosa P02.7 tidak III Rp 7.294.521,dientrykan, maka P-8-08-I Rp 3.174.848
345 UPCODING
Pasien datang post KLL dengan CKS dengan keluhan sakit kepala dan pusing (berputar), hasil pemeriksaan CT Scan ditemukan perdarahan pidural temporal sinistra dan perdarahan intracerebral lobus frontalis serta odema cerebri. Diagnosa utama : Vertigo of central origin (H814). Diagnosa sekunder : Other specified injuries of head (S089), intracranial haemoragie (I629). Biaya : Rp. 3.576.981
346 UPCODING
Pasien RITL dengan dia gnosa yang tertulis pada resume medis dyspepsia + DHF, diajukan oleh pihak RS : D. utama dyspepsia (K30), d. sekunder Dengue Haemorrhage fever (A91). Group CBGs : K-4-18-III, Diagnosis sistem Pencernaan lain-lain (berat), tarif 7.224.796
347 UPCODING
- dia re+vol depletion+DHF thypoid fever+DHF : sl Tergantung hasil penelusuran Rekam Medis, 3, sering hanya demam dan mual saja sudah jika tidak ada data pendukung Tiphoid Fever disebut Tiphoid Fever tanpa hasil lab/ pemeriksaan atau DHF, maka tidak perlu dikoding sebagai penunjang. DS
ANALISA VERIFIKATOR Pasien dengan diagnosa Apendiksitis+Peritonitis tindakan operasinya Laparatomy Explorasi, jika hanya diagnosa Apedeksitis Akut maka tindakannya adalah Apendektomi tanpa Laparatomi.
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder, Appendik memastikan apakah ada kondisi peritonitis 2. Jika memang ada kondisi peritonitis maka bisa ditambahkan tindakan laparatomy eksplorasi jika memang dilakukan.
1. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP Asfiksia melalui lembar konfirmasi dan melihat pada resume medis apakah memang benar tertera diagnosa sekunder newborn affected by chorioamnioniti 2. Pada kasus ini, kode P02.7 bisa digunakan sebagai diagnosa sekunder karena bayi ada kelainan Sesuai kaidah koding, diagnosa utama : Sesuai kaidah koding, diagnosa utama : berdasarkan hasil CT scan maka kodefikasi yang CT Scan Intracranial haemoragie (I629) dengan kasus Intracranial haemoragie (I629) dengan tepat adalah sekunder : S098 (Other spesifiec injuri of kasus sekunder : S098 (Other spesifiec DU : S06.4 ( Epidural haemorage) head) dan kode H814 merupakan gejala injuri of head) dan kode H814 menurut ICD 10, kode untuk Traumatic sympomatis dengan kasus post KLL merupakan gejala sympomatis dengan Intracranial Haemoragre adalah S06 sehingga tidak dikoding. Biaya : 2.805.498 kasus post KLL sehingga tidak dikoding.
Diagnosa utama tidak signifikan dibandingkan diagnosa sekundernya, sesuai kaidah koding d. utama DHF (A91), d. sekunder Dyspepsia (K30). Group CBGs : A-4-13-I dengan tarif 2.744.624. Pihak RS sudah melakukan konfirmasi kepada dokter penanggung jawab akan tetapi dokter tetap mengacu pada dyspepsia sbg diagnosa utama.
Permenkes 27/2014 : Untuk bayi lahir dipengaruhi oleh faktor ibunya yaitu komplikasi saat hamil dan melahirkan dapat digunakan kode P00-P04 tetapi yang dapat diklaimkan hanya yang menggunakan kode P03.0 – P03.6
Pasien masuk dengan gejala nyeri ulu hati, demam, gusi berdarah, nilai trombosit dibawah normal (5000),LOS 2 hari pasien dirujuk untuk mendapatkan transfusi (salah satu kriteria penetapan diagnosa utama adalah yg paling banyak menggunakan sumber daya). Selain itu dengan kasus yg sama, pasien yg berbeda, LOS 2 hari pasien pulang dinyatakan sembuh
1. Penentuan diagnosa didasarkan pada Dengue Hemorrhagic diagnosa yang tertera di resume medis Fever 2. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait diagnosa yang menyerap sumber daya terbesar
Melakukan koorodinasi dan konfirmasi dengan manajemen RS dan dokter penanggung jawab agar DS yang dimasukkan didikung dengan data/ pemeriksaan penunjang yang dilakukan.
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP Dengue Hemorrhagic terkait dengan diagnosa DHF thypoid dan melihat Fever kembali pada rekam medis apakah diagnosa tersebut tercantum, jika tercantum maka bisa dimasukan kodenya. 2. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa yang menyerap sumber daya banyak, maka diagnosa tersebut yang dijadikan diagnosa utama. 3. Diagnosa akhir ditegakkan pada akhir perawatan pasien
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI Tergantung hasil penelusuran Rekam Medis , jika tidak ada data pendukung baik pemeriksaan maupun terapi, maka DS HHD tidak perlu dikoding
ANALISA VERIFIKATOR Potensi kerugian dapat meningkatkan severity dan peningkatan biaya untuk setiap kasus hingga 1 juta. Untuk peberian diagnosa harusnya ada pemeriksaan lebih lanjut dan diikuti dengan pemberian terapinya
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
348 UPCODING
- DHF+HHD langsung meningkat tajam levelnya
Pada kasus ini diagnosa HHD dikode I11.9 sebagai diagnosa sekunder tidak meningkatkan severity level.
Dengue Hemorrhagic Fever
349 UPCODING
9. Kasus RITL dgn kasus typhoid (A01.0) dan Apabila pasien masuk RS dengan gejala lebih komplikasi DHF (A91)/diare(A09)/trombositopeni mengarah DHF seharusnya DHF yang oleh RS dx primer typhoid sehingga meningkatkan menjadi diagnosa utama dan Thypoid derajat keparahan saverity lavel III Group CBGs: A- menjadi diagnosa sekunder. Group CBGs A-44-14-III..5.724.394 13-III..3.965.361
Diagnosa utama adalah diagnosa yang tertera pada resume medis dan menghabiskan sumber daya terbesar
Dengue Hemorrhagic Fever
350 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan vomit us mepunyai rawayat DM dan Efusi Fleura diajukan Rs sbb: Dignosa utama : E116 (Non-Insulin-dependentmelitus with other spesified complications) Diganosa sekunder : J90 (pleura Effusion,not elsewhewr claasified) Tindakan : 3393 (puncture of lung) Biaya Rp.41.881.755
sesuai kaidah koding Diagnosa utama : J90 (Pleura effusion, not elsewhere classified) diagnosa sekunder : E116 Tindakan : 3393 (puncture of lung)
351 UPCODING
Pasien masuk dengan sesak 2 hari, DM dan TB. Diagnosa yang diajukan RS : DU :I219 acute m yocardial infraction. DS : E149 unspec diabetes melitus without complications B909 Sequele of respiratory and unspec TB, Biaya RP 4.407.824
Sesuai kaidah coding diagnosa I259 Chronic sesuai resume medis pasien diagnosa ischaemic heart disease Grup INACBG I-4-16- akhir CAD dengan hasil EKG iskemik I Atherosklerosis ringan. Biaya Rp 2,352,566 anterior
352 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: E102 Insulin -dependent diabetes melitus with renal complication+B1 Diagnosa sekunder: N189 (Chronic Renal Failure)
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: E112 Non.Insulindependent melitus with renal complication Biaya: Rp 2.617.779
Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- 1. dilihat kembali apakah pasien adalah pasien Diabetes Melitus 10 kode E112 digunakan sebagai DM IDDM atau NIDDM diagnosis utama ,harena sudah jadi satu 2. jika pasien terbukti IDDM maka koding menjadi diagnosa yang sama dengan E102 dan E10.9 N189 3. diagnosa sekundernya adalah N18.9
353 UPCODING
Pasien datang dengan hiperglikemia dengan gds 312 grDl. Dengan koplikasi selama perawatan HT, ISPA, Arhritis, GE dan mendapatkan terapi injeksi insulin. Pada kasus ini diberlakukan pengkodean diagnosa utama I10 (Hipertensi) dengan sekunder E138 (DM Komplikasi), Vertigo (H814), Ispa (J00), Arthritis (M1399) dan GE (A09) dengan kode prosedur injeksi insulin ( 9917). Biaya yang timbul 6.096.614,-
Seuai aturan koding pengkodean dirubah dengan diagnosa utama : DM Komlikasi (E138), dengan diagnosa sekunder HT (I10), ISPA (J00), Artritis (M1399), dan GE (A09) dengan prosedur injeksi insulin (9917). Biaya : 2.744.529,-
Seuai aturan koding pengkodean dirubah dengan diagnosa utama : DM Komlikasi (E138), dengan diagnosa sekunder HT (I10), ISPA (J00), Artritis (M1399), dan GE (A09) dengan prosedur injeksi insulin (9917)
354 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus Gangren diabeticum ditagihkan oleh RS dengan kode : Diabetes melitus type II dengan komplikasi lain (E11.6) sebagai diagnosa utama dan Gangren (R02) sebagai diagnosa sekunder dengan tarif Rp. 6.000.438
Seharusnya kode bisa disatukan menjadi Non- Sesuai PerMenKes No.27 dan Kaidah insulin-dependent diabetes mellitus with Koding,termaksud dalam kode creep peripheral circulatory complications (E11.5) seharusnya dikode mejadi satu dengan tarif Rp 5.552.325,00
Sesuai kaidah koding untuk tindakan Merujuk pada ICD 10 maka , verifikasi sudah Diabetes Melitus /Prosedur seharusmnya relevan dengan benar namun diagnosa sekundernya adalah diagnosa utama E14.9 karena tidak disebutkan secara spesifik DM tipe apa.
1. Merujuk pada hasil resume medis , maka diagnosa akhir adalah CAD (I25.1 Atheroscelerotic Heart Disease termasuk coronary (artery) : Atheroma, Atherosclerosis, disease, sclerosis) TB paru kecuali dinyatakan lain dikoding dengan A16.2 dan DM (E14.9) 2. untuk penetapan I21.9 acute myocardial infraction harus ditelusuri dasar penetapannya.
1. Dilihat kembali pada diagnosa mana yang menyerap banyak sumber daya selama episode perawatan.
Diabetes Melitus
Diabetes Melitus
1. Analisa kasus verifikator sudah sesuai , apabila Diabetes Melitus ada 2/ 3 kondisi yang berhubungan bisa dijadikan satu 2. pada kasus ini kode yang tepat adalah IE11.5
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
355 UPCODING
Pasien dengan diagnosa Gangrene dan DM ditagihkan dengan kode R02 (Gangrene, not elsewhere classified) sebagai diagnosa utama dan E11.8 (Non-insulin-dependent diabetes mellitus With unspecified complications) sebagai diagnosa kedua dengan tarif Rp. 4.449.092
Seharusnya kode bisa disatukan menjadi Non- Sesuai PerMenKes No.27 dan Kaidah insulin-dependent diabetes mellitus with Koding,termaksud dalam kode creep peripheral circulatory complications (E11.5) seharusnya dikode mejadi satu dengan tarif Rp 3.104.245
1. Analisa kasus verifikator sudah sesuai , apabila Diabetes Melitus ada 2/ 3 kondisi yang berhubungan bisa dijadikan satu 2. pada kasus ini kode yang tepat adalah IE11.5
356 UPCODING
pasien DM dengan ulkus dikoding Du : DM dan Ds : ulcer seharusnya cukup 1 kode DM dengan poin 5 misal Du : E14.5 ; DS:L97 tarif INA-CBGs Rp.6,228,729 Pasien RITL dengan kasus DM gangrene. Diajukan RS sebagai berikut: DU: E11.5 DS: A41.9 Tindakan: 84.15 Group CBGs: M-1-02-III Prosedur amputasi berat Biaya Rp. 29.330.807
Sesuai kaidah koding DM dengan Ulkus hanya E14.5
Pada kasus ini verifikasi sudah tepat, bahwa untuk diagnosa DM dengan komplikasi ulcer dikode dengan E14.5
Diabetes Melitus
Sesuai hasil penelusuran setelah dilakukan Membandingkan hasil lab sebelum dan amputasi, tanda tanda untuk sepsis (terutama setelah dilakukan amputasi mengalami hasil lab leukosit) membaik. Infeksi perbedaan. Bukan sebagai sepsis tetapi dikarenakan adanya gangrene. DU: E11.5 infeksi. DS: A49.9 Tindakan: 84.15 Group CBGs: M-102-I Prosedur amputasi ringan Biaya Rp. 12.739.171
Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait kondisi sepsis berdasarkan hasil laboraorium , apakah mengarah ke sepsis atau hanya infeksi
Diabetes Melitus
358 UPCODING
Pasien RITL dengan kasus Kesadaran menurun, Hypoglycaemia ec DM tipe II, Electrolyte imbalance ec hypokalemia, NHS Thrid Attack. Diajukan Oleh RS : Diagnosa Utama : R40.2 (Coma, unspecified) Diagnosa Sekunder : E16.2 (Hypoglicaemia, unspecified), E87.8 (Other disorder of electrolyte and fluid balance, not elsewhere classified), I64 (Stroke, not specified as haemorrhage or infarction), E11.9 (Non-insulin-dependent diabetes mellitus whitout complications)
Diagnosa Utama : R40.2 (Coma, unspecified) Kode E16.2 tidak disetujui karena hasil Diagnosa Sekunder : E87.8 (Other disorder lab tidak mendukung untuk didiagnosa of electrolyte and fluid balance, not elsewhere Hypogclycemia classified), I64 (Stroke, not specified as haemorrhage or infarction), E11.9 (Noninsulin-dependent diabetes mellitus whitout complications)
1. Kode R40.2 (coma) tidak bisa digunakan terpisah jika pasien menderita DM tipe II. Seharusnya kodenya adalah E11.0 sebagai diagnosa utama. 2. Jika DM dengan hipoglikemia, maka kodenya tetap E11.0 sebagai diagnosa utama
Diabetes Melitus
359 UPCODING
Pasien anak masuk RITL dengan diagnosa kelu ar Verifikator konfirmasi dengan coder dan diare. Oleh RS coding dengan code diare + kurang dokter yang merawat dan ditagihkan sesuai gizi tagihan RS
Untuk diagnosa sekunder diberikan kurang gizi tetapi tidak ada keterangan dari ahli gizi dan terapi dari ahli gizi sehingga diagnosa sekunder (kurang gizi) menaikan tarif (menjadi SL 3)
1. Malnutrisi atau kurang gizi harus ditentukan sesuai dengan standar atau kriteria malnutrisi yang ditetapkan oleh RS dan kondisi ini harus dicantumkan di dalam resume medis
Diare
360 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus Dyspepsia. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: K30 Dyspepsia . Diagnosa sekunder: B51.9 Plasmodium vivax malaria without complication. Tindakan :99.18 Injection or infusion of electrolytes. Group CBGs: K-4-18-II DIAGNOSIS SISTEM PENCERNAAN LAIN-LAIN (SEDANG) biaya: Rp 6.047.172
Sesuai kaidah koding dalam menetukan diagnosa utama adalah diagnosa yang paling banyak menggunakan sumber daya atau hari rawatan paling lama.
Agar verifikator melakukan konfirmasi kepada Coder, memastikan kembali resources RS yang digunakan paling banyak. Diagnosa utama disepakati sebagai diagnosa yang paling banyak menghabiskan resources.
Dispepsia
357
UPCODING
Sesuai kaidah koding Diagnosa Utama: B51.9 Plasmodium vivax malaria without complication. . Diagnosa sekunder: K30 Dyspepsia. Group CBGs: A-414-I PENYAKIT INFEKSI BAKTERI DAN PARASIT LAIN-LAIN RINGAN) Biaya: Rp. 4.024.087
jika hanya dikoding E14.5 tarif INACBGs keluar Rp.4,345,943
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
KASUS
VERIFIKASI
361 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus Dyspepsia. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: K30 Dyspepsia . Diagnosa sekunder: B51.9 Plasmodium vivax malaria without complication. Tindakan :99.18 Injection or infusion of electrolytes. Group CBGs: K-4-18-II DIAGNOSIS SISTEM PENCERNAAN LAIN-LAIN (SEDANG) biaya: Rp 6.047.172
Sesuai kaidah koding Diagnosa Utama: B51.9 Plasmodium vivax malaria without complication. . Diagnosa sekunder: K30 Dyspepsia. Group CBGs: A-414-I PENYAKIT INFEKSI BAKTERI DAN PARASIT LAIN-LAIN RINGAN) Biaya: Rp. 4.024.087
Sesuai kaidah koding dalam menetukan diagnosa utama adalah diagnosa yang paling banyak menggunakan sumber daya atau hari rawatan paling lama.
Agar verifikator melakukan konfirmasi kepada Coder, memastikan kembali resources RS yang digunakan paling banyak. Diagnosa utama disepakati sebagai diagnosa yang paling banyak menghabiskan resources.
362 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa Utama K30 Dyspepsia dan Diagnosa Sekunder: R160 Hepatomegaly
Gejala Dyspepsia sudah menjadi patofisiologis dari diagnosa Hepatomegaly
dengan melihat MR pasien dan kronologis pasien sesuai SPM
Hepatomegaly merupakan gejala sehingga tidak Dispepsia bisa dijadikan sebagai diagnosa utama kalo ada diagnosa lain yang lebih tepat(pada ICD 10 gejala masuk dalam kelompok kodefikasi R)
363 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus dyspepsia. Sesuai kaidah koding Diajukan oleh oleh RS sbb: Diagnosa utama: Diagnosa Utama: K92.0 Haenatenesis. K92.0 Haematemesis. Diagnosa sekunder: D64.9 Diagnosa sekunder: E12.8 Malnutrition Anaemia, unspecified, K30 Dyspepsia, E11.9 Non- related diabetes mellitus with unspecified insulin-dependent diabetes mellitus without complications. Group CBGs: K-4-18-II complications, E43 Unspecified severe proteinDIAGNOSIS SISTEM PENCERNAAN LAINenergy malnutrition.Group CBGs: K-4-18-III LAIN (SEDANG) Biaya: Rp. 6.047.172 DIAGNOSIS SISTEM PENCERNAAN LAIN-LAIN (BERAT), Biaya: Rp. 7.418.126
Sesuai kaidah koding Apabila ada dua kondisi atau kondisi utama dan sekunder yang berkaitan dapat digambarkan dengan satu kode.
