amputasi termasuk tindakkan perioperatifFull description
RKK DR. SP. JIWAFull description
askep amputasi
sistem muskuloskeletal
askep amputasiDeskripsi lengkap
...Full description
Deskripsi lengkap
efan prFull description
Deskripsi lengkap
amputasi
UNDERTUNNEL
BAB I PENDAHULUAN
Amputasi Amputasi adalah prosedur prosedur bedah yang paling kuno. kuno. ema!uan ema!uan teknik teknik bedah dan desain protesis berhubungan erat dengan perang. Pada a"alnya prosedur amputasi dilakukan dilakukan tanpa anestesi. anestesi. Stump atau u!ung bagian yang diamputasi diamputasi diremukkan diremukkan atau di #elupka #elupkan n ke minyak minyak panas panas untuk untuk menduk mendukung ung hemost hemostasis asis.. Prosed Prosedur ur tersebu tersebutt berhub berhubung ungan an dengan dengan tinggi tingginya nya angka angka kematia kematian. n. $ntuk $ntuk pasien pasien yang yang bertahanpun% masih menemui masalah berupa ketidak#o#okkan ketidak#o#okkan dengan protesis.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 D!"#$#%# A&puta%#
Amputasi berasal dari kata &utare' yang berarti &pan#ung'. Amputasi adalah tindakan(prosedur membuang sebagian dari satu atau beberapa tulang.. Amputasi sendiri merupakan tindakan paling tua. )erdasarkan Se!arah% salah satu hukuman berupa amputasi tangan atau kaki. A"alnya merupakan sutatu proses yg kasar tanpa anestesi. Pada abad *+,% Ambroise -ahli bedah Peran#is menemukan bentuk stump fungsional / teknik ligasi -untuk menhentikan perdarahan. Abad ke *+,, menggunakan teknik torni0ue untuk menghentikan pendarahan seperti memasang tourni0uet. Setelah perang dunia ke ,, terdapat kema!uan dalam teknik pembedahan / pera"atan luka. Penggunan prostesis !uga digunakan dalam meningkatkan dera!at hidup pasien. 2.2 Ep#d!'(')#
Menurut 1he 2ational Center of 3ealth Statisti# mengestimasikan terdapat lebih dari 455.555 pasien dengan amputasi yang tinggal di Amerika Serikat% dan 45.555675.555 prosedur amputasi dilakukan tiap tahunnya di negara tersebut. Sedangkan di seluruh dunia diperkirakan 8%9 !uta orang hidup dengan kehilangan anggota gerak pada tahun 55;. Dan perkiraan tersebut akan men!adi dua kali lipat sampai 4%9 !uta orang yang kehilangan anggota gerak pada tahun 5;5. Prevalensi penderita ulkus diabetika yang merupakan faktor resiko di ,ndonesia sekitar 8;.55<% angka amputasi 45.55<% angka kematian 4.55< dan ulkus diabetika merupakan sebab pera"atan rumah sakit terbanyak sebesar =5.55< untuk diabetes mellitus. Angka kematian dan angka amputasi masih #ukup tinggi% masing6masing sebesar 4.;5< dan 4.;5<.
Menurut Crensha"% dalam +itriana -55% amputasi pada alat gerak ba"ah men#apai =;<6>5< dari seluruh amputasi% dimana amputasi ba"ah lutut -transtibial amputation merupakan !enis operasi amputasi yang paling sering dilakukan. Angka ke!adian amputasi yang pasti di indonesia saat ini tidak diketahui% tapi menurut +itrania -55 ter!adi 74.555 kasus per tahun dari !umlah penduduk =5.;9.7=> !i"a atau sekitar 5%5< sedangkan dalam ?ai#he et al -55> disebutkan bah"a ter!adi kasus amputasi sekitar 8;=.555 per tahun dari !umlah penduduk 45@.8.84 atau sekitar 5%5;<. Dengan demikian dapat diketahui bah"a ter!adi peningkatan kasus amputasi% baik se#ara !umlah% maupun se#ara persentase dari !umlah penduduk.
