Karya Tulis Ilmiah STUDI TANAMAN OBAT OBAT SIMPLISIA DI DI B2P2OOT DAN PT. JAVAPLANT TAWANGMANGU JAWATENGAH Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir Obat Tradisional semester genap 2018
Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Ahmad al mutawakil R Dwi Asmi Nirmalasari Dila Susana Mailatullia Khariri Siti Aisyah Rosi Maya Andriani
PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RS ANWAR MEDIKA SIDOARJO 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Studi Studi Tanaman Obat Simplisia di B2P2TOOT dan PT. JavaPlant ”. Penulis mengucapkan banyakterimakasih kepada : 1.
Yani Ambari, M. Farm. selaku ketua prodi S1 Farmasi STIKES RS. Anwar Medika.
2.
Djelang Zainuddin Fickri, M.Farm.Klin.,Apt selaku dosen S1 Farmasi
3.
Acivrida Mega Charisma S.Si.M.Si selaku Kabag Kemahasiswaan
4.
Seluruh staf dan karyawan B2P2TOOT dan PT. Javapalant
5.
Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga kunjungan dan laporan ini dapat terlaksana.
Penulis menyadari laporan ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, segala kritik serta saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan untuk masa yang akan datang.
Sidoarjo, Juni 2018
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia
merupakan
negara
kedua
terkaya
di
dunia
dalam
hal
keanekaragaman hayati. Terdapat sekitar 30.000 jenis (spesies) yang telah diidentifikasi dan 950 spesies diantaranya diketahui memiliki fungsi biofarmaka yaitu tumbuhan, hewan, hewan, maupun mikroba yang memiliki potensi sebagai obat, makanan kesehatan, nutraceuticals, baik untuk manusia, hewan maupun tanaman. Dengan kekayaan tersebut Indonesia berpeluang besar untuk menjadi salah satu negara terbesar dalam industri obat tradisional dan kosmetika alami berbahan baku tumbuhtumbuhan yang peluang pasarnya pun cukup besar. (Anonim, 2010) Dunia farmasi kini mulai mencoba untuk memanfaatkan obat – – obatan obatan herbal. Salah satu contoh yaitu adanya klinik Hortus Medicus yang melayani pasien dengan meresepkan obat herbal. Obat herbal tersebut telah mengalami standardisasi dan uji klinik sehingga dapat dinyatakan aman untuk dikonsumsi. Oeh karena itu, sebagai mahasiswa farmasi sebaiknya mulai mengetahui manfaat dari obat herbal tersebut. B2P2TOOT adalah pusat penelitian obat tradisional dibawah naungan Badan Litbang Kementrian Kesehatan RI dengan tugas pokok melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional. Pengembangan obat tradisional di Indonesia berlangsung pesat. Salah satunya yaitu sediaan obat berupa ekstrak. Ekstrak bahan alam adalah obat tradisional yang disajikan dari ekstrak atau penyarian pen yarian bahan alam yang dapat berupa tanaman obat, binatang, maupun mineral. (Depkes RI, 1995). Proses ekstraksi membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan berharga mahal, ditambah dengan tenaga kerja yang mendukung dengan pengetahuan maupun keterampilan pembuatan ekstrak. Beberapa perusahaan memproduksi ekstrak dari tanaman obat salah satu contohnya adalah PT. Javaplant yang merupakan produsen ekstrak bahan aktif berkhasiat dari tanaman. Kunjungan ke B2P2TOOT dan PT. Javaplant merupakan salah satu cara untuk mengembangkan pengetahuan mahasiswa farmasi STIKES Rumah Sakit Anwar Medika dalam bidang bidang obat tradisional.
B. Rumusan Masalah : 1. Bagaimana sejarah berdirinya B2P2TOOT dan PT. Javaplant ? 2. Bagaimana proses produksi di B2P2TOOT dan PT. Javaplant ? 3. Apa saja produk yang dihasilkan di B2P2TOOT dan PT. Javaplant ?
C. Tujuan : 1. Mengetahui sejarah berdirinya B2P2TOOT dan PT. Javaplant. 2. Mengetahui bagaimana proses proses produksi obat herbal di B2P2TOOT dan PT. Javaplant ?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1Balai 2.1Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Pengembangan Tanaman Obat Dan ObatTradisional (B2P2TOOT) 2.1.1 Sejarah B2P2TOOT Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT), Badan Litbang Kementerian Kesehatan RI pada awalnya tahun 1948 berupa rintisan koleksi tanaman obat Hortus Medicus Tawangmangu. Pada tahun 1963-1968 berada dibawah koordinasi Badan Pelayanan Umum Farmasi dan kemudian pada tahun 1968-1975 dibawah Direktorat Jenderal Farmasi (Lembaga Farmasi Nasional). Pada tahun 1975-1979 kebijakan Pemerintah menetapkan Hortus Medicus dibawah pengawasan Direktorat Pengawasan Obat Tradisionil, Ditjen POM, Depkes RI. Berdasarkan SK Menteri Kesehatan No. 149/Menkes/SK/IV/78 pada tanggal 28 April 1978 status kelembagaan berubah menjadi Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Litbang Kesehatan. Selanjutnya
berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI.