1. Untuk kriteria pasien dengan kondisi malnutrisi Dispepsia berat dilihat pada kriteria klinis malnutrisi. 2. untuk penegakan diagnosa Malnutrition-related diabetes mellitus with unspecified complications adalah kewenangan DPJP
364 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kelu han panas dingin Sesuai kaidah koding menggigil, pusing, demam, riwayat malaria. Diagnosa utama: B51.9 Plasmodium Vivax Diajukan oleh RS sebagai berikut: Malaria Without Complication. Diagnosa Diagnosa utama: K30 Dyspepsia Sekunder: J45.0 Predominantly Allergic Diagnosa sekunder: B51.9 Plasmodium Vivax Asthma. K30 Dyspepsia Malaria Without Complication. J45.0 Predominantly Group CBGs: A-4-14-I Penyakit Infeksi Allergic Asthma Bakteri dan Parasit lain - Lain Ringan Tindakan : Biaya Rp 2.613.044 Group CBGs: K-4-18-II Diagnosis Sistem Pencernaan Lain - Lain (Sedang) Biaya Rp 3.926.735 Pasien masuk RITL dengan kasus Hepatitis A akut Sesuai kaidah koding + Dispepsia. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: B159(Hepatitis A without Diagnosa utama: K30 (dyspepsia) hepatic coma) Diagnosa sekunder: B159(Hepatitis A without Diagnosa sekunder: K30 (dyspepsia) hepatic coma) Group CBGs: K-4-18-II diagnosis sistem Group CBGs: B-4-13-I Gangguan hati selain pencernaan lain-lain (sedang) tumor, sirosis atau hepatitis alkoholik ringan Biaya Rp 5.048.206 Biaya: Rp 2.824.319
Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- Verifikator memastikan kembali pada kepada 10 kode K30 digunakan sebagai DPJP, diagnosa manakah yang menyerap lebih diagnosis sekunder , dan Malaria banyak sumber daya sebagai diagnosa primer karena sudah diketahui jenis penyakitnya.
Dispepsia
Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- 1. Verifikator konfirmasi kepada DPJP terkait 10. Diagnosis Utama harus signifikan diagnosa mana yang menyerap banyak sumber dbandingkan diagnosis sekundernya daya 2. hasil verifikasi sudah tepat
Dispepsia
Pasien RITL dirawat 3 hari dengan dxDyspepsia (K30) , Hypertensive heart disease with congestive heart failure (I110) , cardiomegaly (I517).
Seharusnya koder mengcoding sesuai dengan diagnosa diresume medis yang di tuliskan oleh dpjp : dyspepsia (K30) dan HHD (I119)
TIPE
365 UPCODING
366
UPCODING
Deskripsi diagnosis sistem pencernaan lainlain (berat). INA-CBG K-4-18-III dengan total tarif Rp. 7.224.796
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan) Dispepsia
1. Pada kasus ini verifikator melihat kembali Dispepsia diagnosa akhir yang tertera pada resume medis dan melakukan konfirmasi kepada DPJP 2. pada kasus ini seharusnya yang menjadi diagnosa utama adalah diagnosa yang menyerap banyak sumber daya
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
KASUS
VERIFIKASI
367 UPCODING
Pasien RITL , diajukan dia jukan o/RS : DU : K30 (dyspepsia) DS : J06.9 (acute upper respiratory infection) Tind : 90.59 (other microscopic examination of blood 99.18 (injection or infusion of electrolytes) INA-CBG : K-4-18-I (diag sist pencernaan lain2) Tarif : 3.057.555
Sesuai kaidah koding, maka : DU : J06.9 (acute upper respiratory infection) DS : K30 (dyspepsia) Tind : 90.59 (other m icroscopic examination of blood 99.18 (injection or infusion of electrolytes) INA-CBG : K-4-18-I (diag sist pencernaan lain2) Tarif : 1.957.555
368
TIPE
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Pada resume medis dx akhir : ISPA & dyspepsia, sesuai kaidah bahwa yg menjadi DU salah satu indikatornya adalah dx yg menghabiskan paling banyak sumber daya
1. Pada kasus ini verifikator melihat kembali Dispepsia diagnosa akhir yang tertera pada resume medis dan melakukan konfirmasi kepada DPJP 2. pada kasus ini seharusnya yang menjadi diagnosa utama adalah diagnosa yang menyerap banyak sumber daya
Pasien RITL dengan kasus Dyspepsia, Diagnosa Utama : K30 (Dyspepsia) Leukesitosis Tindakan : 99.18 (Injection or infusion of Diagnosa Utama : K30 (Dyspepsia) electrolytes), 90.59 (Other microscopic Diagnosa Sekunder : D72.8 (Other specified examination of blood) disorders of white blood cells) Tindakan : 99.18 (Injection or infusion of electrolytes), 90.59 (Other microscopic examination of blood) Pasien masuk RITL dengan kasus dyspepsia. Sesuai kaidah koding Diajukan oleh oleh RS sbb: Diagnosa utama: Diagnosa Utama: K92.0 Haenatenesis. K92.0 Haematemesis. Diagnosa sekunder: D64.9 Diagnosa sekunder: E12.8 Malnutrition Anaemia, unspecified, K30 Dyspepsia, E11.9 Non- related diabetes mellitus with unspecified insulin-dependent diabetes mellitus without complications. Group CBGs: K-4-18-II complications, E43 Unspecified severe proteinDIAGNOSIS SISTEM PENCERNAAN LAINenergy malnutrition.Group CBGs: K-4-18-III LAIN (SEDANG) Biaya: Rp. 6.047.172 DIAGNOSIS SISTEM PENCERNAAN LAIN-LAIN (BERAT), Biaya: Rp. 7.418.126
Diagnosa Sekunder : D72.8 (Other specified disorders of white blood cells) tidak disetujui karena hasil lab. Wbc normal
Diagnosa sekunder D72.8 tidak dapat ditambahkan jika hasil WBC nya normal.
Dispepsia
Sesuai kaidah koding Apabila ada dua kondisi atau kondisi utama dan sekunder yang berkaitan dapat digambarkan dengan satu kode.
1. Diagnosa utama: K92.0 2. Diagnosa sekunder: a. Anemia dengan kode: D53.9 b. Dispepsia kode K30 3. Dua kondisi atau kondisi utama dan sekunder yang berkaitan dapat digambarkan dengan satu kode adalah kondisi DM nya, E11.9 dengan E43 dapat digabung menjadi E12.8 Hasil akhir Gruper adalah K-4-18-II
Dispepsia
370 UPCODING
Pasien RITL masuk dengan tindakan aff DJ stent ditagihkan dengan tindakan 55.98 (Removal of mechanical kidney). Biaya Rp.13.188.528
Lihat lembar masuk IGD dengan riwayat tindakan 55.98 (Removal of mechanical kidney) pemasangan DJ Stent bebrapa bulan tidak tepat karena untuk pengangkatan DJ Stent yang lalu. tindakannya 97.64
371
Pasien masuk RITL dengan kasus Cholecystitis.diajukan oleh RS sbb: Diagnosa Utama : K819 (Cholecystitis,Unspesifed) Diagnosa sekunder: Diagnosa Anemia Diagnosa sekunder : K808 (other cholelithiasis) dibuktikan dengan hasil lab HB D648 (other specified anemias) Tindakan : 5122(Cholecystektomy) 5411 (Exploratory lapatomy) Biaya Rp. 20.439.767.
UPCODING
369 UPCODING
UPCODING
372 UPCODING 373 UPCODING
374
UPCODING
4. Px fisioterapi prosedur streching dikode excersice (93.19) Rp 247.098,Pasien RITL masuk dengan kasus gastrit is dan ada hipertensi sebagai dx utama hipertensi I159 dan sekunder gastritis K297 biaya Rp 4.497.228 Pasien masuk RITL dengan kasus cholic abdomen dan anemia, diagnosa akhir oleh DPJP adalah gastritis (K29.7). Diajukan oleh RS adalah sebagai berikut: diagnosa utama K29.0 ( Acute Haemorrhagic Gastritis) dan diagnosa sekunder D62 (acute posthaemorrhagie anemia) Group CBGs K-4-11-II Gastritis dan Ulkus Peptikum Sedang. Biaya 4.457.773,00
Melakukan konfirmasi ke koder bahwa kode yang sesuai untuk tindakannya adalah 97.69 (Removal of other device from urinary system). Biaya 2.351.062 Sesuai kaidah koding
Cek resume medis pemeriksaan Lab untuk HB normal.
code streching yang benar (93.27) Rp 158.746,Sesuai dengan resume medis diagnosa sesuai dengan data yang ada di rekam keluarnya adalah gastritis biaya Rp 2.191.365 medis maka diagnosa primernya adalah gastritis dan sekundernya adalah hipertensi sesuai dengan kaidah koding dalam ICD-10 pengkodean harus sesuai dengan diagnosa utama adalah K29.7 (gastritis) diagnosa resume medis yang dibuat biaya: Rp 2,649,065,00 oleh DPJP.
DJ Stent
Verifikator melakukan klarifikasi kepada coder, Empedu coder melakukan konfirmasi kepada DJP menggunakan lembar konfirmasi. Dalam hal tetap terjadi dispute, maka verifikator tetap menyetujui kasus ini. Selanjutnya verifikator membuat catatan dan dokumentasi ketidaksesuaian antara diagnosa sekunder dengan resume medis. Catatan ini diajukan kepada Tim Audit Medis. Code streching otot dan tendon yang tepat adalah Fisioterapi/Rehabilitasi 93.27 Medik Disesuaikan dengan diagnosa yang tercantum Gastritis/Dispepsia pada resume medik
Dasar penentuan kode diagnosa harus sesuai Gastritis/Dispepsia dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis yang dibuat oleh DPJP.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
375 UPCODING
Pasien RITL dengan dia gnosa chronic gastritis dan prosedur gastroscopy. Prosedur gastroscopy dikode dengan 4411 (transabdominal gastroscopy), dimana seharusnya kode yang digunakan adalah 4413 (other gastroscopy).
Berdasarkan hasil pemeriksaan gastroscopy yang dibuktikan dengan berkas klaim verifikasi ditemukan gastroscopy dilakukan melalui mulut, bukan melalui abdomen.
Dengan melihat hasil pemeriksaan gastroscopy pasien dan menanyakan langsung kepada pasien ybs, karena pasien merupakan karyawan RS yang memberikan pelayanan.
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP Gastritis/Dispepsia dan melihat pada resume medis terkait tindakan yang dilakukan 2. Kode tindakan disesuaikan dengan prosedur yang tertera pada resume medik
376
UPCODING
Berdasarkan resume medis, kondisi pasien lebih mengarah ke diagnosa sekunder
Seharusnya A419 (Septicaemia, unspecified) yang menjadi diagnosa utama
Diagnosa utama adalah diagnosa yang tertera pada resume medis dan menghabiskan sumber daya terbesar
377
UPCODING
Pasien masuk RITL. Dia gnosa utama K295 (Chronic gastritis, unspecified); Diagnosa sekunder: J029 (Acute pharyngitis, unspecified), A419 (Septicaemia, unspecified) KASUS GIGI PRE DAN POST OPERASI DITAGIHKAN SEBAGAI KASUS OPERASI GIGI
DITURUNKAN MENJADI KONTROL BIASA
DILIHAT DARI RINCIAN BIAYA
378 UPCODING
Pasien rutih HD stage IV mengalami penurunan kesadaran dikoding diagnosa utama Hypoglicaemia (E162), End stage renal (N180), dengan prosedur tindakan ETT (9604). Pasien meninggal. Biaya : Rp. 10.752.829,-
Koding menjadi NI80 (End stage renal) dengan tindakan pemasangan ETT (9604). Biaya : 8.137.866,-
Hipoglikemia sebagai diagnosa utama merupakan tanda gejala pasien meninggal, sehingga tidak perlu dilakukan pengkodean.
1. Kodin g dil akukan pada kasus/ tin dakan yang Gigi Mulut sudah dilakukan 2. Untuk kasus post operasi maka kodenya Z09.8 (Follow-up examination after other treatment for other conditions [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Factors influencing health status and contact with health services.]) Kodefikasi RS sudah benar dengan Ginjal/Hemodialisa memperhatikan bahwa yang paling banyak menyerap sumber daya adalah Hypoglicaemia sedangkan End stage renal sebagai penyerta
379 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus gagal ginjal. Diverifikasi diagnosa utama : N.18.9 Chronic Ditagihkan RS : diagnosa utama N.18.9 Chronic renal failure, unspecified. Grup CBG's : N-4renal failure, unspecified. Diagnosa sekunder : 10-I Tumor Ginjal & Saluran Urin & Gagal A.41.9 Septicaemia, unspecified. Group CBG's : N- Ginjal Ringan Biaya : Rp. 1.957.931,00 4-10-III Tumor Ginjal & Saluran Urin & Gagal Ginjal Berat. Biaya : Rp. 4.368.389,00
Pasien tidak dilakukan pemeriksaan darah untuk penegakan diagnosa sepsis.
untuk diagnosa septicemia disesuai dengan kriterai septicamia dan merupakan kewenangan dokter
380 UPCODING
Pasien haemodiali sa yang membutuhkan transfusi Seharusnya transfusi darah dapat dilakukan darah dijadikan pasien rawat inap pada saat pasien Haemodialisa, ditagihkan sebagai klaim RJTL pasien RITL dengan dia gnosa GGK dengan px tsb hanya membutuhkan pemasangan AV pemasangan AV SHUNT ditambahkan DS ; HT Shunt dan ANEMIA
Pasien yang membutuhkan transfusi darah seharusnya dapat ditagihkan RJTL px tsb hanya membutuhkan pemasangan AV Shunt, tanpa ada penanganan untk HT dn Anemis shrsny tanpa mencantumkn DS
Pasien haemodialisa yang membutuhkan Ginjal/Hemodialisa transfusi darah yang dirawatinapkan maka harus sesuai dengan indikasi rawat inap 1. Pada kasus ini verifikator melihat kembali Ginjal/Hemodialisa diagnosa akhir dan tindakan yang tertera pada resume medis kemudian mencocokkan dengan kode diagnosa dan melakukan konfirmasi kepada DPJP 2. Jika hanya terbukti diagnosa adalah gagal ginjal kronik dengan hipertensi maka kode diagnosa yang tepat adalah I12.0 (Hypertensive renal disease with renal failure [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Diseases of the circulatory system.] ) dengan tindakan pemasangan AV SHUNT kode yang tepat adalah 39.27-arteriovenostomy for renal dialiys (Cimino)
381
UPCODING
Gastritis/Dispepsia
Ginjal/Hemodialisa
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
382 UPCODING
Pasien masuk dgn diagnosa utama CKD ( N18.0), Ds:hyperkalaemia ( E875), anaemia ( D649), pneumonia (J189) dgn CBG’s N-4-10-III biaya Rp 8.492.917,00
Untuk diagnose Pneumonia dihapus oleh dokter spesialis paru, karena tidak ditemukan kasus tersebut, CBG”S Grouper N-4-10-I biaya Rp 3.001.693,00
383 UPCODING
Pasien rawat in ap dengan Diagnosa utama N18.0 (end stage renal disease) dan diagnosa skundernya N20.0 (calculus of kidney) sedangkan di RM R10.4 (colic abdomen) sebagai diagnosa sekundernya.
Ketidak sesuaian diagnosa sekunder antara gouper dan resume medis. diagnosa skundernya N20.0 (calculus of kidney) sedangkan di RM R10.4 (colic abdomen) sebagai diagnosa sekundernya.
3 84
* P OL I GI ZI D ITA GIH KA N S EN DIR I
MEMB ATA LKA N S EP YA NG BE RTU LIS KAN TERLIHAT DARI TOOLS RIWAYAT TUJUAN POLI GIZI PELAYANAN DI APLIKASI PEMBUATAN SEP
U PCO DIN G
Berkas klaim dikembalikan krn Tidak disertakan berkas pendukung untuk kasus pneumonia dan hrs di mintakan ttd dokter spesialis paru dulu, serta hsl lab hyperkalaemia tdk perlu dientry sbg diagnosa skunder Setelah melihat rekam medis, keluhan pasien nyeri perut dan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal. Hasil pemeriksaan foto rongent abdomen, tidak terdapat calculus atau batu di organ ginjal ataupun kandung kencing. Sedangkan di aplikasi di entri diagnosa skundernya N20.0 (calculus of kidney).
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Diagnosa dan tindakan yang ditagihkan harus sesuai dengan yang tertera di dalam resume medis.
Ginjal/Hemodialisa
1. Diagnosa dan tindakan yang dientri harus sesuai dengan yang tertera di dalam resume medis dan benar2 diberikan kepada pasien.
Ginjal/Hemodialisa
1. Verifikasi melakukan konfirmasi kepada DPJP Gizi apakah konsultasi Gizi dilakukan pada 1 hari bersamaan dengan konsultasi pada poli lain 2. konsulatasi ke poli gizi yang dilakukan pada hari yang berbeda dapat dikode Z71.3 Dietary counselling and surveillance Dietary counselling and surveillance (for): • NOS • colitis • diabetes mellitus • food allergies or intolerance • gastritis • hypercholesterolaemia • obesity [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Factors influencing health status and contact with health services.]
385 UPCODING
Pasienmasuk RITL dengankasus GBS (Guillain Diagnosautama: G 61.0 (GuillainBarre Barre Syndrom). Diajukan oleh RS sebagai Syndrome) Biaya: Rp 3.247.789,berikut: Diagnosautama: G 61.0 (Guillain Barre Syndrome) Diagnosasekunder: G 82.3 (Flaccid tetraplegia) Group CBGs: G-4-19-III (Infeksi Non BakteriSistemPersarafan ) Biaya: Rp 6.717.789,- : Biaya real RS Rp 869.137,-
Kelemahan atau kelumpuhan adalah salah satu tanda dan gejala penyakit GBS.
1. Dalam kaidah koding tidak larangan penambahan kode G82.3 pada kode G61.0
Guillain Barre Syndrom
386 UPCODING
Pasien RITL masuk dengan kasus hipertensi I159 Sesuai dengan kaidah koding hipertensi sbg dx uatama dan stroke sebagai dx sekunder dengan stroke dapat gabung namun setelah I64 biaya Rp 5.285.238 konfirmasi diagnosanya menjadi hipertensi saja biaya Rp 3.212.305 Pasien RITL masuk dengan kasus N200 sbg dx sesuai dengan data di rekam medis dx utama dan HT sebagai dx sekunder dan primernya j81 dan dx sekundernya N200 pulmonary odem j81 dx sekunder biaya Rp biaya Rp 3.795.128 8.129.532
sesuai dengan hasil konfirmasi maka data dx stroke dihapus
seharusnya stroke menjadi diagnosa utama merujuk pada sumber daya yang digunakan.