2.* Pat'"#%#'(')#
Dalam melakukan tindakan amputasi berdasarkan indikasinya% dapat mempengaruhi sistem dalam tubuh: 8. e#epatan metabolisme ika seseorang dalam keadaan imobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga sehingga menurunkan ke#epatan metabolismebasal. . System mus#uloskeletal 1er!adi penurunan kekuatan otot. Dengan adanya i mobilisasi dan gangguan system vaskuler memungkinkan supali B dan nutrisi sangat berkurang pada !aringan demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu. Atropi otot karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi persarafan. 3al ini menyebabkan ter!adinya atropi dan paralisis otot. ontraktur sendi karena kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak. Bsteoporosis karena ter!adi penurunan metabolisme kalsium. 3al ini menurunkan persenya"aan organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang men!adi keropos. 4. System integument
1irah baring yang lama dapat mengakibatkan tubuh bagian ba"ah seperti punggung dan bokong akan tertekan akibat tirah baring lama sehingga ter!adi penurunan suplai darah dan nutrisi ke!aringan. ika hal ini dibiarkan akan ter!adi is#hemia% hyperemis% dekubitus dan akan normal kembali !ika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan supali darah. 7. etidakseimbangan #airan dan elektrolit Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari anabolisme% maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma% hal ini menyebabkan pergeseran #airan intravaskuler ke luar keruang
interstitial
pada
bagian
tubuh
yang
rendah
sehingga
menyebabkan oedema. ,mmobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga menyebabkan ke#emasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran AD3% sehingga ter!adi peningkatan diuresis. ;. Sistem respirasi 8. Penurunan kapasitas paru Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang% maka kontraksi otot inter#osta relatif ke#il% diafragma otot perut dalam rangka men#apai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa. . Perubahan perfusi setempat Dalam posisi tidur terlentang% pada sirkulasi pulmonal ter!adi perbedaan rasio ventilasi dengan perfusi setempat% !ika se#ara mendadak maka akan ter!adi peningkatan metabolisme -karena latihan atau infeksi ter!adi hipoksia. 4. Mekanisme batuk tidak efektif Akibat immobilisasi ter!adi penurunan ker!a siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi mukus #enderung menumpuk dan men!adi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal. 9. Sistem ardiovaskuler 8. Peningkatan denyut nadi 1er!adi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik% endokrin dan mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering di!umpai pada pasien dengan immobilisasi. . Penurunan #ardia# reserve
Diba"ah pengaruh adrenergik denyut !antung meningkat% hal ini mengakibatkan
"aktu
pengisian
diastolik
memendek
dan
penurunan isi sekun#up. 4. Brthostatik 3ipotensi Pada keadaan immobilisasi ter!adi perubahan sirkulasi perifer% dimana arteriol dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat% vasodilatasi lebih pan!ang dari pada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas ba"ah% volume darah yang bersirkulasi menurun% !umlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak #ukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun% akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat !uga merasakan pingsan. @. Sistem Pen#ernaan 8. Anoreksia Akibat penurunan
dari
sekresi
kelen!ar
pen#ernaan
dan
mempengaruhi sekresi kelen!ar pen#ernaan dan mempengaruhi perubahan
sekresi
serta
penurunan kebutuhan
kalori
yang
menyebabkan menurunnya nafsu makan. . onstipasi Meningkatnya !umlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spin#ter anus men!adi kontriksi sehingga reabsorbsi #airan meningkat dalam #olon% men!adikan fae#es lebih keras dan orang sulit buang air besar. =.
Sistem perkemihan Dalam kondisi tidur terlentang% renal pelvis ureter dan kandung ken#ing berada dalam keadaan se!a!ar% sehingga aliran urine harus mela"an gaya gravitasi dan pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan : 6 Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk 6
batu gin!al. 1ertahannya urine pada gin!al akan menyebabkan berkembang biaknya kuman dan dapat menyebabkan ,S.