No.
491/Per/Menkes/VII/2006 tertanggal 17 Juli 2006, BPTO meningkat status kelembagaanya menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT). Era persaingan, globalisasi dan keterbukaan mendorong manusia dan negara, menggali, memanfaatkan, mengembangkan budaya kesehatan dan sumber daya lokal untuk membangun kesehatan. Ini berdampak pada transformasi B2P2TOOT, dengan permenkes no. 003 tahun 2010 pada tanggal 4 Januari 2010 Tentang Saintifikasi jamu Penelitian Berbasis Pelayanan. Sejak tahun 2010 B2P2TOOT memprioritaskan pada Saintifikasi Jamu dalam Penelitian Berbasis Pelayanan Kesehatan untuk menjamin jamu aman, bermutu dan berkhasiat. Bahan yang digunakan berupa simplisia yang telah terbukti khasiat dan keamanannya melalui uji uji praklinik. Sejak tanggal 30 April 2012 klinik saintifaksi jamu “ Hortus medicus” menempati gedung baru sebagai rintisan rumah riset jamu sebagai tempat uji klinik dilengkapi dengan rawat inap. ( Anonim, 2012)
2.1.2 Produk B2P2TOOT 2.1.2.1
CPOB dan CPOTB
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.(BPOM, 2012) SedangkanCara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani. Penerapan CPOTB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui dunia internasional. Untuk itu sistem mutu hendaklahdibangun,
dimantapkan
dan
diterapkan
sehingga
kebijakan
yang
ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Dengan demikian penerapan CPOTB merupakan nilai tambah bagi produk obat tradisional Indonesia agar dapat bersaing dengan produk sejenis dari negara lain baik bai k di pasar dalam dala m negeri maupun internasional.
Mengingat pentingnya penerapan CPOTB maka pemerintah secara
terus menerus memfasilitasi memfasilitasi industri obat tradisional baik skala besar maupun kecil untuk dapat menerapkan CPOTB melalui langkah - langkah dan pentahapan yang terprogram. Dengan adanya perkembangan jenis produk obat bahan alam tidak hanya dalam bentuk obat tradisional (jamu), tetapi juga dalam bentuk Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, maka pedoman CPOTB ini dapat pula diberlakukan bagi industri yang memproduksi Obat Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka.
2.1.3 Proses Produksi Pembuatan produk di B2P2TOOT membutuhkan bahan baku yang berupa simplisia. Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat tradisional yang yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali
dinyatakan lain merupakan bahan yang dikeringkan. ( BPOM, 2012 )
Adapun tahap – tahap – tahap tahap proses produksi simplisia :
2.1.3.1 Pengumpulan bahan baku Pengadaan bahan baku diperoleh melalui proses penanaman di B2P2TOOT dilakukan pada lahan seluas 19 hektar yang terdiri dari dari 950 spesies tanaman obat. Berbagai jenis spesies tanaman obat ini berasal dari Indonesia dan juga luar negeri. Lahan tersebut tersebar di beberapa daerah tergantung dari kebutuhan tiap tanaman akan suhu yang optimum dan kondisi tanah yang sesuai. Hal ini mempengaruhi kandungan zat aktif yang terdapat di dalam tanaman obat tersebut. Penanaman yang dilakukan oleh B2P2TOOT bekerjasama dengan para petani binaan di daerah sekitar sehingga dapat memberikan lapangan pekerjaan untuk penduduk sekitar dan meningkatkan taraf hidupnya. Penanaman yang dilakukan di B2P2TOOT dilakukan pada dua area yaitu di rumah kaca dan juga di lahan terbuka. Penanaman yang dilakukan di rumah kaca berujuan untuk adaptasi dan pelestarian tanaman.
2.1.3.2 Sortasi basah Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahanbahan asing as ing seperti tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang. Sortasi basah dilakukan langsung setelah bahan baku datang dari petani tanaman obat dilakukan dilaboratorium pasca panen.
2.1.3.3
Pencucian Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian
dilakukan dengan air bersih,
misalnya air dari mata air, air sumur atau air PAM. Bahan simplisia
yang
mengandung zat yang mudah larut didalam air yang mengalir, pencucian agar dilakukan dalam waktu yang sesingkat sesi ngkat mungkin. Proses pencucian di B2P2TOOT dilakukan dengan sumber air mengalir. Kemudian setelah dicuci simplisia ditiriskan lebih dahulu sebelum dilakukan perajangan.