Hipertensi
Sesuai dengan hasil konfirmasi maka data dx hipertensi dihapus
dilihat kembali DPJP utama yang menangani dan Hipertensi diserahkan pada DPJP untuk menentukan diagnosa akhirnya
387 UPCODING
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
388 UPCODING
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Pasien RITL masuk dengan dx I10 Hipertensi Sesuai dengan data resume medis data sbg dx primer gastritis dx sekunder dan stroke I64 stroke tidak mendukung dan tidak boleh dx sekunder kedua biaya Rp 5.285.238 derpisah dari dx hipertensi biaya Rp 3.212.305 Pasien masuk dengan kelu han tidak dapat dx utama : I64 (Stroke, not specified as menggerakkan anggota tubuh , diagnosa utama hemorrhage or infarction)Dx skunder I10 ( I10 Essential (primary) hypertension dan diagnosa Essential (primary) hypertension) Kode Sekunder I64Stroke, not specified as hemorrhage inacbgs G-4-15-I dengan Biaya Rp 3.335.677 or infarction kode inacbgs I-4-17-III ( HIPERTENSI BERAT ) dengan biaya RP. 7.421.333
sesuai dengan hasil konfirmasi maka dx seharusnya stroke menjadi diagnosa utama stroke dihapuskan merujuk pada sumber daya yang digunakan. Diagnosa hipertensi boleh dijadikan diagnosa sekunder Sesuai dengan rekam medis paien 1. analisa verifikator sudah tepat, verifikator masuk seharusnya diagnosa utama melakukan edukasi kepada koder utama adalah I64 karena penyebab 2. sesuai dengan kaidah ICD 10 ,hipertensi pasien masuk rumah sakit karena Stoke masuk dalam kelompok komorbiditi nya, dan hipertensi adalah riwayat penyakit terdahulu
Hipertensi
390 UPCODING
pasien RITL dengan riw ayat Hipertensi, di resume seharusny diajukan sebagai pasien HT tertera td 140/90 tapi di ajukan dengan diagnosa HHF (hipertensi heart failur) drngan tarif RP. 10.416.088
diagnosa yang diajukan seharusnya sesuai dengan data yang ada
1. Pada kasus ini verifikator melihat kembali diagnosa akhir yang tertera pada resume medis kemudian mencocokkan dengan kode diagnosa dan melakukan konfirmasi kepada DPJP 2. Jika hanya terbukti hanya diagnosa hipertensi maka kode yang tepat adalah I10
Hipertensi
391 UPCODING
Pasien masuk RITL. Diagnosa Utama: G819 Diagnosa utama tidak signifikan dibandingkan (Hemiplegi, unspecified); Diagnosa sekunder: I64 dengan diagnosa sekunder (Stroke, not specified as aemorrhage or infarction), I10 (Essential hypertention), E785 (Hyperlipidemia, unspecified)
Seharusnya I64 (Stroke, not specified as haemorrhage or infarction) yang menjadi diagnosa primer dengan G819 (Hemiplegi, unspecified) sebagai diagnosa sekunder
Pada kasus ini, yang menjadi resouces terbesar adalah stoke maka yang menjadi diagnosa utama. Hemiplegi, hipertensi dan hiperlipidemia menjadi diagnosa sekunder
Hipertensi
392 UPCODING
Bayi yang la hir dir umah sakit dengan air ketuban hijau dan afgar score 8/9 dokter mendiagnosa Infected baby dengan alasan air ketuban hijau merupakan faktor predisposisi atau resiko terjadinya Infected baby. Namun pada catatan medis rumah sakit tidak ada keterangan yang menyatakan bahwa bayi tersebut mengalami air ketuban hijau atau Korioamnionnitis tetapi pihak Rumah Sakit menagihkan klaim tersebut sebagai Infected baby.
Bayi tersebut seharusnya dapat didiagnosa sebagai bayi sehat, karena air ketuban hijau merupakan faktor resiko dan bukan faktor penyebab penyakit infected baby. Pada Catatan medis juga tidak terdapat keterangan yang mengatakan pasien menderita air ketuban hijau
1. Semua penyakit yang diderita oleh bayi ybs harus tertera di dalam resume medis 2. Jika terdapt ketidaksesuaian antara resume medis dengan catatn medis yang lain, maka verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP. 3. Verifikator dapat mecatat kasus ini dan melaporkan kepada Tim Audit Medis.
Infeksi
393 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus HHD, CRF dan Sesuai Kaidah koding apabila ada dua kondisi i500 dan N190 dapat menggunakan satu Merujuk pada ICD 10 maka sebagai kode utama : Jantung Hyperuricemia. Diajukan oleh RS dengan DU : utama dan sekunder yang berkaitan maka kode yaitu I132 I13.2 dan kode sekunder E79.0 (analisa kasus i500 (CHF) dan DS : N19(CRF) , dalam ICD 10 harus menggunakan satu kode sudah benar) E790(Hyperuricemia). Biaya : 10.509.833
394 UPCODING
Pasien masuk dengan kelu han chest pain diagnosa RS : diagnosa utama I210 Acute transmural myocardial infraction of anterioi wall. Diagnosa sekunder D64.9 anemia N29 late syphilis kidney. Grup INACBG I-4-10-II Infark myokard sedang. Biaya : Rp.6,385,485
389 UPCODING
Hasil verfikasi rata-rata biaya ina cbg's untuk infected baby diantara Rp. 3.000.000 Rp.5.000.000,-
sesuai dengan kaidah koding diagnosa utama : I25.2 Old myocardial infraction diagnosa sekunder : N189 CRF, D638 Anaemia in other chronic diseases classified elsw (untuk anemia kasus kronik) Grup INACBG I-4-16-II Atherosklerosis sedang, Biaya Rp.3,659,916
sesuai resume medis diagnosa akhir OMI dengan hasil EKG sinus aritmia, CKD STAGE III N/C 160/2,8, anemia ditunjukkan dgn hb 7,5 transfusi prc 4 kolf
Hipertensi
1. Kodifikasi mengacu pada resume medis ( Jantung verifikasi sudah tepat) 2. hasil EKG sinus aritmia merupakan pembuktian dari diagnosa Old myocardial infraction
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
395 UPCODING
396 UPCODING
397 UPCODING
398 UPCODING
3 99
U PC OD IN G
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Pasien masuk dengan nyeri dada , riwayat darah tinggi, nyeri ulu hati, RS mengajukan diagnosa utama I10 Essential primary hipertension, diagnosa sekunder A160 Tuberculosis of lung, K30 Dyspepsia. Grup INACBG I-4-17-II Hipertensi sedang dengan biaya RP. 4,354,725 Pasien Menderita Hipertensi, CHF dan Gagal Ginjal Kronik. Diagnosa dikoding secara terpisah, dengan diagnosa utama CHf (I50.0), Hipertensi (I11.9), dan GGK (N18.9) sebagai diagnosa sekunder dengan tarif Rp. 10.541.081
Diagnosa yang tidak ditunjukkan dengan pemeriksaan penunjang dan tidak terlampir di resume tidak bisa ditegakkan sebagai diagnosa utama atau sekunder. Diagnosa utama : I10 diagnosa sekunder K30 Grup InaCBG I-4-17-I Biaya Rp. 3,212,305
sesuai hasil medical record dan resume medis pasien untuk diagnosa TB tidak ada dalam rekam medis dan tidak ditunjukkan dengan pemeriksaan penunjang RO maupun riwayat terapi pasien
Dasar utama penetapan diagnosa utama dan Jantung sekunder adalah diagnosa yang tertera pada resume medis kecuali jika ditemukan kejanggalan maka dapat dilihat pada hasil pemeriksaan penunjang.
Seharusnya kode bisa disatukan menjadi Hypertention renal disease with congestive heart failure (I13.0) dengan tarif Rp. 7.385.989
Sesuai PerMenKes No.27 dan Kaidah Koding,termaksud dalam kode creep seharusnya dikode menjadi satu
1. Analisa kasus verifikator sudah sesuai , apabila Jantung ada 2/ 3 kondisi yang berhubungan bisa dijadikan satu 2. pada kasus ini kode yang tepat adalah I13.0
Peserta RJTL TGL 05/08/2014 Kontrol ulang dengan dx CHf di entri dengan koding I500 (chf) bukan kode Z 099 (follow up examination after unspecitied tretment for other conditions )dengan biaya Rp. 326.927 Pasien masuk RITL dengan rencana tindakan kateterisasi jantung. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: I10 (essential primary hypertension) Diagnosa sekunder: I21.1 (acute transmural myocardial infarc inferior wall); E78.2 (mixed hyperlipidemia) Tindakan : 88.55 (coronary angiography using single catheter) Group CBGs:I-1-15-III Prosedur kateterisasi jantung berat Biaya Rp 25.594.219,00 P as ie n m as uk R IT L Diagnosa utama: I2.19 - Acute myocardial infarction, unspecified Diagnosa sekunder : A09 Diarrhoea and gastroenteritis of presumed infectious origin K808 E114 - Non-insulindependent diabetes mellitus with neuro comps J189 - Pneumonia, unspecified D649 - Anaemia, unspecified Tindakan 87.44 89.52 49.51 39.95 93.96 88.76 Biaya Rp 15.947.874
Pasien hanya dibayarkan biaya dengan diagnosa kode Z sebesar Rp 166.839
Sesuai dengan kaidah koding di Analisa kasus sudah tepat apabila memang Jantung Permenkes No 27 tahuan 2014 untuk pasien kontrol ulang dengan diagnosa yang sama diagnosa kontrol ulang kode ICD10 yang dipakai adalah Z099
Reseleksi klaim, namun RS tidak bersedia melakukan revisi klaim
Reseleksi klaim menjadi sebagai berikut: Diagnosa utama: I21.1 (acute transmural myocardial infarc inferior wall) Diagnosa sekunder: I10 (essential primary hypertension); E78.2 (mixed hyperlipidemia) Tindakan : 88.55 (coronary angiography using single catheter) Group CBGs:I-1-15-I Prosedur kateterisasi jantung ringan Biaya Rp 8.691.878,00
1. Penentuan diagnosa didasarkan pada Jantung diagnosa yang tertera di resume medis 2. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait diagnosa yang menyerap sumber daya terbesar
Sesuai resume medis Diagnosa utama: N189 - Chronic renal failure, unspecified Diagnosa sekunder :A09 - Diarrhoea and gastroenteritis of presumed infectious origin K808 E114 - Noninsulin-dependent diabetes mellitus with neuro comps J189 - Pneumonia, unspecified D649 - Anaemia, unspecified Tindakan 87.44 89.52 49.51 39.95 93.96 88.76 Biaya Rp 9.908.403
Berdasarkan berkas dan resume medis dijelaskan bahwa pasien masuk dikarenakan Hd cito. Dikarenakan di rs perujuk tidak ada hemodialisa.
Pada kasus ini verifikator melihat kembali diagnosa akhir yang tertera pada resume medis kemudian mencocokkan dengan kode diagnosa dan melakukan konfirmasi kepada DPJP
Jantung
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
400 UPCODING
Pasien dirawat inap dengan diagnosa CHF dir awat selama 6 hari, hasil laboratorium ureum, creatinin, Natrium, kalium, clorida normal, pada INA CBG's dientry pemeriksaan EKG dan RO ditagihkan dengan kode diagnosa hasil grouping I-4-12-III biaya Rp. 7.518.759
401 UPCODING
Pasien Ny.Y dirawat dengan Angin a pectoris I20.9, sesuai dengan Kaidah koding Diagnosa hipertensi I10, dan Diabetes Militus tipe 2 E11.9 Utama adalah Hypertensive heart disease dengan Los 5 hari biaya inacbgs Rp.4.549.724,without (congestive) heart failure dengan kode I11.9 Diagnosa Sekunder - Non-insulindepend diabetes mellitus without complication dengan kode E11.9
402 UPCODING
1. Px jantung dia jukan RS dengan dx utama : DC/Heart diasease (dx tidak spesifik sbg dx primer) (I 51.9), dx sekunder AF (I 48) grouper I-424-II RS tipe C Rp 8.809.931,- sedangkan riil Rp 3.712.000,5. Px fisioterapi prosedur manipulasi (reposis i) dikode cardiac retraining (93.36) Rp 247.098,Peserta dij adwalk an atau direncanakan dila kukan pemeriksaan penunjang diagnostik Echokardiografi. Peserta merupakan pasien kontrol RS. Tetapi oleh pihak RS, peserta diberikan pengantar untuk rawat inap
403 UPCODING 404 UPCODING
Pasien MRS dengan keluhan sesak, kaki bengkak dan lemas dilakukan pemeriksaan labor ureum, creatinin, Natrium, kalium, clorida hasil normal tidak ada bukti tindakan EKG, RONGENT dan tidak tertuliskan di lembar catatan riwayat medik pasien (tidak lengkap) sebagai bukti pembayaran, diagnosa akhir dokter adalah Dyspepsia seharusnya koding grouping K-4-18-II biaya Rp. 5.354.157
ANALISA VERIFIKATOR
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Pasien dengan diagnosa CHF diagnosa ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala yang dikeluhkan ataupun yang terlihat langsung saat dilakukan pemeriksaan. Untuk memperkuat diagnosa, dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan, misalnya ; 1. Pemeriksaan fisik, adanya denyut nadi yang lemah dan cepat, tekanan darah menurun, bunyi jantung abnormal, pembesaran jantung, pembengkakan vena leher, cairan di dalam paru-paru, pembesaran hati, penambahan berat badan yang cepat, pembengkakan perut atau tungkai. 2. Pemeriksaan Rontgen atau X-ray (rontgent), pada bagian dada bisa menunjukkan adanya pembesaran jantung dan pengumpulan cairan di dalam paru-paru. 3. Pemeriksaan ekokardiografi (menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan jantung) dan elektrokardiografi (menilai aktivitas listrik dari jantung).
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP Jantung dan melihat pada resume medis terkait diagnosa dan tindakan yang dilakukan (lembar konfirmasi) 2. Kode tindakan disesuaikan dengan prosedur yang tertera pada resume medik
untuk kasus dengan penyakit jantung dengan hipertensi dapat digabung menjadi satu dan bukan dipisah. Disini terindikasi pihak RS untuk menaikkan tarif inacbg. Sesuai dengan kaidah koding ini dinamakan kode creep.
1. penyakit jantung yang bisa digabung adalah penyakit gagal jantung dengan komplikasi hipertensi sedangkan pada kasus ini berbeda konteks 2. Kode dari RS sudah tepat
Jantung
1. Sesuai dengan aturan koding, tidak larangan penambahan I48 pada kasus dengan diagnosa I51.9 2. Kode I48 harus dibuktikan dengan hasil pemeriksaan EKG Code manipulasi (traksi manual dan mekanik) yang lebih tepat untuk adalah 93.21 1. Pemeriksaan Echo bisa dilakukan pada RJTL 2. Rawat inap dilakukan atas indikasi medis
Jantung
Heart diasease sdh mencakup Atrial Fibrillation and Flutter. Diagnosa utama AF (I 48) dan dx sekunder (I 51.9) grouper cbg I-419-I Rp 3.150.000,code manipulasi yang benar (93.21) Rp 158.746,F C K ar tu , P en ga nt ar Ra wa t I na p
REKOMENDASI NCC
D il ak uk an ko nf ir ma si pa da ke lu ar ga peserta, apakah peserta dirawat jalan atau dirawat inap di ruangan apa. Ternyata peserta merupakan pasien kontrol rawat jalan poliklinik
Jantung Jantung
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
405 UPCODING
1. Pasien RITL dengan Kasus CVA Infark dengan DS Hemiplegia menaikkan severity level Diajukan oleh RS sebagai berikut = Diagnosa Utama : I633 (Cerebral Infarction due to thrombosis of cerebral arteries Diagnosa Sekunder : G819 (Hemiplegia, unspecified) I11.9 (Hypertensive heart disease without (congestive) heart failure)Tindakan : 8703 (Computerized axial tomography of head) 9918 (Injection or infusion of electrolytes) 8744 (Routine chest x-ray, so described) 9059 (Other microscopic examination of blood) Group CBGs : G-4-14-II (Kecederaan Pembuluh darah otak dengan infark sedang) Biaya Rp. 7.996.295
Diagnosa Utama : I633 (Cerebral Infarction due to thrombosis of cerebral arteries Diagnosa Sekunder : I11.9 (Hypertensive heart disease without (congestive) heart failure)Tindakan : 8703 (Computerized axial tomography of head) 9918 (Injection or infusion of electrolytes) 8744 (Routine chest xray, so described) 9059 (Other microscopic examination of blood) Group CBGs : G-4-14-I (Kecederaan Pembuluh darah otak dengan infark ringan) Biaya Rp. 4.421.824
Untuk diagnosa Hemiplegia tidak didukung oleh Rehabiilitas Medik dan tidak ada , ada DPJP Dokter Rehab jadi hemiplegia tidak boleh dientrykan
406 UPCODING
Pasien masuk RITL. Dia gnosa Utama I519 (Heart Disease, unspecified) dengan Diagnosa sekunder J81 (Pulmonary oedema) Pasien dila kukan operasi mata katarak di RS, tetapi oleh pihak RS menagihkan dengan operasi pterygium
Berdasarkan resume medis Diagnosa utama Berdasarkan resume medis Diagnosa yang sesuai I509 (Heart Failure, unspecified) utama yang sesuai I509 (Heart Failure, unspecified) Pasien dibayarkan sesuai dengan perawatan yang diterima oleh pasien
TIPE
407 UPCODING
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
1. Severity level ditentukan oleh hemiplegi dan Jantung hipertensi untuk diagnosa sekunder. 2. Penambahan diagnosa hemiplegi sebagai dx sekunder sepanjang tertera dalam resume medis
Diagnosa yang ditagihkan harus sesuai dengan yang tertera di dalam resume medis.
Jantung
1. Verifikator memastikan kesesuaian diagnosis dan prosedur sesuai dengan pelayanan yang telah diberikan oleh fasilitas kesehatan.