2.+ Et#'(')# A&puta%#
Adapun etiologi dilakukannya amputasi dapat meliputi 8. Penyakit vaskular perifer yang tidak dapat direkonstruksi dengan nyeri iskemik atau infeksi yang tidak dapat ditoleransi lagi. . 2yeri atau infeksi yang tidak dapat ditoleransi lagi dalam pasien yang tidak dapat bergerak dengan penyakit vaskular perifer. 4. ,nfeksi yang menyebar se#ara luas dan tidak responsif terdapat terapi konservatif. 7. 1umor yang responnya buruk terhadap terapi nonoperatif ;. 1rauma yang #ukup luas sehingga tidak memungkinkan untuk 9. @. =. >.
direparasi. raktur multiple organ tubuh yang tidak mungkin dapat diperbaiki. ehan#uran !aringan kulit yang tidak mungkin diperbaiki. angguan vaskuler(sirkulasi pada ekstremitas yang berat. Deformitas organ.
2.+. I$d#a%# A&puta%#
Pasien dengan masalah medis yang berat dan ekstremitas menderita iskemik parah% lebih sering dita"arkan untuk men!alankan amputasi daripada revaskularisasi. 3anya ada sedikit data yang membenarkan keadaan ini% dan oleh karena itu kondisi medis yang buruk seharusnya tidak lagi dianggap sebagai kontraindikasi terhadap revaskularisasi. Alan Apley men!elaskan indikasi amputasi dengan singkatan & three D’s”: -8 Dead % - Dangerous% -4 Damned nuisance. Dead -!aringan yang mati% penyakit vaskuler perifer meliputi hampir >5 persen dari seluruh penyebab amputasi. Penyebab lain dari kematian ekstremitas adalah trauma berat% luka bakar% frostbite. Dangerous -keadaan berbahaya atau suatu keganasan% maksudnya meliputi tumor ganas% sepsis yang berpotensi kematian tinggi% dan crush injury. Pada crush injury% dapat menyebabkan gagal gin!al - the crush syndrome. Damned nuisance -sangat mengganggu% ada keadaan dimana mempertahankan anggota gerak lebih sulit dibandingkan tanpa anggota gerak. 3al ini mungkin karena: rasa nyeri% malformasi yang berat% ter!adi sepsis yang berulang% hilangnya fungsi yang berat. ombinasi dari deformitas dan
hilangnya sensasi dan penekanan pada ekstremitas inferior mengakibatkan ulkus. Penyakit pembuluh darah perifer dengan atau tanpa diabetes% yang paling sering ter!adi pada individu usia ;56@; tahun% 1erdapat suatu penilaian apakah suatu ekstremitas dapat dipertahankan atau harus diamputasi dapat dilakukan dengan penilaian Mangled Extremity Severity Score -MESS yang dapat dihitung dengan melakukan evaluasi terhadap ektremitas yang terluka. Skor kurang dari @ menandakan bah"a ekstremitas dapat dipertahankan dan skor @ atau lebih mengindikasikan amputasi ekstremitas.
1abel 8. Mangled Extremity Severity Score -MESS
2.- !$#%/!$#% A&puta%#
)erdasarkan tu!uannya amputasi dapat dibagi men!adi: a. A&puta%#
%!&!$tara.
Amputasi
ini
mungkin
diperlukan
!ika
penyembuhan primer tidak mungkin ter!adi. Alat gerak diamputasi sedistal mungkin% kemudian dibuat flap kulit yang di!ahit se#ara longgar diatas gumpalan kasa. ?eamputasi kemudian dilakukan saat kondisi stump memungkinkan. . Defenitive end bearing amputation. Amputasi ini dilakukan !ika kemudian akan diberikan beban berat badan pada u!ung stump. Pada keadaan ini parut amputasi tidak boleh terletak diu!ung stump dan tulang harus padat tidak berongga. $ntuk itu tulang harus dipotong mele"ati sendi atau mendekati sendi. Contohnya adalah amputasi mele"ati sendi lutut dan Syme’s amputation. . Defenitive non-end bearing amputation. ,ni merupakan amputasi yang paling sering dilakukan. Seluruh amputasi anggota gerak atas dan kebanyakan amputasi anggota gerak ba"ah termasuk dalam !enis ini. arena beban berat badan tidak akan ditumpukan pada u!ung stump% maka parut luka dapat terletak terminal.