2.1.3.4 Perajangan
Beberapa
jenis
bahan
simplisia
perlu
mengalami
proses
perajangan.Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Di B2P2TOOTsendiri perajangan dilakukan dengan mesin perajang khusus. Proses perajangan ini mempengaruhi proses pengeringan. Semakin tipis bahan yang yang akan dikeringkan, semakin cepat cepat penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi t etapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap.
2.1.3.5 Pengeringan
Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu yang yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Di B2P2TOOT pengeringan dilakukan dengan matahari tetapi tidak secara langsung yaitu dibagian atapnya ada lapisan kaca bening, hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya face hardening yaitu simplisia hanya kering sebagian. Pengeringan dilakukan di dalam oven dengan suhu 300 – 300 – 450 450 C.
2.1.3.6
Sortasi kering Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahapan akhir dari
pembutan simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yang
yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Proses ini dilakukan sebelum simplisia dibungkus untuk kemudian disimpan.
2.1.3.7
Pengepakan dan penyimpanan. Setelah dilakukan sortasi kering simplisia di bungkus dan disimpan. Cara
menyimpan simplisia dalam wadah yang kurang sesuai memungkinkan terjadinya kerusakan pada simplisia karena dimakan kutu atau ngengat yang temasuk golongan hewan serangga atau insekta. Di B2P2TOOT sendiri simpisia disimpsn dalam wadah plastik tertutup rapat dan diletakan di gudang penyimpanan. Penyebab utama pada kerusakan simplisia yang utama adalah air dan kelembaban. Kelemaban udara di ruang penyimpanan simplisia kering, sebaiknya diusahakan serendah mungkin untuk mencegah terjadinya penyerapan uap air. (Bambang, 1997)
2.1.4 Hasil Produksi B2P2TOOT Tanaman obat hasil panen yang telah diolah sesuai dengan cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB) akan menghasilkan simplisia yang berkualitas dan terstandar. B2P2TOOT hanya menerima tanaman obat sebagai bahan baku yang ditanam oleh para petani binaan dengan lokasi penaman di sekitar wilayah B2P2TOOT. Tanaman obat tersebut akan di olah segera setelah bahan baku baku ini datang. Setelah bahan baku mengalami serangkaian proses produksi akan menghasilkan simplisia yang sudah kering. Simplisia – simplisia simplisia tersebut akan di simpan dan di distribusikan ke klinik Hortus Medicus. Diklinik tersebut simplisia akan racik dan diserahkan pada pasien. Beberapa contoh jamu diklinik hortus medicus antara lai n : a. Jamu Hipertensi b. Jamu Hiperglikemi c. Jamu Hiperkolesterolemi d. Jamu Hiperurisemi
2.2 PT JAVAPLANT 2.2.1 Sejarah PT. Javaplant Tahun 1996 Junius menyelesaikan studi di Universitas Oregon, Amerika Serikat dan pulang ke Indonesia. Junius pada akhirnya dipercaya oleh orangtuanya untuk memegang perusahaan teh berlabel Teh Sepeda Balap pada 1997. Tahun 1998 terjadi krisis moneter yang menyebabkan hampir semua perusahaan nasional mengalami kesulitan, hal ini dimanfaatkan Mulyo Rahardjo (kakak Junius) untuk mengembangkan PT.Deltomed Laboratories Laboratories melalui hasil produksi produksi utama yaitu Antangin. Pesatnya perkembangan PT.Deltomed Laboratories menjadi awal lahirnya Javaplant.karena kapasitas PT.Deltomed tidak mencukupi kebutuhan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar yang besar. Javaplant didirikan pada tahun 2002 untuk menyuplai bahan herbal herbal yang dibutuhkan PT. Deltomed. Dan
Junius
memegang peran sebagai marketing Java plant. Tahun 2006 Javaplant mulai berkembang pesat ketika konsumen dari luar negeri tertarik dengan ekstrak Javaplant dan menjadi supplier ekstrak ekstrak herbal yang memasok ke berbagai industri kimia besar di Indonesia dan luar negeri.(Anonim, 2012).
2.2.2 Profil PT. Javaplant Javaplant adalah produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat dari tanaman asli indonesia yang bermanfaat untuk kesehatan guna memenuhi kebutuhan akan bahan utamadan tambahan bagi industri farmasi, kesehatan dan kosmetik dan ekstrak botani lainnya untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman. Javaplant menyediakan ekstak bahan aktif alam ddalam berbagai macam rupa diantaranya vacum dried extracts, essensial oils oleoresin untuk berbagai aplikasi kedalam produk jadi.Javaplant menggunakan berbagai spesfikasi, standar dan metode sesuai keinginan para pelanggan. Tahun 2000 javaplant menggunakan sistem evaporasi dan pengeringan secara vakum kedalam proses ekstraksi bahan aktif alam. Sistim vakum tersebut adalah salah satu yang pertama di perkenalkan diindustri ekstrak bahan alam menjadi ekstrak konsentrat dan mengeringkan esktrak konsentarat menjadi ekstrak bubuk kering dengan temperatur yang relatif rendah sehingga kandungan aktif dalam ekstarak bahan alam tidak rusak dan tetap terjaga mutunya. Sistem vakum menjadikan javaplant pelopor produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat asli indonesiasejak tahun 2000. (Anonim, 2012).