Katarak
2. Untuk kasus mata, pasien mencantumkan identitas lengkap termasuk alamat dan no hp pada saat pembuatan SEP, agar pasien m udah untuk dikonfirmasi tentang perawatan yang telah diterima oleh pasien. 3. Verifikator melakukan konfirmasi langsung terhadap pasien melalui telepon 408 UPCODING
Pasien masuk RS untuk mendapatkan pela yanan pelayanan rawat sehari maupun pelayanan operasi mata (katarak), untuk mendapatkan bedah sehari (One Day Care/Surgery) pelayanan pasien di anjurkan untuk mendaftar termasuk rawat jalan pelayanan rawat inap sehingga pasien diarahkan untuk mendapatkan pelayanan rawat inap, namun pada kenyataannya pada pasien tidak menginap dan kembali pada esok pagi hari untuk dilakukan operasi, kemudian pasien diijinkan pulang
rumah sakit tetap mengklaim sebagai rawat inap dengan alasan Pasien menginap di RS sebelum dilakukan operasi dan setelah operasi katarak pasien dilakukan observasi di ruang rawat bedah walaupun hanya sesaat hal ini disebabkan rumah sakit tidak memiliki ruang observasi kamar operasi
Sebenarnya INA CBG's sudah menyediakan Top Katarak up di RJTL untuk kasus operasi katarak. Tujuannya agar pasien yang memerlukan operasi katarak tidak perlu dirawat inap. Namun hal ini perlu diperhatikan SPM Rumah Sakit untuk kasus katarak.
409
Pasien RITL masuk dengan dx I500 dan dx sekunder k759 biaya Rp 6.005.618
Sesuai dengan data di rekam medis maka diagnosa yang dominan adalah K759 biaya Rp 3.563.894
Pasien RITL , diajukan dia jukan o/RS : DU : L91.0 (keloid scar) Tind : 86.4 (radical excision of skin lesion) INA-CBG : M-1-50-I (prod jaringan lunak ringan) Tarif : 6.430.126
Sesuai kaidah koding, maka : DU : L91.0 (keloid scar) Tind : 86.05 (incision removal of foreign...) INA-CBG : M-4-16-I (gangguan jaringan ringan) Tarif : 3.944.786
Sesuai dengan data rekam medis dan hasil konfirmasi maka yang menjadi dx utama adalah K759 dan dx sekunder I500 Bahwa tind utk eksisi keloid bukanlah radikal eksisi
dilihat kembali DPJP utama yang menangani dan Klaim diserahkan pada DPJP untuk menentukan diagnosa akhirnya serta dilihat sumber daya yang paling banyak digunakan 1. Pada kasus ini verifikator melihat kembali Kulit tindakan yang tertera pada resume medis dan melakukan konfirmasi kepada DPJP 2. Jika tindakan nya terbukti hanya insisi maka kode yang tepat adalah 86.05
UPCODING
410 UPCODING
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
411 UPCODING
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Pasien RITL dengan kasus Hypotensi, kandidasis , malaise Diajukan Oleh RS : Diagnosa Utama : I95.9 (Hypotension, unspecified) Diagnosa Sekunder : B37.0 (Candidal stomatitis), R53 (Malaise and fatigue) Kode ina cbg's : I-4-24-II (Diagnosis Sistem Pembuluh Darah Lain-Lain (Sedang)) Biaya : Rp. 11.408.861 Pasien Masuk dengan kasus leukemia akut diajukan RS : diagnosa primer : Acute Myeloid Leukaemia (C92.0) diagnosa sekunder anemia (D649) dengan biaya Rp. 8.457.537,Sering dx sekunder ditambah leucosit osis D72.8 utk du yang memiliki potensi meningkatkan leuco.
Diagnosa Utama : I95.9 (Hypotension, unspecified) Diagnosa Sekunder : K13.0 (Diseases of lip) Kode ina cbg's : I-4-24-I (Diagnosis Sistem Pembuluh Darah Lain-Lain (Ringan)) Biaya : Rp. 4.567.983
Untuk diagnosa sekunder Candidal stomatitis tidak disetujui karena tidak ada pemeriksaan penunjang yang medukung penegakkan diagnosa tersebut. Untuk diagnosa sekunder malaise and fatique tdk disetujui karena gejala penyakit tersebut merupakan bagian dari pengaruh efek klinis dari diagnosa utama yaitu hypotension.
1. Verifikator melakukan konfirmasi mengenai Kulit diagnosa sekunder candidiasis. 2. Diagnosa sekunder R53 tidak perlu ditambahkan, namun jika ditambahkan tidak mempengaruhi severity level. 3. Verifikator melaporkan kepada Tim Audit medis mengenai penetapan candidiasi pada pasien
Pengkodean anemia dihapuskan dari pengkodean, tindakan tranfusi pun merupakan 1 paket pelayanan pada penatalaksanaan Leukemia. Biaya Rp. 4.332.504,-
Pada kasus ini penatalaksaan Tranfusi bukan alasan untuk penegakkan diagnosa anemia dan merupakan kesatuan paket pelayanan kasus Leukemia
diagnosa utama sudah tepat , namun untuk diagnosa sekundernya anemia menggunakan kodefikasi D63.0 (anemia in neoplastic disease)
Tergantung hasil penelusuran Rekam Medis
Melakukan koorodinasi dan konfirmasi dengan manajemen RS dan dokter penanggung jawab agar tidak menambahkan DS leucositosis pada setiap DU yang berpotensi meningkatkan leuco, namun DS tersebut harus didukung hasil pemeriksaan penunjang. Pasien masuk RITL dengan kasus malaria dan gizi Diagnosa Utama: B50.9 Plasmodium Berdasarkan perjalanan penyakit rekam buruk. Diajukan oleh RS sebagai berikut: falciparum malaria, unspecified medis pasien lebih cenderung Diagnosa Utama: B50.9 Plasmodium falciparum Diagnosa Sekunder : E56.8 Deficiency of mendapatkan terapi vitamin bukan malaria, unspecified other vitamins Hasil Grouper CBG's: A-4-14- protein sehingga disetujui diagnosa Diagnosa Sekunder : E46 Unspecified proteinII Penyakit Infeksi Bakteri dan parasit lain-lain sekunder E56.8 Deficiency of other energy malnutrition Hasil Grouper CBG's: A-4-14- sedang. Biaya Rp. 4.033.242 vitamins III Penyakit Infeksi Bakteri dan parasit lain-lain berat. Biaya Rp. 4.621.146
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP Leukositosis terkait dengan diagnosa leucositosis dan m elihat kembali pada rekam medis apakah diagnosa tersebut tercantum, jika tercantum maka bisa dikode 2. Diagnosa ini dapat diajukan ke perhimpunan melalui Dewan Pertimbangan Medik untuk ditanyakan kriteria leucositosis 1. Verifikator melakukan konfirmasi terkait Malaria penetapan kondisi malnutrisi 2. Disarankan agar RS menetapkan SPM untuk menentukan kondisi malnutrisi. 3. Penetapan kondisi malnutrisi harus sesuai dengan kriteria atau SPM yang ditetapkan RS
415 UPCODING
Pasien RITL dit agihkan RS : diagnosa utama : P.59.9 Neonatal jaundice, unspecified diagnosa sekunder : A.41.9 Septicaemia, unspecified Group CBG's : P-8-17-III Neonatal, BBL Group-5 Tanpa Prosedur Mayor Berat Biaya : Rp. 5.316.929,00
Diverifikasi diagnosa utama : P.59.9 Neonatal Pasien tidak dilakukan pemeriksaan jaundice, unspecified. Group CBG's : P-8-17- penunjang untuk penegakan diagnosa I Neonatal, BBL Group-5 Tanpa Prosedur sepsis. Mayor Ringan Biaya : Rp. 2.013.751,00
1. Diagnosa sepsi dilihat kembali pada kriteria klinis 2. kode sepsis pada bayi adalah P36.9
Neonatal Jaundice
416
diagnosa akhir dokter menuliskan Bronchopneumonia dan efusi pleura. RS mengajukan J180 Bronchopneumonia diagnosa sekunder j90 pleural effusion Kode INACBG J-416-III Simple pneumonia &whooping cough berat. Biaya RP. 9,786,379 Pasien RITL masuk RS dengan serangan asma (J45.9) dirawat 3 hari, setelah 2 hari MRS lagi dengan keluhan lemas, nyeri ulu hati. Tetapi diagnosa akhir MRS kedua ditambahkan TB Paru (A16.2) + Infark Miocard (I21.9) tanpa ada data terlampir + K30 Dyspepsia
sesuai kaidah koding untuk diagnosa yang masih tahap observasi atau suspect dituliskan z038 observation for other suspected disease and conditions. Kode INACBG J-4-16-I. Biaya RP. 4,207,611
sesuai hasil pemeriksaan penunjang, RO THORAX : susp efusi plura sinistra, sehingga diagnosa sekunder belum bisa ditegakkan.
Dasar utama penetapan diagnosa utama dan sekunder adalah diagnosa yang tertera pada resume medis yang ditentukan oleh dokter penanggungjawab pasien
Paru
Pasien diberikan infus parenteral dan obat gastritis + anti anxiety per-oral. MRS kedua seharusnya di diagnosa sesuai dengan anamnesa + pemeriksaan fisik/penunjang, besar kemungkinan adalah gastritis yang dipicu oleh faktor usia/psikis (psikosomatis)
Pasien seharusnya di diagnosa utama K29.7 (Gastritis, unspecified) dengan tindakan infus parenteral 99.15 dengan kode inacbg K-4-11-I dan tarif Rp. 2.197.881,-
Verifikator melakukan konfirmasi terkait diagnosa Paru kepada DPJP dan memastikan di resume medis tertera.
412 UPCODING
413 UPCODING
414 UPCODING
UPCODING
417 UPCODING
Leukemia
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
418 UPCODING
Pasien masuk RITL, ditagih kan RS diagnosa utama : J.18.9 Pneumonia, unspecified diagnosa sekunder : A.15.0 Tuberculosis of lung, confirmed by sputum microscopy with or without culture dan J.90 Pleural effusion. Group CBG's : J-4-16-III Simple Penumonia & Whooping Cough Berat. Biaya : Rp 8.155.316,00.
Diverifikasi diagnosa utama : J.90 Pleural effusion diagnosa sekunder : A.15.0 Tuberculosis of lung, confirmed by sputum microscopy with or without culture. Group CBG's : J-4-20-II Pleural Efusi dan Pneumotorak Sedang Biaya : Rp. 4.530.377,00.
Pasien tidak dilakukan pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosa pneumonia.
Sesuai kaidah koding maka kodefikasi yang tepat Paru adalah : diagnosa utama : A15.0 diagnosa sekunder J90, k ode J18 sudah termasuk dalam kode A15.0 Tuberculosis of lung, confirmed by sputum microscopy with or without culture Tuberculous: • bronchiectasis • fibrosis of lung } confirmed by sputum microscopy with or without culture • pneumonia • pneumothorax [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Certain infectious and parasitic diseases.]
419
Kasus Code Creep: Pasien RITL dengan keluhan batuk darah, memiliki riwayat TB (sembuh). Dengan pengajuan sbb: Diagnosa Utama :R042 (haemoptysis) dan Diagnosa Sekunder: J449 (COPD, unspecified). Biaya Rp. 4.440.815,-
Kode diagnosa utama tidak boleh R Jika sudah ada diagnosa sekunder yang lebih Spesifik. Diagnosa utama: J44.9 COPD
Sesuai PerMenKes No.27 dan Kaidah Koding,termaksud dalam kode creep seharusnya Kode R tidak boleh menjadi D. Utama
420 UPCODING
Penambahan DS is ola tio n pada setia p pasien morbili dan TBC
masih pending, belum sepakat verifikator dan isolasi bukan diagnosa tetapi prosedur pihak RS
1. untuk kasus ini sesuai dengan kaidah sistem Paru Ina CBGs , yang menggunakan sumber daya besar adalah COPD 2. Gejala tidak dapat menjadi diagnosa utama apabila ada diagnosa lebih spesifik yang sudah ditegakkan. (batuk darah dicirikan dengan kode R) 1. Pada ICD 10 Isolasi dikode Z29.0 (Need for Paru other prophylactic measures [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Factors influencing health status and contact with health services.]). Jika dilihat sub Blok nya , kode Z29 adalah untuk Prosedur tindakan prophylacsis. 2. Pada Kode Z29.0 terdapat keterangan tambahan pasien ditangani diisolasi dengan tujuan untuk pencegahan agar tidak tertular penyakit setelah kontak dengan penyakit infeksi. 3. Untuk kasus menular dan infeksi seperti campak, TB, pasien datang untuk pengobatan penyakit tersebut bukan untuk pencegahan. pasien dipisahkan ruangannya supaya tidak menularkan ke pasien lain. maka untuk kondisi ini kode Z29.0 tidak tepat.
421 UPCODING
- DU: effusi pleura, Ds: pneumoni.Pembuktian Tergantung hasil penelusuran Rekam Medis, pneumoni sering ditulis efusi+pneumoni. Di melihat hasil pemeriksaan penunjang biaya: rontgen tdk tertulis itu pneumoni cuman suspect Rp 3,8 juta TB tetapi dokter sdh ttd itu kasus pneumoni. biaya: Rp 8,5 juta
UPCODING
pemberian diagnosa tidak didasarkan pada hasil pemeriksaan penunjang diagnostik tapi hanya dengan gejala, Potensi kerugian dapat meningkatkan severity dan peningkatan biaya untuk setiap kasus hingga 25 - 35 juta. Untuk peberian diagnosa harusnya diberikan sesuai data pendukung
Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait dengan diagnosa pneumoni dan melihat kembali pada rekam medis apakah diagnosa tersebut tercantum, jika tercantum maka bisa dimasukan kodenya.
Paru
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
422 UPCODING
Pasien RITL dengan kasus Bronchopneumonia , Diagnosa Utama : J18.0 (Bronchopneumonia, CHF. Diajukan Oleh RS : unspecified) Diagnosa Utama : J18.0 (Bronchopneumonia, Tindakan : 99.18 (Injection or infusion of unspecified) electrolytes), 99.21 (Injection of antibiotic), Diagnosa Sekunder : I50.0 ( Congestive heart 93.96 (Other oxygen enrichment), 90.59 failure) (Other microscopic examination of blood), Tindakan : 99.18 (Injection or infusion of 87.44 (Routine chest x-ray, so described), electrolytes), 99.21 (Injection of antibiotic), 93.96 89.53 (vectorcardiogram (with ECG)) Kode (Other oxygen enrichment), 90.59 (Other ina cbg's : J-4-16-I (Simple Pneumonia & microscopic examination of blood), 87.44 (Routine whooping cough Ringan) chest x-ray, so described), 89.53 Biaya : Rp. 3.960.186 (vectorcardiogram (with ECG)) Kode ina cbg's : J-416-II (Simple Pneumonia & whooping cough Sedang) Biaya : Rp. 5.565.103
Diagnosa sekunder : I50.0 ( Congestive heart failure) tidak disetujui karena pada follow up catatan dokter bahwa belum didapatkan tanda klinis CHF
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder Paru dan DPJP mengenai diagnosa sekunder CHF. 2. Verifikator melaporkan hal ini kepdaa Tim Audit Medis
423 UPCODING
Pasien masuk ke RS dengan kasus open wound of head. Diajukan oleh RS sbb : diagnosa utama : S01,9 open wound of head, part unspecified, DS : G93.6 cerebral oedema, H11.3 conjunctival haemorrhage tindakan : 86.69 other skin graft to other sites INA-CBG L-1-30-II prosedur pemindahan kulit tanpa luka bakar sedang, biaya : 12.686.741
Diagnosa utama : S01.9 open wound of head, part unspecified diagnosa sekunder : S06.20 diffuse brain injury without openwound intracranial, H11.3 conjunctival haemorrhage tindakan : 86.89 other repair and reconstruction of skin and subcutaneous tissue INA-CBG L-1-40-I prosedur pada kulit,jaringan bawah kulit, dan payudara ringan biaya : 3.313.498
Sesuai dengan kaedah koding ICD 10 kode G93.6 cerebal oedema ditegakkan apabila pembengkakan terjadi bukan sebab trauma atau injury. Sesuai dengan laporan tindakan yang dituliskan oleh DPJP, dilakukan rekontruksi kulit kepala yang berantakan dan menyambungkan kembali kulit kepala. Maka kode yang tepat adalah 86.89
1. Untuk Injury mengacu ke kode S Penanganan Luka 2. Pada kasus ini ,diagnosa sekunder yang tepat adalah S06.1 (Traumatic cerebral oedema [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Injury, poisoning and certain other consequences of external causes.]) , oedema cerebral disebabkan oleh cedera. 3. Cedera pada konjuctiva mata kode yang tepat adalah S05.0 ( Injury of conjunctiva and corneal abrasion without mention of foreign body [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Injury, poisoning and certain other consequences of external causes.)
424 UPCODING
Pasien masuk dengan kelu han lu ka di tela pak kaki sebelah kanan di alami pasien lebih kurang 4 hari yang lalu awalnya os mengaku kakinya tertusuk paku , jempul kaki kanan j uga luka akibat tertusuk paku lebih kurang seminggu yang lalu . Riwayat sebelumnya sudah amputasi pada interphalang (3/3/2014) diagnosa utama : E145 (With peripheral circulatory complications) Dx skunder : A418(Other septicemia) tindakan 1: 86.22( Excisional debridement of wound, infection, or burn Removal by excision of) tindakan 2: 83.14 (Fasciotomy) M-1-50-III PROSEDUR JARINGAN LUNAK BERAT Rp. 21.211.082
dx utama : E145(With peripheral circulatory Seharusnya tanpa tidakan Fasiotomy complications) dx skunder : A418 (Other cukup dengan debridement saja .kode septicemia) prosedur Tindakan : 86.22( inacbgs I-4-15-III (gangguanpembuluh Excisional debridement of wound, infection, or darah perifer lain -lain berat ) burn Removal by excision of) Kode Inacbgs : I-4-15III (gangguan pembuluh darah perifer lain -lain berat ) dengan Biaya Rp 7.184.443
425
Pasien masuk dgn diagnosa utama S67.0 Sesuai dengan ICD IX kode yang benar untuk Berkas klaim dikembalikan ke bagian (crushing injury finger) dilakukan tindakan prosedur debridment adalah 86.28 grouper koding untuk direvisi ( koding mau debridment dgn koding 79.64 grouper CBG’s M-1- CBG’s M-4-21-1 biaya Rp 2.049.737,00 melakukan revisi 80-1 biaya Rp 12.485.355,00
UPCODING
pada kasus ini verifikator memastikan apakah tindakan Fasciotomy tertera di resume medis , jika tidak tertera dilakukan konfirmasi ke DPJP (lembar konfirmasi)
Penanganan Luka
pada kasus ini koding RS sudah lebih spesifik dan Penanganan Luka dapat dikoding 79.64 karena debridement dilakukan pada jari dengan fraktur terbuka
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
426 UPCODING
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Pasien diagnosa lu ka dibagia n jempol kuku kaki diarahkan oleh dokter untuk mendapatkan pelayanan rawat inap Pasien masuk RITL dengan kasus persali nan secara sectio. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama:Delivery by emergency caesarean section Diagnosa sekunder: prematur ruptur membrane Tindakan : cesarean section Biaya Rp 5,356,999
D it ag ih ka n s eb ag ai p as ie n R IT L
428 UPCODING
Pasien masuk RS dengan kelu han: os datang pukul 05.00 wib dengan keluhan keluar air sejak pukul 01.00wib,ku sedang, TD 153/108mmhg, H 80x/mnt, RR 20x/menit TFU 3 jari, djj 135x/menit, HIS 3x/10menit lamanya <20dtk,VT 2cm, ketuban (-).th iufd D5:RL =2:1+induksin 1amp.Diagnosa akhir P1A0 sc a/i KPD 24 jam +PEB. koder mengentri kan : diagnosa utama : O 82.1 (delivery by emergency caesarean section) Diagnosa sekunder : O42.1 (Premature rupture of membranes :onset of labour after 24 hours) Diagnosa Sekunder : O14.1 (Severe Pre Eclamsia) Biaya : Rp. 5.374.020
Pada resume dijelaskan pasien pecah ketuban hanya 8 jam <24 jam harusnya kode yang digunakan Diagnosa utama : O82.1 (Delivery by emergency caesarean Section),Diagnosa sekunder O42.0 (Premature rupture of membranes,onset of labour within 24 hours), O14.1 (severe Pre eclampsia). Biaya Rp. 4.869.900
Sesuai kaidah koding diagnosa yang kodefikasi dari verifik asi sudah tepat. digunakan O82.1 (Deliveri by emergency caesarean section), diagnosa sekunder O42.0 (Premature of membranes,onset of labour within 24 hours),014.1 (Severe Pre-eclampsia).