)erdasarkan teknik yang dipakai se#ara garis besar amputasi dibagi atas : a. A&puta%# t!rua open amputation3 Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat
dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi terbuka dilakukan pada luka yang kotor% seperti luka akibat perang atau infeksi berat seperti gangren% dibuat sayatan dikulit se#ara sirkuler sedangkan otot dipotong sedikit proksimal dari sayatan kulit dan digerga!i sedikit proksimal dari otot. $!ung stump tidak ditutup dengan flap kulit dan amputasi ini dilakukan sebagai tindakan sementara yang akan diikuti dengan pen!ahitan sekunder% re6amputasi% revisi% dan rekonstruksi plastik. Amputasi terbuka bertu!uan untuk men#egah atau menghilangkan infeksi sehingga penutupan stump dapat dilakukan tanpa resiko terbukanya kembali !ahitan. ,ndikasinya adalah bagi luka yang
terinfeksi dan kerusakan !aringan lunak luas atau kontaminasi tinggi. Amputasi terbuka terbagi men!adi dua !enis% yaitu open amputation with inverted sin flaps dan circular open amputation. Pada !enis yang pertama penutupan luka dilakukan kemudian setelah 85687 hari tanpa memerlukan pemendekan stump. Pada !enis kedua penyembuhan luka sering lama dan dipengaruhi oleh tarikan kulit terus menerus diu!ung stump yang #enderung menarik seluruh !aringan ke u!ung stump. !ircular open amputation !uga diikuti oleh pembentukan parut diu!ung stump yang akan menyulitkan pemasangan prosthesis. $ntuk menghindari penyembuhan yang lama dan letak parut yang tidak baik% circuler open amputation sering diikuti dengan re6amptation yang lebih proksimal. . A&puta%# t!rtutup closed amputation3 Amputasi tertutup dilakukan dalam
kondisi
yang
lebih
memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih ; sentimeter diba"ah potongan otot dan tulang. Setelah dilakukan tindakan pemotongan% maka
kegiatan
operasi(men#egah
selan!utnya ter!adinya
meliputi infeksi%
pera"atan men!aga
luka
kekuatan
otot(men#egah kontraktur% mempertahankan intaks !aringan% dan persiapan untuk penggunaan protesis -mungkin pada amputasi !enis ini% u!ung stum ditutup dengan flap kulit. Amputasi !enis ini memerlukan pemasangan drain yang biasanya dibiarkan selama 7=6 @ !am setelah operasi. $!ung stump akan memiliki bentuk yang lebih baik dengan letak parut yang diatur tidak pada u!ung stump sehingga memudahkan pemakaian prostesis kemudian. Amputasi seperti ini dilakukan pada keadaan yang tidak disertai infeksi berat dengan kerusakan !aringan lunak atau kontaminasi yang minimal. )erdasarkan pelaksanaan amputasi% dibedakan men!adi : a. Amputasi selektif(teren#ana
Amputasi !enis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat penanganan yang baik serta terpantau se#ara terus6 menerus. Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
b. Amputasi akibat trauma Merupakan amputasi yang ter!adi sebagai akibat trauma dan tidak diren#anakan.egiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien. #. Amputasi darurat egiatan amputasi dilakukan se#ara darurat oleh tim kesehatan. )iasanya merupakan tindakan yang memerlukan ker!a yang #epat seperti
pada
traumadengan
patah
tulang
multiple
dan
kerusakan(kehilangan kulit yang luas. )iasanya merupakan tindakan yang memerlukan ker!a yang #epat seperti pada trauma dengan patah tulang multiple dan kerusakan(kehilangan kulit yang luas. enis amputasi yang dikenal adalah : a. Amputasi terbuka b. tAmputasi tertutup Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama. Amputasi
tertutup
dilakukan
dalam
kondisi
yang
lebih
memungkinkan dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih ; sentimeter diba"ah potongan otot dan tulang.Setelah dilakukan tindakan pemotongan% maka
kegiatan
operasi(men#egah
selan!utnya ter!adinya