2.2.3 Produk PT. Javaplant 2.2.3.1
CPOB dan CPOTB
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. (BPOM, 2012) Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang menangani.(BPOM, 2012) 2012)
2.2.3.2
Proses Produksi
Javaplant adalah produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat dari tanaman. Proses utama dalam ekstraksi itu terdiri dari tiga fase dan tahapan. Yaitu, fase ekstraksi, fase evaporasi, dan fase drying. Dalam hal ini, Javaplant menambahkan proses purifikasi dalam produksinya. Sebuah proses pemisahan kandungan-kandungan zat aktif yang terdapat pada
sebuah biofarmaka atau satu raw material yang sedang diolah. Proses ini dilakukan sebelum masuk ke proses evaporasi. Dengan catatan jika produk yang akan diproduksi hanyalah salah satu zat aktif yang terkandung dalam sebuah biofarmaka atau satu raw material yang sedang diolah. Berikut ini merupakan tahapan dan fase-fase proses produksi ekstrak di Javaplant
Fase Uji Coba Semua proses produksi di Javaplant diawali dari laboratorium. Sebelum di bawa ruang produksi ekstrak. Di ruangan steril yang di isi oleh 12 orang staff laboratorium, setiap produk akan mengalami serangkaian uji coba di laboratorium terlebih dahulu, untuk diketahui kandungan zat dan kadarnya. Tujuannya adalah untuk menghasilkan ekstraksi berkualitas dan terstandar. Mengidentifikasi senyawa aktif menggunakan beragam instrumen seperti spektrometer, high performance liquid chromatography (HPLC), dan ultraperformance liquid chromatography (UPLC), dan insrtumen lainnya. Javaplant juga menguji kandungan sisa pelarut, mikroba, dan logam berat pada ekstrak karena menyangkut keamanan produk. Misalnya seperti Residu alkohol yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi kehalalan produk, contoh lain seperti pelarut heksan, timbel (Pb), raksa (Hg), dan arsenik (Ar), yang membahayakan. Setelah menemukan prosedur ekstraksi yang optimal dalam skala laboratorium dilakukan uji coba ekstraksi dalam skala lebih besar yakni skala pilot. Dalam skala pilot metode ekstraksi adalah perkolasi. Hasil ekstrak
kemudian
mengalir
ke
destilator
dalam
kondisi
vakum
untuk
menghilangkan pelarut. Selanjutnya yaitu melakukan uji kandungan senyawa aktif dan bahan berbahaya. Jika hasil ektraksi skala pilot sesuai, baru proses ekstraksi skala produksi dimulai.
Fase Produksi Semua raw material dimasukkan dalam mesin ekstraktor dengan kapasitas 8000 liter. Mesin ini memiliki 4 buah tabung besar dengan kapasitas masingmasing 2000 liter, yang masing-masing terhubung oleh pipa-pipa besar dengan posisi tabung menggantung. Hasil ekstrak yang masih berupa crude extract tersebut dimasukkan dalam sebuah tangki besar yang kemudian dari tangki tersebut crude extract diproses lagi melalui pipa-pipa penghubung menuju mesin evaporator yang memiliki kapasitas 1000 liter/jam. Semua bahan produksi, mulai dari berbentuk raw material yang dimasukkan ke dalam mesin ekstrak, crude extract, resin, maupun liquid, semuanya terproses secara otomatis dan mechanical, Sehingga raw material yang telah menjadi resin atau konsentrat benar – benar higienis, sama sekali tidak tersentuh tangan maupun terproses di udara terbuka. Terdapat 2 mesin evaporator yang letaknya bersebelahan dengan mesin ekstrak di ruang produksi pabrik Javaplant ini. sehingga untuk memproduksi crude extract yang dialirkan
melalui pipa – pipa dari mesin ekstrak yang berkapasitas 8000 liter, dibutuhkan waktu 4 jam. Di mesin evaporator inilah mulai ditentukan, apakah produk tersebut akan dijadikan resin saja, menjadi konsentrat, atau menjadi produk liquid, pasta atau akan dijadikan produk powder.
Proses Purifikasi Javaplant memiliki kapabilitas untuk melakukan proses purifikasi. Mesin yang bernama liquid to liquid extraction ini memiliki sebuah tabung kaca besar dan panjang dengan posisi horizontal yang berada di atas rangkaian mesinnya. Pada proses ini javaplant di lebih menunjukan proses ekstraksi temulawak yang akan diambil kandungan xanthorrizole nya. Hasil ekstrak temulawak dilarutkan bersama solvent organic dengan menggunakan proses pelarut separasi kemudian terjadi pemisahan antara xanthorrizole dengan curcumin serta zat lain yang terkandung dalam temulawak.