429
UPCODING
Pasien RITL masuk dengan dx primer O429 prematur ruptur membran dan dx sekunder D649 Anemia dengan tindakan 744 sesar dan 6699 biaya Rp 10.516.281
Sesuai dengan data resume medis dan aturan koding maka menjadi dx primer O821 dx sekunder O429 dan D649 biaya Rp 6.269.689
Sesuai dengan data resume medis, aturan koding dan hasil konfirmasi maka menjadi dx primer O821 dx sekunder O429 dan D649
430 UPCODING
Pasien X dirawat inap pada tanggal 06/08/2014 masuk dengan diagnosa G2P1A0 Hamil 33 minggu blm inpartu dengan partus prematurus iminen (PPI), dengan diagnosa utama O46.9 (Perdarahan ante partum), di cek di resume tidak ada pendarahan. Semua pasien PPI dikode perdarahan ante partum
Hasil konfirmasi ke coder bahwa kode O47.0 untuk HIS Palsu.
Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- sesuai kaidah koding maka pasien dengan Persalinan/Kehamilan/Bayi 10 untuk kasus partus prematurus kondisi partus prematurus iminen (PPI) maka Baru Lahir iminen menggunakan kode O47.0 (False kode nya adalah O60 (Onset (spontaneous) of Labour) delivery before 37 completed weeks of gestation)
427 UPCODING
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: O420 prematur ruptur membrane Diagnosa sekunder: Delivery by emergency caesarean section Tindakan : 74.0 Classical cesarean section Biaya: Rp 2.914.110
d ik on fi rm as i d en ga n d ok te r y an g 1. Rawat inap dilakukan atas indikasi medis Penanganan Luka merawat, namun dokter menetapkan 2. Verifikator dapat melaporkan kasus ini kepada bahwa pasien harus di rawat Tim Audit Medis Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- 1. ada beberapa permasalahan terkait grouper Persalinan/Kehamilan/Bayi 10 kode O80-O84 digunakan sebagai yang menghasilkan grouper yang inkonsistensi, Baru Lahir diagnosis sekunder jika ada penyulit contoh pasien Sectio tapi yang keluar dalam persalinan, kecuali jika groupingnya persalinan normal penyulitnya kode O42.0 dan O42.1 maka 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, O80-O84 digunakan sebagai diagnosis kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis utama. sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
Persalinan/Kehamila n/Bayi Baru Lahir
1. koding dari verifikasi sudah tepat ditambahkan Persalinan/Kehamilan/Bayi dengan O99.0 (Anaemia complicating pregnancy, Baru Lahir childbirth and the puerperium), kode D649 Anemia bisa tetap dimasukan sebagai diagnosa sekunder
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR Sesuai kaidah koding Apabila ada dua kondisi atau kondisi utama dan sekunder yang berkaitan dapat digambarkan dengan satu kode.
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
431 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus Abortus Sesuai kaidah koding incomplit. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O08.1 Delayed or excessive Diagnosa utama: O03.6 . Diagnosa sekunder: haemorrhage following abortion and ectopic O08.1 Delayed or excessive haemorrhage and molar pregnancy following abortion and ectopic and molar Tindakan : 69.02 Dilation and curettage pregnancy. Tindakan : 69.02 Dilation and following delivery or abortion. curettage following delivery or abortion. Group Group CBGs: W-1-11-I PROSEDUR CBGs: W-1-11-III PROSEDUR DILATASI, KURET, DILATASI, KURET, INTRAUTERIN & INTRAUTERIN & SERVIK BERAT biaya: Rp. SERVIK RINGAN 10.480.452 Biaya: Rp 2.830.953
1. Koding dari pihak RS sudah benar sesuai Persalinan/Kehamilan/Bayi dengan aturan kaidah ICD 10 Baru Lahir 2. Kode O008 tidak digunakan sebagai kode pilihan untuk "kondisi utama", kecuali episode baru dari perawatan semata-mata untuk pengobatan komplikasi, misalnya komplikasi saat aborsi sebelumnya. Ini dapat digunakan sebagai kode tambahan opsional dengan kategori O00O02 untuk mengidentifikasi komplikasi terkait dan dengan kategori O03-O07 untuk memberikan rincian lengkap dari komplikasi. [Dikutip dari ICD-10 Second Edition, 2005, 4. Aturan dan pedoman untuk mortalitas dan morbiditas coding.]
432 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus bayi dari persalinan SC. Ditagihkan RS : diagnosa utama P.03.4 Fetus and newborn affected by caesarean delivery. Diagnosa sekunder : P.22.0 Respiratory distress syndrome of newborn. Group CBG's : P-817-III Neonatal, BBL grup-5 tanpa prosedur mayor berat. Biaya : Rp. 9.895.470,00
Tidak ada bukti pendukung, maka diagnosa Pemeriksaan bukti penunjang utama : P.03.4 Fetus and newborn affected penegakan diagnosa. by caesarean delivery. Group CBG's : P-8-17I NEONATAL, BBL Group-5 tanpa prosedur mayor ringan. Biaya : Rp. 2.013.751,00
433 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus persali nan secara sectio. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.1 Delivery by emergency caesarean section Diagnosa sekunder: D64.9 Anaemia, unspecified Tindakan : 74.1 Low cervical caesarean section Group CBGs: 0-6-10-II Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Sedang Biaya Rp 4.478.350,-
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: O64.8 Obstructed labour due to other malposition and malpresentation Diagnosa sekunder: O82.1 Delivery by emergency caesarean section dan D.64.9 Anaemia, unspecified Tindakan : 74.1 Low cervical caesarean section Group CBGs: O-6-12-II Prosedur Persalinan Vaginal dengan Prosedur Sterilisasasi &/ Dilatasi & Kuret Sedang Biaya: Rp. 2.333.226,00
Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- 1. ada beberapa permasalahan terkait grouper Persalinan/Kehamilan/Bayi 10 kode O80-O84 digunakan sebagai yang menghasilkan grouper yang inkonsistensi, Baru Lahir diagnosis sekunder jika ada penyulit contoh pasien Sectio tapi yang keluar dalam persalinan, kecuali jika groupingnya persalinan normal penyulitnya kode O42.0 dan O42.1 maka 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, O80-O84 digunakan sebagai diagnosis kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis utama. sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper. 4.Koding dari verifikasi sudah tepat ditambahkan dengan O99.0 (Anaemia complicating pregnancy, childbirth and the puerperium), kode D649 Anemia bisa tetap dimasukan sebagai diagnosa sekunder
434 UPCODING
Pasien masuk ke RS dengan kasus premature ruptur of membran. Diajukan oleh RS sbb : diagnosa utama : O42.2 premature rupture of membranes, labour delayed by therapy, Tindakan : 69.3 paracervical uterine denervation , INA-CBG :W-1-20-I prosedur pada rahim dan adneksa ringan, Biaya :5.336.052
Diagnosa utama : O42,2 premature rupture of membranes, labour delayed by therapy, tindakan : 05.3 injection into sympathetic nerve or gangglion, INA-CBG W-4-16-I gangguan antepartum ringan, Biaya : 2.110.359
Sesuai dengan laporan tindakan DPJP yang menuliskan pasien dibaringkan di meja operasi, dilakukan aseptis dan dilakukan paracervical denervation hingga ganglion, tanpa menyebutkan secara rinci step by step tindakan. setelah dikonfirmasi dgn DPJP, DPJP mengatakan tindakan yang dilakukan hanya pemblokan rasa nyeri.
1. kode P00-P04 tidak tepat menjadi diagnosis utama bila ada kode diagnosis P lainnya 2. berdasarkan pada kaidah koding maka kode yang tepat adalah Diagnosa utama P22.0 dan diagnosa sekundernya P03.4
Persalinan/Kehamilan/Bayi Baru Lahir
1. Denervasi bisa dilakukan untuk pereda rasa Persalinan/Kehamilan/Bayi nyeri tapi belum menggambarkan prosedur untku Baru Lahir menangani premature ruptur of membran. 2. verifikator harus memastikan /konfirmasi kepada DPJP prosedur utama yang dilakukan pada premature ruptur of membran
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
KASUS
VERIFIKASI
435 UPCODING
Pasien masuk ke RS dengan kasus abortus. Diajukan oleh RS sbb : Diagnosa utama : O06.1 unspesified abortion, incomplete, complicated by delayed or excessive haemoragic, Diagnosa sekunder : R57.1 hypovolemic shock, O08.3 shock following abortion and ectopic and molar pregnancy, N93.9 abnormal uterine and v aginal bledding, unspesified, Tindakan : 69.09 other dilation and curettage group CBG : W-1-11-III, prosedure dilatasi, kuret, intraurine dan servik berat biaya : 10.2374.661,00
Diagnosa utama : O06.1 unspesified abortion, incomplete, complicated by delayed or excessive haemoragic Tindakan : 69,09 other dilation and curettage , INA-CBG : W-1-11-I, prosedur dilatasi, kuret, intrauterin dan serviks ringan , Biaya : 2.765.371
Sesuai dengan rekam medis yang dituliskan oleh DPJP yang tidak menyebutkan pemeriksaan fisik dan penunjang secara rinci dan jelas. Setelah dikonfirmasi dgn DPJP, DPJP mengatakan syock hipovolemik cukup ditandai dengan TD menurun 90 mmhg, tanpa harus ada tanda lainnya.
1. Kode O008 tidak digunakan sebagai kode Persalinan/Kehamilan/Bayi pilihan untuk "kondisi utama", kecuali episode Baru Lahir baru dari perawatan semata-mata untuk pengobatan komplikasi, misalnya komplikasi saat aborsi sebelumnya. Ini dapat digunakan sebagai kode tambahan opsional dengan kategori O00O02 untuk mengidentifikasi komplikasi terkait dan dengan kategori O03-O07 untuk memberikan rincian lengkap dari komplikasi. [Dikutip dari ICD-10 Second Edition, 2005, 4. Aturan dan pedoman untuk mortalitas dan morbiditas coding.] 2. berdasarkan kaidah koding maka kodefikasi yang tepat adalah diagnosa utama : O06.1 unspesified abortion, incomplete, complicated by delayed or excessive haemoragic , diagnosa sekundernya : O08.3 shock following abortion and ectopic and molar pregnancy. 3. Kondisi shock pasca abors , kode yang tepat O.08.3 bukan R57.1 sedangkan perdarahan paca aborsi kode yang tepat adalah O06.1 bukan N93.9
436 UPCODING
Pasien masuk ke RS dengan kasus cesaria n section. Diajukan oleh RS sbb: diagnosa utama : O82.8 other single delivery by caesarean section, diagnosa sekunder : N76.8 other specified inflamation of vagina and vulva, O42.1 premature ruptur of membranes, onset of labour after 24 hours, N39.3 stress incontinence, N31.1 reflux neuropathic bladder, not elsewhere classified, O25 malnutrition in precnency, O14,1 severe pre eclampsia, Tindakan : cesarean section of other specified type, INA CBG : O-6-10-II prosedure operasi pembedahan caesar sedang, biaya : 4.491.665
diagnosa utama : O82.8 other single delivery by caesarean section, tindakan : cesarean section of other specified type, INA-CBG O-610-I prosedur operasi pembedahan caesar ringan. Biaya 4.070.399
Sesuai dengan rekam medis yang dituliskan oleh DPJP yang tidak menyebutkan pemeriksaan fisik dan penunjang secara rinci dan jelas, serta terapy yang mendukung untuk diagnosa sekunder yang ditegakkan. Setelah dikonfirmasi dgn DPJP, DPJP tidak menjelaskan diagnosa yang dimaksud oleh rekam medik DPJP. Dan DPJP hanya menegaskan bahwa keadaan pasien seperti kode diagnosa yang diajukan dan kode N31,1 reflukx neurophatic bladder hanya ditandai dengan full bladder dan susah berkemih.
1. Tidak ada regulasi dalam ICD 10 untuk Persalinan/Kehamilan/Bayi menghilangkan diagnosa dengan kode N pada Baru Lahir kasus persalinan hanya perlu ditambahkan kode O99.8 (Other specified diseases and conditions complicating pregnancy, childbirth and the puerperium [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Pregnancy, childbirth and the puerperium.]) untuk menjelaskan kondisi dengan kode N 2. Untuk pembuktian pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan kriteria klinis ( bisa didapatkan dari perhimpunan /organisasi profesi atau DPJP)
437 UPCODING
Pasien RITL masuk diagnosa Persalin an Normal dan dalam Resume Medis dituliskan diagnosa akhir O23.5 Infections of the genital tract in pregnancy + O80.0 dan tindakan 73.4 + 73.6 + 75.7 + 70.71 dengan kode inacbg W-1-30-II dan tarif Rp. 5.289.299
Tidak ada penyulit yang dilampirkan dalam Pasien seharusnya di diagnosa utama Resume Medis seperti adanya infeksi saluran O80.0 dan tindakan boleh dituliskan genital semuanya 73.4 + 73.6 + 75.7 + 70.71 dengan kode inacbg O-6-12-I dan tarif Rp. 2.727.923,-
TIPE
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Verifikator melakukan konfirmasi terkait infeksi Persalinan/Kehamilan/Bayi saluran kencing kepada DPJP dan memastikan di Baru Lahir resume medis tertera.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
KASUS
VERIFIKASI
438 UPCODING
Pasien masuk ke RS dengan kasus cesaria n section. Diajukan oleh RS sbb: diagnosa utama : O82.8 other single delivery by caesarean section, diagnosa sekunder : O68.9 labour and delivery complicated by fetal distress, unspesified, N31.9 neuromuscular dysfungtion of bladder O48 prolonged pregnancy, O36.8 maternal care , for other specified fetal problems, O62,4 hypertonic, incoordinate, and prolonged uterine contractions, tindakan : cesarean section of other specified type INA CBG : O-6-10-II prosedure operasi pembedahan caesar sedang ,biaya : 4.491.665
Diagnosa utama : O82.8 other single delivery by caesarean section, Tindakan : cesarean section of other specified type, INA-CBG O-610-I prosedur operasi pembedahan caesar ringan. Biaya 4.070.399
439 UPCODING
Pasien RITL melahirkan dengan vakum ekstraksi, Melakukan konfirmasi ke koder bahwa Melihat resume medis, dan riwayat tanda vital baik, tidak ada tanda dan gejala syok diagnosa sekunder syok hipovolemik tidak perjalanan penyakit pasien selama hipovolemik, namun ditagihkan RS dengan kode dapat ditagihkan. Biaya menjadi Rp.2.340.163 perawatan R57.1 (hypovolaemic shock) sebagai diagnosa sekunder. Biaya Rp.3.055.736
440 UPCODING
Ny. Dell a kela s II dir awat tanggal 6/8 dengan diagnosis G1PoAo hamil posterm inpartu kala II JTH preskep. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.1 Delivery by emergency caesarean section Diagnosa sekunder: O48 Prolonged Pregnancy Tindakan : 74.1 Low cervical cesarean section Group CBGs: 0-6-10-I Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Ringan Biaya Rp4,869,999
TIPE
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: O48 Prolonged Pregnancy Diagnosa sekunder: O82.1 Delivery by emergency caesarean section 74.1 Low cervical cesarean section Group CBGs: 0-6-12-I Prosedur Persalinan Vaginal dengan Prosedur Sterilisasasi &/ Dilatasi & Kuret Ringan Biaya: Rp 2,331,288
ANALISA VERIFIKATOR Sesuai dengan rekam medis yang dituliskan oleh DPJP yang tidak menyebutkan pemeriksaan fisik dan penunjang secara rinci dan jelas. serta terapy yang mendukung untuk diagnosa sekunder yang ditegakkan. Setelah dikonfirmasi dgn DPJP, DPJP tidak menjelaskan diagnosa yang dimaksud oleh rekam medik DPJP. Dan DPJP hanya menegaskan bahwa keadaan pasien seperti kode diagnosa yang diajukan dan kode N31.9 neuromuscular dysfungtion of bladder hanya ditandai dengan full bladder dan susah berkemih.