meliputi infeksi%
pera"atan men!aga
luka
kekuatan
otot(men#egah kontraktur% mempertahankan intaks !aringan% dan persiapan untuk penggunaan protese -mungkin. 2. Pr#$%#p T!$# A&puta%#
"ourni#uet dapat selalu digunakan ke#uali !ika terdapat insufisiensi arterial. $lap kulit dibuat sedemikian rupa sehingga pan!ang gabungan keseluruhan flap sama dengan 8%; x lebar anggota gerak pada level amputasi. Sebagai suatu ketetapan% flap anterior dan posterior dengan pan!ang yang sama dipakai untuk amputasi pada anggota gerak atas dan amputasi transfemoral -above nee% untuk amputasi below nee% flap posterior dibuat lebih pan!ang. Btot dipotong pada bagian distal dari tempat pemotongan tulang% kelompok otot yang saling berhadapan kemudian di!ahit diatas u!ung tulang dan !uga ke periosteum -myoplasty sehingga memberikan kontrol otot dan sirkulasi yang lebih baik. Saraf dipotong proksimal dari tempat pemotongan tulang. 3al ini harus benar6benar diperhatikan agar u!ung saraf yang terpotong tidak mendapatkan tekanan karena tumpuan berat badan. 1ulang dipotong pada tempat yang telah ditentukan. Pada amputasi transtibial bagian depan tibia biasanya dibuat serong dan dikikir agar terbentuk tepi yang halus dan membulat. ibula dipotong 4 #m lebih pendek. Pembuluh darah utama diikat% dan setiap sumber perdarahan diikat dengan baik. Pada closed amputation kulit di!ahit tanpa tegangan% drainase dipasang dan kemudian stump dibalut erat. ika terbentuk hematoma% harus segera dievakuasi. Pembalutan berulang dengan pembalut elastis dilakukan untuk membantu pengerutan stump dan men#iptakan bentuk u!ung yang konikal. Btot6otot harus tetap dilatih% sendi tetap di!aga agar bergerak dan pasien dia!arkan untuk menggunakan prostesisnya.
2.4 L!5!( A&puta%#
Amputasi dilakukan pada bagian terdistal yang masih berhasil sembuh. Prinsip penentuan level amputasi adalah menyelamatkan alat gerak sepan!ang mungkin dan fungsi yang paling baik. Fevel amputasi : 8. Amputasi ibu !ari kaki: 1ingkat transfalangeal dapat digunakan !ika nekrosis terletak dari distal ke proksimal sendi interfalangeal.
. Amputasi
transmetatarsal:
prosedur
ini
digunakan
!ika
nekrosis
meman!ang dari proksimal ke proksimal sendi interfalangeal% tetapi distal dari kaput metatrsal pada permukaan plantar. lap plantar pan!ang sering digunakan% memotong tulang metatarsal pada posisi tengah. 4. Amputasi Syme: prosedur ini biasanya digunakan !ika kaki telah han#ur oleh
trauma.
Amputasi
ini
menyelamatkan
pan!ang
ekstremitas%
mengangkat kaki antara talus dan kalkaneus. 7. Amputasi di ba"ah lutut -)F: prosedur ini umumnya dilakukan pada pada penyakit vaskuler perifer stadium akhir. Prosedur ini memberikan rehabilitasi yang sangat baik karena dapat menyelamatkan sendi lutut. ontraktur lutut atau panggul merupakan kontraindikasi dari prosedur ini. ;. Amputasi di atas lutut -AF: amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit vaskular perifer% suatu amputasi AF% yang tidak sembuh merupakan situasi yang tidak menyenangkan dengan mortalitas yang sangat tinggi. lap kulit anterior dan posterior umumnya memberikan pan!ang yang sama% menggunakan insisi & mulut ikan'. 9. Disartikulasi panggul dan hemipelvektomi: prosedur ini biasanya dilakukan untuk tumor ganas dari tungkai. Mungkin kadang6kadang dilakukan pada penyakit vaskular perifer% tetapi biasanya mempunyai% hasil yang buruk. @. Amputasi ekstremitas atas: kebanyakan amputasi ini dilakukan dalam kasus6kasus trauma. Penyakit keganasan merupakan indikasi berikutnya yang
paling
umum.
Penyakit
penyumbatan
arteri
!arang
yang
membutuhkan amputasi ekstremitas atas% tetapi% amputasi !ari6!ari sering dilakukan pada pasien dengan penyakit vaskular kolagen dan penyakit )uerger.