Fase Sterilisasi Dalam proses produksi terdapat proses tambahan sebelum pengeringan hasil ekstrak, yakni proses sterilisasi. Pada proses itu hasil ekstrak dialirkan melalui pipa bersuhu 130 derajat celsius selama 2 detik untuk mematikan mikroba, serta menetralisir kandungan – kandungan berbahaya dari pelarut. Dalam proses produksi pengeringan menggunakan mesin vacuum belt drying (VBD). Konsentrat yang pekat dialirkan ke di sabuk berjalan vakum bertekanan udara 13 milibar. Pada tekanan itu hasil mesin extractor dan mesin evaporator yg dimiliki Javaplant ekstrak akan kering dalam suhu kurang dari 20 derajat celcius. Dengan alat ini menjamin senyawa aktif tidak rusak. Dengan berbagai teknologi yang dimiliki inilah Javaplant menghasilkan ekstrak herbal terstandar internasional sesuai dengan standarisasi yang ditetapkan oleh CPOTB BPOM Indonesia dan National Sanitary Foundation USA, ISO, FDA (Food and Drugs Administration) di Amerika, serta standart produk Halal dari MUI. Sehingga produk - produk yang dihasilkan oleh Javaplant dipastikan memiliki kualitas yang tinggi.
2.2.3.3
Hasil Produksi
Javaplant hanya fokus memproduksi ekstrak bahan alam berkhasiat asli Indonesia. Diantara begitu banyak bahan alam berkhasiat asli Indonesia, Javaplant menarget spesialisasi, mengekstrak dan mempromosikan 6 bahan yaitu jahe, temulawak, kunyit, kunyit, habbatussauda, purwoceng dan tongkat ali. Produk – produk hasil ekstraksi Javaplant banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industri kosmetik, suplemen kesehatan, obat tradisional, dan farmasi. Untuk hasil ekstraksi javaplant berinvestasi dengan fasilitas dan teknologi untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Khususnya untuk produksi xanthorrhizol, yang dihasilkan dari proses ekstraksi temulawak (Curcuma xanthorrhiza).Ekstrak xanthorrhizol yang dibutuhkan biasanya memiliki tingkat kemurnian tinggi. Dengan peralatan dan metode ekstraksi yang dimiliki, Javaplant mampu mengekstraksi xanthorrhizol dengan tingkat kemurnian 96%. Selain temulawak, Javaplant juga dikenal mampu mengekstraksi bahan – bahan lain seperti kayu manis, buah kopi, dan tongkat ali. Produk – produk produk yang dipasarkan tidak selalu dalam bentuk murni, tetapi bisa juga berbentuk serbuk ekstrak (powder). Produk terbaru dari Javaplant adalah zirzak 26000 yang mengandung anti oksidan tinggi dan dapat diaplikasikan dalam produk farmasi, kosmetik, makanan dan minuman dalam bentuk tablet, kaplet, kapsul dan cair.
BAB III PEMBAHASAN
Studi Ekskursi dilakukan di Balai Penelitian Dan Pengawasan Pengawasan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) dan PT Javaplant pada tanggal 8 Mei 2018. Kunjungan Pertama yaitu diB2P2TOOT yang merupakan pusat penelitian obat tradisional dibawah naungan Badan Litbang Kementrian Kesehatan RI, dengan tugas pokok melaksanakan penelitian dan pengembangantanaman obat dan obat tradisional. Kunjungan diawali dengan mahasiswa memasuki ruang “sinema fitomedika” dimana kami memperoleh perkenalan dan penjelasan mengenai B2P2TOOT dan perkembangannya, termasuk beragam spesies tanaman obat yang dikembangkan. Kemudian mahasiswa dibagi dalam 5 kelompok yang masing – masing kelompok secara bergantian dipandu untuk berkeliling mengunjungi tempat – tempat tempat di B2P2TOOT. Beberapa tempat yang dikunjungi antaralain greenhouse, kebun produksi,museum jamu, etalase tanaman obat dan laboratorium pascapanen. Greenhouse atau rumah kaca merupakan tempat tumbuh tanaman obat dengan kategori khusus.B2P2TOOT memiliki 2 unit rumah kaca yaitu untuk adaptasi dan pelest arian. Rumah kaca adaptasi di gunakan untuk jenis tanaman seperti hasil eksplorasi, tanaman koleksi baru, tanaman yang belum teridentifikasi, tanaman yang belum beradaptasi dengan lingkungan tawangmangu. Sedangkan rumah kaca pelestarian digunakan untuk tanaman obat langka, tanaman obat koleksi yang populasinya sangat sedikit dan tanaman obat yang tidak tahan dengan perubahan iklim. Museum jamu merupakan rintisan istana jamu sebagai sarana pembelajaran nonformal yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan untuk melestarikan jamu bagi generasi penerus. Didalam museum jamu kita menemukan banyak menemukan herbarium basah dan kering. Dimuseum ini terdapat Rumah Riset Jamu (RRJ) dimana terdapat koleksi jamu kuno, koleksi naskah kuno dan menyimpan ramuan jamu kekayaan leluhur. Etalase tanaman obat merupakan wahana pembelajaran dan peningkatan pengetahuan wisata alamiah berupa tanaman ta naman obat. Pemandangan dari ratusan koleksi tanaman obat yang di pamerkan dengan tatanan yang menarik terdiri dari aromatic garden dan sub tropic garden.