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
1. Tidak ada regulasi dalam ICD 10 untuk Persalinan/Kehamilan/Bayi menghilangkan diagnosa dengan kode N pada Baru Lahir kasus persalinan hanya perlu ditambahkan kode O99.8 (Other specified diseases and conditions complicating pregnancy, childbirth and the puerperium [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Pregnancy, childbirth and the puerperium.]) untuk menjelaskan kondisi dengan kode N 2. Untuk pembuktian pemeriksaan penunjang disesuaikan dengan kriteria klinis ( bisa didapatkan dari perhimpunan /organisasi profesi atau DPJP)
1. pada kasus ini verifikator melihat kembali pada Persalinan/Kehamilan/Bayi resume medis, dan riwayat perjalanan penyakit Baru Lahir pasien selama perawatan, apakah syok hipovolemik tertera 2. kode untuk gejala syok hipovolemik pada kebidanan yang tepat adalah O 75.1 (Shock during or following labour and delivery [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Pregnancy, childbirth and the puerperium.]) 3. Sedangkan kode R57.1 mengarah pada kondisi shock umum, dan kondisi shock umum tersebut ada pembatasan luar (exclude) dalam arti dikaitkan pada kondisi spesifik tertentu ( lihat ketentuan exclude pada kode R57)
Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- 1. ada beberapa permasalahan terkait grouper Persalinan/Kehamilan/Bayi 10 kode O80-O84 digunakan sebagai yang menghasilkan grouper yang inkonsistensi, Baru Lahir diagnosis sekunder jika ada penyulit contoh pasien Sectio tapi yang keluar dalam persalinan, kecuali jika groupingnya persalinan normal penyulitnya kode O42.0 dan O42.1 maka 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, O80-O84 digunakan sebagai diagnosis kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis utama. sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
KASUS
VERIFIKASI
441 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus persali nan secara sectio. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.1 Delivery by emergency caesarean section Diagnosa sekunder: O64.8 Obstructed labour due to other malposition and malpresentation Tindakan : 74.0 Classical cesarean section Group CBGs: 0-6-10-I Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Ringan Biaya Rp 5.452.565
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: O64.8 Obstructed labour due to other malposition and malpresentation Diagnosa sekunder: O82.1 Delivery by emergency caesarean section Tindakan : 74.0 Classical cesarean section Group CBGs: 0-6-12-I Prosedur Persalinan Vaginal dengan Prosedur Sterilisasasi &/ Dilatasi & Kuret Ringan Biaya: Rp 2.966.096
Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- 1. ada beberapa permasalahan terkait grouper Persalinan/Kehamilan/Bayi 10 kode O80-O84 digunakan sebagai yang menghasilkan grouper yang inkonsistensi, Baru Lahir diagnosis sekunder jika ada penyulit contoh pasien Sectio tapi yang keluar dalam persalinan, kecuali jika groupingnya persalinan normal penyulitnya kode O42.0 dan O42.1 maka 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, O80-O84 digunakan sebagai diagnosis kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis utama. sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
442 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus persali nan secara sectio. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.8 Delivery by emergency caesarean section Diagnosa sekunder: O63.0 Prolonged first stage (of labour) dan O32.8 Maternal care for other malpresentation of fetus (tidak ada data malpresentasi) Tindakan : 74.4 Cesarean section of other specified type dan 88.78 Diagnostic ultrasound of gravid uterus Group CBGs: 0-6-10-I Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Ringan Biaya Rp 5.698.559,-
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: O63.0 Prolonged first stage (of labour) Diagnosa sekunder: O82.8 Other single delivery by caesarean section, dan tidak dimasukkan O32.8 karena tidak ada keterangan dalam Resume Medis Tindakan : 74.4 Cesarean section of other specified type Group CBGs: 0-6-12-I Prosedur Persalinan Vaginal dengan Prosedur Sterilisasasi &/ Dilatasi & Kuret Ringan Biaya: Rp 2.727.923,-
Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- 1. ada beberapa permasalahan terkait grouper Persalinan/Kehamilan/Bayi 10 kode O80-O84 digunakan sebagai yang menghasilkan grouper yang inkonsistensi, Baru Lahir diagnosis sekunder jika ada penyulit contoh pasien Sectio tapi yang keluar dalam persalinan, kecuali jika groupingnya persalinan normal penyulitnya kode O42.0 dan O42.1 maka 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, O80-O84 digunakan sebagai diagnosis kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis utama. sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
443 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus persali nan secara sectio. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.8 Delivery by emergency caesarean section Diagnosa sekunder: O63.9 Long labour, unspecified dan O32.3 Maternal care for face, brow and chin presentation (seharusnya tidak ditulis, karena presentasi kepala dbn) Tindakan : 74.4 Cesarean section of other specified type dan 88.78 Diagnostic ultrasound of gravid uterus Group CBGs: 0-6-10-I Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Ringan Biaya Rp 4.070.399,-
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: O63.9 Long labour, unspecified Diagnosa sekunder: O82.8 Other single delivery by caesarean section, dan tidak perlu dimasukkan O32.3 fetus dalam keadaan normal (presentasi kepala) Tindakan : 74.4 Cesarean section of other specified type dan 88.78 Diagnostic ultrasound of gravid uterus Group CBGs: 0-6-12-I Prosedur Persalinan Vaginal dengan Prosedur Sterilisasasi &/ Dilatasi & Kuret Ringan Biaya: Rp 1.948.516,-
Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- 1. ada beberapa permasalahan terkait grouper Persalinan/Kehamilan/Bayi 10 kode O80-O84 digunakan sebagai yang menghasilkan grouper yang inkonsistensi, Baru Lahir diagnosis sekunder jika ada penyulit contoh pasien Sectio tapi yang keluar dalam persalinan, kecuali jika groupingnya persalinan normal penyulitnya kode O42.0 dan O42.1 maka 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, O80-O84 digunakan sebagai diagnosis kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis utama. sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
444 UPCODING
bayi baru lahir dengan ibu HbS Ag (+) dengan kode DU P399 : infection specific to the perinatal period, unspecified. DS P002 : Fetus and newborn affected by maternal infectious and paracitic disease dan Z380 : singleton, born in hospital. Biaya : Rp. 5.112.280
disetujui dengan DU P002 : Fetus and berdasarkan penelusuran rekam medis, newborn affected by maternal infectious and penunjang diagnosa P399 tidak paracitic disease. DS Z380 : singleton, born in ditemukan. hospital. Biaya Rp. 1.829.473
TIPE
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
1. Verifikator melakukan konfiemasi kepada DPJP Persalinan/Kehamilan/Bayi untuk memperjelas dasar infeksi pada bayi Baru Lahir (lembar konfirmasi) 2. Apabila sudah tegak keadaan infeksi pada bayi, jika sudah dihunakan kode P 399, maka kode P00.2 tidak diperlukan lagi 3. Buat catatan untuk audit medis
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
KASUS
VERIFIKASI
445 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus persali nan secara sectio. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.8 Delivery by emergency caesarean section Diagnosa sekunder: O66.2 Obstructed labour due to unusually large fetus dan O99.0 Anaemia complicating pregnancy, childbirth and the puerperium Tindakan : 74.4 Cesarean section of other specified type ; 88.78 Diagnostic ultrasound of gravid uterus dan 90.59 Other microscopic examination of blood Group CBGs: 0-6-10-I Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Ringan Biaya Rp 4.884.479,-
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: O66.2 Obstructed labour due to unusually large fetus Diagnosa sekunder: O82.8 Other single delivery by caesarean section dan O99.0 Anaemia complicating pregnancy, childbirth and the puerperium Tindakan : 74.4 Cesarean section of other specified type ; 88.78 Diagnostic ultrasound of gravid uterus dan 90.59 Other microscopic examination of blood Group CBGs: 0-6-12-I Prosedur Persalinan Vaginal dengan Prosedur Sterilisasasi &/ Dilatasi & Kuret Ringan Biaya: Rp 2.338.220,-
Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- 1. ada beberapa permasalahan terkait grouper Persalinan/Kehamilan/Bayi 10 kode O80-O84 digunakan sebagai yang menghasilkan grouper yang inkonsistensi, Baru Lahir diagnosis sekunder jika ada penyulit contoh pasien Sectio tapi yang keluar dalam persalinan, kecuali jika groupingnya persalinan normal penyulitnya kode O42.0 dan O42.1 maka 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, O80-O84 digunakan sebagai diagnosis kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis utama. sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
446 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus persali nan secara sectio. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.8 Delivery by emergency caesarean section Diagnosa sekunder: O64.8 Obstructed labour due to other malposition and malpresentation Tindakan : 74.4 Cesarean section of other specified type dan 90.59 Other microscopic examination of blood Group CBGs: 0-6-10-I Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Ringan Biaya Rp 4.884.479,-
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: O64.8 Obstructed labour due to other malposition and malpresentation Diagnosa sekunder: O82.8 Other single delivery by caesarean section Tindakan : 74.4 Cesarean section of other specified type dan 90.59 Other microscopic examination of blood Group CBGs: 0-6-12-I Prosedur Persalinan Vaginal dengan Prosedur Sterilisasasi &/ Dilatasi & Kuret Ringan Biaya: Rp 2.338.220,-
Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- 1. ada beberapa permasalahan terkait grouper Persalinan/Kehamilan/Bayi 10 kode O80-O84 digunakan sebagai yang menghasilkan grouper yang inkonsistensi, Baru Lahir diagnosis sekunder jika ada penyulit contoh pasien Sectio tapi yang keluar dalam persalinan, kecuali jika groupingnya persalinan normal penyulitnya kode O42.0 dan O42.1 maka 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, O80-O84 digunakan sebagai diagnosis kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis utama. sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
447 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus persali nan secara sectio. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.8 Delivery by emergency caesarean section Diagnosa sekunder: O63.1 Prolonged second stage (of labour) Tindakan : 74.4 Cesarean section of other specified type ; 88.78 Diagnostic ultrasound of gravid uterus dan 90.59 Other microscopic examination of blood Group CBGs: 0-6-10-I Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Ringan Biaya Rp 4.884.479,-
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: O63.1 Prolonged second stage (of labour) Diagnosa sekunder: O82.8 Other single delivery by caesarean section Tindakan : 74.4 Cesarean section of other specified type ; 88.78 Diagnostic ultrasound of gravid uterus dan 90.59 Other microscopic examination of blood Group CBGs: 0-6-12-I Prosedur Persalinan Vaginal dengan Prosedur Sterilisasasi &/ Dilatasi & Kuret Ringan Biaya: Rp 2.338.220,-
Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- 1. ada beberapa permasalahan terkait grouper Persalinan/Kehamilan/Bayi 10 kode O80-O84 digunakan sebagai yang menghasilkan grouper yang inkonsistensi, Baru Lahir diagnosis sekunder jika ada penyulit contoh pasien Sectio tapi yang keluar dalam persalinan, kecuali jika groupingnya persalinan normal penyulitnya kode O42.0 dan O42.1 maka 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, O80-O84 digunakan sebagai diagnosis kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis utama. sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
TIPE
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO 448
TIPE UPCODING
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Pasien RJTL dengan diagnosa P070 (extremely low birth weight ) dengan berat badan 3000 gr
deskrpsi : neonatal, BBL group-5 INACBgs Rp 178.179
Bayi hanya kontrol biasa, bayi lahir SC sehat namun dikleimkan oleh pihak RS dengan kode P070.
1. Pada kasus ini tidak dapat dikode karena Persalinan/Kehamilan/Bayi antara informasi berat badan dengan diagnosa Baru Lahir tidak sesuai namun sebelumnya dipastikan berat badan bayi 2. Jika bayi datang untuk kontrol pasca perawatan atau lahir dan hasil kontrolnya menyatakan sehata maka kode yang tepat adalah Z09.8 (Follow-up examination after other treatment for other conditions [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Factors influencing health status and contact with health services.]) 3. Jika bayi datang untuk kontrol ( kondisi sehat ketika lahir) maka kode yangtepat adalah Z00.1(Routine child health examination [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Factors influencing health status and contact with health services.])
449 UPCODING
Pasien RITL dengan kasus Persalin an, sesuai kaidah koding bahwa penyulit hrs dientrikan sbg DU, namun oleh RS untuk SC penyulit tidak dientrikan sbgai DU krn menurunkan tarif. Sedangkan untuk persalinan normal, penyulit sbgai DU dapat meningkatkan tarif sehingga tetap dientri oleh pihak RS. Diajukan oleh RS sebagai berikut = Diagnosa Utama : O829 ( Delivery by caesarean section , unspecified) Diagnosa Sekunder : O689 (Labour and delivery complicated by fetal stress, unspecified) O418 (Other specified disorders of amniotic fluid and mem branes) Tindakan : 744 (Caesarean section of other specified type) Group CBGs : O-6-10-I (Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Ringan) Biaya Rp. 6.194.085
Sesuai kaidah koding, Diagnosa Utama : O689 (Labour and delivery complicated by fetal stress, unspecified)Diagnosa Sekunder : O829 ( Delivery by caesarean section , unspecified) O418 (Other specified disorders of amniotic fluid and membranes) Tindakan : 744 (Caesarean section of other specified type) Group CBGs : O-6-12-I (Prosedur Persalinan Vaginal dengan Prosedur Caesar Ringan) Biaya Rp. 3.369.470
Sesuai dengan kaidah koding ICD -10 Kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosa sekunder jika ada penyulit dalam persalinan kecuali jika penyulit kode O420 dan O421 maka O80-O84 digunakan sebagai diagnosa utama
1. ada beberapa permasalahan terkait grouper Persalinan/Kehamilan/Bayi yang menghasilkan grouper yang inkonsistensi, Baru Lahir contoh pasien Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
450 UPCODING
Pasien RITL dengan SC dan komplikasi kala I aktif. Diajukan RS sebagai berikut: DU: O82.1 DS: O63.0 Tindakan: 74.1. Group CBGs: O-6-10-I Prosedur operasi pembedahan Caesar ringan Rp. 5.600.000,-
Sesuai kaidah koding DU: O63.0 DS: O82.1 Tindakan: 74.1 Group CBGs: O-6-12-I Prosedur persalinan vaginal dengan prosedur selain sterilisasi &/dilatasi dan kuret ringan Rp. 2.695.000,-
Sesuai kaidah koding dalam ICD-10 kode O80-O84 digunakan sebagai diagnose sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, kecuali jika penyulitnya O42.0 dan O42.1 maka O80O84 sebagai diagnose utama
1. ada beberapa permasalahan terkait grouper Persalinan/Kehamilan/Bayi yang menghasilkan grouper yang inkonsistensi, Baru Lahir contoh pasien Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
451 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus persali nan secara sectio. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.1 Delivery by emergency caesarean section Diagnosa sekunder: (O46.9 Antepartum haemorrhage, unspecIfied), (O44.1 Placenta praevia with haemorrhage), (O64.9 Obstructed labour due to other malposition and malpresentation, unspecIfied) Tindakan : 74.4 Cesarean section of other specified type Group CBGs: 0-6-10-I Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Ringan Biaya Rp 4.022.133,00
452
UPCODING
Pasien masuk dgn diagnosa utama O46.9 Diagnosa anemia dihapus sehingga biaya (Antepartum haemorrhage, unspecified) diagnosa medis sesuai Ina cbg Rp 3.656.485 sekunder ditambahkan D 64.9 (Anaemia, unspecified) dilakukan tindakan sectio caesar dgn koding 74.4 biaya Rp 4.034.912 kondisi medis post sectio caecar selalu dengan kadar Hb < 10 mmHg dan merupakan manifestasi klinis dan pasien tidak diberikan tranfusi darah hanya dengan terapi asam folat dan zat besi. Hal ini terjadi pada 15-17 kasus
453 UPCODING
7. Proses persalin an dgn dx primer Persali nan dx primer O 63.1/O 80.9 dan dx sekunder penyulit PEB (O 14.1), dx sekunder kala II (O 63.1) PEB (O 14.1) grouper O-6-13-I (Vaginal dan persalinan normal (O 80.9), tindakan dilevery) kls I Rp 2.852.906,Persalinan Normal (73.59) grouper W-4-16-II (Prepartum diasease) kls I Rp 3.939.274,-
454 UPCODING
455 UPCODING
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: O64.9 Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD- 1. ada beberapa permasalahan terkait grouper Persalinan/Kehamilan/Bayi Obstructed labour due to other malposition 10 kode O80-O84 digunakan sebagai yang menghasilkan grouper yang inkonsistensi, Baru Lahir and malpresentation, unspecIfied Diagnosa diagnosis sekunder jika ada penyulit contoh pasien Sectio tapi yang keluar sekunder: O82.1 Delivery by emergency dalam persalinan, kecuali jika groupingnya persalinan normal caesarean section Tindakan : 74.4 Cesarean penyulitnya kode O42.0 dan O42.1 maka 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, section of other specified type Group CBGs: 0- O80-O84 digunakan sebagai diagnosis kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis 6-12-I Prosedur Persalinan Vaginal dengan utama. sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, Prosedur Sterilisasasi &/ Dilatasi & Kuret namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 Ringan Biaya: Rp 2.013.631 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper. 4. berdasarkan PMK 27 tahun 2014 apabila SC bersama dengan sterilisasi maka tindakan sterilisasi tidak perlu di input
Berkas klaim dikembalikan ke bagian koding untuk direvisi (koding mau melakukan revisi)
Jika kondisi pasien memang mengalami anemia, maka Diagnosa sekunder anemia pada kasus kehamilan dapat ditambahkan dengan kode O99.0 dan D64.9
Persalinan/Kehamilan/Bayi Baru Lahir
1. Penyulit dalam persalinan bisa sebelum Persalinan/Kehamilan/Bayi persalinan atau pada saat persalinan. PEB adalah Baru Lahir penyulit sebelum persalinan, dan pada kasus ini bisa dijadikan diagnosa utama. 2. Verifikator dapat melakukan konfirmasi kepada DPJP tentang mana diagnosa yang menjadi resouces atau penyulit terbesar. Pasien RITL masuk dengan kasus dx prim er p034 Sesuai dengan data direkam medis dan hasil sesuai dengan data di rekam medis hasil 1. Untuk kriteria pasien dengan sepsis Sepsis/Septikemia dan dx sekunder p128 dan sekunder kedua p369 lab maka dx sepsis dihapusbiaya Rp konfirmasi maka dx sepsis dihapuskan dikembalikan pada kriteria klinis untuk sepsis atau sepsis biaya Rp 4.362.982 Kasus ke 2 dx 1.678.125 kasus ke 2 biaya menjadi Rp 2. Penentuan diagnosa utama dan sekunder primernya P034 dx sekundernya sepsis biaya Rp 2.694.768 didasarkan pada resume medis dan sumber daya 6.108.175 yang paling banyak diserap 3. kode P00-P04 tidak tepat menjadi diagnosis utama bila ada kode diagnosis P lainnya Pemberian inje ksi risperid al cons 37,5 mg pada penderita schizofrenia (F200) selalu masuk ruang perawatan (tidak ada obat lain atau tindakan lain) Rp. 6.058.171 (kls 1)
disetujui RJTL
verifikator melakukan konfirmasi dengan DPJP Psikis terkait SPM pemberian injeksi risperidal cons 37,5 mg pada penderita schizofrenia , jika memang termasuk pada kategori rawat inap maka tindakan bisa dikode 99.18 dengan diagnosa utama F20.0
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
KASUS
VERIFIKASI
456 UPCODING
10. Pasien masuk RITL dengan kasus persali nan secara sectio. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O82.1 Delivery by emergency caesarean section. Diagnosa sekunder: O64.8 Obstructed labour due to other malposition and malpresentation. Tindakan: 74.0 Classical cesarean section Group CBGs: O-6-10-I Prosedur Operasi Pembedahan Caesar Ringan Biaya Rp. 5.452.565
Sesuai kaidah koding Diagnosa utama: O64.8 Obstructed labour due to other malposition and malpresentaion Diagnosa sekunder: O82.1 Delivery by emergency caesarean section Tindakan: 74.0 Classical cesarean section Group CBGs: O-6-12-I Prosedur Persalinan Vaginal dengan Prosedur Sterilisasi &/Dilatasi & Kuret Ringan Biaya: Rp. 2.966.096
457 UPCODING
Pasien hamil mendapatkan pelayanan rawat inap besar biaya yang telah ditagihkan rata-rata dan disarankan untuk dilakukan operasi cesar, sebesar Rp. 4.185.496,prosedur tindakan di tagihkan secara terpisah (1) low cervical cesarean section, 2) injection of anesthetic into spinal canal for analgesia, 3) other oxygen enrichment, 4) aplikasi of other wound dressing).