Ga&ar 1. Fevel amputasi
a. Ekstremitas atas Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri. 3al ini berkaitan dengan aktivitas sehari6hari seperti makan% minum% mandi% berpakaian dan aktivitas yang lainnya yang melibatkan tangan. b. Ekstremitas ba"ah Amputasi pada ekstremitas ini dapat mengenai semua atau sebagian dari !ari6!ari kaki yang menimbulkan seminimal mungkin
kemampuannya.Adapun
amputasi
yang
sering
ter!adi
pada
ekstremitas ini dibagi men!adi dua letak amputasi yaitu : 8 Amputasi diba"ah lutut -belo" knee amputation. Ada metode pada amputasi !enis ini yaitu amputasi pada nonis#hemi# limb dan ins#hemi# limb. Amputasi diatas lutut Amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan penyakit vaskuler perifer.
a. 2ekrosis Pada keadaan nekrosis biasanya dilakukan dulu terapi konservatif% bila tidak berhasil dilakukan reamputasi dengan level yang lebih tinggi. b. ontraktur ontraktur sendi dapat di#egah dengan mengatur letak stump amputasi serta melakukan latihan sedini mungkin. 1er!adinya kontraktur sendi karena sendi terlalu lama diistirahatkan atau tidak di gerakkan. #. 2euroma. 1er!adi pada u!ung6u!ung saraf yang dipotong terlalu rendah sehingga melengketdengan kulit u!ung stump. 3al ini dapat di#egah dengan memotong saraf lebih proximal dari stump sehingga tertanam di dalam otot. d. Phantom sensation. 3ampir selalu ter!adi dimana penderita merasakan masih utuhnya ekstremitas tersebut disertai rasa nyeri. 3al ini dapat diatasi dengan obat6obatan%stimulasi terhadap saraf dan !uga dengan #ara kombinasi. •
Amputasi Atas Futut 1empat terbaik untuk membagi femur adalah =685 #m - selebar satu tangan. unakan spidol kulit untuk meren#anakan insisi% yang harus membuat flap anterior maupun flap posterior memiliki pan!ang sama atau yang anterior sedikit lebih pan!ang. )agi kulit dan !aringan subkutan sepan!ang garis yang diren#anakan. 3emostasis biasanya tidak sukar pada anggota gerak yang iskemik namun bisa ter!adi
perdarahan hebat pada anggota gerak yang septik. ,kat semua vena dengan menggunakan !arum serap (5. Perdalam insisi anterior sampai tulang% sambil memotong tendon 0uadri#eps femoris. +asa femoralis bersama6sama nervus poplitea media dan lateral di!umpai pada posisi posteromedial. ,kat rangkap pembuluh darah dengan benang serap. Sebelum memotong saraf% beri tegangan pada saraf sehingga saraf tertarik ke dalam puntung pada amputasi. ika amputasi dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi% nervus s#iati#us bisa di!umpai. 2ervus s#iati#us diikuti oleh arteri yang harus didiseksi se#ara terpisah dan diikat sebelum saraf dipotong.
Setelah memotong
semua otot di sekeliling femur% ikat pembuluh yang tinggal dan hindari pemakaian diatermi. Periksa titik amputasi yang tepat dari femur dan kerok periosteum dari tulang di daerah ini. Btot6otot paha harus diretraksi ke arah proksimal untuk memberikan #ukup ruang dalam menggunakan gerga!i. ,ni bisa dilakukan dengan bantuan beberapa
pembalut
abdomen
atau
retraktor
khusus.