Setiap tanaman diberi nama daerah, nama ilmiah dan khasiatnya. Koleksi tanaman obat disini mayoritas merupakan tanaman asli indonesia. Terdapat 20 tanaman obat yang sangat berkhasiat diantaranya yaitu : 3.1 Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L)
Klasifikasi dan Morfologi Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L)
Kingdom : Plantae (tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisio : Magnoliophyta (berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub-kelas : Dilleniidae Ordo : Malvales Familia : Malvaceae (suku kapas-kapasan) Genus : Hibiscus Spesies : Hibiscus sabdariffa L
Morfologi tanaman rosella Batang
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai batang bulat, tegak, berkayu dan berwarna merah.tumbuh dari biji dengan ketinggian ketinggian bisa mencapai 3-5 meter. Akar
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai akar tunggal. Daun
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai daun tunggal berbentuk bulat telur, bertulang menjari, ujung tumpul, tepi bergerigi dan pangkal berlekuk, Panjang daun 6-15 cm dan lebar 5- 8 cm. Tangkai daun bulat berwarna hijau dengan panjang 47 cm.
Bunga
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai bunga berwarna cerah, Kelopak bunga atau at au kaliksnya berwarna merah gelap dan lebih tebal jika dibandingkan dengan bunga raya/sepatu. Bunganya keluar dari ketiak daun dan merupakan bunga tunggal, yang berarti pada setiap tangkai hanya terdapat 1 (satu) bunga. Bunga ini mempunyai 8-11 helai kelopak yang berbulu, panjangnya 1 cm, yang pangkalnya saling berlekatan dan berwarna merah. Kelopak bunga ini sering dianggap sebagai bunga oleh masyarakat. Bagian inilah yang sering dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan minuman. Biji
Tanaman rosella (Hibiscus sabdariffa L) mempunyai biji berbentuk seperti ginjal hingga triangular dengan sudut runcing, berbulu, panjang 5 mm dan lebar 4 mm. Kandungan Bunga Rosella
Pemanfaatan bunga rosella sebagai obat herbal sudah diketahui sejak lama. Pada awalnya bunga rosella hanya dikonsumsi sebagai teh dengan cara diseduh, tetapi kini beberapa negara seperti Thailand dan China berlomba-lomba memproduksi obat-obatan yang berbahan baku bunga rosela. Bunga rosela diketahu berkhasiat menurunkan kolesterol, hipertensi, menurunkan berat badan, mencegah kanker, mencegah jantung koroner dan lain sebagainya. Khasiat bunga rosela tersebut tidak lepas dari kandungan beberapa senyawa dan vitamin yang terdapat pada kelopak bunga rosela. Kandungan tersebut antara lain lain vitamin A, vitamin C, protein esensial, kalsium dan kalsium dan 18 jenis asam amino, amino,
termasuk arginina dan arginina dan legnin. legnin.
senyawa antioksidan
yang
terdiri
Dalam atas
bunga
rosela
juga
senyawa gossipetin, senyawa gossipetin,
antosianin dan antosianin dan glukosida glukosida hibiscin 3.2
AERVA SANGGULONETA B
terdapat fenolik,
Klasifikasi
Divisi
Spermatophyta
Sub Divisi
Angiospermae
Kelas
Dicotyledoneae
Bangsa
Caryophyllales
Suku
Amaranthaceae
Marga
Aerva
Jenis
Aerva sanguinolenta Bl. sanguinolenta Bl.
Deskripsi : Habitus
Herba, tinggi 25 – 25 – 50 50 m.
Batang
Berkayu, bulat, bercabang, beruas, merah keunguan.
Daun
Tunggal, bulat, ujung terbelah, tepi rata, pangkal meruncing, panjang 5 – 10 10 cm, lebar 4 – 9 9 cm, tangkai panjang 1 – 6 6 cm, merah keunguan.
Bunga
Majemuk, bentuk bulir, di ketiak daun, panjang ¾ – 10 10 cm, berkelamin
dua,
pangkal
tangkai
sari
berlekatan,
bentuk
mangkok, kepala sari dua, tangkai putik kecil, kepala putik satu, taju dua, perhiasan bunga lima, panjang ± 2 mm, berbulu halus, putih. Buah
Pipih, hitam.