Dalam materi pengkodingan apabila : 1) pasien mendapatkan pelayanan operasi cesar maka prosedur yang dimasukan adalah cesarean section. 2) kode prosedur yang dimasukan kedalam INACBGs adalah prosedur/ tindakan yang dilakukan oleh staf ahlli (bukan perawat/ bidan). melihat dari resume medis pasien yang mencamtumkan kode kode prosedur, dan konfirmasi ke Verifikator Internal Rumah Sakit agar menyesuaikan dengan cara pengkodingan yang benar.
1. ada beberapa permasalahan terkait grouper Persalinan/Kehamilan/Bayi yang menghasilkan grouper yang inkonsistensi, Baru Lahir contoh pasien Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper.
458 UPCODING
Bayi yang la hir dir umah sakit dengan air ketuban jernih, Respiratory Rate(RR) : 36x/menit dan Apsgar Score 8/9 dokter mendiagnosa asfiksia ringan, setelah dikonfirmasi berdasarkan kriteria asfiksia menurut ICD 1 0, dokter penanggung jawab langsung mengganti nilai Aspgar Score yang ada di dalam resume klaim maupun catatan medik RS, tetapi pihak Rumah Sakit menagihkan klaim tersebut sebagai asfiksia ringan dengan alasan salah tulis nilai Apsgar Score.
Sesuai petunjuk teknis verifikasi untuk bayi sehat tidak dapat ditagihkan dan hanya memerlukan kode diagnosis Z38 (lahir hidup dilokasi persalinan). Bayi tersebut seharusnya dapat didiagnosa sebagai bayi sehat karena nilai A psgar Score yang dicantumkan dalam resume klaim adalah nilai normal menurut ICD 10 (10-8). Kemudian dokter penanggung jawab mengganti nilai Apsgar Score pada resume klaim dan catatan medik RS. Dan ditemukan perbedaan data dalam catatan medik RS.
1. Resume medis yang ditulis harus sesuai Persalinan/Kehamilan/Bayi dengan keadaan pemeriksaan pasien yang Baru Lahir sebenarnya. 2. Verifikator melaporkan hal ini kepada Tim Audit Medis.
TIPE
Hasil verfikasi rata-rata biaya ina cbg's untuk bayi asfiksia diantara Rp. 3.000.000 Rp.5.000.000,-
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
1. ada beberapa permasalahan terkait grouper Persalinan/Kehamilan/Bayi yang menghasilkan grouper yang inkonsistensi, Baru Lahir contoh pasien Sectio tapi yang keluar groupingnya persalinan normal 2. Sesuai dengan kaidah koding dalam ICD X, kode O80-O84 digunakan sebagai diagnosis sekunder jika ada penyulit dalam persalinan, namun untuk beberapa penyulit seperti O42.0 dan O42.1 dengan tindakan Sectio Saesaria yang menghasilkan proses grouper persalinan vaginal, maka metode SC digunakan sebagai diagnosa utama. 3. Berlaku sampai dengan adanya revisi grouper. 4. Pada kasus ini, maka O82 yang menjadi kode diagnosa utama
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
459 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus Abortus Sesuai kaidah koding incomplit. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: O08.1 Delayed or excessive Diagnosa utama: O03.6 . Diagnosa sekunder: haemorrhage following abortion and ectopic O08.1 Delayed or excessive haemorrhage and molar pregnancy following abortion and ectopic and molar Tindakan : 69.02 Dilation and curettage pregnancy. Tindakan : 69.02 Dilation and following delivery or abortion. curettage following delivery or abortion. Group Group CBGs: W-1-11-I PROSEDUR CBGs: W-1-11-III PROSEDUR DILATASI, KURET, DILATASI, KURET, INTRAUTERIN & INTRAUTERIN & SERVIK BERAT biaya: Rp. SERVIK RINGAN 10.480.452 Biaya: Rp 2.830.953
Sesuai kaidah koding Apabila ada dua kondisi atau kondisi utama dan sekunder yang berkaitan dapat digambarkan dengan satu kode.
1. Koding dari pihak RS sudah benar sesuai Persalinan/Kehamilan/Bayi dengan aturan kaidah ICD 10 Baru Lahir 2. Kode O008 tidak digunakan sebagai kode pilihan untuk "kondisi utama", kecuali episode baru dari perawatan semata-mata untuk pengobatan komplikasi, misalnya komplikasi saat aborsi sebelumnya. Ini dapat digunakan sebagai kode tambahan opsional dengan kategori O00O02 untuk mengidentifikasi komplikasi terkait dan dengan kategori O03-O07 untuk memberikan rincian lengkap dari komplikasi. [Dikutip dari ICD-10 Second Edition, 2005, 4. Aturan dan pedoman untuk mortalitas dan morbiditas coding.]
460 UPCODING
Pasien MRS dengan diagnosa hematemesis (K92.0) dan mengalami gangguan cemas ditagihkan dengan anxiety (F41.9) sebagai diagnosa utama biaya : Rp.6.655.429 pasien schizofren, dengan berat badan di bawah normal di diagnosa malnutrisi D.utama: F20.x (schizophrenia) D. Sekunder: E44.0(moderate protein energi malnutrition) kode Ina: F-4-10-III Tarif ina: 9.233.857 (RS tipe A kelas 3
Penetapan diagnosa adalah berdasarkan resources terbanyak sehingga seharusnya hematemesis (k92.0) sebagai diagnosa utama berdasarkan kriteria BMI,, BMI di bawah normal hanya dikategorikan kurus,bukan malnutrisi. Dan terapinya hanya diet TKTP (diet makanan dan minuman) sehingga hasil verifikasi hanya diagnosa schizophrenia
Verifikator melihat kembali ke rekam medis apakah diagnosa anxiety (F41.9) tertera, jika tertera maka boleh dikode
Psikis
Pada kasus ini verifikator melihat kembali diagnosa akhir yang tertera pada resume medis kemudian mencocokkan dengan kode diagnosa dan melakukan konfirmasi kepada DPJP
Psikis
461 UPCODING
Dalam berkas klaim diketahui bahwa penanganan terbanyak untuk diagnosa heatemesis dan tidak ada konsulan ke dr.Sp.KJ Biaya : Rp.4.715.522 D.utama: F20.x (schizophrenia) kode Ina: F-410-I tarif ina: 5.635.385
462 UPCODING
Pasien RITL masuk dengan dx prim er N12 dan dx Sesuai dengan data di rekam medis dan hasil sesuai dengan hasil konfirmasi maka sekunder septicemia A419 biaya Rp 3.625.258 lab sepsis tidak mendukung maka harus diagnosa sepsis dihapus dihapus dan biaya menjadi Rp 1.877.374
Untuk kriteria pasien dengan sepsis dikembalikan Sepsis/Septikemia pada kriteria klinis untuk sepsis
463 UPCODING
Pasien RITL dengan leukositosis tanpa ada gejala Melakukan konfirmasi ke koder bahwa lain yang menunjukkan tanda-tanda sepsis tetapi diagnosa sekunder septicaemia tidak dapat ditagihkan A41.9 (Septicaemia) sebagai diagnosa ditagihkan. Biaya Rp. 2.078.241 sekunder. Biaya Rp. 9.512.654
Melihat resume medis, dan riwayat perjalanan penyakit pasien selama perawatan
untuk diagnosa septicemia disesuai dengan kriteria septicamia dan merupakan kewenangan dokter
Sepsis/Septikemia
464 UPCODING
Pasien Masuk RITL dengan kasus Retensio urine ec stricture uretra. Diajukan oleh RS : Diagnosa Utama : N35.9 (Urethral stricture, unspecified) Diagnosa Sekunder : R33 (Retension of urine) Tindakan : 58.0 (Urethrotomy) Pasien dengan kelu han penurunan kesadaran, masuk dengan diagnosis stroke. Pada penagihan, kode yang diajukan menjadi hipertensi + stroke, severity level III.
Sesuai kaidah koding : Diagnosa Utama : N35.9 (Urethral stricture, unspecified) Diagnosa Sekunder : R33 (Retension of urine)
Retensio urin terjadi karena striktur uretra, sehingga tidak perlu menambahkan retensi urine sebagai diagnosa sekunder.
Kode R33 tidak mempengaruhi hasil grouping. Bisa ditambahkan atau tidak.
Sepsis/Septikemia
Diagnosis primer pada pasien tsb adalah stroke, sedangkan diagnosis sekunder hipertensi. Jika kedua diagnosis tersebut diubah, maka kesimpulan dan severity level nya juga naik sehingga biaya yang ditagihkan meningkat.
Sesuai dengan kaidah koding, diagnosis hasil koding verifikasi sudah tepat primer adalah diagnosis yang memerlukan resource paling banyak. Dalam hal ini, kondisi yang menyebabkan pasien memerlukan perawatan intensive adalah stroke, sedangkan hipertensi adalah komorbiditas. Hal tersebut juga sesuai dengan rekomendasi DPM Prov Sumatera Utara.
465 UPCODING
Stroke
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO 466
TIPE UPCODING
467 UPCODING
KASUS Semua Kasus Stroke di coding dengan s troke infark (I63.9)
VERIFIKASI Bpjs kesehatan membayar biaya pelayanan sesuai dengan diagnosa yg sebenarnya.
Sesuaikan dg kasus yg sebenarnya, untuk stroke haemorragic pakai kode I61, dan untuk Stroke Infark menggunakan kode I63,9. RS bersedia mengganti kode disesuaikan dg diagnos yg sebenarnya
REKOMENDASI NCC Harus dipastikan adanya pendarah atau tidak, sampai dimana pendarahannya intra cerebral atau cerebral saja.
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan) Stroke
sedangkan kondisi pasien sudah stroke jadi apabila dibalik grouper G-4-14-I Rp 4.101.846,Pasien masuk RITL dengan kasus thalasemia sesuai kaidah koding diajukan oleh RS sebagai berikut Dx utama: D561 Diagnosa utama: D561 beta thalasemia tanpa beta thalasemia dx Sekunder : E831 disorders of dx sekunder iron metabolism tindakan: 9903 other tranfusion of Biaya: Rp 1,977,948 whole blood Biaya: Rp. 2,966,413
Pada kasus ini seharunya stroke menjadi diagnosa utama karena menajadi resouces terbesar E831 disorders of iron metabolism 1.Dilihat dari hasil pemeriksaan penunjang yang adalah tanda dan gejala dari thalasemia berkaitan dengan diagnosa sekunder tersebut. sehingga tidak bisa menjadi diagnosa 2. Sesuai kaidah ICD 10 bahwa kode E83.1 penyerta dignosa utama thalasemia memang diperkenankan untuk digunakan sesuai rule MB 4. sebagai diagnosa sekunder (perhatikan exclude) 3. Ketika tanda atau gejala dari suatu penyakit dijadikan diagnosa sekunder maka harus dikonfirmasi ke perhimpunan profesi , sumber daya apa yang digunakan dan penetapan diagnosa berdasarkan kaidah klinis
Stroke
469 UPCODING
Pasien masuk dengan ruptur uretra dila kukan sesuai kaidah koding prosedur: 5719 other operasi cystotomy. Diajukan RS sebagai berikut : cystotomy, Grup InaCBG N-1-30-I Prosedur diagnosa utama N368 Other spec disorder of kandung kemih dan saluran urin bawah, urethra, procedure 5674 ureteroneocystostomy Biaya : Rp.5,966,088 grup INACBG N-1-20-I prosedure saluran urin atas ringan. Biaya Rp.10,181,363
sesuai laporan operasi , tindakan operasi 1. verifikasi sudah sesuai , berdasarkan kode yang dilakukan adalah adalah cystotomy untuk cystotomy pada ICD 9 CM adalah 57.19 dengan kode 5719 other cystotomy 2. kode 56.74 digunakan untuk replacement of ureter with bladder flap atau ureterovesical anastomosis
Tindakan Medik/Operatif
470
UPCODING
Pasien RITL masuk dengan kasus operasi laparatomi dengan dx primer Z489 dan dx sekunder peritonitis K659 dan ada dx sekunder lagi septicemia A419 biaya Rp 10.903.462
Sesuai dengan data di rekam medis dan hasil laboratorium yang tidak mendukung maka dx septicemia tidak acc biaya Rp 6.574.672
sesai dengan data yang ada maka dx septicemia dihapuskan dari coding
471
UPCODING
Pasien RITL masuk dengan dx primer K659 peritonitis dengan tindakan op 5411 Laparatomy dan app 4709 biaya Rp 15.264.846 dan ksus yang ke 2 biaya 10.903.462
Sesuai dengan data yang ada dan dari hasil Sesuai dengan data rekam meis maka laporan operasi maka tindakannya adalah tindakan appendiktomy dihapus operasi laparatomi biaya Rp 9.204.542 dan kasus ke dua biayanya menjadi Rp 6.574.672
Pasien RITL masuk dengan hernia inguinalis tanpa gejala penyulit dan komplikasi dan kemudian dilakukan operasi hernioraphy ditagihkan dengan tindakan 46.93 (revision of anastomosis of small intestine). Biaya Rp.13.219.681
Melakukan konfirmasi ke koder bahwa kode yang sesuai untuk tindakannya adalah 53.03 (Other and open repair of indirect inguinal hernia with graft or prosthesis). Biaya 3.612.772
468 UPCODING
472 UPCODING
2. Px dgn dx prim er HT ( I 10) dan dx sekunder stroke (I 63.9) grouper I-4-17-III Rp 7.333.333,-
ANALISA VERIFIKATOR
Thalasemia
1. dipastikan kembali apakah pasien pasca Tindakan Medik/Operatif operasi laparatomi atau pasien menjalani operasi laparatomi 2. jika pasien kondisi pasien adalah post operasi maka kodenya di kodefikasi kelainan post prosedural 3. untuk diagnosa septicemia merupakan kewenangan dokter Kodefikasi yang tepat adalah Tindakan Medik/Operatif dx primer K659 peritonitis dengan tindakan op 5411 Laparatomy
Pada laporan operasi dilakukan tindakan pada kasus ini , untuk tindakan hernioraphy hernioraphy dengan pemasangan mesh dengan pemasangan mesh , kode yang tepat adalah 53.03 (Other and open repair of indirect inguinal hernia with graft or prosthesis)
Tindakan Medik/Operatif
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
473 UPCODING
Pasien RITL dengan post kecelakaan lalu lin tas tanpa adanya kehilangan kulit kemudian dilakukan debridement, ditagihkan RS dengan tindakan 86.70 (Pedicle or flap graft). Biaya Rp.6.970.860
474 UPCODING
475
UPCODING
476 UPCODING
VERIFIKASI
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Melihat laporan operasi dan keadaan klinis pasien serta riwayat perjalanan pasien selama rawatan
Verifikator melihat pada laporan operasi dan keadaan klinis pasien serta riwayat perjalanan pasien selama rawatan
Tindakan Medik/Operatif
Pasien yang awalnya status umum, setelah di Tagihan yang dibayarkan dengan kode lakukan tindakan operasi baru mengurus BPJS, diagnosa Z (Post procedural) dan prosedur berubah status BPJS di pertengahan rawat setelah operasi tidak dimasukkan lagi. menyelesaikan biaya umum. Pada tagihan klaim tindakan operasi tetap dimasukkan di prosedur
Di billing jaminan BPJS rumah sakit tidak dicantumkan tindakan operasi, setelah di cek ke rekam medis operasi di lakukan pada tanggal saat pasien sebagai pasien umum di rumah sakit
1. Terkait dengan pemberlakukan kartu sesuai pada Permenkes No. 28 tahun 2014 2. Terkait koding disesuaikan dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis
Tindakan Medik/Operatif
Pasien masuk RITL dengan kasus Acute peritonitis. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: K65.0,Acute peritonitis Diagnosa sekunder: K63.1 Perforation of intestine (nontraumatic) Tindakan : 541.1 Exploratory laparotomy dan 460.4 Resection of exteriorized segment of large intestine. Biaya Rp 21.986.558 Pasien RITL masuk dengan dx primer typoid A010 dengan biaya Rp 3.359.324
Sesuai kaidah koding Pasien masuk RITL dengan kasus Acute peritonitis. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: K65.0 Acute peritonitis Diagnosa sekunder: K63.1 Perforation of intestine (nontraumatic) Tindakan : 541.1 Exploratory laparotomy Biaya Rp 10.903.462
Setelah dilakukan crosscheck pada 1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada coder, Tindakan Medik/Operatif data RM tidak ditemukan tindakan 460.4 memastikan apakah ada kondisi peritonitis Resection of exteriorized segment of 2. Jika memang ada kondisi peritonitis maka bisa large intestine. ditambahkan tindakan laparatomy eksplorasi jika memang dilakukan. 3. Pada kasus ini tindakan reseksi tidak tepat karena sudah termasuk dalam tindakan laparatomy eksplorasi
Sesuai dengan data direkam medis dan hasil lab ternyata tidak mendukung dx typoid dan hanya demam biasa R509 dengan biaya Rp 1.885.127 Sesuai dengan data direkam medis lab typoid tidak mendukung sehingga diagnosa A010 dihapuskan sehingga biaya menjadi Rp.3.280.116 Sesuai dengan data di rekam medis dan hasil lab maka diagnosa yang dominan dan menghabiskan lebih banyak biaya adalah typoid sehingga biaya menjadi Rp 4.125.652
sesuai dengan data rekam medis dan hasil laboratorium yang tidak mendukung maka dx typoid dirubah
dilihat kembali DPJP utama yang menangani dan Tiphoid diserahkan pada DPJP untuk menentukan diagnosa akhirnya (ranah klinis)
sesuai hasil konfirmas maka dx typoid dihapuskan
dilihat kembali DPJP utama yang menangani dan Tiphoid diserahkan pada DPJP untuk menentukan diagnosa akhirnya (ranah klinis)
Sesuai dengan hasil konfirmasi maka diagnosa primer menjadi A010 dan sekunder J189 pneumonia
dilihat kembali pada resumen medis
477 UPCODING
Pasien RITL masuk dengan dx prim er K802 dan dx sekunder E835 dan dx sekunder kedua A010 dengan biaya Rp4.384.253
478 UPCODING
Pasien RITL masuk dengan dx prim er J189 dan sekunder A010 Biaya Rp 8.155.316
Melakukan konfirmasi ke koder bahwa kode yang sesuai untuk tindakannya adalah 86.22 (Excisional debridement of wound, infection, or burn). Biaya Rp.1.480.604
ANALISA VERIFIKATOR
Tiphoid
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
479 UPCODING
Pasien RITL masuk dengan diagnosa Post KLL dengan GCS 15 namun diagnosa inacbg dimasukkan S09.8 Other specified injuries of head + S29.8 Other specified injuries of thorax dan ditagihkan dengan kode inacbg M-1-50-III dengan tarif Rp. 21.211.082,-
Pada Resume Medis pasien hanya terdapat luka dan fraktur tertutup pada jari kelingking tangan kanan. Hanya dilakukan jahit situasi dan observasi selama 1 hari karena pasien Pulang Paksa.