Setelah
memotong femur dan melepas tungkai ba"ah% tempatkan handuk bersih di ba"ah puntung dan istirahatkan puntung pada mangkok yang dibalik. unakan kikir untuk menghaluskan pinggir femur% kemudian ba"a otot6otot depan dan belakang bersamaan menutup tulang dengan !ahitan terputus benang serap ukuran 8. Pasang su#tion drain ,nsisi kulit 1itik pemotongan tulang di ba"ah lapisan otot. 1empatkan !ahitan lapis kedua yang lebih superfisial dalam otot dan !aringan subkutan karena ini akan membantu mendekatkan flap kulit. ahit pinggir kulit dengan beberapa !ahitan putus dengan benang non serap (5. 3indari memetik pinggir kulit dengan forsep bergigi. 1utup puntung dengan kasa dan kapas dan balut dengan #repe bandage. •
Amputasi )a"ah Futut
Amputasi ba"ah lutut se#ara statisti# merupakan !enis amputasi yang paling sering dilakukan pada alat gerak ba"ah. Fuka amputasi pada level ini akan sembuh dengan baik pada sebagian besar pasien dengan iskemia yang memerlukan ablasi alat gerak. Amputasi ba"ah lutut merupakan suatu prosedur rekonstruktif yang memerlukan perhatian #ermat terhadap detail tekniknya. Fevel ini dipilih berdasarkan ketersediaan !aringan yang sehat termasuk pemahaman potensi penyembuhan dari daerah yang iskemi. Sisi pemotongan adalah level dimana terdapat #ukup !aringan lunak untuk menghasilkan puntung yang dapat sembuh dengan baik dan mempunyai toleransi yang baik terhadap prostetik. Pan!ang puntung sebaiknya dipertahankan setinggi hingga pertemuan 8(4 tengah dan ba"ah tibia6fibula. 1itik optimum untuk amputasi adalah 87 #m dari tibial plateau% fibula dipotong #m proksimal dari ini. )eri tanda insisi% dengan flap anterior berakhir tepat distal dari garis pemotongan tulang pada tibia dan flap posterior meluas ke ba"ah sampai tendon A#hilles. )uat insisi sepan!ang garis yang telah diberi tanda. Di posterior potong tendon A#hilles dan perdalam insisi untuk memotong sisa otot dan tendon sampai tulang. Potong otot ke dalam sampai melintasi bagian depan. ibula dipotong miring dengan gerga!i igli% kemudian belah tibia #m distal dari ini. )ersihkan otot dari tulang dengan elevator periosteum. Potong bevel anterior pertama kali dengan gerga!i diagonal kemudian potong tegak lurus tibia. )entuk sudut pada u!ung ba"ah tibia ke arah atas dan pisahkan massa otot dari aspek posteriornya. ,kat rangkap semua pembuluh darah dan potong setiap saraf yang tegang. Fepas tungkai bagian distal. lap posterior ditarik ke atas membungkus puntung tulang dan di!ahit ke flap anterior. lap posterior mungkin perlu dikurangi dengan eksisi !aringan otot. 1empatkan benang serap di antara otot di bagian posterior dan !aringan subkutan di anterior dan meninggalkan su#tion drain di ba"ah otot. Satukan pinggir kulit dengan !ahitan
putus benang non6serap (5. Pangkas sudut6sudut flap posterior !ika perlu agar bentuknya rapi. 1utup puntung dengan katun dan balut ketat dengan #repe bandage.
2.6 K'&p(#a%# A&puta%#
1erdapat beberapa komplikasi akibat amputasi% komplikasinya dapat dibagi men!adi yaitu% komplikasi dini dan komplikasi lan!ut. a. omplikasi dini meliputi: Disamping komplikasi operasi yang laGim -khususnya perdarahan sekunder% terdapat komplikasi khusus yaitu hematoma% terbukanya kembali flap. 8. 3emostasis yang baik sebelum penutupan luka serta pemakaian drainase
akan
memperke#il
frekuensi
ter!adinya
hematoma.
3ematoma dapat memperlambat penyembuhan luka dan men!adi media yang baik bagi pertumbuhan bakteri. 3ematoma harus diaspirasi% dan kemudian dibalut dengan erat. 3ematoma harus dievakuasi di ruang operasi. . 1erbukanya flap kulit 1erbukanya kembali flap dapat disebabkan oleh iskemia% !ahitan yang terlalu tegang% atau -pada amputasi below nee disebabkan oleh tibia yang ditinggalkan terlalu pan!ang dan menekan flap. Clostridia dan spora penyebab gas gangren yang berasal dari perineum dapat menginfeksi amputasi above nee letak tinggi -atau re6amputasi khususnya !ika dilakukan pada !aringan yang sudah iskemik. 4. ,nfeksi ,nfeksi paling sering ter!adi pada penyakit vaskular perifer% terutama pasien diabetes% dibandingkan sekunder dari tumor dan trauma. Seluruh luka yang dalam harus di debridemen segera dan irigasi di kamar operasi dan mana!emen luka terbuka. Antibiotik yang diberikan harus sesuai dengan hasil kultur. Smith dan )urgess men!elaskan suatu metode yaitu menutup -men!ahit sepertiga tengah luka dan membiarkan sisi6sisi lainnya tetap terbuka% metode ini mempermudah
mana!emen luka terbuka yang berkelan!utan% sambil mempertahankan flap yang ade0uat pada distal tulang yang ditutup.