Biji
Kecil, hitam mengkilat.
Akar
Tunggang, merah keunguan.
3.3 PANDANUS
Kingdom : Plantae ( Tumbuhan ) Subkingdom : Trachebionta ( Tumbuhan berpembuluh ) Super Divisi : Spermatophyta ( Menghasilkan biji ) Divisi : Magnoliophyta ( Tumbuhan berbunga ) Kelas : Liliopsida ( berkeping satu / monokotil ) Sub kelas : Arecidae Ordo : Pandales Famili : Pandanaceae Genus : Pandanus Spesies : Pandanus amaryllifolius Roxb. amaryllifolius Roxb.
Morfologi daun pandan wangi Morfologi tanaman daun pandan wangi ini dapat di lihat berdasarkan ciri – ciri tanaman diantara yaitu : 1. Akar Akar tanaman ini berserabut, akar tunjang yang menopang pada tanaman lainnya, perakaran ini memiliki panjang mencapai 30-60 cm bahkan lebih, berwarna kecokalatan dan juga dapat mencapai kedalaman tanah 30 cm. 2. Batang Batang tanaman daun pandan ini menjalar, berbentuk bulat, lunak, bercabang dan juga dapat mencapai 2 meter bahkan lebih. Batang daun pandan ini juga di kenal sebagai batang perdu atau tanaman perdu yang dapat m eneduhkan sekitar tanaman daun pandan tersebut. 3. Daun Daun pandan ini memanjang, yang berbentuk hampir menyerupai daun palem atau rumput, yang memiliki bagian tepi bergerigi, pangkal ujung merucing, dengan pertulangan yang menonjol memanjang. Daun pandan ini juga tersusun dalam beberapa garis spiral yang mencapai 3-4 garis, pada umumnya daun pandan ini berwarna kehijauan muda hingga tua.
4. Bunga Bunga daun pandan ini merupakan bunga yang majemuk, bebentuk dalam tandan atau tongkol yang berwarna putih. Bunga ini terletak pada ketiak daun pelindung dan juga terletak di sekitar ujung bagian batang. Bunga ini biasanya dapat menyerbuk dengan alami maupun dengan bantuan hewan sekitar. 5. Buah Buah daun panda panda berbentuk bulat, dengan dengan permukaan bergerigi dan memiliki duri halus, pada umumnya umumnya buah ini memiliki ukuran yang yang sangat bervariasi mulai 4 – 7 cm bahkan lebih. Buah ini berwarna kehijuan dengan corak yang kemerahan sedikit yang memiliki biji dalam setiap buahnya. Biji dalam buah ini dapat berkisar antara antara 10-20 bahkan lebih, dengan bentuk bulat, pipih, dan juga berdaging halus serta berwarna abu – abu atau kecoklatan.
3.4 ARDISIA CRENATA L
3.5 IRIS PSEUDOCORUS L
3.6 COLOTROPIS GIGANTAE
3.7
ALAMANDA CATHARTICA
3.8 BARLERIA LUPULINA LIDI
3.9
PHYLOCCA AMERICANA L
3.10 MEDINELLA SPECIOSA
3.11 THUNBERGI COCCINAE
3.12
3.13 CAPSICUM SPP
3.14 MIRABILIS JALAPA L
CROCUS SATIVUS L
3.15
3.16 TRIHAPSIA TRIFOLIATA
VALERIANA OFFICINALIS L
3.17
DESMODIUM TRIQUETRUM
L
3.18
3.19 SALIDOGO LEPID DC
CLERODENDRON INERME
3.20
MESONA PALUSTRIS
Laboratorium pasca panen. Gedung ini memiliki 4 lantai. Lantai 1 merupakan tempat dilakukannya penimbangan, sortasi basah, pencucian, penirisan dan pengubahan bentuk. Lantai 2 merupakan ruang formulasi dan ruang transit simplisia. Lantai 3 merupakan ruang oven, ruang sortasi kering, penimbangan dan pengemasan serta te rdapat gudang induk. Lantai 4 merupakan area pengeringan dengan sinar matahari, dengan naungan dan bed dryer. Kunjungan dilanjutkan ke PT. Javapalnt yag berlokasi tidak jauh dari B2P2TOOT yaitu karanganyar tawangmangu. Javaplant adalah produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat dari tanaman asli as li indonesia. ekstrak yang di produksi memiliki memil iki 2 tipe yaitu ekstrak kering dan cair. Mahasiswa mengunjugi 3 tempat di Javaplant antara lain plant 1, plant 2, dan laboratorium Javaplant. Plant 1 merupakan ruang produksi ekstrak cair. Tanaman yang di buat ekstrak cair khusus tanaman obat herbal contohnya temulawak, jahe dan kunyit. Terdapat mesin ekstraktor dengan kapasitas 8000 liter yang memiliki 4 tabung perkolator yang masing masing berkapasitas 2000 liter. Diruang produksi ini terdapat 2 mesin evaporator yang letaknya bersebelahan dengan mesin ekstrak. Mesin evaporator digunakan untuk menentukan apakah produk akan di