Pasien seharusnya di diagnosa utama S62.60 (Fracture of other finger , closed) dengan tindakan 86.59 (Closure of skin and subcutaneous tissue of other sites) + 87.17 + 88.23. Kode inacbg M-4-12-I dengan tarif Rp.2.196.543,-
Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP dan meliihat pada resume medis terkait kondisi pasien ( apakah memang lukanya dikepala atau dijari tangan)
Trauma Kepala
480 UPCODING
Pasien RITL masuk dengan diagnosa Post KLL dengan luka di kepala, wajah dan kaki. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa utama: E11.9 Non-insulin-dependent diabetes mellitus without complications Diagnosa sekunder: S02.81 Fractures of other skull and facial bones, open dan Z98.8 Other specified postsurgical states Tindakan : 84.12 Amputation through foot dan 79.67 Debridement of open fracture of tarsals and metatarsals Group CBGs: M-1-02-III PROSEDUR AMPUTASI BERAT Biaya Rp 21.724.302,-
Sesuai kaidah koding maka Diagnosa utama: diagnosa utama adalah S92.21 Fracture of other tarsal bone(s) Diagnosa sekunder: S01.7 Multiple open wounds of head, open dan E11.9 Non-insulindependent diabetes mellitus without complications Tindakan : 84.12 Amputation through foot dan 79.67 Debridement of open fracture of tarsals and metatarsals Group CBGs: M-1-02-I PROSEDUR AMPUTASI RINGAN Biaya Rp 10.313.633,-
Yang terjadi pada pasien adalah kecelakaan dengan luka terbuka di kepala, sebagian wajah. Dan sesuai kaidah koding maka open fracture tarsal dijadikan sebagai diagnosa utama karena membutuhkan banyak biaya perawatan untuk amputasi dan debridement. Dan seharusnya tidak menempatkan Diagnosa E11.9 (Noninsulin-dependent diabetes mellitus without complications), karena itu merupakan komorbidity bagi pasien. Akan tetapi seharusnya ditempatkan diagnosa yang lebih mengena S92.21 Fracture of other tarsal bone(s) atau yang lain
1. pada kasus ini , diagnosa yang menyerap sumber daya banyak adalah cederanya bukan DM 2. analisa verifikator sudah tepat
Trauma Kepala
481 UPCODING
Pasien Nn.N dirawat dengan Diagnosa Cedera Kepala S09,9 Unspecified injury of head, Luka Bakar grade III T21.2 Burn of second degree of trunk, VL frontalis T14,1 - Open wound of unspecified body region. Dengan tindakan debridemand 86,22 dan repair luka 78.29 dengan biaya inacbg Rp.26.014.384,-
Sesuai dengan Kaidah koding Diagnosa Utama adalah Luka Bakar grade III dengan kode T21,2 Diagnosa Sekunder S09,9. sedangkan untuk tindakan Utama adalah 86,22
Untuk kasus Cedera Kepala harus melihat GCS pasien. Pada kasus ini Diagnosa Utama adalah Cedera kepala GCS 15, sedangkan diagnosa yang lebih spesifik ditegakkan yaitu Luka Bakar grade III
1. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP Trauma Kepala dan memastikan kode diagnosa sesuai dengan diagnosa akhir yang tertera pada resume medis . 2. verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP terkait diagnosa yang menyerap sumber daya terbesar 3. Prosedur utama biasanya relevan dengan diagnosa utama sedangkan pada kasus ini tidka relevan
482 UPCODING
DHF ditambah dx sekunder trombocytopenia
tidak ditambahkan DS trombositopenia pada adanya persepsi Diagnosa Utama DHF DHF, sesuai dengan kaidah koding adanya penurunan trombosit, sehingga Permenkes 27 th 2014 semua DU DHF diberikan kode DS trombocytopenia
1. Verifikator melakukan konfirmasi kepada DPJP Trombositopeni terkait dengan diagnosa trombocytopenia dan melihat kembali pada rekam medis apakah diagnosa tersebut tercantum, jika tercantum maka bisa dikode 2. Diagnosa ini dapat diajukan ke perhimpunan melalui Dewan Pertimbangan Medik untuk ditanyakan kriteria trombocytopenia
483 UPCODING
Pasien datang dengan osteomyeli tis dengan riwayat pengobatan TB dengan hasil rontgen gambaran fraktur radius dan ulna patologis sinistra 1/3 distal, pasien dirujuk dengan kasus ortopedi. dikoding diagnosa utama : Osteomyelitis dengan diagnosa sekunder TB paru (A161). Biaya yang timbul Rp. 5.707.282,-
Koding menjadi M8690 (Osteomyelitis) dengan diagnosa sekunder S6280 (Fracture parts of wrist and hand, closed). Biaya : Rp. 4.384.242,-
Koding hasil verifikasi sudah benar ditambahkan dengan diagnosa sekunder : Z 86.1 Personal history of infectious and parasitic diseases
Koding tuberculosa didak dimasukkan dikarenakan dalam masa peawatan pasien tidak mendapatkan pelayanan terkait diagnosa TB dan merupakan riwayat pengobatan OAT TB saja.
Tulang/Fraktur/Fraktur
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
484 UPCODING
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
Pasien RITL dengan DPJP Spesialis Bedah dan diagnosa Utama Fracture seringkali diikuti dengan diagnosa sekunder Bronchpneumonia padahal dari hasil tindakan penunjang tidak ada hasil Bronchopneumonia Pasien masuk RS dengan kasus fracture in volvin g multiple regions of one upper limb,open. Diajukan oleh RS sbb : diagnosa utama : T02.21 fractures involving multiple regions of one upper limb, open, diagnosa sekunder : S09.9 Unspesified injury of head, tindakan : application of external fixation device, radius and ulna, INA-CBG : M-1-80-II prosedur anggota tubuh atas sedang, biaya : 8.293.281
Mentidaklayakan diagnosa sekunder
486 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus fraktur patella , diajukan oleh RS sebagai berikut : Diagnosa Utama : S82.0 Fracture Of Patella Prosedur utama : 79.66 Debridement of open fracture of tibia and fibula Prosedur skunder : 93.53 Application of other cast Group CBGs : M-1-70-I Prosedur Lutut Dan Tungkai Bawah Selain Kaki Biaya : Rp. 22.227.105
Pasien masuk RITL dengan kasus fraktur patella, merupakan rawatan kedua kali untuk dilakukan reposisi terhadap fraktur atau fiksasi luar (gips), agar tulang yang telah di reposisi tidak bergeser dari posisinya, seusai kaidah koding untuk prosedur fiksasi tanpa pengecoran diberikan kode tindakan : 78.10 Application of external fixation device, unspecified site Biaya : Rp. 3.881.401
Sesuai kaidah koding untuk tindakan reposisi tanpa dilakukan pengecoran atau fiksasi maka kode yang diajukan adalah 78.10 Application of external fixation device, unspecified site
verifikator memastikan kembali pada resume medis apakah benar dilakukan reposisi pada fraktur patela, jika benar maka kode tindakan yang tepat adalah 78.16
487 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus ca. Diajukan oleh RS sebagai berikut: dx. Utama : Ca Nasofaring dx. Sekunder : Non Hodgkin Limfoma hasil PA Non Hodgkin Limfoma Rp. 15.950.057
Pasien hanya dibayarkan diagnosa sesuai dengan resume dan data penunjang dx:Non Hodgkin Limfoma Rp. 5.474.737
diagnosa termasuk dalam kode creep atau perubahan dalam pancatatan rekam medis yang dilakukan praktisi untuk meningkatkan biaya, hasil PA menunjukan dx Non Hodgkin Limfoma tanpa mengarah ke Ca Nasofaring
1. verifikator melihat pada riwayat sebelumnya Tumor/Kanker apakah memang ada diagnosa tersebut. 2. penetapan kasus CA didasarkan pada hasil pemeriksaan penunjang ( verifikasi sudah benar)
488 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa Utama: C76.2 Malignant neoplasm of abdomen Kasus kemoterapi pada rawat inap di entry Dx Utama : C50.9 (Ca Mammae). dengan tindakan Kemoterapi 99.25 L-4-11-I Rp 2.506.671
Sesuai dengan riwayat dan kronologis pasien Tidak ditemukan catatan medis pasien hanya sebatas observasi mengenai hasil PA sebagai penunjang
Disesuaikan dengan diagnosa yang tercantum pada resume medik
indikasi rawat inap hanya dilakukan tindakan kemoterapi saja, sehingga diagnosa utamanya menggunakan kode Z. Menurut DPJP, pasien butuh diobservasi setelah pemberian kemoterapi
1. Berdasarkan aturan kaidah ICD 10, untuk Tumor/Kanker pelayanan kemoterapi pada neoplasma menggunakan kode Z51.1 sebagai diagnosa utama jika pasien melakukan kemoterapi 2. Jika pasien direncakan kemoterapi namun karena kondisi belum memungkinkan sehingga ditunda maka pasien dirawat atas indikasi pebaikan keadaan umum maka kode Z51.1 boleh tidak digunakan . untuk diagnosa utama menggunakan diagnosa sesuai keadaan umum yang ditangani
485 UPCODING
489 UPCODING
Diagnosa utama : T02.21 fractures involving multiple regions of one upper limb, open diagnosa sekunder : G44.3 chronic post traumatic headache, tindakan : 78.13 application of external fixation device, radius and ulna, INA-CBG : M-1-80-I, prosedur anggota tubuh atas ringan biaya : 6.308.388
memeriksa dan membaca hasil pemeriksaan-pemeriksaan penujang pasien
Dikonfirmasi kembali kepada DPJP perial Tulang/Fraktur/Fraktur diagnosa tersebut terkait dasar penentuan Bronchopneumonia sebagai diagnosa (lembar konfirmasi) bila memang diagnosa tersebut tercantum dalam resume medis Sesuai dengan kaedah koding ICD 10 1. Tidak ada regulasi dalam ICD 10 batasan Tulang/Fraktur/Fraktur kode S09.9 usnpesified head injury tentang deskripsi kode S09.9 ditegakkan apabila terdapat tanda-tanda 2. Sehubungan dengan diagnosa utama fractures nyeri kepala disaat itu atau tidak disaat involving multiple regions of one upper limb, open. itu, muntah berulang, demam, tidak verifikator mengkonfirmasi kepada DPJP terkait sanggup bangun,kaku kuduk, hilang multiple region yang dimaksud. koordinasi, agitasi. maka kode yang 3. jika tidak terbukti ada multiple region maka tepat sesuai dgn rekam medis DPJP ditentukankode untuk fracture yang tepat yaitu nyeri kepala post kll adalah G44.3 berdasarkan resume medis chronic post traumatic headache dgn penjelasan klinis nyeri kepala setelah kecelakaan.
Sesuai aturan koding (PMK 27/2014) untuk tindakan kemoterapi maka sebagai dx utama Kemoterapi (Z51.1), dan dx sekunder adalah kanker nya, sehingga terbentuk CBGs C-4-13-I Rp 1.558.312
Tulang/Fraktur/Fraktur
Tumor/Kanker
500 REKOMENDASI KODING
Keyword NO
TIPE
KASUS
VERIFIKASI
ANALISA VERIFIKATOR
REKOMENDASI NCC
(Perihal/ Organ/ Diagnosa/ Tindakan)
490 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan K/U Nyeri pada buah zakar yang dialami lebih kurang 10 tahun sebesar bola tenis, keras + benjolan tidak dapat dimasukkan kembali Dx utama : K404 (Unilateral or unspecified inguinal hernia, with gangrene) Dx sekunder : A418 (Other septicemia) tindakan 1: 4593 (Other small-to-large intestinal anastomosis) tindakan 2: 5303 (Other and open repair of direct inguinal hernia with graft or prosthesis ) K-1-20-III ( PROSEDUR INTESTINAL KOMPLEKS (BERAT) Rp 22.051.929,-
dx utama : K404 (Unilateral or unspecified inguinal hernia, with gangrene) prosedur : 53.03(unilateral repair of drect ingunal hernia with graft of protesis) kode inacbgs : K-1-40-I (Prosedur Hernia Inguinal dan Femoral biaya : Rp 3. 612.772
Seharusnya diagnosa utamanya adalah K404, karena pasien masuk akibat hernia inguinalis . Diagnosa A418 hanya di dukung oleh hasil Lab leukosit= 16400mm3 tidak di dukung dengan Takikardi, demam tinggi .suhu tubuh dalam batas normal . Tekanan darah dalam batas normal. Prosedur untuk hernia 53.03(unilateral repair of drect ingunal hernia with graft of protesis. dan seharusnya kode Inacbgs K-1-14-I (Prosedur Hernia Inguinal dan Femoral
1. terkait dengan diagnosa other septicemia , verifikator memastikan kembali standar pelayanan medis yang berlaku di RS tersebut terkait dengan kriteria septicemia. ( dengan lembar konfirmasi) 2.Prosedur pada tindakan pertama 45.93 (intestinal anastomosis = merupakan tindakan penyambungan usus halus) tidak spesifik untuk penanganan hernia inguinalis sedangkan diagnosa utamanya adalah hernia , maka verifikator melakukan konfirmasi kepada coder perihal ketidak sesuai tersebut (lembar konfirmasi).
491 UPCODING
Pasien masuk RITL dengan kasus myelo fib rosis. Diajukan oleh RS sebagai berikut: Diagnosa Utama D47.9 (Neoplasm of uncertain or unknown behaviour of lymphoid, haematopoieitic and related tissue, unspecified) dan diagnosa sekunder D 64.9 (anaemia, unspecified). tindakan 9904 ( transfusion of packed cells), Grouping CBG's C-414-II. biaya: 5.023.376,00
sesuai dengan kaidah koding, diagnosa utama adalah diagnosa utama C94.5 (acute Myelofibrosis) dan diagnosa sekunder D64.9 (anaemia, unspecified). Tindakan 9904 ( Transfision of packed cells). Biaya: Rp. 2.458.116,00
pengkodean harus sesuai dengan diagnosa resume medis yang dibuat oleh dokter penanggungjawab pasien
1. Pada kasus ini diagnosa utama nya adalah Tumor/Kanker D47.1 dan sebagai diagnosa sekundernya dalah D63.0 2. Pada kasus ini, jika hanya tertulis myelofibrosis pada resume medis maka kode yang tepat adalah D47.1 (Chronic myeloproliferative disease Myelofibrosis (with myeloid metaplasia) [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Neoplasms.] 3. Pada kasus ini, diagnosa anemia pada kasus neoplasma menggunakan kode D63.0 (Anaemia in neoplastic disease [Extracted from ICD-10 Second Edition, 2005, Diseases of the blood and blood-forming organs.])
492 UPCODING
DU Ca nasopharin g , DS anemi, dng HB rendah dan memerlukan transfusi. Pasien hanya diterapi untuk anemianya, sedang tidak ada terapi kankernya
masih disetujui Du Ca nasopharing, tetapi di permenkes 27 thn 2014 symptom tdk bisa sebagai DU
Menurut verifikator, DU adalah Anemia, DS Ca Nasopharing karena tindakan yang dilakukan hanya untuk anemianya (transfusi) tanpa memberikan terapi untuk Ca nasopharing
493 UPCODING
Pasien RITL dengan pasca operasi Ca mammae luka operasi tidak baik. Diajukan RS sebagai berikut: DU: C50.9 DS: T81.3 Tindakan: 86.69 Group CGBs: L-1-30-III Prosedur pemindahan kulit tanpa luka bakar berat Biaya Rp. 26.057.105
Sesuai keluhan pasien masuk karena luka pasca operasi Ca mammae yang tidak baik. DU: T81.3 DS: C50.9 Tindakan: 86.69 Group CBGs: L-1-30-I Prosedur pemindahan kulit tanpa luka bakar ringan Biaya Rp. 11.764.530
Sesuai kaidah koding diagnosa utama dengan tindakan berhubungan. Kode C50.9 merupakan ko-mordibity merupakan diagnose sekunder.
Dalam ICD 10 ada aturan menganai asterix dan dagger, dimana dagger harus menjadi diagnosa utama. Untuk anemi pada neoplasma kodenya adalah D63.0 * (asterix) maka anemia menjadi diagnosa sekunder dan Ca Nasoparing menjadi diagnosa utama 1. koding hasil verifikasi dan hasil analisa kasus sudah tepat 2. diagnosa akhir adalah diagnosa yang menyerap sumberdaya banyak
494
pasien RITL dengan kasus susp kanker sesuai dengan kaidah koding diagnosa yang abdomen, diajukan RS sebagai berikut; diagnosa benar adalah diagnosa utamanya R19.0 utamanya K30; dyspepsia, R19.0; intra abdominal diagnosa sekundernya N13.0 and pelvic swelling mass and lump, M43.0; spondilosis
UPCODING
Tumor/Kanker
Tumor/Kanker
Tumor/Kanker
sesuai dengan kaidah koding dan ICD- Sesuai dengan aturan koding, suspect carcinoma Tumor/Kanker 10 diagnosa yang benar adalah dikoding dengan Z03.1 diagnosa utamanya R19.0 diagnosa sekundernya N13.0 dan dyspepsia tidak dimunculkan lagi.