ambar . Penutupan parsial pada amputasi transtibial yang infeksi b. omplikasi Fan!ut omplikasi lan!ut dapat ter!adi pada kulit% otot% arteri% saraf% sendi% dan tulang. 8. ulit Pada kulit komplikasi yang sering ter!adi adalah eksim yang disertai pembengkakan purulen yang nyeri di inguinal. Pada keadaan ini diindikasikan untuk tidak memakai prothesis untuk sementara. $lkus biasanya ter!adi karena sirkulasi yang tidak baik% dan untuk itu diperlukan amputasi pada level yang lebih tinggi. ika sirkulasi baik dan kulit disekitar ulkus sehat% maka eksisi %; #m tulang yang dilan!utkan dengan pen!ahitan kembali% hal tersebut sudah #ukup memadai. Pasien diinstruksikan untuk men#u#i stump dengan sabun ringan setidaknya satu kali sehari. Stump sebaiknya di#u#i dengan bersih dan dikeringkan sebelum memakai protesis. Protesis harus selalu di!aga kebersihannya. )eberapa masalah kulit yang dapat ter!adi seperti dermatitis kontak% ketika kulit bersentuhan dengan bahan6bahan yang membentuk protesis. olikulitis bakterialis% selulitis% kista epidermoid. . Btot
ika terlalu banyak otot yang disisakan diu!ung stump% efek bantalan yang tidak stabil akan menyebabkan pemakaian protesis terganggu. Pada keadaan ini !aringan lunak yang berlebihan harus dibuang. 4. Suplai darah Sirkulasi yang tidak baik akan menyebabkan stump yang dingin dan kebiruan yang mudah membentuk ulkus. Masalah seperti ini sering ter!adi pada amputasi ba"ah lutut dan karenanya diperlukan amputasi ulang. 7. Saraf Saraf yang terpotong selalu membentuk gumpalan -neuroma dan kadangkala ini terasa nyeri. Dengan mengeksisi 4 #m saraf diatas neuroma kadangkala akan menghilangkan keluhan. Cara lain adalah dengan mengelupas seluruh epidural dan fasikulus saraf sepan!ang ; #m. Dan kemudian ditutup dengan perekat !aringan sintesis atau ditanam kedalam otot atau tulang !auh dari titik yang mendapat tekanan. &. 'hantom limb 'hantom limb adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu sensasi dimana kaki yang telah dipotong masih dirasakan keberadaannya.
Pasien
harus
diberitahukan tentang kenyataan
sebenarnya dan pada akhirnya sensasi tersebut akan berkurang dan menghilang.Phantom limb yang teraas nyeri akan sulit ditanagani. Menekuk6nekuk u!ung limb se#ara intermiten dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan phantom limb dan nyeri karena neuroma. 9. Sendi Sendi diatas level amputasi mungkin akan kaku atau mengalami deformitas. Deformitas yang sering ter!adi adalah fixed flexion atau fixed abduction pada sendi panggul karena amputasi above knee -disebabkan otot adduktor dan hamstring yang telah dipotong. Deformitas ini dapat di#egah dengan melakukan latihan. ika deformitas ini telah terlan!ur ter!adi% osteotomi subtrokanterik mungkin diperlukan. $ixed flexion pada lutut !uga dapat akan menyebabkan kesulitan ber!alan dan karenanya harus di#egah. @. 1ulang Spur sering terbentuk diu!ung tulang% tetapi biasanya tidak nyeri. ika terdapat infeksi spur mungkin akan berukuran besar dan nyeri
sehingga mungkin diperlukan eksisi u!ung tulang bersamaan spur. ika tulang akan menyebabkan sedikit pembebanan maka akan ter!adi osteoporosis yang dapat menimbulkaan fraktur. raktur seperti ini paling baik ditangani dengan fiksasi interna.