jadikan resin, konsentrat, atau menjadi produk liquid, pasta atau dijadikan produk powder. Plant 2 merupakan ruang produksi ekstrak kering. Contoh bahan baku pembuatan ekstrak kering antara lain kopi, teh dan kayu manis. Mesin diruang produksi ekstrak kering sama dengan mesin diruang produksi ekstrak cair, hanya saja hasil evaporasi yang dihasilkan berupa ekstrak kering. Tempat terakhir yang dikunjungi yaitu laboratorium. Javaplant mengoperasikan laboratorium yang menggunakan instrumen serta teknologi yang canggih untuk menciptakan produk – produk yang berkualitas tertinggi dan berkhasiat seperti laboratorium fitokimia, mikrobiologi, dan laboratorium instrumen. Laboratorium fitokimia merupakan tempat dilakukannya uji kadar air, uji kadar aqua, uji kelarutan dalam alkohol, uji kelarutan dalam air. Sedangkan laboratorium mikrobiologi merupakan tempat dilakukannya uji untuk mengetahui berapa banyak bakteri menggunakan ALT dan berapa banyak jamur dan kapang
dalam suatu produk menggunakan alat AKK. Javaplant memiliki laboratorium instrumen yang didalam nya terdapat beberapa instrumen canggih. Beberapa contohnya antara lain : Spektro UV / Vis = untuk menganalisa zat aktif pergolongan TLC = untuk uji kuantitatif AAS = untuk analisa logam berat KCKT = untuk menganalisa kandungan zat aktif.
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktik Kunjungan Lapangandi B2P2TOOT dan PT. Javaplant diantaranya yaitu : 1. B2P2TOOTadalahpusatpenelitianobattradisionaldibawahnaunganBalitbangkementria nKesehatan
RI,
dengan
tugas
pokok
melaksanakan
penelitian
dan
pengembangantanaman obat dan obat obat tradisional. 2. B2P2TOOT mempunyai tugas untuk melaksanakan penelitian dan pengembangan tanaman obat dan obat tradisional. 3. Proses prosuksi simplisia meliputi pengumpulan bahan baku, sortasi basah, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan dan penyimpanan. 4. Javaplant adalah produsen ekstrak bahan aktif alam berkhasiat dari tanaman asli indonesia yang bermanfaat untuk kesehatan guna memenuhi kebutuhan akan bahan utamadan tambahan bagi industri farmasi, kesehatan dan kosmetik dan ekstrak botani lainnya untuk memenuhi kebutuhan industri makanan dan minuman. 5. Proses utama dalam ekstraksi itu terdiri dari tiga fase dan tahapan. Yaitu, fase ekstraksi, fase evaporasi, dan fase drying.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Fitofarmaka. http://wikipedia.html/fitofarmaka-obat-herbal. Diakses pada tanggal 20 Juni 2018 Anonim.
2011.
Javaplant
carrying
indonesia
originbotanicals.
http://indonesiapharmacomunity.com. Diakses pada tanggal 11 J uni 2018. Anonim. 2012. B2P2TOOT. http://www.b2p2toot.litbang.depkes.go.id/. Diakses pada tanggal 20 Juni 2018 Anonim. 2014. Javapalant gebrakan diindustri ekstrak herbal. http://www.javaplant.co.id/. Diakses pada tanggal 20 Juni 2018. 2018. Anonim. 2014. Javaplant raja ekstrak herbal. http://www.javaplant.co.id/. Diakses pada tanggal 8 agustus 2015. Badan Pengawasan Obat dan Makanan [BPOM]. 2012. Cara pembuatan obat yang baik.Indonesia. BPPOM RI. Badan Pengawasan Obat dan Makanan [BPOM]. 2012. Cara pembuatan obat tradisional yang baik. Indonesia, BPPOM RI. Departemen kesehatan Republik Indonesia,1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. Nurul, Indah. 2014. Profil B2P2TOOT. http://www.scribd.com/doc. Diakses pada tanggal 20 Juni 2018. Sutrisno, Bambang. 1997. Ikhtisar Farmakognosi Edisi IV. Jakarta. Pharmascience pasific.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Etalase tanaman obat B2P2TOOT
Lampiran 2. Museum jamu
Ruang herbarium basah dan kering
Ruang budaya
Lampiran 3. Contoh tanaman dirumah kaca Contoh tanaman diruang adaptasi
Contoh tanaman diruang pelestarian
Lampiran 4. Laboratorium pasca panen.
Lampiran 5. Alat – alat alat Pemotongan
Lampiran 6. Kebun produksi
Lampiran 7. Javaplant
Lampiran 8. Laboratorium fitokimia, mikrobiologi,